Dipromosikan dan Jadi Bos Baru, 5 Hal Ini Harus Segera Dilakukan
Wah, sepertinya tahun ini jadi tahun kesuksesan nih ya. Mendapatkan promosi, jadi bos baru, dan tentu saja, gaji naik! Uwuwuw! Selamat!
Selain menjadi anugerah, pastinya ada tantangan tersendiri saat kita dipercaya jadi bos baru. Terlebih kalau kita jadi bos muda, yang punya anak buah telah lebih dulu bekerja di perusahaan itu dan masuk dalam jajaran ‘senior’.
Memang agak tricky nih, kalau mau memimpin mereka yang lebih “matang”. Kita mesti punya strategi yang jitu, supaya enggak dianggap anak bawang, cuma bisa merepotkan, dan segudang stigma yang lain.
Berikut adalah beberapa hal yang harus dilakukan setelah jadi bos baru. Segera!
1. Konsolidasi dengan anak buah
Nggak ada salahnya, kalau kita yang “mendatangi” anak buah terlebih dahulu saat jadi bos baru. Lupakan strata dan struktur. We’re partners, anyway, right?
Elaborasikan lagi target-target kerja kita dengan tim, sehingga para anggota tim kerja dapat mengonfirmasikan beberapa hal sampai tercapai kesepakatan bersama dalam menentukan langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan bersama.
Kesepakatan-kesepakatan perlu dibuat sejak awal agar terbina budaya saling percaya, dan terjalin komunikasi terbuka dalam tim. Memang, jika ingin mendapatkan trust dari anak buah, maka biarkan mereka mengetahui apa saja ide dan gagasan kita. Jadi, sebaiknya sampaikan pada mereka sejak awal, lalu mintalah feedback agar mereka melengkapi gagasan kita tadi.
Dengan demikian, menjadi satu rencana praktis dan strategis demi kebaikan bersama dalam tim.
2. Menghargai anak buah
Dapatkan respek dari anak buah sebagai bos baru mereka dengan menunjukkan dulu rasa respek kita atas kinerja baik mereka. Berilah kepercayaan atas keterampilan profesional yang sudah mereka miliki dan terapkan.
Meski jadi bos baru, kita harus tetap mendengarkan saran, masukan, dan kritik mereka. Pertimbangkanlah semuanya itu sebagai salah satu usaha untuk mencapai target bersama.
3. Utamakan profesionalitas, ketegasan, taktis, dan ketenangan
Sebagai orang yang lebih muda (dan jadi bos baru), biasanya akan terlihat lebih inovatif, progresif, berambisi, dan berani ambil risiko. Namun, sering kali ini juga terlihat jadi sembrono, kurang bijak, kurang perhitungan, dan tidak hati-hati. Apalagi kalau harus menghadapi situasi yang menekan. Hal ini akan terlihat jelas di mata anak buah, terutama mereka yang lebih senior.
Tetap berpikir jernih dalam menghadapi isu pekerjaan sehari-hari. Tunjukkan bahasa tubuh dan ekspresi wajah yang tenang. Segera ambil tindakan yang bijak dan taktis saat menangani situasi sulit, sehingga anak buah merasa aman berada dalam kepemimpinan kita.
Rasa aman anak buah ini tak bisa ditumbuhkan begitu saja, memang. Mereka harus bisa merasakan bahwa kita bisa diandalkan untuk memperjuangkan kepentingan tim.
4. Fleksibel menghadapi masalah
Saat sudah jadi bos baru, anak buah yang lebih senior terkadang akan menyampaikan masalah dengan cara-cara tertentu yang mungkin enggak sama dengan yang biasa kita lakukan. Apalagi kalau kita dipromosikan dari kantor cabang lain, misalnya. Atau mungkin divisi lain. Akan ada peluang kita akan mengalami semacam shock, lantaran budaya kerja yang berbeda.
Kalau enggak bijak dalam menanganinya, hal ini bisa jadi konflik tersendiri yang lama-lama bisa mengganggu kinerja tim.
So, jika kita sudah bisa merasakan kalau hal ini akan jadi konflik, akan ada baiknya kalau langsung ditangani dan dicari solusinya sejak dini. Bersikap fleksibel dan hati-hati bisa jadi senjata ampuh. Bagaimanapun, jadi bos baru, kita akan tetap membutuhkan peran mereka, sehingga kita nggak bisa mengabaikan kepentingan mereka begitu saja.
So, pahami dan cari solusi atas permasalahan anak buah secara kasus per kasus, dengan tetap berada dalam koridor peraturan perusahaan. Intinya, lebih ke “mendengarkan”, “memperhatikan”, dan “mengelola”, ketimbang “memaksakan”, “menyuruh”, dan “menginstruksikan”.
5. Jangan terjebak gaji/jabatan naik = lifestyle naik
Nah, ini nih, the most important thing! Jadi bos baru berarti gaji dan tunjangan naik. Ini wajar, karena kita harus mengelola wewenang dan tanggung jawab yang lebih besar. Tapi bukan berarti lantas lifestyle kita juga naik.
Akan ada kemungkinan, kita akan banyak melakukan networking atau business entertaining mereka yang potensial untuk dijadikan partner. Ini wajar saja sih, kalau kita sudah jadi bos baru. Tapi pastinya kita bisa mengendalikannya. Biaya-biaya expenses yang berkaitan dengan pekerjaan seperti itu, pastinya di-cover oleh kantor. Tapi kita enggak perlu menjadikannya sebagai gaya hidup kan? Mentang-mentang biasa ngopi di kafe untuk menjamu tamu perusahaan, sekarang jadi lebih suka beli kopi di kafe untuk dibawa ke kantor. Atau, jadi langganan tetap kafe dengan mengunjunginya seminggu dua-tiga kali.
