Orang Indonesia Masih Suka Makan Tabungan: Apa Maksudnya dan Bagaimana Cara Mengatasinya
Di Indonesia, kebiasaan makan tabungan untuk membiayai kehidupan sehari-hari terus berlanjut hingga akhir 2023. Data dari Survei Konsumen Bank Indonesia yang dikutip oleh CNBC menyebutkan, bahwa sampai November 2023 menunjukkan bahwa rasio tabungan terhadap pendapatan menurun dari 15,7% di bulan Oktober menjadi 15,4% di bulan November.
Sementara itu, proporsi pendapatan yang digunakan untuk membayar cicilan atau utang mengalami peningkatan dari 8,8% menjadi 9,3% dalam periode yang sama.
Wah, jadi topik yang menarik untuk dibahas nih. Apalagi kalau kamu ternyata juga termasuk mereka yang makan tabungan buat hidup.
Table of Contents
Makan Tabungan buat Hidup – Yay or Nay
Dalam kondisi ekonomi yang fluktuatif, praktik makan tabungan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari jadi “gaya hidup”. Ini sih ngeri-ngeri sedap. Tapi, ya kenyataannya begitu.
Survei tersebut juga menyoroti bahwa kelompok masyarakat berpenghasilan rendah adalah yang paling banyak terdampak, rasio kemampuan menabung mereka menurun. Contohnya, bagi kelompok yang mengeluarkan Rp 1-2 juta per bulan, kemampuan menabung mereka turun dari 16,1% menjadi 15,8%.
Tidak hanya golongan berpenghasilan rendah, kelompok dengan pengeluaran di atas Rp 5 juta per bulan juga mengalami penurunan kemampuan menabung, dari 18% menjadi 16,3%.
Pada sisi lain, kelompok dengan pengeluaran bulanan antara Rp 2,1 juta hingga Rp 5 juta justru menunjukkan peningkatan dalam kemampuan menabung. Meskipun terjadi penurunan dalam rasio pendapatan yang digunakan untuk konsumsi dari 75,6% pada Oktober menjadi 75,3% pada November, kelompok dengan pengeluaran lebih dari Rp 5 juta per bulan malah mengalami kenaikan konsumsi dari 68,4% menjadi 72,6%.
Kecenderungan ini menunjukkan bahwa konsumsi menurun pada semua tingkat pengeluaran, kecuali bagi mereka yang berpengeluaran lebih tinggi.
Baca juga: Cara Menabung untuk Dapatkan 10 Juta Pertamamu
Supaya Enggak Harus Makan Tabungan, Apa yang Kudu Dilakukan?
Untuk menghindari makan tabungan untuk kebutuhan sehari-hari dan meningkatkan kestabilan keuangan, berikut beberapa tip praktis yang bisa dilakukan.
1. Budgeting
Budgeting atau membuat anggaran bulanan merupakan langkah penting untuk mengelola keuangan dengan lebih efektif. Proses ini bisa kamu mulai dengan mencatat penghasilan dan pengeluaran yang terjadi dalam sebulan. Dengan catatan ini, kamu bisa melihat bagaimana kesehatan keuanganmu.
Kalau memang belum sehat, maka kamu perlu untuk fokus dulu membuatnya jadi sehat dan positif. Buat anggaran setiap bulan berdasarkan penghasilan yang kamu buat. Masukkan tabungan sebagai salah satu pos pengeluaran wajib. Pastinya dengan memperhitungkan kebutuhan lainnya.
Kamu bisa coba formula 4-3-2-1; 40% untuk kebutuhan rutin, 30% untuk cicilan utang, 20% untuk lifestyle, dan 10% untuk tabungan. Angka ini juga bukan angka mati. Kamu bisa kok menyesuaikannya dengan kebutuhan. Yang pasti, harus ada alokasi tabungan ya.
2. Mulai Biasakan Menabung dan Jangan Disabotase
Memulai kebiasaan menabung dengan jumlah kecil merupakan strategi efektif untuk membiasakan diri dengan pengelolaan keuangan yang baik, terutama bagi mereka yang merasa sulit untuk menabung dalam jumlah besar sekaligus. Langkah ini penting karena konsistensi dalam menabung sering kali lebih berdampak daripada jumlah yang ditabung pada satu waktu.
