Manajemen Tanggal Tua: Trik Keuangan di Akhir Bulan
Siapa nih, yang segini hari sudah mengeluh tanggal tua? Yang pengin segera tanggal muda lagi?
Tanggal tua biasanya memang merujuk pada periode waktu menjelang akhir bulan, ketika gaji atau pendapatan bulanan sebagian besar telah digunakan untuk membayar tagihan rutin, seperti sewa, listrik, air, telepon, dan tagihan bulanan lainnya, dan juga untuk belanja ini itu.
Di tanggal segini tuh, biasanya sisa uang yang tersedia sudah lebih sedikit. Konon, banyak orang sudah mengalami cash flow kacau sehingga kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Iya apa iya? Apakah hal ini juga berlaku buat kamu?
Tenang. Makanya, manajemen keuangan yang baik pada saat tanggal tua menjadi sangat penting untuk menghindari masalah keuangan dan mengatur keuangan secara efektif hingga akhir bulan.
Berikut tip dan trik untuk menjalani tanggal tua hingga selamat sampai gajian lagi.
Tip dan Trik Manajemen Keuangan di Tanggal Tua
Cek kondisi
Yuk, yang pertama lakukan cek kondisi dulu. Yes, betul sekali: financial check up.
Lihat berapa sisa uang yang kamu miliki, kemudian perkirakan dengan lamanya kamu harus bertahan hingga tanggal gajian datang lagi. Jika memang mungkin, kamu bisa membuat jatah harian. Misalnya uangmu tinggal Rp200.000 di dompet, sementara tanggal gajian masih 5 hari lagi. Maka, saban harinya jatah kamu adalah Rp40.000-an.
Selanjutnya, kamu buat anggaran berdasarkan kondisimu.
Berburu potongan harga
Berburu potongan harga adalah salah satu trik keuangan yang efektif di akhir bulan.
Misalnya, banyak supermarket yang menawarkan diskon dan promo khusus di akhir bulan. Cari tahu promo apa yang sedang berlangsung di supermarket atau toko swalayan terdekat. Pastikan untuk memperhatikan syarat dan ketentuan promo sehingga kamu nggak kecele atau kecewa.
Selain itu, banyak aplikasi belanja online yang menawarkan voucher diskon di akhir bulan. So, kalau memang perlu membeli sesuatu, cek aplikasi belanja online seperti Shopee, Lazada, Tokopedia, dan Bukalapak untuk mencari voucher diskon yang sesuai dengan kebutuhanmu.
Beberapa merchant atau toko online juga menawarkan penawaran harga khusus di tanggal tua. Cari tahu toko atau merchant mana yang menawarkannya, dan manfaatkan penawaran tersebut untuk menghemat pengeluaran.
Namun ingat ya, kata kuncinya adalah sesuai kebutuhan. Kalau memang nggak butuh ya, jangan dibutuh-butuhin yang akhirnya malah bikin kamu mengeluarkan uang yang tidak semestinya keluar.
Berhemat di pos makanan
Pos makanan itu bisa dibilang sebagai pos esensial. Artinya, penting dan enggak boleh diutak-atik. Namun, uniknya, pos makanan itu juga yang paling fleksibel, artinya yang paling bisa disesuaikan banget dengan kondisi. Terutama kondisi di tanggal tua.
Misalnya saja, untuk berhemat, usahakan agar lebih banyak masak sendiri. Buatlah rencana menu secara mingguan, dan pastikan hanya membeli yang benar-benar akan dimasak.
Cari tahu toko atau pasar mana yang menawarkan bahan makanan murah dan sehat. Kalau mau beli buah, misalnya, maka belilah sesuai musimnya, karena biasanya harganya juga lebih murah.
Kamu juga bisa mengurangi makan di luar adalah salah satu cara termudah untuk menghemat uang di pos makanan. Cobalah untuk membawa bekal dari rumah saat bepergian atau bekerja, dan hindari makan di restoran atau warung makan. Selain itu, hindari juga membeli makanan di tempat-tempat yang harganya lebih mahal seperti pusat perbelanjaan atau bandara.
