Contoh Kebijakan Bisnis yang Perlu Dibuat Pemilik agar Bisnisnya Berkelanjutan
Buat kamu para pelaku bisnis kecil dan rumahan, kamu pastinya pengin dong bisnis kamu bisa berkelanjutan, bisa running dalam jangka waktu yang panjang. Apalagi kalau bisa berkembang, bisa rekrut banyak karyawan, dan melayani lebih banyak lagi pelanggan. Nah, untuk itu, kamu wajib tahu juga beberapa contoh kebijakan bisnis yang sebaiknya dibuat.
Menyusun kebijakan bisnis yang tepat bukan hanya tentang memenuhi persyaratan legal atau regulasi, melainkan tentang menciptakan kerangka kerja yang mendukung semua operasi bisnis dan strategi pertumbuhan.
Dengan kebijakan yang kuat, bisnis dapat merespons dengan lebih cepat dan tepat terhadap tantangan pasar serta memanfaatkan peluang yang muncul. Dengan begitu, sebagai pemilik bisnis, kamu bisa membangun fondasi yang kuat untuk masa depan perusahaan.
Table of Contents
Contoh Kebijakan Bisnis yang Wajib Dibuat Pemilik Bisnis
Kadang ada yang beranggapan, ah, bisnis masih kecil, buat apa sih ribet? Well, ini bukan soal ribet meribetkan diri, tetapi tentang memberi bisnis kamu landasan yang kuat untuk berkembang.
Dengan adanya kebijakan bisnis, operasional usaha akan lebih mudah, karena ada koridor yang membuat kita berjalan dengan lurus sesuai arah dan tujuan. Apalagi kalau kamu sudah memiliki karyawan. Kebijakan bisnis bisa jadi pegangan buat mereka mengoperasikan bisnis—meskipun kamu sedang tidak di tempat.
So, seperti apa contoh kebijakan bisnis yang sebaiknya dibuat oleh pemilik bisnis demi memastikan usahanya bisa berkelanjutan? Berikut beberapa di antaranya.
1. Kebijakan Keuangan
Kebijakan bisnis dalam hal keuangan merupakan elemen penting, karena kebijakan keuangan yang kuat membantu menjaga stabilitas finansial bisnis. Bisnis harus dipastikan memiliki cukup arus kas untuk operasi sehari-hari. Stabilitas ini penting untuk menghindari krisis keuangan yang dapat mengancam kelangsungan bisnis.
Contoh kebijakan bisnis untuk keuangan, misalnya:
- Menetapkan prosedur untuk memonitor dan mengatur arus kas harian, termasuk jadwal yang ketat untuk penerimaan dan pembayaran. Ini membantu meminimalkan risiko kekurangan kas.
- Mengadopsi standar akuntansi untuk pencatatan semua transaksi keuangan. Hal ini memastikan transparansi dan kemudahan dalam audit. Enggak perlu yang standar internasional dulu juga enggak apa-apa, yang penting sesuai dengan kondisi dan kebutuhan bisnis.
- Menyusun kebijakan kredit yang ketat, termasuk penilaian kredit pelanggan dan pengaturan pembayaran yang jelas. Juga, mengimplementasikan prosedur efisien untuk pengumpulan piutang.
Baca juga: Belajar Keuangan Bisnis Berawal dari 5 Langkah Ini
2. Kebijakan Operasional
Kebijakan operasional juga merupakan salah satu aspek terpenting dalam pengelolaan bisnis karena memiliki peran krusial dalam memastikan kelancaran, efisiensi, dan efektivitas operasi harian. Berikut beberapa contoh kebijakan bisnis secara operasional yang bisa dibuat oleh pemilik bisnis:
- Mendefinisikan standar kualitas produk atau layanan yang harus dicapai oleh semua unit kerja.
- Menyusun prosedur untuk evaluasi kualitas secara periodik.
- Membuat prosedur untuk memastikan setiap produk atau layanan bisa memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
- Mengembangkan strategi untuk meminimalkan risiko keterlambatan pasokan dan menjamin ketersediaan bahan baku yang teratur.
- Menetapkan kriteria seleksi dan evaluasi vendor untuk memastikan kualitas dan keandalan pasokan.
3. Kebijakan Pemasaran dan Penjualan
Kebijakan pemasaran dan penjualan penting untuk memastikan bahwa perusahaan memiliki arah yang jelas dalam menjual produk atau jasa. Kebijakan ini membantu menetapkan cara perusahaan berkomunikasi dengan pelanggan dan mempromosikan produknya, sehingga semua tim pemasaran dan penjualan bisa bekerja secara konsisten dan efektif.
Contoh kebijakan bisnis yang bisa dibuat oleh pemilik bisnis untuk pemasaran dan penjualan misalnya:
- Menetapkan panduan yang jelas mengenai cara promosi produk, termasuk penggunaan media sosial, iklan digital, dan promosi offline. Kebijakan ini juga meliputi penggunaan diskon, penawaran khusus, dan paket bundling untuk menarik pelanggan.
- Menyusun aturan mengenai penetapan harga produk atau jasa, yang mencakup faktor-faktor seperti biaya produksi, permintaan pasar, dan harga pesaing. Kebijakan ini membantu menjaga margin keuntungan sambil tetap bersaing di pasar.
- Mengembangkan standar pelayanan pelanggan, termasuk kecepatan respons, cara menangani keluhan, dan prosedur pengembalian produk. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dan membangun loyalitas pelanggan.
- Menentukan saluran distribusi yang akan digunakan untuk mendistribusikan produk, seperti penjualan online, distributor, atau toko ritel. Kebijakan ini juga mencakup pemilihan mitra distribusi dan logistik.
Baca juga: 5 Langkah Perencanaan Keuangan Perusahaan yang Harus Dilakukan oleh Pemilik Bisnis yang Ingin Sukses
Nah, itu baru tiga contoh kebijakan bisnis yang bisa mulai dibuat. Bisa jadi, ada hal lain yang juga harus dibuatkan kebijakan, misalnya manajemen risiko, kebijakan sumber daya manusia, dan masih banyak lagi.
Iya, PR-nya memang banyak untuk pemilik bisnis. Namun, kamu enggak perlu langsung membuat semuanya sekaligus. Kamu bisa mulai dari kebijakan keuangan. Pasalnya, kebijakan keuangan adalah fondasi yang akan menopang semua aktivitas bisnis di masa depan. Dengan kebijakan keuangan yang solid, perusahaan dapat memastikan bahwa operasional sehari-hari berjalan dengan lancar dan mampu merespons perubahan kondisi pasar dengan lebih efektif.
Yuk, belajar menaikkelaskan bisnis kamu bersama QM Financial! Ada beberapa kelas bisnis yang bisa kamu ikuti di FCOS QM Financial loh! Cek jadwal kelasnya di sini ya.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Belajar Keuangan Bisnis Berawal dari 5 Langkah Ini
Menguasai dunia bisnis bukan hanya soal memiliki ide brilian atau strategi pemasaran yang jitu. Namun, juga memahami bagaimana angka-angka bermain di belakang layar. Belajar keuangan bisnis menjadi elemen penting dalam suksesnya sebuah bisnis, baik itu bisnis kecil maupun besar.
Dengan pemahaman yang solid tentang keuangan bisnis, pemilik bisnis dan manajer dapat membuat keputusan yang lebih tepat, merencanakan masa depan dengan lebih efektif, dan mengidentifikasi area-area potensial untuk pertumbuhan dan peningkatan.
Belajar Keuangan Bisnis Bisa Dimulai dari Mana?
Pada pandangan pertama, belajar keuangan bisnis mungkin bisa berarti berkenalan dengan segala istilah teknis dan rumus yang rumit. Intimidating, ya kan?
