Cara Manifesting Keuangan untuk Menarik Kekayaan dengan Prinsip Law of Attraction
Manifesting keuangan bukan sekadar mengkhayal. Namun, lebih dari itu, strategi ini bisa dilakukan untuk menarik kekayaan.
Kamu percaya enggak dengan kekuatan berpikir positif? Saat kita berpikir positif, maka kita pun akan dikelilingi oleh hal positif.
Nah, kalau kamu percaya dengan pikiran positif, manifesting keuangan ini kurang lebih sama prinsipnya. Namun, fokusnya ke aspek keuangan.
Dalam manifesting ini, kita berusaha memahami bagaimana energi dan niat bisa mengubah arus finansial, hingga bisa menjadi awal dari transformasi besar dalam hidup.
Dengan teknik yang tepat, setiap orang dapat memperbaiki kondisi keuangannya. Ibaratnya, “magnet baik” akan menarik hal-hal baik mendekat. Mindset dan afirmasi yang baik soal keuangan akan menarik hal yang baik tentang keuangan juga. Inilah prinsip Law of Attraction.
Law of Attraction adalah prinsip yang menyatakan bahwa energi dan pikiran yang dikeluarkan seseorang dapat menarik kejadian, situasi, dan hasil yang serupa dalam hidup mereka. Inti dari konsep ini adalah bahwa dengan memfokuskan pikiran pada hal-hal positif atau negatif, seseorang dapat membawa pengalaman yang sesuai ke dalam realitasnya. Dengan kata lain, apa yang dipikirkan dan dirasakan cenderung memengaruhi apa yang terjadi dalam kehidupan.
Ih, emang iya? Coba yuk, kita lihat cara efektif untuk mengatur pikiran dan tindakan sehingga selaras dengan tujuan keuangan yang kita mau dengan prinsip Law of Attraction ini. Langkah-langkah ini tidak hanya meningkatkan kekayaan tetapi juga membawa keamanan finansial jangka panjang.
Table of Contents
3 Langkah Manifesting Keuangan dengan Prinsip Law of Attraction
1. Mengidentifikasi Keyakinan yang Membatasi tentang Uang
Untuk memanfaatkan Law of Attraction dalam manifesting keuangan, kamu harus mengenali dan mengubah keyakinan yang membatasi tentang uang.
Sejak kecil, berbagai keyakinan tentang uang telah terbentuk dan tertanam dalam diri setiap orang. Beberapa keyakinan itu adalah uang enggak tumbuh di pohon sehingga sulit didapat, uang enggak bisa membeli kebahagiaan, atau mungkin kamu percaya, bahwa uang hanya tertarik pada orang dengan privilege.
Nah, kalau kamu punya berbagai mindset sejenis seperti di atas, sekarang waktunya untuk mengenalinya sebagai “energi negatif” yang seharusnya kamu lepaskan.
Mengubah mindset, dan melihat uang sebagai sumber daya yang dapat diakses, mudah dijangkau, dan tidak terbatas akan memudahkanmu untuk membentuk kebiasaan dan pola pikir yang diperlukan untuk bisa mulai manifesting keuangan.
Salah satu cara efektif untuk menangani keyakinan terbatas tentang uang seperti di atas adalah melalui afirmasi positif. Seperti apa misalnya?
Contohnya sebagai berikut:
- Saya magnet uang. Semua yang saya sentuh bisa menjadi emas.
- Saya melepaskan segala pikiran dan emosi negatif tentang uang, dan saya bahagia sekarang.
- Saya bebas menggambarkan pengin apa pun dengan uang dan mimpi saya.
- Saya menciptakan semua uang yang saya inginkan dan butuhkan untuk melakukan segala yang ingin saya lakukan dalam hidup
- Saya membuat pilihan positif tentang apa yang akan dilakukan dengan uang saya dan menikmati energinya yang melimpah.
Dengan menggunakan afirmasi positif untuk melawan keyakinanmu yang membatasi sebelumnya, mindset tentang uang uang dapat dikembangkan. Dengan begitu, maanifesting dengan prinsip Law of Attraction mulai bekerja.
Apa yang dikatakan kepada diri sendiri menjadi sebuah keyakinan baru, dan keyakinan ini akan menjadi kenyataan.
