Semua Orang akan Jadi Sandwich Generation pada Waktunya: Apa yang Harus Disiapkan?
Apa? Setiap orang akan jadi sandwich generation pada waktunya? Kok serem?
Nah, itu dia yang masih belum banyak disadari oleh setiap orang yang punya orang tua. Isu menjadi sandwich generation ini sebenarnya dimiliki oleh setiap orang—bukan privilege kelompok tertentu saja. Jadi tenang, karena kamu banyak temannya.
Table of Contents
Sandwich Generation = Problematika Sejuta Umat
Sudah nonton video YouTube QM Financial yang ini?
Dalam video tersebut, lead trainer QM Financial, Mba Ligwina Hananto, menyebutkan bahwa setiap orang akan menjadi sandwich generation pada waktunya.
Hal ini enggak salah, atau sekadar menakut-nakuti loh. Ini adalah fakta yang terjadi pada setiap orang yang masih punya orang tua. Akar masalahnya simpel: Ketika orang tua kita bertambah usia, ya masa mau dibiarkan hidup sendiri? Usia 80-an tahun ke atas, umumnya orang akan membutuhkan bantuan untuk melakukan aktivitas tertentu. Jadi, kayak balik lagi ke balita.
Budaya kita yang selalu gercep untuk saling membantu tidak akan “mengizinkan” seorang anak mengabaikan orang tuanya, di masa tua mereka. Ya, ini sih norma yang umum ya. Ada juga beberapa kasus yang di luar norma ini, yang harus dikaji kasus per kasus, tidak bisa digeneralisasi.
Nah, untuk membantu orang tua kita hidup itu, ya tentu ada biaya. Mau kita sendiri yang urus, atau memercayakan mereka pada orang yang lebih profesional atau ahli, pastinya biaya itu tetap ada.
Di sinilah berlaku bahwa setiap orang akan menjadi sandwich generation pada waktunya.
Strategi Perencanaan Keuangan yang Bisa Diterapkan oleh Semua Sandwich Generation
So, kamu akan butuh strategi perencanaan keuangan, yang bisa diterapkan oleh semua jenis sandwich generation.
Dalam konteks generasi sandwich, perencanaan keuangan dan investasi menjadi landasan penting. Di dalamnya ada pengaturan sumber daya finansial secara bijaksana untuk menjawab kebutuhan jangka panjang. Jadi, apa yang perlu dilakukan?
1. Membuat Anggaran Efektif
Membuat anggaran yang efektif sangat penting, terutama untuk kamu para generasi sandwich.
Jadi kenali kebutuhanmu, termasuk kebutuhan untuk merawat orang tua. Masukkan kebutuhan untuk orang tua ini di dalam anggaran. Buatkan persentase tersendiri sehingga kamu akan lebih mudah mengalokasikannya, dan tidak mengganggu kebutuhan lain yang sama pentingnya.
Anggaran ini harus mencakup enggak hanya untuk pengeluaran sehari-hari tapi juga untuk kebutuhan di masa depan. Jadi jangan lupa untuk mengalokasikannya, pada tabungan atau investasi.
Dengan mengelola keuangan secara bijak, bisa membantu meringankan beban finansial dan memberikan ketenangan pikiran dalam menghadapi kejutan atau kebutuhan mendadak di masa yang akan datang.
2. Berikan Perlindungan Asuransi Kesehatan untuk Orang Tua
Asuransi kesehatan itu penting, terutama untuk memberikan perlindungan finansial kalau ada yang sakit.
Kalau orang tua belum punya asuransi kesehatan, pastikan kamu membelikannya untuk mereka. BPJS Kesehatan bisa menjadi opsi terbaik. Dengan adanya asuransi kesehatan, perlindungan terhadap risiko biaya kesehatan tak terduga pun terjamin. Apalagi untuk orang tua, biasanya sudah mulai ada masalah kesehatan di sana sini.
3. Buat Rencana Pensiun untuk Diri Sendiri
Perencanaan pensiun bertujuan untuk memastikan stabilitas finansial di masa tua. Ingat, bahwa setiap orang akan menjadi generasi sandwich pada waktunya. Sehingga kita pun harus siap nantinya kalau sudah mulai menua, maka anak-anak kita bisa jadi juga akan menjadi generasi roti isi penerus.
Minimalkan menjadi beban hidup mereka. Seenggaknya, kalau mereka mau berbaik hati dan membalas budi, finansial tidak akan jadi masalah karena kita punya dana pensiun yang memadai.
4. Berkomunikasi dengan Anggota Keluarga Lain
Jika ada anggota keluarga lainnya yang bisa diajak berkomunikasi, bangun diskusi yang sehat dengan mereka. Dengan demikian, semua anggota keluarga dapat berbagi pikiran demi membantu orang tua bersama-sama.
Dengan begitu, beban bisa dibagi dan enggak menumpuk di salah satu anggota keluarga saja. Untungnya sih, umumnya masyarakat kita masih banyak yang percaya dengan kekuatan gotong royong. So, dalam hal mengurus orang tua, semangat ini seharusnya mudah ditemukan.
5. Kelola Stres dan Tekanan Emosional
Mengelola stres dan tekanan emosional saat berada di generasi sandwich memang tidak mudah, tetapi sangat penting untuk kesehatan mental.
Langkah awalnya adalah mengakui bahwa merasa tertekan itu normal dan mencari cara untuk mengatasinya. Kamu bisa mengambil waktu untuk diri sendiri, melakukan aktivitas yang kamu sukai, atau berolahraga untuk mengurangi stres.
Dalam mengelola stres dan tekanan emosional, teknik seperti meditasi, olahraga teratur, dan hobi yang menenangkan dapat sangat membantu.
Sekilas hal ini memang tampak tidak ada hubungannya dengan upaya sandwich generation untuk memenuhi kebutuhannya dan keluarga secara finansial. Tapi jangan salah. Kalau aspek ini terganggu, bukan enggak mungkin, kebutuhan finansial akan terpengaruh.
6. Edukasi untuk Anak-Anak
Pendidikan dan komunikasi memegang peran kunci dalam membentuk dasar keluarga yang kuat.
Mengajarkan anak-anak tentang tanggung jawab dan empati sejak dini membantu mereka mengembangkan pemahaman tentang pentingnya saling membantu dan memahami perasaan orang lain. Terutama dalam konteks keluarga.
Memang kita harus berupaya supaya tidak menjadikan mereka sebagai generasi sandwich selanjutnya. Namun, memberikan rasa tanggung jawab dan “memiliki” terhadap keluarga, pastinya akan membentuk pribadi mereka secara lebih baik.
Nah, sandwich generation, semoga kamu semua semakin kuat dan berdaya ya, sehingga tak hanya mampu memenuhi kebutuhan sendiri. Kamu juga bisa memenuhi kebutuhan keluargamu dengan baik.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Life Beyond Finance – Sehat Fisik, Sehat Mental, Sehat Finansial untuk 20 Tahun QM Financial
Menginjak dua dekade perjalanannya, QM Financial tidak hanya berdiri sebagai pioneer edukasi keuangan, tetapi juga sebagai saksi transformasi hidup dan keuangan banyak orang. “Life Beyond Finance – Sehat Fisik, Sehat Mental, Sehat Finansial” bukan sekadar tema, melainkan refleksi dari perjalanan yang telah kita lalui bersama. Di tengah gejolak ekonomi dan tantangan kesehatan yang menghampiri, keseimbangan antara ketiga aspek tersebut menjadi semakin penting.
Lewat event ini, kita akan merayakan perjalanan 20 tahun QM Financial dengan mengajak kamu menyelami pentingnya harmonisasi antara kesehatan fisik, mental, dan finansial; sebuah konsep holistik untuk kehidupan yang lebih berkualitas dan berkelanjutan, dalam sebuah acara Financial Dialogue.
