Apa Itu Property Bubble? Pengertian dan Penyebabnya
Pernah dengar istilah property bubble? Bukan, bukan kayak film Up yang rumahnya dikasih balon terus terbang itu.
Property bubble adalah kondisi saat harga properti naik terlalu cepat dan terlalu tinggi, sampai enggak masuk akal. Hingga di titik tertentu, tiba-tiba harga ini “meletus” dan bikin nilainya anjlok.
Fenomena property bubble sering bikin banyak orang terjebak dalam situasi keuangan yang sulit. Kalau ini terjadi, pasti deh banyak yang kena imbasnya. Terutama mereka yang lagi proses KPR.
Untuk memahami lebih lanjut, penting tahu apa sebenarnya yang menyebabkan fenomena ekonomi ini bisa terjadi.
Table of Contents
Apa Itu Property Bubble?
Suka main gelembung sabun enggak? Memang lucu kan? Tapi, gelembung sabun itu bisa pecah kapan saja.
Kayak gitu juga dengan property bubble ini. Kondisi ini terjadi ketika harga properti naik gila-gilaan, jauh melampaui nilai sebenarnya. Biasanya ini terjadi karena permintaan yang tinggi, spekulasi, atau orang berlomba beli properti dengan harapan harga terus naik.
Sayangnya, seperti halnya gelembung sabun, gelembung harga ini enggak bertahan selamanya. Ketika pecah, harga properti bisa anjlok drastis dan bikin banyak orang, terutama yang telanjur investasi, gigit jari.
Makanya, istilah ini sering jadi momok di dunia investasi properti, karena efeknya bisa besar dan nggak jarang bikin ekonomi ikut gonjang-ganjing.
Baca juga: Membangun Rumah Impian dengan Rencana Keuangan yang Realistis
Penyebab Property Bubble
Prinsip ekonomi menyebutkan, bahwa ketika demand naik sementara supply stagnan, maka harga barang juga akan ikut terkerek. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab terjadinya property bubble ini.
Namun, enggak hanya itu. Ada beberapa hal lainnya yang juga bisa memicunya, bahkan membuatnya lebih parah.
1. Demand Naik
Permintaan pasar yang melonjak terjadi saat banyak orang berlomba-lomba membeli properti, entah untuk tempat tinggal atau investasi. Akibatnya, harga pun meroket karena properti jadi rebutan.
Kalau stoknya sedikit, situasi makin kacau—mirip seperti barang diskon yang diburu ramai-ramai, tapi dalam skala yang jauh lebih mahal.
2. Suku Bunga Rendah
Suku bunga rendah bikin pinjaman rumah terasa lebih ringan, jadi makin banyak orang tertarik mengajukan KPR. Dengan cicilan yang lebih terjangkau, daya beli naik. Hal ini kemudian membuat permintaan properti melonjak. Akibatnya, harga properti pun ikut terkerek, karena semua berlomba beli mumpung bunganya masih ramah di kantong.
3. Aturan Longgar
Standar kredit yang longgar bikin bank lebih gampang kasih pinjaman, bahkan ke orang-orang dengan risiko finansial tinggi. Dengan syarat yang enggak terlalu ketat, jumlah pembeli properti jadi naik drastis. Akhirnya, permintaan membludak dan harga properti ikut melesat karena pasar jadi makin ramai.
4. Spekulasi
Spekulasi pasar terjadi ketika investor berburu properti bukan untuk dihuni, tapi untuk dijual lagi saat harga naik. Harapan akan keuntungan besar menciptakan permintaan semu, yang bikin harga properti terus meroket tanpa alasan ekonomi yang solid. Ujung-ujungnya, pasar bisa jadi terlalu panas dan rentan ambruk.
5. Kebijakan Pemerintah
Adanya insentif pajak atau program subsidi rumah juga sering kali bikin properti terasa lebih terjangkau. Akhirnya, memancing banyak orang untuk beli rumah, sehingga permintaan melonjak. Tapi kalau pasokan properti enggak seimbang, harga bisa naik terus tanpa kontrol, menciptakan risiko lonjakan yang enggak stabil.
Dampak yang Bisa Terjadi jika Property Bubble Terjadi
Fenomena ini pernah terjadi di Amerika Serikat pada 2007-2008. Dimulai dengan lonjakan harga rumah yang enggak wajar saat itu, ditambah dengan suku bunganya sangat rendah dan kebijakan kredit yang begitu longgar, property bubble burst terjadi dan bikin orang sebumi kalang kabut.
Banyak pemilik rumah terjebak dalam utang lebih besar daripada nilai rumah mereka. Bank yang memberi pinjaman subprime mulai kolaps karena gagal bayar meningkat tajam.
Kalau di skala rakyat jelata macam kita ini, apa dampaknya. Ya, banyak juga, yang paling jelas adalah dua hal ini.
1. Beban Utang Meningkat
Beban utang meningkat ketika harga properti anjlok setelah bubble pecah, sementara cicilan KPR tetap jalan. Akibatnya, nilai pasar rumah bisa lebih rendah dari total utang yang harus dibayar.
Situasi ini disebut negative equity, di mana pemilik rumah terjebak membayar pinjaman untuk properti yang nilainya sudah jatuh. Beban finansial ini bikin sulit untuk menjual properti atau beralih ke investasi lain, sehingga keuangan pribadi jadi terganggu. Risiko gagal bayar juga meningkat, memperburuk kondisi keuangan secara keseluruhan.
2. Rencana Keuangan Bisa Berubah
Rencana keuangan bisa saja berubah, ketika dana besar dialokasikan untuk membeli properti yang nilainya merosot atau sulit dijual setelah bubble pecah. Uang yang seharusnya bisa dialihkan untuk tujuan penting seperti tabungan pendidikan anak, dana pensiun, atau investasi lain jadi terkunci.
