Tinggal di Rumah Sendiri vs Orang Tua vs Kontrak: Pilih Mana?
Tinggal di rumah sendiri, tetap tinggal bareng orang tua, atau kontrak saja ya? Barangkali itu pertanyaan yang mampir di hampir semua pasangan yang baru saja menikah.
Namun, keputusan tersebut sering kali tidak semudah yang dibayangkan. Dilema ini bisa menimbulkan kebingungan dan ketegangan, terutama bagi pasangan baru yang berusaha menemukan solusi terbaik untuk membangun kehidupan bersama yang harmonis dan sejahtera.
Yang pasti sih, masing-masing pilihan, baik tinggal di rumah sendiri atau yang lainnya, memiliki kelebihan dan kekurangannya, terutama dari sisi finansial. So, kita akan bahas lebih dalam ke dalam ketiga pilihan ini, membahas keunggulan dan kelemahan masing-masing dari perspektif finansial, serta memberikan wawasan untuk membantumu dan pasangan membuat keputusan yang tepat.
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor seperti kebutuhan, tujuan, dan kemampuan finansial, kamu akan lebih siap untuk menghadapi dilema memilih untuk tinggal di rumah sendiri atau yang lainnya. Semua demi kesejahteraan hidup di masa depan.
Tinggal di Rumah Sendiri dari Sisi Finansial
Keunggulan
Ada beberapa keuntungan atau keunggulan yang bisa didapatkan jika kamu tinggal di rumah sendiri, di antaranya adalah sebagai berikut.
- Aset. Ketika kamu memiliki dan tinggal di rumah sendiri, kamu akan membangun aset di properti tersebut seiring waktu. Aset ini bisa menjadi sumber kekayaan yang penting dan bisa digunakan sebagai agunan untuk meminjam uang, jika diperlukan di masa depan.
- Stabilitas. Tinggal di rumah sendiri memberimu stabilitas finansial jangka panjang karena pembayaran bulanan cicilannya cenderung tetap atau enggak berubah selama masa pinjaman. Hal ini cukup membantu dalam merencanakan anggaran dan mengurangi risiko kenaikan harga sewa yang tidak terduga.
- Potensi apresiasi nilai. Jika nilai properti yang kamu miliki meningkat seiring waktu, kamu akan mendapatkan keuntungan dari apresiasi nilai tersebut jika nantinya ingin menjual rumah. Ini bisa menjadi sumber keuntungan finansial yang signifikan.
- Kemapanan. Bagaimanapun kita tinggal di Indonesia yang menjadikan kepemilikan rumah sebagai simbol kemapanan. Rasanya, belum mapan kalau sudah berkeluarga tetapi belum tinggal di rumah sendiri.
Risiko
Nah, selain keunggulannya, ada pula beberapa risiko yang harus diperhatikan jika kamu tinggal di rumah sendiri. Di antaranya:
- Adanya biaya awal. Pembelian rumah biasanya memerlukan uang muka yang cukup besar, serta biaya tambahan seperti bea balik nama, biaya notaris, dan biaya asuransi. Ini bisa menjadi hambatan finansial bagi banyak orang yang tidak memiliki tabungan yang cukup.
- Biaya perawatan dan perbaikan. Tinggal di rumah sendiri, kamu akan bertanggung jawab atas biaya perawatan dan perbaikan yang diperlukan, baik yang rutin maupun yang tidak terduga. Ini bisa menjadi beban finansial yang signifikan dan sulit diprediksi.
- Keterikatan finansial. Membeli rumah merupakan komitmen finansial jangka panjang, dan menjual rumah bisa memakan waktu dan usaha. Jika kamu perlu pindah karena pekerjaan atau alasan lain, kamu mungkin akan mengalami kesulitan menjual rumah dalam waktu yang singkat atau dengan harga yang diinginkan.
- Risiko pasar. Nilai properti bisa naik atau turun seiring waktu, tergantung pada kondisi pasar dan faktor eksternal lainnya. Jadi, ada risiko bahwa nilai rumah mungkin turun, menyebabkan kerugian finansial jika kamu perlu menjualnya.
Tinggal di Rumah Orang Tua dari Sisi Finansial
Keunggulan
Nah, sekarang mari kita lihat sisi finansial dari tinggal di rumah orang tua. Beberapa hal yang mungkin menjadi keunggulannya adalah sebagai berikut.
- Penghematan biaya. Tinggal di rumah orang tua biasanya mengurangi atau menghilangkan biaya sewa atau cicilan bulanan. Tentu saja ini artinya penghematan, sehingga kamu bisa mengalokasikan dana tersebut untuk tujuan finansial lain, seperti bikin rencana dana pendidikan anak atau dana pensiun.
- Berbagi biaya rumah tangga. Ketika kamu tinggal dengan orang tua, biaya rumah tangga seperti utilitas, internet, dan makanan dapat dibagi antara anggota keluarga, sehingga mengurangi beban finansial pada masing-masing individu.
- Dukungan finansial. Dalam beberapa kasus, orang tua mungkin bersedia membantu anak-anak mereka secara finansial.
Risiko
Sementara, ada juga beberapa risiko atau kerugian secara finansial kalau kamu tinggal di rumah orang tua. Di antaranya:
- Ketergantungan finansial. Tinggal di rumah orang tua bisa membuatmu terbiasa dengan dukungan finansial mereka sehingga bisa jadi menghambat kemandirian finansial. Hal ini bisa menjadi masalah jika kamu perlu pindah atau hidup mandiri di kemudian hari.
- Kurangnya privasi dan otonomi. Tinggal dengan orang tua sering kali berarti harus mengikuti aturan dan rutinitas mereka, serta berbagi ruang dengan anggota keluarga lain. Ini bisa memengaruhi kualitas hidup keluarga kamu sendiri, sehingga membuatmu dan pasanganmu merasa kurang otonom dalam mengatur kehidupan sehari-hari.
