Naik Gaji = Utang Naik Juga? Oh, No!
Biasanya dalam kesempatan satu kali dalam setahun, gaji karyawan akan direview ulang. Jika memang layak, perusahaan akan memberikan kebijakan naik gaji.
Wah, tentu saja, hal ini akan disambut baik, kan ya?
Tetapi ada fakta menarik nih. Dalam survei yang dilakukan oleh QM Financial pada akhir 2020 terhadap sejumlah klien korporasi, ditemukan fakta bahwa sebesar 24.2% karyawan memiliki pinjaman besar di kantor, dan 24.2% lainnya juga meminta rekomendasi HR untuk mengajukan kredit bank.
Menariknya lagi, ternyata selain gaya hidup juga naik mengiringi kenaikan gaji, utang juga bertambah.
So, masalah utang ini memang bisa dibilang menjadi problema keuangan sejuta umat karyawan kantor ya?
Naik Gaji, Nambah Kebutuhan?
Ya, siapa sih yang enggak pengin dan enggak seneng kalau naik gaji? Ini adalah hal yang paling ditunggu-tunggu oleh mereka yang bekerja sebagai karyawan perusahaan di seluruh dunia.
Kenaikan gaji bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Misalnya saja seperti masa “pengabdian” yang sudah cukup lama, prestasi mencapai target tertentu, keuangan perusahaan yang membaik, ataupun kenaikan jabatan.
Naik gaji pastinya akan memengaruhi pemasukan kita. Artinya, uang yang kita terima setiap bulannya akan lebih besar ketimbang bulan-bulan sebelumnya. Nah, biasanya sih, hal ini juga akan diiringi berbagai kebutuhan yang (rasanya) ikut meningkat. Tiba-tiba butuh lebih banyak barang untuk sehari-hari, tiba-tiba butuh lebih banyak self-reward, dan seterusnya.
Parahnya lagi, untuk semua “kebutuhan tambahan” itu dibayarnya pakai kartu kredit.
Nah, kalau sudah begini, mari kita lanjut ke poin berikutnya.
Naik Gaji, Abai Pentingnya Berhati-hati dalam Berutang
Tanpa kita sadari, seiring naik gaji, naik pula “kebutuhan” kita akan belanja. Pemasukan naik, pengeluaran jadi ikut naik. Imbasnya lagi, utang pun ikut naik—salah satu indikatornya, nambah belanja pakai kartu kredit—karena menganggap diri sendiri semakin mampu secara finansial. Keyakinan dapat mencicil utang juga bertambah besar.
Nah loh!
Kartu kredit sendiri sebenarnya banyak manfaatnya, kalau kita bisa menggunakannya dengan bijak. Jadi, bukan berarti lantas diharamkan untuk memakai kartu kredit loh ya.
Selain itu, memang ada benarnya sih. Bahwa setiap kali kita mau mengambil pinjaman atau utang, ada baiknya kita mempertimbangkan kemampuan finansial kita; apakah kita mampu membayar cicilannya hingga lunas?
Tetapi, kan bukan berarti, setiap naik gaji, utang pun ditambah karena keyakinan kita akan kemampuan diri sendiri juga meningkat? Memang bagus sih, bahwa naik gaji akhirnya ikut mendongkrak kepercayaan diri untuk mampu secara finansial. Tapi, nggak lantas setiap kali “ditandai” dengan naiknya utang, kan?
Jadi, Apa yang Harus Dilakukan Kalau Naik Gaji?
Ya, lagi-lagi nih, ayo, kita atur lagi keuangan kita. Ingat, naik gaji memang betul membuat kita semakin baik dalam kemampuan finansial, tetapi tidak lantas selalu dialokasikan ke hal-hal yang kurang berfaedah. Apalagi kalau kita mengingat bahwa masa depan kita masih panjang.
Cita-cita masih ada kan? Tujuan keuangan masih jauh kan?
Jadi, coba deh lakukan beberapa hal berikut, whenever kamu naik gaji. Duh, whenever. Kayak bakalan dapat setiap bulan gitu, ya? Yah, positive vibe aja dulu, reality bisa menunggu.
1. Bersyukur
Iya dong, yang pertama kali dilakukan adalah bersyukur. Kapan lagi sih kita naik gaji? Barangkali, ada di antara kamu yang sudah cukup lama bekerja, baru kali ini mengalami kenaikan gaji.
Apa pun kondisinya, tetap saja, ini adalah hal yang patut disyukuri, terutama di saat-saat seperti ini. Pasalnya, tak semua orang bisa mendapatkan rezeki seperti kita. Betul?
2. Cek anggaran
Salah satu yang lain yang harus segera dicek adalah anggaran rutin kita. Ini adalah langkah yang penting, karena sebelum kita merasa ingin menambah kebutuhan lain, kita harus memastikan dulu bahwa kebutuhan itu memang perlu, dengan cara melihat lagi daftar kebutuhan kita biasanya.
Cek di bagian kewajiban dulu—seperti cicilan utang yang masih berjalan. Jika memungkinkan, tambahkan dulu selisih kenaikan gaji untuk melunasi utang. Lalu cek di bagian kebutuhan rutin. Adakah yang memang perlu ditambahkan? Pertimbangkan ulang, dengan memilah antara keinginan dan kebutuhan ya.
Dan kemudian cek di bagian investasi. Tentu akan lebih bermanfaat kalau kita menambah porsi investasi demi tercapainya tujuan keuangan lebih cepat, ya kan?
3. Bukan berarti tak boleh self reward, tapi …
Harus bijak.
Pikirkanlah segala hal yang prioritasnya lebih penting; yang menyangkut kehidupan kita di masa mendatang, kehidupan kita di masa sulit, dan demi orang-orang yang kita cintai.
Boleh kok self reward, karena itu juga penting demi kesehatan mental. Tetapi, alokasikan secukupnya, dan sebaiknya tak berlebihan.
Nah, dengan memanfaatkan kenaikan gaji dengan lebih bijak, pastinya kita akan lebih semangat lagi kan, dalam bekerja? Iya dong.