Namun, jangan biarkan hal itu mengecilkan semangat. Dengan pendekatan yang sistematis dan siap untuk belajar, siapa pun bisa kok menguasai dasar-dasar keuangan bisnis. Artikel ini akan membantu memahami dari mana harus memulai, dengan melangkah melalui enam langkah penting untuk belajar keuangan bisnis. Dengan mengikuti langkah-langkah ini, pebisnis pemula akan membangun dasar yang kuat dalam keuangan bisnis dan membuka pintu untuk pengetahuan yang lebih mendalam.
Belajar tentang keuangan bisnis dapat dilakukan melalui serangkaian langkah-langkah berikut ini.
1. Memahami Dasar-Dasar Keuangan
Paling basic sih ya, mencoba mengenal berbagai pernak-pernik dan istilah dalam keuangan bisnis dulu, supaya enggak bingung nantinya mau bikin apa, buat apa, namanya apa, dan sebagainya. Ini memang basic banget, tetapi sekaligus penting banget.
Mulailah dengan memahami konsep-konsep dasar seperti laba dan rugi, neraca, arus kas alias cash flow, dan return on investment (ROI). Investopedia dan Khan Academy adalah sumber yang baik untuk memahami istilah-istilah ini.
2. Pendidikan Formal
Ya, kalau memang dibutuhkan dan memungkinkan, mengambil program pendidikan formal dalam bidang keuangan, bisnis, atau akuntansi dapat sangat membantu untuk belajar keuangan bisnis. Bisa berupa program sarjana, pascasarjana, atau kursus singkat yang ditujukan untuk profesional.
Kamu bisa mencari informasinya di mesin pencari, hingga media sosial. Untuk bisa menempuh pendidikan formal, jangan lupa kalau ada biayanya ya. Karena itu, dipertimbangkan dengan baik.
3. Membaca Buku
Ada banyak buku yang dapat membantumu belajar keuangan bisnis. Sejumlah buku yang bisa dipertimbangkan misalnya “Financial Intelligence for Entrepreneurs” oleh Karen Berman dan Joe Knight, atau “The Essentials of Finance and Accounting for Nonfinancial Managers” oleh Edward Fields.
4. Kursus Online
Saat ini ada banyak kursus online yang dapat membantu pebisnis pemula untuk belajar segala hal, termasuk belajar keuangan bisnis. Ada banyak platform kursus online yang bisa dipilih dengan topik beragam.
Salah satunya, kamu bisa cek juga kelas-kelas keuangan online QM Financial. Di waktu-waktu tertentu, juga ada kelas keuangan bisnis yang membahas seluk beluk membangun dan mengelola bisnis, yang biasanya diampu oleh lead trainer QM, Ligwina Hananto, dan juga trainers QM lainnya.
5. Praktik Langsung
Nah, kalau memang sudah berada dalam lingkungan bisnis, gunakanlah hal tersebut sebagai kesempatan untuk belajar keuangan bisnis dengan lebih mendalam lagi. Pasalnya, belajar enggak akan afdal tanpa praktik. Betul?
Jadi, coba amati dan pelajari bagaimana profesional keuangan lainnya dalam organisasi bisnis bekerja.
Selain dengan cara-cara di atas, bisa juga—jika memungkinkan—mencari mentor yang dapat membantu untuk memahami konsep-konsep keuangan bisnis secara lebih mendalam. Mereka dapat memberikan pengetahuan dari pengalaman mereka sendiri dan membantu menavigasi tantangan yang mungkin dihadapi.
Last but not least, keuangan bisnis adalah bidang yang terus berubah dan berkembang, jadi penting untuk terus belajar dan menyesuaikan diri dengan perkembangan baru. Ikuti seminar, workshop, atau kelas tambahan untuk memastikan pengetahuan bisnis tetap relevan dan up-to-date.
Ingatlah bahwa belajar tentang keuangan bisnis bukanlah sesuatu yang dapat dikuasai dalam semalam. Proses ini akan membutuhkan waktu, usaha, dan dedikasi. Tetapi dengan pendekatan yang tepat, pebisnis pemula dapat membangun dasar pengetahuan yang kuat yang akan membantu membuat keputusan bisnis yang lebih baik.
Memahami dasar-dasar keuangan bisnis menjadi titik awal yang penting untuk membangun dan menjalankan bisnis yang sukses. Meski belajar keuangan bisnis dapat tampak menantang di awal, dengan pengetahuan dan keterampilan yang tepat, setiap tantangan dapat diubah menjadi peluang.
Proses belajar keuangan bisnis ini bukanlah tentang menjadi ahli dalam angka semata, melainkan tentang memahami bagaimana angka-angka tersebut memengaruhi keseluruhan bisnis dan bagaimana hal tersebut bisa menjadi alat bantu dalam mencapai tujuan bisnis.
Oleh karena itu, teruslah belajar, berlatih, dan menerapkan pengetahuan keuangan bisnis. Dengan demikian, setiap individu akan lebih siap untuk menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang di dunia bisnis yang selalu berubah dan dinamis.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Selain Jadi Karyawan Kantoran, Ini Dia 3 Jenis Profesi dengan Potensi Karier Cemerlang
Profesi sebagai karyawan kantoran mungkin masih menjadi jalan karier yang dipilih oleh banyak orang saat ini. Meskipun ada keuntungan memiliki pekerjaan tetap seperti stabilitas dan kepastian, tetapi tidak dapat dimungkiri bahwa ada banyak profesi lain yang menawarkan peluang yang sama baiknya, jika tidak lebih baik, dan sering kali memberikan kepuasan yang lebih dalam pekerjaan.
Masa depan kerja tidak lagi berarti menjadi bagian dari mesin korporasi yang besar. Sebaliknya, kita bergerak menuju masyarakat yang lebih berorientasi pada keterampilan. Di sini, kemampuan untuk beradaptasi dan inovasi menjadi lebih penting daripada keamanan pekerjaan jangka panjang. Dalam dunia ini, profesi alternatif bisa menjadi pilihan karier yang menarik dan berpotensi besar.
Pilihan profesi ini bisa sangat beragam, mulai dari berkecimpung dalam dunia seni, menjadi wirausaha, hingga merambah bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Semua profesi ini membutuhkan dedikasi, keterampilan, dan passion. Umumnya, memang menawarkan pengembangan diri yang besar, di samping—tentu saja—penghasilan yang sebanding.
Dalam artikel ini, kita akan melihat beberapa profesi yang berpotensi bagus ini selains ebagai karyawan kantoran. Pun akan dibahas mengenai apa yang diperlukan untuk bisa sukses, agar ada gambaran tentang berbagai pilihan karier yang ada di luar pekerjaan menjadi karyawan kantoran.
Profesi dengan Potensi Perkembangan Karier yang Bagus, selain Karyawan Kantoran
1. Pengusaha/wirausaha
Menjadi wirausaha atau pengusaha adalah salah satu pilihan karier yang bisa dikatakan sangat menantang. Mengapa? Karena, menjalankan bisnis milik sendiri itu butuh keberanian, keterampilan, dan dedikasi yang besar. Namun, penghasilannya juga bisa jauh melampaui gaji tetap karyawan kantoran.
Pertama, menjadi wirausaha berarti memiliki kebebasan dan fleksibilitas yang tidak tersedia dalam pekerjaan kantoran. Kita bebas menentukan jadwal kerja sendiri, dan menjual produk yang dibutuhkan orang sekaligus kita suka.