Mau ngarepin keuntungan? Yawong, nilainya anjlok banget. Hal ini bakal bikin stres, apalagi kalau kebutuhan mendesak muncul. Selain itu, beban cicilan dan biaya perawatan properti makin mempersempit ruang gerak keuangan. Rencana jangka panjang bisa saja berantakan.
Cara Antisipasi Efek Property Bubble
Sebenarnya, ketika kita sedang KPR itu memang ada sejumlah risiko yang harus di-manage. Salah satunya ya kalau terjadi property bubble ini. Tapi, tak perlu khawatir. Berikut beberapa hal yang bisa kamu lakukan, agar bisa mengantisipasi efek dari gelembung harga properti ini. Yah, setidaknya bikin efeknya enggak terlalu “dalam”.
1. Riset dengan Cermat
Riset pasar dengan teliti penting untuk memahami kondisi harga di lokasi yang diincar. Cek tren harga beberapa tahun terakhir, bandingkan dengan wilayah sekitarnya. Cari tahu apakah kenaikan harga wajar atau cuma akibat spekulasi.
Hindari membeli saat harga sedang melonjak tajam tanpa alasan kuat, seperti pengembangan infrastruktur atau fasilitas baru, untuk menghindari risiko membayar lebih mahal dari nilai sebenarnya.
2. Pastikan Rumah Sepadan dengan Harganya
Pertimbangkan nilai fundamental dengan memastikan harga rumah sebanding dengan fasilitas yang ditawarkan, lokasi strategis, dan kondisi pasar di area tersebut. Lakukan perbandingan harga dengan properti serupa di sekitar untuk menghindari overpricing. Jangan mudah tergoda oleh promosi besar-besaran atau tren pasar sementara yang belum tentu mencerminkan nilai asli properti tersebut.
3. Pastikan Cicilan sesuai Kemampuan
Hindari kredit berlebihan dengan memastikan jumlah pinjaman sesuai dengan kondisi keuangan. Hitung cicilan bulanan agar tetap nyaman dan enggak membebani pengeluaran rutin.
Aturannya tahu kan? Cicilan utang itu sebaiknya enggak melebihi 30% dari penghasilan bulanan. Ini cicilan untuk semua utang ya.
Dengan begitu, stabilitas keuanganmu tetap terjaga. Juga sekaligus ada ruang untuk kebutuhan lain, seperti tabungan, investasi, atau dana darurat.
Baca juga: Sri Mulyani: Generasi Muda Akan Sulit Membeli Rumah di Tahun 2022 ke Depan
4. Dana Darurat Harus Siap
Siapkan dana darurat sebagai langkah perlindungan finansial jika terjadi hal tak terduga. Ya termasuk penurunan nilai properti ini, atau juga kebutuhan mendesak lainnya.
Cadangan ini sebaiknya cukup untuk menutup biaya hidup dan kewajiban keuangan, termasuk cicilan, selama 3–6 bulan. Dengan dana darurat yang aman, risiko keuangan lebih mudah dikelola tanpa harus menjual properti di saat yang kurang menguntungkan.
Nah, sudah paham kan, tentang apa itu property bubble?
Memahami property bubble penting untuk menghindari risiko keuangan yang bisa muncul di masa depan. Dengan mengenali pengertiannya dan faktor penyebabnya, keputusan investasi properti bisa dilakukan dengan lebih bijak.
Selalu lakukan riset, periksa kondisi pasar, dan pertimbangkan kemampuan finansial sebelum membeli. Jangan sampai terjebak hype dan akhirnya menyesal belakangan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Memulai Investasi dengan Modal Utang, Yay or Nay?
Memulai investasi sekarang itu enggak memerlukan modal yang besar. Untuk memulai, dana awal yang dibutuhkan bisa berasal dari berbagai sumber seperti gaji bulanan, bonus, atau sisa pengeluaran. Tapi, kok ya ada yang kepikiran pengin investasi dengan modal utang.
Padahal, berutang untuk investasi bukanlah langkah yang disarankan karena dapat menambah beban keuangan.
Sebenarnya, di sisi lain, berutang itu enggak selalu memiliki dampak negatif jika digunakan dengan bijak. Sebagai contoh, utang produktif dapat menjadi sumber pendapatan tambahan. Utang seperti ini biasanya digunakan untuk membeli aset yang nilai jualnya dapat meningkat seiring waktu, sehingga potensi keuntungan dapat mengatasi biaya utang tersebut.
Utang produktif sering kali dianggap sebagai strategi investasi yang cerdas karena dapat meningkatkan aset dan pendapatan di masa depan.
Table of Contents
Prinsip Utang Produktif
Utang produktif ini sering dianggap sebagai “utang baik”. Ada banyak manfaat yang bisa didapatkan dari jenis utang ini, terutama untuk pengelolaan keuangan jangka panjang.
Utang ini memungkinkan peningkatan nilai aset di masa depan, sehingga keuntungan yang diperoleh bisa melampaui biaya utang. Salah satu bentuk utang produktif adalah pinjaman untuk Kredit Kepemilikan Rumah (KPR).
Dengan pinjaman sebesar Rp500 juta, misalnya, rumah yang dibeli bisa disewakan untuk membantu pembayaran cicilan bulanan ke bank. Strategi ini disebut sebagai pemanfaatan aset untuk menghasilkan pendapatan pasif.
