Training Keuangan Karyawan untuk Kelola Gaji Tidak Stabil di Masa Darurat
PSBB, PPKM Mikro, PPKM Darurat, hingga sekarang PPKM Level 4. WFH kembali disarankan, yang artinya sebagian dari karyawan akan tidak menerima tunjangan transportasi, uang makan, kehadiran, dinas luar, dan sejenisnya lagi. Lalu bagaimana ya, cara kelola gaji yang tak stabil di masa-masa seperti ini? Well, pihak perusahaan bisa membantu karyawan di sini dengan memberikan training keuangan karyawan.
Karyawan, pada dasarnya, rentan terhadap banyak masalah keuangan, mulai dari terjerat utang, tak siap pensiun, tak punya jaminan kesehatan, sampai ketagihan terhadap sesuatu secara berlebihan hingga membahayakan keuangan. Ditambah lagi dengan kondisi yang sulit sejak pandemi COVID-19 seperti sekarang. Karyawan semakin rentan, seiring berkurangnya penghasilan mereka.
Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan oleh para karyawan di masa-masa krisis seperti ini?
3 Hal Paling Penting yang Harus Dilakukan untuk Kelola Gaji Tidak Stabil di Masa Pandemi
1. Cek dana darurat
Di masa krisis, ketika kita harus dapat kelola gaji tidak stabil seperti ini, dana darurat akan jadi penyelamat yang penting.
Cek kembali dana darurat yang sudah kamu punya, apakah cukup untuk “menalangi” biaya hidup selama gaji dipangkas seperti ini? Kalau cukup, bisa sampai berapa bulan?
Dalam bentuk apakah dana daruratmu disimpan? Apakah seluruhnya sudah ada dalam instrumen yang likuid; mudah dicairkan dan dapat diakses oleh orang-orang yang dipercaya?
Jika memang dibutuhkan, pakailah dana darurat demi tetap bisa memenuhi kebutuhan dan beraktivitas seperti biasa. Nanti pada waktunya, kamu selalu bisa mengembalikan dana darurat itu jika gaji kamu sudah stabil lagi.
2. Ubah proporsi alokasi
Karena kondisinya juga berubah, dan kamu harus bisa kelola gaji tidak stabil di masa seperti sekarang, maka proprosi alokasi dana juga harus disesuaikan. Terutama ini wajib dilakukan jika kamu nggak memiliki dana darurat—atau yang jumlahnya belum memadai.
- Cek kebutuhan. Untuk di masa krisis seperti sekarang, prioritaskan pada kebutuhan pokok dan hal-hal yang bersifat kewajiban; seperti membayar cicilan, utang, utilitas rumah, premi asuransi, dan sebagainya. Yang di luar hal-hal esensial tersebut, bisa diturunkan prioritasnya
- Buat anggaran baru, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan prioritas yang baru
- Jika ada utang yang bisa segera dilunasi, secepatnya lakukanlah. Dengan begitu, beban akan lebih ringan ke depannya.
- Jangan menambah utang baru, setidaknya sampai gaji kamu sudah stabil lagi.
- Pindahkan anggaran dari pos yang berubah. Misalnya saja, kamu tidak akan perlu anggaran transportasi di masa WFH ini, maka bisa kamu alihkan ke pos kuota internet supaya bisa beli paket buat meeting online. Kamu mungkin juga lebih baik memasak sendiri, sehingga anggaran kongko dan nongkrong di kafe bisa dipakai untuk membeli bahan makanan yang berkualitas.
3. Jika mampu, tetap investasi
Kelola gaji tidak stabil memang butuh kejelian, untuk bisa mengenali mana yang penting dan mendesak, serta mana yang bisa ditunda. Tak ketinggalan soal investasi.
Jika setelah direalokasi ternyata anggaran bulanan kamu masih memungkinkan, maka investasi haruslah juga menjadi prioritas. Justru di saat-saat seperti ini, kalau kamu sudah mulai investasi sejak awal, bisa jadi malah jadi penolong loh. Karena itu, investasi sebisa mungkin harus jalan terus.
Jika kamu waswas dengan kondisi pasar yang tak menentu, kamu bisa memprioritaskan investasi-investasi jangka pendek lebih dulu. Instrumen jangka pendek umumnya memiliki risiko yang relatif rendah, sehingga biasanya juga akan lebih tahan banting menghadapi krisis. Contohnya seperti deposito atau reksa dana pasar uang.
Meski demikian, teteup ya … Sesuaikan dengan kemampuan. Kalau misalnya di tengah usaha kamu untuk kelola gaji yang tidak stabil ini ternyata kamu kekurangan dana untuk memenuhi kebutuhan pokok, ya bisa saja libur investasi dulu.
Pihak Perusahaan Sebaiknya Membantu dengan Cara Ini
Pihak perusahaan sudah tentu harus mematuhi ketentuan yang dibuat oleh pemerintah—toh untuk kebaikan bersama juga kan? Namun, kebijakan WFH harus disadari membawa dampak langsung terhadap penghasilan karyawan. Lalu, apa yang bisa dilakukan oleh pihak perusahaan untuk meringankan beban karyawan?
Ada banyak cara, namun yang paling efektif adalah dengan memberikan training keuangan karyawan bersama QM Financial mengenai bagaimana cara kelola gaji yang tidak stabil selama kondisi darurat.
Mengapa Harus Training Keuangan Karyawan Bersama QM Financial?
Karena training keuangan karyawan bersama QM Financial itu memiliki beberapa keunggulan:
- Bisa disesuaikan dengan kebutuhan
- Modul mudah dipahami
- Cara penyampaian materi fun dan practical
- Bisa dilakukan secara online melalui berbagai platform webinar atau online meeting dengan mudah
- Aplikatif
Nah, tunggu apa lagi? Hubungi QM Financil melalui WhatsApp ke 0811 1500 688.
Jangan lupa juga follow Instagram QM Financial untuk berbagai update kelas finansial online dan tip praktis lainnya.
5 Cara Agar Gaya Hidup Sejalan dengan Gaji
Mari kita lihat beberapa cara agar gaya hidup kita bisa sejalan dengan gaji, tanpa mengorbankan rencana ke depan, pun tidak membuat kinerja di kantor jadi runyam.
Financial Dialogue 04: Ketika Freelancer dan Pemilik Bisnis Harus Beradaptasi Selama Pandemi
Pandemi telah mengubah semua aspek hidup kita–siapa pun kita, apa pun pekerjaan kita, memaksa kita untuk segera melakukan adaptasi utamanya di sisi finansial. Banyak orang harus rela berkurang penghasilannya, karena efisiensi di perusahaan tempat mereka bekerja. Lalu apa kabar para freelancer di masa pandemi seperti ini? Ini dia yang menjadi inti dari diskusi dalam Financial Dialogue 4: Adaptasi Finansial di Masa Pandemi.
Menghadirkan para pelaku bisnis dan freelancer yang terdampak langsung oleh pandemi, namun pada dasarnya obrolan bisa sangat related untuk setiap jenis profesi yang dijalankan oleh semua orang.