- Potensi konflik. Tinggal bersama orang tua dapat menyebabkan konflik dalam hubungan, terutama jika kamu dan pasanganmu memiliki gaya hidup atau pandangan yang berbeda. Ini dapat menyebabkan stres dan ketegangan yang berdampak negatif pada kehidupan finansial dan emosional juga nantinya.
- Tidak membangun aset. Dengan tinggal di rumah orang tua, kamu enggak punya kesempatan untuk membangun aset dalam properti. Ini berarti kamu mungkin melewatkan potensi keuntungan finansial jangka panjang yang terkait dengan kepemilikan rumah.
Tinggal di Rumah Kontrakan dari Sisi Finansial
Keunggulan
Selain tinggal di rumah sendiri atau di rumah orang tua, kamu juga punya pilihan untuk tinggal di rumah kontrakan. Ada beberapa keunggulan secara finansial di sini. Apa saja?
- Fleksibilitas. Tinggal di rumah kontrakan memberikan fleksibilitas dalam hal durasi kontrak dan lokasi tempat tinggal. Jika kamu perlu pindah karena pekerjaan atau alasan pribadi, kamu dapat mencari kontrakan baru dengan lebih mudah daripada menjual rumah milik sendiri.
- Biaya awal lebih rendah. Berbeda dengan membeli rumah, tinggal di rumah kontrakan biasanya memerlukan biaya awal yang lebih rendah, seperti uang muka sewa dan deposit. Ini bisa lebih terjangkau bagi kamu yang memang belum memiliki tabungan yang cukup untuk membeli rumah.
- Tidak ada biaya perawatan dan perbaikan besar. Sebagai penyewa, kamu umumnya enggak bertanggung jawab atas biaya perawatan dan perbaikan besar pada properti yang disewa. Biaya tersebut biasanya ditanggung oleh pemilik rumah, sehingga mengurangi beban finansialmu.
Risiko
Dan, seperti opsi yang lain juga, ada beberapa risiko atau kerugian yang harus dihadapi dari tinggal di rumah kontrakan. Di antaranya:
- Enggak ada pembangunan aset. Ketika kamu menyewa, maka enggak ada proses membangun aset di properti. Sebagai hasilnya, kamu tidak akan mendapatkan keuntungan nilai aset yang bertumbuh dari waktu ke waktu.
- Kenaikan harga sewa. Harga sewa dapat meningkat dari waktu ke waktu, tergantung pada kondisi pasar dan kebijakan pemilik rumah. Hal ini dapat menyebabkan ketidakstabilan finansial, terutama jika kenaikan harga sewa tidak sebanding dengan pendapatanmu.
- Kurangnya kontrol atas properti. Sebagai penyewa, kamu mungkin memiliki keterbatasan dalam mengubah atau memperbaiki properti sesuai keinginan. Selain itu, pemilik rumah dapat memutuskan untuk menjual properti atau tidak memperpanjang kontrak sewa kamu secara sepihak.
- Biaya sewa tidak kembali. Uang yang kamu bayarkan untuk sewa tidak akan kembali, berbeda dengan pembayaran cicilan yang kamu gunakan untuk membangun aset. Dalam jangka panjang, menyewa bisa menjadi lebih mahal daripada memiliki rumah sendiri.
Nah, itu dia berbagai pertimbangan untuk membantumu memutuskan hendak tinggal di mana: tinggal di rumah sendiri, di rumah orang tua, atau kontrak.
Adalah penting untuk mempertimbangkan keuntungan dan kerugian finansial yang terkait dengan tinggal di rumah kontrakan. Keputusan terbaik akan bergantung pada situasi pribadi, preferensi, dan tujuan finansial kamu, pastinya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Budaya Kerja Positif dapat Memengaruhi Kebiasaan Finansial Pribadi Karyawan: Ini Alasan dan Cara Membangunnya
Budaya kerja dan pengelolaan keuangan pribadi karyawan memiliki hubungan yang erat.
Kok bisa? Iya, karena kita adalah makhluk sosial. So, sedikit banyak yang kita lakukan akan mendapat pengaruh dari lingkungan di mana kita berada. Nggak percaya? Coba deh, baca artikel tentang money scripts ini.
Jadi, apa yang kita lalui di kantor sedikit banyak juga akan memengaruhi kehidupan pribadi kita. Ya, gimana enggak kan? Sebagian besar dari kita itu menghabiskan minimal 8 jam di kantor lo! Itu sama artinya dengan sepertiga waktu seharian kan? Maka enggak heran, kadang pas berangkat sih fine-fine saja. Sampai di kantor, suntuk karena kerjaan nggak beres, banyak masalah, endebre endebre. Maka terbawalah kesuntukan itu kembali ke rumah.
Hayo, siapa yang suka gitu?
Nah, lebih jauh lagi. Apa yang menjadi budaya kerja di kantor dan pola pengelolaan keuangan pribadi kita sebagai karyawan itu juga saling memengaruhi.
Loh, kok bisa?
Hubungan Budaya Kerja dan Pengelolaan Keuangan Pribadi
Lingkungan kerja yang positif dan mendukung dapat memengaruhi kebiasaan finansial pribadi karyawan. Begitu pula sebaliknya, kebiasaan finansial pribadi karyawan dapat memengaruhi budaya kerja di tempat kerja.
Sadar Pentingnya Mengelola Keuangan
Pertama-tama, budaya kerja yang positif dapat memengaruhi pengelolaan keuangan pribadi karyawan dengan menciptakan kesadaran tentang pentingnya mengelola keuangan dengan baik.