Dan, untuk pertama kalinya, Financial Dialogue dihelat secara offline! Pastinya kamu tidak mau dong ketinggalan untuk ikut acara ini, mengingat deretan Financial Dialogue sebelumnya yang selalu dapat menjaring peserta hingga ribuan.
Financial Dialogue: Seri Diskusi Finansial dengan Beragam Pakar Multidisiplin
QM Financial telah menyelenggarakan banyak seri Financial Dialogue, tetapi apa sebenarnya yang melatarbelakangi inisiatif ini? Jawabannya terletak pada kenyataan bahwa keuangan tidak hanya merupakan angka di rekening bank; sebaliknya, meresap ke dalam setiap sudut kehidupan kita.
Kita terus-menerus berinteraksi dengan keuangan dalam berbagai cara, mulai dari mengelola penghasilan dan pengeluaran, merencanakan masa depan, dan menghadapi konsekuensi nyata dari keputusan keuangan kita. Faktanya, keberhasilan dalam mengelola aspek finansial memiliki dampak mendalam pada hampir semua area kehidupan kita.
1. Kesejahteraan Hidup
Pertama, ada soal kesejahteraan. Kemampuan untuk mengelola keuangan dengan efisien tidak hanya memengaruhi kemampuan kita untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tetapi juga menentukan kualitas hidup. Membayar tagihan, menabung, mengurangi utang, dan merencanakan masa depan finansial yang aman adalah fondasi yang memberi kita kestabilan dan kedamaian pikiran.
2. Kesehatan Mental dan Fisik
Namun, dampaknya juga lebih dari sekadar ekonomi. Kesehatan mental dan fisik juga sering terjalin erat dengan kondisi keuangan kita. Stres yang diakibatkan oleh utang atau ketidakpastian keuangan dapat mengganggu kesehatan mental dan bahkan fisik, menyebabkan segala macam kondisi dari kecemasan dan depresi hingga masalah fisik.
3. Relasi
Kemudian, ada aspek relasi juga. Dinamika keuangan dapat memainkan peran krusial dalam hubungan pribadi dan keluarga, dengan konflik seputar uang sering menjadi sumber ketegangan. Namun, manajemen keuangan yang efektif dan komunikasi terbuka dapat membantu menciptakan stabilitas dan kedamaian dalam hubungan yang kita jalin dengan orang lain.
4. Peluang Karier
Manajemen keuangan juga mempengaruhi pendidikan dan peluang karier. Dengan keuangan yang dikelola dengan baik, kita memiliki sumber daya untuk berinvestasi dalam pendidikan dan pengembangan diri, membuka pintu untuk peluang baru, dan penghasilan yang lebih tinggi.
5. Dampak di Masa Depan
Keuangan juga tentang kebebasan dan fleksibilitas; kebebasan untuk melakukan perjalanan, mengejar hobi, atau bahkan mempertimbangkan pensiun dini. Keputusan keuangan kita hari ini, baik investasi, tabungan, atau asuransi, memiliki dampak jangka panjang, membentuk kehidupan kita di masa depan dan bahkan menjadi warisan yang akan kita berikan kepada generasi berikutnya.
Mengingat semua ini, pentingnya memiliki keterampilan dan kesadaran finansial tidak bisa diremehkan. Namun, tantangan dalam manajemen keuangan sering berasal dari tempat yang tidak terduga.
Oleh karena itu, sangat penting untuk membahas topik ini dengan pakarnya, lalu menghubungkannya dengan situasi keuangan kita sendiri. Inilah alasan mengapa diskusi seperti Financial Dialogue menjadi sangat penting: tempat di mana kita bisa menggali lebih dalam, belajar, dan membuat keputusan terinformasi tentang keuangan kita.
Financial Dialogue Kembali Hadir!
Setelah jeda yang cukup panjang, Financial Dialogue dengan bangga kembali mengambil panggung. Kali ini semakin istimewa karena bertepatan dengan perayaan dua dekade QM Financial, alias ulang tahun ke-20 QM Financial.
Motivasi di balik inisiatif ini tetap tidak berubah dan sejalan dengan apa yang telah kami yakini selama ini: pentingnya menjaga keseimbangan antara kesehatan fisik, mental, dan finansial, terutama di zaman sekarang.
Pandemi telah menyoroti pentingnya praktik ini secara lebih mendesak. Memiliki keuangan yang stabil dan dana darurat yang cukup terbukti menjadi penyangga penting saat krisis finansial menyerang. Namun, pelajaran berharga dari masa-masa sulit tersebut tidak berhenti di situ. Kesehatan fisik dan mental yang prima, ternyata juga sangat krusial, memiliki bobot yang sama dengan kekuatan finansial kita.
Stres yang ditimbulkan oleh kesulitan finansial bisa menimbulkan beban serius pada kesehatan mental kita, dan jika tidak ditangani, hal ini dapat berdampak lebih lanjut pada kesehatan fisik. Demikian pula, mengalami masalah kesehatan fisik dan mental dapat menyebabkan stres finansial, terutama mengingat biaya perawatan dan pengobatan yang bisa sangat tinggi.
Inilah saatnya kita menghentikan siklus merugikan ini. Langkah awalnya adalah dengan menciptakan platform dialog yang memungkinkan perhatian yang seimbang terhadap kesehatan fisik, mental, dan finansial.
Financial Dialogue bertujuan menjadi ruang di mana kita dapat belajar keuangan dan membuka percakapan penting ini, memahami bahwa ketiganya saling terkait dan sama-sama penting untuk kehidupan yang sehat dan harmonis.
Mari berdialog bersama, di Financial Dialogue – Spesial QM Financial 20 tahun!
Life Beyond Financial – Financial Dialogue Special QM Financial 20 Tahun
Financial Dialogue spesial ulang tahun QM Financial kali ini akan menghadirkan 3 panelis. Inilah mereka.
1. dr. Andira Utami – Certified Nutrition Science from Stanford School of Medicine, Founder & CEO of Livewell Indonesia
Dari perspektif SEHAT FISIK, dr. Andira akan membahas hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan tubuh selain rutin berolahraga. Apa yang perlu diperhatikan dari segi makanan sehari-hari, menghadapi udara yang buruk, dan menjaga kemampuan tubuh untuk melakukan tugas sehari-hari agar hidup secara nyaman.
2. Adjie Santosoputro – Praktisi Mindfulness dan Kesehatan Mental
Dari perspektif SEHAT MENTAL, Adjie akan membahas hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan mental. Melalui refleksi diri diharapkan mampu menghadapi berbagai kemungkinan dan menjalani hari baru dengan positif dan hidup bahagia sesuai dengan tahapan usia dan cara-cara yang praktis.
3. Ligwina Hananto – CEO & Lead Financial Trainer QM Financial
Dari perspektif SEHAT FINANSIAL, Ligwina akan membahas hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan finansial yang relevan dengan tahapan kehidupan finansial masing-masing, beserta contoh-contoh praktik yang mudah diterapkan.
Jangan lewatkan kesempatan untuk belajar dari para ahli di bidangnya:
Venue: Hotel Century Park Jakarta
Tanggal: 29 Oktober 2023
Waktu: pukul 14:00-17:00 WIB
Yuk, daftar sekarang di
Tiket sangat terbatas ya, jadi jangan sampai kehabisan. Buruan segera amankan seat kamu. Ada beragam hadiah menarik, dan juga doorprize. Khusus buat kamu alumni FCOS QM Financial, pakai kode promo ALUMNI20 untuk harga spesial ya!
Inilah waktu yang tepat untuk mengambil langkah proaktif dalam mengelola kesehatan fisik, mental, dan finansial kamu. Bersama, mari kita capai hidup yang lebih seimbang, harmonis, dan penuh makna. Daftar sekarang juga, dan jadilah bagian dari perubahan menuju kehidupan yang lebih baik bersama QM Financial!
See you there!
