Contoh Literasi Keuangan Paling Sederhana yang Perlu Kamu Tahu
Tahukah kamu seberapa penting peran literasi keuangan dalam kehidupan sehari-hari? Memahami literasi keuangan sama pentingnya dengan menerapkan perencanaan keuangan. Contoh literasi keuangan yang paling mudah ditemukan misalnya ketika seseorang mampu membedakan mana kebutuhan dan keinginan dalam mengelola finansial.
Memang ada bedanya? Keduanya jelas berbeda. Kebutuhan merupakan berbagai hal yang harus diprioritaskan dan tidak dapat ditunda. Sementara keinginan datang dari hasrat dan nafsu konsumtif kita semata.
Meski terlihat sepele, jika memahami konsep dasar contoh literasi keuangan tersebut, kamu dapat mengubah cara pandang dalam mengelola keuangan. Singkatnya, begitulah literasi keuangan bekerja.
Namun, dampak dari pemahaman literasi keuangan oleh seseorang bisa begitu signifikan. Ketika satu individu menyadarinya, maka ini dapat menciptakan reaksi berantai dan menciptakan kesadaran di antara teman, keluarga, kolega, tetangga, hingga klien.

Lantas, apa itu literasi keuangan?
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengartikan literasi keuangan sebagai proses individu dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan dalam mengelola keuangan dengan baik.
Dengan kata lain, literasi keuangan merupakan kemampuan untuk memahami produk dan konsep yang dibutuhkan untuk mengelola keuangan. Tujuan di balik memahami literasi keuangan adalah untuk membantu orang mengembangkan pemahaman tentang konsep keuangan dasar agar dapat menangani uang dengan lebih baik.
Kita tahu, sangat penting untuk mewujudkan tujuan jangka panjang seperti pendidikan anak, membeli rumah, atau pensiun. Tak hanya itu, literasi keuangan juga mencakup pemahaman yang baik soal dana darurat, asuransi, dan perencanaan perumahan.
Dengan kesadaran akan pentingnya literasi keuangan, maka datanglah perencanaan, tujuan keuangan, dan strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Selain itu, literasi keuangan membuka pintu ke pendapatan pasif, pembuatan anggaran, pengurangan strategi pengeluaran, investasi yang rajin, dan risiko minimalisasi kredit.
Mengapa Literasi Keuangan Penting?
Kurangnya literasi keuangan dapat menyebabkan sejumlah jebakan, seperti akumulasi beban utang yang tidak berkelanjutan, baik melalui keputusan pengeluaran yang buruk atau kurangnya persiapan jangka panjang. Ini, pada gilirannya, dapat menyebabkan kredit yang buruk, kebangkrutan, penyitaan perumahan, atau konsekuensi negatif lainnya.
Lalu, bagaimana cara kita meningkatkan literasi keuangan? Untuk meningkatkan pengetahuan keuangan, kamu dapat memulainya dengan membaca majalah dan surat kabar keuangan. Saat ini pun, banyak kursus online jangka pendek khusus di bidang keuangan, kayak FCOS punya QM Financial. Kamu juga bisa membaca artikel keuangan seperti yang ada di web QM Financial ini. Belum lagi berbagai jenis konten lainnya, seperti nonton YouTube, dengerin podcast, dan sebagainya, yang bisa free kamu lakukan.

Tingkat Literasi Keuangan
OJK memberikan 4 tingkatan dalam literasi keuangan untuk mengukur tingkat pemahaman seseorang terkait hal tersebut. Berikut ini 4 tingkat literasi keuangan yang perlu diketahui:
1. Well Literate
Seseorang yang berada di tingkat ini artinya pengetahuan dan keyakinan terkait berbagai produk dan jasa keuangannya sudah cukup kuat. Bahkan, individu di tingkat ini memahami dan menerapkan fitur, manfaat, risiko, hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan dengan baik.
2. Sufficient Literate
Di tingkat ini, seseorang telah disebut memiliki pengetahuan dan keyakinan terkait lembaga jasa keuangan termasuk produk dan jasa keuangan yang ditawarkan. Dalam hal ini, dia juga memahami fitur, manfaat risiko, hak, dan kewajiban terkait produk tersebut namun belum benar-benar menerapkannya.
3. Less Literate
Seseorang di tingkat ini hanya memiliki pengetahuan terkait lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa keuangan saja. Tanpa mengetahui apa saja fitur hingga manfaat yang dapat diperolehnya.
4. Not Literate
Seseorang di tingkat ini masih belum menyadari pentingnya pengetahuan terkait lembaga jasa keuangan termasuk produk dan jasanya. Mereka tidak memahami apalagi menggunakan keterampilan dalam memanfaatkan berbagai produk dan jasa keuangan.

Contoh Literasi Keuangan
Nah, supaya jelas, mari kita lihat satu contoh literasi keuangan yang paling sederhana. Mari kita asumsikan bahwa Meri dan Reni menghasilkan Rp7.000.000 setiap bulan. Meri merupakan seseorang yang berada di tingkat well literate (melek finansial). Oleh karena itu, dia mengalokasikan gajinya sebagai berikut:
Pengeluaran = Rp3.800.000
Berinvestasi dalam reksa dana = Rp1.000.000
Dana darurat = Rp600.000
Rekening tabungan = Rp800.000
Pada akhir tahun, Meri menginvestasikan Rp1.200.000 dalam reksa dana, dan Rp960.000 ke dalam rekening tabungannya. Rata-rata, total apresiasi uang dalam reksa dana adalah 13%, yaitu Rp1.600.000 dan rekening tabungan menghasilkan bunga Rp360.000.
Reni, di sisi lain, tidak memiliki pengetahuan keuangan yang baik, sehingga dia pun menghabiskan secara impulsif dan tanpa perencanaan apa pun. Dia meninggalkan sisanya di rekening gajinya. Akibatnya, Reni menghabiskan uang untuk barang-barang yang tidak perlu dan kehabisan uang tunai dalam waktu singkat.
Intinya, literasi keuangan adalah pengetahuan tentang bagaimana membuat keputusan cerdas dengan uang. Ini termasuk menyiapkan anggaran, mengetahui berapa banyak yang harus ditabung, memutuskan persyaratan pinjaman yang menguntungkan, memahami dampak terhadap kredit, hingga membuat perencanaan untuk pensiun. Keterampilan ini membantu individu membuat keputusan yang lebih cerdas dan bertindak lebih bertanggung jawab dengan keuangan pribadi mereka.
Nah, sudah jelas ya tentang contoh literasi keuangan ini? Gimana, kamu terwakilkan oleh Meri atau Reni nih?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Ini Cara Main Saham yang Sesuai untuk Pemula, Bikin Nggak Takut Rugi!
Punya banyak mau? Ya, biasalah ya. Namanya juga manusia. Yang penting, rencana keuangan harus komprehensif, meliputi tujuan dan instrumen yang bisa dimanfaatkan untuk mencapai tujuan tersebut. Nah, salah satu cara untuk mempercepat proses mencapai tujuan adalah kalau kamu tahu cara main saham yang benar.
Tapi kan, cara main saham itu berisiko! Takut rugi!
Ingat berita tentang seorang penjaga sekolah yang uang simpanannya untuk umrah habis dimakan rayap karena disimpan di celengan kan? Yah, memang, yang namanya menyimpan uang akan selalu ada risikonya. Yang menyimpan uang di celengan saja ada risikonya. Apalagi investasi.
Namun, risiko bisa dikelola. Kalau pengelolaannya baik, cara investasi—yang salah satunya dengan cara main saham—akan memberikan keuntungan yang optimal, sehingga memungkinkan kita mencapai tujuan keuangan dengan sukses dan lebih cepat.
Hal ini memang kudu dipahami betul, begitu kamu mulai belajar literasi keuangan.
Memangnya kenapa sih dengan menabung saja? Mengapa harus investasi?
Karena menabung saja enggak cukup. Ada inflasi, ada kenaikan harga ini itu, ada kebutuhan lain juga yang perlu dipenuhi. Semua itu harus “dilawan” dengan instrumen yang bisa memberikan imbal di atasnya.
So, saham ini memang hanya salah satu instrumen. Kamu punya berbagai jenis pilihan yang lain, tapi di artikel kali ini kita akan membahas mengenai cara main saham yang benar, agar kamu tak perlu takut rugi.