Baca juga: Stop Mental Miskin: Ini Cara Kamu Berdaya dan Berhenti Merendahkan Diri Sendiri
2. Visualisasikan Kekayaan Seolah Sudah Terwujud
Manifesting keuangan dengan prinsip Law of Attraction mengajarkan bahwa apa yang dipercayai dalam pikiran, dan kemudian diproyeksikan ke luar akan menarik hal yang sama.
So, kalau kamu pengin menarik kekayaan, maka visualisasikan seolah-olah kekayaan itu sudah bisa kamu miliki.
Ini bukan delulu atau halu ya. Memvisualisasikan kehidupan dengan kekayaan yang diinginkan enggak cuma menciptakan pola pikir yang lebih terbuka terhadap keuntungan finansial lo! Justru, hal ini akan membuatmu bisa membayangkan seperti apa hidup setelah mencapai tujuan tersebut. Ini adalah proyeksi, bukan halusinasi.
Hal ini bisa menjadi motivasi kuat yang mendorongmu untuk terus bergerak maju saat menghadapi kesulitan.
Memvisualisasikan uang seolah sudah dimiliki juga menciptakan abundance mindset—pola pikir kelimpahan, bukan kekurangan.
Banyak orang kaya enggak menemui kesulitan untuk menjadi lebih kaya karena mereka melihat uang yang belum dimiliki sebagai sesuatu yang berlimpah dan dapat diperoleh. Sementara itu, uang yang sudah dimiliki dilihat sebagai alat untuk menghasilkan lebih banyak lagi uang. Uang bukan sesuatu yang harus dilindungi atau disimpan.
Pola pikir kelimpahan ini dapat muncul secara alami saat memiliki banyak uang. Namun, juga bisa dikembangkan dengan cara manifesting keuangan; dengan memvisualisasikan uang sebagai sesuatu yang sudah dimiliki secara berlimpah.
Nah, kalau butuh “bantuan” untuk mulai memvisualisasikan, coba bawa uang seratus ribuan di dompet. Langkah sederhana ini bisa membuatmu merasa lebih kaya dan menghindarkan dari berkata bahwa kamu enggak pernah punya uang. Pada gilirannya, hal ini juga akan menghindarkanmu dari keterbatasan mindset tentang uang.
3. Semesta Akan Memberikan Lebih Banyak
Semesta-kung! Semesta mendukung!
Selalu ingat, bahwa semesta akan memberikan lebih banyak dari apa yang disyukuri. Jangan pernah meremehkan kekuatan rasa syukur.
Hal-hal yang disyukuri cenderung akan dikejar dengan penuh semangat. Bersyukur secara tulus juga cenderung mengeliminasi keyakinan yang membatasi—seperti yang sudah dijelaskan di atas—dan membuatmu lebih mudah manifesting keuangan.
So, saat mengadopsi pola pikir yang lebih positif mengenai uang untuk memanfaatkan Law of Attraction, jangan lupakan pentingnya bersyukur. Bersyukurlah atas uang yang dimiliki. Bersyukurlah atas setiap kesempatan untuk mendapatkan lebih banyak uang, dan bersyukurlah ketika kesempatan itu membuahkan hasil.
Tak peduli berapa banyak atau sedikit uang yang dihasilkan saat ini, sikap bersyukur sangat penting untuk bisa mendapatkan lebih banyak.
Dengan mempraktikkan manifesting keuangan, jalan menuju kekayaan menjadi lebih terbuka.
Baca juga: Keuangan Adalah Maut kalau Kamu Melakukan 7 Hal Ini!
Jangan lupa untuk belajar pengelolaan keuangan yang efektif, setelah berhasil manifesting keuangan. Ini penting untuk memaksimalkan hasil dari setiap usaha manifestasi. Semakin baik pengelolaan keuangan, semakin besar rasa syukur yang dirasakan.
Mari mulai perjalanan menuju masa depan finansial yang lebih cerah dan terjamin dengan langkah kecil hari ini.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Bagaimana Menentukan Usia Pensiun Ideal: 7 Faktor yang Perlu Dipertimbangkan
Memilih waktu yang tepat untuk pensiun itu salah satu keputusan penting dalam hidup. Butuh pertimbangan matang untuk melakukannya.
Berbagai faktor memengaruhi usia pensiun, mulai dari kondisi kesehatan hingga situasi keuangan. Masing-masing faktor ini memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kapan sebaiknya mulai menikmati hari-hari tanpa beban kerja.