10 Masalah Keuangan untuk Kamu Bahas Bersama Pasangan!
Data perceraian di Pengadilan Agama pada tahun 2020 (sumber: katadata.co.id) menunjukkan bahwa lebih dari 20% alasan perceraian adalah karena masalah ekonomi alias ujungnya duit. Bagaimana sih sebaiknya mendiskusikan masalah keuangan dengan pasangan?
Berikut ini adalah 10 masalah keuangan yang bisa kamu bahas bersama pasangan–demi hubungan yang lebih awet dan langgeng.
10 Masalah Keuangan Rumah Tangga
1. Nilai-nilai keluarga
Gak bisa dipungkiri lagi. Menikah itu gak sama si dia aja kan. Kita juga otomatis jadi satu keluarga dengan keluarganya. Ayo ngobrol soal apa aja hal-hal yang dianggap penting sebagai nilai keluarga.
Misalnya menjunjung tinggi kemandirian atau semua harus hidup bersama satu kompleks seumur hidup. Ini dua nilai yang sangat berbeda dan akan butuh kompromi besar untuk menyatukan pemikiran antar pasangan.
2. UU Perkawinan 1974
Menikah karena cinta, menikah secara agama. Ternyata ada satu lagi, menikah itu memasuki ikatan dengan kekuatan hukum karena ada Undang-Undang Perkawinan tahun 1974.
Sebelum menikah seharusnya kita tahu kalau ada UU ini, di antaranya mengatur masalah keuangan juga. Misalnya seperti harta dan utang yang dihasilkan setelah menikah adalah milik bersama.
Jika tidak ingin mengikuti UU tersebut maka pasangan yang ingin menikah perlu membuat perjanjian pisah harta. Hartamu dan hartaku, ternyata harta kita. Lebih dari itu, utangmu dan utangku, ternyata utang bersama juga!
3. Konsep nafkah
Sebagian orang percaya, suami adalah pemberi nafkah utama keluarga. Sebagian orang lagi percaya, tidak perlu membebani laki-laki, atur saja secara bersama. Sebaiknya topik masalah keuangan yang satu ini juga dibahas bersama.
Ekspektasi berlebihan–padahal tidak percaya pada konsep yang sama–berpotensi menyebabkan pertengkaran hebat di kemudian hari. Jika sudah sama-sama paham dan sepakat pada konsep nafkah yang sama, maka lebih mudah untuk saling mengerti peran dalam keuangan rumah tangga.
4. Tanggungan keluarga besar
“Kalau sudah menikah nanti, dan saya ingin memberikan uang kepada orang tua saya, kira-kira suami bakal marah gak ya?”
Kalimat seperti ini sering sekali kita jumpai. Setiap keluarga memiliki kondisi dan masalah keuangan yang berbeda-beda. Ada yang saling ketergantungan, ada juga yang tidak.
Saat dua orang bersatu dalam pernikaha, mereka tidak datang dari keluarga yang sama. Karena itu, urusan bantuan kepada orang tua ini perlu segera dibahas. Membantu keluarga itu tidak pernah salah. Tapi menyembunyikan uang, diam-diam tidak cerita, yang begini yang bisa bikin jadi bibit bertengkar.
5. Status utang
Tidak semua orang siap menikah bersama utang. Sebetulnya jika seseorang sudah memiliki utang sebelum menikah, maka status utang itu adalah miliknya sendiri–pasangannya tidak turut bertanggung jawab.
Akan tetapi, kenyataannya saat sudah menikah, ada saja orang yang merasa ‘terjebak’ karena harus ikut membayarkan utang pasangannya, bahkan utang orang tua pasangannya. Jika masalah keuangan ini sudah dibicarakan sebelumnya, dan mencapai kata sepakat, tentu tidak masalah. Tapi siapa sih yang senang jika tiba-tiba harus membayarkan utang yang sebelumnya bukan tanggung jawab dia?
Biasakan membereskan utang dan tidak mengharapkan orang lain akan membayarkan utang yang jadi tanggung jawab kita sendiri.
6. Mau tinggal di mana?
Ada banyak alternatif tempat tinggal untuk pasangan yang baru menikah. Mulai dari pondok mertua indah, rumah kos, kontrakan, hingga membeli rumah sendiri. Tempat tinggal ini sangat berhubungan dengan pola hidup kita di kemudian hari.
Pengaturan cash flow pasangan yang masih tinggal di rumah orang tua tentu akan berbeda dengan pasangan yang sudah harus mencicil rumah sendiri.
7. Soal anak
Soal anak ini perlu dibahas sebelum menikah. Mulai dari pandangan soal child-free lifestyle, hingga pandangan soal jika menikah dan tidak dapat memiliki anak.
Selain soal tukar pendapat soal pandangan ini, tentu saja berikutnya adalah soal jika memiliki anak, kira-kira ingin sanggup menyekolahkan sampai jenjang pendidikan seperti apa. Diskusi ringan soal cita-cita menyekolahkan anak dapat sangat membuka wawasan soal apa dan bagaimana kita menyiapkan dana Pendidikan bersama di kemudian hari.
8. Kebiasaan keuangan
Apakah kamu pernah mendengar tentang Good Money Habit? Ini soal kebiasaan keuangan yang menjadi bagian dari hidup kita sehari-hari.
Misalnya seorang suami yang selalu rajin menabung 10% dari gajinya. Atau istri yang senang mencatat pengeluaran supaya tahu ke mana bocor keuangan terjadi. Diskusi kebiasaan keuangan yang baik akan saling menguatkan antar pasangan. Jadi bisa mengurangi friksi yang menambah jurang antara pasangan.
Dengan saling kenal kebiasaan keuangan yang baik, pasangan merasa mereka adalah satu tim yang sedang berjuang bersama.
9. Kebiasaan belanja
“Kalau sudah menikah nanti, aku tuh tetap bebas belanja skin care gak ya? Atau harus izin suami dulu?”
Yuk, diskusikan dengan pasangan soal kebiasaan belanja kamu dan si dia. Ada suami yang dari dulu memang gamer–gak mungkin mau pakai gawai yang abal-abal. Padahal si istri sedang stres masalah keuangan lantaran memikirkan dana pendidikan anak. Kebayang kan pertengkaran macam apa yang bakal terjadi?
10. Tentang agama
Apa hubungannya agama dengan masalah keuangan? Bukankah soal agama ini urusan privat masing-masing?
Ternyata ada aspek keuangan yang beririsan dengan agama. Maka saat mempraktikkan keuangan, perlu juga memeriksa apa pandangan pasangan soal agama ini. Misalnya mulai dari urusan waris, pengeluaran sosial, juga tentang jenis produk keuangan–semuanya akan bersinggungan dengan aturan agama dan pandangan pasangan terhadap aturan agama tersebut.
Hukum waris untuk seorang muslim dan muslimah, aturan perpuluhan di gereja masing-masing, dan lain sebagainya. Bisa juga soal pemilihan produk sesuai Syariah–yang sebetulnya tidak terbatas pada pemeluk agama Islam.
Tentu saja masih banyak lagi masalah keuangan dan hal lain yang perlu dibicarakan bersama antar pasangan, baik sebelum menikah maupun sesudah menikah. Tapi dari 10 hal di atas, mana yang kira-kira akan kamu mulai bahas terlebih dahulu?
Sebetulnya tidak ada soal benar atau salah dalam diskusi di atas.
Yang perlu diperhatikan adalah soal membuka diri untuk saling mendengarkan, bertemu di tengah, mencapai kesepakatan bersama. Akhirnya, menikah itu adalah soal kompromi antara dua orang yang datang dari dua latar belakang yang berbeda.
Mari saling menjaga cinta dan kepercayaan dengan pasangan. Ternyata bisa mulai dengan ngobrol dulu ya. Selamat mencoba!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Jangan lupa juga follow Instagram QM Financial untuk berbagai update kelas finansial online dan tip praktis lainnya.