Keuntungan dan Risiko Cara Main Saham
Sebelum ke tip dan trik cara main saham yang baik dan benar, yuk, pahami dulu apa saja keuntungan dan risiko investasi saham. Keuntungan di sini akan memberimu motivasi untuk bisa berinvestasi secara konsisten, sementara risiko perlu dipahami agar bisa dikelola dengan baik sehingga bisa menekan peluangnya hingga seminimal mungkin.
So, ini dia keuntungan dan risiko yang harus siap dihadapi kalau kamu mau tahu cara main saham yang benar.
Dividen
Dividen adalah salah satu keuntungan yang bisa kamu dapatkan dari berinvestasi saham.
Beberapa perusahaan besar secara konsisten membagikan dividen atau laba perusahaan kepada para pemegang saham sesuai jumlah kepemilikan masing-masing. So, semakin banyak saham yang kamu miliki, maka semakin banyak pula dividen yang bisa kamu dapatkan.
Dengan strategi reinvestasi, maka kamu pun bisa mempercepat pertumbuhan portofoliomu di sini.
Capital gain
Capital gain adalah keuntungan yang didapatkan dari selisih harga jual ketika kamu menjual saham dengan harga yang lebih tinggi daripada harga belinya.
Capital gain ini bisa kamu peroleh ketika harga saham yang kamu miliki sudah bertumbuh seiring waktu, dan sudah mendekati tujuan jangka panjangmu.
Misalnya begini.
Kamu membeli saham QWER dengan harga per saham Rp1.000 sebanyak 5 lot, yang berarti 500 lembar. Artinya, kamu berinvestasi dengan nominal sebesar Rp500.000. Beberapa lama kemudian, kamu sudah mendekati tujuan keuanganmu, dan bermaksud ingin mencairkan dana di saham. Ternyata, harga saham QWER sudah menembus Rp3.000 per lembar. Kamu bermaksud menjual 5 lot, dan berarti kamu mendapatkan dana sebesar Rp1.500.000.
Dari penjualan saham tersebut, artinya kamu sudah mengantongi untung sebesar Rp1.000.000.

Capital loss
Namanya berinvestasi, kamu harus siap menghadapi risiko juga. Risiko pertama dari cara main saham adalah capital loss, yaitu kerugian yang bisa terjadi karena menjual saham dengan harga jual yang lebih rendah daripada harga belinya.
Misalnya, masih saham QWER. Ternyata setelah beberapa waktu, harga saham anjlok menjadi Rp900 per lembar. Maka kerugian investasi tak dapat dihindari.
Namun, risiko ini bisa diatasi atau diminimalkan dengan kamu melakukan average down secara teratur, yaitu membeli saham QWER saat harganya anjlok. Dengan demikian, kamu akan mendapatkan harga rata-ratanya. Memang cara main saham yang paling baik bagi kita yang berorientasi pada tujuan keuangan adalah dengan jangka waktu yang panjang. Dengan demikian, fluktuasi harga saham bisa diatasi seiring waktu.
Risiko likuidasi
Risiko likuidasi terjadi ketika perusahaan yang sahamnya ada dalam portofolio kamu dinyatakan bangkrut atau delisting dari bursa saham. Artinya, sahamnya tidak bisa dijual ataupun dibeli lagi oleh publik.
Untuk itu, sebenarnya perusahaan ada kewajiban untuk melunasi berbagai pembayaran, tetapi sayangnya, pembayaran pada investor ada di prioritas terakhir. Artinya, kalau tidak aset tersisa setelahnya, maka modal dari investor hilang dan tidak bisa dikembalikan.
Tenang, risiko ini pun bisa diminimalkan, dengan cara main saham yang benar, yaitu melakukan analisis mendalam terhadap bisnis perusahaan yang bersangkutan ke depannya. Pastikan mereka punya pasar yang bagus dan bertumbuh, sehingga bisnis tetap berjalan bahkan semakin maju.

Jadi, Bagaimana Cara Main Saham yang Benar?
Tepat dalam memilih saham
Pemilihan saham yang tepat menjadi koentji terbesar cara main saham yang menguntungkan. So, jangan sampai salah deh, di sini.
Lalu, bagaimana cara memilih saham yang benar?
Sebenarnya ada banyak cara sih, tetapi sebagai pemula, kamu bisa lakukan cara main saham berikut:
- Pilih saham yang termasuk dalam indeks LQ45 ataupun IDX30—yang isinya juga saham-saham berkualitas seperti halnya LQ45. Dengan shortlist ini, kamu sudah bisa mulai melakukan analisis terhadap fundamentalnya.
- Pilih saham yang bisnis perusahaannya long lasting, tahan banting terhadap krisis, dan sudah berusia cukup matang. Misalnya saham-saham perusahaan consumer goods atau perbankan. Setelah ada shortlist lagi, kamu kemudian bisa melakukan analisis fundamental terhadap saham yang kamu incar.
Disclaimer: saham-saham di atas bukan merupakan rekomendasi ya. Lakukan riset mendalam dan sesuaikan dengan profil risiko, tujuan keuangan, kebutuhan, dan kemampuanmu.
Intinya, buat shortlist terhadap saham tertentu, dan lakukan analisis fundamental. Dengan demikian, kamu bisa menekan peluang muncul risiko-risiko seperti yang sudah dijelaskan di atas.
Pilih sekuritas yang tepercaya
Pastikan kamu hanya melakukan cara main saham di platform sekuritas yang sudah tepercaya dan terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan.
Sekuritas akan menjadi perantara kamu saat kamu hendak membeli ataupun menjual saham. Sekuritas akan mengambil dana investasi yang sudah kamu simpan di Rekening Dana Investor yang ada di bank kustodian yang sudah ditunjuk, dan kemudian membeli saham yang kamu inginkan. Demikian pula ketika kamu menjual saham, dananya akan disimpan ke Rekening Dana Investor di bank kustodian.
Mengingat pentingnya peranan mereka, maka pilihlah yang tepercaya. Jauhi yang abal-abal.
Sesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan
Cara main saham sebagian besar akan berhubungan dengan sisi psikologis kita masing-masing. So, akan lebih baik jika kamu selalu berpegang pada kebutuhan (tujuan) dan kemampuanmu sesuai rencana keuangan yang sudah dibuat.
Karena kalau tidak, kita akan mudah terbawa euforia ketika harga saham naik, pun akan mudah panik kalau harganya anjlok. Hal ini bisa membuat kita melakukan panic buying ataupun panic selling, yang pastinya tidak akan membuat portofolio investasi kamu bertumbuh dengan baik.
Selalu lakukan riset, berpeganglah pada rencana keuangan yang sudah ada. Jikalau memang harus diubah portofolionya, pastikan memang sudah diperhitungkan dengan cermat, bukan FOMO semata.
Beli saat murah, jual saat mahal
Nah, ini dia prinsip cara main saham yang benar. Dan, ini pula dampak yang bisa kita dapatkan jika kita dapat mengelola emosi dan faktor psikologis yang muncul saat berinvestasi saham.
Jika kita melakukan panic buying atau panic selling bisa jadi malah terbalik, kita menjual saham saat harganya murah, dan membeli saat harganya tinggi. Ya pastinya akan rugi dong, kalau begini cara main saham yang kita lakukan.
Karena itu, sekali lagi, analisis itu penting untuk dilakukan sebelum mulai berinvestasi maupun sebelum mulai melakukan aktivitas membeli ataupun menjual saham
Nah, itu dia cara main saham yang ramah pemula, dan tidak membuat takut rugi. Simpel saja, kan, sebenarnya?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
7 Langkah Cara Bebas Finansial Efektif dan Efisien
Barangkali, setiap orang yang sudah punya literasi keuangan yang baik akan bercita-cita dan memimpikan untuk bisa bebas finansial secepatnya.
Bebas finansial adalah kondisi ketika kamu merasakan kebebasan sepenuhnya untuk mengatur, memanfaatkan, mempergunakan uangmu sesuai kebutuhan. Penghasilanmu dapat kamu manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dan menjalani hidup yang kamu mau. Nggak ada kekhawatiran, keraguan, atau ketakutan tidak bisa membayar tagihan, iuran, pajak, dan pengeluaran tak terduga. Semua sudah teralokasi dengan baik. Apalagi soal utang. Seseorang yang sudah mencapai kemerdekaan finansial enggak akan punya utang lagi.
Intinya, saat kamu mencapai kondisi ini, keuangan bukan jadi beban hidupmu lagi.
Nah, jadi paham kan, mengapa orang menginginkan untuk bisa mencapai kebebasan finansial?
Masalahnya, upaya untuk mencapai kondisi ini pasti sulit. Apalagi buat kita, orang-orang yang mengandalkan gaji kecil setiap bulan untuk bertahan hidup. Juga para sandwich generation.
Well, the good news is kondisi bebas finansial ini bisa dicapai oleh siapa pun. Yes, termasuk mereka yang berstatus sebagai generasi sandwich. Tinggal komitmen atau enggak untuk melakukan langkah-langkah persiapannya.

