Selama Pandemi COVID-19, 81% Karyawan Mengaku Telah Mendapatkan Support yang Baik dari Perusahaan
Tidak terasa pandemi COVID-19 telah berlangsung satu tahun lebih sejak diumumkannya kasus pertama yang terjadi di Indonesia oleh Presiden Jokowi. Dari Wuhan, Tiongkok, COVID-19 telah menyebar ke berbagai negara termasuk di Indonesia. Indonesia memiliki kasus COVID-19 yang terus meningkat, bahkan kini telah menembus akumulasi kasus satu juta orang telah terinfeksi.
Selama pandemi COVID-19, pemerintah telah menetapkan berbagai kebijakan untuk mengendalikan penyebarannya. Salah satunya dengan menetapkan protokol kesehatan dan juga kebijakan work from home.
Pada akhirnya, dampak akibat pandemi ini pun terasa sampai ke berbagai bidang. Tidak hanya kesehatan, ekonomi dan kesehatan mental juga berdampak. Karyawan perusahaan adalah salah satu kelompok masyarakat yang ikut terdampak cukup parah oleh adanya pandemi ini. Beberapa karyawan harus work from home (WFH) atau bekerja dengan shift yang berbeda dari biasanya karena adanya ketentuan pembatasan jumlah karyawan perusahaan yang ada dalam ruangan.
Bagaimana Kondisi Karyawan Selama Pandemi COVID-19?
![Selama Pandemi COVID-19, 81% Karyawan Mengaku Telah Mendapatkan Support yang Baik dari Perusahaan Kepuasan Kerja Karyawan: Mengapa Penting dan Bagaimana Cara Meningkatkannya?](https://qmfinancial.com/wp-content/uploads/2021/02/kepuasan-kerja-karyawan.jpg)
Menurut survei yang dilakukan pada perusahaan Edenred dalam laporan yang disebut “Power up your people: Your blueprint for peak performance in 2021”, dari 2000 orang yang melakukan jajak pendapat, hampir dua pertiga atau 64% karyawan perusahaan menyatakan bahwa mereka bekerja di rumah dalam 12 bulan terakhir. Ini menunjukkan hasil yang cukup berbeda jika dibandingkan survei pada awal 2020 yang memperoleh hasil lebih banyak karyawan perusahaan yang bekerja di luar rumah yaitu sekitar 61%.
Bekerja di situasi seperti ini ternyata membuat mental dari karyawan perusahaan mengalami gangguan. Berdasarkan hasil survei, seperempat jumlah responden yang berstatus karyawan ini menginginkan bantuan terkait kesejahteraan mental mereka, sementara 17% membutuhkan bantuan dalam menyesuaikan diri dengan kembali ke kantor di masa depan.
Dari pihak perusahaan sendiri, tidak perlu overthinking apakah kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan terkait operasional kerja selama ini masih belum tepat atau masih kurang membantu karyawan perusahaan saat WFH.
Survei menunjukkan bahwa secara keseluruhan, karyawan puas dengan dukungan yang diberikan untuk mengelola keseimbangan kehidupan kerja (73%), kerja kolaboratif (72%) dan kesejahteraan fisik (71%). Dalam laporan tersebut juga menyatakan bahwa 8 dari 10 pekerja perusahaan, atau sejumlah 81%, mengatakan bahwa pemilik perusahaan telah melakukan upaya yang baik untuk mendukung mereka selama setahun terakhir.
Kepedulian Perusahaan terhadap Kondisi Karyawan Adalah Penting
![Selama Pandemi COVID-19, 81% Karyawan Mengaku Telah Mendapatkan Support yang Baik dari Perusahaan Begini Caranya Mulai Bicara Uang dengan Pasangan](https://qmfinancial.com/wp-content/uploads/2021/02/bicara-uang-dengan-pasangan.jpg)
Direktur SDM Edenred UK, Alisdair Seenan berpendapat, jika perusahaan sudah berusaha membuat kebijakan-kebijakan selama WFH, maka juga harus dipastikan bahwa karyawan dan organisasi perusahaan berada di posisi yang baik untuk berkembang meskipun saat ini sedang ada pandemi COVID-19.
Peduli dengan karyawan perusahaan pastinya merupakan hal yang wajib dilakukan, dan nggak hanya ketika pandemi saja. Namun, selama pandemi, perusahaan memang sebaiknya lebih peduli, karena kondisi kesehatan mental karyawan bisa menjadi kurang stabil, akibat dari kondisi yang mengharuskan mereka bekerja dengan lingkungan kerja yang berbeda dari biasanya. Suasana di rumah atau kos tentunya akan berbeda dengan suasana di perusahaan. Ada kemungkinan karyawan perusahaan akan merasa terganggu ketika sedang bekerja.