Kita simak yuk, apa saja poin penting yang didiskusikan oleh Nyonya Rumah, Moderator, dan tentunya para Panelis yang luar biasa.
Financial Dialogue vol. 04: Setiap Orang Harus Siap Beradaptasi di Masa Pandemi
Dibuka oleh Ligwina Hananto, lead trainer QM Financial selaku Nyonya Rumah dalam Financial Dialogue vol. 03, ini yang menggarisbawahi fenomena bahwa selama pandemi, ternyata banyak orang terbukti belum dapat melindungi pemasukan masing-masing. Tip dan trik untuk bisa survive di masa pandemi memang seputar membangun dana darurat dan menyesuaikan budgeting–yang memang sama sekali tidak salah, tetapi ternyata enggak hanya itu saja. Terkadang kita lupa untuk menjaga penghasilan kita lantaran terlalu sibuk menyiapkan berbagai dana untuk tujuan keuangan kita.
Karena itu, buat yang sekarang masih bisa, segera amankan pintu penghasilan. Ada banyak cara untuk melakukannya, salah satunya dengan side hustling. Meski demikian, kita juga harus bijak, jangan sampai side hustling ikut memengaruhi produktivitas kinerja kita pada mata pencaharian utama.
Panelis 1: Hanifa Ambadar
Sebagai salah satu pelaku bisnis di beauty product industry, Hanifa merasakan bahwa dampak yang dirasakan akibat pandemi sangat bervariasi. Ada yang memang terdampak secara dahsyat, tetapi ternyata ada yang merasakan dampak ini hanya kecil saja. Hal ini disebabkan oleh sangat bervariasinya produk dan jasa yang ada dalam beauty industry itu sendiri.
Untuk Female Daily Network sendiri, Hanifa melakukan beberapa pivoting agar tetap survive melalui pandemi ini. Salah satunya adalah konversi event-event ke ranah online.
Hanifa juga menemukan fakta, bahwa ternyata selama pandemi berlangsung dan orang-orang bekerja dari rumah (WFH) ternyata masalah kulit tetap saja ada, hanya berganti bentuk. Misalnya, karena hanya di rumah, orang jadi lebih malas untuk skincare-an. Akibatnya muncul deh masalah kulit. Hal ini bisa jadi sebuah permintaan pasar baru terbentuk kembali, dan bisa dimanfaatkan oleh para pelaku bisnis beauty products.
Menurut Hanifa, kunci bisnis menghadapi pandemi yang terpenting adalah having a value and being transparent. Di saat memiliki value dalam berbisnis, kamu akan tahu bagaimana caranya pivoting dengan tetap membawa value bisnis. Being transparent penting agar karyawan memiliki sense of urgency dan mengelola ekspektasi masing-masing.
Panelis 2: Jenny Jusuf
Sejak memutuskan untuk menjadi seorang freelancer, sebenarnya Jenny Jusuf sudah siap akan kondisi ups and downs-nya. Memang demikianlah kondisi seorang pekerja lepas dengan penghasilan yang tidak tetap. Kadang sebulan ada, kadang sebulan nggak ada. Kadang banyak pemasukan bisa didapat, kadang juga “cuma” recehan.
So, menurut Jenny, pandemi kali ini hanya seperti ujian besar dari situasi-situasi yang sudah sering dihadapi oleh freelancer sebelumnya. Tentu saja tetap harus ada penyesuaian agar tetap punya daya survive panjang.
Jenny sendiri sekarang memanfaatkan waktu untuk memperbanyak ilmu self development, karena menurutnya adalah penting bagi kita untuk menjaga kesehatan mental dan fisik selama pandemi berlangsung. Ia sendiri mempergunakan kemampuannya untuk menulis dan storytelling, sementara industri film sedang lumpuh, untuk membuat konten-konten media sosial.
Panelis 3: Moh. Arif Rahman
Arif mengelola bisnis travelingnya, Whatravel Indonesia, dengan omzet miliaran rupiah sebelum pandemi. Begitu COVID-19 menyebar, Arif harus pivoting agar bisnis tetap survive dan berjalan, meski harus menyesuaikan segala sesuatunya.
Arif memiliki ide bisnis yang sangat unik sementara ia tidak bisa lagi membuka open trip ke luar negeri, yaitu menyelenggarakan webinar-webinar dan virtual-virtual tour yang ternyata diminati oleh banyak orang.
Menurut Arif, business is about trial and error. Kita sudah tahu apa kebutuhan konsumen, tetapi kadang terlalu takut untuk mencoba. Jangan takut untuk berinovasi dan beradaptasi karena pasti ada jalan untuk yang mau berusaha.
Siap, Mas Arif!
Luar biasa banget insight yang bisa didapatkan dalam Financial Dialogue vol. 04 ini.
Salah satunya, ternyata kita enggak sendirian saja loh yang terimbas oleh kondisi pandemi ini. Ternyata ada loh yang kena imbas begitu besar, tetapi karena ia mau berusaha dan mau mengenali kebutuhan orang lain, malah menjadi ide bisnis segar yang belum banyak dirambah oleh pesaing.
Bikin semangat kembali menyala, dan mendorong diri sendiri untuk bisa kreatif juga kan?
Terima kasih pada panelis yang luar biasa, nyonya rumah yang ramah, moderator yang cerdas, dan tentunya kamu, Teman Dialog yang sudah bergabung di Financial Dialogue Vol. 04.
Sampai ketemu di Financial Dialogue Vol. 05, 28 November 2020 dengan tema yang berbeda! Follow akun Instagram QM Financial agar kamu tak ketinggalan update-nya ya!
Memulai Bisnis di Masa Pandemi COVID-19 dan New Normal, Kenapa Enggak?
Ekonomi adalah sektor yang paling terdampak oleh pandemi COVID-19. Banyak bisnis gulung tikar, meski yang masih berusaha survive juga tak kalah banyak. Kalau sudah begini, apakah masih ada peluang bagi kita untuk memulai bisnis?
Well, ya kenapa enggak?
Di tengah imbas yang sudah terlalu besar seperti ini, peluang untuk memulai bisnis tetaplah ada. Tetapi masih ada kesempatan bagi siapa pun untuk membangun dan mengembangkan bisnis, dan potensi untuk sukses juga tak kalah besar. Hanya saja, kamu perlu untuk jeli melihat, peluang sebelah mana yang bisa dimanfaatkan. Tentu, kamu harus berorientasi pada kebutuhan (calon) target pasar bisnis kamu.
Beberapa tip berikut bisa kamu lakukan untuk memulai bisnis di masa pandemi dan new normal ini.
Memulai Bisnis di Masa Pandemi dan New Normal
1. Kenali kebutuhan
Apa yang dibutuhkan oleh orang-orang di sekitarmu saat ini? Kamu bisa mencari tahu mengenai hal ini dengan mengikuti obrolan-obrolan atau chatting di grup-grup WA. Atau kamu bisa mengamati, apa yang terjadi di media sosial secara lokal sesuai domisili kamu.