Dalam lingkungan kerja yang positif, karyawan akan lebih terdorong untuk memikirkan keuangan mereka dan mencari cara untuk mengelola keuangan secara bijaksana. Misalnya, perusahaan yang menawarkan pelatihan dan sumber daya tentang manajemen keuangan dapat membantu karyawan untuk lebih sadar akan kebutuhan mereka dalam mengelola keuangan pribadi mereka.
Menumbuhkan Kebiasaan Finansial yang Baik
Budaya kerja yang positif juga dapat membantu karyawan mengembangkan kebiasaan finansial yang lebih baik.
Karyawan yang bekerja di lingkungan kerja yang positif cenderung memiliki pola pikir yang lebih positif juga, disiplin dalam pekerjaan mereka, dan hal ini juga dapat tercermin dalam kebiasaan finansial pribadi mereka.
Misalnya, karyawan yang disiplin dalam membuat anggaran dan menabung untuk masa depan dapat mengembangkan kebiasaan yang sama dalam pekerjaan mereka, seperti mengelola waktu dengan baik atau menyelesaikan proyek dengan teliti.
Sebaliknya, kebiasaan finansial pribadi karyawan juga dapat memengaruhi budaya kerja di tempat kerja. Karyawan yang mengalami kesulitan keuangan atau stres keuangan yang tinggi akan memberikan performa kerja mereka yang juga kurang optimal. Mereka mungkin lebih mudah terganggu, kurang fokus, atau kurang produktif.
Cara Perusahaan Berperan Membangun Budaya Kerja yang Positif
Perusahaan dapat membantu membangun budaya kerja yang baik dan berdampak positif pada pengelolaan keuangan pribadi karyawan dengan mengambil beberapa tindakan berikut ini.
Memberikan Financial Training
Perusahaan dapat menyediakan akses ke sumber daya dan pelatihan tentang manajemen keuangan yang baik. Bisa dilakukan secara internal, maupun mengundang yang lebih profesional. Seperti QM Financial.
Dalam financial training tersebut, karyawan akan dilatih manajemen keuangan secara komprehensif, mulai dari membuat anggaran, menabung, atau menginvestasikan uang. Dengan begini, perusahaan dapat membantu meningkatkan kesadaran karyawan tentang keuangan mereka dan membantu mereka mengembangkan kebiasaan keuangan yang lebih baik.
Memberikan insentif dan bantuan kepada karyawan untuk mencapai tujuan keuangan
Perusahaan dapat memberikan bantuan bagi karyawan yang ingin mencapai tujuan keuangan mereka. Misalnya saja, memberikan fasilitas pinjaman dengan bunga lunak untuk membeli rumah. Atau memberikan bantuan pendidikan untuk jenjang-jenjang sekolah tertentu bagi anak-anak karyawan. Termasuk juga memberikan berbagai fasilitas program kesehatan kerja untuk karyawan beserta seluruh keluarganya.
Hal ini dapat memotivasi karyawan untuk mengembangkan kebiasaan keuangan yang lebih baik dan merasa didukung oleh perusahaan.
Menawarkan program karyawan untuk manajemen keuangan
Perusahaan dapat menawarkan program karyawan untuk manajemen keuangan, seperti konseling keuangan atau membuatkan program pensiun.
Program-program ini dapat membantu karyawan mengembangkan rencana keuangan yang lebih teratur dan membantu mereka mencapai tujuan keuangan mereka.
Menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan mendukung
Perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan mendukung, di mana karyawan merasa didukung dan termotivasi untuk mencapai tujuan keuangan mereka.
Hal ini dapat mencakup menciptakan lingkungan yang positif dan kolaboratif, mendukung pengembangan karier, dan memberikan dukungan karyawan dalam memenuhi kebutuhan mereka.
Meningkatkan komunikasi dan transparansi dalam keuangan perusahaan
Perusahaan dapat meningkatkan komunikasi dan transparansi dalam keuangan perusahaan, seperti memberikan laporan keuangan yang teratur atau menawarkan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan tentang keuangan perusahaan.
Hal ini dapat membantu karyawan merasa lebih terhubung dengan perusahaan mereka dan merasa lebih yakin tentang kondisi keuangan perusahaan.
Dengan mengambil tindakan-tindakan seperti ini, perusahaan dapat membantu membangun budaya kerja yang baik dan berdampak positif pada pengelolaan keuangan pribadi karyawan. Hal ini dapat membantu meningkatkan produktivitas karyawan, membantu mereka mencapai tujuan keuangan pribadi mereka, dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif dan inklusif.
Jika kantor kamu pengin mengundang tim QM Financial untuk belajar finansial bareng, kamu bisa langsung menghubungi ini ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Menilik Pilihan Hidup Sophia Latjuba: Mendingan Kontrak Rumah Alih-Alih Beli
Sophia Latjuba lagi viral, gara-gara fakta ternyata ia enggak punya rumah di Jakarta. Selama ini, ia ternyata kontrak rumah. Bahkan, belum lama pula ia baru pindah ke rumah yang baru lagi.
Hidup nomaden, begitulah Sophia Latjuba menyebut pilihannya ini. Berpindah-pindah, dan tak pernah punya rumah permanen. Hal ini dikisahkannya secara ringan bersama Luna Maya dalam sebuah interview untuk sebuah channel di YouTube.
Bukan tanpa alasan, ibu yang baru saja menikahkan anaknya, Eva Celia, itu enggak beli melainkan memilih kontrak rumah. Menurutnya, harga rumah di Jakarta sudah overpriced, terlalu tinggi, tidak sepadan dengan apa yang didapatkan. Bahkan, menurutnya lagi, uang buat beli rumah di Jakarta bisa dipakai buat beli rumah di Beverly Hills. Wuih!