Jika perusahaan dapat memberikan dukungan yang baik, maka tentunya akan ada banyak manfaat juga yang didapat. Salah satu manfaat yang dapat dirasakan adalah citra perusahaan semakin baik di mata karyawan dan juga calon karyawan berikutnya.
Survei menyebutkan bahwa 29% karyawan lebih positif memandang organisasi perusahaan mereka karena kebijakan-kebijakan atau tindakan-tindakan yang diambil perusahaan selama setahun terakhir.
Jika citra perusahaan baik maka tentu saja hal ini dapat membuat karyawan perusahaan semakin loyal. Loyalitas karyawan perusahaan akan berdampak baik bagi perusahaan. Karyawan perusahaan yang memiliki loyalitas tinggi akan bekerja lebih produktif, dan menambah dedikasi terhadap perusahaan. Mereka akan berpikir banyak kali untuk meninggalkan perusahaan, meskipun di luar sana banyak tawaran yang lebih menggoda.
Berdasarkan survei, sebanyak 24% mengatakan bahwa karyawan perusahaan cenderung akan lebih rela mendedikasikan dirinya untuk bekerja bagi kepentingan bersama, ketika perusahaan juga mau melakukan banyak investasi dalam mendukung karyawan.
Karyawan yang merasa bahagia akan bekerja dengan baik. Jadi sangat penting untuk memberikan dukungan bagi perusahaan karyawan.
Cara untuk Memberi Dukungan Lebih bagi Karyawan
![Selama Pandemi COVID-19, 81% Karyawan Mengaku Telah Mendapatkan Support yang Baik dari Perusahaan Selama Pandemi COVID-19, 81% Karyawan Mengaku Telah Mendapatkan Support yang Baik dari Perusahaan](https://qmfinancial.com/wp-content/uploads/2021/03/karyawan-pandemi-covid-19.jpg)
Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk memberikan dukungan kepada karyawan selama pandemi COVID-19 masih berlangsung.
Salah satunya dengan memberikan training keuangan untuk meningkatkan literasi finansial karyawan.
Mengapa training ini penting?
Pandemi COVID-19 memang memberikan dampak cukup kuat, terutama dari segi keuangan. Mungkin karyawan sekarang harus bekerja dari rumah—yang berarti ada beberapa insentif yang masih belum mereka dapatkan seperti ketika sebelum pandemi terjadi. Dinas luar berkurang, gaji yang harus dikurangi karena ada variabel komponen yang disesuaikan, dan seterusnya.
![Selama Pandemi COVID-19, 81% Karyawan Mengaku Telah Mendapatkan Support yang Baik dari Perusahaan Cara Cek Kesehatan Keuangan Bagi Karyawan](https://qmfinancial.com/wp-content/uploads/2021/02/kesehatan-keuangan-karyawan.jpg)
Mau tak mau, hal ini akan memengaruhi keseimbangan cash flow karyawan, sementara kebutuhan tetap meningkat. Karyawan harus disiapkan untuk menghadapi situasi krisis, karena situasi seperti ini akan berpeluang untuk terus terjadi. Jika karyawan tidak siap, apalagi tanpa disertai keterampilan pengelolaan keuangan yang mumpuni, bisa jadi karyawan akan menemui masalah keuangan.
Kesemua hal tersebut bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Budgeting Adalah Koentji: 3 Cara Melakukannya dengan Mudah
Budgeting adalah salah satu langkah penting dalam pengelolaan keuangan. Tak hanya di perusahaan, budgeting juga penting ketika kita hendak mengatur keuangan pribadi.
Jika ingin sukses mengatur keuangan, maka mulailah dengan mengendalikan cash flow. Cara mengendalikan cash flow adalah dengan membuat budgeting.
Nah, singkatnya sih begitu.
Untuk memahami budgeting secara lebih detail, ikuti artikel ini sampai selesai ya.
Apa Itu Budgeting?
![Budgeting Adalah Koentji: 3 Cara Melakukannya dengan Mudah Cara Belajar Finansial untuk Pemula yang Paling Asyik](https://qmfinancial.com/wp-content/uploads/2021/01/cara-belajar-finansial-untuk-pemula.jpg)
Budgeting adalah sebuah istilah berbahasa Inggris, berasal dari kata dasar budget. Jika dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia, bujet ini artinya adalah:
anggaran pemasukan dan pengeluaran uang; anggaran belanja
n Ek rencana anggaran terperinci sebagai pedoman untuk menjalankan operasi pada masa yang akan datang dan juga digunakan sebagai dasar untuk melakukan penilaian atas pelaksanaan.
Demikian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia.