Menentukan usia pensiun ideal itu enggak semata-mata tentang mencapai batas usia tertentu. Karena usia buat pensiun toh sebenarnya relatif saja buat masing-masing orang. Karena, tergantung banget dengan profesi dan pekerjaannya.
Alih-alih, ini tentang memahami kapan kehidupan pribadi dan profesional berada di titik yang memungkinkan transisi mulus ke fase berikutnya.
Dengan mempertimbangkan aspek-aspek seperti kebijakan pensiun perusahaan, tanggung jawab keluarga, dan rencana pasca-pensiun, setiap orang dapat membuat pilihan yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya.
Table of Contents
7 Faktor yang Berpengaruh Besar terhadap Penentuan Usia Pensiun
Nah, apa saja yang biasanya memengaruhi keputusan untuk usia pensiun? Ada beberapa nih.
1. Kesehatan
Kesehatan ini jadi faktor terpenting yang harus dipertimbangkan dalam menentukan usia pensiun yang ideal. Kondisi kesehatan yang baik memungkinkan seseorang untuk terus bekerja lebih lama, memanfaatkan keahlian dan pengalaman yang telah dimiliki. Sebaliknya, masalah kesehatan yang serius mungkin memaksa seseorang untuk pensiun lebih awal dari yang direncanakan.
So, yuk, jaga kesehatan melalui diet yang seimbang, olahraga teratur, dan pemeriksaan kesehatan rutin. Dengan demikian, kamu pun dapat memiliki lebih banyak pilihan mengenai kapan kamu ingin pensiun.
Baca juga: Ini 4 Dampak Terbesar Persiapan Masa Pensiun yang Mepet, Jangan Menunda!
2. Kondisi Keuangan
Keadaan keuangan adalah faktor penting dalam menentukan usia pensiun yang ideal. Kenapa begitu?
Ya, kalau dana pensiunmu cukup, kamu bisa saja memutuskan hari ini pengin pensiun dan berhenti bekerja. Memiliki keuangan yang solid memungkinkan transisi yang lebih mulus ke masa pensiun, mengurangi ketergantungan pada pekerjaan sebagai sumber pendapatan utama.
So, perencanaan keuangan yang baik dan manajemen aset yang bijaksana dari awal karier itu penting. Karena dengan begitu, kamu punya pilihan pensiun yang lebih fleksibel dan enggak dipaksakan oleh kebutuhan finansial. Jangankan 10 tahun lagi, hari ini juga bisa kalau kamu mau.
3. Kebijakan Pensiun
Kebijakan pensiun yang ditetapkan oleh perusahaan dan negara juga memengaruhi keputusan kapan bisa pensiun.
Di Indonesia, ada BPJS Ketenagakerjaan yang menawarkan manfaat pensiun yang menjamin penghasilan tetap setelah masa kerja. Manfaat ini bisa berupa dana pensiun yang didasarkan pada lama kerja dan besaran gaji yang telah diterima. Batas usia pensiun di BPJS Ketenagakerjaan ditetapkan pada
Ada perusahaan yang punya kebijakan pensiun sendiri. Mereka menawarkan manfaat tambahan selain BPJS Ketenagakerjaan, misalnya seperti bonus pensiun atau skema pensiun swasta yang lebih menguntungkan.
Kebijakan-kebijakan ini enggak hanya dapat memberikan jaminan keuangan setelah pensiun untuk karyawannya, tetapi juga memberikan kepastian mengenai usia pensiun yang ideal berdasarkan kriteria tertentu yang harus dipenuhi.
4. Kebutuhan dan Tanggung Jawab Pribadi
Kewajiban keluarga, misalnya ada yang sakit dan butuh perawatan yang lebih intensif, bisa membuat kamu mempercepat pensiun, karena harus fokus merawat. Atau, sebaliknya, malahan menunda usia pensiun, karena butuh dana lebih banyak.
Sebaliknya, jika tanggung jawab keluarga berkurang—misalnya, anak-anak sudah mandiri—maka kamu pun bisa memilih untuk pensiun lebih awal. Selain itu, kebutuhan pribadi seperti keinginan untuk melakukan perjalanan, mengejar hobi, atau mengurangi stres juga bisa menjadi faktor penting yang memengaruhi keputusan untuk pensiun.
Memahami dan menyeimbangkan kebutuhan dan tanggung jawab ini dapat membantumu menentukan usia pensiun yang paling sesuai, memastikan bahwa diri kamu sendiri dapat menikmati masa pensiun dengan lebih puas.