Financial Dialogue 08: Content Creator Juga Harus Bisa Hidup Sejahtera
Zaman sekarang, pilihan karier makin banyak. Kalau mau nanya ke anak-anak soal cita-cita, semakin jarang pula terdengar pilihan untuk menjadi dokter, guru, atau sebangsanya. Rerata akan menjawab menjadi YouTuber, Tiktoker, dan sederet profesi content creator lain.
Itu baru anak-anak. Jangan tanya di kalangan generasi Z dan milenial. Sudah banyak yang merambah ke salah satu profesi di industri kreatif ini sejak media sosial “ditemukan”.
Apa Sih Itu Content Creator?
Content creator adalah orang-orang yang berkarya dengan cara membuat konten menarik dan bersifat edukasi, inspiratif, dan menghibur untuk tujuan tertentu, sehingga menciptakan minat pengikutnya akan topik yang diangkat. Konten yang dibuat semakin ke sini juga semakin beragam. Tak hanya yang bersifat statis seperti foto atau tulisan, tetapi juga konten dinamis seperti video, animasi, dan sejenisnya.
Perkembangan internet turut mendorong iklim yang sesuai bagi para content creator ini untuk berkembang, hingga mereka mampu mendapatkan penghasilan fantastis bahkan sampai miliaran rupiah setiap bulannya.
Inilah yang kian menarik generasi masa sekarang untuk mendalami profesi ini. Namun, kadang apa yang ada di “backstage” memang agak berbeda dari yang dapat dilihat secara kasatmata.
Dari luar, para content creator memang kadang tampak glamor, standout, charming, inspiratif, kreatif, lucu, dan seterusnya. Sedangkan di baliknya, ada banyak sekali hal yang menjadi PR sang content creator untuk dilakukan agar kontennya sukses menarik perhatian follower dan banyak orang lainnya.
Ada banyak kerja keras, networking, kemampuan manajemen diri, hingga kemampuan mengelola keuangan juga lo!
Ini dia yang kita ulik dalam Financial Dialogue 08: Menghasilkan Uang Kekinian Ala Kreator, yang sukses dihadiri oleh lebih dari 100 peserta di hari Sabtu, tanggal 26 Juni 2021 yang lalu.
Serunya Obrolan Para Content Creator dalam Financial Dialogue 08
Dibuka oleh Nyonya Rumah, Ligwina Hananto, yang membahas topik profesi content creator ini dari perspektif finansial.
Mba Ligwina menggarisbawahi 4 tantangan karier terbesar untuk menjadi content creator, yaitu:
- Penghasilan berkurang atau berhenti ketika sakit
- Penghasilan naik turun dan musiman
- Butuh modal untuk project atau riset
- Invoice tidak dibayar tepat waktu
Karenanya, adalah penting bagi seorang content creator untuk belajar mengelola keuangan dengan baik sejak awal. Beberapa yang harus dilakukan lebih dulu adalah mengunci pengeluaran dan tujuan finansial, memiliki sistem penampungan dana yang baik, membangun personal brand sebagai bisnis, melengkapi proteksi diri sendiri, dan juga jangan lupa, menyiapkan aset aktif yang nantinya bisa meng-generate pendapatan pasif saat kita sudah memasuki masa pensiun.
Dengan keterampilan mengelola keuangan yang baik, maka meski tak menjalani pekerjaan rutin kantoran yang menjanjikan gaji rutin dan jaminan pensiun yang besar, seorang content creator juga bisa hidup sejahtera.
Panelis 1: Ditta Amelia Saraswati, Ilustrator dan Penulis Buku
Paparan Mba Ligwina Hananto diamini oleh Ditta Amelia Saraswati, yang memulai kariernya sebagai seorang ilustrator di circa tahun 2000-an. Menyimak kisah perjalanan Ditta merupakan hiburan tersendiri. Memang, networking merupakan hal yang penting. Ini juga diakui betul oleh Ditta.
Berawal dari iseng membuat gambar-gambar kartun, Ditta akhirnya bertemu dengan banyak orang, yang sebagian besar memberikan peluan untuknya menapaki kariernya sebagai komikus dengan lebih serius.
Beberapa kali mengerjakan proyek, bahkan juga membuat konten untuk sejumlah brand ternama, akhirnya membawa Ditta juga menulis buku. Sekarang, Ditta sudah punya semakin banyak teman, dan semakin serius mendalami profesinya.
Panelis 2: Fellexandro Ruby, entrepreneur dan content creator
Sama saja dengan Ditta yang menjalani kariernya secara natural, Ruby malahan sempat menjalani 9 profesi sebelum akhirnya memilih untuk menjadi seorang content creator hingga sekarang. Tak hanya itu, Ruby bahkan juga mengembangkan dirinya menjadi seorang entrepreneur sukses.
Semua itu tak lepas dari growth mindset yang dimilikinya. Karenanya, Ruby mengajak (calon) content creator semua untuk juga memiliki growth mindset, alih-alih fixed mindset yang bisa membuat kita tak berkembang.
Apa sih contohnya growth mindset itu? Misalnya, terbuka menerima kritik dan pendapat orang lain. Tak banyak lo, yang bisa memiliki dan melakukannya.
Panelis 3: Aria Rajasa, founder Karyakarsa.com
Membuat sebuah platform yang bisa menjadi media bagi para kreator untuk berkarya tanpa batas menjadi niatnya untuk mendirikan KaryaKarsa.com. Diharapkannya, platform besutannya ini bisa menjadi Patreon rasa lokal yang dapat mewadahi hasil karya para content creator tanpa batas jenis maupun jumlahnya.
Aria menyebutkan, penghasilan terbesar dari salah seorang content creator di Karyakarsa ada yang mencapai Rp10 miliar lo! Luar biasa banget kan? Dengan ketentuan yang ringan, para kreator berhak atas 90% dari penghasilan untuk dinikmati. Yes, ini adalah nominal yang cukup besar. Mengingat banyak platform content creator lain yang memungut lebih dari 50% penghasilan kreator.
Dengan demikian, Karyakarsa menjembatani dua kebutuhan. Satu, kebutuhan para content creator untuk mendapatkan media berekspresi dan juga mendapatkan penghasilan. Dua, kebutuhan fans untuk bisa dekat dan mendukung langsung content creator yang diidolakan.
Setelah obrolan seru yang berlangsung 2 jam penuh, kita jadi tahu kan, bahwa menjadi content creator itu sekarang bisa banget dijadikan sebagai mata pencaharian utama, dan disejajarkan dengan berbagai profesi lain.
Tinggal bagaimana dari sisi si konten kreator itu sendiri, bagaimana mereka bisa responsif terhadap perkembangan zaman dan menciptakan peluang untuk mengembangkan dirinya sendiri. Apalagi dari sisi finansial, sudah seharusnya seorang content creator juga piawai mengelola keuangannya sendiri, supaya nantinya bisa hidup sejahtera dan bisa pensiun juga dengan sejahtera.
Nah, sampai ketemu di Financial Dialogue selanjutnya!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Financial Dialogue 07: Putus Mata Rantai Sandwich Generation, Bisa!
Generasi milenial akrab banget dengan kondisi sandwich generation ini. Apakah kamu juga mengalaminya? Gimana cara memutus mata rantainya ya?
Financial Dialogue 06: Ketika Pasangan Suami Istri Harus Bicara Soal Uang, Bakalan Seru atau Lebih Sering Buntu?
Pasangan suami istri harus bicara uang? Waduh, bisa jadi seru atau malah buntu!
Faktanya, memang banyak yang menganggapnya sebagai hal tabu, bahkan ketika dibicarakan dengan si soulmate, alias belahan jiwa.
Supaya lebih terasa dramatis, faktanya (lagi) ada 70% pasangan suami istri yang selalu berselisih paham tentang keuangan sepanjang waktu. 67%-nya bertengkar soal utang. Lebih jauh lagi, ternyata 28.2% perceraian yang terjadi dalam kurun waktu 2016 – 2018, dipicu oleh masalah ekonomi.