Mengapa kamu harus mengenali kebutuhan? Karena, kamu akan lebih mudah untuk memulai bisnis dengan produk yang dibutuhkan atau dicari oleh orang-orang di sekitarmu. Kalau mereka butuh camilan praktis dan awet yang penyimpanannya mudah, maka mungkin kamu bisa berjualan berbagai jenis frozen food, misalnya. Atau jika orang-orang di sekitarmu butuh stok lauk yang praktis dan mudah, kamu bisa menawarkan rendang kemasan, yang tinggal dipanasi saja sebelum disajikan.
Mengapa harus orang di sekitarmu? Lagi-lagi untuk memulai bisnis, kamu bisa mulai dari lingkup yang kecil dulu. Baru kemudian jika memang ada potensi, kamu bisa memikirkan pengembangannya.
2. Pikirkan modal
Ada banyak bisnis yang hanya perlu modal kecil, yang penting jalan dulu. Bahkan ada kok yang tanpa modal, misalnya jika kamu mau mencoba berjualan dengan sistem dropship.
Tak perlu terlalu muluk-muluk saat kamu baru memulai bisnis. Akan lebih baik jika kamu bisa mulai dari orang-orang sekitarmu, karena dari sisi modal biasanya juga tak terlalu banyak makan dana. Seiring waktu, kamu bisa menambah modal dan mengembangkannya lagi.
Jangan terburu-buru, hingga sampai mengajukan pinjaman dana untuk modal. Lebih baik, carilah bisnis yang bisa dilakukan dengan modal tabungan sendiri dulu.
3. Jalankan sesuai kondisi
Dengan kondisi sekarang yang serbaterbatas, maka akan perlu beberapa strategi berbeda yang harus dijalankan dibandingkan sebelumnya.
Misalnya saja, sekarang ada tuntutan apa-apa harus bisa dipesan secara online dan diantarkan ke alamat pemesan. Maka, pertimbangkan untuk memiliki layanan ini juga untuk bisnis kamu.
Juga semisal kamu sekarang masih bekerja, dan ide bisnis ini kamu manfaatkan sebagai side hustle. Sesuaikan dan buat pengaturan waktu yang bijak, jangan sampai kamu “mengorbankan” mata pencaharian utamamu.
4. Marketing dari mulut ke mulut
Kadang memang bisnis berjalan dari orang-orang terdekatmu atau kenalan-kenalan. “Manfaatkan” mereka untuk menjadi staf marketing kamu.
Ketika kamu sudah berhasil menjual sesuatu pada mereka–baik produk ataupun jasa–mintalah mereka untuk posting di akun media sosial masing-masing. Ini bisa dilakukan apalagi jika mereka puas akan produk atau jasa yang kamu berikan pada mereka ya.
Mintalah juga pada mereka, untuk merekomendasikanmu pada sirkel pertemanan masing-masing, sesuai kebutuhan tentunya.
Kamu sendiri juga bisa memanfaatkan media sosial untuk memasarkan bisnis barumu ini. Memang akan butuh kerja keras, tapi siapa sih yang nggak mau bekerja keras demi kesuksesan? Iya kan?
5. Kembangkan bisnis dengan strategis
Banyak bisnis yang harus gagal karena pemilik atau pengelolanya terlalu tergesa-gesa dan kurang bijak dalam pengelolaannya. Misalnya saja, baru saja mulai bisnis online dan punya pelanggan tetap, sudah terburu menyewa ruko.
Ya, mungkin memang ada pertimbangan khusus sih, tetapi di masa pandemi dan new normal seperti ini, ada baiknya kita berhati-hati dalam mempertimbangkan segala hal, apalagi yang ada kaitannya dengan keuangan. Jika memang ingin mengembangkan bisnis yang baru dimulai, ada baiknya untuk memperhitungkannya secara lebih cermat dan bijak.
Coba simak dulu yuk, video mengenai membuat rencana bisnis berikut.
Selain kelima hal di atas, kamu juga perlu belajar lebih banyak tentang keuangan bisnis. Ini penting banget untuk kamu kuasai, meski kamu baru saja memulai bisnis. Justru karena masih baru mulai sih makanya kamu perlu menaruh perhatian khusus pada hal ini.
Cek jadwal kelas-kelas finansial online QM Financial untuk kelas bisnis, dan pilih sesuai kebutuhanmu. Banyak hal bisa kamu pelajari, baik untuk memulai maupun mengembangkan bisnis, terutama dari sisi keuangan.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Tantangan Finansial Generasi Milenial di Era New Normal
Menjadi generasi milenial itu sungguh sesuatu. Tantangannya banyak banget. Mulai dari hal-hal yang disebabkan oleh perkembangan teknologi yang luar biasa, yang menciptakan godaan begitu banyak, hingga sekarang krisis akibat pandemi yang membuat kita harus lebih banyak memutar otak untuk mengatasi keterbatasan pergerakan yang membawa imbas ekonomi yang tak kalah besar.
Sungguh sesuatu.
Karena itu, berbanggalah, generasi milenial! Jika kamu dapat melewati ujian-ujian ini, di hari depan, kamu bisa menjadi generasi tertangguh yang pernah ada. Tsah.
Sekarang, kita sudah mulai berada di fase new normal, meski masa pandemi belum juga dinyatakan berakhir. Sementara kasus positif justru bertambah banyak di luar sana, tetapi kita “dipaksa” untuk segera kembali beraktivitas demi perekonomian negara yang harus pulih. Tak pelak, hal ini pun memunculkan tantangan lagi bagi kita, terutama soal finansial. Apa saja?
5 Tantangan Finansial Bagi Generasi Milenial di Era New Normal
1. Gaya hidup yang berubah
Kondisi yang berubah harus kamu respons dengan perubahan kebiasaanmu juga. Seperti gaya hidup, misalnya.
Barangkali kamu sekarang sudah mikir-mikir lagi kalau mau jajan di sembarang tempat. Mulai pula beralih lebih banyak belanja online ketimbang ikut berdesakan di mal. Cari hiburan juga lebih banyak di online. Kalaupun harus offline, kamu akan cenderung lebih berhati-hati.
Ini perubahan yang bagus, yang mungkin tanpa sadar kamu ubah demi melakukan penyesuaian diri terhadap apa yang terjadi sekarang.
Gaya hidup yang berubah akhirnya pasti juga akan mengubah rutinitas dan kebiasaan finansialmu. Pengeluaran jelas akan berubah, lantaran ada pos yang berubah juga.
Jadi, sudahkah kamu membuat catatan pengeluaran yang baru, agar kamu dapat pola keuangan yang baru juga di masa new normal ini?
2. Dana darurat harus lebih kuat
Pelajaran terpenting yang bisa kita ambil dari krisis pandemi ini adalah kita bisa survive dengan baik ketika kita memiliki dana darurat yang kuat.
So, jangan ulangi kesalahan yang sama. Saat new normal tiba–dengan pemasukanmu yang mungkin sudah mulai pulih seperti semula–jangan sampai mengabaikan keberadaan dana darurat lagi.
Ditambah lagi, secara global, perekonomian kita belum akan segera pulih, setidaknya butuh waktu 2 – 3 tahun untuk dapat kembali seperti sebelumnya. So, perjalanan menuju pemulihan akan cukup berliku, sehingga generasi milenial perlu untuk memiliki dana darurat yang memadai sebagai bekal.