So, naik gaji tak harus selalu berarti utang naik. Tapi bisa jadi, kualitas hidup memang naik sekaligus kita bisa menjamin hidup kita sendiri di masa depan nanti.
Apakah kantor atau komunitasmu mengalami masalah keuangan yang sama? Ataukah, punya kebutuhan training finansial yang lain? Sila kontak WA 0811 1500 688 untuk mendiskusikan kebutuhan training finansialmu. Semua modul dibuat SIMPEL, PRAKTIS, dan tentu saja FUN!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Bagaimana Cara Karyawan Mengatur Keuangan di Masa Sulit?
Pandemi telah beberapa bulan kita lalui. Banyak hal harus diubah, disesuaikan, bahkan harus diganti dengan prioritas yang lain. Hal yang cukup berat dialami oleh sebagian karyawan. Beberapa perusahaan mengalami kesulitan finansial, sehingga ada penyesuaian yang juga harus dilakukan. Akibatnya, usaha para karyawan mengatur keuangan harus ekstra keras, agar di masa sulit tetap bisa survive.
Bonus dan insentif-insentif mungkin akan berbeda dengan saat sebelum pandemi COVID-19 terjadi. Uang dinas luar mungkin juga tidak akan diberikan, karena perusahaan membatasi mobilitas karyawan untuk keluar kota dengan berbagai keperluan. Begitu pun bentuk-bentuk tunjangan lain selain tunjangan tetap, mungkin akan berubah, baik jumlahnya, waktu pemberiannya, maupun cara diberikannya. Beberapa perusahaan kemarin bahkan memberikan THR dengan cara dicicil pada karyawan, demi bisa mengatasi kesulitan keuangan ini.
Hal ini mau nggak mau pasti juga memengaruhi rencana keuangan karyawan yang mungkin sebelumnya sudah dibuat dengan sedemikian rupa. Secara tidak langsung lagi, hal ini bisa menjadi hal yang mengganggu pikiran juga bagi karyawan, sehingga bisa memengaruhi kinerja dan produktivitasnya dalam bekerja.
Di sinilah pentingnya pihak perusahaan kembali memberikan dukungan berupa penyelenggaraan training keuangan bagi karyawan.
Memang ada baiknya, training keuangan tidak hanya sekali diberikan bagi karyawan. Tetapi harus secara simultan, disesuaikan dengan kondisi. Hal ini terjadi karena masalah keuangan memang sangat sensitif akan perubahan. Perubahan kecil di luar sana bisa memengaruhi arus kas, budgeting, dan rencana keuangan secara keseluruhan.
Kondisi seperti pandemi ini, salah satu contohnya.
Lalu, apa yang bisa dilakukan agar memungkinkan karyawan mengatur keuangan dengan lebih baik di masa sulit seperti ini?
1.Cek kondisi keuangan sekarang
Kondisi keuangan sekarang penting untuk diketahui, agar karyawan kemudian dapat mencari solusi untuk masalah keuangan yang bisa muncul akibat berubahnya skema penghasilan.
Kebiasaan sehari-hari juga berubah. Karyawan enggak harus masuk kantor yang berarti ada pengurangan pos transportasi. Untuk makan sehari-hari, pasti akan lebih sehat untuk memasak sendiri. Tetapi, mungkin ada pengeluaran untuk komunikasi (pulsa, kuota) yang akan lebih banyak daripada sebelumnya, karena banyaknya meeting dan koordinasi yang dilakukan secara daring.
So, yang pertama harus dilakukan adalah daily tracking terhadap pengeluaran sehari-hari. Catat setiap uang yang keluar dan keperluannya untuk apa. Daily tracking ini berisi penghasilan yang diterima, kewajiban yang harus dipenuhi, sampai dengan belanja dan jajan setiap harinya.
Dari catatan ini, kemudian karyawan bisa melihat pola pengeluaran uangnya sampai ke detail. Jika ada atau diprediksi bakal muncul masalah, dari catatan inilah mereka bisa melihatnya.
Selanjutnya, bisa dilanjutkan dengan membuat bujet bulanan.
2.Sesuaikan pos yang less priority
Dari catatan daily tracking dan budgeting, kemudian bisa dipilah, mana pos kebutuhan yang harus tetap dipenuhi dan pos mana yang bisa dikurangi, ditunda, atau disesuaikan.
Coba cek di pos lifestyle atau kebutuhan “senang-senang”-nya. Bukannya melarang untuk senang-senang sih, tapi bisa enggak disesuaikan dengan kondisi? Mungkin mencari cara lain yang lebih terjangkau biayanya, tetapi efek hepinya tetap sama?
Beberapa kebutuhan yang enggak boleh dikurangi bujetnya adalah yang berhubungan dengan kewajiban, seperti membayar utang, membayar tagihan-tagihan, dan lain sebagainya, juga yang berhubungan dengan kebutuhan pokok sehari-hari.
Investasi bisa saja dikurangi secara proporsional, disesuaikan dengan kemampuan, kalau memang benar-benar kesulitan.
3.Pastikan dana darurat aman
Dana darurat haruslah dipakai di kondisi darurat. Apakah sekarang karyawan berada di situasi darurat? Bisa jadi, karena skema penghasilan mereka berubah. Masalahnya, apakah setiap karyawan memang sudah punya dana darurat sebelumnya?
Jika belum, inilah saatnya memberikan kesadaran pentingnya dana darurat bagi mereka.
Tapi, kan penghasilan sedang nggak normal. Memangnya bisa membuat dana darurat selagi kondisi darurat? Bisa kok, asal sudah tahu prinsip pengelolaannya yang tepat dan disesuaikan dengan kemampuan.
Because, personal finance is very personal. Tidak ada yang bisa diselesaikan dengan single solution untuk setiap permasalahan keuangan, butuh pendekatan personal, yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing.
Begitu juga dengan mendukung karyawan mengatur keuangan di masa sulit seperti ini. Dengan metode financial training yang tepat, karyawan akan diajak praktik langsung sesuai kondisi masing-masing secara komprehensif.