Nah, kalau sudah berhasil menabung, ya jangan disabotase ya. Ingat, bahwa kamu sudah punya anggaran untuk berbagai keperluan. Disiplinlah dengan anggaran tersebut, dan uang yang sudah “dikeluarkan” untuk ditabung tidak bisa balik lagi, seperti kalau kamu mengeluarkan uang untuk membeli sesuatu.
Kamu juga bisa mencoba strategi menabung yang pernah dishare di web ini lo. Lumayan kan, kalau dalam satu tahun kamu bisa menabung 10 juta?
3. Kurangi Utang
Mengurangi utang dapat menekan peluang untuk menggunakan tabungan untuk kebutuhan sehari-hari. Ketika kamu memiliki banyak utang, terutama dengan bunga tinggi, pembayaran bulanan yang besar dapat menguras pendapatan bulanan kamu. Akibatnya, hanya tersisa sedikit ruang untuk pengeluaran lainnya, termasuk menabung.
Dalam situasi seperti ini, tabungan yang seharusnya digunakan untuk tujuan jangka panjang atau darurat bisa terpakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau bahkan untuk membayar utang. Jadi, sementara kamu menyehatkan keuangan agar enggak makan tabungan, hindari dulu berutang dalam bentuk apa pun.
4. Cari Penghasilan Tambahan
Mencari sumber penghasilan tambahan adalah langkah strategis untuk memperkuat keuangan pribadi dan mengurangi peluang makan tabungan untuk biaya sehari-hari. Dengan menambahkan aliran pendapatan, kamu bisa meningkatkan total pendapatan bulanan. Hal ini secara langsung akan dapat membantu dalam mengurangi tekanan keuangan.
Pekerjaan sampingan atau memulai usaha kecil bisa sangat membantu dalam mengumpulkan uang ekstra yang tidak hanya menutup kebutuhan rutin tetapi juga memberikan ruang lebih untuk menabung. Pendapatan tambahan ini memungkinkan kamu untuk memenuhi kebutuhan tanpa harus mengganggu tabungan yang sudah ada, yang idealnya disimpan untuk tujuan jangka panjang atau situasi darurat.
5. Bikin Tujuan Keuangan yang Serius
Menetapkan tujuan keuangan yang jelas adalah langkah penting dalam membangun disiplin finansial yang kuat. Tujuan ini berfungsi sebagai motivasi untuk terus menabung dan menghindari penggunaan uang tabungan secara sembarangan.
Dengan tujuan yang spesifik, kamu lebih mungkin untuk tetap pada rencana keuangan dan membuat keputusan yang bijaksana mengenai cara mengelola uang kamu.
So, buat tabungan kamu supaya punya “judul”. Mau dipakai buat apa nanti tabungannya? Buat liburan? Buat bayar DP rumah? Judul apa pun boleh, lalu tentukan nominal targetnya. Dengan begitu, kamu akan termotivasi agar tidak mengganggu tabungan.
Baca juga: Tujuan Keuangan Jangka Pendek yang Realistis: Bagaimana Menentukan Target yang Terjangkau
Nah, makan tabungan untuk keperluan sehari-hari dapat ditekan dengan beberapa hal yang kamu lakukan di atas. Jangan lupa, setelah satu bulan menggunakan anggaran yang telah dibuat, penting untuk mengulas kembali pengeluaran kamu dan melakukan penyesuaian yang diperlukan.
Proses evaluasi ini enggak hanya membantu kamu memahami kebiasaan belanja lebih baik tetapi juga memungkinkan kamu untuk membuat perubahan strategis yang meningkatkan efisiensi pengeluaran.
Dengan demikian, kamu dapat mengoptimalkan penggunaan sumber daya finansial dan menghindari kebiasaan mengambil uang dari tabungan, yang pada akhirnya akan mendukung kestabilan finansialmu dalam jangka panjang.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Begini Cara Meningkatkan Rasio Menabung demi Kesehatan Keuangan Pribadi
Kamu pasti tahu, bahwa salah satu indikator tingkat kesehatan keuangan yang baik adalah rasio menabung yang baik, di samping rasio utang dan rasio likuiditas yang baik pula.
Masih ingatkah, apa definisi masing-masing rasio tersebut. Mari kita refresh lagi kalau memang kamu sudah lupa.