Meski mengaku opsi kontrak rumah dipilih karena kalau beli rumah terlalu mahal, Sophia mengaku juga, bahwa ia sudah mengeluarkan banyak dana untuk sewa dan pindahan setiap 2 – 3 tahun sekali. Tapi, kalau dihitung-hitung ya, teteup lebih murah daripada beli rumah di Jakarta. Repot memang, tapi karena ia sudah terbiasa, untuk beres-beres pun dua hari saja sudah selesai.
Alasan kedua mengapa ia lebih suka kontrak rumah adalah karena sering merasa bosan dengan suasana di lingkungannya jika tinggal terlalu lama di satu rumah. Katanya sih, 2 tahun biasanya sudah bosan. Lalu, mulailah ia berburu rumah kontrakan baru.
Kontrak Rumah? Why Not?
So, apakah kamu salah satu yang sepemikiran dengan Sophia Latjuba? Bahwa, kontrak rumah akan lebih mudah untukmu?
Well, memang, kondisi orang bisa berbeda. Beli dan punya rumah sebenarnya adalah opsi yang paling ideal. Tetapi, tentu semuanya tergantung dengan kemampuan dan kondisi masing-masing. Tidak bisa disamaratakan.
Bagi seorang Sophia Latjuba, kontrak rumah lebih ringan. Namun, bagi sebagian orang yang lain, rumah adalah tempat untuk istirahat; tidak harus ditinggali sekarang, tetapi ada yang beli rumah demi pensiun nanti. Misalnya saja, kamu yang dinasnya berpindah-pindah kota. Untuk praktisnya, kontrak mungkin lebih baik. Namun, saat nanti sudah pensiun, ada baiknya ada tempat untukmu pulang dan beristirahat.
Tapi, itu nanti, dan bisa kamu rencanakan. So, gimana kalau sekarang ternyata kondisimu mirip dengan Sophia Latjuba, ketika ternyata kontrak rumah menjadi lebih efektif untukmu? Ya, enggak masalah juga.
Tip Kontrak Rumah
Sekali lagi, sewa rumah bisa jadi pilihan yang ideal untuk kondisi tertentu. Namun, pastinya, kamu enggak mau dong rugi dalam menyewa rumah. Jadi, coba perhatikan beberapa hal berikut.
1. Cermati kondisi rumah dengan saksama
Sama halnya dengan membeli, kamu juga perlu cermat saat ingin kontrak rumah. Bagaimanapun, kamu akan menempatinya untuk waktu yang tidak sebentar—satu atau dua tahun. Dengan demikian, kamu harus memastikan bahwa kondisimu nyaman saat menghuninya.
Beberapa hal yang harus dicermati:
- Kondisi lingkungan, seperti daerah rawan banjir atau tidak, bagaimana keamanannya, dan sebagainya.
- Kemudahan aksesnya, terutama untuk PP kantor. Apakah cukup dekat dengan fasilitas transportasi umum, misalnya stasiun atau terminal, dan sebagainya.
- Fisik rumah, apakah masih prima ataukah perlu pembenahan? Sudah berapa orang yang tinggal di situ sebelumnya? Bagaimana kondisi airnya? Dan sebagainya
- Harga sewa, apakah masuk ke bujet yang sudah kamu rencanakan?
Hal ini untuk memastikan agar kamu tak mengeluarkan uang sia-sia untuk rumah yang tak nyaman, bahkan rusak sana-sini, yang malah bikin bengkak uang sewanya.
Sisihkan waktu untuk melihat-lihat berbagai jenis rumah kontrakan, sebelum kamu memutuskan untuk kontrak rumah tertentu. Bandingkan harganya, biaya, fasilitas, sampai faktor-faktor lain yang memengaruhi.
Pertimbangkan antara harga + biaya dengan fasilitasnya serta lingkungan.
2. Biaya tambahan
Cek kondisi rumah secara langsung, dan mengobrollah dengan si pemilik. Dengan begitu, kamu juga bisa menggali informasi lebih jauh jika ada biaya tambahan di luar uang sewa. Misalnya, apakah ada uang keamanan untuk satpam kompleks, uang kebersihan dan sampah, dan berbagai iuran lain yang biasanya ada di lingkungan-lingkungan terkecil perumahan.
Cari tahu juga, bagaimana jika ada kerusakan-kerusakan? Dan mungkin ada ketentuan-ketentuan lain yang memengaruhimu dalam menggunakan rumah yang akan kamu sewa.
3. Teliti membaca surat perjanjian kontrak rumah
Ini adalah bagian yang tak kalah penting. Rumah sudah cocok, cermati surat perjanjiannya. Hindari untuk menandatangani tanpa membaca term & condition yang ada dengan saksama. Kenali hak dan kewajiban kamu sebagai penyewa. Diskusikan hal-hal yang kurang jelas, agar tak terjadi kesalahpahaman kelak.
Beberapa hal yang harus jelas di depan di antaranya:
- Bolehkah merenovasi rumah? Jika boleh, sampai sejauh apa?
- Bagaimana pembayaran utilitasnya? Seperti listrik, air, internet, dan lainnya.
- Bagaimana sistem pembayarannya?
- Minimal kontrak berapa lama?
- Dan sebagainya.
Jalin hubungan baik dengan si pemilik rumah, agar segala urusan dimudahkan. Jangan lupa minta nomor kontaknya, agar mudah menghubungi jika ada masalah atau mau diskusi lagi.
Nah, itu dia beberapa hal yang perlu kamu perhatikan jika kamu punya pilihan yang sama dengan Sophia Latjuba; lebih memilih kontrak rumah ketimbang membeli.
