Di Balik Keuangan Rumah Tangga yang Sehat: Peran Istri Sebaiknya sebagai Kasir atau Menteri Keuangan?
Berdasarkan data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, terdapat sekitar 60% rumah tangga di Indonesia yang memiliki perempuan sebagai pengelola keuangannya. Hal ini menunjukkan bahwa peran istri dalam mengelola keuangan rumah tangga di Indonesia sangatlah penting dan signifikan.
Sementara keuangan rumah tangga sendiri merupakan salah satu aspek penting yang perlu dikelola dengan baik untuk mencapai stabilitas dan keberlangsungan hidup keluarga. Namun, ternyata, data juga membuktikan, bahwa meskipun perempuan sering kali menjadi pengelola keuangan di rumah tangga, terdapat pula fakta bahwa banyak perempuan di Indonesia masih mengalami kesulitan dalam mengelola keuangan.
Sebagai contoh, berdasarkan data dari Bank Indonesia pada tahun 2019, hanya sekitar 30% perempuan di Indonesia yang memiliki akses terhadap produk keuangan formal, seperti tabungan dan kredit.
Kalau dipikir-pikir, kan ada data 60% rumah tangga yang dipegang dan dikelola oleh istri, apakah itu artinya hanya sebagian istri saja yang bisa mengakses produk keuangan formal? Berarti, ke mana sisanya? Enggak bisa mengakses produk keuangan formal, apakah itu artinya istri menjadi semacam kasir? Hanya mengeluarkan dan memasukkan uang doang, tanpa punya wewenang untuk ikut mengambil keputusan keuangan?
Lebih jauh lagi, ke mana 40% istri yang lain? Nah, seru nih. Karena QM Financial selalu percaya bahwa perempuan—di mana pun berada, apa pun status sosialnya, berapa pun penghasilan keluarganya—haruslah berdaya secara finansial, maka yuk, hal ini kita bahas. Tanpa bertendensi provokatif, tentu saja.
Istri: Sebagai Kasir atau Menteri Keuangan?
Jadi, istri itu sebagai kasir atau menteri keuangan keluarga sih?
Peran istri sebagai kasir dan menteri keuangan dalam keuangan rumah tangga sebenarnya memiliki perbedaan yang cukup signifikan.
Sebagai kasir, istri bertanggung jawab untuk mengatur dan mencatat semua transaksi keuangan yang terjadi di dalam rumah tangga, seperti pemasukan dan pengeluaran uang. Ia akan membuat catatan keuangan, menyimpan struk belanja, dan memastikan bahwa semua transaksi tercatat dengan akurat.
Sedangkan, sebagai menteri keuangan, istri memiliki peran yang lebih strategis dalam mengatur keuangan keluarga. Ia akan membuat rencana anggaran, memprioritaskan pengeluaran, mengatur investasi, serta memantau kinerja keuangan keluarga secara keseluruhan.
Nah, jadi kalau kita lihat dari definisi perannya, peran istri sebagai kasir itu lebih berfokus pada pengaturan transaksi harian. Sedangkan peran istri sebagai menteri keuangan lebih berfokus pada perencanaan dan pengambilan keputusan yang lebih strategis dalam mengelola keuangan keluarga.
Sebenarnya kedua peran ini sama-sama penting untuk menjaga keuangan keluarga tetap sehat dan berkelanjutan.
Namun, sebagai seorang istri, uang tidak hanya dialokasikan doang ke pos-pos keuangan yang sudah ditentukan. Namun, uang itu perlu untuk dikembangkan juga sedemikian rupa agar bisa menjamin tercapainya tujuan keuangan keluarga yang sudah disepakati bersama.
Kalau hanya membatasi diri diri sebagai kasir doang, peran istri jadi enggak penting lagi. Apalagi sekarang sudah ada aplikasi yang lebih canggih buat mencatat cash flow. Kasihan dong, potensi istri yang cerdas kalau begini caranya. Mereka jadi tidak kritis dan kreatif.
Sebaliknya, sebagai menteri keuangan atau bendahara keluarga, istri tidak hanya harus mendistribusikan uang, tetapi juga mengembangkan uang yang dipercayakan kepadanya, karena keputusan seperti itu umumnya berada lebih banyak di tangan istri.
Faktanya, kalau mau kita lihat lebih jauh lagi, banyak peran dalam keuangan keluarga yang dapat dipercayakan pada istri loh!
Bermacam Peran Istri dalam Keuangan Rumah Tangga
Ada beberapa peran yang dapat dimainkan oleh istri dalam pengelolaan keuangan rumah tangga. Beberapa di antaranya adalah:
Pengelola Kas
Istri dapat berperan sebagai pengelola kas dalam rumah tangga, yaitu bertanggung jawab untuk mencatat semua transaksi keuangan dan mengelola uang tunai yang ada di rumah tangga. Sebagai kasir, memang bisa dikatakan begitu. Tapi, tak hanya berhenti di situ saja.
Menteri Keuangan
Istri dapat berperan sebagai menteri keuangan yang bertanggung jawab untuk membuat rencana keuangan, memantau kinerja keuangan, dan mengambil keputusan strategis dalam pengelolaan keuangan rumah tangga.
Investor
Istri dapat berperan sebagai investor dengan mengatur investasi untuk menghasilkan keuntungan jangka panjang bagi keluarga, seperti investasi pada aset properti, saham, atau instrumen keuangan lainnya.
Trainer Keuangan
Istri dapat berperan sebagai trainer keuangan untuk anggota keluarga lainnya, seperti mengajari anak-anak atau suami cara mengatur keuangan pribadi dan merencanakan anggaran keluarga.
Konsultan Keuangan
Istri juga dapat berperan sebagai konsultan keuangan yang memberikan saran dan masukan kepada keluarga tentang pengelolaan keuangan, termasuk cara mengurangi hutang, mengatur anggaran, atau memilih produk keuangan yang tepat.
See, banyak kan yang bisa dilakukan oleh istri?
Namun, sayangnya, memang belum semua istri memiliki kemampuan atau pengetahuan dalam mengelola keuangan rumah tangga. Oleh karena itu, perlu adanya dukungan dan kerja sama antara pasangan suami istri dalam mengelola keuangan keluarga agar dapat mencapai tujuan keuangan bersama.
Tip untuk Para Istri untuk Meningkatkan Keterampilan Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga
Berikut beberapa tip yang dapat membantu istri meningkatkan keterampilan keuangan dan mengelola keuangan rumah tangga dengan lebih baik sebagai menteri keuangan.
Mengikuti pelatihan atau kursus keuangan
Istri dapat mengikuti pelatihan atau kursus keuangan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan keuangan. QM Financial punya banyak topik kelas online FCOS yang bisa dipilih sesuai kebutuhan keluarga lo! Sudah cek jadwalnya belum untuk bulan ini?
Membaca buku atau artikel tentang keuangan
Istri dapat membaca buku atau artikel tentang keuangan untuk memperluas pengetahuan tentang pengelolaan keuangan, termasuk tentang investasi, asuransi, dan rencana keuangan jangka panjang.
Mengatur anggaran keluarga
Istri dapat membuat dan mengatur anggaran keluarga dengan hati-hati, termasuk menentukan prioritas pengeluaran dan memantau pengeluaran harian keluarga.
Menggunakan aplikasi keuangan
Istri dapat menggunakan aplikasi keuangan yang dapat membantu memantau pengeluaran dan pemasukan keuangan keluarga dengan mudah dan akurat.
Berdiskusi dengan suami
Istri dapat berdiskusi dengan suami tentang pengelolaan keuangan keluarga dan bekerja sama dalam membuat rencana keuangan jangka panjang yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan keluarga.
Dalam pengelolaan keuangan rumah tangga, peran istri sangat penting dalam menjaga keuangan keluarga tetap sehat dan berkelanjutan. Dengen demikian, penting bagi istri untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola keuangan rumah tangga, apalagi istri bisa berperan banyak dalam hal keuangan ini. Penting pula bagi istri untuk bisa bekerja sama dengan suami dalam membuat keputusan keuangan yang tepat dan mencapai tujuan keuangan bersama.
Dengan pengelolaan keuangan yang baik, keluarga dapat menghindari risiko keuangan dan memastikan kesejahteraan keuangan di masa depan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Mengatur Keuangan Keluarga Saat Suami Tak Berpenghasilan
Baru-baru ini ada thread viral tentang keputusan seorang istri mengikhlaskan suaminya resign dari kantor tempatnya bekerja, karena alasan kesehatan. Setelah menelusur, ada satu hal yang cukup menarik yang bisa ditarik sebagai pelajaran ketika akhirnya suami tak berpenghasilan dan mengandalkan penghasilan istri saja.