Mengatur pemakaian listrik dan air
Matikan peralatan elektronik saat tidak digunakan atau saat kamu meninggalkan ruangan. Terlihat sepele memang. Namun, dengan mematikan TV, AC, komputer, dan peralatan elektronik lainnya ketika tidak digunakan, kita memang bisa menghemat token di tanggal tua. Seenggaknya siapa tahu, beli tokennya bisa sampai setelah gajian lagi, tanpa gelap-gelapan.
Begitu juga dengan air. Dengan menghemat penggunaan air di rumah, maka dapat membantu menghemat tagihan air bulanan. Misalnya, perbaiki keran bocor dan periksa kembali pipa air di rumah untuk memastikan tidak ada kebocoran air.
Dengan mengatur pemakaian listrik dan air di rumah, kita enggak hanya bisa menghemat uang di tanggal tua, tetapi juga membantu melindungi lingkungan.
Manfaatkan recehan
Memanfaatkan uang receh dapat membantu menghemat uang di akhir bulan dan memanfaatkan uang yang sebelumnya mungkin terabaikan atau diabaikan.
Simpan uang receh kamu dalam wadah tabungan khusus. Sudah terbukti lo, bahwa recehan di celengan ini bisa banget menjadi “bala bantuan” di tanggal tua. So, kalau dapat kembalian-kembalian, coba deh mulai diurusi.
Kamu bisa menggunakan uang receh ini untuk membeli barang-barang kecil seperti permen, minuman, atau cilok. Lumayan kan?
Menunda beli barang yang nggak urgent
Jangan membeli barang-barang yang tidak urgent atau tidak diperlukan segera. Misalnya, jika kamu sedang dalam kondisi keuangan yang ketat, tunda dulu saja pembelian barang-barang seperti pakaian baru atau peralatan elektronik yang tidak terlalu penting.
Misalnya, jika kamu merasa bahwa kamu butuh pakaian baru, cobalah untuk memeriksa kembali lemarimu dan lihat apakah ada pakaian lain yang masih bisa digunakan. Pertimbangkan kembali apakah pembelian tersebut benar-benar penting atau apakah ada alternatif yang lebih murah atau lebih efektif.
Dengan menunda pembelian barang yang kurang penting, Anda dapat menghemat uang di akhir bulan dan mengatur keuangan secara efektif. Pastikan untuk mempertimbangkan kembali kebutuhan akan barang tertentu sebelum membelinya, dan jika perlu, menyisihkan uang dari penghasilan bulan depan untuk membeli barang tersebut.
Bijak berutang
Kalau lagi bokek, utang itu justru sangat menggoda. Betul enggak? Apalagi sekarang, berbagai fasilitas pinjaman sangat beragam, dan semuanya menawarkan “bunga ringan”. Mulai dari paylater, pinjol, KTA, kartu kredit, dan sebagainya.
Bagi sebagian orang, utang dianggap sebagai solusi atas ketiadaan uang. Nah, hati-hati karena ini adalah mindset yang salah. Utang boleh kita lakukan justru karena kita memiliki uang dan mampu mengembalikannya. Ingat kan, 3 syarat utang sehat?
So, utang bukan solusi kondisi keuangan tanggal tua ya, gaes!
Jadi kesimpulannya, dalam mengelola keuangan di tanggal tua, diperlukan kesadaran dan kedisiplinan dalam pengeluaran serta pembelanjaan uang. Dengan membuat anggaran, berburu potongan harga, berhemat di pos makanan, mengatur pemakaian listrik dan air, memanfaatkan uang receh, menunda pembelian barang yang nggak urgent, dan berutang dengan bijak, kita dapat mengelola keuangan di tanggal tua dengan lebih efektif dan menghindari krisis keuangan yang tak terduga.
Semoga tip dan trik yang telah dijabarkan di atas dapat membantumu dalam mengatur keuangan dan memperoleh kehidupan yang lebih stabil dan sejahtera. Ingatlah bahwa mengatur keuangan dengan baik adalah suatu hal yang penting dan bermanfaat bagi kehidupan kita di masa sekarang dan masa depan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Training untuk Supervisor: Pentingkah bagi Supervisor dalam Perusahaan untuk Mendapatkan Pelatihan Keuangan?
Sebagai bagian dari peningkatan kompetensi karyawan, training untuk supervisor juga diperlukan lo!
Supervisor sendiri merupakan salah satu bagian penting dalam struktur organisasi sebuah perusahaan. So, tak salah jika HR mengupayakan agar para supervisor meningkat kompetensinya, dan juga sejahtera. Salah satunya dengan memberikan training untuk supervisor sesuai dengan yang dibutuhkan.