Kesemua hal tersebut bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Apakah kantor atau komunitasmu mengalami masalah keuangan yang sama? Ataukah, punya kebutuhan training finansial yang lain? Sila kontak kami ya untuk mendiskusikan kebutuhan training finansialmu. Semua modul dibuat simpel, praktis, dan tentu saja, fun!
Because finance should be practical.
Single Happy, 5 Privilege Ini Hanya Kamu yang Punya
Menjadi seorang single happy, alias jomlo bahagia, itu sebenarnya banyak keuntungannya. Banyak hal yang bisa dilakukan oleh seorang lajang, yang tak dapat dilakukan oleh mereka yang sudah berpasangan, bahkan sudah menikah, termasuk dalam hal keuangan.
Menjadi seorang single happy itu privilege.
Nggak percaya? Coba simak terus artikel ini sampai selesai ya. Barangkali pada akhirnya nanti, kamu lebih tercerahkan tentang mengapa menjadi single happy itu sebenarnya adalah privilege.
5 Alasan Mengapa Jadi Single Happy Itu Privilege Secara Finansial
1. Kebutuhan lebih sedikit
Bagaimanapun, kebutuhan satu orang itu lebih sedikit dan praktis–biasanya–ketimbang kebutuhan dua orang yang harus dipikirkan bersama.
Menjadi seorang lajang, berarti kamu hanya perlu memikirkan kebutuhanmu sendiri, dan kemudian menemukan cara dan solusi terbaik untuk memenuhinya. Kamu enggak perlu pusing memikirkan kebutuhan orang lain juga (baca: pasanganmu), dan tak perlu pula repot mengatur prioritas, karena semua prioritas akan jadi milikmu sendiri.
Tentu laporan keuanganmu juga akan lebih simpel. Semua berorientasi pada kebutuhanmu sendiri sebagai single happy, dan kamu bisa fokus pada cita-citamu sendiri juga.
2. Keputusan di tangan sendiri
Semua keputusan finansial tentu ada di tanganmu sendiri, jika kamu seorang single happy. Membuat tujuan keuangan seperti apa pun, semua bisa kamu putuskan tanpa repot-repot berdiskusi dengan yang lain.
Mau beli rumah dulu? Bisa. Mau bangun dana darurat sambil jalan? Ayo. Mau buat tabungan/investasi yang akan kamu gunakan untuk keliling dunia? Bisa saja, karena kamu enggak harus punya ongkos jalan untuk dua orang.
Semua keputusan bisa kamu buat sendiri, untuk kebaikanmu sendiri.
3. Utang jadi tanggung jawab pribadi
Pernah ada kasus nih, teman sendiri. Sebelum berkeluarga, yang bersangkutan sudah berusaha sekuat tenaga untuk bisa mengelola keuangan pribadinya secara sehat. Minim utang, dan bisa investasi dengan maksimal. Begitu menikah, ternyata pasangannya punya warisan utang keluarga. Tak ada pilihan lain, warisan utang ini pun menjadi bebannya juga.
Privilege bagi seorang single happy adalah kalaupun utang, hal itu juga menjadi tanggung jawab pribadi. Sudah utang, ya pasti harus berani bayar. Meski risiko ditanggung sendiri, tapi the good side-nya adalah kamu juga tak harus berbagi tanggung jawab atas utang yang dibuat oleh pasanganmu.
Utangmu ya utangmu sendiri. Tentu dengan begini, kamu lebih mudah membuat rencana yang matang untuk dapat melunasinya kembali. Dengan kebutuhan yang tidak begitu banyak, pun kebebasan untuk membuat keputusan dan keterampilan mengatur keuangan yang baik, utang bisa jadi hal yang cukup mudah untuk dikelola.
4. Dapat mengambil risiko investasi lebih besar dengan imbal optimal pula
Kebutuhan belum banyak, belum ada keluarga yang menjadi tanggungan, bisa membuat kamu merencanakan investasi semaksimal mungkin untuk masa depanmu.
Kamu boleh saja mengambil investasi berisiko tinggi karena mengharapkan imbal yang juga besar, demi bisa mewujudkan tujuan keuanganmu yang juga membutuhkan biaya yang sangat besar.
Karena kebutuhan yang mungkin tidak sebanyak mereka yang berpasangan, seorang single happy bisa mengalokasikan lebih banyak dana ke pos investasi untuk dikembangkan semaksimal mungkin.
5. Lebih banyak waktu untuk mengembangkan diri
Saat ini, mungkin satu-satunya keluarga yang kamu miliki adalah keluarga yang membesarkanmu. Dengan statusmu sebagai single happy, kamu juga lebih leluasa untuk berbagi dengan mereka. Kamu bisa lebih leluasa untuk fokus membantu mereka.
Selain itu, kamu juga lebih banyak waktu untuk mencari peluang mendapatkan penghasilan sampingan, selain pekerjaan utama yang sekarang kamu lakukan. Kamu juga punya lebih banyak waktu untuk fokus mengembangkan dirimu sendiri dengan menambah berbagai keterampilan dan hobi sesuai minatmu.
Jadi, gimana? Jadi jomlo nggak selalu menyedihkan kan? Justru, ini jadi privilege luar biasa yang harus kamu manfaatkan semaksimal mungkin.
Yang perlu kamu lakukan sekarang adalah menambah keterampilanmu mengelola uang. Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Quarter Life Crisis dan Finansial: Ketika Orang Lain Tampak Lebih Sukses Ketimbang Diri Kita Sendiri
Hei, kamu yang sekarang berusia 20-an! Apakah kamu sering bertanya-tanya pada diri sendiri, “Kok teman-teman sudah punya rumah, aku belum ya? Kok dia udah jadi CEO, aku kok gini-gini aja ya? Kok dia bisa sukses gitu bisnisnya, aku kok kayak stuck gini ya?” Kalau iya, maka, waspada deh. Itu salah satu tanda bahwa kamu di ambang quarter life crisis.