Cara Bebas Finansial yang Efektif dan Efisien
1. Financial check up
Untuk bisa bebas finansial, pertama kamu harus memastikan bahwa kondisi keuangan kamu sehat. Tanpa didukung dengan kesehatan keuangan yang baik, kondisi ini akan sulit untuk diwujudkan.
Financial check up ibaratnya medical check up. Namun, alih-alih kesehatan fisik yang diperiksa, kamu melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap keuangan. Cek dan pastikan beberapa hal berikut:
- Ada penghasilan dan aset
- Pengeluaran tidak lebih besar daripada penghasilan, catatlah agar kamu tahu ke mana saja uangmu pergi
- Kebutuhan pokok terpenuhi dengan baik, tanpa tersiksa
- Punya dana darurat yang memadai
- Punya asuransi untuk melindungi aset, terutama bagi diri sendiri
- Punya rencana keuangan untuk setiap tujuan
Nah, jika ada yang belum checked, kamu perlu membuat langkah solutif untuk bisa memperbaiki keadaanmu dulu, baru kemudian membuat rencana realistis untuk bisa bebas finansial.
2. Punya mindset positif tentang uang
Banyak orang memiliki mindset yang keliru tentang uang. Uang sering kali dianggap sebagai barang yang “tabu”; tabu untuk didiskusikan dengan pasangan, tabu untuk didapatkan secara lebih banyak (padahal jalannya ya halal), tabu untuk dikelola, dan sebagainya. Banyak orang menganggap, ngomongin uang sama dengan matre. Padahal ya, enggak selalu begitu juga.
Uang perlu dibahas, uang perlu dipekerjakan agar kemudian mau mendatangkan “teman” yang lebih banyak—tentu saja dengan cara yang benar. Uang harus dikelola supaya “betah”, dan sebagainya.
Saat kamu punya mindset positif tentang uang, maka saat itu kamu siap untuk membuat rencana keuangan menuju bebas finansial.
3. Rincikan tujuan keuangan
“Pengin kaya!”
Begitu kebanyakan orang menjawab ketika ditanya apa tujuan hidupnya. Padahal “kaya” itu bukan tujuan keuangan yang baik. Mengapa? Karena kaya itu tidak terdefinisikan.
Rincikan tujuan keuanganmu dengan detail. Ada “judul”, nominal, dan jangka waktu. Contoh: 5 tahun lagi, dana DP rumah sebesar Rp150 juta siap. 10 tahun lagi, dana untuk kuliah anak harus siap sebesar Rp200 juta. 30 tahun lagi, dana pensiun harus siap sebesar Rp3 miliar. Dan seterusnya.
Dengan adanya tujuan keuangan yang terdefinisikan dengan rinci seperti itu, kamu akan dapat membuat rencana keuangan yang juga realistis dan mudah untuk dieksekusi.

4. Menabung dan berinvestasi
Banyak orang yang keliru di sini. Mereka menabung dan berinvestasi menggunakan uang sisa belanja.
Bebas finansial dapat kamu capai jika didukung dengan komitmen untuk menabung dan investasi dengan disiplin. Tentukan berapa besar alokasi tabungan dan investasi, dan konsistenlah dengan jumlah yang sudah ditentukan. Akan lebih baik jika kamu dapat menyisihkan 10% hingga 20% dari penghasilan rutinmu setiap bulan. Segera transfer ke rekening tabungan dan investasi begitu kamu menerima gaji atau penghasilan.
Dengan begitu, kamu bisa menjaga konsistensi menabung dan berinvestasi dengan lebih baik. Inilah yang akan jadi modalmu untuk bisa bebas finansial. Pasalnya, uang belanja tidak akan pernah bersisa.
Lakukan analisis mendalam terkait pemilihan jenis instrumennya, terutama instrumen investasi. Kesesuaian karakter instrumen dengan kebutuhan akan jadi kunci sukses investasimu. Belajar dulu ya, supaya kamu paham betul akan hal ini.
5. Cukupkan pengeluaran
Buat anggaran untuk setiap kebutuhan dan pos pengeluaran. Anggaran ini akan bisa kamu manfaatkan untuk mengendalikan belanja agar tidak berlebihan.
Kata kuncinya memang hanya satu: cukup. Tapi, meski hanya satu kata, hal ini akan sangat tricky; tak mudah untuk dilakukan.
Kurangi pengeluaran yang tidak penting. Di sinilah yang membedakan orang yang kaya betulan dengan mereka yang berpura-pura kaya. Miliuner sejati jarang tampil mewah. Sementara, yang pura-pura kaya, ya begitulah.
Jika memang harus berutang, utanglah secara sehat; mampu bayarnya, ada tujuan yang jelas, dan penggunaan barang (atau apa pun itu) lebih lama dari jangka waktu pembayarannya kembali.
6. Investasi pada diri sendiri
Kamu boleh saja investasi pada berbagai instrumen, mulai dari yang rendah risiko seperti deposito, sampai yang sangat agresif seperti saham dan kripto sekalipun. Namun, jangan sampai lupa untuk investasi pada diri sendiri. Justru hal ini adalah modal terbesar untuk kamu bisa bebas finansial.
Cari ilmu dari mana saja, dari siapa saja, di mana saja. Ikutan kelas online, webinar; dengarkan podcast, tonton video, ikut diskusi. Baca artikel dan buku. Semua bisa kamu lakukan demi mendapatkan ilmu, wawasan, dan pemahaman yang baru dan variatif.
Nantinya, ilmu dan wawasan yang kamu miliki bisa berguna, misalnya untuk mendukung karier di kantor sehingga naik jabatan dan naik gaji. Atau, bisa juga dimanfaatkan untuk mendapat penghasilan tambahan. Dengan begini, jalan menuju bebas finansial akan lebih cepat dan lancar.

7. Tambah penghasilan
Agar bebas finansial lebih cepat, maka kamu mungkin perlu untuk menambah penghasilan. Perlua stream income kamu, jangan hanya mengandalkan diri pada gaji pekerjaan utama saja. Kamu bisa berbisnis, atau melakukan pekerjaan lepas sesuai skill yang kamu punya.
Nah, itu dia 7 langkah cara bebas finansial yang efektif dan efisien. Mumpung masih muda, yuk, segera buat rencana realistis menuju bebas finansial hari ini!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Menghindari Upaya Pembobolan Rekening Bank, Lakukan 6 + 3 Cara Efektif Ini
Upaya pembobolan rekening bank itu memang semakin banyak saja modusnya. Mulai dari skimming ATM, phising email, hingga memanfaatkan verifikasi OTP dan CVV. Dan yang terbaru, modus pura-pura membantu nasabah bank bermasalah yang berkeluh kesah di media sosial.
Pernah suatu kali bermasalah dengan transfer bank. Berhubung alasan ini dan itu, maka dirasa cukup praktis untuk menghubungi dengan sebuah cuitan di Twitter saja. Lagi pula, admin banknya terlihat cukup aktif menjawab dan gercep membantu nasabah yang berkeluh kesah di media sosial.
Dan, begitu sebuah cuitan di lontarkan, saat itu juga ada banyak brudulan reply dan quote tweet dari akun scammer yang meminta untuk menghubungi mereka melalui WhatsApp untuk dibantu langsung.
Untungnya sih sudah hafal betul dengan modus operandi para (calon) pelaku pembobolan rekening bank ini. Tapi, kebayang kalau calon korbannya masih belum terlalu melek literasi keuangan. Apalagi terpepet oleh masalah, pasti pikiran tidak terlalu panjang. Betul? Penginnya ya segera dibantu, dan masalah cepat beres. Tapi ternyata, yang dihubungi adalah scammer. Ketika akhirnya kebobolan beneran, duh, rasanya seperti jatuh tertimpa tangga enggak sih?
So, pembobolan rekening bank ini memang masalah yang sangat serius. Kita memang bisa melaporkan tindakan orang-orang yang tak bertanggung jawab tersebut pada pihak yang berwenang. Jika kita beruntung, kita bisa mendapatkan keadilan. Tetapi, proses ini pastilah panjang. Jadi, kamu pasti setuju, bahwa seharusnya mencegah hal ini jangan sampai terjadi akan lebih penting dan efektif.
Jadi, semua memang tergantung pada diri kita sendiri. Karena itu, adalah penting untuk membekali diri dengan wawasan yang luas. Apalagi sekarang kita dipermudah dengan hadirnya aplikasi di smartphone, yang membuat transaksi perbankan menjadi sangat praktis. Namun, ternyata, kepraktisan ini juga ada trade off-nya, yaitu semakin mudah juga diincar oleh hacker dan para scammer sehingga terjadilah pembobolan rekening bank dengan berbagai modus.

