Di Balik Keuangan Rumah Tangga yang Sehat: Peran Istri Sebaiknya sebagai Kasir atau Menteri Keuangan?
Berdasarkan data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, terdapat sekitar 60% rumah tangga di Indonesia yang memiliki perempuan sebagai pengelola keuangannya. Hal ini menunjukkan bahwa peran istri dalam mengelola keuangan rumah tangga di Indonesia sangatlah penting dan signifikan.
Sementara keuangan rumah tangga sendiri merupakan salah satu aspek penting yang perlu dikelola dengan baik untuk mencapai stabilitas dan keberlangsungan hidup keluarga. Namun, ternyata, data juga membuktikan, bahwa meskipun perempuan sering kali menjadi pengelola keuangan di rumah tangga, terdapat pula fakta bahwa banyak perempuan di Indonesia masih mengalami kesulitan dalam mengelola keuangan.
Sebagai contoh, berdasarkan data dari Bank Indonesia pada tahun 2019, hanya sekitar 30% perempuan di Indonesia yang memiliki akses terhadap produk keuangan formal, seperti tabungan dan kredit.
Kalau dipikir-pikir, kan ada data 60% rumah tangga yang dipegang dan dikelola oleh istri, apakah itu artinya hanya sebagian istri saja yang bisa mengakses produk keuangan formal? Berarti, ke mana sisanya? Enggak bisa mengakses produk keuangan formal, apakah itu artinya istri menjadi semacam kasir? Hanya mengeluarkan dan memasukkan uang doang, tanpa punya wewenang untuk ikut mengambil keputusan keuangan?
Lebih jauh lagi, ke mana 40% istri yang lain? Nah, seru nih. Karena QM Financial selalu percaya bahwa perempuan—di mana pun berada, apa pun status sosialnya, berapa pun penghasilan keluarganya—haruslah berdaya secara finansial, maka yuk, hal ini kita bahas. Tanpa bertendensi provokatif, tentu saja.
Istri: Sebagai Kasir atau Menteri Keuangan?

Jadi, istri itu sebagai kasir atau menteri keuangan keluarga sih?
Peran istri sebagai kasir dan menteri keuangan dalam keuangan rumah tangga sebenarnya memiliki perbedaan yang cukup signifikan.
Sebagai kasir, istri bertanggung jawab untuk mengatur dan mencatat semua transaksi keuangan yang terjadi di dalam rumah tangga, seperti pemasukan dan pengeluaran uang. Ia akan membuat catatan keuangan, menyimpan struk belanja, dan memastikan bahwa semua transaksi tercatat dengan akurat.
Sedangkan, sebagai menteri keuangan, istri memiliki peran yang lebih strategis dalam mengatur keuangan keluarga. Ia akan membuat rencana anggaran, memprioritaskan pengeluaran, mengatur investasi, serta memantau kinerja keuangan keluarga secara keseluruhan.
Nah, jadi kalau kita lihat dari definisi perannya, peran istri sebagai kasir itu lebih berfokus pada pengaturan transaksi harian. Sedangkan peran istri sebagai menteri keuangan lebih berfokus pada perencanaan dan pengambilan keputusan yang lebih strategis dalam mengelola keuangan keluarga.
Sebenarnya kedua peran ini sama-sama penting untuk menjaga keuangan keluarga tetap sehat dan berkelanjutan.
Namun, sebagai seorang istri, uang tidak hanya dialokasikan doang ke pos-pos keuangan yang sudah ditentukan. Namun, uang itu perlu untuk dikembangkan juga sedemikian rupa agar bisa menjamin tercapainya tujuan keuangan keluarga yang sudah disepakati bersama.
Kalau hanya membatasi diri diri sebagai kasir doang, peran istri jadi enggak penting lagi. Apalagi sekarang sudah ada aplikasi yang lebih canggih buat mencatat cash flow. Kasihan dong, potensi istri yang cerdas kalau begini caranya. Mereka jadi tidak kritis dan kreatif.
Sebaliknya, sebagai menteri keuangan atau bendahara keluarga, istri tidak hanya harus mendistribusikan uang, tetapi juga mengembangkan uang yang dipercayakan kepadanya, karena keputusan seperti itu umumnya berada lebih banyak di tangan istri.
Faktanya, kalau mau kita lihat lebih jauh lagi, banyak peran dalam keuangan keluarga yang dapat dipercayakan pada istri loh!
Bermacam Peran Istri dalam Keuangan Rumah Tangga

Ada beberapa peran yang dapat dimainkan oleh istri dalam pengelolaan keuangan rumah tangga. Beberapa di antaranya adalah:
Pengelola Kas
Istri dapat berperan sebagai pengelola kas dalam rumah tangga, yaitu bertanggung jawab untuk mencatat semua transaksi keuangan dan mengelola uang tunai yang ada di rumah tangga. Sebagai kasir, memang bisa dikatakan begitu. Tapi, tak hanya berhenti di situ saja.
Menteri Keuangan
Istri dapat berperan sebagai menteri keuangan yang bertanggung jawab untuk membuat rencana keuangan, memantau kinerja keuangan, dan mengambil keputusan strategis dalam pengelolaan keuangan rumah tangga.
Investor
Istri dapat berperan sebagai investor dengan mengatur investasi untuk menghasilkan keuntungan jangka panjang bagi keluarga, seperti investasi pada aset properti, saham, atau instrumen keuangan lainnya.
Trainer Keuangan
Istri dapat berperan sebagai trainer keuangan untuk anggota keluarga lainnya, seperti mengajari anak-anak atau suami cara mengatur keuangan pribadi dan merencanakan anggaran keluarga.
Konsultan Keuangan
Istri juga dapat berperan sebagai konsultan keuangan yang memberikan saran dan masukan kepada keluarga tentang pengelolaan keuangan, termasuk cara mengurangi hutang, mengatur anggaran, atau memilih produk keuangan yang tepat.
See, banyak kan yang bisa dilakukan oleh istri?
Namun, sayangnya, memang belum semua istri memiliki kemampuan atau pengetahuan dalam mengelola keuangan rumah tangga. Oleh karena itu, perlu adanya dukungan dan kerja sama antara pasangan suami istri dalam mengelola keuangan keluarga agar dapat mencapai tujuan keuangan bersama.
Tip untuk Para Istri untuk Meningkatkan Keterampilan Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga

Berikut beberapa tip yang dapat membantu istri meningkatkan keterampilan keuangan dan mengelola keuangan rumah tangga dengan lebih baik sebagai menteri keuangan.
Mengikuti pelatihan atau kursus keuangan
Istri dapat mengikuti pelatihan atau kursus keuangan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan keuangan. QM Financial punya banyak topik kelas online FCOS yang bisa dipilih sesuai kebutuhan keluarga lo! Sudah cek jadwalnya belum untuk bulan ini?
Membaca buku atau artikel tentang keuangan
Istri dapat membaca buku atau artikel tentang keuangan untuk memperluas pengetahuan tentang pengelolaan keuangan, termasuk tentang investasi, asuransi, dan rencana keuangan jangka panjang.
Mengatur anggaran keluarga
Istri dapat membuat dan mengatur anggaran keluarga dengan hati-hati, termasuk menentukan prioritas pengeluaran dan memantau pengeluaran harian keluarga.
Menggunakan aplikasi keuangan
Istri dapat menggunakan aplikasi keuangan yang dapat membantu memantau pengeluaran dan pemasukan keuangan keluarga dengan mudah dan akurat.
Berdiskusi dengan suami
Istri dapat berdiskusi dengan suami tentang pengelolaan keuangan keluarga dan bekerja sama dalam membuat rencana keuangan jangka panjang yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan keluarga.
Dalam pengelolaan keuangan rumah tangga, peran istri sangat penting dalam menjaga keuangan keluarga tetap sehat dan berkelanjutan. Dengen demikian, penting bagi istri untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola keuangan rumah tangga, apalagi istri bisa berperan banyak dalam hal keuangan ini. Penting pula bagi istri untuk bisa bekerja sama dengan suami dalam membuat keputusan keuangan yang tepat dan mencapai tujuan keuangan bersama.
Dengan pengelolaan keuangan yang baik, keluarga dapat menghindari risiko keuangan dan memastikan kesejahteraan keuangan di masa depan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Step by Step Melakukan Review Keuangan Akhir Tahun 2022 agar Lebih Baik di Tahun 2023
Sudah menjelang akhir tahun 2022 nih. Enggak terasa ya? Bagaimana tahun ini untukmu? Apakah lebih baik dari tahun 2021? Akhir tahun biasanya memang jadi momen tepat untuk melakukan refleksi dan introspeksi, ya kan? Termasuk dalam hal keuangan. Apakah kamu sudah siap untuk melakukan review keuangan akhir tahun?
Memangnya harus ya?
Pentingnya Review Keuangan Akhir Tahun