Kedua, wirausaha juga memberikan kesempatan untuk meraih potensi penghasilan yang tidak terbatas. Berbeda dengan karyawan kantoran, yang penghasilannya dibatasi oleh gaji dan bonus. Penghasilan sebagai wirausaha berbanding lurus dengan kesuksesan bisnis yang dikelola. Semua tergantung pada diri kita sendiri, sebagai pemilik dan manajer bisnis.
Ketiga, dengan menjadi pengusaha, kita punya kesempatan untuk mengejar passion kita. Kita bisa membangun bisnis di sekitar apa yang kita cintai dan apa yang kita yakini.
Namun, menjadi wirausaha juga ada tantangannya. Ada risiko kegagalan, dan kita juga mungkin perlu bekerja keras selama beberapa tahun sebelum bisnis mulai menghasilkan keuntungan. Kita juga perlu siap untuk mengatasi berbagai masalah yang mungkin muncul, mulai dari masalah keuangan hingga manajemen sumber daya manusia.
Tapi, bukankah akan selalu ada masalah dan tantangan di setiap hal dalam hidup?
2. Pekerja mandiri/freelancer
Menjadi freelancer atau pekerja mandiri adalah salah satu pilihan karier yang menawarkan kebebasan dan fleksibilitas. Mau menentukan jam kerja sendiri, memilih proyek atau klien yang hendak dikerjakan, dan mau bekerja dari mana saja, semua tergantung pada diri kita sendiri.
Freelancing adalah tentang menjual keterampilan dan jasa langsung kepada klien atau perusahaan, tanpa perantara. Kamu bisa bekerja dalam berbagai bidang, termasuk penulisan, desain, pengembangan web, pemasaran digital, konsultasi, fotografi, dan banyak lagi. Di era digital ini, permintaan untuk pekerjaan freelance semakin meningkat, karena perusahaan mencari cara yang lebih fleksibel dan biaya efektif untuk mendapatkan pekerjaan yang dilakukan.
Dengan menjadi freelancer, ada kesempatan untuk membangun portofolio yang kuat, dan kemampuan untuk menetapkan tarif. Bagi banyak orang, kebebasan dan otonomi ini adalah salah satu aspek paling menarik dari pekerjaan freelance, yang tidak bisa didapatkan dari menjadi karyawan kantoran.
Dan, tentu saja, ada tantangan tersendiri jika ingin menjadi freelancer. Stabilitas pendapatan bisa menjadi masalah pertama, karena pekerjaan mungkin datang dan pergi. Kita juga harus mengurus semua aspek bisnis kita sendiri, termasuk pencarian klien, penagihan, dan administrasi. Beban pajak juga bisa menjadi tantangan, karena harus mengurus semua kewajiban pajak sendiri. Juga asuransi kesehatan, tabungan pensiun, KPR, dan sebagainya; semua harus disiapkan sendiri.
3. Pekerja kreatif
Menjadi pekerja kreatif adalah karier yang memberi peluang lebih banyak ruang untuk berekspresi, mengejar passion, dan memberi banyak nilai tambah melalui karya yang kita buat.
Pekerjaan kreatif mencakup banyak sekali bidang lo! Mulai dari seni visual, musik, penulisan, desain, fotografi, film, dan banyak lagi. Pekerja kreatif sering kali bekerja sebagai freelancer atau wiraswasta, tetapi juga dapat bekerja di studio, agensi, atau organisasi.
Salah satu aspek yang paling menarik dari pekerjaan kreatif adalah kebebasan untuk menciptakan dan mengeksplorasi ide-ide kita sendiri. Kita memiliki kendali atas apa yang kita buat, dan kita dapat mengekspresikan diri dan visi melalui karya kita. Hal ini bisa menjadi sangat memuaskan secara pribadi, dan bisa memberi kita kesempatan untuk bisa mencapai lebih banyak tujuan.
Pekerjaan kreatif juga bisa sangat bervariasi dan menantang. Setiap proyek atau tugas baru memerlukan solusi kreatif, dan kita pun jadi harus terus-menerus belajar dan berkembang untuk tetap relevan dan kompetitif. Ini bisa membuat pekerjaan ini tetap menarik dan menantang. Tinggal kita sendiri saja sih, bisa cukup lincar beradaptasi dengan banyak hal baru atau enggak.
Nah, itu juga yang jadi tantangan tersendiri sebagai pekerja kreatif, yang akan lebih banyak dihadapi dibandingkan menjadi karyawan kantoran biasa. Belum lagi soal penghasilan yang enggak stabil. Selain itu, pekerjaan kreatif sering kali memerlukan lebih banyak waktu dan energi, dan bisa menuntut kerja keras secara fisik dan mental.
So, mau jadi karyawan kantoran atau profesi alternatif seperti yang disebutkan di atas? Semua kembali pada tujuan dan kebutuhan masing-masing. Masalah penghasilan, tentunya bisa diatur, apalagi kalau kamu punya keterampilan pengelolaan keuangan yang baik. Dengan rencana keuangan yang komprehensif, meskipun penghasilan tak stabil, kamu tetap bisa punya asuransi kesehatan, asuransi jiwa, bahkan sampai dana pensiun yang memadai.
Kalau yang karyawan kantoran bisa panggil QM Financial untuk financial training, kamu bisa ikut kelas-kelas FCOS sesuai kebutuhanmu.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
5 Langkah Perencanaan Keuangan Perusahaan yang Harus Dilakukan oleh Pemilik Bisnis yang Ingin Sukses
Jika kamu adalah seorang pemilik bisnis, dan ingin agar bisnismu sukses, maka kunci pertama yang harus dilakukan adalah membuat perencanaan keuangan perusahaan yang rapi dan detail. Pasalnya, perkembangan bisnis itu mau enggak mau memang akan diukur dari perkembangan laba dan juga modal usaha. Betul nggak?
So, memang perencanaan keuangan perusahaan menjadi hal utama yang harus jadi prioritas, di samping operasionalnya sendiri. Perencanaan keuangan perusahaan yang baik akan sangat bermanfaat untuk pengendalian arus kas, di samping memastikan bahwa operasional berjalan lancar.
Sebenarnya, prinsip dari perencanaan keuangan perusahaan ini tidak jauh berbeda dengan prinsip keuangan pribadi, yaitu berfokus pada menentukan tujuan, membuat rencana, eksekusi, evaluasi, dan akhirnya mencatat.
Jadi, buat kamu pemilik bisnis, jika memang ingin bisnis kamu sustainable dalam jangka waktu yang lama, mulailah untuk membuat perencanaan keuangan perusahaan yang komprehensif. Bagaimana urutan langkahnya? Yuk, simak yang berikut ini sampai selesai.
Langkah Perencanaan Keuangan Perusahaan
1. Tentukan tujuan bisnis
Prinsip dasar perencanaan keuangan perusahaan adalah memiliki tujuan yang jelas mengenai apa yang akan menjadi target bisnis ke depannya. Ya, sama seperti perencanaan keuangan pribadi yang harus dimulai dengan #TujuanLoApa.
Pastinya, hal ini juga harus disesuaikan dengan konsep bisnisnya sendiri ya, yang sebenarnya di dalamnya termasuk aktivitas planning, analisis, hingga manajemen risiko yang akan berfungsi sebagai pengendalian keuangan perusahaan. Kalau tujuan sudah jelas, maka proses planning, analisis, hingga manajemen risiko pun akan lebih mudah untuk dibuat dan dilakukan.
Karena itu, coba tanyakan pada diri sendiri, pengin seperti apa sih nantinya bersama perusahaan atau bisnis ini? Ingin sebesar apa? Ingin beromzet berapa?
Ingat, if your dreams don’t scare you, they are not big enough.