5. Jenis Pekerjaan
Pekerjaan yang membutuhkan tenaga fisik berat, seperti di bidang konstruksi atau pertanian, cenderung lebih sulit untuk dilanjutkan hingga usia lanjut, karena risiko cedera atau penurunan stamina. So, kalau kamu bergelut di profesi ini bisa jadi kamu mesti mempertimbangkan pensiun lebih awal untuk menghindari risiko kesehatan.
Di sisi lain, orang lain yang memiliki pekerjaan yang kurang menuntut fisik atau yang sangat menikmati pekerjaannya akan cenderung memilih untuk bekerja lebih lama.
Kepuasan kerja yang tinggi acap kali membuat pensiun bukan sebagai kebutuhan. Banyak orang yang bekerja sesuai dengan minat dan passion ini ingin terus berkontribusi secara profesional lebih lama.
Memahami bagaimana pekerjaan memengaruhi kesejahteraan fisik dan kepuasan secara psikologis dapat membantu untuk membuat keputusan pensiun yang tepat waktu dan memuaskan.
6. Rencana Pasca Pensiun
Rencana pasca-pensiun juga memainkan peran penting dalam menentukan kapan seseorang memilih untuk pensiun. Memiliki kegiatan yang terstruktur dan bermakna setelah pensiun, seperti terlibat dalam kegiatan sukarela, mengejar hobi lama atau baru, atau bahkan bekerja paruh waktu, bisa memberikan insentif untuk memulai masa pensiun lebih awal.
Kegiatan ini enggak hanya memberikan kesenangan dan kepuasan, tetapi juga membantu menjaga kesehatan mental dan fisik, mengurangi risiko depresi yang sering terjadi setelah pensiun.
Di sisi lain, kurangnya rencana yang solid bisa bikin kita jadi merasa ragu untuk pensiun. Kita bisa merasa khawatir akan nganggur, dan kehilangan interaksi sosial yang biasa diperoleh dari pekerjaan.
So, merencanakan kegiatan pasca-pensiun yang memenuhi dan memberi tujuan dapat sangat memengaruhi kapan dan bagaimana kita memutuskan untuk mengakhiri karier profesional.
7. Kondisi Ekonomi
Ini bisa dibilang beragam faktor eksternal sih. Secara pribadi, kestabilan keuangan—seperti besarnya tabungan, utang, dan investasi—dapat menentukan kesiapan untuk pensiun.
Di sisi lain, faktor ekonomi makro seperti kondisi pasar tenaga kerja, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi global juga berperan. Misalnya, dalam kondisi ekonomi yang buruk, dengan tingkat pengangguran yang tinggi atau pasar saham yang tidak stabil, bisa saja kita jadi memilih untuk terus bekerja lebih lama untuk memastikan keamanan finansial yang lebih baik.
Sebaliknya, dalam ekonomi yang kuat dengan pasar tenaga kerja yang stabil, pensiun dini bisa jadi tampak lebih menarik dan terjangkau. Oleh karena itu, memantau dan menyesuaikan rencana pensiun berdasarkan kondisi ekonomi pribadi dan luas sangat penting untuk memastikan transisi yang aman dan nyaman ke masa pensiun.
Baca juga: 6+ Investasi Terbaik untuk Meningkatkan Uang Pensiun
Memilih usia pensiun yang ideal memerlukan pertimbangan dari berbagai faktor yang telah dijelaskan. Dengan pemahaman yang mendalam tentang aspek-aspek ini, memutuskan kapan harus pensiun menjadi lebih mudah dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Proses ini memastikan bahwa pensiun tidak hanya tepat waktu, tetapi juga memberikan kepuasan maksimal.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Bonus Besar Sering Diberikan oleh Perusahaan yang Bergerak di 5 Sektor Ini
Bonus besar! Siapa yang enggak semringah mendengarnya, apalagi menerimanya. Iya kan? Impian setiap karyawan banget nih, untuk bisa mendapatkan bonus besar dari perusahaan. Bonus atas nama apa pun deh; bonus tahunan, bonus retensi, THR, … Pokoknya yang besar jumlahnya.
Pemberian bonus memang kerap menjadi salah satu program perusahaan-perusahaan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan karyawannya. Perusahaan-perusahaan pemberi bonus ini percaya, bahwa dengan kesejahteraan yang terjamin, karyawan akan semakin baik kinerjanya sehingga akan menguntungkan perusahaan juga.