Memang ya, hidup di Indonesia itu cukup challenging. Beberapa norma yang berlaku masyarakat kadang lantas membuat pihak-pihak tertentu menjadi tampak “tidak normal” jika tidak diikuti. Termasuk soal penghasilan untuk keluarga. Umumnya, suami memang dianggap seseorang yang seharusnya menjadi tulang punggung keluarga; memberi nafkah istri dan bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Namun, kadang, fakta di lapangan berkata lain. Karena berbagai sebab, suami tak dapat melakukan tugas, dan harus melimpahkan tanggung jawab sebagai penafkah kepada istri. Salahkah suami jika melakukan hal tersebut? Enggak selalu, karena banyak alasannya. Kesehatan adalah salah satu alasan terbesarnya. Tapi ya begitulah, saat gaji istri lebih besar saja kadang jadi masalah. Apalagi kalau suami tak berpenghasilan. Di Indonesia, ini adalah masalah yang besar.
Mengatur keuangan dari penghasilan satu pintu tentu bukan perkara mudah. Apalagi kalau kedua pasangan tadinya sama-sama bekerja. Penurunan pemasukan keluarga pasti akan memengaruhi kondisi ekonomi. Sedikit atau banyak, itu relatif.
Terlepas dari soal stigma sosial yang harus dihadapi, persoalan keuangan ini juga akan menjadi tantangan besar bagi pasangan dengan suami tak berpenghasilan. Pasalnya, kita tidak bisa menutup mata bahwa masih ada gap antara penghasilan perempuan dan pria di Indonesia. Masih banyak perempuan bekerja yang digaji lebih rendah daripada pria untuk level jabatan yang sama. Tak hanya soal feminis, tapi data yang menyatakannya. Jadi, walaupun istri mengambil alih peran penafkah keluarga, tetapi bisa jadi penghasilan ya tetap saja tidak akan sebesar penghasilan suami yang bekerja.
Artinya, masalah keuangan ini adalah masalah yang serius. Apalagi kita masih dalam situasi tak berkepastian seperti sekarang. Kebutuhan makin banyak, sekaligus semakin sulit didapatkan.
Lalu, bagaimana ya cara mengatur keuangan bagi keluarga dengan suami tak berpenghasilan?
Atur Keuangan untuk Keluarga dengan Suami Tak Berpenghasilan
Pastikan pertimbangan dan persiapannya matang
Kalau menelusur dari thread viral yang disebutkan di awal tadi, ada penjelasan bahwa sebelum suami tak berpenghasilan, keluarga tersebut sudah punya tabungan 10x gaji dan sempat membeli asuransi yang memadai. Seiring waktu, malahan tabungan ini tidak perlu digunakan sama sekali, dan kebutuhan hidup dapat dipenuhi dari penghasilan istri sepenuhnya.
So, apa moral of the story? Yes, persiapan yang matang.
Memutuskan resign tak boleh dilandasi emosi, karena bisa membuat kita bias dalam mengambil keputusan hingga akhirnya tak melakukan persiapan. Padahal, hidup ke depan setelah resign harus dipikirkan dengan baik, apalagi jika sudah ada tanggungan.
Atur kembali rencana dan anggaran
Mengelola keuangan rumah tangga dari penghasilan 2 pintu menjadi satu pintu bukan perkara gampang. Karena itu, persiapan adalah koentji dan kemudian lakukan financial check up untuk membuat evaluasi dan mengetahui secara pasti kondisi keuangan keluarga saat suami tak berpenghasilan lagi.
Atur kembali rencana keuangan yang mungkin tadinya sudah ada. Kamu bisa meninjau kembali tujuan-tujuan keuangan, dan menyusun ulang berdasarkan hasil financial check up yang sudah dilakukan. Buat anggaran yang sesuai dengan perubahan yang terjadi.
Cicilan utang dan kebutuhan primer menjadi prioritas utama. Yang lain, kamu bisa sesuaikan dengan kemampuan. Bahkan investasi bisa dikurangi dulu, selama keuangan belum stabil lagi. Ke depannya, fokuslah pada menjaga cash flow agar tetap positif.
Amankan Dana Darurat dan Asuransi
Punya asuransi kesehatan adalah hal yang tak bisa ditawar. Asuransi kesehatan akan dapat memberikan perlindungan yang sesuai dengan kebutuhan. Apalagi biaya kesehatan terus meningkat. Meskipun iurannya naik, tapi BPJS Kesehatan tetap bisa jadi pilihan pertama. Selanjutnya, tergantung kebutuhan.
Jika istri kemudian menjadi penafkah utama karena suami tak berpenghasilan, maka pastikan istri memiliki asuransi jiwa. Setelah itu, pastikan dana darurat dalam kondisi yang memadai juga.
Tinjau kembali cicilan utang
Memang dalam praktiknya, cicilan utang harus menjadi prioritas apa pun kondisinya. Tapi saat suami tak berpenghasilan, maka bisa jadi cicilan akan menambah beban. So, coba cari cara untuk meringankannya.
Barangkali ada beberapa cicilan yang bisa dilunasi dulu sebelum akhirnya suami resign. Terutama untuk cicilan konsumtif yang berbunga besar. Pastikan untuk tidak menambah utang besar dan konsumtif saat nanti keuangan belum stabil.
Jika memang perlu, kamu bisa mengajukan restrukturisasi utang yang cicilannya terlalu besar dan membebani. Mungkin ada diskon bunga, atau tenor bisa diperpanjang. Apa pun kondisinya, sebaiknya dijelaskan pada pihak pemberi pinjaman. Prinsipnya, mereka akan lebih memilih melunakkan pinjaman daripada risiko gagal bayar meningkat. Termasuk KPR.
Tambah penghasilan
Jika memang perlu dan memungkinkan, cobalah untuk mencari alternatif lain demi mendapatkan penghasilan tambahan. Baik untuk suami maupun hal yang bisa dilakukan berdua.
Memang, kualitas hidup tak hanya tergantung pada penghasilan yang didapatkan, tetapi pada cara kelola uang yang ada. Tapi bagaimanapun, keluarga dengan keuangan yang sehat pastilah akan lebih mudah menjalani kehidupan. Karena itu, kita tetap realistis dan berusaha agar ‘dapur tetap mengepul’, apa pun caranya asal halal.
Dana Pensiun
Suami tak berpenghasilan bukan berarti pensiun, jika sekarang masih mengandalkan penghasilan aktif untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. So, tetap ada PR besar untuk bisa membangun aset aktif yang nantinya bisa memberikan passive income. Pasalnya, bagaimanapun juga, nantinya jika istri yang akan menjadi tulang punggung keluarga, akan ada waktu juga baginya untuk pensiun.
So, meski berat, persiapkan sejak sekarang.
Itu dia cara mengatur keuangan keluarga jika suami tak berpenghasilan, dan hanya mengandalkan dari penghasilan satu pintu, yaitu dari istri.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Belajar Mengatur Keuangan untuk Kamu yang Berpendapatan Tidak Tetap
Ingat dengan drama Korea Hometown Cha Cha Cha? Di situ ada kisah Du Sik, si pekerja serabutan yang menawan. Pekerjaannya serabutan. Apa saja dikerjakannnya, secara fleksibel, tak terikat kontrak. Karena itu, pastinya pendapatan Du Sik juga tak menentu. Tapi, bisa-bisa saja dipakai buat biaya hidup. Du Sik pasti sudah belajar mengatur keuangan dengan baik, karena dia kan dulunya … Ups, spoiler.
Yes, enggak cuma ada pekerja atau karyawan yang ngantor teratur, karier berjenjang jelas, punya bos, punya coworkers, pergi pagi pulang malam, dan dengan gaji yang rutin ada setiap bulan, ternyata masih ada pekerja seperti Du Sik. Mereka memilih bekerja tanpa ikatan. Pekerja lepas, begitu sebutannya. Freelancer, begitu istilah kerennya.
Biasanya orang-orang yang memilih jalur profesi sebagai freelancer mempertimbangkan soal fleksibilitas waktu dan tempat untuk bekerja. WFA, begitu katanya. Work from anywhere. Bisa dikerjakan kapan saja, di mana saja, dengan cara apa saja, asalkan bisa setor sesuai target yang sudah disepakati dengan klien masing-masing
However, fleksibilitas waktu dan tempat ini ada trade off-nya. Yaitu penghasilan yang “fleksibel” juga. Fleksibel artinya di sini enggak tetap. Enggak kayak orang-orang yang kerja kantoran, mereka secara rutin menerima gaji Rp5 juta, Rp20 juta, Rp250 juta, … Rp1 miliar. Pekerja lepas tidak seperti itu. Penghasilan pekerja lepas tidak tentu; bulan ini dapat Rp30 juta, bulan depan Rp3 juta. Bulan depannya lagi Rp10 juta, bulan berikutnya zonk karena nggak ada klien yang jatuh tempo pembayaran.
Sebenarnya, hal ini adalah hal yang lumrah terjadi di dunia kreatif. Tapi, kadang ya bikin kaget juga, terutama buat para pemula. Tenang, yang harus dilakukan sekarang adalah mencari tahu cara belajar mengatur keuangan dengan baik.