Apa Sih Supervisor Itu?
Supervisor adalah posisi kerja yang bertanggung jawab untuk mengawasi dan mengarahkan kegiatan dari sekelompok karyawan yang ditempatkan di bawah pengawasannya. Supervisor memiliki tanggung jawab untuk mengkoordinasikan, mengevaluasi, dan mengawasi kinerja karyawan yang ditempatkan di bawah pengawasannya, serta menjamin bahwa tugas-tugas dan proyek dikerjakan sesuai dengan standar yang ditentukan.
Supervisor juga bertanggung jawab untuk memastikan bahwa karyawan yang ditempatkan di bawah pengawasannya memiliki sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan mereka dengan efektif dan efisien. Selain itu, mereka juga bertanggung jawab untuk memberikan dukungan kepada karyawan dan membantu mereka dalam mengatasi masalah yang dihadapi dalam pekerjaan.
Supervisor juga berperan sebagai “penyambung” komunikasi antara karyawan dan manajemen atasan. Dalam kasus tertentu, supervisor juga diperlukan perannya dalam perekrutan, pemeliharaan, dan pengembangan karyawan.
Secara keseluruhan, peran supervisor sangat penting dalam perkembangan bisnis karena dia bertanggung jawab untuk mengarahkan kinerja karyawan dan memastikan bahwa bisnis berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang diharapkan.
Training untuk Supervisor
Karena itu, adalah penting untuk memberikan training untuk supervisor yang sesuai, agar kompetensinya bisa terus meningkat sesuai perkembangan yang cepat terjadi.
Beberapa jenis pelatihan yang diperlukan untuk supervisor antara lain:
- Manajemen: mempelajari cara mengelola tim, menetapkan tujuan, dan menyelesaikan masalah.
- Komunikasi: belajar cara berkomunikasi efektif dengan bawahan, rekan kerja, dan atasan.
- Leadership: mempelajari cara menjadi pemimpin yang efektif dan mengembangkan kemampuan kepemimpinan.
- Mentoring: mempelajari cara mengembangkan dan melatih bawahan.
- Product knowledge: mempelajari keterampilan yang dibutuhkan untuk memahami produk atau industri tertentu.
- Kompetensi teknis: mempelajari keterampilan teknis yang diperlukan untuk posisi tersebut.
Selain 6 jenis training untuk supervisor di atas, training keuangan juga diperlukan lo!
Pentingnya Training untuk Supervisor soal Keuangan
Sebagai seorang supervisor, training keuangan juga akan sangat bermanfaat karena dapat memberikan kemampuan untuk mengelola anggaran, mengevaluasi laporan keuangan, dan mengambil keputusan keuangan yang tepat. Selain itu, training keuangan juga dapat membantu supervisor dalam mengelola risiko keuangan dan mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan efisiensi dan meningkatkan pendapatan.
Bisa dibilang, jika mengacu pada pentingnya financial training untuk 3 jenjang karier, training untuk supervisor dalam hal keuangan ini termasuk pada training keuangan untuk fase retain, yaitu fase ketika seorang karyawan sudah berada di level manajemen menengah dan mapan.
Namun, tergantung pada bidang industri yang dijalani, tidak semua supervisor harus mendapatkan training keuangan yang sama, tapi tentunya pelatihan tentang manajemen keuangan dasar sebagai dasar pemahaman sangat diperlukan. Terutama untuk mengelola keuangan pribadi.
Untuk lingkup kerja, keterampilan dan pengetahuan keuangan yang sebaiknya dimiliki oleh seorang supervisor meliputi:
- Pengelolaan anggaran: Kemampuan untuk mengelola anggaran perusahaan dengan baik dan mengidentifikasi peluang untuk menghemat biaya.
- Analisis keuangan: Kemampuan untuk menganalisis laporan keuangan dan mengambil keputusan keuangan yang tepat berdasarkan data yang tersedia.
- Pengelolaan risiko: Kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengelola risiko keuangan yang mungkin dihadapi oleh perusahaan.
- Pemahaman tentang perpajakan: Kemampuan untuk memahami peraturan perpajakan dan cara mengelola pajak perusahaan.