Ya, kalau harus sih enggak. Tapi ada banyak manfaat yang bisa kamu dapatkan dari review keuangan akhir tahun ini lo. Di antaranya:
- Kita bisa melakukan evaluasi terhadap apa yang sudah kita lakukan sepanjang tahun 2022 ini. Apakah kita sudah mengeksekusi rencana-rencana yang kita buat atau masih sekadar wacana?
- Apa saja rencana atau tujuan yang berhasil kita wujudkan?
- Apa saja rencana yang belum berhasil terealisasikan?
- Mengapa ada rencana yang belum bisa direalisasikan?
- Apakah ada kesalahan yang membuat rencana tersebut gagal atau tertunda?
- Apa yang menjadi hambatan tahun 2022 ini?
Nah, dari pertanyaan-pertanyaan itu saja, sepertinya kamu akan mendapatkan banyak insight dan PR yang bisa kemudian kamu kerjakan di tahun 2023 agar hidupmu lebih baik. Kamu bahkan bisa menambah berbagai pertanyaan lain sebagai bahan refleksi dan review sehingga hasilnya akan lebih lengkap dan detail, yang kemudian bisa kamu pergunakan sebagai bahan pertimbangan membuat perencanaan keuangan yang lebih baik lagi.
Jika masih bingung, bagaimana cara melakukan review keuangan akhir tahun, berikut ini ada beberapa langkah yang bisa kamu lakukan. Simpel saja kok!
Step by Step Review Keuangan Akhir Tahun

1. Cek catatan keuangan
Jika kamu sudah punya catatan keuangan yang cukup rapi di tahun 2022, maka review keuangan akhir tahun bisa kamu mulai dari sini. Cek kondisi cash flow saat ini, apakah surplus atau minus. Bagaimana kondisi setiap pos keuangan? Apakah sudah cukup efisien? Atau sepertinya, ada yang perlu diefisienkan lagi, karena kemarin masih terlalu boros?
Misalnya saja, pos lifestyle kok ternyata lebih dari 20%, sementara investasi masih di proporsi 10%. Mungkin di tahun 2022, di setiap tanggal kembar kamu selalu nggak pernah absen dari sale dan program promo?
Meski mungkin masih terkendali, tetapi coba dipertimbangkan, barangkali tahun depan kamu bisa menambah persentase investasi, agar tujuan keuangan bisa lebih cepat tercapai.
2. Adakah kondisi yang berubah?
Misalnya saja, pemasukan yang berkurang atau bertambah?
Mungkin, pantas saja biaya lifestylemu membengkak. Gajimu juga naik soalnya tahun 2022 ini. Ya, tentunya bersyukur sih, naik gaji gitu lo. Tapi, bukan berarti lantas biaya lifestyle juga harus naik. Mungkin ada pos lain yang akan lebih baik ditambah proporsinya demi kebaikan dirimu sendiri. Dana darurat, misalnya, apakah sudah aman?
Apakah sekarang jumlah tanggunganmu bertambah, atau malah berkurang? Apakah tahun depan, bakalan ada tujuan keuangan yang harus diwujudkan? Sekolah anak, misalnya?
Nah, hal-hal seperti ini bisa mengubah kondisi keuangan, dan kamu akan lebih leluasa membuat rencana atau mencari solusi jika melakukan review keuangan akhir tahun.
3. Cek dana darurat
Tahun 2022 ini, apakah dana daruratmu sudah aman?
Ingat, bahwa jumlah ideal dana darurat seharusnya minimal adalah 4 kali pengeluaran rutin bulanan. Semakin banyak tanggungan, maka jumlah ideal dana darurat juga akan lebih besar. So, kalau ternyata jumlah tanggunganmu bertambah tahun ini—misalnya tahun 2022 kemarin kamu dikaruniai anak—maka segera buat rencana untuk menambah dana darurat tahun depan.
Jika ternyata tahun 2022 kamu masih belum punya dana darurat, kamu juga bisa mulai membuat rencana untuk membangun dana darurat. Satu bulan, dua bulan enggak apa, yang penting mulai aja dulu. Cek kemampuanmu untuk menyisihkan beberapa persen dari penghasilan untuk bisa membuat dana darurat ini ya.

4. Review portofolio
Nah, biasanya review keuangan akhir tahun juga bisa dilakukan sekaligus dengan melakukan review terhadap portofolio investasi.
Cek bagaimana posisi portofolio investasimu sekarang, terutama terhadapp tujuan keuangan yang sudah ditentukan. Apakah bertumbuh sesuai harapan, atau belum? Jika memang belum maksimal, kamu bisa membuat rencana untuk memperbaiki komposisinya tahun depan. Misalnya, kamu tambah porsi instrumen agresifnya, atau malah memindahkan dari instrumen agresif ke instrumen yang lebih rendah risiko.
Semua kembali pada profil risiko, kebutuhan, dan juga kemampuanmu ya. Ingat, #TujuanLoApa?
5. Cek tujuan keuangan
Apakah ada tujuan keuangan yang sudah dicapai di tahun 2022 kemarin? Jika ada, apa saja? Apakah tujuan tersebut menambah aset? Jika iya, maka jangan sampai lupa untuk menambahkannya dalam catatan keuanganmu.
Apakah ada tujuan keuangan yang harus kamu capai di tahun 2023 besok? Bagaimana posisinya sekarang? Apakah dananya sudah siap? Jika masih kurang, kurang berapa? Jika sudah siap, cek apakah perlu dipindahkan ke instrumen yang lebih rendah risiko atau tidak.
Nah, dari sini, kamu bisa melanjutkan aktivitas review keuangan akhir tahun kamu sampai menyeluruh. Jangan lupa untuk ajak pasanganmu sekalian, jika kamu sudah berkeluarga ya, agar kedua belah pihak tahu kondisi keuangan keluarga yang sebenarnya sehingga akan lebih mudah menentukan arah selanjutnya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Mengatur Keuangan Keluarga Saat Suami Tak Berpenghasilan
Baru-baru ini ada thread viral tentang keputusan seorang istri mengikhlaskan suaminya resign dari kantor tempatnya bekerja, karena alasan kesehatan. Setelah menelusur, ada satu hal yang cukup menarik yang bisa ditarik sebagai pelajaran ketika akhirnya suami tak berpenghasilan dan mengandalkan penghasilan istri saja.
Memang ya, hidup di Indonesia itu cukup challenging. Beberapa norma yang berlaku masyarakat kadang lantas membuat pihak-pihak tertentu menjadi tampak “tidak normal” jika tidak diikuti. Termasuk soal penghasilan untuk keluarga. Umumnya, suami memang dianggap seseorang yang seharusnya menjadi tulang punggung keluarga; memberi nafkah istri dan bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Namun, kadang, fakta di lapangan berkata lain. Karena berbagai sebab, suami tak dapat melakukan tugas, dan harus melimpahkan tanggung jawab sebagai penafkah kepada istri. Salahkah suami jika melakukan hal tersebut? Enggak selalu, karena banyak alasannya. Kesehatan adalah salah satu alasan terbesarnya. Tapi ya begitulah, saat gaji istri lebih besar saja kadang jadi masalah. Apalagi kalau suami tak berpenghasilan. Di Indonesia, ini adalah masalah yang besar.
Mengatur keuangan dari penghasilan satu pintu tentu bukan perkara mudah. Apalagi kalau kedua pasangan tadinya sama-sama bekerja. Penurunan pemasukan keluarga pasti akan memengaruhi kondisi ekonomi. Sedikit atau banyak, itu relatif.

Terlepas dari soal stigma sosial yang harus dihadapi, persoalan keuangan ini juga akan menjadi tantangan besar bagi pasangan dengan suami tak berpenghasilan. Pasalnya, kita tidak bisa menutup mata bahwa masih ada gap antara penghasilan perempuan dan pria di Indonesia. Masih banyak perempuan bekerja yang digaji lebih rendah daripada pria untuk level jabatan yang sama. Tak hanya soal feminis, tapi data yang menyatakannya. Jadi, walaupun istri mengambil alih peran penafkah keluarga, tetapi bisa jadi penghasilan ya tetap saja tidak akan sebesar penghasilan suami yang bekerja.
Artinya, masalah keuangan ini adalah masalah yang serius. Apalagi kita masih dalam situasi tak berkepastian seperti sekarang. Kebutuhan makin banyak, sekaligus semakin sulit didapatkan.
Lalu, bagaimana ya cara mengatur keuangan bagi keluarga dengan suami tak berpenghasilan?
Atur Keuangan untuk Keluarga dengan Suami Tak Berpenghasilan