Tenang saja, lupa itu manusiawi, dan QM Financial akan selalu ada untuk membantumu mengingat kembali. Apalagi ini adalah basic literasi keuangan yang sangat penting untuk dipahami di awal terlebih dulu, sebelum kamu beranjak ke hal lainnya.
Rasio Utang
Rasio utang merupakan perbandingan antara utang dengan penghasilan yang dimiliki yang dapat dipakai membayar utang baik pokok dan bunga, dalam jangka waktu tertentu.
Contoh: Seseorang memiliki kredit rumah atau KPR senilai Rp2.500.000,00 per bulan, sementara penghasilan per bulan adalah sebesar Rp10.000.000,00, maka perhitungan rasio utangnya adalah sebesar 25%.
Ingat ya, bahwa rasio utang yang sehat itu tidak lebih dari 30% pendapatan, demi menjaga kondisi keuangan tetap baik dan stabil. Jika cicilan atau utang melebihi 30%, maka bisa jadi biaya untuk memenuhi kebutuhan lainnya bisa terganggu, sehingga bisa membuat kondisi keuangan menjadi tidak sehat alias boncos.
Rasio Menabung
Rasio menabung merupakan perbandingan dari jumlah tabungan terhadap penghasilan yang dimiliki. Idealnya dalam mengatur perencanaan keuangan pribadi, kita harus menyisihkan minimal 10% setiap bulannya untuk tabungan. Di dalam tabungan ini, juga termasuk investasi.
Sebagai contoh, apabila kita memiliki penghasilan sebesar Rp5.000.000,- per bulan, maka 10% dari penghasilan tersebut sebaiknya ditabung, yakni sebesar Rp500.000,- per bulan.
Nah, masalahnya, akan ada kalanya, rencana untuk menabung ini sering tertunda karena banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi. Akibatnya, rasio menabung pun di bawah 10%. Tentu saja, hal ini menjadi kurang ideal, meskipun yah, kalau lagi krisis ya mau gimana lagi. Kebutuhan harian kan tetap nomor satu. Tapi, kalau kondisi ini berlarut-larut, yang bahkan tidak dalam kondisi krisis pun terjadi, ya berarti sebaiknya kamu harus segera ambil tindakan untuk mengatasinya.
Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas bagi keuangan personal bisa diartikan sebagai seberapa banyak aset likuid dari keseluruhan aseet yang dimiliki. Aset likuid adalah aset yang bisa dicairkan dengan segera dan kemudian digunakan untuk berbagai keperluan.
Aset yang bisa dicairkan dalam bentuk cash secara relatif cepat ini misalnya deposito, tabungan, atau reksa dana.
Idealnya, besaran aset likuid yang dimiliki adalah sebesar 3 – 6 bulan pengeluaran.
Ingat ya, kalau rasio menabung naik, otomatis likuiditas akan naik karena jumlah tabungan meningkat.
Lantas adakah cara untuk meningkatkan rasio menabung? Nah, simak beberapa tip untuk meningkatkan rasio menabung agar keuangan pribadi menjadi lebih sehat berikut ini ya!
Susun anggaran pengeluaran berdasarkan skala prioritas
Kita perlu membuat perencanaan keuangan sesuai dengan skala prioritas yang diperlukan. Catat terlebih dahulu pengeluaran yang dimiliki, dimulai dari biaya sehari-hari seperti kebutuhan makan, biaya listrik dan air, biaya internet, asuransi, biaya sekolah, dan lain-lain.
Jangan lupa pula untuk memasukkan tabungan minimal 10% di dalam anggaran pengeluaran yang kamu buat ini.
Setelah itu, cermati kembali adakah pos biaya yang bisa dihilangkan atau dikurangi? Jika ada, catat kembali dan hitung sisa penghasilan dari anggaran bulanan yang dimiliki.
Jika masih ada sisa penghasilan, kamu bisa memasukkannya ke dalam pos tabungan. Dengan penambahan ini, diharapkan rasio menabung dapat meningkat, bahkan bisa jadi lebih dari jumlah minimal 10% dari penghasilan.
Tentukan tujuan menabung
Buat tujuan yang ingin dicapai dalam waktu tertentu berdasarkan perkiraan jumlah tabungan yang diinginkan. Semakin realistis tujuan yang ingin diraih, semakin termotivasi pula kita dalam meningkatkan rasio menabung tiap bulannya. Betul?