2. Tentukan kegiatan bisnis
Setelah ada tujuan yang menjadi target, tentukan apa saja yang harus dilakukan oleh perusahaan—bersama jajaran manajemen dan karyawan—untuk dapat mencapainya.
Dengan begini, aktivitas bisnis nantinya akan lebih efisien, efektif, dan tepat sasaran. Efeknya, pengeluaran keuangan perusahaan pun juga akan dapat efisien, jelas, dan terarah. Pemborosan bisa ditekan, perusahaan pun dapat menghindari berbagai hal yang tak perlu, dan fokus pada tujuan.
3. Tentukan sumber pemasukan
Seperti halnya perencanaan keuangan pribadi, perencanaan keuangan perusahaan juga akan selalu bergerak antara penghasilan dan pengeluaran. Dan, seperti keuangan pribadi juga, penghasilan atau pemasukan diperlukan agar perusahaan dapat mencapai tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya.
Menentukan sumber pemasukan berarti akan membahas seputar modal, investor, dan juga target pasar—yang bisa berarti mendapatkan klien ataupun penjualan produk fisik, tergantung jenis bisnisnya.
Dan, seperti juga keuangan pribadi, perencanaan keuangan perusahaan akan menjadi lebih mudah ketika memiliki beberapa income stream sekaligus. Karena itu, buatlah rencana penjualan dan pemasaran yang komprehensif, termasuk melakukan riset pasar hingga membuat buyer persona.
4. Eksekusi operasional
Jika tujuan, aktivitas, dan sumber penghasilan sudah dapat tergambarkan dengan jelas, maka langkah penting selanjutnya adalah eksekusi operasional, dengan berpedoman pada perencanaan keuangan perusahaan yang sudah dibuat sebelumnya. Meliputi berapa target penghasilan yang harus dicapai, dan berapa besar pengeluaran yang boleh dilakukan.
Buat perhitungan dengan tepat, agar tidak boros dalam operasionalnya, dan bisa sesuai dengan rencana.
Evaluasi adalah langkah yang juga sangat penting untuk dilakukan, agar kita bisa tahu, mana aktivitas yang efektif dan mana yang tidak, sehingga rencana ke depan bisa dibuat dengan lebih baik lagi.
5. Catat arus keuangan
Last but not least, justru yang menjadi inti dari perencanaan keuangan perusahaan: catat arus keuangan keluar dan masuk.
Dengan mencatatnya, hal ini akan dapat memudahkan manajemen untuk memantau perputaran arus kas keuangan bisnis. Ada banyak tool, aplikasi, ataupun software yang bisa membantu proses ini agar lebih mudah. Temukan, dan manfaatkan yang sesuai kebutuhan.
Nah, itu dia 5 langkah awal perencanaan keuangan perusahaan yang bisa dilakukan oleh pemilik bisnis. Namanya juga awal, maka ke depannya harus ada penyesuaian juga dengan kondisi yang berkembang.
QM Financial juga memiliki kelas-kelas finansial bisnis yang bisa diikuti oleh siapa saja yang ingin memulai bisnis dan mengembangkannya hingga sukses. Silakan cek jadwal kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Keuangan Bisnis yang Baik Menghasilkan Strategi Usaha yang Matang, Ini 3 Prinsipnya!
Di masa-masa krisis seperti ini, bisa survive dalam berbisnis menjadi perjuangan tersendiri. Selain harus me-maintain pasar yang sekarang sudah ada, seorang pemilik bisnis juga harus sigap dalam pengelolaan keuangan bisnis miliknya. Apalagi ketika ia ingin agar usahanya berkembang, sehingga berencana untuk melakukan ekspansi.
Ya, salah satu tantangan terbesarnya memang soal modal.
Biaya operasional—seperti biaya sewa tempat—menjadi salah satu hal yang paling krusial dalam bisnis, di samping masih banyaknya kesalahan yang dilakukan menambah berat beban keuangan bisnis. Salah satu kesalahan yang masih sering terjadi adalah campur aduknya keuangan bisnis dengan keuangan pribadi, sehingga menyebabkan cash flow menjadi tidak jelas dan mengakibatkan bisnis jadi rentan bangkrut bahkan di tahun pertamanya.
Padahal, strategi bisnis—terutama jika ingin melakukan ekspasi—yang baik selalu berawal dari pengelolaan keuangan yang baik. Ini berlaku baik ketika baru mulai ataupun ketika hendak mengembangkannya.
Berikut 3 hal yang seharusnya diperhatikan oleh pemilik bisnis mana pun, agar bisnisnya terhindar dari jebakan gulung tikar di tahun pertama, dan bisa membuat strategi bisnis yang matang dengan berawal dari pengelolaan keuangan bisnis yang baik.
3 Prinsip Pengelolaan Keuangan Bisnis
1. Pisahkan keuangan bisnis dan keuangan pribadi
Yups, ini adalah prinsip yang pertama dan paling dasar, karenanya harus segera diperbaiki jika memang saat ini pemilik bisnis masih mencampuradukkan keuangan bisnis dengan keuangan pribadinya.
Milikilah setidaknya dua rekening bank yang berbeda; yang satu untuk menyimpan uang bisnis dan yang lain untuk keperluan pribadi. Dengan demikian, cash flow masing-masing memiliki jalurnya sendiri-sendiri, sehingga pengalokasiannya juga menjadi lebih jelas.
Jika kita bisa memisahkan keduanya, saat ada sesuatu yang terjadi pada salah satunya, maka yang lain tidak akan banyak terpengaruh dan tetap terkondisikan dengan baik.
2. Miliki laporan keuangan yang rapi dan detail
Saat memutuskan untuk mengekspansi bisnis, atau berniat untuk menambah modal, maka pemilik bisnis harus mengevaluasi dulu kondisi keuangan bisnisnya. Di sinilah ia akan membutuhkan laporan keuangan bisnis yang detail.
Karenanya, usahakan untuk memiliki catatan keuangan yang rapi dan detail sejak awal. Percayalah, mungkin akan terdengar membosankan ya, mencatat pengeluaran, pemasukan, inventaris, dan sebagainya. Tetapi pada akhirnya, laporan keuangan ini bisa menjadi salah satu senjata untuk pengembangan strategi bisnis yang matang dan komprehensif.
Cari informasi bagaimana cara membuat laporan keuangan yang baik, dan belajar melakukannya dengan saksama.
3. Amankan dana darurat bisnis
Setiap pemilik bisnis tentu ingin usahanya berkembang; menjangkau pasar lebih luas, menambah variasi produk sehingga lebih banyak pilihan bagi konsumennya, dan sudah pasti, dengan usaha yang berkembang, keuntungan pun semakin banyak.
Namun, sebelum sampai ke situ, ada yang perlu diperhatikan dan dilakukan dulu, yaitu memastikan keamanan keuangan bisnis. Selain dengan mengevaluasi laporan keuangan yang sudah ada, dana darurat bisnis juga harus dalam kondisi aman.
Kelola dan maksimalkan seluruh sumber daya yang ada dulu, agar keuangan bisnis menjadi lebih aman, sebelum akhirnya memutuskan untuk ekspansi. Karena aktivitas ekspansi bisnis akan membutuhkan modal yang lebih besar, dan sudah tentu berisiko. Jangan sampai, kita sudah berekspansi, tetapi ternyata modal tergerus sampai habis. Apalagi jika kemudian kita juga melakukan pinjaman modal. Kalau tanpa terkelola dengan baik, bisa jadi tuh, kelangsungan bisnis terancam.
Upgrade Skill Yuk!
Memang, sebagai pemilik bisnis, kita harus selalu optimis dan visioner. Tetapi, itu saja tidak cukup. Pastikan dulu support system kita mendukung, keuangan bisnis aman, baru deh kita bisa menjalankan strategi dan rencana ekspansi yang sudah disusun.