Semua memang kembali ke kondisi, kemampuan, dan kebutuhan masing-masing. Yang pasti, uang sewa kontrak rumah tidak bisa selamanya flat. Seiring waktu akan naik juga. So, ini juga harus menjadi pertimbangan kamu ya. Apalagi kalau sudah ada anak-anak, pertimbangkan juga dari sisi kesehatan mental mereka jika terus diajak pindah-pindah. Pasalnya, kemampuan beradaptasi anak tidak sama dengan kita yang sudah dewasa.
Lagi pula, ke mana nanti kita akan “beristirahat” kalau selalu kontrak rumah? Semoga kamu juga sudah memiliki rencana sendiri untuk hal ini. Boleh memutuskan untuk lebih baik sewa saja, tapi sebaiknya bukan karena takut membeli rumah.
Jadi, tenggak masalah mau sewa atau beli. Apa pun keputusan kamu, yakin deh, pasti sudah melalui pertimbangan yang matang. Betul?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Financial Dialogue 03: Wujudkan Mimpi Punya Properti di Usia Muda
Banyak orang ciut nyali ketika ngomongin soal membeli properti. Padahal punya properti ini bisa jadi simbol kemapanan, belum lagi kalau kamu punya properti sebagai investasi. Bisa menjadi penghasilan pasif loh!
Kalau kamu mengamati, di setiap tahapan hidup, selalu akan ada satu hal yang akan kita jalani, yaitu yang terkait dengan properti. Di usia 20 – 30 tahun, kita merencanakan untuk DP rumah pertama. Di usia 30 – 40 tahun, kita akhirnya memiliki rumah pertama. Di usia 40 – 50 tahun, kita mulai memikirkan punya properti kedua, dan di usia 50 tahun seharusnya kita juga sudah punya rumah di mana kita akan menghabiskan masa pensiun yang mandiri, sejahtera, dan tenang.
See? Lihat kan, bagaimana kita seumur hidup harus berurusan dengan properti? Tak perlu ciut nyali untuk merencanakannya, karena kebutuhan ini memang benar-benar nyata.
Financial Dialogue 03 Tak Hanya Mengajak Kamu untuk Tak Takut Punya Properti Tapi Juga Bijak Merencanakannya
Dibuka oleh Ligwina Hananto, lead trainer QM Financial, selaku Nyonya Rumah Financial Dialogue volume 03 yang menyatakan bahwa properti itu enggak hanya dapat dimanfaatkan sebagai tempat tinggal kita sendiri saja, tetapi bisa juga untuk disewakan, atau dibisniskan, atau untuk mendapatkan capital gain. Maka dari itu, kembali lagi, semua tergantung pada #TujuanLoApa saat berniat untuk punya properti.
Setelah tujuannya sudah terumuskan, selanjutnya kita bisa merencanakan dan kemudian merealisasikannya.
Ada 4 pembiayaan properti yang bisa kita pilih sebagai opsi, mulai dari cash keras, cash bertahap, pinjaman lunak, dan KPR. Mau pilih yang mana? Tentu saja, tergantung pada kemampuan dan kondisimu. Setiap orang bisa saja memilih opsi yang berbeda, dan itu nggak ada yang salah sepanjang memang mampu dan sesuai. Lokasi juga sangat menentukan loh! Karena itu, sesuaikan lokasi dengan kemampuan finansialmu juga ya.
Panelis 1: Irvan Ariesdhana
Panelis pertama, Irvan Ariesdhana yang merupakan Real Estate Tech Advisor, juga setuju bahwa lokasi menjadi hal terpenting yang harus dipertimbangkan. Daerah-daerah di sekitar Jabodetabek masih menempati urutan pertama demand properti sepanjang tahun ini.
Kalau menyoal ketakutan masyarakat membeli properti, sebenarnya di setiap generasi kita menghadapi problem yang sama. Namun, dengan perencanaan keuangan yang realistis, tak ada yang tak mungkin bisa diusahakan.
Panelis 2: Adhitya Mulya
Panelis kedua, Adhitya Mulya adalah seorang property enthusiast yang bahkan sudah memiliki channel Youtube sendiri yang khusus membahas pernak-pernik properti. Di diskusi kali ini, Adhitya membahas sisi lain dari KPR. Menurut Adhitya, tak ada cara lain untuk bisa punya properti di usia muda kecuali kerja sampai keringetan.
Ada beberapa poin yang diajukan oleh Adhitya bagi kamu yang hendak merencanakan punya properti.
- Coba pertimbangkan opsi beli rumah jadi versus beli tanah lalu bangun rumah sendiri. Pertimbangkan nilai tanahnya, nilai bangunannya, nilai sarananya, hingga kemudahan aksesnya.
- Buat rencana keuangan untuk membeli properti ini–apa pun opsi yang akhirnya diputuskan–sedini mungkin.
Panelis 3: Pratiwi Hamdhana AM
Panelis ketiga adalah Pratiwi Hamdhana AM, yang akrab disapa dengan Tiwi–yang ternyata di usianya yang masih kepala 2 sudah memiliki 4 properti yang tersebar di Indonesia, dan kesemuanya telah menjadi bisnis yang sangat menguntungkan.
Pratiwi terlibat dalam pendirian Woywoy Paradise, sebuah resort di tepi pantai yang indah di Sulawesi, juga pemilik Roemah Renjana, sebuah guest house di Yogyakarta, dan sebentar lagi akan dibuka juga Woywoy Resort di Ubud, Bali, serta Roemah Renjana di Makassar dan di Bandung.
Saran Tiwi, kalau mau punya mimpi dalam bisnis properti, selalu mulailah dari yang kamu punya dulu. Tak perlu dipaksakan, yang penting menabung dan punya rencana yang realistis. Seiring berjalannya waktu, opportunity datang, kamu sudah siap.