Tip Mencegah Pembobolan Rekening Bank oleh Oknum Tak Bertanggung Jawab
OJK sendiri pernah memberikan beberapa tip untuk mencegah upaya pembobolan rekening bank, terutama yang melalui aplikasi smartphone ini. Apa saja?
- Aktifkan fitur notifikasi, baik SMS ataupun email, sehingga ketika ada transaksi, kita juga akan lebih cepat tahu.
- Secara berkala, cek riwayat rekening. Cermati kalau ada transaksi-transaksi yang tak pernah kamu lakukan.
- Aktifkan fitur verifikasi selain PIN atau password, misalnya face ID atau fingerprint.
- Jaga data diri pribadi, seperti nama lengkap, tanggal lahir, nama ibu kandung, PIN, OTP, dan sebagainya, pada siapa pun, termasuk jika ada yang mengaku-ngaku petugas bank.
- Pakai kuota sendiri, kalau mau akses aplikasi bank di smartphone. Jangan pakai Wifi, apalagi Wifi umum.
- Hafalkan nomor call center bank kamu. Ada banyak kasus ketika nasabah nyasar ke nomor oknum scammer, lantaran ada nomor telepon ditempel di mesin ATM dan ATM-nya (dibuat) bermasalah.
Nah, apakah kamu sudah melakukan semua hal di atas demi menghindari pembobolan rekening bank? Jika sudah, lakukan 3 hal penting berikut ini juga demi lebih mengamankan rekeningmu.

1. Pisahkan rekening
Sebaiknya, miliki beberapa rekening untuk keperluan yang berbeda. Setidaknya, pisahkan rekening untuk belanja kebutuhan sehari-hari, dan rekening untuk dana darurat. Dengan demikian, kamu tidak perlu menumpuk dana di satu rekening yang bisa memperbesar kerugian kalau misalnya risiko pembobolan rekening bank ini terjadi.
Jika perlu, kamu juga bisa memisahkan dan mengombinasikannya dengan e-wallet juga lo. Misalnya, untuk keperluan lifestyle, di luar kebutuhan rutin. Contohnya, kamu bisa mengatur, kebutuhan rutin dengan rekening ATM atau debit card, dana darurat di rekening tanpa kartu, lalu lifestyle di e-wallet.
2. Manfaatkan produk investasi risiko rendah
Jangan menyimpan cash terlalu banyak di tabungan yang gampang diakses, agar terhindar dari upaya pembobolan rekening bank. Simpan antara 2 – 3 kali pengeluaran rutin saja sudah cukup. Sisanya kamu bisa memanfaatkan berbagai produk investasi risiko rendah sebaga tempat untuk menyimpan dana yang tingkat pemakaiannya tidak terlalu tinggi. Misalnya untuk dana darurat, atau sekadar tabungan jangka pendek.
Produk seperti Reksa Dana Pasar Uang bisa jadi pilihan. Tingkat risiko rendah, dan untuk mencairkannya juga tak butuh waktu terlalu lama. Jika akan dipakai sekitar 3 tahun lagi, kamu bisa menyimpannya di instrumen surat berharga negara, seperti ORI. Atau, kalau pengin simpan di obligasi tetapi waktunya fleksibel, kamu bisa alokasikan di Reksa Dana Pendapatan Tetap. Tentu juga harus dengan memahami dulu risikonya.
Kamu juga bisa memanfaatkan deposito tenor pendek, dengan sistem ARO dan bunga yang didepositokan lagi. Dengan demikian, tabungan aman, berkembang, tidak mudah diakses tetapi juga relatif tetap likuid.

3. Pakai kartu kredit
Boleh juga loh, kalau kamu mau pakai kartu kredit. Asalkan kamu mempergunakannya sebagai alat bayar—alih-alih alat untuk berutang (apalagi berutang karena nggak punya uang)—kartu kredit itu lebih aman digunakan ketimbang debit card. Pasalnya, tingkat keamanannya juga biasanya lebih tinggi standarnya di bank, sehingga bisa meminimalkan peluang terjadinya pembobolan rekening bank.
Bayar sebelum jatuh tempo, sehingga kamu bisa menghindari bunga dan denda yang tak perlu. Dengan demikian, dana terkendali, lebih aman bertransaksi, plus dapat poin reward. Lumayan juga kan?
Nah, itu dia beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk mencegah pembobolan rekening bank oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab. Kalau sudah kejadian dibobol, ya memang kita bisa mengurusnya, tetapi uang biasanya ya akan kecil kemungkinan untuk bisa kembali. Yang paling efektif adalah mencegah hal ini supaya jangan sampai terjadi.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
4 Cara Meningkatkan Literasi Keuangan Syariah untuk Kebutuhan Pribadi
Seberapa banyak pemahaman kamu tentang keuangan syariah? Kalau menurut catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat literasi keuangan syariah di Indonesia masih berada di angka yang cukup rendah, yakni sekitar 8,39 persen.
Sayang sekali, padahal sebagai negara yang mayoritas penduduknya muslim, sebenarnya kan Indonesia punya potensi besar dalam pertumbuhan ekonomi syariah. Betul nggak? Tak heran jika, literasi ini jadi hal yang cukup digencarkan oleh pemerintah.
Di tahun 2013, OJK menyusun Cetak Biru Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia sebagai pedoman seluruh lembaga keuangan dan stakeholders untuk mengoptimalisasi peran mereka terkait keuangan syariah. Ya, kita sih enggak perlu ikut jadi penyusunnya, kita bisa kok berpartisipasi ikut meningkatkan literasi keuangan syariah dengan menerapkannya dalam pengelolaan keuangan sehari-hari.
Tapi, kamu sudah tahu, apa itu literasi keuangan syariah?

Apa Itu Literasi Keuangan Syariah?
Dalam bahasa Inggris, financial literacy, atau literasi keuangan, diartikan sebagai upaya untuk melek keuangan. Dalam pedoman Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia, literasi keuangan adalah suatu proses atau aktivitas untuk meningkatkan pengetahuan, keyakinan, dan keterampilan konsumen dan masyarakat agar mereka dapat mengelola keuangan dengan baik.
Artinya, masyarakat tak hanya diimbau untuk mengetahui dan memahami tentang lembaga jasa keuangan dan produknya saja, tetapi mereka mesti mampu memperbaiki cara pengelolaan keuangan dengan memanfaatkan berbagai produk dan layanan yang ada, agar dapat meningkatkan kesejahteraan hidup.
Nah, terus literasi keuangan syariah itu apa?
Masih merujuk pada pengertian di atas, hanya saja ditambahkan dengan konteks pembangunan keuangan syariah. Artinya, dengan literasi keuangan syariah masyarakat dapat memahami dan menggunakan jasa keuangan dan produk syariah, yang dikelola sesuai prinsip ajaran agama Islam, di kehidupan sehari-hari.
Kenapa literasi keuangan syariah ini penting? Di samping rendahnya tingkat literasi ini, pemerintah juga melihat pertumbuhan ekonomi masyarakat yang cukup stabil. Apalagi jika kita melihat mayoritas masyarakat Indonesia yang memeluk agama Islam. Jadi yakin kan ya, bahwa kebutuhan produk dan jasa keuangan syariah ini dapat memicu pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat yang mana akan mengurangi jumlah penduduk miskin?