Alexandra Robbins dan Abby Wilner, seorang penulis, menyebutkan beberapa ciri orang yang sedang berada dalam fase quarter life crisis dalam bukunya yang berjudul Quarter-life Crisis: The Unique Challenges of Life in Your Twenties, yaitu:
- Sering minder, karena kerjaan yang enggak bisa dibanggakan
- Bingung, karena ada berbagai pilihan hidup dan enggak tahu mesti gimana
- Khawatir akan masa depan
- Merasa nggak punya kemampuan
- Kehilangan tujuan hidup
- Suka membandingkan diri sendiri dengan orang lain
- Merasa kecewa akan banyak hal yang sudah didapat dalam hidup
Sebenarnya ini fase yang sangat wajar, dan sebagian besar orang juga mengalaminya. So, you’re not alone. Sini, pukpuk!
Justru, fase ini merupakan satu fase tahap perkembangan yang lebih baik lagi buatmu loh! Sudah menjelang lewat waktunya untuk hanya berhura-hura menikmati apa yang sudah kamu raih, tetapi ini juga menjadi garis start ketika kamu harus mulai serius memandang hidupmu sendiri, dan kemudian merencanakan masa depanmu sendiri.
Kamu yang sedang mengalami quarter life crisis ini sedang diberi sentilan, bahwa, hey, ini sudah bukan waktunya lagi sekadar hura-hura dan hanya hidup di masa kini saja. Kamu harus punya rencana untuk masa depanmu.
Nah, dari sini, kamu berarti harus melakukan beberapa langkah berikut agar quarter life crisis kamu segera teratasi, dan kamu pun melangkah menyongsong masa depan dengan lebih pasti.
5 Langkah Bebas Quarter Life Crisis
1. Rencanakan masa depanmu sekarang
So, first of all, kamu harus menyadari bahwa nasib tidak membawamu ke mana-mana, karena kamu sendirilah yang seharusnya mengatur nasibmu. Jadi jika kamu menginginkan sesuatu (di masa depan), maka kamu sendirilah yang harus merencanakannya.
Jika hari ini kamu sibuk mengkhawatirkan masa depanmu, maka di masa depan kamu juga akan hanya sibuk menyesali hari ini yang enggak juga membuat rencana untuk masa depanmu.
Jadi, ayo, bangun dari rebahanmu, dan mulai rencanakan masa depanmu sekarang. Quarter life crisis kamu harus segera diatasi.
Bulan depan, kamu pengin apa? Setahun lagi, pengin di posisi di mana? Lima tahun lagi, pengin gimana? Sepuluh tahun lagi, pengin hidup seperti apa?
Tuliskan semuanya di atas kertas, atau di mana saja. Di smartphone-mu juga bisa.
Memangnya harus ditulis? Ya, enggak sih. Tapi biasanya kalau ditulis, kita juga jadi lebih mudah mengingatnya, dan kapan-kapan mulai lospokus, kita bisa membacanya lagi and get back on track immadiately.
2. Atur keuanganmu demi mewujudkan rencana masa depan
Rencana sudah ada. Terus, apa? Tentu saja, kamu harus cari cara supaya rencana tersebut bisa diwujudkan.
Yang pertama, pastinya kamu harus memastikan bahwa finansialmu cukup kuat. Karena, uang memang bukan segalanya, tetapi segalanya butuh uang. Kita hidup akan butuh biaya, dan ini nggak sedikit. Kamu bisa saja bekerja banting tulang untuk bisa mendapatkan imbalan berupa uang yang kemudian kamu pakai untuk mewujudkan rencana-rencanamu, tetapi tanpa manajemen keuangan yang baik, hajat hidupmu akan berantakan. Jangankan mewujudkan rencana jangka panjang 10 – 15 tahun lagi, buat hidup bulan depan saja ngos-ngosan.
So, segera keluar dari fase quarter life crisis ini dengan belajar mengatur keuangan, yang kamu sesuaikan dengan rencana dan kebutuhanmu di depan.
3. Linimasa orang berbeda, fokuslah pada linimasamu sendiri
Sudah sampai tahap membuat rencana-rencana hidup, dan masih saja membandingkan diri sendiri dengan orang lain. No more!
Ingat, setiap orang punya linimasa sendiri-sendiri. Banyak orang yang sukses menjadi CEO di usia muda, tetapi banyak pula yang menjadi seorang biliuner di usianya yang berkepala 5. So, tak perlu khawatir, kamu akan punya masamu sendiri.
Tetapi, ini juga bukan berarti kamu tinggal menunggu nasib menjadi biliuner bisa datang begitu saja. Tentunya, kamu harus berusaha. Namun, alih-alih terus membandingkan usaha dan nasibmu dengan orang lain, lebih baik fokuslah pada rencana yang sudah kamu buat seperti pada poin pertama.
Quarter life crisis yang kamu alami akan berakhir sesegera kamu bisa fokus pada diri sendiri. Percaya deh.
4. Keluar dari zona nyaman
Zona nyaman memang bikin nyaman, hingga lupa bahwa kita perlu mengembangkan diri sesuai zaman dan juga rencana-rencana kita.
Gimana mau jadi CEO di usia 30 tahun, kalau ditambahi tugas oleh atasan saja selalu menggerutu panjang pendek?
Pendeknya, yuk, belajar lebih banyak! Belajar apa saja, pada siapa saja, di kesempatan apa pun, dari mana pun, dengan cara apa pun. Quarter life crisis boleh saja datang, tapi itu bukan alasan untuk berhenti belajar kan?
5. Diskusi dengan teman dekat atau keluarga
Sesuatu yang hanya dipendam sendiri, apalagi yang bikin khawatir, stres, atau bingung, bisa membuat kita menjadi depresi. Begitu juga kalau kamu sekarang sedang mengalami quarter life crisis. Support system yang baik akan membantumu segera keluar dari fase ini, dan bisa menambah semangat untuk melangkah mencapai mimpi-mimpimu.
Jadi, temukan orang yang tepat untuk diajak bicara dan berdiskusi. Bisa siapa saja; teman, sahabat, pacar, hingga keluarga. Ketika mereka (pernah) merasakan hal yang sama, maka setidaknya kamu merasa tidak sendirian. Akan lebih baik, jika mereka bisa menawarkan solusi. Jika tidak pun, kamu sudah lega ketika mereka mau mendengarkan.