Bukan mengharapkan sesuatu yang buruk terjadi pada kita sih, tetapi bukankah kita harus sedia payung sebelum hujan?
3. Investasi yang lebih strategis
Generasi milenial bisa dibilang adalah generasi investor. Pertumbuhan jumlah investor–menurut data yang ada–memang tumbuh pesat belakangan, dan didominasi oleh generasi milenial.
Nah, sekarang kamu sudah tahu, bagaimana dan seperti apa situasinya ketika krisis melanda dan akhirnya berimbas ke pasar modal dan pasar uang kita. Pelajaran yang dapat kita ambil di sini adalah untuk berinvestasi, kita juga butuh strategi yang mumpuni.
Sudah bukan waktunya lagi investasi hanya ikut-ikutan, tanpa tahu dengan jelas tujuan kita sendiri apa. Sudah bukan waktunya lagi juga tak mau bertanggung jawab untuk keputusan investasi kita sendiri.
Belajar investasi yuk, mulai dari teorinya dan kemudian praktik pelan-pelan! Generasi milenial harus bisa menjadi financial planner untuk dirinya sendiri!
4. Tantangan utang
Di masa new normal, sebaiknya kamu juga lebih bijak jika berutang, terutama utang konsumtif.
Semoga di masa pandemi kemarin, enggak ada di antara kamu yang ngos-ngosan membayar cicilan utang, lantaran pemasukan berkurang sedangkan ada tunggakan utang yang belum terbayar. Semoga pula, kamu sudah mengajukan keringanan kredit jika memang kamu terimbas oleh pandemi secara ekonomi.
Next, di masa new normal, generasi milenial seharusnya sudah lebih bijak jika ingin berutang. Sekali lagi, pastikan kamu bisa membayarnya. Ingat ya, perjalanan perekonomian ke depan mungkin akan lebih berliku untuk sampai pulih sebenar-benarnya.
5. Anggaran kesehatan lebih besar
Kamu akan butuh anggaran kesehatan yang lebih besar di masa new normal ini. Kamu butuh nutrisi yang lebih baik, dan juga berbagai hal lain yang bisa membantumu untuk memastikan kesehatan tubuhmu dalam kondisi baik.
Di era new normal, generasi milenial tak hanya semakin aware akan pentingnya kesehatan fisik, tetapi semakin memperhatikan pula kesehatan mental mereka. So, tentunya ada hal-hal yang harus dilakukan untuk memastikan keduanya menjadi lebih baik ke depannya.
Dan, ini tentu saja butuh biaya. Persiapkan dengan baik, tambah anggaran kalau perlu. Kamu bisa mempertimbangkan untuk naik kelas asuransi kesehatan, plus membeli asuransi jiwa juga. Sesuaikan dengan kebutuhan dan kebiasaanmu yang sudah berubah.
Bagaimana, generasi milenial? Siapkah kamu menghadapi era new normal yang segera datang, dengan segala tantangannya?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Tren Bersepeda: 5 Hal untuk Menjadikannya Bermanfaat Maksimal
Akhir-akhir berkembang tren baru di tengah pandemi: tren bersepeda.
Sinyal bagus, karena ini berarti kamu semua semakin sadar akan pentingnya menjaga kesehatan dan mencegah penyakit datang. Juga sinyal bagus untuk pelaku bisnis persepedaan, karena penjualan sepeda dan segala macam printilannya meningkat akhir-akhir ini.
Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu juga termasuk dari mereka yang secara dadakan hobi bersepeda?
Meski banyak yang berpendapat, bahwa tren bersepeda belakangan bukan hanya sekadar disebabkan oleh kesadaran menjaga kesehatan yang meningkat, tetapi merupakan bentuk kelatahan, tapi QM Financial berharap, kamu semua meneruskan kebiasaan baik ini meski pandemi dinyatakan berakhir nantinya.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait hobi baru naik sepeda ini, supaya enggak sekadar menjadi tren bersepeda yang bersifat sementara saja.
5 Hal untuk Diperhatikan Saat Ikut Tren Bersepeda
1. Nggak harus selalu sepeda mahal
Yang harus selalu diingat, hobi itu enggak harus selalu mahal kok ongkosnya. Bisa juga kita memilih untuk menjalani hobi yang tidak membebani keuangan kita setiap harinya.
Begitu juga dengan tren bersepeda kali ini. Meskipun ada hukum alam yang menyatakan “ada harga ada kualitas”, tetapi kita enggak harus memaksakan diri untuk membeli sepeda supermahal impor yang lagi naik daun itu untuk ikut tren bersepeda. Kamu bisa mulai dari yang ada dan tersedia dalam banyak pilihan di toko sepeda.
Bahkan, sebagai permulaan, enggak ada salahnya kamu mulai dengan membeli sepeda second tetapi dengan kualitas yang bagus. Dengan sedikit usaha, kamu bisa kok menemukan sepeda dengan merek terkenal, harganya terjangkau, dan masih mulus.
2. Yang penting, perawatannya!
Yes, hobi bersepeda enggak hanya berhenti di beli sepeda lalu dipakai di car free day. Tren bersepeda ini seharusnya juga sepaket dengan perawatan sepedanya.
Jadi, jangan lupa perawatannya ya; dibersihkan, dilengkapi safety tools-nya, cek ban sebelum dipakai, cek rem dan lampu juga. Sepeda mahal juga akan cepat rusak kalau kita enggak merawatnya, sedangkan sepeda murah bisa awet kalau kita bisa memberikan perawatan yang baik.
3. Lengkapi peralatan
Nah, ngomongin soal safety tools, selain membeli sepedanya, jangan lupa juga untuk melengkapi printilan yang menambah keamanan tren bersepeda yang kamu lakukan.
Misalnya, helm, ini wajib. Lalu, pakailah sepatu yang layak juga ketika bersepeda. Kamu mungkin juga butuh botol minum dan bottle cage-nya, juga cycling pants. Bagaimana dengan goggle, butuh juga enggak? Oh, jangan lupa pasang flasher juga, demi keamanan kalau bersepeda malam atau pagi hari. And also cases, sarung tangan, jas hujan, pompa sepeda, ban dalam cadangan, ….
Loh, kok, banyak juga ya?
4. Anggarkan!
Nah, berarti hal keempat ini penting untuk kamu lakukan seiring tren bersepeda yang semakin ngehits: membuat anggaran untuk pembiayaan hobimu.
Memang butuh banyak perlengkapan agar hobi bersepedanya bisa aman dan nyaman dilakukan, dan bisa bertahan lama. Namun, enggak semuanya harus dilengkapi dengan segera. Kamu bisa membuat anggaran untuk bersepeda dengan menyusun prioritas.
Misalnya, helm jelas harus punya. Sepatu, kalau kamu sudah punya running shoes alias sepatu lari atau sneakers ya sepertinya sudah cukup dulu untuk sementara. Begitu juga dengan cycling pants, kalau kamu sudah punya celana training, ya itu juga sudah bisa dipakai.