Seiring berjalannya waktu, nilai properti biasanya mengalami kenaikan, terutama jika terdapat pengembangan infrastruktur di area sekitarnya. Misalnya saja, ada pembangunan seperti jalan tol, rumah sakit, atau sekolah di dekat lokasi properti. Nah, yang begini nih dapat meningkatkan nilai jual rumah.
Misalnya, rumah yang dibeli dengan harga Rp500 juta bisa meningkat harganya menjadi Rp1 miliar dalam kurun waktu 10 tahun, berkat adanya pembangunan strategis tersebut.
Contoh lain dari utang produktif adalah pinjaman modal usaha. Pinjaman ini bisa digunakan untuk memulai atau mengembangkan sebuah bisnis. Dengan mengajukan pinjaman ke bank, dana yang didapat bisa diinvestasikan ke dalam usaha yang potensial.
Penggunaan modal ini enggak hanya untuk menjalankan usaha tetapi juga sebagai langkah strategis untuk memperluas jangkauan pasar dan meningkatkan keuntungan usaha di masa depan.
Baca juga: 5 Kesalahan dalam Membayar Utang
Lalu, kalau Investasi Modal Utang, Kenapa Enggak Disarankan?
Nah, dengan bertolak dari prinsip di atas, lantas kenapa investasi enggak disarankan dilakukan dengan modal utang? Padahal ya, konteksnya sama, misalnya dengan KPR. Modal utang, nantinya mendapatkan return yang signifikan.
Kalau dinalar, sepertinya masuk akal sih, ada orang yang beranggapan bahwa investasi juga bisa dong dilakukan dengan modal utang. Kan, nantinya ada nilai return-nya?
Investasi sering kali dilakukan dengan memanfaatkan utang yang bertujuan produktif. Di Indonesia, contoh umum dari utang produktif meliputi kredit modal kerja, pembiayaan pembelian rumah, atau pembelian kendaraan yang semuanya memiliki potensi untuk menghasilkan pendapatan. Dengan strategi yang tepat, utang ini bisa diolah sehingga menghasilkan keuntungan di masa yang akan datang.
Meskipun begitu, modal utang untuk berinvestasi bukan tanpa risiko. Investasi seperti saham, peer to peer lending, atau mata uang kripto yang sangat fluktuatif bisa memberikan hasil yang sangat variatif—laba besar pada suatu hari dan kerugian di hari lain. Pergerakannya terlalu luas, dan sangat tergantung pada kondisi eksternal.
Sementara itu, beban bunga dari pinjaman yang diambil tetap harus dibayar secara rutin setiap bulan tanpa memandang hasil investasi.
So, meskipun enggak ada larangan mutlak terhadap modal utang untuk berinvestasi, pendekatan ini enggak selalu direkomendasikan. Adalah sangat penting untuk mempertimbangkan dengan hati-hati, membandingkan potensi imbal hasil investasi dengan biaya bunga yang harus dibayar.
Agar risiko lebih terkelola dengan baik, ada baiknya untuk memulai investasi dengan dana yang sudah ada. Istilahnya, dana dingin, terutama setelah semua kebutuhan dasar terpenuhi, untuk mengurangi potensi risiko yang mungkin timbul.
Memahami bahwa investasi bukan hanya tentang potensi keuntungan, tetapi juga tentang kemungkinan kerugian, adalah kunci dalam pengambilan keputusan keuangan.
Berinvestasi dengan Modal Minim: Panduan Lengkap
Memulai investasi dengan modal yang kecil adalah strategi yang cocok bagi pemula. Mulai dengan jumlah yang kecil merupakan langkah awal yang baik untuk mengenal dunia investasi tanpa risiko besar.
Enggak perlu terburu-buru ingin mendapatkan hasil besar, kunci dalam berinvestasi adalah konsisten. Apalagi jika jangka waktunya masih panjang.
Supaya melengkapi artikel ini, berikut ada beberapa instrumen investasi yang bisa dimulai dengan modal kecil, tanpa modal utang.
1. Reksa Dana
Reksa Dana menjadi pilihan menarik lainnya, khususnya bagi yang baru terjun ke investasi. Dengan modal awal Rp100.000, investor bisa menikmati keuntungan yang kompetitif setiap tahunnya. Dana yang diinvestasikan akan dikelola oleh manajer investasi yang berpengalaman dan dialokasikan ke berbagai instrumen seperti pasar uang, saham, obligasi, atau campuran.
2. Investasi Emas
Investasi emas juga merupakan alternatif yang menarik, terutama karena emas dikenal sebagai aset yang aman dari inflasi. Zaman sekarang, kita bisa memilih, mau beli emas riil atau digital, dengan berat yang bervariasi. Kalau memang mampunya kecil, ya enggak masalah. Bahkan, kamu bisa menabung emas digital dari sisa hasil belanja online, karena banyak marketplace juga menyediakan layanannya.
3. Deposito
Deposito merupakan pilihan investasi lain dengan modal minim yang ditawarkan oleh bank. Ada bank yang menawarkan deposito dengan modal awal Rp1 juta saja.
Keuntungan utama dari deposito adalah bunga yang lebih tinggi dibandingkan tabungan biasa dan stabilitas yang lebih terjamin. Investor bisa memilih jangka waktu mulai dari sebulan hingga sepuluh tahun, dengan imbal hasil yang lebih tinggi untuk periode yang lebih lama.
Baca juga: Mulai Investasi, Berikut 5 Hal yang Harus Selalu Menjadi Pertimbangan Sebelumnya
Nah, dengan berbagai pilihan yang ada, memulai investasi dengan modal kecil enggak lagi menjadi halangan. Enggak perlu modal utang kan?