Belajar Mengatur Keuangan untuk yang Berpendapatan Tidak Tetap
Belajar mengatur keuangan sebenarnya tak terbatas bagi orang-orang tertentu. Namun, belajar keuangan itu penting terlebih bagi mereka yang sekarang dalam usia produktif, sudah bisa memiliki penghasilan, maka belajar mengatur keuangan hukumnya wajib.
Namun ya harus diakui, bahwa belajar mengatur keuangan itu bukanlah hal yang mudah. Apalagi kalau pendapatan kita enggak tetap. Seperti yang dimiliki oleh para pekerja lepas alias freelance. Tapi sebenarnya, yang punya pendapatan tidak tetap itu enggak hanya pekerja lepas saja lo! Ada profesi lain yang juga berpendapatan tidak tetap dan harus belajar mengatur keuangan dengan baik. Biasanya ini dialami oleh profesi yang upahnya dihitung berdasarkan hasil yang disetorkan.
Lalu, bagaimana cara belajar mengatur keuangan yang baik untuk pendapatan yang tidak tetap ini? Yuk, ikuti langkah-langkah berikut.
Buat anggaran yang tetap
Pendapatan boleh saja tidak tetap, tetapi anggaran keuangan bisa dibuat tetap. Lha, caranya terus gimana untuk membuat anggaran ini? Kan pendapatan enggak tetap?
Tenang. Ada caranya, yaitu dengan berpatokan pada pengeluaran. Buatlah catatan pengeluaran yang cukup mendetail setiap hari yang kemudian direkap setiap bulan. Dengan demikian, kamu bisa melihat rata-rata pengeluaranmu setiap bulannya.
Ingat, karena pendapatan yang tidak tetap, maka setiap pengeluaran kan harus dilakukan dengan cermat. Pisahkan mana yang merupakan kebutuhan, dari keinginan. Buat pengeluaran seminimal mungkin, atau seefisien mungkin. Ini penting, karena pengeluaran tersebut akan dihitung menjadi pengeluaran rata-rata. Jangan sampai nih, pengeluaran rata-ratanya justru besar banget dan tidak efisien, karena ke depannya pasti akan menyulitkanmu.
Jika pada rekapnya kamu sudah bisa menemukan rata-rata pengeluaran, maka jadikanlah ini sebagai patokan untuk membuat anggaran di bulan berikutnya. Dengan begini juga, kamu bisa tahu berapa minimal pendapatan yang harus kita dapatkan setiap bulan agar tetap survive.
Dana darurat adalah wajib
Kalau pekerja kantoran, adanya gaji yang teratur dan rutin setiap bulan akan memudahkan mereka untuk mengatur keuangan. Namun, buat pekerja yang berpendapatan tidak tetap, bisa jadi harus ekstra dalam belajar mengatur keuangan. So, dana darurat adalah wajib.
Yes, dana darurat adalah tujuan keuangan utama dan pertama yang harus dimiliki dulu kalau kamu berpendapatan tidak tetap. Dan, jumlah idealnya bisa jadi lebih besar daripada para pekerja kantoran, karena pendapatanmu yang naik turun setiap bulan. Dengan demikian, kalau—semoga tidak—penghasilan sempat terhenti, kamu bisa menggunakannya dulu untuk menyambung napas.
Kalau sempat ada lebihnya pada penghasilan di bulan tertentu, jangan anggap sebagai uang nganggur. Anggaplah itu menjadi peluangmu untuk mengumpulkan dana darurat lebih cepat atau lebih besar. Buat kamu yang masih single, milikilah dana daruratt 4 – 6 kali penghasilan rata-ratamu setiap bulan. Kumpulkan per tahap, agar terasa lebih ringan.
Lengkapi asuransi
Kalau pekerja kantoran, biasanya mereka secara otomatis mendapatkan jaminan kesehatan. Minimal secara otomatis diikutkan di BPJS Kesehatan. Buat pekerja dengan pendapatan tidak tetap, asuransi kesehatan harus diupayakan sendiri. Kamu bisa mengambil BPJS Kesehatan secara mandiri.
Perlu tambahan asuransi kesehatan swasta enggak? Nah, itu kembali lagi pada kemampuanmu. Prinsipnya, jangan sampai justru menambah beban keuangan. Jadi, sesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan.
Bagaimana dengan asuransi jiwa? Jika kamu adalah tulang punggung keluarga, asuransi jiwa is a must. Tetapi teteup ya, harus disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan. Seenggaknya ya, premi dan uang pertanggungan minimal ya enggak apa-apa deh, daripada enggak ada sama sekali.
Jangan lupa juga untuk memberikan asuransi kesehatan bagi anggota keluarga atau siapa pun yang menjadi tanggunganmu, agar beban finansialmu juga lebih ringan.
Belanja bijak
Karena berpendapatan tidak tetap, kamu bisa mulai belajar mengatur keuangan dengan mulai bijak dalam berbelanja. Pastikan semua barang yang kamu beli adalah memang yang menjadi kebutuhan.
Namun, bukan berarti lantas kamu enggak boleh memberi reward pada diri sendiri. Boleh banget dong, kan kamu sudah bekerja keras sedemikian rupa untuk mencukupi kebutuhan. Tapi buat pos khusus untuk keperluan ini, dan tentukan alokasinya. Kamu boleh menghabiskan pos ini untuk semua kebutuhan reward, dan kalau habis, tunggu sampai jatahnya di-topup lagi.
Jangan belanja di luar kemampuan. Terutama, hindari utang konsumtif.
Semangat mencari proyekan!
Bekerja secara lepas harus rajin memperluas peluang sendiri untuk mendapatkan proyekan. Setiap proyekan akan menawarkan peluang yang berbeda. Pertimbangkan dengan baik, proyek mana yang akan dikerjakan, tidak hanya berarti nominal saja.
Seperti halnya Du Sik yang punya banyak keterampilan, kamu juga perlu upgrade diri secara periodik. Tambah pengetahuan, tambah skill, sehingga memperluas peluang untuk menjadi pekerja lepas yang “mahal”. Selain itu, jangan berhenti untuk networking, karena ini juga bisa mendatangkan peluang lainnya.
Memang, belajar mengatur keuangan bagi pekerja yang berpendapatan tidak tetap ini enggak semata-mata mengatur cash flow. Tetapi, juga berkaitan dengan banyak hal.
Semangat ya! Meski berpendapatan tidak tetap, kamu pasti bisa mengaturnya dengan baik, sehingga nantinya juga berpeluang untuk mencapai semua tujuan keuanganmu—termasuk pensiun sejahtera.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
5 + 5 Cara Jitu Mengatur Keuangan untuk Perempuan
Jadi perempuan itu sebaiknya tahu cara jitu mengatur keuangan. Intinya, harus melek keuangan! Mengapa?
Karena, dengan melek keuangan, maka perempuan bisa memiliki konsep dasar finansial yang lebih baik. Nantinya akan berguna banget untuk mengatur keuangan diri sendiri—dan juga keluarga, nantinya—biar enggak besar pasak daripada tiang. Bisa mengelola rezeki dengan baik, sebagai ungkapan rasa syukur, dan menggunakannya sebaik mungkin.
Tapi, faktanya, tingkat literasi keuangan perempuan itu masih lebih rendah daripada laki-laki. Survei dari Otoritas Jasa Keuangan menyatakan, bahwa tingkat literasi keuangan perempuan hanyalah sebesar 36.13%, sementara tingkat literasi keuangan laki-laki sebesar 39.94%.
Jadi, ayo, kita tingkatkan lagi literasi keuangan kita, bestie! Kita bisa mulai dengan mencari tahu bagaimana cara jitu mengatur keuangan pribadi dulu, sebelum nantinya kita harus punya cara jitu mengatur keuangan keluarga. Mulai dari yang kecil dulu, baru yang besar. Kalau kita tidak mampu mengatur uang receh, uang besar juga bakalan sulit diaturnya.
Yuk, mulai dengan melakukan dan tidak melakukan hal-hal berikut ini sebagai cara jitu mengatur keuangan kamu.
Cara Jitu Mengatur Keuangan: 5 Do’s
1. Catat pengeluaran dan buat anggaran
Ini adalah hal keuangan yang paling basic harus dilakukan sebagai cata jitu mengatur keuangan untuk perempuan. Kalau mencatat pengeluaran dan membuat anggaran ini masih sering terlupakan, yang lainnya juga akan lebih sulit.
Kenapa harus membuat pencatatan ini? Mencatat pengeluaran dan penghasilan, serta membuat anggaran akan membantumu dalam merencanakan keuangan hingga jauh ke depan. Ibaratnya, catatan pengeluaran ini akan menjadi standar kemampuan finansialmu. Pasalnya, boleh saja banyak mau, tapi kita tetap harus menyesuaikan dengan kemampuan, biar enggak halu.
Zaman sekarang buat mencatat pengeluaran ada banyak tools-nya. Mulai dari catatan manual, sampai aplikasi keuangan. Tinggal pilih sesuai kenyamanan masing-masing. Seharusnya sih, sudah enggak ada alasan lagi.