Pastikan pertimbangan dan persiapannya matang
Kalau menelusur dari thread viral yang disebutkan di awal tadi, ada penjelasan bahwa sebelum suami tak berpenghasilan, keluarga tersebut sudah punya tabungan 10x gaji dan sempat membeli asuransi yang memadai. Seiring waktu, malahan tabungan ini tidak perlu digunakan sama sekali, dan kebutuhan hidup dapat dipenuhi dari penghasilan istri sepenuhnya.
So, apa moral of the story? Yes, persiapan yang matang.
Memutuskan resign tak boleh dilandasi emosi, karena bisa membuat kita bias dalam mengambil keputusan hingga akhirnya tak melakukan persiapan. Padahal, hidup ke depan setelah resign harus dipikirkan dengan baik, apalagi jika sudah ada tanggungan.
Atur kembali rencana dan anggaran
Mengelola keuangan rumah tangga dari penghasilan 2 pintu menjadi satu pintu bukan perkara gampang. Karena itu, persiapan adalah koentji dan kemudian lakukan financial check up untuk membuat evaluasi dan mengetahui secara pasti kondisi keuangan keluarga saat suami tak berpenghasilan lagi.
Atur kembali rencana keuangan yang mungkin tadinya sudah ada. Kamu bisa meninjau kembali tujuan-tujuan keuangan, dan menyusun ulang berdasarkan hasil financial check up yang sudah dilakukan. Buat anggaran yang sesuai dengan perubahan yang terjadi.
Cicilan utang dan kebutuhan primer menjadi prioritas utama. Yang lain, kamu bisa sesuaikan dengan kemampuan. Bahkan investasi bisa dikurangi dulu, selama keuangan belum stabil lagi. Ke depannya, fokuslah pada menjaga cash flow agar tetap positif.
Amankan Dana Darurat dan Asuransi
Punya asuransi kesehatan adalah hal yang tak bisa ditawar. Asuransi kesehatan akan dapat memberikan perlindungan yang sesuai dengan kebutuhan. Apalagi biaya kesehatan terus meningkat. Meskipun iurannya naik, tapi BPJS Kesehatan tetap bisa jadi pilihan pertama. Selanjutnya, tergantung kebutuhan.
Jika istri kemudian menjadi penafkah utama karena suami tak berpenghasilan, maka pastikan istri memiliki asuransi jiwa. Setelah itu, pastikan dana darurat dalam kondisi yang memadai juga.

Tinjau kembali cicilan utang
Memang dalam praktiknya, cicilan utang harus menjadi prioritas apa pun kondisinya. Tapi saat suami tak berpenghasilan, maka bisa jadi cicilan akan menambah beban. So, coba cari cara untuk meringankannya.
Barangkali ada beberapa cicilan yang bisa dilunasi dulu sebelum akhirnya suami resign. Terutama untuk cicilan konsumtif yang berbunga besar. Pastikan untuk tidak menambah utang besar dan konsumtif saat nanti keuangan belum stabil.
Jika memang perlu, kamu bisa mengajukan restrukturisasi utang yang cicilannya terlalu besar dan membebani. Mungkin ada diskon bunga, atau tenor bisa diperpanjang. Apa pun kondisinya, sebaiknya dijelaskan pada pihak pemberi pinjaman. Prinsipnya, mereka akan lebih memilih melunakkan pinjaman daripada risiko gagal bayar meningkat. Termasuk KPR.
Tambah penghasilan
Jika memang perlu dan memungkinkan, cobalah untuk mencari alternatif lain demi mendapatkan penghasilan tambahan. Baik untuk suami maupun hal yang bisa dilakukan berdua.
Memang, kualitas hidup tak hanya tergantung pada penghasilan yang didapatkan, tetapi pada cara kelola uang yang ada. Tapi bagaimanapun, keluarga dengan keuangan yang sehat pastilah akan lebih mudah menjalani kehidupan. Karena itu, kita tetap realistis dan berusaha agar ‘dapur tetap mengepul’, apa pun caranya asal halal.
Dana Pensiun
Suami tak berpenghasilan bukan berarti pensiun, jika sekarang masih mengandalkan penghasilan aktif untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. So, tetap ada PR besar untuk bisa membangun aset aktif yang nantinya bisa memberikan passive income. Pasalnya, bagaimanapun juga, nantinya jika istri yang akan menjadi tulang punggung keluarga, akan ada waktu juga baginya untuk pensiun.
So, meski berat, persiapkan sejak sekarang.
Itu dia cara mengatur keuangan keluarga jika suami tak berpenghasilan, dan hanya mengandalkan dari penghasilan satu pintu, yaitu dari istri.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
7 Ceklis Keuangan yang Harus Dibicarakan Berdua Sebelum Menikah
Banyak orang yang bilang, menikahlah maka masalah hidup akan lebih ringan. Tapi, apa benar menikah adalah solusi? Bukannya menikah itu justru awal dari hidup yang sebenarnya ya? Karena itu, kita harus mempersiapkan banyak hal sebelum menikah.
So, buat kamu yang setuju dengan pernyataan terakhir, mari sini ngumpul! Kita akan mengobrol lebih jauh soal ini.
Menikah Awal Hidup yang Sebenarnya
Jika kamu masih melanjutkan bacanya sampai bagian ini, berarti kamu setuju ya dengan pernyataan di atas?
Memang benar, sebelum memutuskan untuk menikah atau merencanakannya, ada banyak hal yang harus kamu pahami, perhatikan, dan persiapkan dulu bersama pasangan. Mengapa? Karena kamu akan hidup bersamanya sampai cukup lama lo! Tentu saja kamu pengin menikah sekali untuk selamanya kan? Bisa jadi kamu akan hidup sampai lebih dari 50 tahun bareng-bareng, kalau iya.
So, untuk menempuh perjalanan yang sebegitu panjang, sudah pasti butuh persiapan yang baik. Satu hal terbesar yang enggak boleh lupa untuk dihayati adalah bahwa kamu akan hidup bersama pasanganmu itu 100% tanpa ragu lagi. Pasalnya, setelah menikah itu bisa jadi berbeda banget dengan masa-masa pacaran—sebelum menikah.
Untuk bisa 100% enggak ragu dan bisa mantap melangkah menempuh perjalanan hidup berdua, salah satu masalah yang harus dipersiapkan sejak awal adalah keuangan.
Enggak bisa memungkiri, bahwa topik keuangan itu memang topik yang sensitif banget, bahkan buat kamu yang sudah berpasangan. Kamu tahu, bahwa masalah ekonomi merupakan penyebab kedua terbesar perceraian suami istri?

Ini dia datanya, sesuai yang dirilis oleh Pengadilan Agama Indonesia tahun 2021.
So, jangan sampai masalah ini menjadi masalah kamu dan pasangan deh ke depannya ya, karena pada dasarnya masalah keuangan ini bisa kok diatasi sejak dini. Terutama, dari sisi kamu sendiri.
Lalu, bagaimana cara mengantisipasi munculnya masalah keuangan saat sesudah menikah? Ya, dengan mempersiapkannya sebelum menikah.
Berikut beberapa hal keuangan yang harus benar-benar kamu cek dan pastikan kalau kondisinya aman sebelum menikah.

Ceklis Keuangan Sebelum Menikah
Bisa terbuka enggak satu sama lain?
Terbuka ini penting banget lo. Bisa dikatakan, ini dulu yang harus dicek, sebelum ke yang lain-lainnya. Kalau keterbukaan ini tidak bisa dicapai, maka kamu bisa anggap bahwa sudah muncul satu red flags di sini, dan harus segera kamu atasi sebelum menikah.
Pasalnya, masih banyak yang menganggap tabu untuk ngomongin duit. Sebatas, “Besok nikah, biayanya bujet berapa ya? Siapa yang tanggung? Kalau patungan, berapaan?” seperti itu saja ada yang merasa risih untuk membicarakannya. Salah satu penyebabnya adalah takut dibilang matre.
Padahal, kita harus realistis. Karena terbuka soal keuangan artinya kamu mengakui batasan-batasan finansial yang bisa dicapai oleh kamu dan pasanganmu.
So, sebelum menikah, biasakan untuk mengobrol apa saja termasuk keuangan. Memang sih, mungkin akan belum terlalu terbuka semacam gaji juga masih diomongin kisaran saja. Atau belum punya rekening bersama. Tapi setidaknya, sudah mulai saling tahu pola pengelolaan keuangan masing-masing. Ibaratnya, siapa yang boros, siapa yang hemat, siapa yang impulsif, dan seterusnya harus sudah diketahui sebelum menikah.
Sumber penghasilan
Semakin serius hubungan, maka bisa jadi obrolan keuangan juga semakin serius. Pada akhirnya, kamu dan pasanganmu harus saling tahu sumber penghasilan masing-masing. Memang enggak gampang sih, apalagi kalau ada ketimpangan penghasilan antara kedua pasangan. Ya, itu tadi, soal dianggap matre.
Tapi, apa pun itu, harus dicoba untuk diobrolkan. Karena ke depannya akan lebih mudah bagi kamu dan pasanganmu untuk mengelola keuangan keluarga saat sudah menikah. Efeknya akan jangka panjang.
Peran masing-masing
Nah, ini juga sangat penting dan sebaiknya sudah ditentukan sejak sebelum menikah. Siapa yang jadi pencari nafkah utama, siapa yang akan jadi bendahara, siapa bayar apa, siapa bagian apa, sistemnya seperti apa, dan seterusnya. Jangan sampai terkena sindrom Papa Bos, Mama Bos—dua-duanya bos, yang jadinya malah membuat pembagian peran enggak jelas.
Ini penting, karena pola pengelolaan keuangan—terutama soal anggaran—ini akan berbeda sekali antara sesudah dan sebelum menikah. Pertama, karena dua orang pasti berbeda juga cara pengelolaannya. Kedua, kondisi berubah dan kebutuhan juga bisa jadi bertambah.
Sampai di sini, kalau sudah terbiasa terbuka seperti yang dijabarkan di point pertama di atas sih biasanya tidak akan banyak menemui kesulitan untuk bersepakat.
Utang piutang
Kamu dan pasanganmu juga harus tahu persis, apakah masing-masing punya utang atau tidak.
Jika punya, berapa jumlahnya? Bagaimana cara pembayarannya? Masih berapa lagi nyicilnya? Hal ini perlu diobrolkan baik jika kamu ataupun pasanganmu yang memiliki utang.
Meskipun secara hukum, utang yang dibuat sebelum menikah tidak menjadi tanggung jawab bersama, tetapi nantinya hal ini akan berdampak ke pengaturan keuangan keluarga. Banyak lo, pasangan yang tidak berterus terang soal utang ini sebelum menikah, dan pada akhirnya jadi merasa terjebak.