Flasher ini penting, apalagi jika kamu gemar bersepeda menjelang sore atau subuh-subuh. Kondisi remang-remang kadang membuat mata rada-rada kabur gitu. Jadi, buat dirimu sendiri “terlihat” ketika bersepeda. Tak jarang, pesepeda ini karena saking santainya jadi enggak kelihatan oleh pengguna jalan yang lain loh. Begitu dekat baru deh gelagapan.
Jas hujan juga penting, apalagi kalau nanti sudah masuk musim penghujan. Tetapi jas hujan ada yang enggak terlalu mahal, jadi seharusnya sih enggak terlalu berat di ongkos untuk membelinya. Sarung tangan penting, agar lebih enak menggenggam setang sepeda. Tetapi, misalnya belum punya, juga enggak masalah. Next budget bisa dianggarkan lagi.
Nah, dengan menyusun prioritas seperti ini, tentunya tren bersepeda enggak jadi hobi baru yang mahal kan?
5. Tetap utamakan keselamatan
Keamanan dan keselamatan adalah yang paling utama. Jangan bersepeda berjajar di jalan umum, yang enggak hanya digunakan untuk sepeda saja. Pakai semua perlengkapan keamananmu.
Dan, yang paling penting: taati protokol kesehatan. Pakai masker dan/atau face shield, jangan bergerombol, dan tetap jaga jarak satu sama lain.
Percuma tren bersepeda berkembang, kalau kemudian bikin kluster penularan penyakit baru.
Nah, semoga tren bersepeda ini enggak cuma tren sesaat ya. Jaga kesehatanmu, dan orang-orang tercintamu.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
7 Peluang Usaha Baru di Masa New Normal
Selalu ada dua sisi di setiap hal. Begitu juga dengan pandemi kali ini; di satu sisi, ekonomi terpuruk karena banyak aktivitas terhenti, tetapi di sisi lain muncul banyak peluang usaha baru yang menyesuaikan dengan kebutuhan dan kebiasaan kita yang baru juga.
QM Financial telah mengamati beberapa peluang yang menggeliat di tengah perjuangan pemulihan ekonomi beberapa waktu terakhir, dan menemukan beberapa peluang usaha baru yang sangat menarik ini.
Kamu tertarik? Coba yuk, lihat! Siapa tahu bisa jadi ide bisnis yang baru untukmu, sehingga kamu mungkin bisa mendapatkan penghasilan baru atau tambahan dari peluang usaha ini.
7 Peluang Usaha Baru di Masa New Normal
1. Penyedia makanan sehat dan praktis
Tuntutan kondisi yang berubah dewasa ini memaksa masyarakat untuk lebih picky dalam menentukan apa yang mereka konsumsi setiap harinya. Picky dalam arti baik, karena sekarang kita semua semakin sadar akan pentingnya kesehatan, kebersihan, dan kandungan nutrisi dari setiap makanan yang kita makan.
Tujuannya apa lagi kalau bukan demi menjaga kesehatan diri sendiri. Namun, seiring dengan hal tersebut, masyarakat modern juga butuh kepraktisan; sesuatu yang enggak ribet, cepat bisa dinikmati, dan tentu saja, terjangkau. Hmmm, sungguh tuntutan yang sangat kompleks. Betul?
So, di sini muncullah peluang usaha baru, seperti usaha katering sehat. Sebelum ini, sudah muncul usaha katering diet, misalnya khusus untuk diet keto atau diet mayo. Sekarang, harus ada pilihan baru lagi. Tak terbatas untuk diet, tetapi menyediakan makanan sehat yang lebih general.
Juga muncul peluang usaha baru untuk toko online khusus buah, sayuran organik, minuman herbal, dan sebagainya. Kata kuncinya ada pada “bisa dipesan online dan bisa diantar”.
Kamu tertarik?
2. Perlengkapan home gym
Seiring kesadaran untuk menjaga kesehatan, maka keinginan untuk bisa rutin berolahraga pun bertumbuh. Sayangnya, masyarakat sudah sangat menurun kepercayaannya terhadap higienitas tempat publik, sehingga di masa new normal ini, mereka prefer untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat private, atau yang bisa dilakukan sendiri di rumah.
Banyak orang mulai memiliki home gym; memakai salah satu sudut rumah untuk berolahraga secara mandiri–dengan bantuan Youtube atau video conference.
Jika kamu tahu ada vendor atau supplier yang bisa diajak kerja sama untuk jualan alat-alat home gym, kamu bisa mencoba mengambil peluang usaha baru ini.
3. Alat kesehatan dan kebersihan
Masih dalam rangka meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan dan kebersihan, semakin banyak orang yang pengin beli ini-itu yang dapat membantu mereka menjaga kesehatan.
Seperti robot vacuum cleaner, yang belakangan laris manis. Atau alat-alat masak untuk vegetarian. Sepeda, juga salah satunya. Nggak perlu lagi menyebutkan masker, face shield (sekarang pun muncul face shield untuk anak-anak yang lucu-lucu banget), sampai kotak bekal makan yang diklaim menjamin makanan tetap sehat dan nutrisinya nggak hilang.
Nah, ini juga bisa jadi peluang usaha baru buat kamu yang kebetulan punya sumber dayanya.
4. Grocery online
Sudah beberapa waktu belakangan, WhatsApp group RT, RW, sampai grup wali murid sekolah anak saya mendadak jadi pasar online. Berbagai kebutuhan ditawarkan, mulai dari bahan-bahan makanan, telur, sembako, sampai sayuran. Bisa dipesan secara online, dengan harga yang lebih miring ketimbang supermarket, dan diantar sampai di rumah.
Niqmat mana lagi yang harus didustakan, bagi ibu-ibu rumah tangga yang nggak mau ribet seperti saya?
Ini juga bisa jadi peluang usaha baru yang sangat menjanjikan di masa new normal. Sekalian saja buka pasar di media sosial dan marketplace, kalau perlu, supaya bisa menjangkau pasar lebih luas.
5. Logistik dan delivery service alias kurir
Seiring pula dengan bertumbuhnya kebiasaan baru masyarakat yang lebih suka belanja online, muncul pula peluang usaha baru layanan jasa pengantaran barang dan logistik.
Jika kamu punya sarana dan prasarana yang cukup memadai, kamu bisa ambil peluang ini. Enggak perlu jauh-jauh ke luar kota dulu juga kok. Kamu bisa mulai dari dalam kota dulu, dalam radius berapa kilometer dari domisilimu. Seiring waktu, semoga kamu bisa menambah armada, sehingga bisa melayani hingga ke mana saja. Amin!
6. Online/virtual event organizer
Ternyata ngurusin kelas online dan webinar dengan jumlah peserta ratusan itu perlu effort yang sama besarnya dengan mengurus seminar offline loh!
Di masa pandemi dan new normal, banyak bisnis dan perusahaan yang mengonversi aktivitas offline menjadi online. Misalnya, seminar, talkshow, sampai bazar, semua dijadikan online. Belum lagi, sekarang juga ada virtual wedding; acara pernikahan yang bisa dihadiri secara streaming (selain ada juga yang mengadakan resepsi drive thru). Ada juga sekarang virtual tour; yang memungkinkan peserta tour menjelajah daerah secara virtual dengan dipandu oleh tour guide.