So, kalau disimpulkan, budgeting adalah proses pembuatan anggaran belanja, yang meliputi catatan penghasilan dan pengeluaran uang dalam satu periode tertentu.
Fungsi Budgeting
![Budgeting Adalah Koentji: 3 Cara Melakukannya dengan Mudah Sudah Buat Resolusi Keuangan untuk 2021?](https://qmfinancial.com/wp-content/uploads/2021/01/resolusi-keuangan-2021.jpg)
Banyak manfaat yang bisa kita rasakan jika kita dapat membuat budgeting untuk keuangan kita sendiri. Beberapa fungsi budgeting adalah sebagai berikut:
- Untuk menentukan seberapa banyak uang yang bisa kita pakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ini penting karena—mari kita realistis saja—bahwa kebutuhan hidup kita itu selalu akan lebih banyak dari sumber daya yang kita punya. Karena itu, kalau tidak ditentukan batasannya, wah, bisa-bisa bablas dan akhirnya berpeluang memunculkan masalah keuangan di masa depan.
- Alat pembanding antara penghasilan dan pengeluaran. Dari sini kita dengan segera bisa mengetahui jika terjadi “besar pasak daripada tiang”, sehingga bisa dilakukan berbagai penyesuaian, agar keuangan bisa lebih efektif.
- Alat kontrol keuangan. Persis seperti yang diuraikann di poin pertama. Budgeting adalah alat pengendali—alat kita untuk membatasi pengeluaran. Kita bisa melihat, mana kebutuhan yang memang harus dipenuhi, mana yang bisa ditunda dulu, dan mana yang sebaiknya dicoret saja dari budgeting ini.
- Budgeting adalah alat support untuk mewujudkan rencana keuangan. Kalau cash flow nggak beres, mustahil kita bisa membuat rencana untuk mencapai tujuan keuangan—baik pendek, menengah, terutama tujuan jangka panjang.
- Menjadi alat untuk mengukur pertumbuhan aset kita.
Cara Melakukan Budgeting
Kita sudah sepakat bahwa budgeting adalah hal terpenting dalam perencanaan keuangan. Lalu, bagaimana cara menyusunnya?
Bagi dalam beberapa bagian
![Budgeting Adalah Koentji: 3 Cara Melakukannya dengan Mudah Budgeting Adalah Koentji: 3 Cara Melakukannya dengan Mudah](https://qmfinancial.com/wp-content/uploads/2021/01/budgeting-adalah.jpg)
Pada dasarnya, kita punya kebutuhan yang memang dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori besar, yang disebut dengan pos pengeluaran. Pos ini bisa disesuaikan dengan kondisi masing-masing sih. Tetapi, kamu bisa mencoba dengan pembagian yang terdiri atas pos belanja rutin, cicilan utang, investasi dan tabungan, sosial, dan lifestyle.
Tentukan besar masing-masing batas pengeluarannya. Di QM Financial, proporsinya adalah sebagai berikut:
- Pos cicilan utang: maksimal 30%
- Pos belanja rutin: 40 – 60%
- Pos investasi dan tabungan: minimal 10%
- Pos sosial: disesuaikan dengan peraturan, misalnya zakat berarti 2.5%
- Pos lifestyle: maksimal 10%
Pembagian di atas tak sesuai untukmu? Lakukan penyesuaian seperlunya.
Budgeting di awal
![Budgeting Adalah Koentji: 3 Cara Melakukannya dengan Mudah Tetap Bebas Utang, Lakukan 5 Langkah Bertahan Ini!](https://qmfinancial.com/wp-content/uploads/2020/08/langkah-bebas-utang.jpg)
Pada dasarnya, budgeting adalah proses yang sebaiknya dilakukan dalam periode tertentu.
Jadi, tentukan periode atau jangka waktu budgeting, misalnya bulanan atau mingguan. Paling mudah sih disesuaikan dengan waktunya kamu menerima penghasilan.
Tapi, kamu pekerja lepas, yang menerima penghasilan nggak tentu. Gimana menentukan periodenya? Ya, dibikin yang paling mudah saja untukmu. Misalnya sebulan sekali. Lalu, tentukanlah berapa uang yang akan kamu pakai di awal periode budgeting. Nah, khusus untuk mereka yang mendapatkan penghasilan tidak tetap sih ada trik khusus ya, yang bisa dilihat di artikel yang sesuai. Kapan-kapan bisa juga kita bahas lagi.
Yang penting, tentukan periodenya, dan lakukan budgeting di awal.
Evaluasi
![Budgeting Adalah Koentji: 3 Cara Melakukannya dengan Mudah Trik Menabung Efektif di Tengah Krisis](https://qmfinancial.com/wp-content/uploads/2020/07/trik-menabung.jpg)
Setiap kali akhir periode tiba, lakukan evaluasi terhadap budgeting dan pengeluaran yang sudah kamu lakukan dalam periode tersebut.
