Soft Saving ala Gen Z: Plus dan Minusnya
Generasi Z telah memopulerkan berbagai tren, dan salah satu yang paling menarik adalah soft saving.
Metode ini menawarkan cara menabung yang lebih santai, yang mencerminkan nilai dan aspirasi generasi muda saat ini. Dengan fokus pada kualitas hidup dan kepuasan saat ini, soft saving menjadi gaya pengelolaan keuangan yang semakin banyak diadopsi di kalangan muda.
Namun, seperti semua strategi, pendekatan ini memiliki kelebihan dan kekurangan yang berdampak pada stabilitas finansial jangka panjang.
So, apakah kamu juga penganut aliran ini? Coba kita telaah lagi yuk, termasuk membahas plus dan minusnya.
Table of Contents
Pengertian Soft Saving
Soft saving merupakan cara menabung yang enggak terlalu membebanimu. Fokus utamanya bukan pada pengumpulan kekayaan jangka panjang, melainkan pada peningkatan kualitas hidup saat ini.
Hal ini mencakup investasi pada pengembangan pribadi dan kesehatan. Prinsipnya bisa dibilang berkebalikan dari metode menabung yang lebih tradisional—yang sering diadopsi oleh generasi sebelumnya—yang lebih banyak menekankan pentingnya keamanan finansial di masa mendatang.
Karakteristik Soft Saving
Dalam praktik soft saving, proporsi untuk menabung biasanya lebih kecil dibandingkan dengan cara menabung yang konvensional. Sebaliknya, sebagian besar penghasilan diarahkan untuk mendukung gaya hidup yang diinginkan saat ini.
Hal ini mencerminkan keinginanmu untuk hidup dengan lebih nyaman hari ini daripada menunda kesenangan demi keuntungan di masa depan. Istilahnya, kalau bisa sekarang, kenapa kudu besok?
Penyebaran dan Pengaruh Global
Konsep soft saving telah menyebar secara global dan bukan hanya fenomena lokal, alias cuma terjadi di Indonesia saja. Gen Z seluruh dunia tahu akan metode ini, dan sebagian besar memang melakukannya.
Populernya pendekatan ini didorong oleh konsep soft life, yang sering dipromosikan oleh influencer di berbagai platform media sosial. Soft life adalah pendekatan hidup yang mengedepankan ketenangan dan kesehatan mental, mengurangi tekanan untuk selalu berprestasi atau memenuhi standar sosial yang tinggi.
Prioritas dalam Soft Life dan Soft Saving
Pendekatan soft life menekankan pada pentingnya menjalani kehidupan yang lebih santai dan mengutamakan kesehatan mental. Untuk memenuhinya, banyak gen Z yang melakukan aktivitas seperti berolahraga secara teratur, mengikuti pola makan yang sehat, dan memilih pekerjaan yang menyenangkan, dibandingkan dengan mengejar kemewahan seperti mobil mahal atau karier yang prestisius. Pun dana pensiun yang mencukupi.
Pengikut soft life dan soft saving lebih memilih untuk memanfaatkan dana yang tersedia untuk kepuasan pribadi dan kesejahteraan mental, daripada pengorbanan jangka panjang.
Baca juga: Cara Belajar Manajemen Keuangan pada Generasi X, Millenial, dan Gen Z
Dampak Positif dari Soft Saving
Well, akan selalu ada dua sisi untuk semua hal, betul? Bagi generasi-generasi sebelumnya, gaya hidup soft saving bisa dibilang akan punya dampak buruk. Namun, di sisi lain, metode hidup ini ada juga bagusnya.
1. Keseimbangan Hidup yang Lebih Baik
Soft saving memungkinkan seseorang untuk mengalokasikan lebih banyak sumber daya dan waktu untuk kegiatan yang meningkatkan kualitas hidup saat ini. Misalnya seperti hobi, olahraga, atau belajar keterampilan baru. Intinya, melakukan hal-hal yang mengarah pada keseimbangan kehidupan kerja yang lebih baik.
2. Kesehatan Mental yang Lebih Baik
Soft saving mengurangi stres yang sering kali muncul dari tekanan keuangan jangka panjang. Dengan metode ini, kecemasan tentang masa depan berkurang, memungkinkan fokus lebih besar pada kesejahteraan dan kebahagiaan saat ini.