Sebagai pemilik bisnis, kita memang harus siap untuk selalu belajar; upgrade ilmu dan keterampilan dalam pengelolaan bisnis. Satu dua kesalahan masih kita lakukan tentu tak mengapa, asalkan kita juga kemudian bisa sigap untuk memperbaikinya.
Mau survive di masa krisis? Atau malah berniat ekspansi di saat-saat seperti ini? Enggak masalah kok. Kita pasti bisa melakukannya. Yuk, bergabung di FCOS Business Class QM Financial; sebuah kelas yang khusus dirancang bagi para pemilik bisnis. Ada berbagai topik yang ditawarkan, dan bisa dipilih sesuai kebutuhan. Cek jadwalnya, dan segera daftar ya.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Memulai Bisnis di Tahun 2021 dan Mengembangkannya di Masa Krisis
Apakah sekarang waktunya bagi para (calon) pebisnis untuk “hidup” kembali; memulai bisnis dan mengembangkannya sementara kondisi krisis masih sepenuhnya belum teratasi? Mengingat sebagian besar aktivitas kita sudah kembali seperti semula, meski harus tetap melakukan protokol kesehatan secara ketat.
Di Amerika sendiri tercatat, bahwa meskipun 43.9% dari pemilik bisnis kecil bersikap “wait and see” selama pandemi berlangsung—artinya, mereka menunda ekspansi bisnis, dan hanya mengelola dan mengerjakan apa yang sudah ada—tapi ada sejumlah 18.4%-nya justru mengalami pertumbuhan bisnis yang luar biasa selama pandemi, dan hanya 2.6% saja yang akhirnya menyerah dan menutup bisnisnya.
Lalu, bagaimana dengan Indonesia?
Tak bisa dimungkiri, bahwa UMKM merupakan nadi dari pergerakan ekonomi Indonesia. Sebesar 99.9% dari keseluruhan usaha yang ada di Indonesia merupakan UMKM. Data ini merupakan data yang dirilis oleh BPS di tahun 2020.
Pandemi COVID-19 tak pelak juga menghajar sektor UMKM, dan memberikan dampak signifikan. Dilaporkan oleh Kementerian Koperasi, ada 30% UMKM yang operasionalnya sangat terganggu. Namun, ternyata 50 – 70%-nya mampu menciptakan banyak inovasi dan pivot-pivot kreatif selama pandemi, sehingga mereka berhasil bertahan, bahkan beberapa di antaranya mampu mengekspansi bisnis dan akhirnya melejitkan penjualan dengan memanfaatkan kebutuhan baru masyarakat.
Ini adalah bukti bahwa wirausahawan atau para pemilik bisnis adalah “ras” yang mandiri dan bertekad, tak mau menyerah pada kondisi, dan punya daya survival yang tinggi.
Luar biasa, bukan?
Memulai Bisnis dan Mengembangkannya di Saat Krisis
Mungkin kamu pernah mendengar pepatah, “When life hands you lemon, make lemonade.” Atau seperti kata Matshona Dhliwayo—seorang entrepreneur sekaligus penulis buku best seller, “When life hands you dirt, plant seed.”
Intinya bahwa kita pasti bisa survive—apa pun kondisinya—asalkan kita cukup kreatif untuk menemukan solusi dengan memanfaatkan apa yang ada, dan tetap berusaha.
Saat pandemi melanda, pemilik bisnis yang cerdas akan segera belajar untuk mencari solusi agar bisnis tetap bertahan, sementara (calon) pemilik bisnis yang lain dapat memulai bisnis dengan berusaha “mencuri” peluang yang ditinggalkan oleh mereka yang menyerah.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh kamu, yang saat ini berniat untuk memulai bisnis meski masih krisis.
1. Mulailah dengan sumber daya yang ada
Start small. Ini akan menjadi langkah yang bijak jika kamu hendak memulai bisnis sekarang. Mimpi boleh saja besar, tujuan boleh saja jangka panjang, tetapi titik awal boleh kecil dulu.
Salah satunya, cek sumber daya yang sekarang sudah ada dan manfaatkanlah apa yang ada ini semaksimal mungkin. Kamu bisa mempertimbangkan untuk merekrut para freelancer dulu, alih-alih langsung merekrut staf tetap. Secara operasional, biaya menyewa freelancer akan lebih ringan karena mereka dibayar per project atau per job. Ketika job tak ada, mereka bisa istirahat dulu.
Begitu juga kalau kamu butuh peralatan kerja. Pertimbangkan untuk mencari yang bekas dulu tetapi dalam kondisi baik. Memang akan sedikit tricky, tetapi luangkan waktu agar bisa teliti sebelum membeli.
2. Perkuat keuangan
Mulai bisnis berarti harus mulai mengelola keuangan dengan benar sejak awal. Pisahkan keuangan bsinis dari keuangan pribadi, agar tak tercampur aduk sehingga akan menyulitkan untuk menelusur, mana yang merupakan laba bisnis dan mana yang jadi uang pribadi.
Jangan sampai malah semua tersabotase lantaran nggak jelas, mana yang seharusnya dipakai untuk perputaran bisnis dan mana yang bisa dipakai untuk keperluan pribadi.
Mulai belajar membuat laporan keuangan yang rapi dan detail ya.
3. Mulai dari rumah
Yes, memulai bisnis, mulai saja dulu dari rumah. Sulap salah satu atau beberapa sudut rumah menjadi tempat kerja yang nyaman.
Kalaupun kamu punya beberapa karyawan, mungkin nggak untuk dikerjakan di rumah masing-masing? Ya, paling sesekali bisa berkumpul untuk meeting—meskipun meeting pun bisa juga dilakukan secara daring. Yang penting, tekan dulu biaya operasional untuk sewa tempat jika masih memungkinkan.
4. Strategi pemasaran yang efisien dan efektif
Manfaatkan metode pemasaran gratis atau yang berbiaya rendah untuk mempromosikan bisnis. Media sosial, misalnya.
Lakukan market research, target pasar seperti apa yang akan disasar, dan target audience seperti apa yang hendak dirangkul, dan di mana mereka biasa “berkumpul”? Karena masing-masing platform media sosial punya massanya sendiri-sendiri. Agar kita bisa menjual produk atau jasa tempat yang tepat, ya silakan ditelusuri orang-orang seperti apa yang berkumpul di masing-masing platform.
5. Go digital
Zaman now—apalagi di masa pandemi, ketika setiap orang diminta untuk melakukan physical distancing—go digital menjadi syarat mutlak jika kamu hendak memulai bisnis.
Berinvestasilah pada teknologi digital secara lebih agresif. Manfaatkan semua tools yang bisa dipakai, dan buat alur kerja yang lebih efisien dan efektif dengan mempergunakan teknologi yang sudah ada.
Nah, bagaimana? Siap untuk memulai bisnis kamu? Agar lebih siap lagi, ikut kelas FCOS Business Class yuk! Cek jadwal kelas-kelas finansial online QM Financial, dan pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Rencana Bisnis: Apa Sih Pentingnya Dibuat, Apalagi di Masa Pandemi COVID-19?
Rencana bisnis menjadi hal tak terpisahkan dalam proses membangun bisnis. Bahkan sampai ketika kita berniat untuk ekspansi ataupun mengembangkan bisnis, business plan ini adalah hal yang penting.
Mengapa Rencana Bisnis ini Penting Dimiliki oleh Para Pemilik Bisnis?
Ada banyak alasan mengapa kita harus membuat rencana bisnis, dari jangka pendek hingga jangka panjang.