Semuanya itu butuh event organizer yang terampil. Kamu merasa mampu? Mengapa enggak mengambil peluang usaha baru ini?
7. Pengembang bisnis online
Banyak pebisnis yang harus segera pivoting bisnisnya dari offline menjadi online di masa new normal. Kalau sebelumnya, go-digital hanya menjadi opsi, sekarang menjadi bentuk keharusan.
Sayangnya, enggak semua siap. Banyak pemilik bisnis yang masih kesulitan untuk menyesuaikan diri. Jika kamu merasa punya kemampuan, kamu bisa mencoba peluang usaha baru ini, membantu mereka untuk meng-go digital-kan bisnisnya. Kamu bisa mencari vendor web developer, mencari admin untuk marketplace dan media sosial, dan menawarkan berbagai strategi digital marketing untuk membantu para pebisnis ini.
Hmmm, lumayan menggiurkan kan?
Nah, semoga kamu bisa ambil bagian dalam berbagai aktivitas pemulihan ekonomi pasca pandemi, dengan beberapa peluang usaha baru di atas. Atau, kamu punya ide lain? Boleh juga ditulis di kolom komen, sebagai tambahan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Bisnis Offline Jadi Bisnis Online: 5 Hal untuk Bersiap
Memulai bisnis di masa new normal pasca pandemi mungkin butuh ekstra effort, demi bisa menyesuaikan dengan kebutuhan dan kebiasaan baru masyarakat. Yang tadinya punya peluang bagus menjadi bisnis offline, sekarang perlu banget dipikirkan untuk bisa dikonversi juga menjadi bisnis online.
Ya, hal itu tak lepas dari perubahan kebiasaan belanja selama pandemik, ketika orang-orang sekarang lebih suka berbelanja dari rumah ketimbang harus datang ke gerai ataupun toko konvensional.
Tapi sebenarnya, mengubah bisnis offline menjadi bisnis online ini enggak terlalu rumit kok. Hanya saja, kita harus siap untuk bergaul dengan teknologi yang sekarang sudah canggih. Bagi pemilik bisnis yang termasuk milenial, ini mudah saja sih. Tapi buat generasi sebelumnya–generasi X dan generasi Y awal, yang sekarang masih produktif–mungkin perlu adaptasi yang lumayan juga.
Untuk memudahkan, berikut ada 5 checklist yang bisa disiapkan jika pengin mengonversi bisnis offline menjadi bisnis online.
5 Hal yang Harus Disiapkan untuk Mengubah Bisnis Offline Menjadi Bisnis Online
1. Buat rencana bisnisnya
Yes, rencana bisnis adalah koentji. Termasuk di dalamnya adalah rencana keuangan bisnis. Untuk membuat rencana yang realistis dan komprehensif, maka kita perlu membuat tujuan terlebih dulu. Tujuannya juga harus realistis dan jelas, nggak boleh ngambang bin abstrak.
Sama kayak konsep #TujuanLoApa di pengelolaan keuangan pribadi. Bedanya, pada “tujuan bisnis” ini kita harus meletakkan target-target bisnis online dalam beberapa waktu ke depan.
Misalnya saja, satu bulan ke depan, harus sudah punya akun di setiap media sosial yang ada; dari mulai Facebook Page, Instagram, kalau perlu sampai TikTok. Tiga bulan ke depan, punya lapak di semua marketplace terkenal. Enam bulan ke depan, sudah bisa bekerja sama dengan beberapa ecommerce terkenal. Satu tahun ke depan, sudah punya website ecommerce sendiri.
Nah, sesuaikan dengan kemampuan ya, dan pertimbangkan sumber daya yang ada.
2. Siapkan modalnya
Sudah punya rencana dan tujuan bisnis, maka siapkan modalnya juga. Bagaimanapun, “hukum alam” berdagang berlaku, ada usaha ada modal tentu akan ada hasil.
Memang untuk menjalankan bisnis online cenderungnya enggak butuh modal sebesar kalau kita hendak membuat bisnis offline yang butuh tempat fisik. Tetapi, yang namanya modal tetap diperlukan. Bahkan semisal kita menjadi dropshipper atau reseller pun, juga butuh modal kok, meski tipis. Kan butuh kuota buat internetan, butuh beli handphone yang mumpuni, dan seterusnya juga?
Jadi, meski mungkin sambil jalan, modal bisnis tetap harus disiapkan.
3. Manfaatkan media sosial dan marketplace
Sebenarnya di era teknologi maju ini, kita sebagai pebisnis sudah banyak diuntungkan dengan berkembangnya berbagai hal loh. Mau survei pasar, bisa dilakukan online. Mau mencari vendor, juga bisa online. Mau jualan, juga online.
Yang namanya media sosial dan marketplace bisa banget kita manfaatkan sebagai titik tolak untuk memulai bisnis online kecil-kecilan. Seiring waktu kita bisa merambah ke platform lain.
O iya, jangan lupa juga untuk mempertimbangkan kemungkinan bekerja sama dengan platform ojek online ya! Ini perlu banget, terutama jika bisnis kita adalah bisnis kuliner nih.
4. Siapkan berbagai model payment dan ekspedisi
Semakin banyak pelanggan, semakin banyak pula keinginan dan aspirasi yang harus ditampung. Biasanya yang menjadi permasalahan adalah pembayaran dan pengiriman barang.
Pertimbangkan untuk mempunyai berbagai opsi model payment, mulai dari COD, transfer, kartu kredit, dompet digital, melalui gerai minimarket, sampai virtual account dan paylater. Begitu juga dengan pengiriman barang; pertimbangkan untuk menyediakan banyak pilihan, mulai dari kurir reguler, ojek online, sampai COD juga.
Semakin banyak pilihan, semakin leluasa pelanggan memilih, semakin suka mereka akan servis kita. Tentu saja, ini akan membuka peluang bisnis online kita berkembang lebih baik lagi.
5. Integrasikan dengan offline
Bukan berarti kita kemudian harus menutup gerai offline kita, jika memang ada. Kadang gerai offline juga diperlukan, untuk melayani pelanggan yang lebih suka mampir ke toko fisik dan memilih sendiri produk yang mereka inginkan. Apalagi jika mereka pelanggan baru.
Tetapi, ada baiknya kita juga mengintegrasikan teknologi ke gerai offline kita itu. Misalnya, menyediakan berbagai gerbang pembayaran online juga di situ, tinggal scan QR code, lalu terhubung ke dompet digital. Sediakan pula berbagai alternatif lain, seperti pembayaran dengan kartu debit dan kartu kredit, dan lain-lain.
Of course, untuk berbagai fasilitas itu, kita akan perlu biaya dan modal. Masukkan dalam rencana bisnis, dan realisasikan satu per satu.
So, gimana nih? Siap untuk memulai bisnis online di masa new normal? Good luck ya!