Sandwich generation?
Hal lain yang juga harus dicek dan dibicarakan sebelum menikah apakah kamu dan pasanganmu merupakan sandwich generation atau bukan.
Kondisi ini nantinya seakan banyak dapur yang dibiayai oleh satu orang. Pastinya, akan berpengaruh ke keuangan kan, nantinya? Dan, pengaruhnya enggak kecil lo!
So, cobalah bahas secara santai dengan pasanganmu ya, bagaimana pengaturan anggarannya supaya masing-masing tidak terganggu.
Tujuan keuangan
Sejak sebelum menikah, akan baik adanya jika kamu dan pasangan sudah mulai membicarakan juga berbagai tujuan keuangan keluarga yang hendak dicapai berdua.
Misalnya, mau tinggal di mana? Kapan mulai merencanakan punya rumah sendiri? Mau punya anak berapa? Bagaimana pendidikannya nanti? Mau beli mobil? Mau punya tabungan liburan? Pengin beribadah ke tanah suci? Kira-kira bakalan pensiun usia berapa?
Kok banyak ya? Ya memang banyak, bestie. Karena itu, susun prioritas. Buat tujuan jangka pendek, menengah, hingga panjang. Enggak harus semua langsung dieksekusi, yang harus dibicarakan berdua adalah rencana dulu. Selanjutnya, bisa dimatangkan sambil jalan. Dengan demikian, keuangan bisa terarah sesuai tujuan dan cita-cita masing-masing.
Boleh bekerja?
Nah, ini juga masalah yang sering jadi batu sandungan. Bahkan, kadang bisa mengarah ke tindak kekerasan finansial kalau misalnya tidak ada kesepakatan sejak awal.
So, ada baiknya dibicarakan sejak sebelum menikah. Setidaknya, persepsi haruslah sama. Kalau tidak, ya harus ada kompromi agar tercapai solusi yang baik untuk semuanya. Pada dasarnya boleh saja jika memang memutuskan untuk satu penghasilan, asalkan merupakan hasil kesepakatan.
Nah, itu dia 7 ceklis keuangan yang harus dibicarakan berdua dengan pasangan sebelum menikah. Banyak ya, ternyata persiapannya? Iya, karena menikah adalah sebuah tahapan hidup. Berani melangkah ke pelaminan artinya kita siap untuk naik kelas. Untuk naik kelas, ya harus usaha dan bersiap, karena di kelas selanjutnya, biasanya juga bakalan ada ujian yang tidak mudah.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Atur Keuangan Setelah Lebaran Biar Nggak Auto Bokek Berkepanjangan
Hai halo! Setelah Lebaran, ada cerita apa aja nih? Semoga semuanya seru ya, termasuk dari sisi finansialmu.
Yes, semoga setelah Lebaran, kamu enggak auto bokek. Kalaupun iya, ya wajar sih. Pasalnya, pengeluaran memang pasti luar biasa ya. Pasti memengaruhi kondisi keuangan rumah tangga secara keseluruhan. Namanya juga Lebaran, sekaligus liburan. Yang enggak mudik Lebaran, pasti juga ada saja yang ekstra di saat-saat seperti ini.
So, sekarang saatnya kita menata ulang keuangan keluarga lagi. Pasalnya, hidup di depan sudah menunggu. Mau enggak mau, kita punya kebutuhan yang harus segera dipenuhi. Jangan sampai kesulitan datang. Segera moveon dari liburan, dan lakukan beberapa cara mengatur keuangan berikut.

Atur Keuangan Setelah Lebaran
1. Financial check up
Yang pertama harus kamu lakukan untuk mengelola keuangan lagi setelah Lebaran adalah melakukan financial check up.
Yuk, buat rekap pengeluaran selama libur Lebaran kemarin. Pasti banyak pengeluaran tak terduga. Buat rinciannya sedetail mungkin, sehingga nantinya akan lebih mudah kamu evaluasi. Setelah itu, cek juga sisa uang yang masih ada saat ini. THR apa kabar? Apakah masih ada sisa?
Jadi, habis berapa? 20 juta seperti cerita yang lagi viral itu?
Semoga sih, kamu tidak perlu mengganggu dana darurat ya di masa liburan kemarin. Tetapi, jika misalnya dana darurat ikut terpakai, maka sekaligus buatlah rencana untuk memulihkannya kembali setelah Lebaran ini. Pasalnya, dana darurat ini adalah pos paling penting dan tidak boleh sampai kosong, karena merupakan safety net untuk keuangan pribadimu sewaktu-waktu.
2. Lunasi utang
Financial check up yang kamu lakukan seperti di atas termasuk juga mengecek apakah ada utang baru selama liburan Lebaran kemarin. Jika memang ada, setelah Lebaran ini, ada baiknya untuk segera kamu bayar. Jika bisa dilunasi akan lebih bagus.
Ingat kan, bahwa untuk berutang, kamu harus yakin mampu membayarnya? Jadi, supaya enggak jadi beban tambahan buat hidup yang sudah berat, sebaiknya segera lunasi utang libur Lebaran. Apalagi utang kartu kredit untuk kebutuhan konsumtif. Jangan sampai nih manfaat barangnya sudah habis, kamu masih saja berurusan dengan cicilannya.

3. Buat anggaran sesuai kemampuan
Sudah cek pengeluaran, syukur-syukur masih ada sisa THR setelah Lebaran. Juga sudah melunasi utang. Jadi, sekarang tinggal membuat anggaran dan mengatur gaji yang masih ada untuk beberapa waktu ke depan, setidaknya sampai akhir bulan lagi.
Yang sudah biasa membuat anggaran bulanan, pastinya sudah gampang. Yang belum, yuk, segera dibiasakan membuat anggaran agar kamu punya kendali atas pengeluaranmu. Apalagi kalau setelah Lebaran, tabungan juga berkurang. Wah, harus bener-bener diatur lagi, dan membuat anggaran adalah awal pengelolaan keuangan yang benar.
4. Hemat
Yuk, waktunya berhemat lagi! Apalagi kalau ternyata pengeluaran sudah begitu banyak. Jadi, harus kencangkan ikat pinggang lagi setelah Lebaran.
Beberapa trik menghemat yang bisa kamu lakukan:
- Buat prioritas, geser yang kebutuhan yang bisa ditunda atau dikurangi.
- Manfaatkan promo atau diskon member untuk belanja berbagai kebutuhan esensial
- Cari produk pengganti, dengan harga yang lebih murah tetapi kualitasnya sama. Misalnya produk-produk lokal
- Kurangi jajan di luar. Sebisa mungkin memasak sendiri dan makan di rumah saja.
- Jangan belanja dalam kondisi perut kosong
- Buat catatan belanja, dan hanya belanja barang yang ada dalam daftar
Apa lagi ya? Kamu punya trik menghemat pengeluaran yang lain? Silakan ditulis di kolom komen ya, untuk melengkapi trik di atas.

5. Mulai menabung dan investasi lagi
Kalau memang ada dana tabungan atau investasi yang terpakai, setelah Lebaran ini, yuk, kita kembalikan! Perhitungkan seberapa besar kamu bisa menyisihkan uang yang ada sesuai kemampuan.
Of course, ini bukan keharusan ya, karena kembali lagi pada kemampuan masing-masing. Kalau dana yang ada memang masih dipakai untuk memenuhi kebutuhan pokok, ya tak mengapa belum ditabung lagi. Namun, kamu harus membuat komitmen terhadap dirimu sendiri, kapan hendak mengembalikannya. Dan, kamu harus disiplin dengan komitmenmu sendiri.
Kalau masih ada sisa dana, yuk, segera ditransfer ke rekening tabungan atau investasi yang kamu punya. Ingat loh, setelah Lebaran, kamu harus sudah menyiapkan kurban! Jangan sampai tahun ini enggak kurban, hanya karena dananya sudah habis untuk libur Lebaran.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Kelola Uang Belanja Pas-Pasan Keluarga Muda, Ini 5 Kiat Sederhananya
Salah satu hal paling tricky dalam rumah tangga adalah ketika kita harus mengatur uang belanja bulanan.
Ya, gimana ya? Namanya kebutuhan keluarga, itu sudah pasti banyak banget, tapi sayangnya, dana enggak sebanyak itu. Jadi, mau enggak mau, harus dicukupkan. Apalagi kalau masih keluarga muda. Karena itu, penting bagi setiap pasangan suami istri untuk pintar mengelola keuangan keluarga.