Simak dulu yuk, video berikut ini!
Mengontrol Bisnis
Dengan adanya rencana bisnis, kita dapat menentukan apa yang bisa dilakukan dan tidak bisa dilakukan, sehingga kita pun dapat menyusun prioritas operasionalnya.
Sudah lazim kalau manusia itu banyak mau, termasuk dalam pengelolaan bisnis. Akan tetapi, enggak mungkin semua keinginan itu dicapai dalam waktu bersamaan. Betul? Karenanya, kalau ada rencana bisnis, kita akan dapat memilah, mana yang bisa dijalankan dulu dan mana yang bisa dilakukan berikutnya.
Dengan begitu, kita pun dapat mengontrol jalannya bisnis hingga dapat mencapai tujuan.
Menyesuaikan dengan Kebutuhan Pasar
Setiap eranya, pasar memiliki kecenderungan kebutuhannya masing-masing. Misalnya, di tahun 2010-an One Direction sangat berpengaruh. Segala hal yang berbau One Direction, akan laris. Sekarang? Apa saja yang berbau BTS, bisa jadi tren terbaru.
Dengan membuat, menyesuaikan, dan melihat pada rencana bisnis, para pemilik bisnis dapat mengulik peluang inovasi baru yang sesuai dengan minat pasar.
Rencana bisnis akan membantu pemilik dan pengelola bisnis untuk dapat membaca tren, industri, pasar, dan kompetitor perusahaan.
Bentuk Manajemen Risiko
Risiko dan kesalahan biasa terjadi, termasuk dalam bisnis. Risiko dan kesalahan kecil, masih okelah sebagai mmedia pembelajaran. Namun, kesalahan besar yang berujung gagalnya bisnis? Ya, tunggu dulu. Meski kata ‘rugi’ seharusnya sudah menjadi hal yang biasa bagi pemilik bisnis, tapi tetep dong, harus diminimalkan.
Nah, dengan business plan yang jelas, maka hal ini akan dapat meminimalkan risiko dan kegagalan.
Apalagi di masa krisis akibat pandemi COVID-19 seperti sekarang ini. Kamu perlu punya rencana bisnis yang sesuai dengan kondisi, agar bisa bertahan sampai masa krisis berakhir.
‘Modal’ untuk Mencari Modal
Rencana bisnis, apalagi yang komprehensif, merupakan ‘modal’ untuk mencari (tambahan modal) dan menarik investor.
Rasanya akan mustahil bagi investor untuk mau menginvestasikan dana pada bisnis yang rencananya nggak jelas, ya kan? Bisa-bisa modal tak kembali, boro-boro bisa memberi keuntungan atau bisnis bisa bertumbuh.
So, apakah sekarang kamu sedang mempertimbangkan untuk ekspansi? Buat business plan-mu.
Kapan Saat yang Tepat bagi Pemilik Bisnis untuk Membuat Rencana Bisnis?
Business plan ini harus dibuat di awal ketika kita mulai berbisnis. Dengan demikian, kita jadi punya bekal data dan informasi lengkap mengenai industri yang hendak kita masuki. Fakta dan data inilah yang akan menjadi pedoman kita mengoperasikan bisnis kita.
Namun, di tengah prosesnya, kadang kita juga perlu menyesuaikan rencana bisnis yang telah dibuat. Terutama jika terkait dengan kondisi yang berubah–seperti saat pandemi ini. Kita harus melakukan adaptasi bisnis agar tetap relevan dengan kebutuhan, kebiasaan, dan kondisi yang tidak sama lagi seperti sekarang. Buat business plan yang baru, yang lebih baik dan sesuai dengan situasi sekarang.
Bagaimana Cara Membuat Rencana Bisnis yang Sesuai?
Nah, ini nih. Mendingan langsung belajar saja di kelas finansial online QM Financial. Kelas bisnis memang tak selalu ada di setiap bulan, tetapi kamu bisa cek jadwalnya. Segera daftar ya!
Financial Dialogue 04: Ketika Freelancer dan Pemilik Bisnis Harus Beradaptasi Selama Pandemi
Pandemi telah mengubah semua aspek hidup kita–siapa pun kita, apa pun pekerjaan kita, memaksa kita untuk segera melakukan adaptasi utamanya di sisi finansial. Banyak orang harus rela berkurang penghasilannya, karena efisiensi di perusahaan tempat mereka bekerja. Lalu apa kabar para freelancer di masa pandemi seperti ini? Ini dia yang menjadi inti dari diskusi dalam Financial Dialogue 4: Adaptasi Finansial di Masa Pandemi.
Menghadirkan para pelaku bisnis dan freelancer yang terdampak langsung oleh pandemi, namun pada dasarnya obrolan bisa sangat related untuk setiap jenis profesi yang dijalankan oleh semua orang.
Kita simak yuk, apa saja poin penting yang didiskusikan oleh Nyonya Rumah, Moderator, dan tentunya para Panelis yang luar biasa.
Financial Dialogue vol. 04: Setiap Orang Harus Siap Beradaptasi di Masa Pandemi
Dibuka oleh Ligwina Hananto, lead trainer QM Financial selaku Nyonya Rumah dalam Financial Dialogue vol. 03, ini yang menggarisbawahi fenomena bahwa selama pandemi, ternyata banyak orang terbukti belum dapat melindungi pemasukan masing-masing. Tip dan trik untuk bisa survive di masa pandemi memang seputar membangun dana darurat dan menyesuaikan budgeting–yang memang sama sekali tidak salah, tetapi ternyata enggak hanya itu saja. Terkadang kita lupa untuk menjaga penghasilan kita lantaran terlalu sibuk menyiapkan berbagai dana untuk tujuan keuangan kita.
Karena itu, buat yang sekarang masih bisa, segera amankan pintu penghasilan. Ada banyak cara untuk melakukannya, salah satunya dengan side hustling. Meski demikian, kita juga harus bijak, jangan sampai side hustling ikut memengaruhi produktivitas kinerja kita pada mata pencaharian utama.
Panelis 1: Hanifa Ambadar
Sebagai salah satu pelaku bisnis di beauty product industry, Hanifa merasakan bahwa dampak yang dirasakan akibat pandemi sangat bervariasi. Ada yang memang terdampak secara dahsyat, tetapi ternyata ada yang merasakan dampak ini hanya kecil saja. Hal ini disebabkan oleh sangat bervariasinya produk dan jasa yang ada dalam beauty industry itu sendiri.
Untuk Female Daily Network sendiri, Hanifa melakukan beberapa pivoting agar tetap survive melalui pandemi ini. Salah satunya adalah konversi event-event ke ranah online.
Hanifa juga menemukan fakta, bahwa ternyata selama pandemi berlangsung dan orang-orang bekerja dari rumah (WFH) ternyata masalah kulit tetap saja ada, hanya berganti bentuk. Misalnya, karena hanya di rumah, orang jadi lebih malas untuk skincare-an. Akibatnya muncul deh masalah kulit. Hal ini bisa jadi sebuah permintaan pasar baru terbentuk kembali, dan bisa dimanfaatkan oleh para pelaku bisnis beauty products.
Menurut Hanifa, kunci bisnis menghadapi pandemi yang terpenting adalah having a value and being transparent. Di saat memiliki value dalam berbisnis, kamu akan tahu bagaimana caranya pivoting dengan tetap membawa value bisnis. Being transparent penting agar karyawan memiliki sense of urgency dan mengelola ekspektasi masing-masing.