Memang besarnya bonus tergantung kebijakan masing-masing, tapi ada sektor-sektor usaha tertentu yang biasanya “dihuni” oleh perusahaan-perusahaan yang cukup royal membagikan bonus besar.
Mau tahu? Cekidot yah, simak sampai selesai.
5 Sektor Usaha yang Sering Membagikan Bonus Besar
1. Teknologi
Sudah pasti pada tahu ya, kalau perusahaan raksasa Google sangat memperhatikan kesejahteraan karyawannya. Enggak hanya berusaha menyediakan fasilitas dan tunjangan kesehatan yang memadai, Google pun menyediakan bonus tahunan sebesar $8,000 – $48,000 untuk karyawannya.
WOW! *ambil kalkulator*
Facebook, yang didirikan oleh the one and only Mark Zuckerberg, tercatat juga memberikan bonus besar rata-rata sebesar $13,301 untuk karyawannya setiap tahunnya, yang dihitung berdasarkan level jabatan dan job desc-nya.
Yang unik sih program bonus karyawan Amazon. Perusahaan ini punya program yang namanya ‘Pay to Quit’, mereka akan membayar karyawan yang pengin resign sampai maksimal sebesar Rp71 juta. Tapi dengan syarat, orang tersebut tidak boleh lagi untuk melamar di Amazon. Jeff Bezos sendiri mengungkapkan, bahwa program ini bertujuan untuk mengajak karyawan merenungi apa yang sebenarnya mereka inginkan. Amazon tidak mau memperkerjakan orang-orang yang tidak akan enjoy dalam pekerjaannya.
Hmmm, kalau kamu mendapat penawaran seperti itu, kira-kira mau diterima enggak?
2. Keuangan
Tak hanya menerima berbagai tunjangan dan benefit istimewa, kamu juga akan berpeluang untuk menerima bonus besar jika bekerja di sektor keuangan.
Salah satu bank plat merah pemerintah, yang dikenal sangat memperhatikan kesejahteraan karyawan, konon mengagendakan memberi bonus tahunan sebanyak 1 – 8 kali gaji kepada karyawan yang berkinerja baik.
HSBC memberikan bonus besar dalam kisaran $4,000 hingga $20,000 setiap tahun untuk para karyawannya. Nominal tertinggi diterima oleh mereka yang menjabat Sales Vice President.
3. Migas dan energi
Mengintip informasi dari salah satu karyawannya yang rela berbagi di Quora, Pertamina juga cukup royal memberi bonus besar pada karyawan. Pemberiannya juga enggak satu kali saja, tetapi ada beberapa jenis bonus yang diberikan sepanjang tahun. Seperti, THR 2 kali gaji, ulang tahun Pertamina 1,5 kali gaji, jasa produksi 6 kali gaji, dan berbagai insentif lain yang besarnya juga sangat bervariasi antara 1 – 3 kali gaji.
Shell Oil Company memberi bonus karyawan dalam kisaran $5,994 – $12,334 sesuai level dan kinerja.
Hilcorp Energy & Co. memegang rekor pemberian bonus besar so far, yaitu sejumlah $100,000 untuk setiap karyawannya yang berjumlah 1.300+ orang saja.
Wah!
4. Consumer goods
Perusahaan yang bergerak dalam produksi consumer goods juga dikenal sering memberikan bonus besar bagi karyawannya. Menurut situs CNBC.com, rata-rata perusahaan yang bergerak di sektor usaha ini memberi bonus sejumlah $7,500 setiap tahunnya.
5. Transportasi
Salah satu maskapai penerbangan milik pemerintah–yang baru-baru ini punya kasus menghebohkan lantaran kasus penyelundupan–memiliki agenda untuk memberikan bonus besar secara rutin setiap tahun sejumlah 2 – 4 kali gaji sebagai bonus performance. Belum lagi ada Tunjangan Hari Raya, uang cuti, tunjangan tengah tahun, dan berbagai benefit lain. Dengan rata-rata gaji yang diterima di kisaran Rp8 juta hingga Rp55 juta, bisa dikalkulasi deh, bonus 4 kali gaji itu seberapa.
Wow!
Singapore Airlines konon juga dikenal cukup royal memberi bonus besar untuk karyawannya. Menurut situs PayScale, rata-rata bonus tahunan yang diberikan untuk karyawan oleh maskapai Singapura ini mencapai S$6,000, atau setara Rp61 juta.