Namun juga, jangan terlalu memaksakan diri untuk menabung. Balik lagi, jika kebutuhan pokok yang dimiliki belum terpenuhi, kita harus tetap realistis dalam menetapkan tujuan ini.
Pilih cara menabung yang menyenangkan dan menguntungkan
Sebaiknya pisahkan rekening yang akan digunakan untuk menabung dengan rekening yang biasa digunakan untuk transaksi. Dengan demikian, tabungan kamy tak akan terganggu dengan pos pengeluaran dan lebih mudah untuk dipantau.
Saat ini sudah ada berbagai layanan menabung yang mudah dan menguntungkan. Pilih yang paling sesuai dan mudah diakses agar kita bisa sewaktu-waktu menabung sehingga rasio menabung pun dengan sendirinya akan bertambah.
Itulah beberapa cara untuk meningkatkan rasio menabung sehingga kondisi keuangan kamu bisa jadi lebih sehat ke depannya. Bagaimana? Simpel ya?
Mau belajar lebih dalam lagi? Jangan takut, belajar keuangan sekarang enggak serem kok! Malahan fun banget, apalagi ada yang model gamified microlearning ini. Sudah pernah coba belum? Namanya Levio. Di dalamnya ada berbagai stage belajar yang harus kamu selesaikan. Layaknya main games, kamu pasti akan dengan segera tenggelam dalam pembelajaranmu. Nggak akan terasa kalau lagi belajar.
Yuk, segera daftarkan dirimu segera dan belajar keuangan secara fun!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
3 Indikator Kesehatan Keuangan Bagi Karyawan
Kesehatan jadi salah satu hal yang penting bagi kita akhir-akhir ini, ya kan? Tapi, nggak hanya yang berhubungan dengan tubuh, tapi juga kesehatan keuangan. Apalagi buat para karyawan, penting banget deh!
Gimana, apakah di tahun 2021 ini, para karyawan masih merasa uang gaji bulanan tidak pernah cukup? Atau di tahun ini, yang seharusnya sudah bekerja lebih dari 5 tahun, tapi masih saja banyak yang mengeluh kalau nggak punya tabungan? Yah, jika demikian, maka bisa berarti kondisi keuangan karyawan belum ideal, dan mungkin masih menggunakan cara yang kurang tepat dalam mengelola keuangan.
Keuangan Pribadi Karyawan
Mengelola keuangan pribadi adalah hal yang wajib dilakukan, terutama bagi yang berstatus karyawan. Sebelum mengelola keuangan, kita perlu cek dulu kesehatan keuangan kita. Kesehatan keuangan sangat berpengaruh bagi karyawan, sehingga sudah selayaknya bagi perusahaan untuk membuat program pelatihan mengenai cara mengelola keuangan yang baik bagi karyawan.
Dengan melakukan cek kesehatan keuangan, karyawan dapat mendapat jalan keluar untuk mengatasi segala masalah keuangannya. Perusahaan percaya jika karyawan mampu mengelola keuangan maka kualitas hidupnya akan meningkat, dan hal tersebut tentu akan berdampak pada meningkatnya kreativitas, produktivitas, dan efektivitas karyawan dalam bekerja.
Itulah pentingnya cek kesehatan keuangan bagi karyawan.
Lalu bagaimana cara cek kesehatan keuangan bagi karyawan? Nah, berikut beberapa indikator yang bisa digunakan untuk mengecek kesehatan keuangan karyawan.
Cara Mengecek Kesehatan Keuangan Karyawan
1. Rasio Tabungan (Saving Ratio)
Rasio tabungan adalah perbandingan antara pendapatan yang diperoleh dengan jumlah uang yang dapat ditabung atau investasikan setiap tahun.
Sudah tahu kan ya, bahwa menabung merupakan hal yang sangat penting? Kita nggak akan tahu, gimana kebutuhan kita kelak, yang jelas seiring bertambahnya waktu, kebutuhan sesorang juga akan bertambah.
Ini memang erat kaitannya dengan tujuan keuangan kita. Oleh sebab itu sebaiknya alokasikanlah sebagian penghasilan untuk ditabung secara rutin.