Quarter life crisis memang merupakan fase wajar dalam hidup seseorang. Siapa pun bisa mengalaminya. Jangan pernah merasa sendirian. Dengan membuka pikiran, kamu pasti bisa melaluinya dengan mudah.
Mau curhat dan ngobrol soal quarter life crisis yang sedang kamu alami? Yuk, gabung di acara QM Financial: Financial Dialogue Vol. 2 Career & Money: Quarter Life Crisis! Cek poster, dan segera daftar ya.
Belajar Finansial dan 5 Manfaatnya untuk Hidup
Percayakah kamu, bahwa sebagian besar masalah hidup itu rata-rata memiliki akar permasalahan yang sama, yaitu keuangan? Dan hal ini bisa diatasi dengan kita belajar finansial.
Ada banyak cara untuk belajar finansial, mulai dari baca buku, dengerin podcast, sampai ikut kelas online yang biasanya full ilmu sekalian praktik juga.
Banyak manfaat yang bisa kita rasakan dengan belajar finansial. Apa saja?
5 Manfaat yang Bisa Kamu Dapatkan dengan Belajar Finansial
1. Financial is personal
Di QM Financial, kami percaya bahwa setiap orang bisa menjadi financial planner untuk diri mereka sendiri. Begitu pun dengan kamu.
Kondisi hidup kamu sudah pasti berbeda dengan orang lain. Berdasarkan hal tersebut, maka kamu perlu mengatur keuangan yang pas untuk dirimu sendiri, tanpa ada intervensi dari pihak mana pun. Karena hidupmu ya kamu sendiri yang menjalani, bukan?
Tetapi, untuk mengaturnya dengan baik, kamu perlu belajar finansial. Hal-hal teori haruslah dikuasai dulu, untuk kemudian kamu aplikasikan dengan penyesuaian terhadap kondisimu. Tanpa tahu teorinya, praktik akan lebih sulit.
So, yes, financial is personal. Begitulah yang diajarkan oleh lead trainer QM Financial, Ligwina Hananto. Tidak pernah ada single solution untuk setiap hal dan masalah, termasuk keuangan, because financial is personal.
2. Bisa membuat keputusan sendiri
Pada akhirnya, setelah belajar finansial dan juga mengenal diri sendiri, kamu pun pasti akan bisa membuat keputusan finansialmu sendiri.
Masalah hidup mana yang pengin kamu cari solusi terlebih dahulu, dengan biaya berapa besar, akan menjadi keputusanmu sendiri. Karena, sekali lagi, financial is personal.
Prioritas setiap orang kan berbeda, dan hal ini akan lebih tepat dicari solusinya oleh si pelaku prioritas tersebut. Hanya kita sendiri yang tahu, bagaimana menentukan prioritas ini, dan akhirnya mengambil keputusannya.
3. Bertanggung jawab terhadap keuangan sendiri
Sudah bisa memutuskan yang terbaik untuk diri sendiri, selanjutnya ya harus bertanggung jawab untuk diri sendiri juga. Dan, dengan belajar finansial, kita jadi tahu, sebesar apa tanggung jawab yang bakalan kita terima jika ingin mengelola uang.
Because, your money, your responsibility.
Keuangan kita adalah tanggung jawab kita sendiri, bukan tanggung jawab orang lain. So, kenapa enggak jadi financial planner untuk diri sendiri? Tentu saja, kita harus membekali diri sendiri dengan ilmu keuangan yang cukup lebih dahulu.
Kita sendiri yang bisa mengukur risikonya, kita sendiri pula yang bisa menentukan apakah kita cukup toleran terhadap risiko tersebut.
4. Bisa menentukan masa depan kita sendiri
Sekali lagi, karena financial is very personal.
Kita sendiri yang mengerti masalah keuangannya, kita pula yang memutuskan solusi mana yang paling efektif, kita sendiri pula yang bertanggung jawab atas keputusan tersebut, dan kita jugalah yang harus menentukan masa depan kita sendiri.
Ya dong. Kan ini hidup kita, bukan hidup orang lain! Masa masa depan aja orang lain juga yang buatin. Masalah hidup harus ditangani sendiri.
5. Kenal dengan berbagai produk keuangan
… sehingga bisa menentukan mana yang cocok dan sesuai dengan tujuan dan cita-cita kita, dan mana yang kurang cocok.
Dengan penyesuaian ini, tujuan keuangan tercapai, pun kita bisa memitigasi risiko jika rencana tidak berjalan seperti harapan. Kita enggak akan menyalahkan siapa-siapa, tetapi justru menjadi semakin haus ilmu untuk memperbaiki kesalahan yang sama.
Hingga akhirnya, kita naik kelas juga skill pengelolaan uangnya.
Belajar finansial itu asyik! Sekali belajar, kita bisa pula belajar hal yang lain, dan semuanya itu bisa digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup kita.
Sudah waktunya bagi setiap orang untuk menjadi financial planner untuk dirinya sendiri (dan juga untuk keluarganya), sehingga apa yang terbaik bisa dipilih dan disesuaikan dengan kondisi diri sendiri.
Yuk, belajar finansial bareng QM Financial! Ada berbagai kelas finansial online QM Financial yang bisa dipilih sesuai kebutuhanmu, mulai dari yang basic sampai advanced. Mulai belajar mengatur arus kas dulu, sampai belajar asuransi dan investasi. Dengan modul yang komprehensif dan trainer yang terampil, siapa pun pasti mudah mengikuti materinya. Cek jadwalnya, dan segera daftar ya!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Siap Finansial untuk Menghadapi The New Normal dalam 5 Langkah
Pandemi COVID-19 tidak akan segera berlalu, sementara kita sudah harus siap menghadapi the new normal–tatanan baru dalam berkehidupan, dengan fokus untuk menjaga kesehatan diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita.
Suka nggak suka, siap nggak siap, sepertinya memang kita tak bisa berdiam lebih lama lagi di rumah. Kegiatan ekonomi yang terhenti tentu akan membawa dampak yang lebih buruk untuk semua orang yang hidup di Indonesia, bahkan dunia.