Tujuan Literasi Keuangan Syariah
Oleh karenanya, program pembangunan literasi ini menjadi program nasional sebagai upaya pemerintah khususnya OJK untuk mencapai kesejahteraan finansial masyarakat. Beberapa tujuannya yaitu:
1. Memperluas Pengetahuan Finansial
Pertama, tentunya pemerintah ingin masyarakat lebih melek atau menyadari pentingnya pemahaman dan peran mereka sebagai konsumen yang menggunakan produk dan jasa keuangan.
Gagasan ini penting tak hanya untuk orang dewasa, keuangan syariah bersifat universal untuk semua golongan. Bahkan keuangan syariah itu enggak hanya untuk umat muslim saja loh, tapi universal alias bisa dimanfaatkan oleh semua agama! Yang penting, memang paham akan prinsip dan cara kerjanya.
Hal ini guna meningkatkan efektivitas pengelolaan dan penggunaan pendapatan dengan menggunakan prinsip keuangan syariah. Selain itu, OJK menekankan bahwa keuangan syariah tentunya memiliki perbedaan dengan keuangan konvensional.
2. Mengubah Perilaku Masyarakat dalam Mengelola Keuangan
Dengan kesadaran ini, diharapkan masyarakat mampu memperbaiki dan mulai menata ulang perencanaan keuangan secara syariah di setiap kegiatan ekonomi mereka. Tak hanya bermanfaat untuk kesejahteraan pribadi, tetapi ini juga dapat membantu meningkatkan ekonomi negara.
3. Memahami dan Memilih Produk dan Jasa Keuangan Syariah
Masyarakat tentunya akan lebih mengenal produk dan jasa keuangan syariah, termasuk manfaat, risiko, fitur, hak dan kewajiban sebagai konsumen.
Dengan pemahaman ini, keterampilan dalam penggunaan dan pemanfaatan produk pun diharapkan dapat meningkat. Hal ini akan mendorong industri keuangan untuk aktif dalam mengembangkan produk jasa keuangan syariah sesuai kebutuhan masyarakat.

Cara Meningkatkan Literasi Keuangan Pribadi
Nah, lalu apa yang bisa kita lakukan? Nggak perlu terlalu jauh, kita bisa kok mulai menerapkan prinsip syariah ini dalam pengelolaan keuangan pribadi sehari-hari. Mulailah dari hal kecil.
Apa saja? Misalnya saja beberapa hal berikut.
1. Dedikasikan waktu untuk belajar keuangan syariah
Untuk menyadari dan memahami sesuatu, setiap orang butuh meluangkan waktu khusus untuk mendalaminya. Setuju? Setidaknya dalam seminggu, luangkan waktu 1 jam untuk mengulik cara efektif pengelolaan keuangan syariah.
Waktu yang kamu luangkan ini dapat digunakan untuk memantau anggaran, melakukan pembaruan arus kas, memantau pembiayaan tagihan dan cicilan, hingga melakukan evaluasi secara rutin.
Kamu perlu berkomitmen pada diri sendiri untuk mau belajar dan menerima segala pengetahuan terbaru terkait literasi keuangan syariah. Cobalah untuk mengulik produk-produk syariah untuk digunakan secara lebih mendalam. Lakukan hal ini secara rutin dengan mengikuti tren berita keuangan atau lainnya.
2. Perbanyak diskusi
Selain mencari informasi keuangan sendiri, jangan malu untuk bertanya dan berdiskusi dengan rekan atau kerabat yang kamu anggap memiliki literasi keuangan syariah yang lebih baik.
Kamu juga bisa bergabung dengan komunitas yang fokus di bidang keuangan. Ini akan meningkatkan pengetahuan dan belajar lebih banyak dari orang-orang soal literasi keuangan syariah.
3. Mencoba berbagai produk keuangan syariah yang ada
Belajar saja tak cukup jika tidak dibarengi dengan praktik. So, mulailah mencoba apa yang telah kamu pelajari. Misalnya mulai dari membuat anggaran keuangan yang berprinsip pada ajaran islam, buat anggaran rutin setiap bulan, mingguan bahkan harian guna mempermudah analisis pengeluaran.
Dalam perencanaan keuangan, cobalah untuk mengalokasikan dana untuk mencoba produk investasi syariah, baik itu saham, reksa dana, atau lainnya.
4. Konsultasi Keuangan
Kamu masih ragu dengan pemahaman terkait keuangan syariah? Jangan ragu untuk melakukan konsultasi dengan mereka yang lebih profesional, dan orang-orang yang ahli atau sumber asli dari program keuangan syariah itu sendiri. Pastinya, mereka akan dengan senang hati membantu mencari produk keuangan syariah yang cocok sesuai dengan kebutuhan dan kondisi finansial kamu saat ini.
Untuk melancarkan pembangunan literasi keuangan syariah di Indonesia, perlu ada kerja sama dan peran aktif dari berbagai komponen masyarakat, mulai dari pegiat ekonomi syariah hingga setiap lapisan masyarakat.
Nah, gimana? Simpel aja kan untuk bisa meningkatkan literasi keuangan syariah untuk kebutuhan finansial pribadi seperti ini? Enggak beda jauh dengan perencanaan keuangan pada umumnya kan?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Jika Literasi Keuangan Indonesia Tetap Rendah, maka 5 Hal Inilah yang Akan Terjadi
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pernah mengadakan survei untuk melihat tingkatan literasi keuangan Indonesia, dan hasilnya tidak sampai dari 30% masyarakat yang dinilai masuk dalam kategori well literate.
Wah, memprihatinkan dong ya, berarti? Jelas.
Padahal, literasi keuangan adalah hal yang wajib dikuasai oleh masyarakat, bahkan termasuk dari salah satu literasi dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang. Artinya, jika tidak memiliki keterampilan literasi dasar, maka hal itu akan mempersulit kita sendiri untuk menjalani hidup.
Meski terbilang rendah, dari hasil survei yang dilakukan oleh OJK tersebut dapat terlihat bahwa sebenarnya masyarakat Indonesia sudah mengenal, memahami, dan mampu menggunakan dengan bijak beberapa fitur, instrumen, juga mengerti akan hak dan kewajiban dalam dunia keuangan. Walaupun memang hanya sebagian saja yang bisa menggunakannya dengan baik.
Lantaran itulah, edukasi perihal literasi keuangan Indonesia masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Karena jika dibiarkan terus menerus maka akan ada beberapa hal yang muncul sebagai akibat dari rendahnya literasi keuangan tersebut.

Apa Itu Literasi Keuangan?
Sebelum kita membahas mengenai dampak yang akan terjadi jika literasi keuangan Indonesia tidak mengalami peningkatan, ada baiknya kita pahami lagi apa sih sebenarnya yang dimaksud dengan literasi keuangan itu.
Secara umum, literasi keuangan atau financial literacy adalah wawasan dan keterampilan masyarakat untuk meyakinkan lembaga keuangan serta produk keluaran mereka dalam skala indeks.
Menurut Manurung, seorang ahli ekonomi Indonesia, literasi keuangan adalah seperangkat pengetahuan dan keterampilan masyarakat untuk memutuskan memiliki kebijakan yang efektif dalam memanfaatkan sumber daya keuangan yang mereka miliki.
Dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjendikti), ada 6 literasi dasar yang seharusnya dikuasai oleh setiap orang, yakni literasi baca dan tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi budaya, dan literasi finansial, atau literasi keuangan. Mengapa penting? Karena dengan menguasai keenamnya, kita dapat hidup dengan lebih nyaman, sehat dan lebih baik.

5 Hal yang Akan Terjadi jika Literasi Keuangan Indonesia Tetap Rendah
Jika angka literasi keuangan Indonesia yang rendah dibiarkan saja, maka kurang lebih, hal-hal inilah yang akan terjadi:
1.Tidak Ada Tujuan Hidup
Hal pertama yang bisa terjadi sebagai dampak dari rendahnya literasi keuangan Indonesia adalah tidak adanya tujuan hidup.
Ini tentu saja bukan hal sepele, bahkan kalau dibiarkan berlarut-larut, orang bisa saja terdemotivasi karenanya. Akibatnya, masa depan pun terabaikan.
2. Tidak Ada Perencanaan Keuangan
Karena nggak punya tujuan hidup, maka bingung juga sih, kalau punya uang. Pastinya, juga enggak punya rencana keuangan dong.
Tanpa adanya perencanaan yang baik dan matang, uang yang dimiliki bisa habis begitu saja dengan pengeluaran yang tidak seberapa penting. Tanpa perencanaan, akan menjadi sulit untuk bisa menabung dan berinvestasi demi masa depan.
Akhirnya, suka bingung sendiri. Dan, akhirnya membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain yang dirasa lebih sukses.