Maka, tak salah, jika Ibu Rani Anggraini Dewi, seorang pakar relationship, berkata, bahwa ada dua hal paling sensitif yang hadir dalam kehidupan pasangan suami istri. Satu, masalah seks, dan kedua adalah masalah keuangan.
Waduh!
Karena itu, diskusi yang terjadi selama Financial Dialogue vol. 06 yang diselenggarakan di hari Sabtu tanggal 20 Februari 2021 kemarin, dari pukul 13.00 hingga pukul 15.00 kemarin berlangsung sangat seru, karena mengangkat tema Relationship & Money: Diskusi Finansial bareng Pasangan: Seru atau Buntu?
QM Financial dan Nyonya Rumah, Ligwina Hananto, menghadirkan tiga orang panelis luar biasa, yakni Ibu Dra. Rani A. Dewi, M.A., Couple Relationship Therapist, Pre-Marital Consultant, Innerself Improvement Coach; juga pasangan ter-hype saat ini; Kalis Mardiasih, Penulis & Gender Equality Campaigner, dan Agus Mulyadi, Redaksi Pelaksana Mojok.co, yang merupakan pasangan suami istri yang baru saja menikah, alias newly weds.
Sesuai misinya, QM Financial lebih memilih mengajak masyarakat Indonesia untuk lebih banyak berfokus pada uang sebagai alat untuk mencapai dreams and achievements, alih-alih membawa fear mongering karena uang. Karena itu, diskusi dalam Financial Dialogue vol. 06 juga lebih berfokus untuk membicarakan akar masalah yang sering ditemui pada pasangan suami istri, mengapa topik keuangan malah lebih sering buntu, dan bagaimana cara mengatasinya.
Dengan didukung oleh Wardah, Kumparan sebagai rekan media dan Parentalk sebagai rekan komunitas, Financial Dialogue vol. 06 sukses diselenggarakan dan dihadiri oleh ratusan peserta secara virtual melalui aplikasi Zoom webinar.
Berikut adalah rekap acara yang kemarin sudah berlangsung.
Diskusi Financial Pasangan Suami Istri Itu Bisa Seru!
Dalam sesi pembukanya, Ligwina Hananto memaparkan tiga persoalan besar yang harus dihadapi oleh pasangan terkait keuangan keluarga ini, yakni:
- Kapan sebaiknya mulai mengobrol finansial dengan pasangan?
- Apa saja hal finansial yang perlu disiapkan sebelum menikah?
- Apa beda cara atur finansial newly weds, so married, vs old married couples?
Ligwina Hananto juga menyebutkan, bahwa ada 4 sistem atur uang dengan pasangan, yaitu:
- Sistem 1 pintu: penghasilan dari pihak 1, pihak 2 mengatur penggunaan
- Sistem 2 pintu: pihak 1 dan pihak 2 berpenghasilan, pihak 2 yang mengatur penggunaan
- Sistem terbalik: penghasilan dari 1 pintu, pihak 1 merintis, pihak 2 menghasilkan dan mengatur penggunaan uang
- Sistem sendiri-sendiri: kedua pihak menghasilkan, dan membagi tugas dalam pembiayaan kebutuhan hidup.
Mana yang lebih baik? Tentu saja, kembali ke kondisi keluarga masing-masing. Faktanya, Ligwina sendiri telah menjalani keempat sistem tersebut sekaligus, sesuai dengan tahapan hidup yang dilaluinya.
Jadi, bolehkah melakukan keempat sistem tersebut? Tentu saja boleh, karena hidup kita dinamis, sehingga pengaturan keuangan pun perlu disesuaikan dengan perubahan yang ada.
Selama kita tahu apa yang kita bicarakan, dan tahu bagaimana membicarakannya, diskusi finansial pasangan suami istri pasti bisa dilakukan dengan nyaman.
Hindari 9 Hambatan Komunikasi dan Fokus pada 5 Emosi Dasar
Ibu Rani A. Dewi, sebagai seorang pakar relationship, menyebutkan bahwa ada dua topik paling sensitif yang terbanyak menjadi masalah, salah satunya adalah keuangan. Ibu Rani menyoroti mengenai niat para pasangan menikah sejak awal.
Ibu Rani juga menggarisbawahi, bahwa pada dasarnya manusia tidak pernah belajar berkomunikasi. Kita hanya belajar bicara. Sedangkan, untuk berkomunikasi kita hanya bisa melihat dari cara orang tua kita berinteraksi satu sama lain. Karena itu, butuh penyesuaian lagi ketika akhirnya kita resmi menikah dan menjadi pasangan suami istri, lantaran masing-masing pribadi akan membawa latar belakang keluarga ini ke dalam keluarga barunya.
Menurut Ibu Rani, ada 9 hambatan cara berkomunikasi pasangan suami istri, yaitu mengatur dan mengontrol, memberi peringatan dan mengancam, berkhotbah dan menasihati, mengritik, menyalahkan, mengejek, simpati, menolak, mengalihkan.
Dengan demikian, jika ingin mengajak pasangan untuk berdiskusi masalah keuangan, ada baiknya untuk menghindari kesembilan gaya berkomunikasi di atas, karena bisa menyebabkan komunikasi menjadi terhambat.
Selain menghindari kesembilan gaya bahasa di atas, adalah penting juga bagi pasangan suami istri untuk memperhatikan 5 emosi dasar yang akan mendasari setiap komunikasi yang terbangun, yaitu merasa dicintai, merasa dihargai, merasa dipahami, merasa bernilai, dan merasa aman. Penuhilah kelima emosi dasar tersebut saat berkomunikasi dengan pasangan, maka masalah apa pun bisa diatasi dengan lebih mudah.
Miliki Value yang Sama
Kalis Mardiasih dan Agus Magelangan, yang merupakan pasangan newly weds, juga mengakui bahwa pada dasarnya akar masalah yang harus mereka hadapi juga kurang lebih sama dengan pasangan suami istri yang lain. Yes, komunikasi.
Namun, baik Kalis maupun Agus percaya, bahwa kompromi memang menjadi senjata ampuh untuk mengatasi masalah komunikasi ini.
Karena itu, adalah penting untuk memiliki partner dengan value yang sama. Dengan demikian, kompromi yang dilakukan pun menjadi lebih mudah. Masing-masing tak ada yang berkeberatan untuk mengalah, demi kebaikan bersama. Dengan memiliki partner yang ber-value sama, diskusi finansial antara pasangan suami istri pun jadi nyambung, karena frekuensinya sama.
Seru banget kan?
Eventually, diskusi finansial antara pasangan suami istri bisa dilakukan secara seru kok, enggak harus buntu. Hanya saja, masing-masing harus menyadari tujuan bersama dan memang sama-sama punya niat untuk mewujudkannya bareng-bareng juga.
Semoga dengan komunikasi yang lebih lancar, masalah keuangan di setiap keluarga juga jadi teratasi dengan lebih baik.
Terima kasih pada panelis yang luar biasa, nyonya rumah yang ramah, moderator yang cerdas, dan tentunya kamu, Teman Dialog yang sudah bergabung di Financial Dialogue Vol. 06.
Sampai ketemu di Financial Dialogue volume selanjutnya di bulan Maret!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Temukan 4 Cara Atur Uang dengan Pasangan
Cara atur uang yang baik bersama pasangan, dapat membuat hubungan lebih harmonis. Untuk itu, tiap pasangan perlu menemukan cara atur uang yang paling cocok!
Tapi sebelum bisa mengatur uang dengan baik, ada 1 hal yang perlu dilakukan, yaitu NGOBROL. Ternyata tidak semua pasangan memiliki kemudahan dalam bicara soal uang.
Apakah ngobrol soal uang dengan pasangan dapat membantu kita semakin kompak dengan pasangan?
Atau malah ini semakin membuat nyata perbedaan visi misi dengan pasangan, yang malah berujung bertengkar?