Bersiap juga untuk selalu update berita dan berbagai fitur teknologi terbaru, supaya enggak ketinggalan memanfaatkan apa yang ada. Bersiap juga untuk mengelola keuangan bisnis sebaik mungkin, yang terpisah dari keuangan pribadi.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Gaya Hidup Minimalis: Cocok untuk New Normal?
Ada banyak penyesuaian yang harus kita lakukan, baik selama ataupun setelah masa pandemi. Salah satu di antaranya adalah penyesuaian keuangan. Mengingat kondisi ekonomi yang mungkin tidak akan segera pulih dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, sepertinya kita memang perlu punya kebiasaan dan gaya hidup baru–yang lebih baik pastinya. Pernah dengar tentang gaya hidup minimalis?
Pernahkah kamu membaca buku Fumio Sasaki, Goodbye, Things? Memang, orang Jepang terkenal akan gaya hidup minimalisnya. Sudah tahu tentang metode KonMari kan? Sebuah metode decluttering rumah yang diperkenalkan oleh Marie Kondo. Metode decluttering ini jadi ngehits di seantero dunia. Dan, kemudian disusul oleh Fumio Sasaki yang memperkenalkan dan membahas gaya hidup minimalis ini secara mendalam.
Baik buku The Life-Changing Magic of Tidying Up dan Goodbye, Things memiliki inti bahasan yang sama: bahwa sebenarnya untuk hidup itu, manusia hanya butuh sedikit barang saja.
Menarik? Sangat. Gaya hidup ini–enggak hanya akan memengaruhi segala segi psikologis kita dalam menjalani hidup–tetapi jelas, bakalan sangat memengaruhi keuangan kita. Karena dengan gaya hidup minimalis ini, kita jadi belajar untuk menghargai setiap value dari barang yang kita miliki dan uang yang sudah kita keluarkan.
So, buat kamu yang punya gaya hidup khilaf, ini beberapa hal “menyenangkan” tentang gaya hidup minimalis yang mungkin bisa mengubah mindsetmu selama ini.
5 Prinsip Gaya Hidup Minimalis
1. Rumah bukan museum
Banyak dari kita yang suka menyimpan dan menumpuk barang di rumah hanya karena nilai historisnya.
Coba sekarang kamu lihat di sekelilingmu. Apakah barang-barang yang kamu miliki sekarang benar-benar kamu pakai, ataukah kamu miliki hanya karena ada cerita di baliknya? Kelompokkan dalam grup terpisah, berapa banyak yang memang masih berfungsi, dan berapa banyak yang sekadar jadi barang kenangan?
Rumah jadi museum, akhirnya. Museum barang mantan? Aduh! Buat apa?
Fumio Sasaki sebenarnya menawarkan, zaman sekarang, simpanlah kenangan dan histori dalam bentuk digital. Foto, lalu simpan di laptop atau handphone. Kalau mau, ya posting saja di Instagram. Beri caption ceritanya sekalian. Ada banyak cara untuk menyimpan kenangan, tetapi bukan dalam bentuk barang.
Hanya simpan barang-barang yang kamu gunakan, berfungsi dengan baik, dan bermanfaat secara total. Selebihnya, singkirkan. Seperti misalnya:
- Barang yang tidak membangkitkan minat untuk memakainya
- Barang yang tidak memberikan kebahagiaan ketika dilihat
- Barang yang sudah setahun menganggur
- Barang yang dibeli hanya demi citra diri atau gengsi
- Barang yang bahkan kamu sendiri sudah lupa untuk apa dulu dibeli
- Barang yang menimbulkan “kebisingan” visual
- Barang yang mubazir
2. Bedakan kebutuhan dengan keinginan
Ini sesuai betul dengan prinsip pengelolaan keuangan, bahwa keinginan itu berbeda dengan kebutuhan.
Iphone seri terbaru sudah rilis; pengin atau butuh? Beli sepeda yang keren buat bike to work; pengin atau butuh? Food processor; pengin atau butuh? Robot vacuum cleaner; pengin atau butuh?
Kalau dalam pertimbangannya memang butuh, hidup akan lebih mudah dengan adanya barang tersebut, hidup akan berubah menjadi lebih baik jika ada barang tersebut, ya enggak apa dibeli.
Namun, jika dalam pertimbangan ternyata kamu menemukan alternatif solusi lain yang lebih baik tanpa harus membeli, berarti itu hanyalah keinginan. Berhenti sampai di situ, dan moveon.
3. Tidak perlu membeli karena murah, tidak perlu mengambil karena gratis
Manusia itu pada dasarnya punya sifat “nggak mau rugi”. Dari sinilah kemudian ada penawaran diskon ini itu, promo anu onoh. Pun juga penawaran “beli satu gratis satu”.
Nggak mau rugi deh. Kalau bisa punya dua barang untuk harga satu barang, ya mumpung. Harus banget dibeli, besok Senin harga naik soalnya.
Hal ini juga yang bikin hidup jadi lebih complicated. So, untuk bisa menjalani gaya hidup minimalis–demi hidup ke depannya yang lebih baik–ada baiknya, kamu ubah mindset ini.
Sekali lagi, ini adalah sifat dasar manusia, jadi siapa pun enggak akan bisa menghindar dari pemikiran ini. Tetapi, jika kita sadar sedang memikirkannya, maka saat itu pula sebenarnya kita diberi kesempatan untuk menghilangkannya juga.
4. Ruang kosong memberi efek tenang dan fokus
Tahu enggak sih, bahwa ruang yang kosong itu sebenarnya memberikan efek lega, tenang, dan fokus untuk kita sebagai penghuninya?
Demikian juga di rumah. Jika rumah punya lebih banyak ruangan kosong, kita akan jauh lebih leluasa bergerak. Ruang kosong untuk dinikmati, enggak harus diisi.
Jadi, Fumio Sasaki memberikan saran, untuk menjalani gaya hidup minimalis dengan baik, biarkan ruang yang “tidak terpakai” untuk tetap kosong.
5. Sewa yang bisa disewa
Salah seorang teman yang sudah beberapa tahun punya gaya hidup minimalis (meskipun dia baru sadar sekarang, bahwa gaya hidup yang dianutnya adalah gaya hidup minimalis), menjalani hidupnya dari persewaan ke persewaan.
Punya anak bayi, butuh boks bayi, sewa saja. Anak bayinya tumbuh, butuh stroller, sewa saja. Sekarang bayinya sudah bisa diajak jalan-jalan, sewa carseat saja. Kebetulan, jadi tuan rumah untuk menjamu arisan keluarga, semua perkakas dan alat–mulai dari tambahan kursi, peralatan makan, bahkan mangkuk saji hidangan–sewa saja. Dia juga enggak punya mobil, hanya punya sepeda motor. Kalau pas butuh mobil, ya sewa saja.
Dulu teman-temannya ini menganggapnya sebagai “orang pelit”–tentu saja, dilontarkan sembari bercanda–tetapi sekarang kami sadar, bahwa ia penganut gaya hidup minimalis.
Nah, bagaimana denganmu? Di masa new normal yang membutuhkan penyesuaian gaya hidup, mungkin gaya hidup minimalis ini cocok untuk kamu pertimbangkan.