3. Salah Pilih Instrumen Investasi
Jika ternyata tingkat literasi ekonomi Indonesia masih terus rendah, yang mungkin akan terjadi adalah sering terjadi kesalahan dalam memilih instrumen investasi, dan secara otomatis tidak mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dari investasi yang berpotensial.
Masyarakat bisa saja mengerti apa itu investasi dan bagaimana cara memulainya. Namun hal itu bukan berarti mereka memahami instrumen investasi apa yang sesuai dengan kondisi keuangan dan tujuannya. Jika salah memilih instrumen investasi, maka yang sudah pasti terjadi adalah mereka tidak paham bagaimana cara mengelola investasi tersebut, dan akhirnya malah mengalami kerugian.
Ini buktinya sudah nyata banget, yaitu begitu mudahnya orang Indonesia terpikat investasi bodong.
4. Terkena Investasi Bodong
Nah, ini nih. Hasil paling nyata dari rendahnya literasi keuangan Indonesia.
Investasi bodong seperti money game atau dalam bentuk emas palsu memang masih banyak terjadi di negara ini. Hal ini bisa terjadi karena masyarakat yang tidak memahami bahwa investasi yang ditawarkan kepada mereka adalah investasi ilegal yang tidak terdaftar di OJK.
Seringnya, masyarakat tergiur dengan iming-iming keuntungan besar yang akan didapatkan, tanpa menyadari bahwa investasi memiliki risiko yang tinggi, apalagi yang ilegal. Jika tingkat literasi keuangan tinggi, maka masyarakat akan bisa mengerti tentang risiko yang wajar bagi setiap bentuk instrumen investasi.

5. Tidak Ada Social Safety Net
Social safety net, atau yang biasa disebut juga dengan jaring keamanan sosial, adalah sebuah tameng untuk antisipasi agar masyarakat tidak mengalami kemiskinan. Jika literasi keuangan Indonesia masih ada di tingkat rendah dan tak ada peningkatan dalam waktu dekat, maka peningkatan kesejahteraan hidup akan lebih sulit diwujudkan.
Seperti yang terjadi masa pandemi ini. Prevalensi penduduk miskin meningkat; banyak yang mengeluhkan kehilangan pekerjaan. Bahkan survei OECD juga menyebutkan, bahwa sejumlah 46% masyarakat Indonesia hanya punya dana darurat untuk seminggu saja.
Miris? Jelas ya. Akibatnya juga bisa dilihat kan? Pandemi belum juga tuntas hingga mendekati 2 tahun, dan banyak dari kita yang mengalami kesulitan untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi.
Peningkatan literasi keuangan Indonesia harus segera dilaksanakan, mengingat begitu banyak dampak negatifnya yang bisa terjadi pada masyarakat. Dalam hal ini, dibutuhkan kerja sama antara pemerintah, media, dan juga masyarakat sendiri yang mau berpikiran terbuka dan berani mempelajari hal baru demi kemapanan ekonomi pribadi.
Makanya, yuk, kita mulai dari diri sendiri dulu, agar lebih melek literasi keuangan. Belajar lebih banyak, dan manfaatkan deh semua produk keuangan yang ada untuk dapat meningkatkan kualitas hidup kita ke depannya.
Ingat, investasi yang paling mahal dan besar adalah investasi pada diri sendiri.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Literasi Keuangan Adalah Kunci Sukses Mencapai Tujuan Hidup: Kok Bisa?
Setiap orang seharusnya memang punya tujuan hidup. Kenapa? Tanpa tujuan hidup, apalah arti kita hidup di dunia ini? Tsah. Dan, yang namanya tujuan hidup, kadang ya butuh modal untuk bisa dicapai. Nah, literasi keuangan adalah kunci untuk bisa melapangkan jalan mencapainya.
Faktanya, literasi keuangan adalah salah satu dari 6 literasi dasar yang wajib dikuasai oleh setiap orang. Literasi dasar yang kalau terampil kita lakukan, kita dapat membawa hidup kita ke arah dan kualitas yang lebih baik.
Nah, barangkali kamu adalah salah satu yang sudah ‘aware’ akan pentingnya literasi keuangan ini, tetapi masih belum paham betul apa maksudnya. Kita akan ulas secara khusus dalam artikel ini. So, yuk, simak sampai selesai!

Literasi Keuangan Adalah Keterampilan Dasar, Apa Artinya?
Literasi keuangan adalah pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan kita untuk mengatur keuangan kita, termasuk di dalamnya mengenali berbagai produk dan lembaga keuangan yang bisa dimanfaatkan, sehingga kita bisa membuat keputusan keuangan dengan baik demi meningkatkan kualitas hidup ke depannya.
Karena itulah, maka disebutkan bahwa literasi keuangan adalah keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang.
Jika seseorang tidak memiliki literasi keuangan yang baik, maka ia bisa saja terlibat masalah. Seperti terlilit utang, tidak bisa menabung, selalu merasa penghasilannya kurang, tak bisa memenuhi kebutuhan keluarga, sampai tak siap untuk pensiun.
Meski pengertiannya cukup definitif, tetapi aturan literasi keuangan ternyata tidak bisa dibuat sebaku itu. Pasalnya, ini akan tergantung pada kondisi dan kemampuan masing-masing individu. Itulah mengapa sering dikatakan, ‘personal finance is very personal’. Yang berlaku untuk satu orang, belum tentu bisa berlaku dan memberikan hasil yang sama bagi orang lain.

4 Tingkat Literasi Keuangan
Literasi keuangan memiliki 4 tingkatan, selayaknya saat kita terampil melakukan sesuatu ada tingkat basic hingga advanced.
Not Literate
Pada tingkatan ini, seseorang bisa dibilang sama sekali belum memiliki literasi keuangan yang baik. Bisa jadi, ia juga tak pernah—atau jarang banget—menggunakan berbagai produk keuangan dan kurang percaya pada lembaga keuangan juga. Bisa jadi, bahkan, ia tak punya rekening tabungan di bank.
Less Literate
Pada tingkatan ini, seseorang akan mulai ingin tahu pentingnya memiliki keterampilan mengelola keuangan. Ia mulai ‘aware’ bahwa ada sesuatu yang salah, dan ia harus segera memperbaikinya.
Tetapi, orang tersebut belum mulai memanfaatkan produk apa pun.
Sufficient Literate
Ketika sampai pada tingkat ini, maka orang tersebut sudah cukup banyak menggali informasi seputar produk dan lembaga keuangan yang bisa membantunya mengatasi masalah-masalahnya. Ia sudah tahu manfaat, fungsi, fitur, hingga risiko dalam memanfaatkan produk dan jasa keuangan tersebut.
Tetapi, ia belum mulai menggunakannya secara optimal.
Well Literate
Tingkatan ini dalam literasi keuangan adalah tingkatan yang ‘advanced’, katakanlah begitu. Jika sudah sampai pada level ini, orang tersebut sudah punya banyak ‘bekal’ pengetahuan mengenai berbagai produk, jasa, dan lembaga keuangan yang bisa dimanfaatkan untuk mencapai tujuan hidupnya.
Ia juga sudah memanfaatkan beberapa di antaranya dengan baik, dengan sadar betul berbagai keuntungan dan risikonya.