Wah! Kalau melihat bonus besar yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak di 5 sektor di atas ini, hmmm … jadi berasa receh banget enggak sih?
Enggaklah, jangan. Seberapa pun bonus karyawan yang diberikan oleh perusahaan, itu patut kita syukuri. Iya kan? Selanjutnya, ya harus diatur penggunaannya supaya enggak cuma sekadar lewat. Percuma juga kan, dapat bonus besar, tapi enggak kepegang untuk memenuhi berbagai kebutuhan penting kita?
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Tip Menyesuaikan Kebiasaan Keuangan Pengantin Baru
Menjadi pengantin baru, ternyata banyak hal yang baru juga. Termasuk kebiasaan keuangan. Misalnya, pasangan suka banget kulineran atau makan di luar hampir setiap hari. Sedangkan kita merasa, kebiasaan ini berpotensi bikin keuangan jadi kurang sehat.
Atau, kita terbiasa menghabiskan uang gajian langsung di depan, ke dalam pos-pos pengeluaran yang sudah terjatah dengan pasti, sedangkan pasangan lebih suka go with the flow.
Hvft! Memang sulit sih, karena namanya juga kebiasaan–hal yang secara otomatis saja kita lakukan. Bisa jadi kita merasa enggak masalah dengan kebiasaan keuangan ini, tapi pasangan tidak berpendapat yang sama.
Coba baca kisah Atas Nama Cinta ini, bisa jadi referensimu betapa kebiasaan keuangan yang berbeda akhirnya berujung menyakitkan.
Yah, namanya juga dua pribadi, masing-masing datang dari latar belakang yang berbeda. Pastilah membawa keunikan masing-masing. Lalu, bagaimana caranya berkompromi?
Yes, karena dua pribadi itu enggak mungkinlah disatukan. Yang bisa dilakukan memang hanya berkompromi. Semua demi kepentingan bersama. Yang pasti, jangan sampai terlambat untuk berkomunikasi. Jangan tar sok tar sok melulu–bentar besok bentar besok. Sekarang juga, ajak pasangan berkompromi.
Nah, jika kamu dan pasangan kamu–yang sekarang masih berstatus sebagai pengantin baru–masing-masing punya kebiasaan keuangan sendiri-sendiri yang berbeda, ini dia beberapa tip untuk bisa menyambungkan keinginan kalian dan akhirnya bisa berkompromi.
5 Tip untuk Menyesuaikan Kebiasaan Keuangan Pengantin Baru
1. Akui kondisi keuangan masing-masing, seburuk apa pun
Punya utang bawaan? Silakan untuk saling dibicarakan. Berapa utangnya, kepada siapa, kapan jatuh tempo, dan posisinya sekarang–jika utang tersebut dibayar kembali dengan cara mengangsur.
Jika kamu sempat membuat perjanjian pranikah, maka status utang ini bisa jadi sudah ternyatakan dalam surat perjanjian itu. Jika memang dirasa bakalan memberatkan di depan, jangan sungkan untuk ajak pasangan berdiskusi untuk meminta masukan.
Namun, jika tidak, berarti setelah menjadi pasangan suami istri, utang bawaan ini harus diselesaikan bersama.
Begitu juga kondisi lain selain utang. Misalnya seperti harta bawaan, waris, gaji, penghasilan selain gaji, dan lain sebagainya. Seburuk atau sebaik apa pun kondisi keuangan kita pribadi lebih baik bicarakan dengan pasangan.
2. Membagi peran
Selanjutnya, sesuai dengan kondisi keuangan masing-masing dan kesepakatan bersama, bagilah peran di antara kamu dan pasanganmu. Siapa yang jadi juru bayar? Dari mana harus membayar semua keperluan dan kebutuhan hidup? Termasuk, dari mana saja penghasilan didapatkan?
Bagilah peran dengan seimbang antara kamu dan pasangan, dan berkomitmenlah terhadap apa yang sudah disepakati.
3. Terus evaluasi diri
Jika memang ada hal-hal yang harus diperbaiki, maka bicarakanlah dengan pasangan. Sambil ngadem, ngemil-ngemil, makan enak, pasti bisa deh dicari solusinya.
Yang penting, jangan bicara dengan nada menuduh padanya, meskipun sebenarnya pasanganlah yang harus memperbaiki kebiasaan keuangan yang kurang cocok ini. Posisikan diri sendiri pada level yang “sama bersalah”-nya, dan tunjukkan kemauan kita untuk memperbaiki yang salah tersebut.