- Pemahaman tentang akuntansi: Kemampuan untuk memahami prinsip-prinsip akuntansi dan cara mengelola laporan keuangan.
- Kepemimpinan keuangan: Kemampuan untuk menjadi pemimpin yang efektif dalam mengelola aspek keuangan dalam perusahaan
Itu dia beberapa keterampilan keuangan yang sebaiknya dimiliki oleh seorang supervisor, namun tingkat kebutuhan akan keterampilan ini akan berbeda tergantung pada bidang industri yang dijalani.
Cara bagi Supervisor untuk Meningkatkan Keterampilan dan Pengetahuan Keuangan
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh seorang supervisor untuk mendapatkan keterampilan keuangan yang diperlukan, di antaranya:
Membaca atau menonton video
Banyak sumber bacaan yang kini bisa didapatkan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan keuangan, termasuk untuk supervisor. Mulai dari buku-buku keuangan, atau membaca-baca artikel online. Media sosial pun kini menyediakan banyak bahan belajar keuangan yang begitu beragam, mulai dari Instagram, YouTube, sampai TikTok.
Training keuangan
Perusahaan dapat memberikan sebuah training keuangan untuk supervisor, dengan topik atau tema tertentu sesuai dengan kebutuhan. Bisa mulai dari cara mengelola cash flow, membuat tujuan keuangan, mengenali berbagai produk keuangan yang bisa dimanfaatkan, cara berinvestasi, dan sebagainya.
Dalam training keuangan, supervisor bisa mendapatkan mentoring langsung dari trainer yang berpengalaman untuk memberikan dukungan dan memberikan pemahaman yang lebih baik.
Praktik
Yah, apa artinya belajar tanpa praktik, bukan? Justru, pelajaran terbaik memang kadang didapatkan dari pengalaman. Karena itu, perusahaan juga ada baiknya mendorong supervisor untuk mempraktikkan ilmu-ilmu keuangan yang sudah didapatkan dalam kehidupan sehari-harinya.
Apalagi jika ilmu keuangan tersebut ada kaitannya dengan pekerjaan, ada baiknya juga langsung diimplementasikan agar kemudian bisa memberikan dampak yang baik untuk bisnis perusahaan.
Itu dia beberapa hal mengenai training untuk supervisor yang diperlukan, baik untuk meningkatkan kompetensinya maupun membantunya untuk lebih sejahtera secara keuangan. Semua itu dapat dilakukan secara berkesinambungan untuk memperoleh hasil yang optimal.
Jangan khawatir, untuk keperluan training untuk supervisor dalam hal keuangan, QM Financial dapat membantu kok.
Jika kantor kamu pengin mengundang tim QM Financial untuk belajar finansial bareng, kamu bisa langsung menghubungi ini ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Training Keuangan bagi First Jobbers: Ini Dia 5 Alasan Pentingnya
Training keuangan merupakan salah satu jenis training penting yang sebaiknya diberikan oleh pihak human resource perusahaan yang perhatian terhadap kesejahteraan karyawannya. Nggak hanya pada mereka yang sudah bertahun-tahun mengabdi di perusahaan, tetapi juga bagi mereka yang baru saja bergabung terutama yang masih first jobbers.
First jobbers adalah sebutan bagi mereka yang baru saja menapakkan kaki di dunia kerja yang qeras ini, lantaran baru lulus dari kuliah. Masih kinyis-kinyis, gitu katanya. Hal yang sering dirasakan pada fase ini biasanya adalah pengin buru-buru mandiri dan mendapatkan penghasilan sendiri.
Karena itu, keterampilan untuk manajemen keuangan seharusnya sudah mulai dipelajari dan didalami. Gaji mungkin memang belum terlalu besar, tapi jangan salah, justru di sinilah garis start untuk mulai mengelola keuangan dengan benar.
Kamu bisa saja belajar keuangan sendiri, tetapi akan lebih komprehensif jika diberikan oleh perusahaan sesuai dengan jenjang kariermu. Saat pada fase recruit ini, kamu perlu membangun kebiasaan keuangan yang baik. Nanti setelah beberapa tahun kamu bekerja, fasenya akan berbeda lagi, dan perlu kembali mendapatkan training keuangan. Nah, saat menjelang pensiun, sebagai karyawan, kamu juga membutuhkan training keuangan sekali lagi, demi menyiapkan diri menghadapi masa pensiun yang sudah dekat.