Saat bicara soal uang ini gagal menjadi komunikasi yang baik, hal yang terburuk seperti perceraian, bisa terjadi.
Data alasan perceraian yang diolah Lokadata (dari Dirjen Peradilan Agama dan Mahkamah Agung) menunjukkan alasan perceraian di 2018, terutama karena pertengkaran (46,6%) dan ekonomi (28,2%). Tidak perlu ketakutan soal data ini. Data ini semakin menunjukkan kalau perlu ada ruang diskusi yang nyaman dan aman saat pasangan memilih untuk bicara soal keuangan.
Ngobrol soal uang dengan pasangan ini dapat membantu kita menemukan cara mengatur keuangan yang baik. Kita perlu memahami bahwa semua pasangan memiliki kondisi hidup yang berbeda, sehingga tidak ada cara atur uang yang terbaik. Yang perlu dilakukan oleh setiap pasangan adalah menemukan cara atur uang yang paling cocok. Menariknya, cara atur uang ini bisa berbeda, berganti, sesuai dengan perubahan yang terjadi pada kehidupan rumah tangga masing-masing pasangan.
Berikut ini 4 cara mengatur uang bersama pasangan.
SISTEM 1 PINTU
Sistem ini artinya ada 1 pemberi nafkah keluarga dan 1 pengelola keuangan keluarga. Biasanya cara tradisional yang terjadi adalah suami bekerja dan menyerahkan semua penghasilannya kepada istri. Istrinya yang mengatur semua hal dalam keluarga termasuk soal keuangan.
SISTEM 2 PINTU
Sistem ini terjadi saat kedua suami istri sama-sama bekerja dan pengelolaan keuangan keluarga masih diserahkan pada salah satu saja. Sering terjadi suami istri bekerja dan keuangan dipegang oleh istri. Kelebihan dari sistem ini adalah saat menggabungkan penghasilan, kemampuan keluarga untuk menyisihkan dalam menabung dan investasi – juga saat akan mencicil rumah, jauh lebih besar.
SISTEM TERBALIK
Sistem ini terjadi saat terjadi perubahan karier yang besar dalam hidup salah satu di antara pasangan suami istri. Misalnya terjadi saat suami memutuskan berhenti bekerja untuk memulai bisnis, sehingga tidak bisa memberikan nafkah untuk sementara waktu. Saat ini terjadi, pihak yang bertanggung jawab menghasilkan uang dialihkan pada pihak istri. Sebaliknya juga bisa terjadi, saat istri mendapatkan kesempatan bekerja – di kota atau negara berbeda, lalu keluarga ini memutuskan untuk ikut migrasi bersama istri. Saat ini suami ‘terbalik’ berubah menjadi dependant. Cara ini akan membutuhkan komunikasi yang jauh lebih baik dan kompromi yang besar. Perubahan peran dapat mempengaruhi sisi psikologis kedua pihak. Pastikan kalian membicarakan dampak yang bisa terjadi dan kesepakatan soal waktu.
SISTEM SENDIRI-SENDIRI
Sistem ini terjadi biasanya saat kedua pihak menikah di usia yang lebih matang. Dengan perjalanan karir dan penghasilan yang sudah terbentuk, pasangan suami istri akan memiliki kebiasaan mengelola uang sendiri-sendiri. Sistem ini bisa terjadi juga dengan komunikasi yang baik. Masing-masing pihak bisa memilih bagian mana yang ingin mereka bayarkan sebagai kontribusi pada keuangan keluarga. Jangan lupa bahwa hidup suami istri itu “bersama”. Sehingga saat sistem keuangan dilakukan sendiri, diskusikan tujuan finansial bersama yang akan kalian lakukan juga bersama-sama.
Tidak ada yang benar atau salah dari keempat sistem di atas. Kita perlu mencari tahu mana sistem yang paling cocok untuk dilaksanakan pada fase hidup masing-masing. Menariknya, semua sistem ini – saat dilakukan dengan komunikasi yang baik – dapat mendekatkan diri pasangan suami istri. Keduanya bisa merasakan kebersamaan dan kekompakan karena saat mengatur uang bersama, rasanya menjadi 1 tim. Selain itu, memeriksa kembai sistem atur uang yang cocok dapat membuat pasangan lebih adaptif dengan segala perubahan yang terjadi. Kondisi karir, perubahan penghasilan, lokasi tempat tinggal, hingga usia pasangan suami istri, akan sangat mempengarui perubahan cara atur uang ini.
Terakhir tentu saja, berhenti membandingkan diri dengan orang lain. Apa yang terjadi pada pasangan lain – yang ditampilkan di media sosial – belum tentu menggambarkan hidup yang sesungguhnya. Isi laporan keuangan masing-masing tidak tampil di media sosial lho. Artinya hanya kita – pasangan suami istri – yang tahu kondisi keuangan yang sesungguhnya. Maka kita sendiri yang menilai dan mewujudkan keuangan yang sehat.
Mengatur uang dengan pasangan ini akan jadi proses yang menyenangkan. Semua tentu saja demi mewujudkan hubungan dan hidup berkeluarga yang lebih baik.
Ayo temukan cara atur uangmu sendiri!
Blueprint of Your Money dan 5 Elemen Paling Prinsip yang Ada di Dalamnya
Blueprint of Your Money merupakan konsep asli dalam perencanaan keuangan pribadi yang ditemukan dan dirumuskan oleh Ligwina Hananto, lead trainer QM Financial. Diibaratkan sebagai rumah, prinsip inilah yang menjadi basic-nya basic ilmu mengelola keuangan yang akan kita pakai seumur hidup, untuk berbagai tujuan.
So, adalah penting buat kamu untuk memahami dulu konsep Blueprint of Your Money ini, sebelum melangkah ke step selanjutnya dalam pengelolaan keuangan pribadi. Karena, tanpa memahami basic-nya basic ilmu, kamu akan lebih sulit untuk merencanakan keuanganmu sendiri. Bisa jadi, kamu hanya tahu tetapi kurang paham secara mendalam, mengapa kita perlu punya perencanaan keuangan yang menyeluruh. Bahkan, mungkin kamu juga tak memandang pentingnya tujuan keuangan, dan segala macam pernak-pernik yang perlu kita pikirkan sampai mendetail untuk bisa mencapainya.
Padahal, tanpa punya tujuan keuangan sama saja enggak punya tujuan hidup. Karena, kita enggak bisa memungkiri, bahwa uang kita perlukan untuk bisa survive dan bernapas. Uang bukan segalanya, tetapi segalanya butuh uang.
Nah, lalu mulai dari mana agar bisa paham mengenai prinsip Blueprint of Your Money ini? Sebenarnya, prinsip ini cukup sederhana kok, enggak aneh-aneh dan nggak rumit sama sekali. Kamu hanya perlu memperhatikan dan memahami cara main 5 elemen ini saja.
5 Elemen Terpenting dalam Blueprint of Your Money
1. Financial Check Up
Financial check up merupakan fondasi dari Blueprint of Your Money dan menjadi modal untuk membuat perencanaan keuangan hingga jauh ke depan. Mengapa? Karena dengan melakukan financial check up–seperti halnya melakukan medical check up–kita jadi tahu seperti apa kondisi kesehatan keuangan kita.
Kalau sehat, maka kita bisa melanjutkan dengan membuat rencana keuangan hingga tujuan jangka panjang. Tetapi kalau belum sehat, ya kita “obati” dulu penyakitnya.
Ada 3 rasio dasar keuangan yang harus dicek dalam financial check up ini, yaitu:
- Rasio cicilan utang, yaitu maksimal 30% dari penghasilan rutin bulanan, yang berlaku untuk semua cicilan utang yang kamu miliki.
- Rasio menabung atau investasi, yaitu rasio kemampuanmu untuk bisa menyisihkan uang dari penghasilan setiap bulan ke rekening tabungan atau investasi, yang besarnya minimal 10% dari penghasilanmu.