Begitu banyak pencerahan dan insight seputar kepemilikan properti dalam Financial Dialogue Vol. 03: Wujudkan Mimpi Punya Properti di Usia Muda yang diselenggarakan pada 19 September 2020 kemarin. Persis seperti pendekatan yang selalu dibawa oleh tim QM Financial dalam setiap edukasinya seputar dunia keuangan, yaitu melalui pencapaian dreams and achievement, tidak sekadar menakut-nakuti, lebih banyak fokus pada diskusi finansial yang sehat dan bisa memberdayakan semua orang.
Terima kasih pada panelis yang luar biasa, nyonya rumah yang ramah, moderator yang cerdas, dan tentunya, 350+ Teman Dialog yang sudah bergabung di Financial Dialogue Vol. 03.
Sampai ketemu di Financial Dialogue Vol. 04, 17 Oktober 2020 dengan tema yang berbeda! Follow akun Instagram QM Financial agar kamu tak ketinggalan update-nya ya!
Punya Rumah di Usia 20-an: Memangnya Harus?
Ada yang sekarang berusia 20-an? Apakah kamu berencana untuk punya rumah di usia 20-an seperti sekarang?
Ah, mimpi! Orang baru mulai dapat kerjaan, juga. Mana bisa?
Bisa dong. Punya rumah di usia mudah itu nggak mustahil untuk diwujudkan kok! Justru, ketika kamu sudah membangun aset pribadi kamu sejak usia muda, waktu akan jadi teman terbaikmu. Banyak keuntungan yang bisa kamu dapatkan, jika kamu sudah punya planning untuk punya rumah selagi muda. Karena kemudaan adalah privilege.
Nggak percaya? Coba simak artikel ini sampai selesai ya.
5 Alasan Mengapa Kamu Perlu Punya Rumah di Usia 20-an
1. Waktu adalah teman terbaik
Seperti yang sudah disebutkan di atas, waktu akan jadi teman terbaik buat kamu yang sudah berniat untuk membangun aset pribadi sejak masih muda. Waktu memang bisa jadi musuh, tetapi bisa juga jadi teman. Tinggal kita sendiri kan, yang memilih?
Maksudnya begini. Misalnya saja, kamu memilih untuk membeli rumah secara kredit dengan KPR. Kamu bisa memilih atau menentukan tenor yang lebih panjang untuk cicilannya. Hal ini berarti beban cicilan setiap bulannya akan lebih ringan.
Jika kamu mengajukan KPR di usiamu yang masih muda, pihak bank juga akan lebih besar kemungkinannya untuk menyetujuinya, karena masalah waktu ini.
2. Hidup mandiri lebih cepat
Punya rumah adalah simbol kemandirian dan kemapanan yang hqq. Begitulah yang berlaku di Indonesia. Rasanya belum berhak menyandang status ‘mapan’, kalau belum punya rumah sendiri.
Dengan kamu hidup mandiri lebih cepat, pastinya kamu juga akan punya banyak waktu untuk mengejar mimpi dan cita-citamu supaya kualitas hidup juga menjadi lebih baik dengan segera.
Kamu bisa merasakan kesuksesan di usiamu yang masih muda. Bahkan mungkin, bisa pensiun dini dan bebas finansial lebih cepat juga.
3. Masih produktif, sehingga cicilan pasti aman
Misalnya saja, kamu mengajukan KPR ke sebuah bank. Faktor usia akan menjadi salah satu pertimbangan yang menentukan bagi mereka.
Dengan usiamu yang masih muda, maka masa produktifmu tentunya akan masih panjang. Dengan demikian, cicilan KPR akan lebih aman baik bagi pihak pemberi kredit (yaitu bank) dan juga bagi kamu sendiri.
Jika misalnya, kamu baru mengajukan KPR di usiamu yang ke-45, dengan asumsi pensiun di usia 50-an, maka hanya ada waktu 5 tahun saja untukmu melunasi KPR, yang berarti cicilannya setiap bulan akan berat banget. Jika tenormu lebih panjang, pastinya bank akan harus menanggung risiko yang lebih tinggi karena saat kamu sudah masuk masa pensiun, cicilanmu belum beres.
4. Beli sekarang, sebelum Senin harga naik
Kamu tahu kan, bahwa harga properti itu naik dari tahun ke tahun. Naiknya seiring dengan inflasi yang berjalan, bahkan kadang lebih besar dari inflasi. Harga rumah incaran yang sekarang Rp500 juta, 5 tahun lagi bisa berkali-kali lipat. Apalagi jika lokasinya memang strategis dan berkembang.
Kalau kamu menunda niat untuk beli rumah hingga nanti-nanti, menunggu sampai uang tabungan cukup, maka kamu bagai mengejar bayang yang tak pasti. Tsah.
Jadi, rencanakanlah beli rumah sekarang, karena “setiap Senin harganya naik”.
5. Lebih enteng jodoh
Sudah bukan rahasia lagi, kalau kamu sudah punya “bekal” rumah, maka calon pasanganmu akan langsung percaya bahwa kamu serius menjalani hubungan kalian.
Ya, siapa yang enggak yakin, kalau di usia 20-an saja kamu sudah punya rumah, berarti ke depannya semua hal akan autoaman saja, tampaknya. Ya kan?
Jadi, siapa nih yang sekarang masih jomlo? Coba deh, punya rumah. Siapa tahu tahun depan udah bisa menikah. #eh
Namun, semuanya tentu harus disesuaikan dengan kemampuanmu. Jangan dipaksakan. Karena itu, perencanaan sejak dini adalah cara terbaik untuk meraih mimpi satu ini.
Jadi, bagaimana sebenarnya kondisi pasar properti saat ini? Apa saja yang perlu dipersiapkan sebelum membeli properti? Apa bedanya saat properti kita tinggali atau sewakan? Dan bagaimana caranya memiliki properti di usia muda?