Milikilah barang yang benar-benar kamu gunakan, singkirkan barang yang sudah tidak fungsional atau hanya bernilai historis saja. Dengan demikian, hidupmu akan lebih fokus, pengelolaan keuangan pun menjadi lebih baik, dan akhirnya akan memengaruhi setiap aspek hidup.
Tertarik?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Bisnis Kecil Harus Survive di Masa Pandemi: Begini Cara Menghemat Pengeluaran
Separuh tahun 2020 sudah terlampaui. Cukup berat ya? Iya, semua gara-gara si virus corona yang datang nggak kira-kira. Selain bikin sakit, juga bikin terjepit karena ekonomi pun langsung melemah. Banyak bisnis yang terdampak, dari yang raksasa sampai ke bisnis kecil.
Buat para pemilik bisnis kecil, bertahan ya. Memang kita enggak tahu, sampai kapan masa pandemi ini bisa berakhir, tapi bertahan adalah satu-satunya langkah terbaik untuk saat ini.
Salah satu cara bertahan yang jitu adalah dengan menghemat pengeluaran. Sama saja dengan karyawan kantoran, pemilik bisnis kecil harus bisa cari akal untuk mengefektifkan penggunaan uang dan modal, supaya napas lebih panjang.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh pemilik bisnis kecil untuk hal ini. Mari kita lihat.
7 Langkah Penghematan yang Bisa Dilakukan oleh Pemilik Bisnis Kecil
1. Rapikan laporan keuangan
Yes, pertama, lakukan hal ini dulu: merapikan pembukuan. Karena dari sinilah, kita bisa melakukan review; bagian mana yang masih bisa diefektifkan lagi dan bagian mana yang sudah pas–sudah oke penggunaan uangnya.
Lagi pula, dengan membuat catatan keuangan yang rapi, di suatu masa nanti–jika memang diperlukan–laporan ini bisa kita gunakan untuk mengajukan kredit usaha kecil ke lembaga keuangan, seperti bank.
Jadi, yuk, yang belum punya laporan keuangan, segera dibuat. Yang masih belum rapi, yuk, rapikan. Laporan keuangan inilah yang membedakan, apakah kamu berdagang atau berbisnis.
2. Kurangi uang sewa
Ongkos sewa untuk kantor fisik itu lumayan menyerap dana loh. Jadi, coba pertimbangkan lagi deh, demi bisa mengefektifkan pengeluaran.
Bisa enggak kantornya dipindah ke rumah? Jika memang karyawan belum banyak, operasional juga belum masif, rumah bisa jadi alternatif kantor yang lebih baik. Tinggal diatur saja, supaya tetap bisa nyaman untuk semuanya.
Alternatif lain, menyewa coworking space. Enggak perlu terlalu mewah, yang penting bisa menampung meeting dan kerjaan sejumlah karyawan saja. Ini tentu enggak semahal jika harus menyewa rukan, bukan?
Alternatif lainnya lagi: punyai virtual office. Nah, ini lebih oke lagi, karena memanfaatkan teknologi.
So, pertimbangkan berbagai kemungkinan. Zaman sekarang, untuk berbisnis enggak harus punya kantor fisik kok.
3. Gunakan peralatan bekas
Jika memang butuh peralatan, atau mungkin furnitur, baru, cobalah untuk membeli bekas tetapi yang masih bagus kualitasnya.
Perusahaan-perusahaan besar banyak banget yang sering melakukan pembaruan terhadap alat-alat produksi atau furniturnya, meski masih bisa dioperasikan secara baik. Begitu juga dengan peralatan elektronik, misalnya printer, scanner, dan sebagainya. Kadang tak hanya dijual oleh perusahaan besar, tetapi ditawarkan juga oleh perorangan karena berbagai sebab.
So, pantau saja jika di daerah domisili kita ada tempat lelang barang bekas, atau mungkin bisa mencarinya juga via internet. Pastikan barang bekas yang hendak dibeli benar-benar masih bagus kondisinya ya.
4. Outsource
Tak hanya harus berkantor tetap, zaman sekarang juga sudah lazim bagi bisnis–termasuk bisnis kecil–untuk meminimalkan jumlah staf atau karyawan tetapnya. Banyak yang lebih suka merekrut freelancer, part timer, atau membuka lowongan magang.
Selain menjadikan pemilik bisnis kecil lebih leluasa untuk meminta kualitas kerja yang baik, hal ini juga bisa menekan biaya operasional.
Freelancer, misalnya. Dibayar jika pekerjaan mereka sudah benar-benar selesai dengan kualitas yang dikehendaki. Ketika tenaganya “tidak dibutuhkan”, maka pemilik bisnis–sebagai klien–boleh saja tidak membayarnya, bukan?
Begitu juga dengan magang. Memang kadang ada perusahaan yang menawarkan uang makan dan/atau uang transportasi, tetapi tentu jumlahnya tidak sebesar gaji karyawan tetap.
Kita bisa merekrut karyawan tetap untuk posisi-posisi yang sangat strategis. Untuk manajer operasional, misalnya. Atau akuntan.
5. Manfaatkan teknologi
Go paperless! Ini yang paling pertama harus dilakukan. Kurangi pemakaian kertas sampai seminimal mungkin. Pengeluaran untuk kertas-kertas ini termasuk salah satu biaya operasional yang cukup tinggi loh, untuk bisnis kecil.
Jadi, jika memang perlu, tawarkan untuk memberikan nota atau invoice secara paperless pada pelanggan. Misalnya melalui email, atau WhatsApp.
Begitu juga dengan pembayaran, cobalah untuk memiliki berbagai akun e-wallet agar memudahkan transaksi sehari-hari.
6. Kelola kredit dengan baik
Ini penting, dan sangat krusial untuk mengurangi pengeluaran, terutama soal denda dan bunga.
Saat kita enggak mengelola kredit bisnis kecil dengan baik, maka bisa terjadi penunggakan, yang pasti akan berujung denda. Begitu juga dengan bunga, yang sebenarnya sih sudah kita perhitungkan ketika kita mengajukan kredit pada awalnya.
Dengan pengelolaan kredit yang baik, denda bisa dihindari, dan mengurangi pula peluang munculnya bunga berbunga. Hal ini akan berpengaruh banyak pada pengeluaran bisnis kecil.
7. Perhitungkan biaya marketing dengan saksama
Biaya marketing kadang menempati alokasi proporsi yang cukup besar. Ya, karena ini komponen yang sangat penting jika kita pengin bisnis kecil kita berkembang. Betul?
Karena itu, pertimbangkan setiap keputusan yang berhubungan dengan promosi atau marketing. Memiliki prinsip “dengan biaya kecil untuk efek yang besar” itu bagus, asalkan bijak dalam mengambil keputusan.
Nah, semoga dengan beberapa langkah di atas, setiap bisnis kecil bisa survive di masa pandemi dan new normal ini ya. Jangan lupa untuk saling support, karena ya siapa lagi yang bisa saling mendukung kalau bukan kita-kita sendiri kan?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.