3. Fleksibilitas Finansial
Pendekatan ini lebih fleksibel dalam pengelolaan keuangan, memungkinkanmu untuk lebih cepat menyesuaikan anggaran sesuai dengan perubahan situasi atau prioritas hidup.
Dampak Negatif dari Soft Saving
Seperti yang sudah disebutkan di atas, pendekatan ini juga memiliki sisi lain yang perlu dipertimbangkan. Sebelum memutuskan untuk mengadopsi metode ini, penting untuk memahami beberapa dampak buruk yang mungkin timbul. Apa saja?
1. Ketidakamanan Finansial Jangka Panjang
Fokus pada kepuasan jangka pendek dan pengeluaran untuk gaya hidup saat ini bisa mengurangi kemampuan untuk menangani kebutuhan atau krisis finansial di masa depan. Termasuk di dalamnya adalah kekurangan dana untuk pensiun, perawatan kesehatan, atau situasi darurat lainnya.
2. Ketergantungan pada Pendapatan Tetap
Soft saving bisa jadi enggak ideal jika pendapatan kamu tidak stabil. Pengeluaran yang lebih tinggi untuk gaya hidup saat ini dapat berisiko jika tiba-tiba saja penghasilanmu menurun.
3. Potensi Kurangnya Investasi
Investasi dalam aset yang akan menjadi sumber penghasilan pasif di masa mendatang, misalnya seperti properti atau saham, bisa berkurang. Artinya, kamu bisa saja kehilangan peluang pertumbuhan kekayaan jangka panjang yang bisa lebih menguntungkan dibandingkan menikmati pengeluaran saat ini.
Baca juga: Loud Budgeting: Tren Keuangan yang Lagi Viral di Kalangan Gen Z
Apakah Metode Soft Saving Cocok untuk Semua Orang?
Soft saving bisa jadi enggak cocok untuk semua orang karena beberapa alasan. Efektivitasnya sangat bergantung pada situasi keuangan, tujuan finansial jangka panjang, dan kebutuhan masing-masing.
Berikut beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan apakah soft saving cocok untuk diadopsi.
1. Stabilitas Pendapatan
Orang dengan pendapatan yang stabil dan dapat diprediksi mungkin lebih mampu menerapkan soft saving tanpa risiko keuangan besar. Contohnya, orang-orang yang sudah berstatus karyawan tetap atau sudah sampai ke jenjang manajerial.
Bagi mereka yang memiliki pendapatan yang fluktuatif atau tidak pasti, metode hidup seperti ini bisa menimbulkan risiko keuangan.
2. Tanggung Jawab Finansial
Kamu yang sudah memiliki tanggung jawab finansial yang lebih besar, seperti para sandwich generation, sudah berkeluarga, atau punya utang besar, rasanya pasti akan sulit dijalankan. Kamu membutuhkan strategi tabungan yang lebih konservatif untuk memastikan keamanan keuangan jangka panjang.
3. Tujuan Keuangan Jangka Panjang
Kamu yang memiliki tujuan jangka panjang seperti pengin punya rumah, pengin anaknya sekolah di sekolah terbaik, atau yang pengin menjalani FIRE, juga akan sulit menjalani gaya hidup seperti ini.
Kamu memerlukan strategi penghematan dan investasi yang lebih tradisional daripada soft saving.
4. Toleransi Risiko
Soft saving mengurangi penekanan pada pengumpulan aset dan tabungan. Hal ini enggak akan cocok bagi kamu yang lebih konservatif dalam hal keamanan finansial atau bagi yang ingin membangun kekayaan jangka panjang.
5. Kebutuhan Pribadi dan Prioritas
Gaya hidup, prioritas, dan nilai-nilai pribadi juga memengaruhi kecocokan soft saving. Bagi yang menghargai kebebasan dan kualitas hidup saat ini lebih tinggi daripada keamanan finansial di masa depan, pendekatan ini bisa jadi memang lebih menarik. Tetapi, enggak sebaliknya.
So, memang kembali pada pilihan hidup masing-masing.
Dalam mengambil keputusan apakah soft saving adalah pilihan yang tepat, penting untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap situasi keuangan pribadi dan berdiskusi dengan penasihat keuangan untuk memastikan semua aspek keuangan tercakup dan seimbang.