2. Buat tujuan keuangan
Tujuan keuangan adalah cita-cita, mimpi, dan keinginan yang pengin kamu wujudkan atau capai, baik dalam jangka pendek, menengah, atau panjang. Perempuan sekarang sudah boleh banget punya banyak cita-cita, ya kan? Semua bisa diwujudkan jika kamu punya tujuan keuangan yang jelas, realistis, dan kemudian didukung dengan rencana keuangan yang komprehensif.
Setelah tahu kemampuan diri sendiri, maka inilah yang menjadi cara jitu mengatur keuangan dan perlu untuk kamu pikirkan selanjutnya. Kamu pengin apa? Kamu ingin mencapai apa? Mimpi kamu apa?
3. Miliki dana darurat
Dana darurat ini sangat penting sebagai jaring pengaman keuangan yang utama, dan harus dibangun sejak awal kamu mulai bekerja dan produktif.
Saat kamu single, kamu perlu setidaknya dana darurat sebesar 4 kali pengeluaran rutin bulanan. Nah, kalau sudah menikah dan punya anak, tentu dana darurat harus disesuaikan juga; lebih besar.
Jadikan dana darurat ini sebagai tujuan keuangan pertama. Enggak harus langsung ideal, kamu bisa membaginya sesuai kemampuan. Misalnya, 2 bulan pertama, kumpulin 1 bulan pengeluaran dulu, 2 bulan kedua, 1 bulan pengeluaran lagi sehingga terkumpul 2 bulan pengeluaran. Dan seterusnya.
4. Beli asuransi
Jika kamu sudah bekerja di sebuah perusahaan, maka biasanya kamu akan secara otomatis diikutkan dalam BPJS Kesehatan sebagai bentuk perlindungan terhadap kesehatan. Untuk perempuan, BPJS Kesehatan coverage-nya cukup lengkap, bahkan mengcover juga untuk pemeriksaan kesehatan selama hamil dan melahirkan.
Namun, jika terasa belum cukup, kamu juga bisa menambah dengan asuransi kesehatan swasta sesuai kebutuhan.
5. Bijak berutang
Sebagai perempuan, hobi belanja itu sudah mendarah daging. Boleh saja kok kalau kamu memang hobi belanja. Tetapi, bijaklah kalau belanja dengan berutang. Utang tidak dilarang, bahkan utang bisa dimanfaatkan sebagai daya ungkit agar kita bisa membangun aset produktif.
Tapi, jika tidak bijak dalam berutang, bisa jadi utang akan menjadi bumerang. So, pertimbangkanlah dengan saksama setiap kali hendak berutang untuk tujuan apa pun.
Cara Jitu Mengatur Keuangan: 5 Dont’s
1. Impulsif
Kalau soal belanja, perempuan itu lebih impulsif. Karena itu, kamu harus mengenali red flags ini dengan sepenuhnya. Kalau kita sadar jika kita impulsif, maka akan lebih mudah juga untuk mengatasinya.
Seringnya sih, perempuan terjebak di sini. Kalau kemudian terjerat utang, ada kemungkinan di masalah ini juga. Apalagi atas nama diskon tanggal cantik. Atas nama, “Mumpung diskon! Kapan lagi diskon begini?”
Padahal ya, setiap tanggal cantik ada diskon.
2. FOMO
FOMO adalah fear of missing out—perasaan takut kudet, takut ketinggalan info, takut ketinggalan hype. FOMO sih sebenarnya bukan hanya penyakit perempuan, laki-laki juga banyak yang mengalaminya.
Biasanya dipicu oleh “huru-hara” yang ada di media sosial. Influencer lagi ramai bahas kripto, jadi pengin. Di media sosial lagi hype smartphone keluaran terbaru, ikut inden. Dan seterusnya.
Padahal ya, enggak semua yang lagi tren harus diikuti kan? Hati-hati, FOMO bisa membuatmu menyabotase rencana keuanganmu sendiri lo!
3. Menunda investasi
Kadang kalau masih terlalu jauh, kita males buat memikirkannya. Betul? Katakanlah buat rencana dana pendidikan anak, padahal menikah saja baru kemarin. Mikirin pensiun, padahal baru juga diterima kerja sebagai fresh graduate.
Tapi, tahukah kamu, bahwa inilah justru yang menjadi kesalahan keuangan banyak orang, tak terkecuali perempuan. Menunda investasi, karena masih terlalu jauh.
Padahal, justru masih jauh, maka semua kebutuhan itu harus dipikirkan sejak sekarang. Pasalnya, kebutuhan dananya cukup besar. Tanpa rencana investasi yang matang, rasanya tujuan keuangan apa pun juga bisa jadi akan gagal.
4. Malas upgrade pengetahuan
Sering banget dengar celetukan, “Buat apa belajar mengatur keuangan sekarang? Duitnya aja nggak ada. Ntar aja deh, kalau sudah ada yang diatur. Sudah ada uangnya.”
But you know what, bisa jadi kamu merasa belum ada yang bisa diatur karena kamu memang tidak mau belajar untuk mengaturnya. Karena memang dari situlah akar masalah kebanyakan orang. Merasa uangnya hanya sedikit, lantas beranggapan untuk enggak perlu diatur. Padahal, kalau yang kecil saja kita tak bisa mengaturnya, yang besar pun akan kesulitan.
So, justru mulailah belajar mengatur keuangan dari yang kecil. Upgrade pengetahuan seiring waktu, seiring perkembangan perjalanan keuanganmu.
5. Remehkan pengeluaran kecil
Bocor halus, begitulah kami di QM Financial menyebutnya. Bentuknya macam-macam, seperti jajan-jajan kecil pas berangkat atau pulang kantor, kopi kekinian atau boba 3 kali sehari, pesan makanan online, dan sebagainya. Latte factor, istilah kerennya.
Jangan remehkan pengeluaran-pengeluaran ini—yang kalau dikumpulkan sebulan ternyata bisa ratusan ribu hingga jutaan. Yang kecil-kecil bisa banget memengaruhi cash flow lo, waspadalah.
Nah, itu dia cara jitu mengatur keuangan untuk perempuan, yang baik mulai diterapkan sejak masih single hingga sudah berkeluarga.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Ini Cara Tips Mengatur Keuangan Rumah Tangga Kecil yang Sederhana
Pernah mendengar celotehan “modal cinta saja tidak cukup untuk membangun rumah tangga?” Yap, faktanya membangun rumah tangga memang tidak bisa hanya mengandalkan cinta saja dalam menjalankannya. Terutama kamu butuh cara tips mengatur keuangan rumah tangga yang tepat, tapi simpel.
Yes, dan di sebuah rumah tangga, yang terutama dibutuhkan adalah kesiapan fisik, mental, hingga finansial yang stabil. Maksud dari finansial stabil ini bukan dengan nominal yang saklek ya, tapi setidaknya cukup untuk menghidupi rumah tangga.
Kamu nggak perlu punya harta banyak sampai harus punya gaji minimal dua digit. Pendapatan berapa pun asalkan dikelola dengan baik kemungkinan besar sih cukup buat menjalankan kehidupan rumah tangga secara sederhana; bisa beli kebutuhan sehari-hari untuk dua orang, buat ongkos kerja, buat tabungan, dan buat bayar kuota per bulannya.
Berapa pun harta yang dimiliki, mau besar mau cukup akan percuma kalau kamu tidak bisa mengelolanya dengan baik. Pengeluaran perlu dikontrol supaya uang nggak cepat habis. Tanggung jawab dan kebutuhan nantinya akan bertambah, maka penting sekali untuk kamu ketahui bagaimana cara mengatur keuangan rumah tangga yang baik.
Jangan sampai kamu kerja keras tapi hasilnya nggak kelihatan, bahkan sudah habis di tengah bulan. Meskipun punya uang sedikit kalau paham cara tips mengatur keuangan yang benar, kamu bisa hidup dalam kecukupan untuk waktu yang lebih lama.
5 Cara Tips Mengatur Keuangan Rumah Tangga
Mengatur keuangan ada seninya juga lho, begini cara tips mengatur keuangan rumah tangga.
1. Merancang Anggaran Setiap Bulan
Ibarat peta, anggaran akan mengatur dan memberikan petunjuk dalam cara tips mengatur keuangan rumah tangga. Kamu bisa memantau setiap transaksi. Lalu, catat pemasukan dan pengeluaran rumah tangga selama sebulan dengan detail. Catat mulai dari keperluan rutin, listrik, sampai pengeluaran yang sifatnya yang tidak menentu.
Catatan tersebut nantinya akan memudahkan kamu melihat seperti apa gambaran keuangan dalam rumah tangga kamu. Selain itu kamu juga bisa melakukan review dan evaluasi keuangan, sehingga kamu bisa tahu masalah apa saja yang akan dihadapi dan bagaimana mengatasinya.
2. Gunakan Rumus 40/30/20/10
Rumus 40/30/20/10 adalah salah satu cara tips mengatur keuangan rumah tangga bulanan dengan membagi-bagi penghasilan dengan persentase tersebut. Kamu bisa menggunakan 40% untuk memenuhi kebutuhan seperti belanja bulanan, biaya pendidikan anak, dan lain sebagainya.