Dengan konsistensi dan pengelolaan yang baik, investasi kecil ini bisa berkembang dan menghasilkan keuntungan besar di masa depan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Pentingnya Menilai Kebutuhan sebelum Mengajukan Pinjaman Bank untuk Karyawan
Pinjaman bank untuk karyawan sering dipilih sebagai solusi keuangan untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Sayangnya, pentingnya menilai kebutuhan sebelum mengajukan pinjaman sering kali terabaikan, sehingga memunculkan berbagai risiko finansial di kemudian hari.
Enggak heran makanya, banyak karyawan yang bermasalah dengan pinjaman. Bahkan masalah ini banyak diungkapkan oleh HR, tak terkecuali kepada QM Financial.
Alasan Karyawan Mengajukan Pinjaman
Alasan karyawan mengajukan pinjaman bisa bervariasi tergantung pada kebutuhan personal dan situasi pribadi mereka. Berikut adalah beberapa alasan umum mengapa banyak pengajuan pinjaman bank untuk karyawan.
Kebutuhan Darurat
Yah, namanya hidup. Sudah biasa kita akan menemui banyak situasi darurat tak terduga di luar rencana. Seharusnya, hal ini bisa diatasi dengan adanya dana darurat. Namun, ya kondisi orang bisa saja berbeda, sehingga tak semua orang memiliki dana darurat. Atau, bisa juga punya dana darurat, tetapi ternyata tidak cukup.
So, solusi pinjaman bank untuk karyawan pun menjadi opsi.
Pembelian Rumah
Alias KPR. Memang pinjaman bank untuk karyawan demi kebutuhan satu ini diperlukan. Pasalnya, enggak semua orang punya privilege berupa rezeki yang berlimpah sehingga bisa membeli rumah dengan cash keras. So, opsi untuk KPR ini merupakan salah satu cara untuk bisa punya aset properti yang terbaik.
Kredit Kendaraan
Banyak juga yang memanfaatkan pinjaman bank untuk karyawan agar dapat membeli kendaraan dengan cara mengangsur atau cicilan. Karyawan yang memiliki kendaraan pribadi akan memiliki keleluasaan dalam mobilitas sehari-hari.
Kendaraan pribadi bisa mempermudah perjalanan dari dan ke tempat kerja, dan menghemat waktu yang seharusnya dihabiskan untuk menunggu transportasi umum atau mencari alternatif transportasi lain. Karena itu, memiliki kendaraan yang bisa diandalkan kemudian menjadi kebutuhan.
Modal Usaha
Ada sebagian karyawan yang selain bekerja di kantor, mereka juga merintis usaha secara mandiri. Sementara, membangun bisnis dari awal memerlukan pembiayaan yang enggak sedikit. Pinjaman bank dapat membantu menyediakan dana yang diperlukan untuk memulai usaha, seperti menyewa tempat, membeli peralatan, dan biaya operasional.
Renovasi Rumah
Renovasi rumah juga menjadi salah satu motivasi pengajuan pinjaman bank untuk karyawan.
Salah satu hal yang bisa menjadi latar belakang kebutuhan ini muncul adalah ketika karyawan ingin memiliki rumah dengan fitur-fitur yang lebih bagus. Mungkin saat membelinya, mereka membeli rumah bekas dan bukan rumah yang baru dibangun. Seiring waktu, ada kebutuhan yang meningkat atau sekadar keinginan agar rumah menjadi lebih bagus. Maka, pengajuan pinjaman untuk renovasi rumah pun dipilih menjadi opsi.
Selain beberapa hal di atas, keinginan dan kebutuhan lainnya juga bisa menjadi alasan pengajuan pinjaman bank untuk karyawan. Misalnya seperti pengin liburan, pengin membeli barang-barang konsumtif, dan sebagainya.
Yah, memang. Berutang itu tidak dilarang. Namun, sebelum mengajukan pinjaman, ada baiknya kita menilai dengan cermat lebih dulu alasan dan kebutuhan, serta kemampuan untuk membayar kembali pinjaman tersebut.
Risiko Mengajukan Pinjaman Tanpa Menilai Kebutuhan dengan Benar
Mengajukan pinjaman bank untuk karyawan tanpa menilai kebutuhan dengan benar dapat menimbulkan berbagai risiko bagi peminjam. Berikut adalah beberapa risiko yang bisa dihadapi.
Over-leverage
Meminjam lebih dari yang kita butuhkan dapat menyebabkan “over-leverage”. Hal ini kemudian mengakibatkan kita memiliki lebih banyak utang daripada yang mampu untuk dibayar kembali. Akibatnya bisa diduga kan? Yes, cash flow akan kacau.
Bunga dan Biaya Tambahan
Semakin besar jumlah pinjaman, semakin besar pula bunga yang harus dibayar. Jika kita meminjam lebih dari yang dibutuhkan, sementara ada bunga, kita pun akan diwajibkan untuk juga membayar bunga atas uang yang sebenarnya enggak kita perlukan. Pastinya, hal ini akan menambah beban keuangan, tetapi jadinya mubazir.
Tambahan Denda
Jika kita tidak menilai kebutuhan dengan cermat dan tepat, peluangnya kita akan mengalami kesulitan membayar cicilan bulanan, yang dapat menyebabkan keterlambatan pembayaran. Nah, hal ini akan semakin berat jika ada denda terhadap keterlambatan.
Dampak pada Skor Kredit
Keterlambatan pembayaran dan default (gagal bayar) dapat berdampak buruk pada skor kredit kita. Nah, hal ini pernah dibahas lo, terkait permasalahan skor kredit yang memengaruhi karier. Kalau di artikel sebelumnya dijelaskan bahwa skor kredit bisa memengaruhi lamaran kerja, bukan tak mungkin hal ini juga bisa terjadi pada karyawan yang sudah bekerja di perusahaan beberapa lama.