Yes, introspeksi diri dulu yang pertama, baru ajak pasangan untuk ngobrol.
4. Keep communicating
Topik keuangan ini memang bisa sangat sensitif, tapi bukan berarti tak bisa dibicarakan. Jadi, bukalah selalu kesempatan untuk ngobrol dan berkomunikasi setiap waktu.
Supaya lebih lancar komunikasinya, coba lakukan tip-tip ajak ngobrol pasangan soal kebiasaan keuangan ala Mbak Ligwina Hananto ini.
Dijamin deh, seru! Apalagi kalau lanjut. #eh
5. Rumuskan tujuan bersama
Biasanya, kalau dua orang atau beberapa orang punya mimpi, cita-cita, dan tujuan yang sama, maka mereka auto saling dukung. Maka, demikian pula dengan kamu dan pasangan kamu sebagai pengantin baru.
Kebiasaan keuangan bisa jadi berbeda, dan perlu kompromi untuk bisa jalan bareng. Tapi, kalau tujuannya sudah sama, maka itu berarti separuh persoalan sudah beres dengan sendirinya. Tinggal masing-masing saja memegang komitmen pada kesepakatan yang sudah dibuat sebelumnya.
Jadi, apa tujuan keuangan kalian sebagai keluarga baru? Kapan mau mulai mandiri dan penuhi kebutuhan sendiri, nggak melulu tergantung pada orang tua? Ingat, kalian sudah jadi keluarga baru lo! Lalu, kapan mau mulai siapkan dana buat bekal hari tua? Jangan salah, ini harus disiapkan sejak dini. Belum lagi rencana punya anak, punya bisnis, punya rumah kedua, dan seterusnya.
Nah, kan. Banyak! Jadi, yuk, selain buka-bukaan kondisi keuangan, coba kompromi juga masalah tujuan, target waktu, dan gimana cara mencapai tujuan itu bareng-bareng.
Nah, selamat berkomunikasi dengan pasangan demi menyamakan persepsi dan menyinkronkan kebiasaan keuangan kalian ya.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
3 Langkah Mudah Membuat Laporan Keuangan Pribadi for Dummies
Salah satu hal yang kadang bikin males tapi kalau kita mau mengerjakannya sebentar saja bisa memberikan efek baik yang besar ke depan dalam mengatur arus kas adalah membuat laporan keuangan pribadi.
Iya apa iya nih?
Maklumlah, kita selalu sibuk. Untuk bisa duduk, mencatat, dan kemudian menghitung itu butuh ekstra effort untuk melakukannya. Seandainya saja jasa seorang personal assistant itu murah, barangkali mendingan sewa jasa mereka saja untuk bantuin.
Tapi, orang gaji saja 1 koma 4, mana bisa bayar gaji seorang PA? Belagu banget deh. Ya sudah, satu-satunya jalan ya harus bisa membuat laporan keuangan pribadi sendiri.
Padahal, kalau sudah benar-benar niat melakukan, membuat laporan keuangan pribadi sendiri itu mudah dan simpel lo. Enggak mesti harus kuliah akuntansi dulu buat bikinnya. Kamu cukup mengenali saja apa kebutuhanmu, dan juga apa yang kamu punya.
Coba ikuti 3 langkah mudah berikut ya.
3 Langkah Mudah Membuat Laporan Keuangan Pribadi
1. Duduklah sejenak
Ini yang memang butuh niat yang besar untuk mulai melakukannya. Kayak orang mau diet. Tar-sok-tar-sok melulu. Bentar besok, bentar besok, kalau disuruh mulai.
No more tarsok, sekarang juga duduk di mana pun kamu nyaman. Switch off dari apa saja yang bisa mengganggu.
Saat ini, hanya ada kamu dan uangmu yang harus kamu atur, supaya enggak ada lagi tanggal muda tanggal tua, enggak ada lagi gaji satu koma empat. Hanya ada kamu dan rencana masa depanmu, kamu dan rencana liburanmu, kamu dan rencana pensiunmu, dan semua yang pengin kamu jalani di masa depan.
Bisa? Bisa. Sekarang kita ke langkah kedua.
2. Pilih media catatan
Dulu saya pernah dibuatkan laporan keuangan pribadi dalam bentuk Excel oleh suami. Sudah lengkap dengan rumus-rumusnya, saya tinggal isi … dan voila, perhitungan pun langsung jadi secara otomatis. Waktu itu sih, perkembangan teknologi belum seperti ini. Belum ada aplikasi keuangan yang bisa didownload gratis di smartphone.