Mari diskusikan semuanya di Financial Dialogue dari perspektif finansial, investor, dan pasar properti.
, karena tempat terbatas.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Pentingnya Karyawan Membangun Aset Sejak Dini
Setiap orang sudah seharusnya memiliki keinginan dan kebutuhan, yang kemudian bisa dicukupi dengan cara bekerja untuk mendapatkan imbalan. Konsep ini juga yang mendasari para karyawan untuk bekerja keras setiap harinya. Tetapi, sebenarnya nggak hanya kebutuhan sehari-hari saja yang harus dipenuhi oleh kamu yang berstatus karyawan. Kamu juga harus membangun aset sejak awal.
Apa itu aset?
Menurut Wikipedia, aset adalah sumber ekonomi yang diharapkan memberikan manfaat usaha di kemudian hari.
Kalau diterjemahkan secara bebas, aset merupakan hal-hal yang kita miliki sekarang, yang mempunyai nilai ekonomi dan akan memberikan manfaat kembali pada kita ke depannya. Singkatnya, aset adalah total harta yang kita miliki, baik yang dalam bentuk fisik (bisa dilihat) atau nonfisik, misalnya seperti aset keuangan–saham, misalnya.
Mengapa karyawan perlu membangun aset?
Ini dia beberapa alasan pentingnya:
1.Aset merupakan alat untuk mencapai tujuan finansial
Di masa depan, aset akan memberikan nilai ekonomis yang besar manfaatnya untuk hidup kita. Misalnya saja, kita mempunyai aset berupa properti. Tidak hanya ditinggali, properti ini bisa disewakan, sebagai kos, rumah kontrakan untuk keluarga, bahkan juga bisa disewakan sebagai toko ataupun kantor.
Begitu juga dengan bentuk aset yang lain. Tidak semua hal yang kita miliki bisa dimasukkan ke dalam kategori aset. Hanya hal yang memberikan nilai ekonomis kembali ke kitalah yang bisa disebut dengan aset. Dengan aset bernilai ekonomis ini, kita bisa mewujudkan tujuan finansial kita.
Berinvestasi di berbagai instrumen, misalnya saham di beberapa perusahaan besar, agar nantinya bisa dipakai untuk membeli rumah. Setelah rumah terbeli, nantinya akan disewakan sebagai kamar kos. Penghasilan dari kos akan menjadi dana pensiun yang bisa kita manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup di saat kita sudah tak produktif bekerja lagi.
That’s how assets work.
2.Menghindarkan diri sendiri dari masalah keuangan
Tak ada orang yang mau mendapatkan masalah keuangan di masa depan. Konon juga, sebanyak 92% karyawan mengaku merasa nyaman dan aman dalam bekerja jika mereka merasa secure terhadap kondisi keuangan mereka.
Hal ini bisa dicapai, salah satunya, dengan cara membangun aset sejak dini.
Di saat-saat sulit, memiliki aset bisa jadi penyelamat. Setidaknya, aset bisa jadi andalan sampai kondisi membaik lagi. Perasaan jadi lebih tenang, dan bisa berpikir, mencari cara untuk survive dengan lebih baik.
3.Bekal pensiun
Ya, ini adalah tujuan terbesar dari membangun aset sejak dini; sebagai bekal pensiun. Saat kita tak lagi produktif, kita mungkin tak akan bisa mendapatkan penghasilan sebanyak sebelumnya. Tetapi, yang namanya kebutuhan hidup akan terus ada–bahkan mungkin bertambah.
Dengan memiliki aset, kita bisa surviving di masa pensiun. Tentunya, kamu mau kan, jadi pensiunan mandiri, yang bisa menghidupi diri sendiri, enggak menjadi beban buat anak-anak kita, bahkan kalau mungkin malah bisa kasih uang saku meski seadanya buat cucu.
Hidup cukup; buat makan, cukup. Buat belanja ini itu sesuai kebutuhan juga ada, meskipun tanpa pemasukan aktif.
Nah, begitulah gambaran garis besar hidup kita jika kita bisa memiliki aset yang memadai. Lalu, bagaimana cara kita–yang berstatus karyawan ini–bisa membangun aset? Memangnya, gajinya cukup?
Bukan masalah gaji yang besar ataupun kecil. Semua kembali ke diri kita sendiri. Apakah kita sudah bisa mengelola keuangan dengan baik, sehingga di samping bisa cukup dipergunakan untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari, gaji kita juga cukup digunakan untuk membangun aset demi masa depan?
Nah, yang bisa menjawab kan diri sendiri, ya kan? Sudahkah punya financial habit yang baik? Kalau memang sudah, maka pasti juga sudah bisa mengelola utang dengan baik, punya kebiasaan berinvestasi juga sesuai porsi, pun sudah memiliki proteksi. Ya kan? Dengan demikian, kita bisa membangun aset per tahap dengan rencana yang baik pula.
Kesemua hal tersebut bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Beli Rumah Pertama: Apakah Sekarang Waktu yang Tepat?
Pandemi COVID-19 yang meluas mau tak mau memengaruhi industri properti juga. Baru-baru ini, banyak pengembang perumahan memberikan “diskon”, mulai dari diskon DP rumah, diskon bunga, hingga menggratiskan biaya-biaya administrasi. Hmmm, lalu apakah sekarang waktu yang tepat untuk beli rumah pertama?
Ya, kalau kamu memang memiliki kondisi keuangan yang sehat, tidak sedang terlibat dengan utang yang terlalu banyak–masih dalam batas ideal, dana darurat juga sudah aman, dan memang sudah punya tujuan keuangan dana rumah pertama yang mantap, ya kenapa enggak?
Berikut beberapa hal yang patut menjadi pertimbangan untuk membeli rumah pertama di masa-masa krisis seperti ini.