Tantangan Para Ibu dalam Keluarga Muda
Kondisi yang paling umum terjadi adalah belum lama menikah, mungkin sudah punya anak tapi masih bayi. Pencari nafkah bisa jadi dari dua pintu, yaitu nafkah dari suami dan nafkah istri. Tapi, bisa juga kondisinya memiliki penghasilan hanya dari satu pintu lantaran si ibu resign demi mengurus bayi di rumah.
Soal karier, bisa jadi masih dirintis. Belum benar-benar berada di posisi yang mapan, meski sudah berpenghasilan tetap. Cukup, tapi ya harus benar-benar dicukupkan. Dan, kebutuhan bayi itu memang luar biasa. Bahkan ketika anak sudah mulai besar, kebutuhan itu tetap tak berkurang—hanya berganti jenisnya. Uang belanja tetap akan harus diatur dengan baik, kalau enggak mau boncos terus-terusan.
Kondisi seperti ini dialami sebagian besar keluarga muda, dengan ibu yang bekerja maupun ibu rumah tangga. Ini belum ngomongin soal kebutuhan lain. Kredit motor, KPR, keamanan kompleks, sampai kirim uang ke orang tua di kampung. Bisa nabung Rp100 ribu – Rp200 ribu setiap bulan saja sudah bagus banget.
Clueless, betul?
Tapi tenang. Ibarat beli panci, pasti sama tutupnya. Jadi, akan selalu ada solusi untuk setiap masalah yang ada. Asal tahu prinsip mengelola uang belanja, maka kesulitan pasti bisa dicari solusinya.

Mengelola Uang Belanja yang Pas-Pasan
1. Berkomunikasi
Kadang yang terjadi adalah uang belanja pas-pasan, tapi segan ngobrol sama suami. Takutnya, dianggap nggak becus mengelola keuangan keluarga dan menghemat uang belanja. Tapi, hal ini bisa bikin kamu jadi stres loh.
Rumah tangga terdiri atas 2 orang; suami dan istri. Ibu-ibu enggak sendirian loh. Memang betul, ibu adalah menteri keuangan di rumah. Tapi, suami ibarat presiden. Dan yakinlah, bahwa Ibu Sri Mulyani sering meeting dan rapat koordinasi dengan presiden kalau mesti bahas keuangan negara. Begitu juga dengan para ibu rumah tangga. Perlu banget ada rapat khusus keuangan dengan suami.
Buka catatan keuangan keluarga, saling mencermati agar bisa menemukan akar masalah dan kemudian mencari solusi bersama. Tanpa komunikasi yang lancar, rasanya mustahil ya, keuangan keluarga juga bisa tertata dengan baik.
2. Budgeting
Kebutuhan banyak, tapi uang belanja pas-pasan. Karena itu, budgeting penting, agar bisa menentukan prioritas dan akhirnya semua kebutuhan terpenuhi.
Ada banyak cara budgeting uang jajan dan uang belanja yang bisa dilakukan. Misalnya dengan aplikasi pengelolaan keuangan yang sekarang banyak ditemukan di PlayStore maupun AppStore. Selain itu, bisa juga dengan cara old school ala orang tua kita: pakai amplop-amplop.
Buatlah budgeting bersama suami. Tapi, semisal tidak memungkinkan, seenggaknya harus dikomunikasikan dengan pasangan, agar mereka juga tahu bagaimana peta keuangan kita.
Perhatikan masing-masing proporsinya. Misalnya mau pakai rumus 4-3-2-1 ala QM Financial, yang berarti 40% untuk kebutuhan rutin, 30% untuk cicilan utang, 20% untuk investasi, dan 10% untuk jajan atau lifestyle. Kamu bisa menyesuaikannya dengan kondisi dan kemampuanmu.
3. Catat setiap pengeluaran
Tuliskan setiap pengeluaran, sebisa mungkin hingga detail, agar kamu tahu ke mana saja uangmu pergi. Jangan sampai kehilangan jejak, tahu-tahu dompet menipis tanpa tahu dipakai buat apa saja.
Catatan pengeluaran juga akan penting ketika kamu hendak membuat budgeting. Pasalnya, dari catatan keuangan, kamu tahu uang belanja sebelah mana yang bisa dipangkas lagi, atau lebih dihemat.

4. Buat tujuan jangka panjang
Uang belanja pas-pasan harus cukup untuk memenuhi kebutuhan saat ini, juga kebutuhan di masa depan nanti. Karena itu, penting untuk membuat pemetaan tujuan keuangan, terutama jangka panjang.
Jangan sampai terlena hanya memikirkan kebutuhan hari ini, apalagi yang kurang penting, dan melupakan rencana masa depan. Bisa-bisa masa depanmu akan berpeluang banyak kesulitan keuangan. Seperti nggak siap pensiun, nggak siap dana pendidikan anak, dan sebagainya.
5. Tambah penghasilan
Uang belanja pas-pasan? Tapi bukan berarti kita tak bisa menambah penghasilan kan? Yuk, mulai dipikirkan sejak sekarang.
Jika mau berusaha, pasti ada caranya. Mungkin saja memang sibuk, tapi cobalah untuk berusaha agar uang belanja bisa ditambah.
Nah, itu dia beberapa langkah untuk mengatur uang belanja yang pas-pasan di keluarga muda.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Bikin Rekening Bersama Suami Istri: Yay or Nay?
Rekening bersama kadang menjadi salah satu opsi perencanaan keuangan yang dipilih pasangan suami istri. Bahkan, bisa jadi model rekening bersama ini sangat cocok untuk mereka yang suka merencanakan sesuatu bersama pasangan.
Memang, rekening bersama dapat membantu keuangan keluarga lebih mudah dikendalikan. Nantinya pada rekening bersama yang dimiliki suami istri, masing-masing punya kuasa untuk menambah dan menarik dana yang ada pada rekening tersebut.
Tapi, ternyata model perencanaan keuangan dengan model rekening yang dibuat bareng ini nggak selalu cocok untuk setiap pasangan, pun kondisi loh. Kenapa? Nah, kita bahas saja yuk, secara khusus dalam artikel kali ini.

Konsep Rekening Bersama
Rekening bersama merupakan sebuah konsep layanan keuangan yang digunakan untuk menyimpan dana pada pihak ketiga sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui antara pihak pertama dan pihak kedua. Dana yang disimpan di dalam rekening ini hanya bisa dicairkan jika ada instruksi dari penyetor atau sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.
Biasanya, rekening jenis ini sering digunakan untuk jual beli online saat pelaku transaksi—penjual dan pembeli—tidak dapat bertemu secara langsung, yang digunakan untuk menghindari tindak penipuan dari kedua belah pihak. Jadi, fungsi rekening bersama ini menjadi sebuah jembatan. Kamu pasti enggak asing sih dengan sistem ini, kalau kamu hobi belanja online di marketplace-marketplace, yang mengharuskanmu untuk transfer duluan. Lalu, ketika barang sudah dikirimkan dan sampai ke tanganmu dengan selamat, dana baru diteruskan pada pihak penjual.
Nah, ternyata bukan hanya dapat membantu dalam transaksi jual beli online, rekening bersama ini dapat dibuat oleh pasangan suami istri di bank secara mandiri. Dana dalam rekening ini hanya bisa diambil saat kedua belah pihak mencantumkan tanda tangan bersamaan. Contohnya saat suami istri menabung bareng untuk biaya pendidikan anak. Dana hanya bisa dicairkan jika biaya pendidikan tersebut sudah dibutuhkan dan kedua belah pihak menyetujui pencairannya.

Kelebihan dan Kekurangan Rekening bersama
Sebagai produk keuangan, rekening bersama tentu ada plus minusnya. Kamu tinggal menentukan apakah cocok untuk memenuhi kebutuhanmu bersama pasangan atau tidak. Berikut beberapa kelebihan dan kekurangannya.
Kelebihan:
- Mudah dikelola, semua informasi berada pada satu tempat. Pengeluaran dan pemasukan juga menjadi lebih mudah dipantau.
- Adil, rekening bersama membuat kedua pihak punya keleluasaan yang sama dalam hal menyimpan atau membelanjakan uangnya untuk keluarga. Bahkan bisa menjadi solusi bagi pasangan yang hanya memiliki penghasilan dari satu sumber atau salah satunya punya penghasilan yang rendah (beberapa kasus perceraian terjadi karena hal ini).
- Kerja sama dalam berumah tangga. Suami istri bukan lagi berbicara tentang dirinya masing-masing dalam hal apa pun. Rekening bersama menjadi salah satu cara pasangan untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan keuangan. Caranya bisa dengan menabung, berinvestasi, dan yang lainnya. Cara ini bisa saling mengoreksi kebiasaan pengelolaan keuangan yang salah dan saling menjaga.
- Hemat, terutama biaya administrasi hingga denda. Beberapa bank biasanya menentukan batas simpanan minimal pada rekening yang dibuat. Rekening bersama ini dapat meminimalkan hal tersebut sehingga menjadi lebih efisien.
- Rekening bersama hanya bisa diambil saat kedua belah pihak menyetujuinya, sehingga tidak ada kecurigaan antar keduanya, atau salah satunya mengambil diam-diam dana yang dimiliki.
- Rekening bersama membuat suami istri punya kewajiban yang sama untuk memenuhi rekening tersebut. Jadi masing-masing akan bertanggung jawab dalam mengelola keuangan keluarga
- Tujuan bersama dapat lebih mudah dicapai dengan rekening bersama. Hal ini membantu karena suami istri telah berkomitmen dan keduanya harus juga mematuhinya.
Kekurangan:
Ada kelebihan sudah pasti ada kekurangannya. Rekening bersama ini jelas berbeda dengan rekening biasa, khususnya dari segi aturan yang disepakati bersama, yaitu:
- Semakin besar dana yang disimpan, maka semakin ketat juga aturan yang ditetapkan oleh bank dibandingkan dengan tabungan biasa. Hal ini mungkin akan mengurangi kenyamanan kedua belah pihak, tapi tetap harus dilakukan demi keamanan di kemudian hari.
- Potensi pertengkaran karena uang bisa bertambah juga, karena kemungkinan apa pun wajib didiskusikan bersama pasangan. Komunikasi yang baik menjadi sebuah kunci.
- Berkurangnya privasi karena rekening bersama akan diketahui pasangan mjulai dari jumlah yang dihasilkan hingga yang dibelanjakan. Bagi beberapa orang hal ini akan membuat terasa kurang nyaman karena merasa ingin tetap menyimpan uang sendiri dari sebagian yang dihasilkan.