Aspek-Aspek dalam Literasi Keuangan
Lalu, kalau belajar literasi keuangan, maka itu artinya kita belajar apa saja sih? Ada beberapa hal yang perlu kita pelajari secara bertahap untuk bisa memiliki literasi keuangan yang baik.
- Basic knowledge, misalnya kalau di QM Financial ada Blueprint of Your Money, yang merupakan konsep orisinal perencanaan keuangan pribadi yang dirancang oleh lead trainer QM Financial, Ligwina Hananto.
- Tabungan dan pinjaman, misalnya seperti bagaimana mengalokasikan penghasilan agar bisa menabung, bagaimana mengelola utang jika lagi butuh pinjaman, dan seterusnya. Di sini, kita belajar mengenai prinsip cash flow.
- Asuransi, yang akan memberikan perlindungan terhadap risiko-risiko keuangan yang mungkin terjadi.
- Investasi, yang meliputi belajar berbagai produk investasi beserta risik-risikonya.
Nah, ternyata cukup banyak ya, yang harus kita pelajari agar bisa memperoleh literasi keuangan yang baik, sehingga bisa membantu kita mencapai tujuan dan meningkatkan kualitas hidup.
Literasi keuangan adalah keterampilan dasar yang wajib banget dimiliki oleh setiap orang. Karena itu, perlu untuk memilikinya sedini mungkin. Meski demikian, tidak akan pernah ada kata terlambat untuk memulai juga. Karena itu, buat kamu yang merasa masih belum memiliki tingkat literasi keuangan yang memadai, semangat yuk, untuk belajar lebih banyak lagi.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
4 Podcast Keuangan yang Wajib Kamu Dengarkan: Fun and Practical!
Literasi keuangan kita memang belum terlalu tinggi. Buktinya, masih banyak saja yang terjebak masalah-masalah keuangan yang seharusnya bisa dihindari kalau saja kita punya cukup pengetahuan tentang keuangan. Padahal cara belajar keuangan zaman sekarang juga sudah semakin maju. Salah satunya bisa dari podcast keuangan.
Yes, belakangan, podcast sudah semakin banyak dinikmati sebagai salah satu media untuk hiburan. Podcast adalah siaran nonstreaming melalui media audio. Persis seperti radio di zaman dulu, tapi enggak secara live atau langsung. Tema obrolannya bisa macem-macem banget, mulai dari yang serius sampai yang gokil. Dari yang inspiratif sampai yang memang hiburan semata. Mulai dari topik sehari-hari, sampai topik yang cukup berat seperti politik dan agama.
Selain sebagai media hiburan, podcast juga sering menjadi media belajar juga. Nah, termasuk untuk media belajar keuangan.
QM Financial sebagai partner belajar finansial kamu pastinya juga dengan senang hati menyajikan materi belajar melalui podcast keuangan, yang akan diupdate teratur.
Yes, akhirnya QM Financial punya channel podcast keuangan sendiri! Kamu bisa search di Spotify: Financial Clinic. Saat artikel ini ditulis, memang baru ada 4 episode, tapi pasti akan bertambah banyak ke depannya.
Berikut beberapa podcast keuangan yang sekarang bisa kamu nikmati di Spotify bersama QM Financial.

4 Podcast Keuangan QM Financial
Episode 1: Yakin Nggak Butuh Asuransi Jiwa?
Apakah kamu butuh asuransi jiwa? Belum tentu, karena ternyata tidak semua orang butuh asuransi jiwa. Jika kamu tidak punya tanggungan finansial atau tidak punya penghasilan, maka asuransi jiwa tidak menjadi kebutuhan utama.
Tapi, bagi sebagian orang, ada kondisi-kondisi yang membuat punya asuransi jiwa itu jadi wajib.
Nah, kapan sih kamu dikayakan wajib punya asuransi jiwa? Lalu, kalau sudah tahu wajib, apa saja yang harus diperhatikan ketika mau membeli asuransi jiwa? Bagaimana cara sederhana untuk menentukan uang pertanggungan?
Topik asuransi jiwa ini dibahas lengkap oleh trainer QM Financial, Muty Djuhari, bersama Ligwina Hananto di episode podcast keuangan ini.
Episode 2: Seberapa Panjang Napas Dana Daruratmu?
Kirain pandemi hanya akan berlangsung 3 bulan. Ternyata, sudah lebih dari 1.5 tahun masih pandemi juga.
Dana darurat kamu seberapa panjang napasnya? Kalau sebelum pandemi, dana darurat adalah salah satu tujuan dasar di rencana keuangan, sejak pandemi, dana darurat menjadi salah satu tujuan utama.
Selain untuk pertahanan pribadi jika kehilangan penghasilan atau ada pengeluaran tambahan, dana darurat juga bisa banget menjadi sarana kamu membantu sesama.
Buat yang merasa dana daruratnya aman, kira-kira apakah ada yang bisa dilakukan untuk membantu mereka yang sedang susah? Kalau dana darurat masih jauh dari ideal, mulai dari mana menyiapkannya? Apa saja sih fungsi dana darurat itu?
Topi podcast episode ini dibahas oleh trainer QM Financial, Muty Djuhari, dan Ligwina Hananto dari sudut pandang yang berbeda.
Episode 3: 5 Hal yang Kamu Perlu Tahu tentang Waris
Ngomongin waris katanya tabu, tapi kalau nggak diomongn, sering kali jadi konflik.
Tanggung jawab waris itu ada di pemilik harta. Jadi, ketika membuat rencana keuangan, pastikan ada rencana peralihan asetnya juga agar keluarga tidak pusing saat ditinggalkan.
Kapan sebaiknya rencana waris dibuat? Bagaimana cara membuatnya? Siapa saja ahli warisnya? Dan, apakah utang juga diwariskan?
Podcast episode ini seru banget loh, masih bersama Muty Djuhari dan Ligwina Hananto.
Episode 4: Cara Atur Uang buat Kamu Generasi Sandwich yang Kejepit
Generasi sandwich itu kamu yang sedang berjuang membangun hidupmu, tapi harus juga menanggung hidup generasi di atasmu.
Apa yang harus dilakukan? Selain soal finansial, apa sih yang harus diperhatikan agar dompet amann dan hati juga tenang? Gimana bahasnya dengan pasangan?
Dibahas tuntas dalam episode ini, bareng Fransisca Emi dan Ligwina Hananto.
Nah, gimana? Lengkap kan? Follow channelnya ya, supaya kamu enggak ketinggalan episode terbaru podcast keuangan Financial Clinic dari QM Financial ke depannya. Jangan lupa, share juga ke teman-temanmu atau kerabat ya, supaya kami enggak pinter sendirian tetapi kita bisa berdaya bersama.
Jangan lupa juga follow Instagram QM Financial untuk berbagai update kelas finansial online dan tip praktis lainnya.
Malas Belajar Keuangan: 3 Alasannya, dan Bagaimana Solusinya?
Sudah tahu kan ya, bahwa literasi keuangan itu penting banget, bahkan menjadi salah satu dari 6 literasi dasar yang harus kita pelajari demi bisa survive menjalani hidup? Sayangnya, orang juga tidak terlahir dan langsung bisa mengelola keuangan dengan baik begitu saja. Kita perlu belajar keuangan step by step, jika pengin bisa menguasainya.
Yah, namanya belajar akan selalu butuh proses. Butuh waktu untuk menyerap informasi dan pengetahuan, pun butuh waktu juga untuk mencernanya. Selain kapasitas penyerapan otak orang yang berbeda-beda, ini juga ada kaitannya dengan minat dan niat.
So, dengan segala alasan, kadang orang jadi skip proses ini. Maunya kalau bisa sih ya, sudah langsung piawai, gitu aja. Contohnya, paling gampang nih, soal investasi saham. Kalau bisa sih, langsung dapat untung besar. Males banget kalau harus lihat laporan keuangan atau grafik pergerakan pasar. Pusing!
Tapi, nggak gitu mainnya!
Mau terampil dalam hal apa pun, proses tetap butuh. Begitu juga dengan keuangan. Mau pinter kelola keuangan—dan terbebas dari berbagai masalahnya—ya harus menjalani proses belajar dulu.
Ini dia beberapa hal yang kadang bikin orang menunda-nunda terus keinginan untuk belajar keuangan.

Alasan Tidak Belajar Keuangan
1. Sibuk
Ya, manusia zaman sekarang, mana ada sih yang enggak sibuk? Rasa-rasanya 24 jam dalam sehari saja enggak cukup. Tuntutan zaman dan juga keinginan untuk memiliki masa depan yang baik menjadi motivasi orang untuk menyibukkan diri bekerja.
Rezeki memang sudah diatur. Tetapi, ketika kita sudah mendapatkannya, alangkah baiknya—sebagai ungkapan rasa syukur—kita kelola dengan baik, sehingga bisa bermanfaat bagi kita dan orang-orang yang di sekitar kita.
Boleh saja kok sibuk bekerja dan melakukan berbagai hal, tapi seharusnya ini enggak jadi alasan bagi kita untuk mau belajar keuangan. Karena, ada banyak cara kok untuk belajar keuangan itu. Bahkan ada yang bisa sambil dengan mengerjakan hal lain.

2. Jadwal nggak sesuai
Salah satu cara belajar keuangan yang dinilai cukup efektif memberikan hasil adalah dengan ikut kelas finansial online, seperti halnya Financial Class Online Series dari QM Financial. Dalam kelas ini, modul sudah dibuat sedemikian rupa, sehingga akan mudah dipelajari oleh peserta kelas.
Ditambah adanya interaksi dengan trainer berpengalaman, pemahaman tentang bagaimana pengelolaan keuangan akan bisa diserap dengan baik. Biasanya, trainer juga akan memberikan contoh-contoh aplikasi atau cerita-cerita yang relevan, sehingga peserta kelas bisa mendapatkan gambaran riil bagaimana mengelola uang yang baik itu. Untuk beberapa kelas, bahkan dilengkapi juga dengan berbagai worksheet yang bisa diisi langsung oleh peserta.
Namun, untuk bisa mengikuti kelas finansial online seperti ini, kita mesti menyesuaikan diri dengan jadwal yang sudah ditentukan. Sayangnya, sering kali jadwal ini kurang bersahabat karena tak cocok dengan jadwal kita sendiri.
Jadilah menunda-nunda belajar keuangan, karena mencari jadwal yang pas.