- Rasio likuiditas, yaitu rasio jumlah aset lancar yang kamu miliki terhadap jumlah pengeluaran bulanan, yang besarnya setidaknya 3 – 6 kali pengeluaran rutin.
Nah, lakukan pencatatan terhadap ketiga rasio ini agar kamu tahu, sebenarnya saat ini keuangan kamu sudah sehat atau belum.
2. Financial Plan
Selanjutnya, jika keuangan sudah cukup sehat, kamu bisa merumuskan financial plan, alias rencana keuanganmu. Ibarat rumah, financial plan dalam Blueprint of Your Money ini adalah lantai satu, di mana terdapat ruang-ruang inti yang paling dibutuhkan. Mulai dari ruang tamu, dapur, dan sebagainya.
Setiap rencana harus punya judul, nilai, dan jangka waktu.
Apa tujuan keuangan yang pengin kamu capai? Dana darurat, dana menikah, dana pendidikan, dana pensiun, atau ada yang lain? Inilah yang akan menjadi judul rencana keuanganmu. Banyak ya? Ya, bagus, itu berarti banyak juga impian yang ingin (dan pasti bisa) kamu raih.
Selanjutnya, tentukan nilai masing-masing tujuan keuangan. Butuh berapa dana daruratnya? Butuh berapa banyak untuk dana pensiun? Baru kemudian, kamu tentukan jangka waktunya, 3 tahun, 5 tahun, sampai 20 tahun.
3. Proteksi
Ibaratnya, kamu sudah punya fondasi dan lantai satu, selanjutnya kamu butuh atap untuk melindungi asetmu dari hujan dan panas.
Dalam keuangan, “atap” yang akan melindungimu berupa asuransi. Proteksi ini akan melindungimu dari berbagai risiko keuangan yang berpotensi menjadi masalah ke depannya.
Ada berbagai asuransi yang bisa kamu beli, tetapi tentunya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan.
4. Status harta dan utang, akses dana darurat, zakat, serta waris
Hal-hal ini yang akan menjadi pilar dari “rumah” keuangan yang kamu miliki, biar asetnya juga nggak ambyar ke mana-mana.
Terutama bagi Muslim, status harta dan utang sangat penting untuk diketahui, karena akan berkaitan dengan waris. Zakat juga menjadi kewajiban bagi umat Muslim.
Sedangkan, akses dana darurat akan menjadi sangat penting. Yang sering terjadi adalah ketika si pengatur keuangan dalam rumah mengalami sakit atau kesulitan, anggota keluarga yang di rumah lainnya malah enggak bisa mengakses dana darurat ini.
5. Aset aktif
Sudah punya fondasi, lantai satu dengan ruangan-ruangan inti, juga ada pilar dan atap, sekarang kamu bisa mulai memikirkan lantai kedua dari “rumah keuangan”-mu.
Di lantai dua ini, ada berbagai aset aktif yang perlu untuk kamu miliki, yang bisa berupa bisnis, properti, dan surat berharga.
Nah, jika kamu ingin lebih mendalami mengenai Blueprint of Your Money, ayo, segera cek jadwal kelas finansial online QM Financial! Kelas Blueprint of Your Money merupakan kelas-sangat-wajib yang harus kamu ikuti sebelum ikut kelas-kelas keuangan yang lain, sehingga selalu akan ada jadwalnya di setiap bulan, dan langsung diampu oleh lead trainer Ligwina Hananto.
Segera cek jadwalnya, dan daftarkan dirimu ya.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Financial Dialogue 04: Ketika Freelancer dan Pemilik Bisnis Harus Beradaptasi Selama Pandemi
Pandemi telah mengubah semua aspek hidup kita–siapa pun kita, apa pun pekerjaan kita, memaksa kita untuk segera melakukan adaptasi utamanya di sisi finansial. Banyak orang harus rela berkurang penghasilannya, karena efisiensi di perusahaan tempat mereka bekerja. Lalu apa kabar para freelancer di masa pandemi seperti ini? Ini dia yang menjadi inti dari diskusi dalam Financial Dialogue 4: Adaptasi Finansial di Masa Pandemi.
Menghadirkan para pelaku bisnis dan freelancer yang terdampak langsung oleh pandemi, namun pada dasarnya obrolan bisa sangat related untuk setiap jenis profesi yang dijalankan oleh semua orang.
Kita simak yuk, apa saja poin penting yang didiskusikan oleh Nyonya Rumah, Moderator, dan tentunya para Panelis yang luar biasa.
Financial Dialogue vol. 04: Setiap Orang Harus Siap Beradaptasi di Masa Pandemi
Dibuka oleh Ligwina Hananto, lead trainer QM Financial selaku Nyonya Rumah dalam Financial Dialogue vol. 03, ini yang menggarisbawahi fenomena bahwa selama pandemi, ternyata banyak orang terbukti belum dapat melindungi pemasukan masing-masing. Tip dan trik untuk bisa survive di masa pandemi memang seputar membangun dana darurat dan menyesuaikan budgeting–yang memang sama sekali tidak salah, tetapi ternyata enggak hanya itu saja. Terkadang kita lupa untuk menjaga penghasilan kita lantaran terlalu sibuk menyiapkan berbagai dana untuk tujuan keuangan kita.
Karena itu, buat yang sekarang masih bisa, segera amankan pintu penghasilan. Ada banyak cara untuk melakukannya, salah satunya dengan side hustling. Meski demikian, kita juga harus bijak, jangan sampai side hustling ikut memengaruhi produktivitas kinerja kita pada mata pencaharian utama.
Panelis 1: Hanifa Ambadar
Sebagai salah satu pelaku bisnis di beauty product industry, Hanifa merasakan bahwa dampak yang dirasakan akibat pandemi sangat bervariasi. Ada yang memang terdampak secara dahsyat, tetapi ternyata ada yang merasakan dampak ini hanya kecil saja. Hal ini disebabkan oleh sangat bervariasinya produk dan jasa yang ada dalam beauty industry itu sendiri.
Untuk Female Daily Network sendiri, Hanifa melakukan beberapa pivoting agar tetap survive melalui pandemi ini. Salah satunya adalah konversi event-event ke ranah online.
Hanifa juga menemukan fakta, bahwa ternyata selama pandemi berlangsung dan orang-orang bekerja dari rumah (WFH) ternyata masalah kulit tetap saja ada, hanya berganti bentuk. Misalnya, karena hanya di rumah, orang jadi lebih malas untuk skincare-an. Akibatnya muncul deh masalah kulit. Hal ini bisa jadi sebuah permintaan pasar baru terbentuk kembali, dan bisa dimanfaatkan oleh para pelaku bisnis beauty products.
Menurut Hanifa, kunci bisnis menghadapi pandemi yang terpenting adalah having a value and being transparent. Di saat memiliki value dalam berbisnis, kamu akan tahu bagaimana caranya pivoting dengan tetap membawa value bisnis. Being transparent penting agar karyawan memiliki sense of urgency dan mengelola ekspektasi masing-masing.
Panelis 2: Jenny Jusuf
Sejak memutuskan untuk menjadi seorang freelancer, sebenarnya Jenny Jusuf sudah siap akan kondisi ups and downs-nya. Memang demikianlah kondisi seorang pekerja lepas dengan penghasilan yang tidak tetap. Kadang sebulan ada, kadang sebulan nggak ada. Kadang banyak pemasukan bisa didapat, kadang juga “cuma” recehan.
So, menurut Jenny, pandemi kali ini hanya seperti ujian besar dari situasi-situasi yang sudah sering dihadapi oleh freelancer sebelumnya. Tentu saja tetap harus ada penyesuaian agar tetap punya daya survive panjang.
Jenny sendiri sekarang memanfaatkan waktu untuk memperbanyak ilmu self development, karena menurutnya adalah penting bagi kita untuk menjaga kesehatan mental dan fisik selama pandemi berlangsung. Ia sendiri mempergunakan kemampuannya untuk menulis dan storytelling, sementara industri film sedang lumpuh, untuk membuat konten-konten media sosial.