Tip Membuat Rekening Bersama
Saat membuka rekening atas nama bersama, beberapa hal berikut ini harus menjadi pertimbangan. Apa saja? Mari kita lihat.
Komunikasi yang baik dan lancar
Bicarakan mengenai pengaturan keuangan secara transparan kepada pasangan, khususnya untuk kamu yang baru mulai berumah tangga, atau yang ingin mulai serius mengatur finansial. Komunikasi bersama pasangan menjadi kunci dalam menjalankan rekening bersama.
Siapkan waktu untuk serius membahas kesepakatan membuka rekening bersama, sampaikan dengan jujur tentang penghasilan dan ekspektasi apa yang ingin dicapai dan diharapkan.
Tentukan jumlah tabungan dan tujuannya
Menentukan tujuan menabung dan pembuatan rekening bersama harus didiskusikan di depan. Ini nantinya akan berhubungan dengan komitmen loh. Jadi, tentukan jumlah uang yang akan dikirim setiap bulannya pada tabungan, sesuaikan dengan penghasilan dan tujuan, atau sesuai kesepakatan bersama.
Nggak mesti harus menabungkan jumlah uang yang sama juga kok. Kamu bisa saja menentukan berdasarkan persentase. Ya, kalau gajinya beda jauh, kan jadi beban berat juga untuk yang berpenghasilan lebih rendah. Tapi kalau keduanya sama-sama rendah, bisa jadi tujuan keuangan juga lebih sulit dicapai.
So, bersepakatlah. Cobalah hitung perkiraan pengeluaran setiap bulannya dan diskusikan berapa jumlah tabungan yang harus disetorkan tiap bulannya ke rekening tersebut.
Lakukan review berkala
Ingatlah untuk selalu mengecek jumlah tabungan bersama secara berkala. Pantau mutasi masuk dan keluarnya. Pastikan juga supaya sama-sama nggak lupa untuk mengirimkan sejumlah uang yang telah disepakati sebelumnya agar rencana keuangan dijalankan dengan baik.
Keputusan membuka rekening bersama memang dikembalikan kembali pada setiap pasangan suami istri. Tapi, rekening jenis ini juga bisa jadi salah satu pertimbangan yang baik untuk membuat perencanaan keuangan keluarga yang solid. Banyak kok kelebihannya, sedangkan kamu bisa mengatur dan mencari solusi untuk mengatasi kelemahannya.
Selain untuk menata keuangan keluarga, rekening bersama juga bisa menguatkan chemistry dan kekompakan dalam rumah tangga lho! Jadi gimana, kamu pilih yay or nay?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
It’s My Dream, Not Her! – Sebuah Pelajaran Berharga tentang Rahasia Keuangan Suami Istri
Drama pernikahan Mas Aris dan Kinan di serial Layangan Putus jadi topik yang panas sampai saat ini. Mengangkat isu perselingkuhan dalam pernikahan, serial ini banyak menyimpan pesan dan makna tersendiri, termasuk dari kacamata keuangan.
“Lydia Danira itu siapa, Mas? Namanya ada di mana-mana lho di sini. Kamu sampai transfer berkali-kali ke dia, pakai rekening yang aku sendiri gak tahu lho kamu punya, Mas!”
Kira-kira begitu dialog Mbak Kinan waktu tahu suaminya beli penthouse seharga Rp5 miliar, dan transfer uangnya ke rekening wanita lain. Nah loh, gimana kalau misalnya kamu berdiri di sepatu Kinan? Nyesek, pasti!
Serial Layangan Putus rasanya jadi pukulan telak bagi para pasangan suami istri akan pentingnya keterbukaan soal keuangan keluarga.

Layangan Putus Ajarkan Suami Istri Pentingnya Terbuka Soal Keuangan
Sepenting itu, ya? Penting banget! Dalam rumah tangga, entah itu suami maupun istri harus sama-sama berani dan berkomitmen untuk mengatur keuangan agar tujuan keuangan keluarga dapat dicapai bersama.
Misalnya seperti biaya pendidikan, tagihan listrik, cicilan rumah, atau liburan yang ingin dituju bukan hanya tanggung jawab salah seorang saja. Untuk mengatur keuangan keluarga, suami dan istri merupakan satu tim.
Memang sulit. Apalagi kalau punya masalah kayak Mas Aris di Layangan Putus. Sebagai suami, alih-alih membeberkan seluruh pendapatan dan mengalokasikan untuk keluarga, ia justru punya rekening lain demi menutupi biaya keluar untuk kekasih gelapnya.
Tak hanya di Layangan Putus, di dunia nyata pun konflik yang sering terjadi dalam rumah tangga adalah soal keuangan. Bahkan menurut data dari Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung, 24% pasangan suami istri bercerai akibat masalah keuangan.
Padahal dengan terbuka soal keuangan terhadap pasangan, itu artinya kamu berbagi segala hal terkait kondisi keuangan mulai dari pemasukan hingga setiap detail pengeluaran keluarga. Dengan begitu, setidaknya kamu dapat mengurangi risiko dan ancaman pertengkaran.
Maka perlu diingat, menikah memang bukan cuma soal cinta. Namun lebih dari itu, menikah jadi perjalanan kamu bersama pasangan untuk mencapai tujuan hidup bersama. Kalau sudah punya keyakinan ini, pasangan suami istri akan lebih fokus untuk mewujudkannya.

Manfaat Terbuka Soal Keuangan dengan Pasangan
1. Mencapai Tujuan Keuangan Bersama
Setelah menikah, kamu tentunya punya keinginan atau cita-cita yang ingin dicapai. Misalnya ingin membeli rumah, punya mobil sendiri, persiapan dana pendidikan anak, liburan, atau berinvestasi untuk masa depan.
Dengan terbuka soal keuangan dengan pasangan, kamu bisa merencanakan tujuan keuangan bersama, mengelola dan bekerja sama untuk mencapai target tersebut.
2. Mengetahui arus kas keuangan dalam keluarga
Tentunya setelah memutuskan untuk terbuka, artinya kamu dan pasangan punya hak dan berkewajiban untuk sama-sama mengetahui dan mengatur arus keuangan rumah tangga. Dengan begitu, akan tercapai transparansi dan meminimalkan perselisihan.
Jika ada pengeluaran tambahan di luar alokasi perencanaan keuangan di awal, kamu dan pasangan tidak akan salah paham dan dapat mencari solusi untuk menutupi kekurangan yang ada akibat pengeluaran tersebut.
Nggak seperti Mas Aris di Layangan Putus kan, tahu-tahu keluar duit Rp5 miliar buat beli penthouse. Omo omo!
3. Meningkatkan kepercayaan dan kualitas hubungan
Tak hanya bermanfaat di bidang keuangan, jika pengelolaan keuangan keluarga ini berhasil, rumah tangga kamu dapat lebih harmonis karena kamu dan pasangan lebih percaya satu sama lain dan kualitas hubungan pun meningkat.
Hal ini akan berindikasi pada semangat untuk menyelesaikan perencanaan keuangan dengan baik dan semakin mempercepat terwujudnya impian dan tujuan bersama.