3. Membosankan
Memang, belajar keuangan itu terdengar dan terlihat tak seseksi belajar bahasa, misalnya. Atau belajar desain. Sekilas, belajar keuangan ini bukan merupakan “investasi” karena toh nanti keterampilannya tidak bisa dijual lagi. Berbeda dengan belajar desain, yang kemudian kita bisa membuat desain yang bisa dijual kembali dalam bentuk jasa, misalnya.
Tetapi, jangan salah. Masuknya literasi keuangan ke dalam 6 jenis literasi dasar yang wajib dipelajari ini bukan tanpa alasan. Dengan literasi keuangan yang baik, seseorang bisa terhindar dari banyak sekali masalah yang berpotensi muncul dalam hidupnya.
Tapi kan, belajar keuangan membosankan? Betul, untuk sebagian orang. Tapi, karena wajib, kita bisa kok mencari cara belajar keuangan yang lebih fun dan tidak membosankan. Apalagi sekarang didukung dengan teknologi yang sudah berkembang, ada banyak sekali cara untuk bisa belajar keuangan dengan lebih asyik.

Cara Belajar Keuangan sambil Rebahan
Mau belajar keuangan sambil rebahan?
Memangnya bisa? Bisa dong.
Belajar keuangan sekarang enggak serem dan membosankan kok! Malahan fun banget, bisa kamu lakukan sembari rebahan. Apalagi ada yang model gamified microlearning ini. Sudah pernah coba belum? Namanya Levio. Di dalamnya ada berbagai stage belajar yang harus kamu selesaikan. Layaknya main games, kamu pasti akan dengan segera tenggelam dalam pembelajaranmu.
Nggak akan terasa kalau lagi belajar. Yuk, segera daftarkan dirimu segera dan belajar keuangan secara fun!
Jangan lupa juga follow Instagram QM Financial untuk berbagai update kelas finansial online dan tip praktis lainnya.
Begini Cara Meningkatkan Rasio Menabung demi Kesehatan Keuangan Pribadi
Kamu pasti tahu, bahwa salah satu indikator tingkat kesehatan keuangan yang baik adalah rasio menabung yang baik, di samping rasio utang dan rasio likuiditas yang baik pula.
Masih ingatkah, apa definisi masing-masing rasio tersebut. Mari kita refresh lagi kalau memang kamu sudah lupa.
Tenang saja, lupa itu manusiawi, dan QM Financial akan selalu ada untuk membantumu mengingat kembali. Apalagi ini adalah basic literasi keuangan yang sangat penting untuk dipahami di awal terlebih dulu, sebelum kamu beranjak ke hal lainnya.

Rasio Utang
Rasio utang merupakan perbandingan antara utang dengan penghasilan yang dimiliki yang dapat dipakai membayar utang baik pokok dan bunga, dalam jangka waktu tertentu.
Contoh: Seseorang memiliki kredit rumah atau KPR senilai Rp2.500.000,00 per bulan, sementara penghasilan per bulan adalah sebesar Rp10.000.000,00, maka perhitungan rasio utangnya adalah sebesar 25%.
Ingat ya, bahwa rasio utang yang sehat itu tidak lebih dari 30% pendapatan, demi menjaga kondisi keuangan tetap baik dan stabil. Jika cicilan atau utang melebihi 30%, maka bisa jadi biaya untuk memenuhi kebutuhan lainnya bisa terganggu, sehingga bisa membuat kondisi keuangan menjadi tidak sehat alias boncos.

Rasio Menabung
Rasio menabung merupakan perbandingan dari jumlah tabungan terhadap penghasilan yang dimiliki. Idealnya dalam mengatur perencanaan keuangan pribadi, kita harus menyisihkan minimal 10% setiap bulannya untuk tabungan. Di dalam tabungan ini, juga termasuk investasi.
Sebagai contoh, apabila kita memiliki penghasilan sebesar Rp5.000.000,- per bulan, maka 10% dari penghasilan tersebut sebaiknya ditabung, yakni sebesar Rp500.000,- per bulan.
Nah, masalahnya, akan ada kalanya, rencana untuk menabung ini sering tertunda karena banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi. Akibatnya, rasio menabung pun di bawah 10%. Tentu saja, hal ini menjadi kurang ideal, meskipun yah, kalau lagi krisis ya mau gimana lagi. Kebutuhan harian kan tetap nomor satu. Tapi, kalau kondisi ini berlarut-larut, yang bahkan tidak dalam kondisi krisis pun terjadi, ya berarti sebaiknya kamu harus segera ambil tindakan untuk mengatasinya.

Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas bagi keuangan personal bisa diartikan sebagai seberapa banyak aset likuid dari keseluruhan aseet yang dimiliki. Aset likuid adalah aset yang bisa dicairkan dengan segera dan kemudian digunakan untuk berbagai keperluan.
Aset yang bisa dicairkan dalam bentuk cash secara relatif cepat ini misalnya deposito, tabungan, atau reksa dana.
Idealnya, besaran aset likuid yang dimiliki adalah sebesar 3 – 6 bulan pengeluaran.
Ingat ya, kalau rasio menabung naik, otomatis likuiditas akan naik karena jumlah tabungan meningkat.
Lantas adakah cara untuk meningkatkan rasio menabung? Nah, simak beberapa tip untuk meningkatkan rasio menabung agar keuangan pribadi menjadi lebih sehat berikut ini ya!
Susun anggaran pengeluaran berdasarkan skala prioritas
Kita perlu membuat perencanaan keuangan sesuai dengan skala prioritas yang diperlukan. Catat terlebih dahulu pengeluaran yang dimiliki, dimulai dari biaya sehari-hari seperti kebutuhan makan, biaya listrik dan air, biaya internet, asuransi, biaya sekolah, dan lain-lain.
Jangan lupa pula untuk memasukkan tabungan minimal 10% di dalam anggaran pengeluaran yang kamu buat ini.
Setelah itu, cermati kembali adakah pos biaya yang bisa dihilangkan atau dikurangi? Jika ada, catat kembali dan hitung sisa penghasilan dari anggaran bulanan yang dimiliki.
Jika masih ada sisa penghasilan, kamu bisa memasukkannya ke dalam pos tabungan. Dengan penambahan ini, diharapkan rasio menabung dapat meningkat, bahkan bisa jadi lebih dari jumlah minimal 10% dari penghasilan.
Tentukan tujuan menabung
Buat tujuan yang ingin dicapai dalam waktu tertentu berdasarkan perkiraan jumlah tabungan yang diinginkan. Semakin realistis tujuan yang ingin diraih, semakin termotivasi pula kita dalam meningkatkan rasio menabung tiap bulannya. Betul?
Namun juga, jangan terlalu memaksakan diri untuk menabung. Balik lagi, jika kebutuhan pokok yang dimiliki belum terpenuhi, kita harus tetap realistis dalam menetapkan tujuan ini.
Pilih cara menabung yang menyenangkan dan menguntungkan
Sebaiknya pisahkan rekening yang akan digunakan untuk menabung dengan rekening yang biasa digunakan untuk transaksi. Dengan demikian, tabungan kamy tak akan terganggu dengan pos pengeluaran dan lebih mudah untuk dipantau.
Saat ini sudah ada berbagai layanan menabung yang mudah dan menguntungkan. Pilih yang paling sesuai dan mudah diakses agar kita bisa sewaktu-waktu menabung sehingga rasio menabung pun dengan sendirinya akan bertambah.
Itulah beberapa cara untuk meningkatkan rasio menabung sehingga kondisi keuangan kamu bisa jadi lebih sehat ke depannya. Bagaimana? Simpel ya?

Mau belajar lebih dalam lagi? Jangan takut, belajar keuangan sekarang enggak serem kok! Malahan fun banget, apalagi ada yang model gamified microlearning ini. Sudah pernah coba belum? Namanya Levio. Di dalamnya ada berbagai stage belajar yang harus kamu selesaikan. Layaknya main games, kamu pasti akan dengan segera tenggelam dalam pembelajaranmu. Nggak akan terasa kalau lagi belajar.
Yuk, segera daftarkan dirimu segera dan belajar keuangan secara fun!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.