Sudah dijelaskan di atas kan, bahwa budgeting adalah alat untuk membandingkan dan mengetahui, apakah pengeluaran uang kita efektif atau harus disesuaikan lagi. Karena itu, evaluasi adalah proses penting juga dalam budgeting.
Nah, mau tahu lebih detail proses budgeting dalam pengelolaan keuangan pribadi? Gabung saja yuk, di Udemy. Ada modul yang sesuai buat kamu yang pengin belajar budgeting nih, yaitu Berkenalan dengan Financial Planning. Dalam kursus online ini kamu bisa mendapatkan materi budgeting, dan beberapa yang lain. Disusun agar mudah dipahami, kursus online ini pasti cocok buat kamu yang sedang belajar untuk mengatur keuangan.
Segera ambil modulmu di Udemy ya, dan kamu pun bisa segera memulai journey kamu sekarang.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Tipe Kepribadian Pengelola Keuangan Pribadi: Kamu yang Mana?
Financial is personal. Apa yang dilakukan oleh satu orang untuk mengelola keuangan pribadinya, belum tentu bisa dilakukan oleh orang yang lainnya.
Kebiasaan dan perilaku dalam mengelola keuangan inilah yang akan menentukan kondisi kita, mulai dari kemampuan kita mengendalikan keuangan, mengelola investasi, utang, dan yang lainnya.
So, apakah tipe kepribadian berikut ini adalah tipe kepribadian kamu dalam mengelola keuangan? It’s just for fun, jadi mari kita lihat ada tipe kepribadian apa saja. Setidaknya, kamu akan tahu harus bagaimana bersikap jika memang ada tipe kamu dalam mengelola keuangan di list ini.
5 Tipe Kepribadian dalam Pengelolaan Keuangan
![5 Tipe Kepribadian Pengelola Keuangan Pribadi: Kamu yang Mana? 5 Cara Menambah Penghasilan sebagai Persiapan Menghadapi Resesi](https://qmfinancial.com/wp-content/uploads/2020/07/menambah-penghasilan-persiapan-resesi.jpg)
1.Si Trader
Tipe kepribadian satu ini adalah mereka yang memanfaatkan sebagian besar aset dananya untuk berinvestasi, bahkan lebih jauh lagi, ia melakukan trading dengan jumlah atau modal yang besar. Tentu bukan hal yang salah, karena memang ia menganggap trading ini merupakan bisnisnya untuk membiayai hidup.
Namun, untuk menjadi seorang trader itu butuh ilmu dan keterampilan yang memadai, agar paham segala risiko dan bijak menyikapi keuntungan yang akan datang silih berganti. Dan, enggak semua orang bisa melakukannya dengan baik.
So, kalau kamu memang merupakan tipe ini (atau pengin seperti ini) bekalilah dirimu sendiri dengan ilmu yang cukup, agar risiko keuangan yang mungkin terjadi dapat ditekan seminimal mungkin.
2.Si Penimbun
Tipe kepribadian kedua ini adalah tipe-tipe orang yang suka menabung. Yah, tentu bukan hal yang buruk. Malahan, ini adalah kebiasaan baik.
Tapi, kebanyakan tipe ini kurang percaya dengan instrumen investasi. Mereka merasa investasi identik dengan kerugian, sehingga mereka akan memilih instrumen-instrumen tabungan saja sebagai tempat mereka menyimpan uang.
Bisa dibilang, ini adalah tipe konservatif. Mereka yang masuk ke tipe ini, bisa menaruh dana di deposito saja sudah bagus. Boro-boro menaruhnya di saham. Reksa dana saja masih merupakan instrumen yang risky buat mereka.
Padahal, kalau dimanfaatkan sebagaimana mestinya, instrumen investasi akan sangat membantu untuk mewujudkan tujuan keuangan kita yang butuh jumlah dana yang besar. Misalnya, untuk dana pendidikan anak atau dana pensiun, keduanya jelas tidak akan dapat tercover kalau hanya dengan menabung saja, karena inflasi itu nyata. Setiap tahun harga kebutuhan pokok dan biaya sekolah meningkat tajam loh!
![5 Tipe Kepribadian Pengelola Keuangan Pribadi: Kamu yang Mana? 5 Tipe Kepribadian Pengelola Keuangan Pribadi: Kamu yang Mana?](https://qmfinancial.com/wp-content/uploads/2017/11/belanja-ala-mahasiswa.jpg)
3.Si FOMO dan YOLO
Yang termasuk dalam tipe kepribadian ini adalah mereka yang berusaha untuk keep up dengan apa yang sedang trending sekarang di media sosial, maupun di lingkaran pergaulannya. Meski kondisi keuangannya sebenarnya tidak begitu memadai, tapi mereka tidak peduli. Atau, berusaha tidak peduli?