Hal ini akan semakin runyam kalau kemudian utang tersebut memengaruhi suasana dan kondisi di kantor, dan mengganggu kenyamanan rekan kerja yang lain.
So, intinya, mengajukan pinjaman bank untuk karyawan adalah keputusan finansial besar. Adalah sangat penting untuk menilai kebutuhan dengan benar, memahami syarat dan ketentuan pinjaman, dan memastikan bahwa kita memiliki rencana yang solid untuk membayar kembali pinjaman tersebut.
Langkah-langkah untuk Menilai Kebutuhan Pinjaman Bank untuk Karyawan dengan Benar
Menilai kebutuhan pinjaman dengan benar sangat penting agar kita tidak terjebak dalam masalah keuangan di kemudian hari. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menilai kebutuhan pinjaman dengan benar.
Tentukan Tujuan Pinjaman
Enggak cuma saat mau berinvestasi pertanyaan “Tujuan lo apa?” muncul. Pertanyaan ini sebaiknya juga ditanyakan pada diri sendiri, ketika hendak mengajukan pinjaman bank untuk karyawan.
Tujuan kamu apa, kok memerlukan pinjaman? Apakah untuk pembelian rumah? Untuk membayar keperluan darurat? Untuk kredit kendaraan? Atau, ada kebutuhan lain?
Tak hanya berhenti di sini, kamu juga harus memastikan, bahwa tidak ada sumber lain lagi yang bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut selain mengajukan pinjaman.
Buat Daftar Detail Kebutuhan
Catat rincian semua biaya yang akan kamu hadapi. Misalnya, jika kamu meminjam untuk renovasi rumah, buat daftar kebutuhan keseluruhan, mulai dari kebutuhan bahan bangunan, upah tukang, dan biaya tambahan lainnya jika ada.
Dengan anggaran yang detail, nantinya kamu akan lebih mudah menentukan berapa kebutuhan pinjaman yang kamu perlukan, dan kamu pun enggak over leveraging.
Buat Rencana Keuangan
Sebaiknya diingat, bahwa kita mengajukan pinjaman bukan karena alasan tidak punya uang. Justru, kita mengajukan pinjaman ketika kita yakin kita punya uang, untuk mengembalikan pinjaman tersebut nantinya. Ingat ya, berani utang berarti berani bayar.
So, tentukan berapa banyak pendapatan kamu setiap bulan, dan alokasikan maksimal 30% dari penghasilan tersebut untuk cicilan.
Pertimbangkan Jangka Waktu Pinjaman
Pertimbangkan berapa lama kamu bisa menanggung beban pinjaman ini.
Pinjaman jangka pendek umumnya aan memiliki cicilan yang lebih tinggi tetapi bisa selesai lebih cepat. Sedangkan, pinjaman jangka panjang mungkin memiliki cicilan yang lebih rendah tetapi kamu juga akan berada dalam kewajiban yang lebih lama.
Berhubung kondisi yang berbeda, kamu pasti punya pertimbangan yang berbeda juga, yang harus disesuaikan dengan kemampuanmu.
Pertimbangkan Suku Bunga
Suku bunga akan memengaruhi jumlah total yang harus dibayar kembali. So, cari tahu apakah suku bunga itu tetap atau variabel. Cek juga, apakah bunga yang tetap atau variabel ini akan memengaruhi pembayaran cicilanmu ke depannya. Kamu boleh meminta ilustrasi dari bank sehingga mendapatkan gambaran yang lebih baik.
Bandingkan Penawaran dari Beberapa Bank atau Lembaga Keuangan
Tak perlu terburu-buru menerima tawaran pertama yang kamu terima. Bandingkan suku bunga, biaya, dan syarat lainnya dari beberapa penyedia pinjaman untuk mendapatkan kesepakatan terbaik.
Pada dasarnya, mengajukan pinjaman bank untuk karyawan ini sama prinsipnya dengan saat kita membeli barang. Kita boleh membandingkan, mana yang lebih menguntungkan dari semua penawaran itu.
Jangan lupa, sebelum menandatangani perjanjian pinjaman, pastikan kamu telah membaca dan memahami semua syarat dan ketentuan, termasuk biaya atau sanksi jika kamu membayar lebih awal atau terlambat.
So, adalah penting untuk benar-benar memahami dan menilai kebutuhan finansial sebelum mengajukan pinjaman bank untuk karyawan ini. Baik itu untuk membeli kendaraan, modal usaha, atau renovasi rumah, langkah ini tidak hanya akan membantu dalam merencanakan dan mengelola pinjaman dengan lebih efisien, tetapi juga dalam membangun fondasi finansial yang sehat.
Selain itu, dengan evaluasi kebutuhan yang tepat, karyawan dapat menghindari risiko over-leverage dan kesulitan finansial yang mungkin timbul di kemudian hari. Oleh karena itu, sebelum mengambil langkah besar ini, luangkan waktu untuk merenungkan, merencanakan, dan mempersiapkan diri dengan baik, sehingga pinjaman yang diambil benar-benar bisa menjadi beban yang menguntungkan, bukan beban yang memberatkan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Kredit Pemilikan Rumah dan 5 Fakta Plus Minus yang Mesti Diketahui
Kredit Pemilikan Rumah, atau KPR, bisa menjadi salah satu cara yang paling cocok agar kita bisa mencapai tujuan finansial untuk mendapatkan rumah pertama.
Pasalnya, kalau mau beli dengan hard cash yang dikumpulkan dengan cara menabung, well, inflasi harga jadi nggak sebanding dengan kemampuan kita menabung. So, KPR bisa menjadi salah satu solusi untuk meringankan beban finansial tetapi juga tetap bisa mewujudkan impian kita.