So, mari kita bersiap. Apa saja yang harus disiapkan untuk menghadapi era the new normal ini, utamanya dalam hal finansial? Yuk, simak terus sampai selesai ya!
5 Hal Finansial yang Harus Disiapkan untuk Menjalani The New Normal
1. Ubah gaya hidup sebelumnya
Tanpa bermaksud menghakimi, mungkin kamu punya gaya hidup yang harus diperbaiki selama pandemi COVID-19 datang; nggak bisa menahan diri untuk belanja-belanji barang-barang konsumtif, gesek kartu kredit sana-sini, enggak bisa nabung untuk dana darurat, FOMO, dan seterusnya.
So, setelah terhantam oleh pandemi dan merasakan “akibat”-nya, sekarang saatnya kamu mengevaluasi diri. Pelajaran finansial seperti apa yang sudah kamu pelajari selama pandemi ini? Adakah dari dirimu yang harus diperbaiki? Adakah gaya hidup yang harus diubah?
Kalau memang kamu merasa ada yang kurang dan ada yang bisa diperbaiki, yuk, perbaiki. Karena financial is personal, maka kamu sendiri yang bisa memutuskan, apa yang bisa diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya. So, take your time untuk mengatur keuangan kamu, dan semoga ke depannya lebih baik.
2. Catat keuangan
Salah satu hal yang harus kamu siapkan untuk menghadapi the new normal adalah catatan keuangan. Karena kita akan menghadapi banyak hal yang berubah di depan, sehingga kebiasaan kita pun harus disesuaikan dan pola keuangan kita pun bisa jadi berubah juga.
Jadi, ayo, mulai catat keuanganmu lagi dengan rapi dan detail. Berapa penghasilanmu setiap bulan? Ada tambahan apa saja, selain gaji? Adakah perubahan nominal di gaji bulanan? Apa saja pengeluaranmu sekarang? Apa yang berubah; pos pengeluaran mana yang lebih banyak, dan mana yang lebih sedikit?
Catat lagi ya, sehingga beberapa bulan kemudian, kamu bisa melihat pola barunya. Setelah itu, kamu pasti akan bisa menyesuaikan diri lagi dengan situasi yang baru.
3. Review tujuan keuangan
Misalnya saja, untuk beberapa waktu ke depan, kamu mungkin enggak akan liburan dulu ke luar negeri. Meski banyak negara sudah melonggarkan lockdown, tapi penjagaan masih ekstra ketat. Jadi, tabungan dana liburanmu mungkin bisa dialokasikan ke hal lain yang bermanfaat. Untuk memperkuat dana darurat, misalnya.
Atau, biaya menikah. Di era the new normal nanti, resepsi dan upacara pernikahan hanya boleh dihadiri oleh undangan yang sangat terbatas; 40 orang saja. Jadi, kamu bisa mengalokasikan kelebihan dana menikah ke hal lain.
Atau, karena kondisi investasi saham masih sangat volatile, maka kamu perlu rebalancing di instrumen investasi lain demi dana pensiun terselamatkan.
Nah, ini juga butuh waktu buat ngelamun nih, berarti. Take your time ngelamun deh, kalau gitu ya.
4. Lebih bijak berutang
Salah satu pelajaran penting yang bisa kamu petik selama pandemi dalam mengatur keuangan adalah jangan membuat utang yang melebihi kemampuan. Banyak loh, yang terjebak utang di tengah masa pandemi, yang berakibat mereka gali lubang tutup lubang. Padahal pekerjaan juga lagi enggak pasti.
Sedih banget enggak sih?
Makanya, setelah masuk the new normal, ada baiknya kamu lebih bijak untuk berutang. Utang apa pun itu; utang kartu kredit, kredit blender, gawai, terlebih pinjaman online.
Yuk, pikirkan secara matang jika memang kamu butuh berutang. Setidaknya, kamu harus benar-benar yakin bahwa kamu mampu membayarnya.
5. Tetap pantau dana darurat
Nah, jadi yakin kan, kalau dana darurat itu sangat penting? So, jangan sampai melakukan kesalahan yang sama lagi.
Dana darurat memang kayak duit nganggur. Serasa gatel aja pengin dipakai; enakan diputer buat usaha apa, atau buat belanja “kebutuhan” ini itu. Tapi, ingat loh, dana darurat itu adalah jaring pengaman ketika kondisimu lagi darurat. Memang sepintas nganggur, tapi justru enggak boleh diganggu.
Jadi, coba cek, berapa kebutuhan dana daruratmu yang paling ideal? Dan, bagaimanakah posisinya sekarang? Apakah sudah sesuai, atau belum? Kalau belum, di masa the new normal nanti, kamu harus menjadikannya sebagai tujuan keuangan utamamu sebelum yang lainnya.
Nah, di samping ke-5 hal finansial di atas, hal lain yang harus disiapkan juga untuk menghadapi the new normal adalah soal kesehatan. Sekarang kesehatan benar-benar mahal harganya. So, jaga kesehatanmu, jangan sampai sakit. Ada baiknya, kamu menambah ekstra pos pengeluaran di sini, untuk kebutuhan tambahan vitamin, suplemen, dan alat kesehatan lain, seperti masker, face shield, hand sanitizer, dan seterusnya. Cek juga asuransi kesehatanmu ya, jangan sampai kendur.
So, siap untuk menghadapi the new normal sekarang? Semangat ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi saat the new normal datang! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Atur Penghasilan Freelancer Selama Krisis Pandemi COVID-19
Sejumlah proyek batal mengakibatkan penghasilan freelancer terkena imbas selama pandemi COVID-19. Para pekerja lepas rugi puluhan hingga ratusan juta karenanya.
Survei yang pernah dilakukan di Inggris juga memberikan fakta, sebanyak 46% pekerja lepas di negaranya Prince William itu sudah kehilangan pekerjaan selama krisis ini berlangsung sejak awal tahun. Dalam survei ini, 83% responden adalah pekerja film, televisi, live tour, teater, dan galeri seni.