Tip Mengatur Keuangan Keluarga
1. Jangan saling merahasiakan
Keterbukaan adalah koentji, hal mutlak yang tak boleh ditawar. Kisah dalam Layangan Putus bisa kamu jadikan contoh yang tidak untuk ditiru.
Hindari untuk punya rekening rahasia, pengeluaran rahasia, anggaran rahasia, dan rahasia-rahasia lain. Ya mungkin ada alasan kuat untuk berahasia, dan hanya pasangan itu sendirilah yang tahu. Tapi, ingat, hal ini akan meningkatkan risiko masalah di kemudian hari loh.
2. Saling memantau dan mengontrol arus keuangan
Di luar kebutuhan harian, mungkin kamu atau pasangan memiliki keinginan, misalnya tergiur kuliner atau barang impian sedang diskon dan ada cashback. Saat itu terjadi, kamu butuh seseorang untuk mengingatkan agar tidak kebablasan dan berlebihan.
Boleh saja memenuhi keinginan, tapi bukankah kita tetap harus pada alur keuangan yang sudah direncanakan, ya kan? Cukup bahaya jika kamu tidak mengomunikasikan hal ini pada pasangan, dan terus menuruti keinginan kamu saja. Bisa-bisa tabungan untuk keluarga bocor dan sulit untuk di-cover.
3. Buat dana darurat
Rencana penting dalam keuangan rumah tangga salah satunya yaitu membuat alokasi untuk dana darurat. Setelah menikah, kamu mungkin akan menemukan banyak situasi tak terduga yang mengharuskan pengeluaran dadakan.
Jadi, dana darurat di sini sangat berperan untuk menjadi cadangan atau pengeluaran tak terduga di masa depan. Dana darurat juga bisa digunakan apabila cash flow kamu tidak memadai.
Umumnya, jumlah dana darurat dibuat setidaknya untuk 6 kali pengeluaran bulanan di rumah tangga kamu, jika belum ada anak. Kalau sudah anak, maka jumlah ideal juga harus disesuaikan. Nah, simpanlah dana darurat di tempat yang aman. Akan lebih baik jika kamu pisahkan dari rekening utama, agar bisa lebih terkendali. Bisa saja kamu simpan di instrumen investasi yang rendah risiko, misalnya di reksa dana pasar uang. Pastinya bicarakan dulu juga dengan pasanganmu ya.

4. Miliki asuransi sesuai kebutuhan
Dana darurat penting, tapi tak kalah penting lagi untuk pasangan suami istri memiliki asuransi. Untuk awal, kamu bisa penuhi dulu yang paling penting: asuransi kesehatan, dan kemudian asuransi jiwa untuk pencari nafkah.
Terlebih di situasi saat ini di tengah pandemi COVID-19, dana darurat saja tidak cukup untuk menjalani pengobatan ketika virus menghadang keluarga. Belum lagi soal hidup, siapa yang bisa jamin ke depannya? Betul?
Di sinilah pentingnya asuransi kesehatan dan asuransi jiwa.
5. Berinvestasi
Adalah penting untuk memiliki tabungan dan investasi untuk masa depan keuangan keluarga. Setidaknya sisihkan setidaknya 10% dari pendapatan bulanan untuk investasi. Mau lebih? Boleh banget!
Dengan investasi, masa depan keluarga kamu dapat lebih aman tentunya dengan pengelolaan yang baik. Investasi juga akan mempercepat kamu mencapai tujuan keuangan bersama pasangan.
6. Evaluasi kondisi keuangan
Tak hanya perencanaan saja yang penting dilakukan untuk mengatur keuangan dalam rumah tangga. Evaluasi dan cek kondisi keuangan bersama pasangan, apakah sudah sehat atau masih perlu diperbaiki?
Dengan begitu kamu dan pasangan dapat membuat perencanaan keuangan yang lebih baik dan memperbaiki apa yang masih kurang sebelumnya.
Nah, penjelasan di atas soal mengatur keuangan keluarga sudah sangat jelas ya? Perhatikan poin-poin penting di atas, dan mulailah untuk terbuka soal keuangan dengan pasangan kamu. Jangan sampai kisah Mas Aris dan Kinan dari Layangan Putus terjadi di rumah tangga kamu ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
7 Prinsip Perencanaan Keuangan Keluarga yang Harus Selalu Diingat
Membuat perencanaan keuangan keluarga—harus diakui—sebenarnya tidak sesederhana yang dipikirkan. Apalagi kalau memang bagi yang masih awam, atau memiliki literasi keuangan yang belum begitu baik. Tapi, teteup ya, harus dibuat.
Pasalnya, tanpa punya perencanaan keuangan untuk keluarga, bisa jadi kita hanya berjalan tak tentu arah, atau bahkan hanya jalan di tempat. Akibatnya, masalah keuangan akan lebih rentan terjadi. Perencanaan keuangan keluarga berfungsi layaknya navigasi; kita mau ke mana, pengin hidup seperti apa, ingin meraih apa ke masa depan nanti.
Perencanaan keuangan juga merupakan alat kontrol dan evaluasi terhadap apa yang sudah kita lakukan; apakah sudah sesuai dengan yang kita inginkan, atau perlu penyesuaian.
Ya, memang sepenting itulah sebuah perencanaan keuangan keluarga.
Untuk mulai membuatnya, yuk, singkirkan dulu pikiran rumit itu. Kita bisa kok membuat perencanaan keuangan keluarga secara sederhana dulu, asalkan ingat 7 prinsip berikut ini.

7 Prinsip Perencanaan Keuangan Keluarga
1. Sepakat dengan pasangan
Keluarga adalah unit kecil, tetapi bisa saja dianggap sebagai organisasi. Dalam organisasi, sudah pasti ada bagian atau divisi-divisinya. Orang yang akan diserahi jabatan tertentu sudah pasti harus tahu apa job desc masing-masing, dan siap bekerja sama dengan divisi yang lain.
Begitu juga dalam keluarga. Sepakati peran dalam keluarga dengan pasangan. Hal ini harus menjadi PR pertama yang diselesaikan. Siapa yang akan bekerja untuk nafkah keluarga, bagaimana membaginya, siapa membayar apa, atau kalau butuh uang harus ke mana, dan seterusnya.
Saling terbuka dan backup adalah kunci lancarnya prinsip perencanaan keuangan keluarga yang pertama ini. Jadi, begitu sudah membangun keluarga, prinsip ini harus dilakukan yang pertama kali.
2. Cash flow lancar dan positif
Besar pasak daripada tiang? Oh no! Perencanaan keuangan keluarga yang baik artinya cash flow lancar dan positif. Ingat, kamu sudah bukan lajang lagi, dan sekarang sudah punya tanggungan—apalagi sudah punya anak. Besar pasak daripada tiang artinya ada masalah dalam pengelolaan keuangan. Artinya, harus ada yang diulik dan disesuaikan.
Lakukan financial check up, buat catatan terutama mengenai:
- Berapa penghasilan yang masuk setiap bulannya? Bisa juga diambil rata-rata jika penghasilannya tidak tetap
- Berapa pengeluarannya setiap bulan?
- Pos pengeluaran mana yang paling banyak menyedot dana?
- Pos pengeluaran mana yang bisa dihemat?
- Bagian mana yang bocor halus?
Cash flow harus positif, artinya penghasilan lebih besar daripada pengeluaran, agar ke depannya tidak menjadi beban yang terlalu berat. Jika memang masih negatif, coba diulik apakah ada yang bisa dihemat lagi. Atau, coba mencari pintu rezeki lain demi menambah penghasilan.

3. Utang tidak dilarang, tapi …
Jika pos pengeluaran terbesar kamu adalah cicilan utang, maka hal ini juga harus menjadi perhatian utama dalam perencanaan keuangan keluarga.
Memang tidak ada yang melarang kita untuk meminjam dana, terlepas dari apa pun penggunaannya. Tetapi tentu saja, harus diperhitungkan dengan cermat. Cicilan utang seharusnya tidak boleh melebihi 30% dari penghasilan rutin setiap bulan. Rasio ini dianggap ideal, karena artinya kamu masih punya 70% penghasilan untuk memenuhi kebutuhan rutin.
Karena itu, setiap kali ingin meminjam dana—untuk keperluan apa pun—pastikan nantinya cicilan total semua utang tidak lebih dari 30%. Kalau sekarang sudah lebih gimana dong? Cari solusi agar bisa dikurangi sampai 30%.
4. Budgeting adalah koentji
Membuat anggaran untuk pengeluaran rutin adalah hal wajib untuk perencanaan keuangan keluarga yang lebih baik. Dengan anggaran—apalagi jika bisa dibuat secara detail—kamu akan dapat memastikan rencana keuangan direalisasikan dengan baik.
Budgeting juga soal menyusun prioritas, agar kebutuhan masa sekarang dan masa depan sama-sama bisa dipenuhi dengan baik. Dengan budgeting, kita juga tahu jika cash flow kita mengalami gangguan, sehingga bisa mengantisipasinya dengan lebih baik.

5. Investasi di depan
Pastikan memprioritaskan investasi di depan pada perencanaan keuangan keluarga. Bukan di belakang, dengan uang sisa belanja. Pasalnya, tak akan pernah ada yang namanya ‘uang sisa’.
Investasi merupakan ‘kendaraan’, atau ‘alat’, yang dapat membantu kita untuk mencapai tujuan keuangan. Karena itu, pastikan proprosinya pas. Idealnya sih minimal 10% dari penghasilan rutin. Mau lebih? Tentu lebih baik lagi.
Jadikan investasi sebagai bagian dari rutinitas perencanaan keuangan keluarga, bukan dilakukan sekadar kalau ingat atau pakai uang sisa, agar nantinya tujuan keuangan bisa dicapai dengan baik.
6. Lengkapi proteksi
Proteksi juga merupakan elemen penting dalam perencanaan keuangan keluarga, dan tak boleh diabaikan. Pasalnya, proteksi akan melindungi kamu dan keluargamu dari risiko finansial jika ada musibah atau hal-hal yang tak diinginkan terjadi.
Kadang kita meremehkan adanya asuransi. Tapi, begitu kesulitan sudah datang, baru deh menyesal, kenapa kemarin enggak ambil asuransi.
Meski demikian, beli polis asuransi juga sebaiknya tak sembarangan. Pastikan bahwa polis asuransi yang kamu beli memang benar-benar sesuai dengan kebutuhan. Bacalah polis dengan saksama, cermati berbagai syarat dan ketentuannya. Jangan sampai ketika nanti harus klaim, ternyata klaim ditolak atau hanya dicover sebagian hanya karena kita kurang paham cara kerja perlindungannya.