Tentu saja, dengan catatan, kita harus punya rencana yang realistis dan komprehensif, lantaran cicilan KPR juga tak sedikit setiap bulannya. Lalu, keinget deh, sambatan seorang artis soal cicilan KPR-nya mencapai Rp250 juta sebulan dan tak bisa dibayar di awal pandemi lalu. *usep kringet*
Nah, barangkali kamu yang sedang membaca artikel ini sekarang sedang mempertimbangkan untuk mengambil kredit pemilikan rumah? Ada beberapa hal yang perlu kamu tahu seputar KPR ini sebelum akhirnya memutuskan untuk berutang. Apa saja? Yuk, kita lihat satu per satu.
Fakta Kredit Pemilikan Rumah
1. Rumah bisa langsung atas nama sendiri
Kredit Pemilikan Rumah memungkinkanmu untuk langsung memiliki rumah atas nama sendiri.
Nggak lama setelah akad kredit disetujui bank dan semua proses pengajuan kredit sudah dilalui, maka sertifikat rumah juga langsung diproses atas nama kita sendiri. Meski demikian, sertifikat ini biasanya masih harus disimpan di bank yang bersangkutan lantaran menjadi agunan pinjaman sampai kredit kita lunas.
Legalitasnya juga tak perlu diragukan, karena biasanya melibatkan banyak orang dan ada hukum juga yang melindungi. Pihak bank juga biasanya melakukan surveinya sendiri, sehingga mereka pun memastikan bahwa semua proses akan dijalani dengan lancar.
2. DP dulu, cicilan kemudian
Ya, kita hanya perlu menyediakan dana penuh untuk down payment dulu, sebagai syarat pengajuan kredit pemilikan rumah ke bank. Besarannya bervariasi, tetapi menurut peraturan pemerintah setidaknya 15% dari harga rumah.
Setelah DP sudah lunas, maka berikutnya tinggal merealisasikan skema pembayaran cicilan yang sudah kita buat sebelumnya. Adanya cicilan–alih-alih membayar dengan cash keras–juga bisa memperingan beban keuangan kita sehari-hari. Istilahnya, uangnya bisa dibagi-bagi deh dengan kebutuhan lain yang tak kalah pentingnya.
Cicilan kredit pemilikan rumah ini memang bisa berlangsung sampai hitungan puluhan tahun. Tetapi, karena nominalnya relatif tetap, maka nilainya secara riil mengalami penurunan lantaran inflasi, atau juga penghasilan kita yang naik secara berkala. Awal mencicil mungkin terasa berat, tetapi lama kelamaan, kamu pasti bisa menyesuaikannya dengan baik.
Nah, soal besarnya DP, rata-rata orang biasa memanfaatkan momen pameran properti untuk bisa mendapatkan keringanan down payment ini. So, kenapa enggak kamu manfaatkan juga?
Lah. Kan lagi pandemi, harus mengurangi bepergian keluar? Pameran properti di zaman sekarang juga diadakan secara virtual loh! Coba cari informasinya ya.
3. Bisa menambah skor kredit
Ketika kita bisa membayar cicilan kredit pemilikan rumah dengan baik dan lancar, hal ini pun memengaruhi “rapor” kredit kita di hadapan bank.
Mungkin kamu sudah tahu, bahwa perbankan Indonesia punya satu sistem yang berisi informasi debitur-debitur “nakal” yang bermasalah dengan kredit yang mereka ambil. Setiap kali ada kasus atau masalah kredit, maka sistem ini akan diupdate. Jika kita lancar selama jangka waktu KPR, maka nama kita tidak akan muncul dalam sistem informasi ini.
Hal ini membuat bank tak segan untuk segera menyetujui segala pinjaman yang mungkin kita perlukan untuk kebutuhan lain, misalnya hendak mengambil pinjaman untuk tambahan modal usaha. Selama persyaratan dokumen sudah lengkap, maka besar kemungkinan pengajuan akan cepat dan mudah.
4. Harga riil rumah lebih tinggi
Ini mungkin sedikit dari kelemahan kredit pemilikan rumah, tapi patut juga untuk kamu ketahui sejak awal.
Karena adanya biaya administrasi, biaya-biaya tambahan lain–misalnya seperti biaya legalitas, serta adanya bunga, maka harga riil rumah jatuhnya bisa lebih mahal ketimbang kalau kita membelinya dengan hard cash.
Tetapi, sebagian besar orang bisa mengakali hal ini dengan menyewakan rumah yang masih dalam masa KPR (karena mereka juga tak harus segera menempatinya, karena satu dan lain sebab), dan kemudian mempergunakan uang hasil sewa untuk membayar cicilan. So, bisa jadi nih, pada akhirnya kamu bisa memiliki rumah secara “gratis”.
5. Prosedur cukup lama
Hal ini juga wajar terjadi, karena ada beberapa persyaratan yang harus dilengkapi. Selain kita harus melengkapi dokumen-dokumen yang disyaratkan, pihak bank juga butuh waktu untuk melakukan survei ke lokasi rumah yang hendak dibeli.
Belum lagi ada juga peluang untuk ditolak. Alasannya bisa bermacam-macam, mulai dari rumah yang tak memenuhi syarat, atau dokumen kita yang kurang lengkap, atau ya itu tadi, barangkali kita punya “rapor” kredit yang kurang bagus, seperti yang sudah dijelaskan di poin 3.