FOMO–alias Fear of Missing Out–memang merupakan “penyakit” yang harus diwaspadai, terutama di zaman serbabebas dengan informasi yang dapat diakses dari mana pun dengan cara apa pun seperti sekarang.
It’s ok sih kalau memang kamu pengin keeping up dengan apa yang trending, asalkan kamu pun sudah mempersiapkan kondisi keuanganmu dengan baik. Pisahkan pengeluaran untuk mengikuti mode atau tren ini dari pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari, terutama yang menyangkut kewajiban dan masa depan.
Dengan demikian, kondisi keuanganmu bisa tetap terjaga dengan baik.
4.Si Cuek
Tipe kepribadian keempat ini sebenarnya hanya belum sampai pada taraf pemahaman bahwa ia butuh mengelola keuangannya dengan baik. Bisa jadi, memang ia belum sadar akan pentingnya pengelolaan uang, karena ia masih seorang first jobber, misalnya. Baru seneng-senengnya dapat gaji pertama, lalu semua yang pernah diinginkan dibeli.
Ia belum tahu pentingnya membuat anggaran dan catatan pengeluaran. Apalagi investasi, hal yang masih sangat jauh dari pemikirannya.
Bisa jadi ia masih punya faham, bahwa mumpung masih muda, sudah bekerja keras setiap harinya, maka wajar jika gaji dipakai untuk bersenang-senang.
Well, enggak menyalahkan sama sekali juga sih, karena memang tipe-tipe ini memang biasanya usianya masih muda. Tapi, ada baiknya mulai belajar sedikit demi sedikit. Seenggaknya, berusahalah untuk tidak hidup from paycheck to paycheck; berusaha untuk nggak sampai merasakan ada tanggal tua–bikin semua tanggal jadi tanggal muda.
Dari sini, akan timbul kesadaran betapa pentingnya pengelolaan gaji dan uang demi masa depan.
![5 Tipe Kepribadian Pengelola Keuangan Pribadi: Kamu yang Mana? 5 Tipe Kepribadian Pengelola Keuangan Pribadi: Kamu yang Mana?](https://qmfinancial.com/wp-content/uploads/2020/09/tipe-kepribadian-pengelolaan-uang.jpg)
5.Si Pengendali
Tipe kepribadian terakhir ini adalah mereka yang selalu memperhitungkan setiap pengeluaran dengan cermat. Saking cermatnya, kadang ia bahkan tak “sempat” bersenang-senang, merayakan achievement yang sudah dicapainya sejauh ini.
Sebenarnya sih ini bagus, karena berarti pemahaman pengelolaan uangnya sudah baik juga. Tetapi, kamu juga sebaiknya memberi dirimu sendiri kesempatan untuk bersenang-senang, menikmati hasil jerih payahmu sendiri. Alokasikan sebagian (misalnya, maksimal 10%) dari penghasilanmu untuk sekadar memanjakan diri. Membeli baju yang membuat penampilanmu jadi semakin menarik, ganti gadget dengan yang lebih canggih, berlibur, dan sebagainya.
Tak ada yang salah dengan bersenang-senang menikmati uang hasil kerja kerasmu kan? Asalkan, kamu memang sudah mengalokasikannya dan habiskan sesuai alokasi tersebut.
Jadi, kamu termasuk tipe kepribadian yang mana?
Yang pasti, jangan berhenti belajar mengelola uang dengan lebih baik ya. Karena, ingat kata pepatah, uang memang bukan segalanya, tetapi segalanya butuh uang. Tak hanya hari ini, tapi sampai masa depan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Tipe dan Cara Suami Istri Mengelola Keuangan Keluarga
Menikah dan menjadi pasangan suami istri berarti sharing life, berarti juga harus siap selalu berkompromi tentang segala hal, dan yang paling utama soal keuangan.
Bagaimana pengelolaannya, tentunya kembali ke kebutuhan masing-masing serta kondisi juga. Setidaknya, ada 5 tipe pengelolaan keuangan suami istri yang banyak diterapkan. Barangkali, salah satunya juga kamu lakukan.
5 Tipe dan Cara Pengelolaan Keuangan Pasangan Suami Istri
![5 Tipe dan Cara Suami Istri Mengelola Keuangan Keluarga 5 Tipe dan Cara Suami Istri Mengelola Keuangan Keluarga](https://qmfinancial.com/wp-content/uploads/2020/09/keuangan-suami-istri.jpg)
1.Gabungan
Tipe pengelolaan keuangan yang pertama adalah tim gabungan; suami istri dua-duanya bekerja, lalu penghasilan digabung dan kemudian dipergunakan seluruhnya untuk kepentingan dan kebutuhan keluarga.