Tapi, mengapa fase recruit ini penting untuk mendapatkan training keuangan? Kan gaji juga belum besar, bisalah diatur sendiri. Eits, jangan salah. Training keuangan itu bakalan dibutuhkan banget untuk first jobber. Ini dia alasan-alasannya.
Alasan Mengapa First Jobber Butuh Training Keuangan
1. Punya kebiasaan keuangan yang baik sejak dini
Faktanya, tak banyak orang yang memiliki keterampilan mengelola keuangan yang baik di masa mudanya. Apalagi, soal keuangan ini memang tak pernah diajarkan di bangku sekolah maupun kuliah.
Oleh orang tua kita? Biasanya yang diajarkan adalah kebiasaan menabung, tetapi jarang banget kita belajar bagaimana belanja dengan bijak sejak kecil. Betul? Padahal pada aktivitas belanja ini yang seharusnya kita fokus untuk belajar, biar enggak jor-joran.
Apalagi di fase entry level, ketika kita baru saja mandiri dan bisa mendapatkan penghasilan sendiri. Perasaan jadi kayak mau balas dendam, betul?
Di sinilah kita perlu training keuangan, yang dapat melatih kita untuk terbiasa belanja dengan bijak agar tak membahayakan cash flow keuangan kita. Gaji harus dikelola dengan baik, supaya bisa dipakai sampai gajian lagi berikutnya.
2. Dapat segera menentukan tujuan keuangan
Di masa-masa fase awal, para first jobber biasanya juga belum tahu bahwa memiliki tujuan keuangan itu penting. Apalagi yang jangka panjang seperti pensiun. Baru saja dapat kerjaan, masa sih sudah mikirin pensiun? Gitu mungkin ya?
Padahal, justru saat baru mulai bekerja inilah, saat yang tepat untuk mulai membuat rencana pensiun, kalau kamu memang mau nanti ingin menjalani masa pensiun yang mandiri dan sejahtera.
Hal yang sama juga berlaku untuk berbagai tujuan keuangan penting lainnya. Pasalnya, menentukan tujuan keuangan itu sama dengan kita membuat tujuan hidup. Pertanyaannya tak pernah lepas dari: mau hidup seperti apa nanti? Pengin mencapai apa saja nanti? All about dreams and achievement!
Kalau nggak segera direncanakan melalui training keuangan, terus kapan lagi?
3. Nggak sembarangan berutang
Utang biasanya juga jadi jebakan betmen, apalagi bagi seorang first jobber yang baru saja pegang kartu kredit. Belum lagi dengan berbagai tawaran pinjol dan paylater yang belakangan berkembang secara luar biasa. Ditambah dengan belum bijak dalam belanja, jadi deh, perilaku konsumtif dipelihara. Dengan tambahan beban cicilan utang.
Tanpa training keuangan yang komprehensif, mengambil pinjaman dana alias utang bisa jadi sandungan besar dalam arus kas keuangan buat first jobber. Akibatnya ya jadi kebiasaan keuangan yang kurang baik ke depannya.
4. Bisa memilih proteksi dengan baik
First jobber itu biasanya kan masih lajang, masa sudah butuh asuransi? Eits, jangan salah loh! Kalau kamu adalah first jobber adalah sandwich generation, yang menjadi tulang punggung keluarga besarmu, maka kamu akan butuh asuransi jiwa sekarang juga.
Di samping itu, kamu juga butuh proteksi kesehatan. Memang sih, perusahaan-perusahaan sudah diwajibkan oleh pemerintah untuk mengikutsertakan karyawannya dalam BPJS Kesehatan. Akan tetapi, tentu ini mesti disesuaikan dengan kebutuhan.
Kalau kamu adalah sandwich generation, maka kamu juga perlu mempertimbangkan untuk memberikan asuransi kesehatan untuk seluruh keluargamu. Ini adalah hal yang tidak akan terpikirkan kalau tidak melalui training keuangan yang komprehensif.
5. Segera punya tabungan dan investasi
Belanja teros … Bayar pakai kartu kredit dan paylater teros, tanpa bisa mengendalikan diri, atas nama healing dan self reward. Sampai-sampai tak pernah punya tabungan, apalagi investasi.