Nah, sudah cukup paham kan sekarang mengenai kredit pemilikan rumah ini? Mau tahu lebih banyak? Yuk, ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu. Juga ada kelas yang diperuntukkan bagi kamu yang pengin ambil kredit pemilikan rumah secara khusus loh! Segera cek jadwal dan daftar ya.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Punya Rumah di Usia 20-an: Memangnya Harus?
Ada yang sekarang berusia 20-an? Apakah kamu berencana untuk punya rumah di usia 20-an seperti sekarang?
Ah, mimpi! Orang baru mulai dapat kerjaan, juga. Mana bisa?
Bisa dong. Punya rumah di usia mudah itu nggak mustahil untuk diwujudkan kok! Justru, ketika kamu sudah membangun aset pribadi kamu sejak usia muda, waktu akan jadi teman terbaikmu. Banyak keuntungan yang bisa kamu dapatkan, jika kamu sudah punya planning untuk punya rumah selagi muda. Karena kemudaan adalah privilege.
Nggak percaya? Coba simak artikel ini sampai selesai ya.
5 Alasan Mengapa Kamu Perlu Punya Rumah di Usia 20-an
1. Waktu adalah teman terbaik
Seperti yang sudah disebutkan di atas, waktu akan jadi teman terbaik buat kamu yang sudah berniat untuk membangun aset pribadi sejak masih muda. Waktu memang bisa jadi musuh, tetapi bisa juga jadi teman. Tinggal kita sendiri kan, yang memilih?
Maksudnya begini. Misalnya saja, kamu memilih untuk membeli rumah secara kredit dengan KPR. Kamu bisa memilih atau menentukan tenor yang lebih panjang untuk cicilannya. Hal ini berarti beban cicilan setiap bulannya akan lebih ringan.
Jika kamu mengajukan KPR di usiamu yang masih muda, pihak bank juga akan lebih besar kemungkinannya untuk menyetujuinya, karena masalah waktu ini.
2. Hidup mandiri lebih cepat
Punya rumah adalah simbol kemandirian dan kemapanan yang hqq. Begitulah yang berlaku di Indonesia. Rasanya belum berhak menyandang status ‘mapan’, kalau belum punya rumah sendiri.
Dengan kamu hidup mandiri lebih cepat, pastinya kamu juga akan punya banyak waktu untuk mengejar mimpi dan cita-citamu supaya kualitas hidup juga menjadi lebih baik dengan segera.
Kamu bisa merasakan kesuksesan di usiamu yang masih muda. Bahkan mungkin, bisa pensiun dini dan bebas finansial lebih cepat juga.
3. Masih produktif, sehingga cicilan pasti aman
Misalnya saja, kamu mengajukan KPR ke sebuah bank. Faktor usia akan menjadi salah satu pertimbangan yang menentukan bagi mereka.
Dengan usiamu yang masih muda, maka masa produktifmu tentunya akan masih panjang. Dengan demikian, cicilan KPR akan lebih aman baik bagi pihak pemberi kredit (yaitu bank) dan juga bagi kamu sendiri.
Jika misalnya, kamu baru mengajukan KPR di usiamu yang ke-45, dengan asumsi pensiun di usia 50-an, maka hanya ada waktu 5 tahun saja untukmu melunasi KPR, yang berarti cicilannya setiap bulan akan berat banget. Jika tenormu lebih panjang, pastinya bank akan harus menanggung risiko yang lebih tinggi karena saat kamu sudah masuk masa pensiun, cicilanmu belum beres.
4. Beli sekarang, sebelum Senin harga naik
Kamu tahu kan, bahwa harga properti itu naik dari tahun ke tahun. Naiknya seiring dengan inflasi yang berjalan, bahkan kadang lebih besar dari inflasi. Harga rumah incaran yang sekarang Rp500 juta, 5 tahun lagi bisa berkali-kali lipat. Apalagi jika lokasinya memang strategis dan berkembang.
Kalau kamu menunda niat untuk beli rumah hingga nanti-nanti, menunggu sampai uang tabungan cukup, maka kamu bagai mengejar bayang yang tak pasti. Tsah.
Jadi, rencanakanlah beli rumah sekarang, karena “setiap Senin harganya naik”.
5. Lebih enteng jodoh
Sudah bukan rahasia lagi, kalau kamu sudah punya “bekal” rumah, maka calon pasanganmu akan langsung percaya bahwa kamu serius menjalani hubungan kalian.
Ya, siapa yang enggak yakin, kalau di usia 20-an saja kamu sudah punya rumah, berarti ke depannya semua hal akan autoaman saja, tampaknya. Ya kan?
Jadi, siapa nih yang sekarang masih jomlo? Coba deh, punya rumah. Siapa tahu tahun depan udah bisa menikah. #eh
Namun, semuanya tentu harus disesuaikan dengan kemampuanmu. Jangan dipaksakan. Karena itu, perencanaan sejak dini adalah cara terbaik untuk meraih mimpi satu ini.
Jadi, bagaimana sebenarnya kondisi pasar properti saat ini? Apa saja yang perlu dipersiapkan sebelum membeli properti? Apa bedanya saat properti kita tinggali atau sewakan? Dan bagaimana caranya memiliki properti di usia muda?
Mari diskusikan semuanya di Financial Dialogue dari perspektif finansial, investor, dan pasar properti.
, karena tempat terbatas.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Setelah Lama Menikah, Pasangan Suami Istri Harus Cek 5 Hal Keuangan Ini
Sebagai pasangan suami istri yang telah lama menikah, biasanya apa sih yang selalu jadi bahan obrolan? Rencana sekolah lanjutan untuk anak? Rencana pensiun mau ngapain aja?