7. Review berkala
Prinsip perencanaan keuangan keluarga yang terakhir adalah review yang dilakukan secara berkala. Kamu bisa melakukannya tiga bulanan, enam bulanan, atau mungkin juga tahunan. Sesuaikan dengan kondisi dan kebutuhanmu.
Cek, apakah semua berjalan sesuai rencana? Atau adakah yang perlu diperhatikan lebih detail lagi? Jika masih jauh dari harapan, di bagian mana yang harus disesuaikan?
Hasil review kamu akan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk membuat perencanaan keuangan keluarga yang berikutnya.
Nah, itu dia 7 prinsip perencanaan keuangan keluarga. Mungkin sudah ada yang melakukan ketujuh prinsip di atas, itu pastinya hal yang sangat bagus. Tinggal dilanjutkan saja, dan disesuaikan dengan tujuan keuanganmu.
Buat yang belum mulai membuat perencanaan keuangan keluarga, tidak pernah ada kata terlambat loh. Kamu bisa mulai membuatnya hari ini juga.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Anggaran Belanja Rumah Tangga: Apa Pentingnya dan 4 Langkah Mudah Menyusunnya
Mungkin kamu masih beranggapan, bahwa anggaran belanja rumah tangga itu tak perlu dibuat. Toh, selama ini enggak pakai bikin anggaran, keuangan juga masih aman. Okelah kalau di tanggal tua akhirnya cuma bisa makan mi instan rebus, tapi masih bisa pakai telur kok. Masih enak, dan secara keseluruhan enggak ada masalah yang berarti.
Tapi, sadarkah kamu, bahwa kalau kamu mau membuat anggaran belanja rumah tangga, maka kamu dapat melihat peta kondisi keuanganmu dengan lebih baik, bahkan mungkin di tanggal tua pun, kamu masih bisa loh jajan boba atau pesan makanan online, meski yang sederhana? Bahkan mungkin, kamu enggak akan merasakan ada tanggal tua lagi, karena semua tanggal adalah tanggal muda.

Pentingnya Membuat Anggaran Belanja Rumah Tangga
Apa yang bisa kita harapkan, jika kita sendiri tak mengetahui kondisi keuangan kita? Mau beli sesuatu, kepikiran, duh, bakalan cukup enggak ya, uangnya? Saat butuh sesuatu, juga khawatir, bakalan kehabisan uang. Atau malahan, karena enggak ada anggaran, kita pun jadi over belanja. Lalu yang ada, tanggal tua pun merana.
Padahal hanya dengan satu solusi—membuat anggaran belanja—kamu sebenarnya bisa mengendalikan keuangan rumah tangga dengan lebih baik. Karena alasan-alasan berikut ini.
- Kita jadi tahu secara pasti, berapa banyak uang yang kita miliki. Dengan demikian, kita bisa mengalokasikan sesuai pos kebutuhan kita sendiri juga. Dengan adanya alokasi anggaran, saat kita butuh sesuatu atau membeli sesuatu pun jadi terukur dan bijak.
- Kita juga jadi tahu dengan pasti, berapa pengeluaran kita setiap bulan atau periodenya. Dengan demikian, sekiranya ada pos yang menghabiskan dana terlalu banyak, selanjutnya kita jadi bisa mencari solusi untuk mengatasinya agar tak terulang lagi.
- Kita tahu ke mana saja uang kita pergi, dan kemudian merasa aman karena uang tak sia-sia dimanfaatkan demi kebutuhan kita.
- Kita bisa membuat rencana keuangan lebih detail, dengan susunan prioritas yang pas dengan kebutuhan.
- Kita bisa mewujudkan tujuan keuangan, bahkan bisa jadi lebih cepat, karena rencana keuangan sudah detail dan komprehensif.
- Kita bisa melakukan evaluasi dan kemudian melakukan modifikasi seperlunya, agar target dan tujuan keuangan bisa lebih pasti.
- Menghindarkan diri kita sendiri dari utang yang enggak perlu, karena kita bisa membagi uang yang sudah ada secara proporsional dalam pos-pos pengeluaran yang ada.
Nah, banyak kan, hal yang bisa kamu dapatkan hanya dengan membuat anggaran belanja rumah tangga? Memang mungkin saat ini kamu belum mengalami kesulitan keuangan yang berarti. Namun, kalau hal ini dibiarkan saja, potensi muncul masalah keuangan akan berpeluang semakin besar. Lalu, siapa nanti yang kelabakan?
Yuk, buat anggaran belanja rumah tanggamu, dari langkah sederhana berikut ini.

Langkah Simpel Membuat Anggaran Belanja Rumah Tangga
1. Catat penghasilan
Keluarga kamu termasuk dalam keluarga dengan penghasilan satu sumber, atau beberapa sumber? Jika ada satu sumber, maka tulis sesuai kondisi sebenarnya. Kalau penghasilan didapatkan dari beberapa sumber, tulis juga semuanya ya secara detail.
Bisa jadi selain dari gaji, kamu juga mendapatkan penghasilan dari bisnis sampingan, atau sewa properti, bunga deposito, hingga dividen saham. Semuanya harus dicatat, jangan sampai ada yang ketinggalan ya.
2. Buat daftar semua pengeluaran
Buatlah data pengeluaran yang biasanya terjadi, mulai dari kebutuhan diri sendiri, keluarga, rumah, dan sebagainya. Jangan lupa jika ada tambahan pengurus rumah tangga ya. Juga termasuk cicilan utang, investasi, biaya investasi sosial, hingga jika ada keinginan untuk menjalani gaya hidup tertentu, seperti liburan, untuk ongkos menekuni hobi, dan sebagainya.
Kategorikan masing-masing dalam pos tersendiri. Biasanya sih QM Financial membagi dalam 5 pos besar, yaitu pos kebutuhan rutin, cicilan utang, investasi dan tabungan, sosial, serta lifestyle. Masing-masing punya proporsi sendiri, yang bisa disesuaikan dengan kondisi masing-masing. Tak ada yang salah dalam pembagian pos ini, yang penting, bisa kamu jalani dengan baik dan lancar. Jika kamu merasa kesulitan dengan pembagiannya, kamu bisa sesuaikan lagi gimana enaknya.
Di sinilah catatan keuangan menjadi berperan penting.

3. Asuransi dan dana darurat is a must!
Jangan lupa untuk sisihkan uang membangun dana darurat. Ini sangat penting terutama di saat-saat kondisi krisis dan kritis, dana darurat akan sangat membantu. Kamu bisa tetap menjamin pemenuhan kebutuhan keluarga dengan adanya dana darurat ini.
Juga, jangan lupa miliki asuransi ya. Terutama asuransi kesehatan dan jiwa, jika kamu adalah tulang punggung keluarga.
Masukkan dua hal ini ke dalam anggaran belanja juga, karena kamu akan perlu menyisihkannya setiap bulan.
4. Saldo positif atau negatif?
Nah, sesudah pengeluaran teranggarkan dengan baik, dan ternyata masih ada penghasilan, maka itu artinya arus kas kamu positif, yang artinya sangat sehat.
Waspadalah jika setelah proses pembuatan anggaran belanja ini ternyata menghasilkan saldo negatif. Harus ada yang diulik lagi tuh di bagian pengeluaran, agar bisa lebih hemat. Di sini, kita harus sadar, bahwa bisa jadi masalahnya bukan pada gaji atau penghasilan yang terlalu kecil, tetapi bisa jadi memang gaya hidup yang kita jalani tak sesuai kemampuan.
Arus kas negatif ini rada memalukan untuk diakui, makanya banyak yang denial. Tapi, justru di situlah masalahnya. Kalau kita menerimanya dengan lapang dada, kita malahan jadi bisa berpikir bijak dan objektif untuk mencari solusinya.
So, jika memang saldo kamu negatif, hal pertama yang harus dilakukan adalah menerima kenyataan bahwa kamu sedang mengalami masalah keuangan. Jangan tunggu lebih besar, segera cari solusi sekarang.

Yuk, belajar membuat anggaran belanja, tanpa terpatok jadwal di Udemy. Kamu bisa belajar sendiri, sesuaikan dengan kesibukanmu. QM Financial punya satu modul yang cocok untukmu yaitu Berkenalan dengan Financial Planning.
Enaknya belajar di Udemy, kamu enggak terikat oleh waktu. Kamu bisa mempelajari semua materi kapan pun, karena aksesnya lifetime untuk sekali pembayaran saja.
Asyik kan?
Yuk, belajar bareng di Udemy. Tim QM Financial tunggu di sana ya!
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!