Akan lebih baik jika gaji besar kita itu dialokasikan menjadi investasi.
Nah, supaya lebih afdal jadi bos baru, yuk, beri contoh pada anak buah bagaimana mengelola keuangan pribadi dengan baik. Tunjukkan, bahwa dengan kebiasaan pengelolaan keuangan yang baik, kinerja kita bisa meningkat hingga bisa mendapatkan promosi.
Ajak anak buah untuk ikut kelas finansial online yang sesuai dengan kebutuhan dalam Financial Clinic Online Series. Silakan cek jadwalnya ya. Jangan lupa follow juga akun Instagram QM Financial.
Kalau tim kerja kita punya kebiasaan keuangan yang baik, pasti deh performa tim bisa maksimal. Well, akhir kata, selamat bekerja, bos baru! Sukses ya!
Ternyata Ada Hubungan Antara Masalah Keuangan Pribadi Karyawan terhadap Kinerja di Kantor
Banyak perusahaan yang belum menyadari, bahwa masalah keuangan pribadi karyawan bisa memengaruhi performa kerja atau kinerja karyawan di kantor.
Kondisi dan Masalah Keuangan Pribadi Karyawan Memengaruhi Kinerja di Kantor
Ada survei yang dilakukan oleh International Foundation of Employee Benefit Plans (IFEBP) di Brookfield Wisconsin yang memberikan fakta, bahwa sebagian besar orang-orang kelas pekerja harus struggling over financial issues yang hampir sama.
Komposisinya adalah sebagai berikut:
- Masalah utang: 66%
- Masalah dana pensiun: 60%
- Masalah dana pendidikan anak: 51%
- Untuk menutup kebutuhan sehari-hari: 48%
- Masalah dana kesehatan: 36%
Penelitian lain yang dilakukan oleh Lockton Retirement Services, sebuah lembaga konsultan dan pialang, menemukan fakta bahwa satu dari 5 karyawan mengalami stres di tempat kerja, bukan karena workload atau beban kerja, tetapi dikarenakan masalah keuangan yang mereka alami.
Stres yang mereka alami kemudian menimbulkan masalah-masalah kesehatan yang rata-rata gejalanya adalah sakit kepala berkepanjangan, kelelahan, depresi, dan lain-lain. Hal ini lantas membuat adanya peningkatan izin sakit (sick days) dua kali lipat daripada yang sewajarnya.
Pastinya hal ini juga memengaruhi kinerja karyawan. Produktivitas yang menurun dan ketidakhadiran di kantor yang tinggi lantas akan berefek pada menurunnya performa perusahaan secara keseluruhan.
Perkembangan Bisnis Lambat Jika Kondisi Keuangan Karyawan Buruk
Lebih lanjut dalam penelitian yang sama oleh IFEBP juga terungkap fakta, bahwa 4 dari 5 perusahaan melaporkan bahwa masalah keuangan pribadi yang dialami oleh karyawan akhirnya memberikan dampak yang tak begitu baik bagi perkembangan bisnis perusahaan. Bahkan bisa memengaruhi dalam tingkat yang cukup ekstrem, di antaranya:
- Sebanyak 76% karyawan mengaku mengalami stres di kantor.
- 60% karyawan mengaku mengalami kesulitan untuk fokus pada pekerjaannya
- Terjadi peningkatan ketidakhadiran dan keterlambatan sebesar 34%
Wah, angka persentase yang cukup besar ya? Bahkan beberapa karyawan mengaku, telah terjebak dalam kondisi “generasi sandwich”—bahwa mereka harus menanggung kebutuhan anak-anak mereka serta juga harus menanggung kebutuhan orang tua yang sudah mulai memerlukan perhatian lebih lantaran usia yang sudah lanjut.
Jadi, sepakat kan, bahwa perusahaan harus melakukan sesuatu terkait hal ini? Bukan hanya untuk membantu karyawan agar penghidupan mereka lebih baik sehingga gaji yang diberikan juga cukup, tetapi untuk membuat perkembangan bisnis perusahan itu sendiri juga bisa survive.
Yang Penting Dilakukan oleh Perusahaan untuk Membantu Menyelesaikan Masalah Keuangan Pribadi Karyawan
Lalu, apa yang bisa dilakukan?
Masih menurut IFEBP, beberapa upaya perusahaan berikut ini terbukti bisa menyelesaikan permasalahan keuangan pribadi karyawan dengan baik. Apa saja?
- Memberikan edukasi mengenai pengelolaan keuangan pribadi
- Memberikan training mengenai dana pensiun
- Mengadakan konseling pelunasan utang
- Dan lain-lain
Dengan memberikan training keuangan untuk karyawan ini—masih dari data survei yang dilakukan oleh IFEBP, 2/3 perusahaan mengaku mengalami perkembangan bisnis ke arah yang lebih baik.
So, masih beranggapan bahwa masalah keuangan pribadi karyawan merupakan urusan pribadi masing-masing, dan tak ada kaitannya dengan perusahaan? Semoga tidak ya.
Yuk, bantu karyawan memperbaiki kondisi keuangannya, agar bisnis Anda bisa semakin lancar melalui training keuangan bagi karyawan.
Tertarik untuk mengundang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan di perusahaan Anda? Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.
-Carolina Ratri-