Yes, sebagai pasangan suami istri yang telah lama menikah, pastinya kita harus tetap memelihara komunikasi yang baik satu sama lain, bahkan seharusnya jalan komunikasi semakin baik lantaran sudah begitu lama berkeluarga. Iya kan? Yang dulu, saat masih menjadi pasangan pengantin baru masih tergagap-gagap, sekarang sudah biasa.
Tapi kadang, karena sebegitu biasanya, justru malah makin jarang mengobrol serius berdua. Apalagi sudah ada anak-anak yang “ngerecokin”–dalam arti baik ya. Kadang rasanya susah banget untuk sekadar sendirian berdua saja ngobrol sana-sini sama pasangan.
Apalagi ngobrolin keuangan keluarga. Beugh. Rasanya nggak sempat lagi.
Padahal, seiring waktu berjalan, banyak hal yang harus selalu pasangan suami istri pantau ketika mereka sudah lama menikah, termasuk keuangan keluarga. Kalau dulu, saat masih berada di awal masa pernikahan sudah pernah mengobrol berdua tentang apa saja yang pengin dijadikan cita-cita keluarga, sekarang waktunya untuk me-review, apa saja yang sudah didapatkan dan apa yang masih harus diperjuangkan.
Jadi, sebagai pasangan suami istri yang sudah lama menikah, hal keuangan apa saja nih yang harus diobrolkan lagi?
1. Cek aset yang dimiliki sekarang
Sudah berapa tahun menjadi keluarga, seharusnya sih sudah ada sedikit aset yang terkumpul. Betul nggak? Jadi, mari kita cek aset apa sajakah yang berhasil kita miliki sejak kita mulai membangun keluarga hingga sekarang.
Kamu bisa cek:
- Posisi tabungan di bank
- Posisi kepemilikan surat berharga
- Posisi investasi lainnya, misalnya kamu sempat berinvestasi di P2P Lending, dan sebagainya.
- Posisi kepemilikan properti
- Posisi kepemilikan barang lain yang bisa menjadi aset pribadi
Nah, coba bicarakan berdua ya, karena seharusnya sebagai pasangan, kalian masing-masing harus tahu posisi aset real kalian ini.
2. Cek kondisi utang
Apa saja utang yang masih ongoing sampai dengan hari ini? KPR? Kredit kendaraan? Beberapa kredit panci dan blender?
Pastikan satu sama lain tahu, utang apa saja yang harus menjadi beban keluarga, dan kapan utang ini harus diselesaikan. Pastikan juga, bahwa posisi cicilan utang maksimal 30% dari penghasilan bulanan ya. Jika sudah melebihi batas, maka cari cara untuk bisa mengurangi porsi cicilan utang ini. Coba cek artikel mengenai cara efektif melunasi utang ini ya?
Hal ini juga penting untuk dilakukan jika ternyata–karena suatu keadaan tertentu–kita belum juga dapat melunasi utang, sedangkan masa pensiun semakin dekat. Wah, mesti segera dicari cara ya, jangan sampai di masa pensiun kita masih terbebani oleh utang.
Karena itu, masalah kondisi utang ini adalah salah satu hal keuangan yang harus dibicarakan oleh pasangan suami istri secara periodik atau rutin.
3. Cek rasio tabungan
Rasio tabungan terideal adalah 10% dari penghasilan per bulannya. Jadi, apakah sampai saat ini, kamu dan pasangan kamu masih dapat menabung minimal 10% dari penghasilan bulanan kalian? Atau, kurang? Atau malah lebih?
Jika masih stagnan di 10%, mungkin enggak kalau ditambah lagi porsinya? Kalau misalnya posisi menabung sekarang kurang dari 10%, apa yang menjadi penyebab kurangnya porsi ini? Adakah hal-hal yang bisa dilakukan untuk menambah porsinya? Nah, terus, kalau lebih gimana? Ya, bagus! Keep going!
4. Cek rasio likuiditas
Hal keuangan berikutnya yang harus dicek oleh pasangan suami istri yang telah lama menikah adalah rasio likuiditas, yaitu perbandingan antara pengeluaran bulanan dengan aset lancar yang sudah dimiliki sampai sekarang.
Yang termasuk aset lancar itu apa? Adalah uang tunai, tabungan, deposito, reksa dana pasar uang, dan sebagainya–yang bisa dicairkan ke dalam bentuk uang tunai dalam waktu singkat. Likuiditas ini paling ideal besarnya 3 – 6 kali pengeluaran bulanan.
Bisa dibilang, posisi rasio likuiditasmu ini adalah posisi real dana daruratmu. Dana darurat akan menjadi “payung” jika suatu saat ada kendala dalam hidup kita. Namanya juga darurat kan?
So, likuiditas ini penting juga untuk dicek secara periodik, bagi pasangan suami istri. Jangan sampai kecolongan, karena sering dipakai untuk kondisi darurat, tapi lupa diganti ya.
5. Cek posisi tujuan keuangan
Dan, akhirnya, apa kabar tujuan keuangan yang dulu pernah dibuat saat masih pengantin baru? Semoga masih tetap istikhomah dan konsisten berjuang mencapainya.
Adakah tujuan keuangan yang sudah berhasil diwujudkan? Banyak sih harusnya. Apa saja? Coba dibikin daftar, supaya bisa menambah motivasi untuk mencapai tujuan keuangan lain yang belum terlaksana.
Itu dia beberapa hal keuangan yang harus dicek oleh pasangan suami istri yang sudah lama menikah secara periodik dan rutin.
Sudah punya kebiasaan ngobrolin 5 hal di atas belum sama pasangan? Kalau belum, hayuk, segera diawali deh kebiasaan baik ini ya. Bermanfaat banget lo, agar bisa konsisten di jalur yang sudah disepakati untuk mencapai tujuan bersama.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.