Dengan begini, biasanya keuangan keluarga akan sangat kuat. Tujuan keuangan bisa dengan cepat dan banyak tercapai. Namun, ada kekurangannya juga, yakni ketika salah satu butuh untuk belanja kebutuhan pribadi. Kemungkinan akan memicu perasaan kurang adil bagi yang lain, jika ada yang menghabiskan lebih banyak uang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
Salah satu solusi yang mungkin bisa dilakukan adalah masing-masing menentukan uang belanja kebutuhan sendiri, dan kemudian menggunakannya sesuai plafon masing-masing.
2.100% terbeban ke suami
Pengelolaan keuangan kedua ini, penghasilan suami sepenuhnya menjadi milik keluarga, sedangkan jika istri juga berpenghasilan, maka sepenuhnya menjadi milik pribadi.
Bagaimana menurutmu pengelolaan keuangan yang kedua ini?
Kalau ini memang menjadi kesepakatan berdua, dan dua-duanya merasa ini yang terbaik, ya enggak masalah pastinya. Tapi jadi ingat beberapa waktu yang lalu, ada kisah viral online shop yang menjual khusus peralatan hobi bapak-bapak yang sering banget diminta oleh pelanggannya untuk “memalsukan” nota pembelian demi menghindari omelan istri karena belanjanya terlalu banyak.
Well, ada baiknya, jika memang hendak mengelola keuangan keluarga dengan cara ini, ada alokasi tersendiri bagi suami agar ia pun bisa bebas berbelanja atau mempergunakan uang untuk kebutuhan pribadinya sesuai jumlah yang disepakati bersama. Selama suami tidak berbelanja melebihi bujet, pastinya enggak harus jadi masalah dong ya?
Istri–sebagai menteri keuangan–mesti banget punya keterampilan mengelola uang, kalau enggak ya ambyar sudah.
![5 Tipe dan Cara Suami Istri Mengelola Keuangan Keluarga Kenapa Membuat Laporan Arus Kas Pribadi Itu Penting? Ini 5 Alasannya!](https://qmfinancial.com/wp-content/uploads/2020/08/membuat-laporan-arus-kas-pribadi.jpg)
3.Suami beri jatah
Kalau menerapkan model pengelolaan keuangan seperti ini, biasanya suami sudah menentukan (atau bisa juga melalui diskusi dengan istri), seberapa banyak ia akan memberikan uang bulanan pada istri. Mungkin 50 – 80%-nya. Sementara, sisanya akan disimpan sendiri.
Banyak alasan mengapa suami istri memilih cara ini, biasanya adalah karena ada tanggungan khusus yang harus menjadi beban. Misalnya, suami masih harus menghidupi keluarga besarnya.
Jika suami memang punya keterampilan mengelola uang yang baik, pun memiliki habit yang baik juga, maka aset keluarga bisa bertumbuh. Sedangkan, jika istri memiliki keterampilan yang sama bagusnya, keuangan keluarga juga akan baik-baik saja.
Minusnya, kalau jatah suami kurang, maka istri harus putar otak, baik dengan cara menghemat atau menambah penghasilan lagi. Di sini akan muncul potensi utang dari pihak istri.
4.Bagi tugas
Misalnya, suami tugasnya mengurus investasi, asuransi, dan tagihan rutin besar, seperti pajak-pajak cicilan rumah, dan sebagainya. Istri kebagian memenuhi kebutuhan rumah dan dapur, serta kebutuhan sekolah anak-anak.
Hal ini juga bisa menjadikan keuangan keluarga adil dan kuat. Satu kunci terbesarnya adalah jangan sampai satu sama lain nggak mengetahui penghasilan pasangannya, karena hal ini bisa berisiko pada pengelolaan keuangan secara keseluruhan.
Apa pun model pengelolaan keuangan keluarga sudah seharusnya diiringi dengan keterbukaan pasangan suami istri satu sama lain. Meski sudah dibagi tugas, masing-masing pun harus tahu betul kondisi pasangannya.
![5 Tipe dan Cara Suami Istri Mengelola Keuangan Keluarga Begini Cara Memulai Membuat Rencana Keuangan Kamu Sendiri di Tahun 2020](https://qmfinancial.com/wp-content/uploads/2020/07/membuat-rencana-keuangan.jpg)
5.Penghasilan satu pintu
Model pengelolaan ini terjadi ketika salah satunya enggak berpenghasilan, bisa suami atau istri. Dengan begini, salah satu yang tidak berpenghasilan ini akan meminta uang pada yang lain jika ada kebutuhan. Kadang, misalnya istri yang tidak bekerja, maka suami memberikan kartu debit atau kartu kredit untuk dipakai oleh istri.