Jadi, kesimpulannya, soft saving bisa saja sangat bermanfaat untuk kesehatan mental dan kualitas hidup saat ini, tetapi penting juga bagi kamu untuk mempertimbangkan dampak jangka panjang dari keputusan finansial ini. Seimbangkan antara menikmati hidup saat ini dengan mempersiapkan keamanan di masa yang akan datang.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Bebas Finansial Artinya Tinggal Ongkang-Ongkang? Ini yang Kamu Harus Tahu!
Banyak orang mengira, bebas finansial artinya adalah sebuah kondisi ketika seseorang bisa hidup tanpa bekerja keras lagi, menghabiskan hari-hari dengan santai, ongkang-ongkang sambil menikmati hasil jerih payah masa lalu. Namun, seberapa tepatkah pengertian ini?
Di balik anggapan populer, pada dasarnya, bebas finansial artinya jauh lebih mendalam dan kompleks. Konsep ini bukan hanya tentang memiliki uang yang cukup untuk tidak perlu bekerja, melainkan tentang memperoleh kebebasan untuk membuat keputusan hidup tanpa dibatasi oleh kekhawatiran finansial.
Hal ini mencakup kemampuan untuk memilih bagaimana seseorang ingin menghabiskan waktu, dengan siapa, dan untuk apa, menjadikan kebebasan finansial sebuah tujuan yang didambakan tetapi sering disalahpahami.
Table of Contents
Apa Itu Bebas Finansial?
Ketika kita mendengar istilah ini, sering kali yang terlintas dalam pikiran adalah bebas finansial artinya gambaran hidup tanpa kekhawatiran akan uang, ketika kita bisa melakukan apa saja sesuka hati.
Namun, sebenarnya, apa sih arti sebenarnya dari bebas finansial itu?
Secara umum, bebas finansial artinya adalah keadaan ketika seseorang memiliki cukup kekayaan atau sumber daya keuangan untuk hidup tanpa perlu bekerja secara aktif untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Artinya ya bukan berhenti bekerja sama sekali, melainkan memiliki kebebasan untuk memilih apakah ingin bekerja atau tidak, serta kapan dan bagaimana ingin melakukannya.
Namun, interpretasi dari bebas finansial ini bisa sangat beragam dan sering kali disalahpahami. Bagi sebagian orang, bebas finansial berarti memiliki kemampuan untuk membeli apa saja yang diinginkan, kapan saja. Sementara bagi yang lain, bebas finansial berarti memiliki waktu luang yang lebih banyak untuk menghabiskan waktu bersama keluarga atau untuk hobi.
Di sisi lain, ada juga kesalahpahaman bahwa begitu mencapai kebebasan finansial, seseorang dapat hidup tanpa melakukan apa pun, alias ‘ongkang-ongkang’ tanpa kegiatan produktif. Padahal, kebebasan finansial sesungguhnya lebih kepada pencapaian kemandirian ekonomi yang memungkinkan seseorang untuk membuat pilihan hidup yang lebih luas, bukan sekadar kemewahan atau kemalasan.
Jadi, meskipun konsepnya tampak sederhana, realitas bebas finansial itu jauh lebih kompleks dan memerlukan pemahaman yang mendalam tentang apa arti kebebasan tersebut bagi kehidupan kita masing-masing.
Langkah Menuju Bebas Finansial
So, untuk bisa bebas finansial artinya seseorang harus berupaya. Effortnya jangan dikira gampang—kadang bahkan butuh waktu bertahun-tahun untuk persiapannya.
1. Merencanakan Keuangan dengan Bijak
Bebas finansial artinya punya rencana keuangan yang komprehensif. So, salah satu langkah fundamental dalam perjalanan menuju kebebasan finansial adalah merencanakan keuangan dengan bijak. Enggak cuma soal menghemat uang atau memotong pengeluaran, melainkan membangun strategi keuangan yang komprehensif hingga jangka panjang.
Perencanaan keuangan yang bijak dimulai dengan memahami cash flow; dari mana uang datang, ke mana perginya, dan bagaimana dapat mengoptimalkan kedua aspek tersebut. Termasuk di dalamnya adalah membuat anggaran yang realistis dan disiplin dalam mengikutinya, sambil tetap memperhitungkan kebutuhan dan keinginan pribadi.