Panelis 3: Moh. Arif Rahman
Arif mengelola bisnis travelingnya, Whatravel Indonesia, dengan omzet miliaran rupiah sebelum pandemi. Begitu COVID-19 menyebar, Arif harus pivoting agar bisnis tetap survive dan berjalan, meski harus menyesuaikan segala sesuatunya.
Arif memiliki ide bisnis yang sangat unik sementara ia tidak bisa lagi membuka open trip ke luar negeri, yaitu menyelenggarakan webinar-webinar dan virtual-virtual tour yang ternyata diminati oleh banyak orang.
Menurut Arif, business is about trial and error. Kita sudah tahu apa kebutuhan konsumen, tetapi kadang terlalu takut untuk mencoba. Jangan takut untuk berinovasi dan beradaptasi karena pasti ada jalan untuk yang mau berusaha.
Siap, Mas Arif!
Luar biasa banget insight yang bisa didapatkan dalam Financial Dialogue vol. 04 ini.
Salah satunya, ternyata kita enggak sendirian saja loh yang terimbas oleh kondisi pandemi ini. Ternyata ada loh yang kena imbas begitu besar, tetapi karena ia mau berusaha dan mau mengenali kebutuhan orang lain, malah menjadi ide bisnis segar yang belum banyak dirambah oleh pesaing.
Bikin semangat kembali menyala, dan mendorong diri sendiri untuk bisa kreatif juga kan?
Terima kasih pada panelis yang luar biasa, nyonya rumah yang ramah, moderator yang cerdas, dan tentunya kamu, Teman Dialog yang sudah bergabung di Financial Dialogue Vol. 04.
Sampai ketemu di Financial Dialogue Vol. 05, 28 November 2020 dengan tema yang berbeda! Follow akun Instagram QM Financial agar kamu tak ketinggalan update-nya ya!
Financial Dialogue Vol. 02: Atasi Quarter Life Crisis Sekaligus Capai Kebebasan Finansial
Anak muda masa kini, yang sedang berada di usia 20-an, seringnya merasa galau, bingung, ragu, dan akhirnya tidak puas akan semua pencapaiannya. Apa yang dibingungkan? Ya karier, relationship-nya, hingga soal finansial. Dr. Alex Fowke, seorang psikolog klinis senior di Hampsted London, UK, menyebutkan bahwa ini adalah gejala quarter life crisis.
Apa saja gejalanya? Di antaranya:
- Membandingkan pencapaian diri sendiri dengan orang lain yang sebaya.
- Merasa diri sendiri tidak akan mampu sukses di masa depan
- Merasa sulit untuk menemukan pasangan hidup
- Mempertanyakan tujuan hidupnya sendiri
- Cemas dan minder akan segala hal, termasuk soal keuangan
Wah, banyak juga, dan rata-rata merupakan gejala psikis. Bagaimana dengan kamu, yang sekarang sedang membaca artikel ini? Apakah kamu sedang mengalami hal yang sama?
Financial Dialogue Vol. 02: Ajak Milenial Atasi Quarter Life Crisis
Karena kondisi inilah, QM Financial berinisiatif untuk membuat dialog dan diskusi khusus untuk membahas fenomena quarter life crisis bersama para panutan milenial zaman now. Dalam acara ini, QM Financial juga mendiskusikan bagaimana cara mencapai kemerdekaan atau kebebasan finansial sekaligus merayakan momen kemerdekaan Indonesia yang ke-75.
Dibuka oleh Ligwina Hananto, selaku nyonya rumah sekaligus lead trainer QM Financial, yang menyebutkan tentang 3 langkah menuju kebebasan finansial yang harus dilakukan oleh milenial, yaitu:
- Mengelola cash flow atau arus kas pribadi dengan baik
- Memahami manfaat dan kinerja utang, sehingga dapat mengelolanya dengan bijak
- Memiliki tujuan keuangan, terutama memiliki properti pertama
Mengenai gejala quarter life crisis yang terjadi, Mbak Wina menyebutkan bahwa setiap orang punya backstage masing-masing dalam hidupnya, yang orang lain tak ketahui. Kita mungkin melihat orang lain bisa cepat sukses, tetapi di situ kita tidak tahu backstage-nya seperti apa. Kita bisa mulai merencanakan sukses untuk hidup kita kapan saja, tidak pernah ada kata terlambat untuk memulai,
Ada 3 orang panelis yang dihadirkan oleh QM Financial. Kita akan lihat satu per satu, sembari mencatat quote dan tip terpenting dari mereka agar milenial bisa mengatasi quarter life crisis yang sedang dirasakan.
Raditya Dika
Semua milenial sepertinya sudah kenal dengan bapak satu anak ini, yang menyebut dirinya sendiri sebagai ‘milenial tua’. Karena sudah senior, tentulah Bang Radit tahu betul bagaimana menjadi seorang milenial di zaman teknologi seperti sekarang.
Raditya Dika, yang telah menulis banyak buku pun sukses berakting ini juga punya perjalanannya sendiri menuju sukses.
Ternyata, Bang Radit mulai berinvestasi ketika dia menerima royalti bukunya yang pertama. Menjadi klien QM Financial 10 tahun yang lalu, membuat Raditya melek literasi finansial dengan lebih baik, dan sadar sepenuhnya bahwa yang pertama harus disiapkannya untuk masa depan adalah dana pensiun. Dan tahun lalu, tujuan keuangan dana pensiunnya sudah tercapai.
Memang bener sih, yang dikatakan oleh Bang Radit, bahwa waktu adalah teman terbaik. Selagi ada waktu, kita harus berusaha lebih baik.
Luar biasa, Bang Radit!
Rico Huang
Rico Huang adalah pengusaha yang sedikit banyak menyebarkan insecurity quarter life crisis pada follower-nya (dalam artian baik) lantaran sudah sukses di usianya yang masih muda. Nggak heran sih, Rico punya peluang untuk mulai kenalan dengan bisnis ketika dia duduk di bangku SMP. Sekarang, bisnis Rico berkembang pesat, dan kini sang CEO dan co-founder Alona dan Dropshipaja ini bisa mengendarai Ferrari.
Menurut Rico, selagi masih muda, habiskan jatah gagal, hingga saat usia semakin matang, kita sudah terbiasa dan lebih mudah mencari solusi untuk menikmati kegagalan kita.
Dudi Arisandi
Sumber daya manusia tiket.com kini terdiri atas generasi milenial dan zilenial, dan hal ini ternyata memberi keasyikan tersendiri bagi Kang Dudi Arisandi untuk selalu berinteraksi dengan generasi paling produktif ini.
Menurutnya, generasi milenial dan zilenial ini seharusnya merasa beruntung lantaran sekarang usia sudah bukan lagi halangan dan hambatan untuk berkarier dan sukses. Usia muda tidak menghalangi seseorang untuk menjadi CEO. Sudah ada contoh nyatanya kan?
Banyak insight dan pencerahan yang bisa didapatkan dalam Financial Dialogue Vol. 02 dengan tema Career & Money, dengan judul Quarter Life Crisis – Tip Antigalau untuk Karier Milenial yang diselenggarakan di 15 Agustus 2020 kemarin. Persis seperti pendekatan yang selalu dibawa oleh tim QM Financial dalam setiap edukasinya seputar dunia keuangan, yaitu melalui pencapaian dreams and achievement, tidak sekadar menakut-nakuti, lebih banyak fokus pada diskusi finansial yang sehat dan bisa memberdayakan semua orang.
Terima kasih pada panelis yang luar biasa, nyonya rumah yang ramah, moderator yang cerdas, dan tentunya, 600+ Teman Dialog yang sudah bergabung di Financial Dialogue Vol. 02 kemarin.
Sampai ketemu di Financial Dialogue Vol. 03, 19 September 2020!