Lagi-lagi, kalau hal ini memang menjadi kesepakatan antara suami istri, maka semua seharusnya akan baik-baik saja. Memang ada suami yang pengin bertanggung jawab penuh terhadap kebutuhan keluarganya, dan lebih suka meminta istri untuk full fokus mengurus keluarga. Setiap kondisi rumah tangga berbeda, dan pastinya punya cara pandang dan solusi yang berbeda untuk setiap masalah.
Hanya satu lagi kuncinya, yaitu keterbukaan. Menyembunyikan rahasia–apalagi soal keuangan–satu sama lain bukanlah langkah pengelolaan keuangan keluarga yang aman.
Nah, sudah ada 5 model pengelolaan keuangan suami istri yang sudah dibahas di sini. Apakah kamu dan pasanganmu menerapkan salah satu yang di atas? Ataukah, ada yang berbeda?
Nggak ada yang selalu salah dan selalu benar dalam pengelolaan keuangan, apalagi keuangan keluarga dan pribadi, karena situasi dan kondisi orang akan sangat berpengaruh di sini. Yang penting, kita tahu prinsip dasar pengelolaan keuangan dan kemudian bisa menerapkannya sesuai kebutuhan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Gaya Hidup Minimalis: Cocok untuk New Normal?
Ada banyak penyesuaian yang harus kita lakukan, baik selama ataupun setelah masa pandemi. Salah satu di antaranya adalah penyesuaian keuangan. Mengingat kondisi ekonomi yang mungkin tidak akan segera pulih dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, sepertinya kita memang perlu punya kebiasaan dan gaya hidup baru–yang lebih baik pastinya. Pernah dengar tentang gaya hidup minimalis?
Pernahkah kamu membaca buku Fumio Sasaki, Goodbye, Things? Memang, orang Jepang terkenal akan gaya hidup minimalisnya. Sudah tahu tentang metode KonMari kan? Sebuah metode decluttering rumah yang diperkenalkan oleh Marie Kondo. Metode decluttering ini jadi ngehits di seantero dunia. Dan, kemudian disusul oleh Fumio Sasaki yang memperkenalkan dan membahas gaya hidup minimalis ini secara mendalam.
Baik buku The Life-Changing Magic of Tidying Up dan Goodbye, Things memiliki inti bahasan yang sama: bahwa sebenarnya untuk hidup itu, manusia hanya butuh sedikit barang saja.
Menarik? Sangat. Gaya hidup ini–enggak hanya akan memengaruhi segala segi psikologis kita dalam menjalani hidup–tetapi jelas, bakalan sangat memengaruhi keuangan kita. Karena dengan gaya hidup minimalis ini, kita jadi belajar untuk menghargai setiap value dari barang yang kita miliki dan uang yang sudah kita keluarkan.
So, buat kamu yang punya gaya hidup khilaf, ini beberapa hal “menyenangkan” tentang gaya hidup minimalis yang mungkin bisa mengubah mindsetmu selama ini.
5 Prinsip Gaya Hidup Minimalis
![Gaya Hidup Minimalis: Cocok untuk New Normal? Gaya Hidup Minimalis: Cocok untuk New Normal?](https://qmfinancial.com/wp-content/uploads/2020/06/gaya-hidup-minimalis.jpg)
1. Rumah bukan museum
Banyak dari kita yang suka menyimpan dan menumpuk barang di rumah hanya karena nilai historisnya.
Coba sekarang kamu lihat di sekelilingmu. Apakah barang-barang yang kamu miliki sekarang benar-benar kamu pakai, ataukah kamu miliki hanya karena ada cerita di baliknya? Kelompokkan dalam grup terpisah, berapa banyak yang memang masih berfungsi, dan berapa banyak yang sekadar jadi barang kenangan?
Rumah jadi museum, akhirnya. Museum barang mantan? Aduh! Buat apa?
Fumio Sasaki sebenarnya menawarkan, zaman sekarang, simpanlah kenangan dan histori dalam bentuk digital. Foto, lalu simpan di laptop atau handphone. Kalau mau, ya posting saja di Instagram. Beri caption ceritanya sekalian. Ada banyak cara untuk menyimpan kenangan, tetapi bukan dalam bentuk barang.
Hanya simpan barang-barang yang kamu gunakan, berfungsi dengan baik, dan bermanfaat secara total. Selebihnya, singkirkan. Seperti misalnya:
- Barang yang tidak membangkitkan minat untuk memakainya
- Barang yang tidak memberikan kebahagiaan ketika dilihat
- Barang yang sudah setahun menganggur
- Barang yang dibeli hanya demi citra diri atau gengsi
- Barang yang bahkan kamu sendiri sudah lupa untuk apa dulu dibeli
- Barang yang menimbulkan “kebisingan” visual
- Barang yang mubazir
2. Bedakan kebutuhan dengan keinginan
Ini sesuai betul dengan prinsip pengelolaan keuangan, bahwa keinginan itu berbeda dengan kebutuhan.