Dengan diprediksinya pelarangan untuk berkumpul dalam event pertunjukan dan seni sampai batas waktu yang belum pasti ini, tak bisa dibayangkan juga seberapa panjang harus bertahan hidup tanpa penghasilan freelancer mereka.
Bagaimana di Indonesia? Sepertinya tak jauh berbeda. Pemerintah memang sudah menyiapkan beberapa jaring pengaman sosial agar masyarakat bisa terbantu. Tetapi, sejauh ini, bantuan baru menyasar pada mereka yang bekerja di sektor informal dan para buruh yang terkena PHK. Para pekerja lepas, yang bahkan sering harus bekerja tanpa kontrak, masih belum termasuk dalam daftar penerima bantuan sosial.
Jadi, harus bagaimana?
Ya, tak bisa tidak, harus bertahan, bantu diri sendiri dengan penghasilan freelancer yang ada sekarang. Setidaknya, kita harus bertahan sampai kondisi dinyatakan aman bagi kita untuk kembali berkarya–meski belum jelas juga kapan.
5 Hal Mengatur Keuangan dan Penghasilan Freelancer Selama Pandemi COVID-19
1. Tetap tenang
Mari kita join no panic panic club. Susah memang, tapi mulailah dengan tenang. Kalau kita tenang menghadapi situasi, maka kita bisa mencari solusi yang paling tepat.
Tidak panik juga akan menghindarkan kita dari hal-hal impulsif, yang bisa jadi akan kita sesali kemudian.
So, penghasilan freelancer memang menurun, tetapi jangan panik dulu. Mari kita hadapi, dan cari solusinya.
2. Evaluasi pemasukan
Pada dasarnya, penghasilan freelancer memang merupakan pendapatan tidak tetap. Setiap bulannya bisa berbeda nominalnya, tergantung proyek yang dikerjakan. Kadang, bahkan bisa jadi enggak ada pemasukan sama sekali dalam sebulan, sedangkan di waktu lain, pemasukan bak air bah membanjiri rekening.
Kamu pasti sudah paham, bahwa kalau penghasilannya tidak tetap, maka yang harus dibikin tetap adalah pengeluarannya.
Jadi, mari evaluasi penghasilan freelancer selama pandemi yang masuk ke rekeningmu. Apakah benar-benar sudah hilang alias zero income? Ataukah, ada sih pemasukan, meski sedikit? Cek, jika masih ada pemasukan, bagaimana posisinya terhadap pengeluaran bulanan rutinmu. Apakah masih bisa meng-cover? Jika tidak, seberapa besar yang tidak ter-cover?
Setelah itu, mari kita buat budgeting baru dengan menyesuaikan kondisi yang berubah ini. Apa saja yang perlu diperhatikan? Yuk, lihat poin berikutnya.
3. Menyesuaikan diri the ‘the new normal’
Kebiasaan hidup sudah berubah. So, kita harus segera bisa menyesuaikan diri. Karena penghasilan freelancer kamu berubah, maka ayo segera sesuaikan pengeluarannya juga.
Mulai dari menurunkan standar hidup. Carilah barang-barang substitusi. Yang biasanya pakai produk impor, coba cari merek lokal. Biasa pakai produk-produk merek super, sekarang gantilah dengan merek second grade.
FYI yah, kalau kamu belanja di minimarket, supermarket, atau hipermarket, kadang mereka punya beberapa produk private label. Produk-produk ini harganya bisa sampai 30% lebih rendah ketimbang produk-produk store brand lo.
Beberapa pos pengeluaran lain juga mungkin akan terhapus atau dikurangi, bisa juga ditunda. Cek lagi catatan pengeluaranmu bulan-bulan sebelumnya, dan lakukan penghematan di sana-sini. Prinsipnya: sebanyak mungkin uang bisa dialokasikan ke kebutuhan utama atau pokok, yaitu makanan dan kesehatan.
4. Kelola klien dan cari klien baru
Tetaplah menjalin kontak dengan klien kamu yang sekarang masih ada. Bisa jadi mereka memotong fee atau menunda pencairan invoice, sehingga penghasilan freelancer juga menurun. Tetapi, kita harus maklum juga dengan kondisi mereka. Prinsipnya: Pertahankan sebisa mungkin klien yang ada.
Alih-alih, berikanlah penyesuaian harga atau diskon pada klien. Beri mereka ide-ide segar, agar bisnis mereka bisa bertahan. Ingat, bisnis mereka survive, kamu pun akan survive juga lo. Jadi, sejenak lupakan orientasi cuan semata, tapi mari saling bantu untuk bisa bertahan.
Cobalah untuk mencari klien baru, karena meski semua sektor dan bisnis terpengaruh, tapi ada juga yang malah moncer perkembangan bisnisnya. Kamu bisa menyesuaikan jenis servis jasa atau produk yang kamu jual dengan kebutuhan (calon) klien. Misalnya, kamu terbiasa bekerja untuk urusan branding produk, sekarang coba tawarkan jasa untuk mengelola akun media sosial mereka juga.
Uliklah apa yang kamu bisa berikan, meski mungkin itu di luar area jasamu sekarang.
5. Cari alternatif sumber pemasukan lain
Sebenarnya kondisi paceklik seperti ini adalah kondisi yang harus siap dihadapi oleh freelancer mana pun, bahkan sejak sebelum pandemi terjadi. So, meski skalanya berbeda, tetapi mereka biasanya lebih siap mental untuk menghadapi kondisi dengan penghasilan freelancer menurun (bahkan hilang) seperti ini.
Yuk, coba cari alternatif sumber pemasukan lain selama masa krisis ini berlangsung. Siapa tahu, kalau berhasil, malah bisa jadi penghasilan sampingan dari profesi pekerja lepasmu kan?
Yang pasti, persiapkan dana daruratmu! Dana darurat seorang freelancer idealnya adalah sebesar 12 kali pengeluaran bulanan. Dan sekaranglah saatnya kamu bisa memanfaatkan dana darurat yang besar itu. Setidaknya kamu bisa bertahan hidup sampai 12 bulan ke depan, sembari kamu bisa mencari alternatif lain.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Pengantin Baru, Lakukan 5 Langkah Mengatur Keuangan Ini!