Lagu lama? Betul. Bisa jadi akan selalu ada first jobber yang punya masalah seperti ini, karena belum mendapatkan training keuangan yang pas dari kantor tempatnya bekerja.
Atau bisa jadi, nggak punya tabungan dan investasi, karena semua uang yang didapatkan langsung dipakai untuk kebutuhan keluarga besar.
Hal ini bisa kamu cari solusi, jika kamu memiliki keterampilan pengelolaan keuangan yang baik. Untuk itulah, training keuangan diperlukan.
Nah, itu dia beberapa alasan mengapa first jobber membutuhkan training keuangan yang komprehensif.
Kesemua hal tersebut bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Wahai Pekerja Remote, Perhatikan 5 Hal Tentang Manajemen Keuangan Ini Supaya Nggak Bobol Dompet Sebelum Invoice Cair Lagi
Setelah mempersiapkan diri untuk kerja remote, mungkin sekarang kita benar-benar berniat untuk mengganti status karyawan kantoran tetap kita menjadi seorang pekerja remote.
Jangan hanya senang karena ini berarti kesempatan untuk santai-santai tapi digaji besar saja. Sebagai pekerja remote, kita akan banyak sekali menghadapi tantangan ke depannya. Beberapa tantangan terbesar bagi seorang pekerja remote adalah soal manajemen diri dan manajemen keuangan pribadi.
Manajemen diri, ini soal mendisiplinkan diri sendiri serta tentang sampai seberapa besarkah tanggung jawab kita terhadap pekerjaan. Tidak berhadapan langsung dengan bos, tidak adanya HR yang mengawasi ketat, plus tanpa tandem dengan rekan-rekan kerja yang lain secara real, bisa membuat para pekerja remote lengah. Akibatnya, ya boro-boro bisa sukses, menyelesaikan tugas aja susah.
Manajemen keuangan, yah, ini sih jelas. Untuk pekerja remote yang menerima gaji tetap, hal ini tak menjadi masalah yang terlalu besar. Trik manajemen keuangannya kurang lebih ya sama dengan karyawan tetap yang lain. Namun, sebagian pekerja remote tidak diupah secara tetap per bulannya melainkan berdasarkan hasil kerja mereka. Alhasil, kadang ya dapat uang banyak, kadang hanya sedikit. Pemasukan jadi nggak teratur, tapi pengeluarannya rutin–ada terus. Bagaimana caranya survive sampai invoice berikutnya cair, meski upah bulan ini minim? Nah, ini PR banget nih.
Memang tak seperti karyawan tetap, upah para pekerja remote kadang berbanding lurus dengan hasil kerja yang diselesaikan. Kerjaan banyak, ya dapat upah banyak. Kerjaan sedikit, ya minim pula dapatnya.
Karena itu, coba lakukan beberapa hal berikut terkait manajemen diri dan manajemen keuangan untuk pekerja remote yang ingin selalu bisa produktif biar pundi-pundinya terisi terus.
5 Hal tentang Manajemen Keuangan untuk Pekerja Remote
1. Perhatikan kontrak kerja
Hal yang rumit–yang muncul belakangan–biasanya berawal dari kontrak kerja. Entah itu kontrak kerja yang memang harus selalu rumit, ataukah kita (para pekerja) ini yang selalu gagal paham?
Banyak dari pekerja–tak hanya pekerja remote–yang kadang skip saja membaca kontrak kerja, padahal ada banyak poin penting di dalamnya yang harus dipahami. Misalnya, berapa upah yang jelas dibawa pulang? Kapan upah diberikan? Ada sanksi apa saja kalau melanggar peraturan? Apa wewenang dan tugas kita? Bagaimana dengan berbagai tunjangan yang seharusnya diberikan oleh perusahaan? Apa saja fasilitas yang bisa kita terima? Kapan kita boleh cuti? Apakah akan bekerja 24/7? Dan sebagainya.
Ini penting untuk diketahui di awal, agar kita dapat menyusun agenda sehari-hari dan menentukan target harian pribadi.
So, semua harus jelas di awal, jadi bacalah kontrak kerja dengan saksama. Tanyakan segera pada pihak perusahaan jika ada hal-hal yang kurang jelas atau kurang paham.