Lalu, 30% bisa dipakai untuk membayar cicilan jika kamu punya utang. 20% bisa digunakan untuk tabungan, dana darurat, dan investasi. Pastikan dana ini selalu ada ya di setiap bulannya. Sementara 10% untuk biaya lifestyle, dana untuk memuaskan keinginan, misalnya memberikan self reward untuk memuaskan keinginan atau hasil jerih payah kamu bekerja selama satu bulan penuh atau untuk keluarga. Pastikan kamu bahagia dengan menyiapkan anggaran, yang bisa kamu habiskan untuk bersenang-senang. Kalau habis gimana? Ya, menunggu lagi sampai gajian lagi.
3. Punya Skala Prioritas
Banyak yang kesulitan membedakan antara kebutuhan dan keinginan dalam cara tips mengatur keuangan rumah tangga. Supaya tidak boros, kamu harus punya skala prioritas untuk mengetahui mana yang penting dan mana yang bisa ditunda. Misalnya persiapan dana persalinan anak tentu saja lebih penting dari mengganti motor baru.
Sering kali orang yang terjebak dalam menentukan barang mana yang memang benar-benar dibutuhkan. So, sebaiknya fokus pada fungsi daripada sekadar gaya, karena dalam rumah tangga, kebutuhan pribadi bisa jadi bukan selalu yang utama lagi, melainkan kebutuhan keluargalah yang harus diprioritaskan.
4. Buat Tujuan Finansial
Membuat tujuan finansial akan menentukan ke mana arah uang berikutnya. Kamu bisa membuat tujuan keuangan jangka panjang dengan menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Misalnya kamu ingin menabung untuk biaya pendidikan anak, membangun bisnis, dana pensiun, atau yang lainnya.
Tujuan finansial sebenarnya tidak harus sesuatu yang besar dan jangka panjang dalam cara tips mengatur keuangan ini. Berencana membeli laptop, smartphone baru, atau traveling ke suatu tempat juga bisa dijadikan tujuan. Asalkan kamu bisa semakin termotivasi dalam mengatur keuangan.
5. Mengelola Pinjaman dengan Cermat
Saat ini mendapatkan tawaran pinjaman memang sangatlah mudah, baik secara online maupun offline. Kemudahan mengajukan pinjaman ini jangan sampai membuat kamu terlena. Pastikan kamu membatasi diri dalam melakukan pinjaman, jangan sampai kalap karena ingin memiliki banyak hal tapi malah terjerat utang tak berkesudahan.
Hindari menggunakan kartu kredit tanpa perhitungan yang matang dalam cara tips mengatur keuangan yang baik. Bayarlah dengan lunas, atau sesuai kemampuan. Membayar cicilan kartu kredit dengan nominal minimum hanya akan membuat kamu terkena kewajiban bunga yang besar. Pada akhirnya, malah membuat kamu membayar utang tiap bulannya tapi tagihannya tidak berkurang. Perhatikan juga biaya administrasi jika kamu menggunakan paylater, apakah efektif? Jangan sampai tidak sebanding dengan keuntungan yang kamu dapat. Lebih baik bayar tunai atau menggunakan dompet digital biasa.
Contoh Mengatur Keuangan Rumah Tangga Kecil
Nah, supaya lebih jelas gambarannya, berikut ada contoh cara tips mengatur keuangan rumah tangga kecil yang bisa kamu cermati.
Seorang pasangan suami istri baru menikah beberapa bulan, belum mempunyai anak dan masih menyewa tempat tinggal hidup sederhana di daerah Jabodetabek. Suami memiliki gaji bersih dari perusahaan swasta dengan UMR sebesar Rp6 juta rupiah dan istri tidak bekerja. Berikut ini simulasi mengatur keuangannya anti boros.
Kas Masuk | Bulanan | Tahunan |
Gaji bersih suami | 6.000.000 | 72.000.000 |
Tunjangan hari raya | 0 | 6.000.000 |
Total Arus Kas Masuk | 6.000.000 | 78.000.000 |
Arus Kas Keluar | ||
Pengeluaran Tetap | ||
Nafkah Istri | 1.800.000 | 21.600.000 |
Sewa kost | 1.000.000 | 12.000.000 |
Asuransi | 200.000 | 2.400.000 |
Tabungan/Investasi | 500.000 | 6.000.000 |
Total Pengeluaran Tetap | 3.500.000 | 42.000.000 |
Pengeluaran Variabel | ||
Belanja bahan makanan | 1.000.000 | 12.000.000 |
Token listrik | 300.000 | 3.600.000 |
Pulsa dan kuota | 200.000 | 2.400.000 |
Hiburan | 200.000 | 2.400.000 |
Transportasi | 300.000 | 3.600.000 |
Total Pengeluaran Variabel | 2.000.000 | 24.000.000 |
Total pengeluaran | 5.500.000 | 66.000.000 |
Total sisa arus kas bersih | 500.000 | 12.000.000 |
Gimana? Cukup ada gambaran kan? Pastinya, kamu bisa mengganti angka dan jenis kebutuhannya sesuai dengan kondisi serta kemampuanmu.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online dan training keuangan QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Belajar Mengelola Keuangan: Mengapa Kamu Harus Memulainya Sekarang?
Semua orang pengin kaya. Tapi, sayangnya, enggak semua paham, bahwa untuk hal itu, harus diawali dengan belajar mengelola keuangan yang baik.
Yes, padahal, dengan belajar mengelola keuangan pribadi maupun rumah tangga dengan baik, kamu bisa mengatur cukup tidaknya isi dompet untuk membiayai hidupmu. Mau banyak uang, tanpa atur keuangan? Nggak bisa. Karena sudah pada dasarnya manusia punya banyak mau, sedangkan sumber daya selalu terbatas. Misalkan gaji besar, biasanya juga diikuti dengan naiknya lifestyle atau gaya hidup juga. Akhirnya, ya teteup. Banyak mau, sumber daya (terasa) terbatas.
Jadi, mau gaji besar, gaji kecil, sama saja. Kamu perlu belajar mengelola keuangan.
Pengelolaan keuangan ini juga punya manfaat lain, apalagi jika kamu memulainya sekarang. Apa saja?
Pentingnya Belajar Mengelola Keuangan
1. Memastikan uang dikeluarkan untuk sesuatu yang penting
Kebutuhan dan keinginan, keduanya kadang memang sulit untuk dipisahkan. Namun, ketika kita mengeluarkan uang untuk pilihan yang salah, bisa jadi opsi yang lain jadi tak terpenuhi. Akibatnya, rasanya seperti buang-buang uang saja.
Misalnya begini. Sepatu mewah atau makanan untuk sekeluarga? Sudah pasti seharusnya kita memilih prioritas makanan untuk keluarga. Namun, jika tidak belajar mengelola keuangan, bisa jadi saat itu, kita lebih memilih sepatu mewah. Mungkin saat itu lagi diskon banyak. Sampai 90%! Sepatu mewah harganya Rp10 juta, mumpung diskon jadi dibeli. Padahal uang 10% dari Rp10 juta itu sebenarnya bisa dipakai untuk makan berhari-hari. Sepatu mewah dipilih, karena bisa dipamerkan di Instagram atau snap WhatsApp. Lumayan jadi bikin orang lain iri.
Tapi, tujuan hidup kita seharusnya bukanlah hanya membuat orang lain iri, kan?
2. Memastikan kebutuhan tercukupi
Kita punya kebutuhan hari ini, besok, minggu depan, tahun depan, hingga ke masa depan. Jika tidak belajar mengelola keuangan, bisa jadi uang tidak akan bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan yang banyak itu.
Misalnya saja, kita harus makan hari ini. Tetapi, harus juga sekaligus menyisihkan dana darurat. Belum lagi biaya pendidikan anak, dana rumah pertama. Sampai dana pensiun! Gimana coba memenuhi semua itu dengan gaji kita yang terbatas sekarang, kalau tidak tahu cara mengelola keuangan dengan baik?
Dengan pengelolaan keuangan yang baik, kita bisa membuat rencana keuangan sampai jauh ke depan, tetapi juga dapat memenuhi kebutuhan untuk hari ini.
3. Tidak takut tak bisa membayar utang
Utang itu sah-sah saja, apalagi jika demi membangun aset. Dengan catatan, rasio utang tidak melebihi 30% penghasilan. Banyak orang yang tak paham tentang hal ini karena mereka tidak belajar mengelola keuangan sejak dini.
Akibatnya, alih-alih dimanfaatkan untuk membangun aset, utang malah menjerat dan menimbulkan masalah besar. Utang berlebihan, tanpa bisa dibayar kembali. Uang habis, hidup tak tenang.
Karena itu, mengatur keuangan itu penting, agar kamu bisa terhindar dari utang yang tak perlu, sekaligus memastikan diri dapat membayarnya kembali.