Selamat menempuh hidup baru! Begitu akad ataupun janji perkawinan telah diucapkan, maka saat itu pula, sepasang laki-laki dan perempuan menjadi keluarga baru, menjadi pengantin baru. Bahagia, pastinya. Bayangan “live happily ever after” semakin jelas di pelupuk mata.
Begitulah yang sering terjadi. Apalagi dengan persiapan yang menguras energi dan akhirnya bisa menyelenggarakan pesta pernikahan yang meriah, kadang bikin sang pasangan pengantin baru ini lupa bahwa ada banyak hal lain yang lebih penting untuk segera dipikirkan setelah pesta.
Yah, memang. Kadang hidup setelah menikah itu malah dilupakan, padahal justru di situlah awal hidup yang sebenarnya. Banyak PR yang harus segera dipikirkan agar ke depannya hidup kita jadi terjamin.
Sudah bagus kalau pesta pernikahannya enggak pakai utang. So, tinggal menata saja mau gimana hidup ke depannya. Lah, kalau masih menyisakan utang? Ya berarti harus segera dibereskan! Jadikan sebagai top priority, begitu hidup berpasangan sudah mulai.
So, yuk, segera moveon dari pesta-pesta dan juga honeymoon-nya. Segera bersiap untuk menghadapi tantangan baru sebagai pasangan pengantin baru–sepasang suami istri yang sama-sama belajar dari nol lagi.
5 Langkah Mengatur Keuangan Pengantin Baru
1. Bangun komunikasi
Segera luangkan waktu untuk ngobrol berdua soal kondisi keuangan masing-masing. Malahan ya, ngobrol berdua ini sebenarnya sih sudah harus dilakukan sebelum menjadi pengantin baru sih.
Tapi, kalau memang baru sekarang bisa dilakukan, ya enggak masalah. Enggak pernah terlambat untuk tujuan baik kan?
So, segera ajak pasangan kamu untuk mulai ngobrolin uang. Mulailah dari saling terbuka dengan penghasilan masing-masing, apakah ada utang di antara kalian, sudah punya aset apa saja, punya mimpi dan cita-cita apa ke depannya, pengin hidup seperti apa, dan seterusnya.
Jangan khawatir, meski bahasannya serius, tapi sebagai pengantin baru, kalian pasti masih bisa membawa romansa romantis dalam obrolan kalian. Percaya deh. Jadikan sesi ngobrol keuangan ini menjadi salah satu agenda wajib yang rutin dilakukan. Bisa kalian agendakan sambil dinner berdua, atau sambil jalan-jalan, rekreasi, dan sebagainya. Atau mau di rumah saja pas weekend juga bisa kan?
2. Rumuskan tujuan keuangan bersama
Nah, langkah kedua ini lantas menjadi follow up dari ngobrolin soal cita-cita. Bisa jadi, kalian sebagai pengantin baru punya cita-cita dan visi yang berbeda, dan baru ketahuan sekarang.
Enggak masalah, balik lagi ke poin satu di atas: komunikasikan dan kompromikan.
Yes, it’s all about compromizing kok. Nggak ada yang nggak bisa dibicarakan kan? Apalagi kalau ngobrolnya sambil ngadem. Duh.
Jadi, apa yang kalian cita-citakan? Berapa lama lagi target kalian untuk mencapainya? Sudah punya cita-cita dan jangka waktu target, lalu rumuskan jalan menuju ke cita-cita.
Saran sih, sebagai langkah awal pengantin baru, buatlah dulu dana darurat keluarga. Ini adalah hal yang paling penting, dan yang paling mudah untuk dicapai lebih dulu. Baru setelah itu, apakah kalian pengin punya rumah pertama atau mau segera membuat dana pendidikan anak, tergantung pada hasil obrolan kalian.
3. Segera tentukan peran
Sebagai pengantin baru, nantinya kalian harus berbagi peran dalam rumah tangga. Jadi, segera putuskan, siapa membayar apa, siapa berkewajiban apa.
Sebagai pasangan suami istri, kamu dan pasanganmu adalah partner hidup. Sudah seharusnya kalian saling membahu agar bisa segera mewujudkan mimpi dan cita-cita yang sudah dibuat.
4. Buat anggaran
Mumpung masih pengantin baru, segeralah buat catatan pengeluaran keluarga. Kalian bisa membuatnya dengan excel di PC, atau dengan aplikasi smartphone yang sekarang semakin mudah diunduh dan digunakan. Atau mau pakai cara old school: dicatat di buku tulis.
Enggak masalah caranya mau gimana, yang penting kalian mesti punya catatan pengeluaran dan kemudian membuat anggaran untuk belanja sampai tiba waktunya ada penghasilan masuk lagi.
Jangan tunggu sampai minus, baru mencatat ya.
5. Evaluasi dan perbaiki terus
Evaluasi catatan keuangan itu penting, untuk mengetahui apakah ada yang perlu diperbaiki. Jika memang sudah dibagi tugas, siapa yang bertugas ini-itu, dan kamulah yang bertugas membuat catatan keuangan, maka partnermu pun harus tahu bagaimana kondisi keuangan kalian.
So, kebiasaan untuk mengobrol keuangan seperti yang disebutkan di poin pertama memang harus diteruskan, iya kan? Seenggaknya, kamu bisa mengajak pasanganmu untuk menganalisis, sisi sebelah mana yang harus kalian perbaiki dalam catatan keuangan tersebut.
Nah, gimana? Semoga dengan 5 langkah awal mengatur keuangan pasangan pengantin baru di atas, kamu dan pasanganmu bisa mendapatkan gambaran dari mana harus mulai ya? Kalau sudah mulai, maka seterusnya tentu akan lebih lancar.
Selamat menempuh hidup baru, sekali lagi! Semoga kamu bisa segera moveon dari ingar bingar pesta, dan segera bisa merencanakan hidup yang lebih baik lagi bersama pasanganmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.