5 Pertimbangan yang Harus Dipikirkan untuk Membeli Rumah Pertama di Masa Krisis
1. Beli rumah adalah keputusan jangka panjang
Apa yang harus selalu diingat adalah beli rumah–apalagi rumah pertama–adalah keputusan jangka panjang. Jadi, memang seharusnya dipertimbangkan dengan bijak, dengan berpedoman pada tujuan keuangan jangka panjang pula.
Unless kita punya privilege untuk bisa membeli rumah secara cash keras (yang mana juga bukan merupakan hal yang tak mungkin), kita harus memilih opsi untuk mengambil kredit kepemilikan rumah alias KPR. KPR, meski ada pilihan tenor singkat (yang berkonsekuensi cicilannya akan sangat besar), akan butuh bertahun-tahun untuk bisa dilunasi.
Nah, jangan sampai cicilan panjang ini berakibat pada kondisi kesehatan keuangan kita nantinya, sehingga kita harus benar-benar memperhitungkannya dengan saksama.
2. Beli rumah sesuai kebutuhan
Yes, kuncinya ada pada sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kita.
Akan ada momen-momen “emosional” saat hendak membeli rumah pertama. Misalnya kayak, duh, kebunnya bagus banget! Cukup luas, rumputnya seger, hijau. Dan sebagainya.
Bagus memang, tapi kalau kita sendiri bukan orang yang bakalan sempat mengurusi kebun, ya kebayang deh, kalau rumah ini nanti jadi milik kita. Bakalan sempat enggak mengurusi kebun yang bagus dan luas itu? Jangan-jangan malah jadi berantakan dan gersang karena kita sibuk, nggak sempet ngurus.
Yang seperti ini bakalan sering terjadi ketika kita mulai survei fisik rumah. So, sebaiknya tentukan kebutuhan sejak awal. Kalau perlu, bikin list spesifikasi rumah yang dicari, agar bisa dilihat lagi kalau-kalau sering “emosional” kalau lagi survei rumah.
3. Manfaatkan platform jual beli rumah online
Sekarang banyak sekali platform jual beli rumah online yang bermunculan. So, cukup membantu kita untuk survei dulu sebelum benar-benar membeli rumah pertama kita.
Di platform jual beli rumah ini, kamu bahkan bisa melihat spesifikasi dan fasilitas rumah dengan cukup lengkap. Kamu juga bisa mendownload brosur-brosurnya secara langsung, dan kalau ada pertanyaan bisa langsung dihubungkan juga dengan pengembang.
Beberapa platform juga menyediakan informasi rumah bekas yang dijual. Kamu juga bisa mempertimbangkannya lo, karena kan kembali ke kebutuhan dan kemampuan masing-masing. Kalau memang pas dengan kebutuhan dan kemampuan, kenapa enggak beli rumah bekas kan? Mungkin bisa jadi alternatif, ketimbang kita memaksakan diri membeli rumah baru tetapi kurang sesuai dengan kondisi kita sendiri.
Catatlah semua informasi penting yang didapatkan dari riset online kamu ini. Baru kemudian kalau sudah shortlisted, kamu bisa janjian bertemu dengan pengembang atau penjual rumah untuk sekalian melihat-lihat rumah yang diincar.
4. Pilih pengembang yang bereputasi baik
Setiap pengembang perumahan sebenarnya diwajibkan untuk mendaftarkan diri mereka di sistem registrasi pengembang milik Kementrian Pekerjaan Umum. Untuk bisa terdaftar dalam sistem ini juga tak mudah, karena ada berbagai syarat yang harus dipenuhi. Antara lain pengembang yang bersangkutan harus tergabung dalam asosiasi pengembang yang resmi.
Maka, ini bisa jadi salah satu cara untuk kita mengecek apakah pengembang (calon) rumah kita itu cukup bereputasi atau tidak. Klik saja link yang sudah ditautkan di atas, dan cek dengan nama pengembangnya.
Cara lain adalah dengan melakukan googling. Ya, ini memang cara paling ampuh memang untuk mencari informasi, termasuk mengecek reputasi pengembang rumah. Kalau ada berita bahwa pengembang tertentu pernah terlibat masalah serius, maka sebaiknya diperhatikan.
5. Pertimbangkan secara matang
Memang ada banyak sekali aspek yang harus dipikirkan untuk bisa membeli rumah pertama. Yang sudah disebutkan di atas baru dari sisi rumahnya saja, belum lagi soal pendanaan.
Kalau mau ambil kredit KPR, maka kamu harus juga survei berbagai program KPR yang ditawarkan oleh lembaga-lembaga keuangan. Carilah informasi sebanyak-banyaknya, dan bandingkan satu sama lainnya.
Lalu, jangan lupa juga memikirkan biaya lain-lain di luar harga rumah itu sendiri. Mulai dari biaya administrasi, biaya balik nama, pajak, dan juga soal perabotan. Jangan sampai diabaikan, dan kemudian jadi bikin jantungan karena ternyata habisnya banyak juga.
Pengin bisa lebih detail dalam menghitung kebutuhan dana untuk membeli rumah pertama kamu? Coba cek jadwal kelas-kelas finansial online QM Financial deh. Siapa tahu ada kelas yang sesuai dengan kebutuhanmu ini.
Kalau kebetulan enggak ada, kamu juga bisa ambil yang kelas private 1 on 1, biar bisa curhat langsung dengan para trainer QM yang terampil. Atau, mau belajar kelompok sampai dengan 10 orang? Bisa pilih Kelas Family!
Demikian sedikit tentang hal-hal yang perlu dipertimbangkan untuk membeli rumah pertama di masa krisis seperti sekarang. Semoga bermanfaat ya.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.