4. Memiliki dana darurat
Kamu baru saja menjadi korban PHK. Dalam beberapa waktu ke depan, kamu tidak akan punya penghasilan. Bagaimana kamu bisa menyambung hidup? Salah satu alternatifnya gunakan dana darurat.
Dana darurat tidak akan bisa terpenuhi dengan baik sampai nominal ideal jika kamu tidak belajar mengelola keuangan.
5. Memastikan hari tua yang mandiri dan sejahtera
Sudah ada rencana, mau hidup seperti apa di hari tua nanti, ketika kita tak lagi produktif? Sebisa mungkin jangan menjadi beban anak dan cucu.
Ya, belajar mengelola keuangan tak hanya bisa dirasakan manfaatnya untuk kehidupan hari ini saja, tetapi bahkan sampai jauh ke depan. Yang paling panjang pastinya adalah dana pensiun. Jika tidak direncanakan sedari sekarang, bisa saja loh kita bekerja terus sampai tua. Duh, masa iya enggak pakai istirahat?
Nah, setelah paham arti penting belajar mengelola keuangan, lalu gimana ya cara memulainya? Belajar keuangan itu kan membosankan!
Ah, enggak juga! Yang bilang belajar mengelola keuangan membosankan itu pasti belum pernah belajar bareng QM Financial. Kamu bisa belajar dengan berbagai konten yang sudah disediakan oleh QM Financial, meliputi:
- Konten artikel di website QM Financial
- Video di channel YouTube QM Financial
- Financial clinic di Spotify
- Akun Instagram QM Financial
- Akun TikTok QM Financial
- Modul-modul belajar keuangan di Udemy
- Gamification microlearning di Levio
- Kelas-kelas online, baik yang gratis maupun berbayar setiap bulannya
Banyak kan? Kamu tinggal pilih platform dan model belajar mana yang kamu suka. Bersama para trainer QM Financial yang berkompeten, kamu bisa belajar mulai dari basic sampai advanced secara berjenjang, sesuai dengan kebutuhan. Belajar keuangan enggak ngebosenin lagi, bahkan bisa fun and practical!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Literasi Keuangan Adalah Kunci Sukses Mencapai Tujuan Hidup: Kok Bisa?
Setiap orang seharusnya memang punya tujuan hidup. Kenapa? Tanpa tujuan hidup, apalah arti kita hidup di dunia ini? Tsah. Dan, yang namanya tujuan hidup, kadang ya butuh modal untuk bisa dicapai. Nah, literasi keuangan adalah kunci untuk bisa melapangkan jalan mencapainya.
Faktanya, literasi keuangan adalah salah satu dari 6 literasi dasar yang wajib dikuasai oleh setiap orang. Literasi dasar yang kalau terampil kita lakukan, kita dapat membawa hidup kita ke arah dan kualitas yang lebih baik.
Nah, barangkali kamu adalah salah satu yang sudah ‘aware’ akan pentingnya literasi keuangan ini, tetapi masih belum paham betul apa maksudnya. Kita akan ulas secara khusus dalam artikel ini. So, yuk, simak sampai selesai!
Literasi Keuangan Adalah Keterampilan Dasar, Apa Artinya?
Literasi keuangan adalah pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan kita untuk mengatur keuangan kita, termasuk di dalamnya mengenali berbagai produk dan lembaga keuangan yang bisa dimanfaatkan, sehingga kita bisa membuat keputusan keuangan dengan baik demi meningkatkan kualitas hidup ke depannya.
Karena itulah, maka disebutkan bahwa literasi keuangan adalah keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang.
Jika seseorang tidak memiliki literasi keuangan yang baik, maka ia bisa saja terlibat masalah. Seperti terlilit utang, tidak bisa menabung, selalu merasa penghasilannya kurang, tak bisa memenuhi kebutuhan keluarga, sampai tak siap untuk pensiun.
Meski pengertiannya cukup definitif, tetapi aturan literasi keuangan ternyata tidak bisa dibuat sebaku itu. Pasalnya, ini akan tergantung pada kondisi dan kemampuan masing-masing individu. Itulah mengapa sering dikatakan, ‘personal finance is very personal’. Yang berlaku untuk satu orang, belum tentu bisa berlaku dan memberikan hasil yang sama bagi orang lain.
4 Tingkat Literasi Keuangan
Literasi keuangan memiliki 4 tingkatan, selayaknya saat kita terampil melakukan sesuatu ada tingkat basic hingga advanced.
Not Literate
Pada tingkatan ini, seseorang bisa dibilang sama sekali belum memiliki literasi keuangan yang baik. Bisa jadi, ia juga tak pernah—atau jarang banget—menggunakan berbagai produk keuangan dan kurang percaya pada lembaga keuangan juga. Bisa jadi, bahkan, ia tak punya rekening tabungan di bank.
Less Literate
Pada tingkatan ini, seseorang akan mulai ingin tahu pentingnya memiliki keterampilan mengelola keuangan. Ia mulai ‘aware’ bahwa ada sesuatu yang salah, dan ia harus segera memperbaikinya.
Tetapi, orang tersebut belum mulai memanfaatkan produk apa pun.
Sufficient Literate
Ketika sampai pada tingkat ini, maka orang tersebut sudah cukup banyak menggali informasi seputar produk dan lembaga keuangan yang bisa membantunya mengatasi masalah-masalahnya. Ia sudah tahu manfaat, fungsi, fitur, hingga risiko dalam memanfaatkan produk dan jasa keuangan tersebut.
Tetapi, ia belum mulai menggunakannya secara optimal.
Well Literate
Tingkatan ini dalam literasi keuangan adalah tingkatan yang ‘advanced’, katakanlah begitu. Jika sudah sampai pada level ini, orang tersebut sudah punya banyak ‘bekal’ pengetahuan mengenai berbagai produk, jasa, dan lembaga keuangan yang bisa dimanfaatkan untuk mencapai tujuan hidupnya.
Ia juga sudah memanfaatkan beberapa di antaranya dengan baik, dengan sadar betul berbagai keuntungan dan risikonya.
Aspek-Aspek dalam Literasi Keuangan
Lalu, kalau belajar literasi keuangan, maka itu artinya kita belajar apa saja sih? Ada beberapa hal yang perlu kita pelajari secara bertahap untuk bisa memiliki literasi keuangan yang baik.
- Basic knowledge, misalnya kalau di QM Financial ada Blueprint of Your Money, yang merupakan konsep orisinal perencanaan keuangan pribadi yang dirancang oleh lead trainer QM Financial, Ligwina Hananto.
- Tabungan dan pinjaman, misalnya seperti bagaimana mengalokasikan penghasilan agar bisa menabung, bagaimana mengelola utang jika lagi butuh pinjaman, dan seterusnya. Di sini, kita belajar mengenai prinsip cash flow.
- Asuransi, yang akan memberikan perlindungan terhadap risiko-risiko keuangan yang mungkin terjadi.
- Investasi, yang meliputi belajar berbagai produk investasi beserta risik-risikonya.
Nah, ternyata cukup banyak ya, yang harus kita pelajari agar bisa memperoleh literasi keuangan yang baik, sehingga bisa membantu kita mencapai tujuan dan meningkatkan kualitas hidup.
Literasi keuangan adalah keterampilan dasar yang wajib banget dimiliki oleh setiap orang. Karena itu, perlu untuk memilikinya sedini mungkin. Meski demikian, tidak akan pernah ada kata terlambat untuk memulai juga. Karena itu, buat kamu yang merasa masih belum memiliki tingkat literasi keuangan yang memadai, semangat yuk, untuk belajar lebih banyak lagi.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Ada Pajak Fasilitas Kantor yang Dibebankan pada Karyawan? Gimana Ceritanya?
Sudah cukup lazim terjadi, ketika ada karyawan sebuah perusahaan mendapatkan benefit berupa fasilitas dari kantor, yang sering disebut dengan fasilitas natura. Bisa berupa laptop, motor, mobil, hingga rumah. Nah, tahukah kamu, bahwa sekarang sedang digodog mengenai peraturan pengenaan pajak fasilitas kantor?
Eh? Fasilitas kantor yang kita dapatkan bakalan kena pajak?
Betul. Bakalan ada pajak fasilitas kantor ke depannya.
Gimana ceritanya?
Yuk, kita lihat.
Pengenaan Pajak Fasilitas Kantor oleh Negara
Baru-baru ini Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan mengungkapkan wacana mengenai aturan pemberian natura, atau fasilitas atau benefit dari kantor bukan berupa uang tetapi bertindak sebagai ‘imbalan’ atas kinerja karyawan.
Pada awalnya, natura ini tidak dikenakan pajak karena dikecualikan dari penghasilan. Nah, sekarang—atau mulai nanti ketika sudah diterapkan—natura ini akan dihitung sebagai penghasilan karyawan, sehingga ada pajak yang akan dikenakan.
Apa saja yang dapat dianggap sebagai natura? Misalnya saja mobil, laptop, smartphone, motor, bahkan sampai rumah. Pokoknya segala bentuk fasilitas bukan uang yang diterima oleh karyawan deh.