Panelis 2: Jenny Jusuf
Sejak memutuskan untuk menjadi seorang freelancer, sebenarnya Jenny Jusuf sudah siap akan kondisi ups and downs-nya. Memang demikianlah kondisi seorang pekerja lepas dengan penghasilan yang tidak tetap. Kadang sebulan ada, kadang sebulan nggak ada. Kadang banyak pemasukan bisa didapat, kadang juga “cuma” recehan.
So, menurut Jenny, pandemi kali ini hanya seperti ujian besar dari situasi-situasi yang sudah sering dihadapi oleh freelancer sebelumnya. Tentu saja tetap harus ada penyesuaian agar tetap punya daya survive panjang.
Jenny sendiri sekarang memanfaatkan waktu untuk memperbanyak ilmu self development, karena menurutnya adalah penting bagi kita untuk menjaga kesehatan mental dan fisik selama pandemi berlangsung. Ia sendiri mempergunakan kemampuannya untuk menulis dan storytelling, sementara industri film sedang lumpuh, untuk membuat konten-konten media sosial.
Panelis 3: Moh. Arif Rahman
Arif mengelola bisnis travelingnya, Whatravel Indonesia, dengan omzet miliaran rupiah sebelum pandemi. Begitu COVID-19 menyebar, Arif harus pivoting agar bisnis tetap survive dan berjalan, meski harus menyesuaikan segala sesuatunya.
Arif memiliki ide bisnis yang sangat unik sementara ia tidak bisa lagi membuka open trip ke luar negeri, yaitu menyelenggarakan webinar-webinar dan virtual-virtual tour yang ternyata diminati oleh banyak orang.
Menurut Arif, business is about trial and error. Kita sudah tahu apa kebutuhan konsumen, tetapi kadang terlalu takut untuk mencoba. Jangan takut untuk berinovasi dan beradaptasi karena pasti ada jalan untuk yang mau berusaha.
Siap, Mas Arif!
Luar biasa banget insight yang bisa didapatkan dalam Financial Dialogue vol. 04 ini.
Salah satunya, ternyata kita enggak sendirian saja loh yang terimbas oleh kondisi pandemi ini. Ternyata ada loh yang kena imbas begitu besar, tetapi karena ia mau berusaha dan mau mengenali kebutuhan orang lain, malah menjadi ide bisnis segar yang belum banyak dirambah oleh pesaing.
Bikin semangat kembali menyala, dan mendorong diri sendiri untuk bisa kreatif juga kan?
Terima kasih pada panelis yang luar biasa, nyonya rumah yang ramah, moderator yang cerdas, dan tentunya kamu, Teman Dialog yang sudah bergabung di Financial Dialogue Vol. 04.
Sampai ketemu di Financial Dialogue Vol. 05, 28 November 2020 dengan tema yang berbeda! Follow akun Instagram QM Financial agar kamu tak ketinggalan update-nya ya!
Selama Pandemi COVID-19, Ini Dia 3 Dampak dan Masalah Keuangan Terbesar yang Kita Alami
Tujuh bulan sudah kita harus mengubah banyak hal lantaran terhantam pandemi COVID-19. Ada hal-hal yang sekarang harus kita lakukan, yang sebelumnya tidak. Lebih banyak lagi hal yang harus kita sesuaikan dengan kondisi baru, terutama yang terkait dengan keuangan.
Bagaimana kondisimu? Apakah masih baik-baik saja sampai sekarang? Gaji aman? Bisnis jalan? Job berdatangan? Jika memang kondisi sedang mengharuskanmu prihatin, maka kamu ya harus segera melakukan beberapa adaptasi di sana-sini. Supaya apa? Tentu saja, supaya survive sampai pandemi ini berlalu.
Sejauh ini, QM Financial mencatat munculnya 3 dampak dan masalah keuangan terbesar yang harus kita hadapi sejak pandemi COVID-19 dimulai sampai sekarang. Mari kita lihat apa saja.
3 Dampak dan Masalah Keuangan Terbesar yang Muncul di Masa Pandemi COVID-19
1. Penghasilan berkurang
Apa kabar, kamu para karyawan? Di awal pandemi COVID-19 kemarin, ada sebagian dari kamu akhirnya harus bekerja dari rumah saja. Sebagian lain harus menerima kenyataan pahit karena benar-benar dirumahkan, dalam arti yang sesungguhnya.
Tentu saja, hal ini memengaruhi penghasilanmu, ya kan? Baik yang harus bekerja dari rumah, mungkin ada beberapa tunjangan yang tidak diberikan, bahkan gaji pokok pun mungkin juga nggak full bisa kamu terima. Yang harus dirumahkan, jangan tanya lagi deh. Mungkin cuma uang pesangon saja yang bisa diharapkan.
Setelah beberapa bulan berlalu, pemerintah mengumumkan bahwa kondisi new normal akhirnya bisa kita jalani, meski belum semua daerah memenuhi syarat. Sebagian dari kamu mungkin sudah bisa kembali masuk kantor. Tetapi, gaji tetap saja belum seperti sebelumnya. Misalnya saja, uang lembur, uang dinas luar, uang-uang insentif lain juga belum bisa diberikan, karena aktivitas masih terbatas.
Lalu, apa kabar kebutuhan sehari-harimu? Apa kabar tujuan keuanganmu? Apakah kamu masih bisa berinvestasi?
2. Bisnis nggak jalan
Pandemi COVID-19 paling banter memberikan dampak di bisnis retail, pariwisata, dan beberapa sektor lain. Meski tak semua terdampak negatif sih, karena ada beberapa sektor yang justru bertumbuh positif juga.
Namun, buat sebagian pemilik bisnis, realita yang harus dihadapi sekarang memang sangat pahit. Apalagi kalau bisnisnya bukan termasuk bisnis yang bisa dengan mudah dikonversi menjadi bisnis online. Duh, pasti berat banget deh, untuk bisa survive di masa pandemi ini ya?
Memang harus ada adaptasi di banyak hal agar bisnis tetap bisa survive sekarang. Masalah terbesar apa yang paling krusial yang harus kamu hadapi sekarang? Pemasukan berkurang, tetapi tetap harus memberikan gaji pada karyawanmu? Atau, produksi harus berkurang karena pasokan bahan baku juga terhenti lantaran vendor terdampak oleh pandemi?
Yuk, coba duduk sejenak, dicari akar masalahnya. Jika akar masalah sudah teridentifikasi, kamu pasti kemudian bisa mencoba mencari beberapa alternatif penyelesaiannya.
3. Nggak ada dana darurat
Mari kita lihat data survei yang dilakukan oleh OECD–Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi–berikut ini, yang dirilis 25 Juni 2020 yang lalu.
Data tersebut mengungkapkan seberapa siapkah masyarakat dunia untuk menghadapi penurunan pertumbuhan ekonomi sekarang. Coba cermati posisi Indonesia.
Sungguh miris, bahwa 46% masyarakat Indonesia ternyata hanya punya dana darurat untuk seminggu saja. Ini sungguh angka yang memprihatinkan. Sedangkan, 24% responden mengaku memiliki dana darurat untuk satu hingga enam bulan ke depan. Dan hanya 9% saja yang yakin bisa bertahan lebih dari 6 bulan. Selebihnya? Malah nggak tahu punya dana darurat atau enggak. Aduh.
Bagaimana denganmu? Saat ini, kamu sudah punya berapa banyak dana darurat? Kalau kamu pembaca setia situs ini, penonton setia channel YouTube QM Financial, follower akun media sosial QM Financial dan juga alumni kelas online finansial, tentu kamu sudah tahu, betapa pentingnya dana darurat, ya kan?
Nah, itu dia 3 dampak dan masalah keuangan terbesar yang kita alami selama masa pandemi COVID-19 ini.
Ngobrol yuk, tentang hal ini!