Selain itu, penting juga untuk membangun dana darurat, yang akan memberikan bantalan finansial di masa-masa tak terduga.
2. Investasi dan Membangun Sumber Pendapatan Pasif
Langkah penting lainnya menuju kebebasan finansial adalah melalui investasi dan pembangunan sumber pendapatan pasif.
Investasi adalah tentang menempatkan uang kita untuk bekerja, sehingga menghasilkan lebih banyak lagi. Instrumennya bisa beragam, seperti pasar saham, obligasi, properti, kekayaan intelektual, atau bahkan dalam bisnis pribadi. Kunci dari investasi yang sukses adalah diversifikasi dan pemahaman mendalam tentang risiko dan potensi keuntungan dari setiap pilihan investasi.
Adalah penting bagi kita untuk menyesuaikan pilihan instrumen sehingga tak sekadar investasi, tetapi menjadi aset aktif yang akhirnya memberikan penghasilan pasif. Penghasilan pasif ini bisa berasal dari sewa properti, dividen saham, pendapatan dari bisnis yang tidak memerlukan kehadiran konstan, atau bahkan dari hak cipta dan royalti.
Dengan adanya pendapatan pasif, kita dapat secara bertahap mengurangi ketergantungan pada pendapatan dari pekerjaan reguler dan mendekati realisasi kebebasan finansial. Namun, perlu diingat bahwa membangun sumber pendapatan pasif sering membutuhkan investasi awal, baik dalam bentuk waktu, uang, atau keduanya. Oleh karena itu, pendekatan yang bijak dan terinformasi sangat penting dalam langkah ini menuju kebebasan finansial.
3. Disiplin dan Mengelola Risiko
Pada inti dari perjalanan menuju kebebasan finansial, terletak dua prinsip penting: disiplin dan pengelolaan risiko.
Disiplin finansial bukan hanya tentang mengikuti anggaran atau rencana investasi yang telah ditetapkan, tetapi juga tentang menjaga konsistensi dalam jangka panjang. Ini berarti menahan diri dari pengeluaran impulsif, mengevaluasi ulang prioritas keuangan secara berkala, dan menyesuaikan strategi investasi sesuai dengan perubahan kondisi pasar dan keadaan pribadi.
Disiplin juga berarti memiliki kesabaran untuk menunggu hasil investasi dan tidak tergoda oleh solusi ‘cepat kaya’ yang sering kali berisiko tinggi.
Sementara itu, pengelolaan risiko adalah tentang mengenali, memahami, dan mengurangi potensi kerugian keuangan. Di dalamnya melibatkan diversifikasi portofolio investasi untuk menyebarkan risiko, serta memastikan bahwa setiap investasi sesuai dengan toleransi risiko dan tujuan keuangan individual.
Pengelolaan risiko juga berarti mempersiapkan diri untuk skenario terburuk, misalnya dengan memiliki dana darurat atau asuransi yang memadai, untuk melindungi diri dari kejadian tak terduga yang bisa memengaruhi kestabilan keuangan. Dengan menggabungkan disiplin yang konsisten dan pengelolaan risiko yang efektif, seseorang dapat secara bertahap membangun keamanan finansial dan bergerak lebih dekat menuju pencapaian kebebasan finansial.
Jadi, Bebas Finansial Artinya Apa?
Dalam esensinya, bebas finansial artinya lebih dari sekadar memiliki kekayaan untuk bersantai tanpa batas. Ini adalah tentang menciptakan keseimbangan antara kekayaan dan kualitas hidup, memungkinkan kita untuk membuat pilihan berdasarkan keinginan, bukan kebutuhan.
Bebas finansial artinya bukan cuma ongkang-ongkang kaki doang, tetapi kita akan dituntut untuk selalu memantau, meng-update, dan menyesuaikan sumber pendapatan kita sepanjang waktu. Ada kalanya, aset ada yang dijual, atau nilainya turun. Maka perlu effort lagi untuk bisa menyeimbangkannya.
So, PR-nya enggak cuma sampai mengumpulkan aset aktif, dan selesai. Di belakangnya, ada berbagai upaya lagi untuk bisa membuat kita aman secara finansial hingga akhirnya tak membutuhkannya lagi. Sebuah pekerjaan sepanjang hidup kan?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!