Menurut salah satu sumber dari Kemenkeu, hal ini diberlakukan karena pada praktiknya sering terjadi kasus, ada seseorang sangat kaya dan punya banyak perusahaan. Sebagai founder, CEO, dan pemilik, ia tak mendapatkan gaji dari perusahaannya, tetapi mendapatkan fasilitas mobil, rumah, dan sebagainya. Nah, karena bukan berupa gaji dalam bentuk uang, maka aset ini tidak dihitung sebagai penghasilan. Dengan demikian, SPT pun kosong. Inilah yang ingin diubah oleh pemerintah.
Penghasilan yang dihitung dalam pajak bukanlah dari harga aset sebagai fasilitas, tetapi berdasarkan harga sewa oleh perusahaan dengan memperhatikan besarnya penyusutan. Dengan demikian, nantinya pajak yang dikenakan dihitung sebagai PPh secara umum dengan tarif pajak progresif.
Fasilitas Kantor Apa Saja yang Akan Dikenakan Pajak?
Nah, jangan khawatir. Tidak semua fasilitas kantor akan kena pajak kok. Misalnya kamu ada acara meeting, dan ada makan siang yang disediakan, tentu saja makan siang tersebut tidak akan dikenakan pajak.
Menurut Kemenkeu dalam sebuah artikel di Kompas.com, untuk saat ini, ada 5 jenis natura yang dikecualikan, yaitu:
- Penyediaan fasilitas berupa makanan dan minuman
- Natura di daerah tertentu dengan potensi ekonomi tetapi sulit dijangkau dengan alat transportasi
- Natura karena keharusan pekerjaan, seperti seragam atau alat pelindung diri demi keselamatan kerja
- Natura yang sumbernya berasal dari APBN, APBD, atau APBDes, yang biasanya diterima oleh ASN atau pejabat
- Natura dengan jenis dan batasan tertentu
Kelimat jenis fasilitas kantor atau natura di atas memang sepertinya belum terdefinisikan dengan baik sih. Karena itu, ada baiknya kita menunggu lebih lanjut saat peraturannya sudah benar-benar diresmikan. Pastinya hal-hal seperti ini akan lebih detail dijelaskan.
Cara Menghitung Pajak Fasilitas Kantor
Dikutip dari CNBC Indonesia, perhitungan pajak fasilitas kantor ini tidak akan jauh berbeda dengan perhitungan Pajak Penghasilan pasal 21l, yaitu dengan menghitung penghasilan per tahun pajak, yang terdiri atas uang tunai dan nilai fasilitas kantor yang didapatkan, yang kemudian akan menjadi penghasilan bruto.
Penghasilan bruto yang didapatkan ini akan dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak dan tanggungannya, yang kemudian menghasilkan Penghasilan Kena Pajak dengan tarif progresif.
Ingat ya, dalam menghitung nilai pajak fasilitas kantor tersebut tidak menggunakan harga barangnya, karena di situ ada biaya penyusutan barang. Dengan demikian, yang dihitung hanya senilai harga sewanya saja.
Nah, semoga sih sampai di sini sudah tidak bingung lagi.
Lalu, sampai kapan karyawan harus membayar pajak fasilitas kantor ini? Ya, selama fasilitas tersebut masih dimanfaatkan, maka selama itu pula karyawan wajib melaporkannya. Tidak ada jangka waktu secara tetap yang diberikan.
Atur Keuangan Karyawan
Duh, kok rasanya semua-muanya jadi kena pajak ya? Sekarang ditambah lagi ada pajak fasilitas kantor.
Tenang, tenang. Jika pemerintah mempertimbangkan sesuatu, pastinya juga ada alasan yang kuat. Lagi pula, pajak juga dibutuhkan, agar negara mendapatkan pemasukan demi membiayai pembangunan juga kan? Apalagi kita sekarang sedang bertolak untuk bangkit lagi dari krisis akibat pandemi.
Pajak adalah kewajiban setiap warga negara. So, ini juga termasuk kamu, yang mendapatkan penghasilan dari bekerja. Sekarang, tinggal gimana aja kamu mengatur keuanganmu, karena semua solusi ada pada pengaturan cash flow yang tepat.
1. Lakukan financial check up
Pertama, karena ini berarti akan ada sedikit perubahan pada pola pengeluaran, maka penting untuk kembali melakukan financial check up.
Cek kondisi penghasilan, pengeluaran, rasio utang, rasio menabung, dan rasio likuiditas. Apakah dalam kondisi yang aman semua?
Nantinya, pajak penghasilan akan masuk ke dalam pos pengeluaran tahunan. Karena itu, jangan lupa dicatat, dan dibuat bujetnya juga. Ada baiknya jika kamu mulai menghitung-hitung sedari sekarang, berapa besar pajak yang harus kamu setorkan. Setidaknya, kamu akan punya gambaran jika nanti memang jadi diberlakukan.
2. Atur prioritas
Kebutuhan kita memang banyak, sedangkan sumber daya terbatas. Sudah dari sononya, kita kebanyakan mau, tapi dana terbatas. Karena itu, penentuan prioritas yang tepat adalah kunci.
Jadi, kenali mana yang perlu diprioritaskan dan mana yang bisa digeser. Jangan sampai terjebak, maunya diprioritaskan untuk dipenuhi sekarang tapi ternyata hanya keinginan sesaat belaka.
Yuk, kamu pasti bisa mengaturnya.
3. Lakukan review berkala
Lakukan review terhadap rencana keuanganmu secara berkala. Cek apakah tujuan keuanganmu masih bisa diteruskan, atau perlu disesuaikan? Bagaimana dengan tabungan dan investasimu? Apakah nilainya masih sesuai dengan yang diharapkan.
Meski mungkin hanya sedikit, tetapi penambahan pengeluaran pajak, seperti pajak fasilitas kantor ini, tetap akan memengaruhi cash flow. Jadi, jangan abaikan. Akan lebih baik jika kamu siap sedari sekarang, ketimbang kelabakan kemudian.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Invest in Yourself: Inilah 3 Skill Atur Keuangan Pribadi yang Harus Dimiliki
Setuju kan, kalau keuangan itu berhubungan erat sama cita-cita dan mimpi. Ingat kata Mba Ligwina Hananto, money is either about achievement or anxiety. Terus, kamu memilih yang mana? Pastinya, achievement dong! Karenanya, kita perlu memiliki skill atau ketrampilan untuk atur keuangan pribadi, agar kondisi keuangan kita sehat dan sejahtera sampai di masa tua nanti.
Mengatur sendiri keuangan tampaknya memang mudah, karena pemasukan dan pengeluaran pribadi kita yang lakukan, kita sendiri juga yang tahu. Namun, ternyata jika tak memiliki keterampilan atau skill untuk atur keuangan pribadi, kita bisa saja salah menerapkannya.
Hal tersebut justru bisa menimbulkan kondisi keuangan yang malah jadi berantakan dan akhirnya kita harus mengalami kesulitan atau krisis keuangan.
Lantas, apa saja keterampilan atau skill atur keuangan pribadi yang harus kita kuasai dalam mengelola keuangan?
Skill Atur Keuangan Pribadi yang Seharusnya Dimiliki oleh Setiap Orang
Skill Mencatat
Jangan salah dan meremehkan. Skill mencatat ini bagian terpenting dalam mengatur keuangan pribadi, dan nggak semua orang punya nih.
Kemampuan untuk mencatat dengan detail setiap penghasilan yang dimiliki beserta dengan pengeluaran, kita akan bisa memilah pengeluaran yang tidak penting, sehingga bisa mengeluarkan uang dengan lebih bijak, lebih hemat, dan efisien.
Tak hanya itu, dengan catatan keuangan yang baik, kita bisa menghitung kebutuhan sampai masa depan lo.
Skill Analisis
Tak hanya keterampilan dalam mencatat pengeluaran dan pemasukan, skill atur keuangan pribadi selanjutnya yang sebaiknya dimiliki adalah keterampilan untuk menganalisis keuangan.
Skill analisis keuangan di sini maksudnya ialah kita bisa melakukan analisis terhadap masalah keuangan yang kita hadapi, dan kemudian bisa mencari solusi pemecahannya. Dengan demikian, kita dapat memprediksi, bagaimana kondisi kita ke depannya dan menyiapkan rencana keuangan yang sesuai dengan kebutuhan.
Tak hanya berhenti di perencanaan pos biaya di masa yang akan datang, skill analisis keuangan juga diperlukan untuk memilih produk tabungan, investasi, sampai asuransi sebagai bentuk perlindungan diri yang paling cocok dengan profil keuangan yang dimiliki.
Skill Perencanaan
Skill atur keuangan pribadi selanjutnya adalah keterampilan untuk membuat perencanaan. Setelah bisa mencatat dengan baik, dan dapat menganalisis kondisi keuangan untuk menentukan masalahnya, kita harus bisa merencanakan target keuangan yang ingin dicapai.