2. Buat rekening terpisah
Buat rekening terpisah untuk menerima upah sebagai pekerja remote. Hal ini penting agar kita jadi tahu pemasukan kita setiap bulannya, tanpa tercampur dengan yang lain. Apalagi jika kita adalah pekerja remote untuk beberapa perusahaan sekaligus.
Ingat, pemasukan boleh saja nggak sama setiap bulan, tetapi pengeluaran harus dibuat rutin.
Dengan mempunyai rekening terpisah, kita jadi tahu rata-rata pendapatan kita per bulannya berapa, sehingga bisa membandingkannya dengan pengeluaran rutin kita. Dengan mengetahui rata-rata pendapatan yang sudah dibandingkan dengan pengeluaran, maka kita bisa mengambil “gaji” yang rutin setiap bulan juga, berdasarkan perhitungan rata-rata tersebut.
Dengan demikian, kita pun bisa mengendalikan keuangan kita. Nggak jajan melulu saat upahnya lagi lancar, terus puasa saat paceklik.
3. Jangan kebanyakan kerja di kafe
Enggak tahu kenapa, selalu saja ada yang menganggap bahwa pekerja remote itu kerjanya enak, karena nggak harus di kantor. Bisa di kafe atau di mal, sambil ngopi-ngopi ganteng dan cantik.
Kenyataannya, ngopi di kafe itu butuh setidaknya Rp50.000 setiap siang. Iya, siang aja, karena juga nggak bakalan seharian di kafe untuk kerja. Itu kan harga secangkir kopi aja. Kalaupun bakalan lama di situ, enggak bakalan cukup juga cuma jajan lima puluh ribu. Pasti nambah, kan pengin sambil ngemil juga kan? Kalau perlu, makan siang sekalian di situ deh.
Sekarang, satu siang minimal Rp50.000, lalu kita bekerja 5 hari kerja. Seminggu kerja di kafe sudah minimal Rp250.000. Sebulan? Sekali lagi, itu baru satu siang. Apa kabar pagi dan malemnya? Memang nggak makan sama sekali? Terus transportnya ke kafe? Endebre, endebre.
Tekor, gan!
So, hilangkan kesan ini di kepala dulu deh. Kerja secara remote itu nggak harus di kafe, di mal, di food court. Jangan malah terfokus pada image kerja di kafe, malah melupakan esensi sebenarnya dari kerja remote.
4. Perhatikan tenggat
Untuk pekerja remote di sektor tertentu, kadang mengerjakan tugas dan menyelesaikannya sebelum deadline akan jauh lebih menguntungkan. Mengapa? Karena semakin banyak pekerjaan diselesaikan, semakin banyak pula upahnya.
Namun, bagi yang diupah tidak berdasarkan hasil kerja, tenggat tetap penting. Bisa saja pekerjaan kita ditunggu oleh rekan lain (yang mungkin lokasi kerjanya juga berbeda) untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Tanpa output dari kita, mereka nggak bisa kerja. Nah, di sini pentingnya rasa tanggung jawab terhadap tenggat dan tugas.
5. Tetap menabung dan investasi
Yep, ini penting. Sudah punya rekening terpisah, sudah punya “gaji” tetap, lalu jangan lupa untuk sisihkan di awal demi tabungan dan investasi.
Ini juga tergantung kebijakan masing-masing perusahaan sih, jadi silakan dicek juga dalam kontrak kerja. Apakah pekerja remote diikutkan dalam program dana pensiun yang dibuat oleh perusahaan? Jika tidak, maka kita harus membuat sendiri. Bisa ikut program Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua BPJS Ketenagakerjaan secara mandiri, atau mungkin mau ikut program dana pensiun yang lain. Pertimbangkan dan kemudian putuskan sesuai kenyamanan dan tujuan keuangan kita.
Tambah juga dengan investasi, bisa reksa dana ataupun saham. Ikuti kelas-kelas finansial online di QM Financial agar dapat merencanakan masa depan yang lebih terjamin. Banyak banget pilihan kelasnya, bisa dipilih sesuai kebutuhan.
Memang sekilas, pekerja remote itu kerjanya enak. Nggak diawasin, yang penting beres. Bisa kerja di mana aja, yang penting nyaman. Tapi hal-hal mengenakkan bisa bikin kita kepayang kalau enggak punya manajemen diri yang baik.
Selamat bekerja!