Rasio tabungan = uang yang ditabung atau investasi/total pendapatan
Rasio tabungan paling ideal adalah minimal 10% dari penghasilan. Ingat ya, angka tersebut adalah minimal sehingga semakin besar rasionya maka semakin baik.
Namun, tetap harus perhatikan kebutuhan dan pengeluaran utama juga ya. Jadi, dengan menggunakan rumus di atas, apakah sudah cukup tabungannya? Jika belum, sebaiknya segera rencanakan.
2. Rasio Cicilan Utang
Rasio kedua yang dapat menjadi indikator untuk cek kesehatan keuangan bagi karyawan adalah rasio cicilan utang.
Rasio solvabilitas adalah perbandingan antara cicilan utang total dengan penghasilan total kita. Rasio solvabilitas dapat mengukur kemampuan kita untuk membayar cicilan utang setiap bulannya, tanpa harus membebani kebutuhan hidup lain yang sama pentingnya
Rasio utang = jumlah total cicilan utang / penghasilan total
Dalam menghitung rasio ini, kamu harus memasukkan jumlah total utang semua yang dimiliki. Pertimbangkan apakah masih aman?
Idealnya, rasio cicilan utang ini tidak boleh lebih dari 30%.
3. Rasio Utang Terhadap Aset
Rasio utang adalah perbandingan antara utang dengan jumlah aset yang dimiliki. Berbeda dengan rasio tabungan yang semakin besar nilainya maka semakin baik, pada rasio utang semakin kecil nilainya maka semakin baik.
Cara menghitung rasio utang:
Rasio utang terhadap aset = total utang / total aset
Untuk lebih paham cara menghitungnya, berikut contohnya. Seseorang memiliki total utang Rp10.000.000,00 dan total nilai aset sebesar Rp220.000.000,00. Rasio utang terhadap aset berarti adalah 0,045 atau sebesar 4,5%.
Pastikan Keuangan Karyawan Sehat
Nah, setelah mengetahui rasio-rasio dalam cek kesehatan keuangan, sekarang waktunya untuk menggunakan hasilnya sebagai bahan pertimbangan dalam memperbaiki kondisi keuangan kita. Gimana, apakah kondisinya sehat?
Ataukah, sekarang mulai ketemu masalahnya di mana? Belum punya tabungan yang cukup? Aset belum punya? Atau, terlilit utang?
Kesemua hal tersebut bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Setelah Lama Menikah, Pasangan Suami Istri Harus Cek 5 Hal Keuangan Ini
Sebagai pasangan suami istri yang telah lama menikah, biasanya apa sih yang selalu jadi bahan obrolan? Rencana sekolah lanjutan untuk anak? Rencana pensiun mau ngapain aja?
Yes, sebagai pasangan suami istri yang telah lama menikah, pastinya kita harus tetap memelihara komunikasi yang baik satu sama lain, bahkan seharusnya jalan komunikasi semakin baik lantaran sudah begitu lama berkeluarga. Iya kan? Yang dulu, saat masih menjadi pasangan pengantin baru masih tergagap-gagap, sekarang sudah biasa.
Tapi kadang, karena sebegitu biasanya, justru malah makin jarang mengobrol serius berdua. Apalagi sudah ada anak-anak yang “ngerecokin”–dalam arti baik ya. Kadang rasanya susah banget untuk sekadar sendirian berdua saja ngobrol sana-sini sama pasangan.
Apalagi ngobrolin keuangan keluarga. Beugh. Rasanya nggak sempat lagi.
Padahal, seiring waktu berjalan, banyak hal yang harus selalu pasangan suami istri pantau ketika mereka sudah lama menikah, termasuk keuangan keluarga. Kalau dulu, saat masih berada di awal masa pernikahan sudah pernah mengobrol berdua tentang apa saja yang pengin dijadikan cita-cita keluarga, sekarang waktunya untuk me-review, apa saja yang sudah didapatkan dan apa yang masih harus diperjuangkan.
Jadi, sebagai pasangan suami istri yang sudah lama menikah, hal keuangan apa saja nih yang harus diobrolkan lagi?
1. Cek aset yang dimiliki sekarang
Sudah berapa tahun menjadi keluarga, seharusnya sih sudah ada sedikit aset yang terkumpul. Betul nggak? Jadi, mari kita cek aset apa sajakah yang berhasil kita miliki sejak kita mulai membangun keluarga hingga sekarang.