Bersama Nyonya Rumah Ligwina Hananto, QM Financial akan mengadakan Financial Dialogue vol. 04 pada 17 Oktober 2020 mendatang, melalui webinar dengan aplikasi Zoom. Ada 3 panelis yang akan hadir dalam diskusi finansial kita kali ini. Mereka adalah:
- Hanifa Ambadar. Dari perspektif entrepreneur, Hanifa Ambadar akan berbagi pengalamannya menerapkan adaptasi pada bisnis Female Daily Network di bidang beauty industry.
- Jenny Jusuf. Dari perspektif freelancer, Jenny Jusuf akan berbagi pengalaman menerapkan adaptasi pada pekerjaan freelance yang dijalaninya di industri film.
- Muhammad Arif Rahman. Dari perspektif freelancer dan entrepreneur, Arif Rahman akan berbagi pengalaman menerapkan adaptasi pada pekerjaan freelance travel blogger dan bisnis @whatravel yang dimilikinya.
Seru kan? Yuk, ya!
Bisnis Kecil Harus Survive di Masa Pandemi: Begini Cara Menghemat Pengeluaran
Separuh tahun 2020 sudah terlampaui. Cukup berat ya? Iya, semua gara-gara si virus corona yang datang nggak kira-kira. Selain bikin sakit, juga bikin terjepit karena ekonomi pun langsung melemah. Banyak bisnis yang terdampak, dari yang raksasa sampai ke bisnis kecil.
Buat para pemilik bisnis kecil, bertahan ya. Memang kita enggak tahu, sampai kapan masa pandemi ini bisa berakhir, tapi bertahan adalah satu-satunya langkah terbaik untuk saat ini.
Salah satu cara bertahan yang jitu adalah dengan menghemat pengeluaran. Sama saja dengan karyawan kantoran, pemilik bisnis kecil harus bisa cari akal untuk mengefektifkan penggunaan uang dan modal, supaya napas lebih panjang.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh pemilik bisnis kecil untuk hal ini. Mari kita lihat.
7 Langkah Penghematan yang Bisa Dilakukan oleh Pemilik Bisnis Kecil
1. Rapikan laporan keuangan
Yes, pertama, lakukan hal ini dulu: merapikan pembukuan. Karena dari sinilah, kita bisa melakukan review; bagian mana yang masih bisa diefektifkan lagi dan bagian mana yang sudah pas–sudah oke penggunaan uangnya.
Lagi pula, dengan membuat catatan keuangan yang rapi, di suatu masa nanti–jika memang diperlukan–laporan ini bisa kita gunakan untuk mengajukan kredit usaha kecil ke lembaga keuangan, seperti bank.
Jadi, yuk, yang belum punya laporan keuangan, segera dibuat. Yang masih belum rapi, yuk, rapikan. Laporan keuangan inilah yang membedakan, apakah kamu berdagang atau berbisnis.
2. Kurangi uang sewa
Ongkos sewa untuk kantor fisik itu lumayan menyerap dana loh. Jadi, coba pertimbangkan lagi deh, demi bisa mengefektifkan pengeluaran.
Bisa enggak kantornya dipindah ke rumah? Jika memang karyawan belum banyak, operasional juga belum masif, rumah bisa jadi alternatif kantor yang lebih baik. Tinggal diatur saja, supaya tetap bisa nyaman untuk semuanya.
Alternatif lain, menyewa coworking space. Enggak perlu terlalu mewah, yang penting bisa menampung meeting dan kerjaan sejumlah karyawan saja. Ini tentu enggak semahal jika harus menyewa rukan, bukan?
Alternatif lainnya lagi: punyai virtual office. Nah, ini lebih oke lagi, karena memanfaatkan teknologi.
So, pertimbangkan berbagai kemungkinan. Zaman sekarang, untuk berbisnis enggak harus punya kantor fisik kok.
3. Gunakan peralatan bekas
Jika memang butuh peralatan, atau mungkin furnitur, baru, cobalah untuk membeli bekas tetapi yang masih bagus kualitasnya.
Perusahaan-perusahaan besar banyak banget yang sering melakukan pembaruan terhadap alat-alat produksi atau furniturnya, meski masih bisa dioperasikan secara baik. Begitu juga dengan peralatan elektronik, misalnya printer, scanner, dan sebagainya. Kadang tak hanya dijual oleh perusahaan besar, tetapi ditawarkan juga oleh perorangan karena berbagai sebab.
So, pantau saja jika di daerah domisili kita ada tempat lelang barang bekas, atau mungkin bisa mencarinya juga via internet. Pastikan barang bekas yang hendak dibeli benar-benar masih bagus kondisinya ya.
4. Outsource
Tak hanya harus berkantor tetap, zaman sekarang juga sudah lazim bagi bisnis–termasuk bisnis kecil–untuk meminimalkan jumlah staf atau karyawan tetapnya. Banyak yang lebih suka merekrut freelancer, part timer, atau membuka lowongan magang.
Selain menjadikan pemilik bisnis kecil lebih leluasa untuk meminta kualitas kerja yang baik, hal ini juga bisa menekan biaya operasional.
Freelancer, misalnya. Dibayar jika pekerjaan mereka sudah benar-benar selesai dengan kualitas yang dikehendaki. Ketika tenaganya “tidak dibutuhkan”, maka pemilik bisnis–sebagai klien–boleh saja tidak membayarnya, bukan?
Begitu juga dengan magang. Memang kadang ada perusahaan yang menawarkan uang makan dan/atau uang transportasi, tetapi tentu jumlahnya tidak sebesar gaji karyawan tetap.
Kita bisa merekrut karyawan tetap untuk posisi-posisi yang sangat strategis. Untuk manajer operasional, misalnya. Atau akuntan.
5. Manfaatkan teknologi
Go paperless! Ini yang paling pertama harus dilakukan. Kurangi pemakaian kertas sampai seminimal mungkin. Pengeluaran untuk kertas-kertas ini termasuk salah satu biaya operasional yang cukup tinggi loh, untuk bisnis kecil.
Jadi, jika memang perlu, tawarkan untuk memberikan nota atau invoice secara paperless pada pelanggan. Misalnya melalui email, atau WhatsApp.
Begitu juga dengan pembayaran, cobalah untuk memiliki berbagai akun e-wallet agar memudahkan transaksi sehari-hari.
6. Kelola kredit dengan baik
Ini penting, dan sangat krusial untuk mengurangi pengeluaran, terutama soal denda dan bunga.
Saat kita enggak mengelola kredit bisnis kecil dengan baik, maka bisa terjadi penunggakan, yang pasti akan berujung denda. Begitu juga dengan bunga, yang sebenarnya sih sudah kita perhitungkan ketika kita mengajukan kredit pada awalnya.
Dengan pengelolaan kredit yang baik, denda bisa dihindari, dan mengurangi pula peluang munculnya bunga berbunga. Hal ini akan berpengaruh banyak pada pengeluaran bisnis kecil.
7. Perhitungkan biaya marketing dengan saksama
Biaya marketing kadang menempati alokasi proporsi yang cukup besar. Ya, karena ini komponen yang sangat penting jika kita pengin bisnis kecil kita berkembang. Betul?
Karena itu, pertimbangkan setiap keputusan yang berhubungan dengan promosi atau marketing. Memiliki prinsip “dengan biaya kecil untuk efek yang besar” itu bagus, asalkan bijak dalam mengambil keputusan.
Nah, semoga dengan beberapa langkah di atas, setiap bisnis kecil bisa survive di masa pandemi dan new normal ini ya. Jangan lupa untuk saling support, karena ya siapa lagi yang bisa saling mendukung kalau bukan kita-kita sendiri kan?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.