Iphone seri terbaru sudah rilis; pengin atau butuh? Beli sepeda yang keren buat bike to work; pengin atau butuh? Food processor; pengin atau butuh? Robot vacuum cleaner; pengin atau butuh?
Kalau dalam pertimbangannya memang butuh, hidup akan lebih mudah dengan adanya barang tersebut, hidup akan berubah menjadi lebih baik jika ada barang tersebut, ya enggak apa dibeli.
Namun, jika dalam pertimbangan ternyata kamu menemukan alternatif solusi lain yang lebih baik tanpa harus membeli, berarti itu hanyalah keinginan. Berhenti sampai di situ, dan moveon.
![Gaya Hidup Minimalis: Cocok untuk New Normal? Urus Rumah Tanpa Asisten Rumah Tangga: Bisa!](https://qmfinancial.com/wp-content/uploads/2020/06/urus-rumah-tanpa-asisten-rumah-tangga.jpg)
3. Tidak perlu membeli karena murah, tidak perlu mengambil karena gratis
Manusia itu pada dasarnya punya sifat “nggak mau rugi”. Dari sinilah kemudian ada penawaran diskon ini itu, promo anu onoh. Pun juga penawaran “beli satu gratis satu”.
Nggak mau rugi deh. Kalau bisa punya dua barang untuk harga satu barang, ya mumpung. Harus banget dibeli, besok Senin harga naik soalnya.
Hal ini juga yang bikin hidup jadi lebih complicated. So, untuk bisa menjalani gaya hidup minimalis–demi hidup ke depannya yang lebih baik–ada baiknya, kamu ubah mindset ini.
Sekali lagi, ini adalah sifat dasar manusia, jadi siapa pun enggak akan bisa menghindar dari pemikiran ini. Tetapi, jika kita sadar sedang memikirkannya, maka saat itu pula sebenarnya kita diberi kesempatan untuk menghilangkannya juga.
4. Ruang kosong memberi efek tenang dan fokus
Tahu enggak sih, bahwa ruang yang kosong itu sebenarnya memberikan efek lega, tenang, dan fokus untuk kita sebagai penghuninya?
Demikian juga di rumah. Jika rumah punya lebih banyak ruangan kosong, kita akan jauh lebih leluasa bergerak. Ruang kosong untuk dinikmati, enggak harus diisi.
Jadi, Fumio Sasaki memberikan saran, untuk menjalani gaya hidup minimalis dengan baik, biarkan ruang yang “tidak terpakai” untuk tetap kosong.
![Gaya Hidup Minimalis: Cocok untuk New Normal? Prioritas Pengeluaran Rutin yang Harus Tetap Dilakukan Selama Pandemi COVID-19](https://qmfinancial.com/wp-content/uploads/2020/05/prioritas-pengeluaran-rutin.jpg)
5. Sewa yang bisa disewa
Salah seorang teman yang sudah beberapa tahun punya gaya hidup minimalis (meskipun dia baru sadar sekarang, bahwa gaya hidup yang dianutnya adalah gaya hidup minimalis), menjalani hidupnya dari persewaan ke persewaan.
Punya anak bayi, butuh boks bayi, sewa saja. Anak bayinya tumbuh, butuh stroller, sewa saja. Sekarang bayinya sudah bisa diajak jalan-jalan, sewa carseat saja. Kebetulan, jadi tuan rumah untuk menjamu arisan keluarga, semua perkakas dan alat–mulai dari tambahan kursi, peralatan makan, bahkan mangkuk saji hidangan–sewa saja. Dia juga enggak punya mobil, hanya punya sepeda motor. Kalau pas butuh mobil, ya sewa saja.
Dulu teman-temannya ini menganggapnya sebagai “orang pelit”–tentu saja, dilontarkan sembari bercanda–tetapi sekarang kami sadar, bahwa ia penganut gaya hidup minimalis.
Nah, bagaimana denganmu? Di masa new normal yang membutuhkan penyesuaian gaya hidup, mungkin gaya hidup minimalis ini cocok untuk kamu pertimbangkan.
Milikilah barang yang benar-benar kamu gunakan, singkirkan barang yang sudah tidak fungsional atau hanya bernilai historis saja. Dengan demikian, hidupmu akan lebih fokus, pengelolaan keuangan pun menjadi lebih baik, dan akhirnya akan memengaruhi setiap aspek hidup.
Tertarik?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.