Kamu bisa cek:
- Posisi tabungan di bank
- Posisi kepemilikan surat berharga
- Posisi investasi lainnya, misalnya kamu sempat berinvestasi di P2P Lending, dan sebagainya.
- Posisi kepemilikan properti
- Posisi kepemilikan barang lain yang bisa menjadi aset pribadi
Nah, coba bicarakan berdua ya, karena seharusnya sebagai pasangan, kalian masing-masing harus tahu posisi aset real kalian ini.
2. Cek kondisi utang
Apa saja utang yang masih ongoing sampai dengan hari ini? KPR? Kredit kendaraan? Beberapa kredit panci dan blender?
Pastikan satu sama lain tahu, utang apa saja yang harus menjadi beban keluarga, dan kapan utang ini harus diselesaikan. Pastikan juga, bahwa posisi cicilan utang maksimal 30% dari penghasilan bulanan ya. Jika sudah melebihi batas, maka cari cara untuk bisa mengurangi porsi cicilan utang ini. Coba cek artikel mengenai cara efektif melunasi utang ini ya?
Hal ini juga penting untuk dilakukan jika ternyata–karena suatu keadaan tertentu–kita belum juga dapat melunasi utang, sedangkan masa pensiun semakin dekat. Wah, mesti segera dicari cara ya, jangan sampai di masa pensiun kita masih terbebani oleh utang.
Karena itu, masalah kondisi utang ini adalah salah satu hal keuangan yang harus dibicarakan oleh pasangan suami istri secara periodik atau rutin.
3. Cek rasio tabungan
Rasio tabungan terideal adalah 10% dari penghasilan per bulannya. Jadi, apakah sampai saat ini, kamu dan pasangan kamu masih dapat menabung minimal 10% dari penghasilan bulanan kalian? Atau, kurang? Atau malah lebih?
Jika masih stagnan di 10%, mungkin enggak kalau ditambah lagi porsinya? Kalau misalnya posisi menabung sekarang kurang dari 10%, apa yang menjadi penyebab kurangnya porsi ini? Adakah hal-hal yang bisa dilakukan untuk menambah porsinya? Nah, terus, kalau lebih gimana? Ya, bagus! Keep going!
4. Cek rasio likuiditas
Hal keuangan berikutnya yang harus dicek oleh pasangan suami istri yang telah lama menikah adalah rasio likuiditas, yaitu perbandingan antara pengeluaran bulanan dengan aset lancar yang sudah dimiliki sampai sekarang.
Yang termasuk aset lancar itu apa? Adalah uang tunai, tabungan, deposito, reksa dana pasar uang, dan sebagainya–yang bisa dicairkan ke dalam bentuk uang tunai dalam waktu singkat. Likuiditas ini paling ideal besarnya 3 – 6 kali pengeluaran bulanan.
Bisa dibilang, posisi rasio likuiditasmu ini adalah posisi real dana daruratmu. Dana darurat akan menjadi “payung” jika suatu saat ada kendala dalam hidup kita. Namanya juga darurat kan?
So, likuiditas ini penting juga untuk dicek secara periodik, bagi pasangan suami istri. Jangan sampai kecolongan, karena sering dipakai untuk kondisi darurat, tapi lupa diganti ya.
5. Cek posisi tujuan keuangan
Dan, akhirnya, apa kabar tujuan keuangan yang dulu pernah dibuat saat masih pengantin baru? Semoga masih tetap istikhomah dan konsisten berjuang mencapainya.
Adakah tujuan keuangan yang sudah berhasil diwujudkan? Banyak sih harusnya. Apa saja? Coba dibikin daftar, supaya bisa menambah motivasi untuk mencapai tujuan keuangan lain yang belum terlaksana.
Itu dia beberapa hal keuangan yang harus dicek oleh pasangan suami istri yang sudah lama menikah secara periodik dan rutin.
Sudah punya kebiasaan ngobrolin 5 hal di atas belum sama pasangan? Kalau belum, hayuk, segera diawali deh kebiasaan baik ini ya. Bermanfaat banget lo, agar bisa konsisten di jalur yang sudah disepakati untuk mencapai tujuan bersama.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.