Tetapkan tujuan yang ingin diraih dalam satu kurun waktu, misalnya biaya untuk umrah, beli properti, bangun dana pendidikan anak, dana pensiun, kemudian susun rencana keuangannya sesuai dengan penghasilan yang dimiliki, yang sudah dikurangi dengan pos-pos biaya.
Tentunya, untuk bisa membuat perencanaan keuangan yang komprehensif, kita perlu tahu dulu nih, produk keuangan apa saja yang bisa kita manfaatkan. Setelah mengetahui produk-produk investasi yang sesuai dengan profil keuangan yang dimiliki, kemudian tiba saatnya untuk melakukan perencanaan berdasarkan anggaran yang sudah disusun sebelumnya.
Kemampuan untuk Disiplin dan Konsisten
Ketiga skill atur keuangan pribadi yang telah dijelaskan sebelumnya tidak akan ada gunanya jika kita nggak memiliki kemampuan untuk disiplin dan konsisten.
Inti dari suatu rencana pengaturan keuangan adalah untuk bisa dijalankan secara konsisten demi mencapai tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu, kita harus bisa melaksanakannya dengan disiplin, agar perencanaan keuangan yang telah dibuat bisa berjalan dengan baik, dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pada awalnya, keempat skill atur keuangan pribadi seperti yang telah dijelaskan di atas memang terasa sedikit sulit dan merepotkan, namun, ingat! Perencanaan keuangan yang baik akan membawa kesejahteraan di masa yang akan datang, dan ya, kita sendiri pula yang akan memetik buahnya.
Gimana, apakah kamu memiliki keempat skill atur keuangan pribadi di atas? Kalau sudah, selamat! Sekarang waktunya kamu untuk selalu update dengan informasi-informasi terbaru. Ingat, hidup kan dinamis, jadi pengaturan keuanganmu juga harus selalu disesuaikan dengan kondisi.
Namun, jika kamu merasa belum memiliki cukup skill atur keuangan seperti yang disebutkan di atas, tenang! Sekarang ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk belajar keuangan. Termasuk buat kamu, kaum rebahan. Yes, kamu tetap bisa belajar sambil rebahan, kayak lagi main games.
Memperkenalkan Levio, sebuah aplikasi belajar keuangan dengan metode gamified microlearning yang dipersembahkan oleh QM Financial.
Di dalamnya ada berbagai stage belajar yang harus kamu selesaikan. Layaknya main games, kamu pasti akan dengan segera tenggelam dalam pembelajaranmu.
Nggak akan terasa kalau lagi belajar. Yuk, segera daftarkan dirimu segera dan belajar keuangan secara fun!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Naik Gaji = Utang Naik Juga? Oh, No!
Biasanya dalam kesempatan satu kali dalam setahun, gaji karyawan akan direview ulang. Jika memang layak, perusahaan akan memberikan kebijakan naik gaji.
Wah, tentu saja, hal ini akan disambut baik, kan ya?
Tetapi ada fakta menarik nih. Dalam survei yang dilakukan oleh QM Financial pada akhir 2020 terhadap sejumlah klien korporasi, ditemukan fakta bahwa sebesar 24.2% karyawan memiliki pinjaman besar di kantor, dan 24.2% lainnya juga meminta rekomendasi HR untuk mengajukan kredit bank.
Menariknya lagi, ternyata selain gaya hidup juga naik mengiringi kenaikan gaji, utang juga bertambah.
So, masalah utang ini memang bisa dibilang menjadi problema keuangan sejuta umat karyawan kantor ya?
Naik Gaji, Nambah Kebutuhan?
Ya, siapa sih yang enggak pengin dan enggak seneng kalau naik gaji? Ini adalah hal yang paling ditunggu-tunggu oleh mereka yang bekerja sebagai karyawan perusahaan di seluruh dunia.
Kenaikan gaji bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Misalnya saja seperti masa “pengabdian” yang sudah cukup lama, prestasi mencapai target tertentu, keuangan perusahaan yang membaik, ataupun kenaikan jabatan.
Naik gaji pastinya akan memengaruhi pemasukan kita. Artinya, uang yang kita terima setiap bulannya akan lebih besar ketimbang bulan-bulan sebelumnya. Nah, biasanya sih, hal ini juga akan diiringi berbagai kebutuhan yang (rasanya) ikut meningkat. Tiba-tiba butuh lebih banyak barang untuk sehari-hari, tiba-tiba butuh lebih banyak self-reward, dan seterusnya.
Parahnya lagi, untuk semua “kebutuhan tambahan” itu dibayarnya pakai kartu kredit.
Nah, kalau sudah begini, mari kita lanjut ke poin berikutnya.
Naik Gaji, Abai Pentingnya Berhati-hati dalam Berutang
Tanpa kita sadari, seiring naik gaji, naik pula “kebutuhan” kita akan belanja. Pemasukan naik, pengeluaran jadi ikut naik. Imbasnya lagi, utang pun ikut naik—salah satu indikatornya, nambah belanja pakai kartu kredit—karena menganggap diri sendiri semakin mampu secara finansial. Keyakinan dapat mencicil utang juga bertambah besar.
Nah loh!
Kartu kredit sendiri sebenarnya banyak manfaatnya, kalau kita bisa menggunakannya dengan bijak. Jadi, bukan berarti lantas diharamkan untuk memakai kartu kredit loh ya.
Selain itu, memang ada benarnya sih. Bahwa setiap kali kita mau mengambil pinjaman atau utang, ada baiknya kita mempertimbangkan kemampuan finansial kita; apakah kita mampu membayar cicilannya hingga lunas?
Tetapi, kan bukan berarti, setiap naik gaji, utang pun ditambah karena keyakinan kita akan kemampuan diri sendiri juga meningkat? Memang bagus sih, bahwa naik gaji akhirnya ikut mendongkrak kepercayaan diri untuk mampu secara finansial. Tapi, nggak lantas setiap kali “ditandai” dengan naiknya utang, kan?
Jadi, Apa yang Harus Dilakukan Kalau Naik Gaji?
Ya, lagi-lagi nih, ayo, kita atur lagi keuangan kita. Ingat, naik gaji memang betul membuat kita semakin baik dalam kemampuan finansial, tetapi tidak lantas selalu dialokasikan ke hal-hal yang kurang berfaedah. Apalagi kalau kita mengingat bahwa masa depan kita masih panjang.
Cita-cita masih ada kan? Tujuan keuangan masih jauh kan?
Jadi, coba deh lakukan beberapa hal berikut, whenever kamu naik gaji. Duh, whenever. Kayak bakalan dapat setiap bulan gitu, ya? Yah, positive vibe aja dulu, reality bisa menunggu.
1. Bersyukur
Iya dong, yang pertama kali dilakukan adalah bersyukur. Kapan lagi sih kita naik gaji? Barangkali, ada di antara kamu yang sudah cukup lama bekerja, baru kali ini mengalami kenaikan gaji.
Apa pun kondisinya, tetap saja, ini adalah hal yang patut disyukuri, terutama di saat-saat seperti ini. Pasalnya, tak semua orang bisa mendapatkan rezeki seperti kita. Betul?
2. Cek anggaran
Salah satu yang lain yang harus segera dicek adalah anggaran rutin kita. Ini adalah langkah yang penting, karena sebelum kita merasa ingin menambah kebutuhan lain, kita harus memastikan dulu bahwa kebutuhan itu memang perlu, dengan cara melihat lagi daftar kebutuhan kita biasanya.
Cek di bagian kewajiban dulu—seperti cicilan utang yang masih berjalan. Jika memungkinkan, tambahkan dulu selisih kenaikan gaji untuk melunasi utang. Lalu cek di bagian kebutuhan rutin. Adakah yang memang perlu ditambahkan? Pertimbangkan ulang, dengan memilah antara keinginan dan kebutuhan ya.
Dan kemudian cek di bagian investasi. Tentu akan lebih bermanfaat kalau kita menambah porsi investasi demi tercapainya tujuan keuangan lebih cepat, ya kan?
3. Bukan berarti tak boleh self reward, tapi …
Harus bijak.
Pikirkanlah segala hal yang prioritasnya lebih penting; yang menyangkut kehidupan kita di masa mendatang, kehidupan kita di masa sulit, dan demi orang-orang yang kita cintai.
Boleh kok self reward, karena itu juga penting demi kesehatan mental. Tetapi, alokasikan secukupnya, dan sebaiknya tak berlebihan.
Nah, dengan memanfaatkan kenaikan gaji dengan lebih bijak, pastinya kita akan lebih semangat lagi kan, dalam bekerja? Iya dong.
So, naik gaji tak harus selalu berarti utang naik. Tapi bisa jadi, kualitas hidup memang naik sekaligus kita bisa menjamin hidup kita sendiri di masa depan nanti.
Apakah kantor atau komunitasmu mengalami masalah keuangan yang sama? Ataukah, punya kebutuhan training finansial yang lain? Sila kontak WA 0811 1500 688 untuk mendiskusikan kebutuhan training finansialmu. Semua modul dibuat SIMPEL, PRAKTIS, dan tentu saja FUN!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.