Tapi, saya merasa cara ini justru repot banget. Mengapa? Karena saya harus membuka laptop setiap kali saya mau mencatat pengeluaran. Padahal kadang saya posisi lagi enggak bisa langsung mencatat. Dan, penyakit lupa saya ini sangat menjengkelkan. Kalau enggak langsung dicatat, pasti deh akhirnya lupa.
Karena itu saya anggap cara ini tidak cocok untuk saya. Saya lantas mencoba membuat laporan keuangan pribadi dengan aplikasi smartphone. Tapi, ternyata aplikasi smartphone–saking lengkapnya–malah banyak area yang enggak saya butuhkan. Bikin pusing. Saya hanya perlu laporan keuangan yang simpel saja, untuk mencatat hari ini saya sudah mengeluarkan duit berapa. Udah, gitu aja.
So, saya mencoba membuat sendiri. Ambil satu buku tulis dari stok sekolahnya anak-anak, lalu saya buat sendiri catatan dan laporan keuangan pribadi ala saya. Bertahan sampai sekarang.
Moral of the story is … setiap orang punya kenyamanan sendiri-sendiri untuk membuat laporan keuangan pribadi ini. Pilihan sekarang sudah banyak. Mau pakai Excel, atau Google Spreadsheet, aplikasi smartphone, bullet journal, atau ditulis di buku tulis biasa–yang mana saja bisa, asalkan kita nyaman. Nyaman dilakukan oleh satu orang, belum tentu nyaman juga dilakukan oleh orang yang lain.
Jadi, take your time. Cari cara dan media yang paling cocok. Buatlah waktu mencatat dan membuat laporan keuangan pribadi kamu menjadi waktu yang menyenangkan–waktu untuk merefleksikan diri dan merencanakan hidup.
3. Buat 3 worksheet besar berisi:
- Arus kas masuk: penghasilan tetap, tidak tetap, serta tambahan lainnya. Buatlah area tersendiri untuk arus kas masuk ini dalam laporan keuangan pribadi yang kamu buat. Sesuaikan kolomnya dengan pemasukan yang kamu punya.
- Arus kas keluar: kamu bisa pisahkan lagi worksheet untuk cicilan, tagihan-tagihan bulanan, tagihan tahunan yang sudah jatuh tempo, investasi, asuransi, dan semua pengeluaran rutin lainnya. Termasuk untuk lifestyle ya–ngopi-ngopi, hangout after hours, juga short escape di weekend.
- Arus kas bersih: ini adalah arus kas keluar dikurangi arus kas masuk. Lengkapi juga dengan posisi aset dan investasi, jika ada.
Dari arus kas bersih ini akan terlihat, apakah kondisi keuangan pribadi kita plus/positif atau minus/negatif.
Kalau positif, well done! Kamu tinggal meneruskan apa yang sudah kamu lakukan. Nah, jika minus, maka ini adalah kesempatan kamu untuk merencanakan perubahan dan perbaikan yang perlu.
Nah, simpel kan? Membuat laporan keuangan pribadi itu memang simpel kok. Kalau terlihat rumit, ya karena kita saja yang menganggapnya sulit. Yang penting, sesuaikan dengan kondisimu. Kondisi keuangan setiap orang berbeda, kenyamanan juga akan berbeda.
Jadi, temukan caramu yang paling oke.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
7 Tip Konsisten Menjalankan Resolusi Keuangan
‘Janji manis’ resolusi keuangan yang sudah kamu buat akan sekadar janji beneran ketika akhirnya diabaikan dengan berbagai alasan. Meski kamu sudah membuatnya serealistis mungkin.
Karena itu, kamu butuh beberapa langkah nyata (lagi) agar jalan untuk mencapai tujuan keuanganmu semakin jelas tahun ini. Jangan lagi melakukan kesalahan yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya.
Resolusi keuangan enggak akan menjadi hal klise kalau benar-benar kamu jadikan sebagai goals penting untuk dicapai tahun ini. Pasti bisa deh kamu capai, jika kamu memang benar-benar berniat mewujudkannya.
Coba lakukan beberapa langkah berikut.
7 Tip Konsisten Resolusi Keuangan
1. Nggak usah bikin terlalu banyak
Keinginan dan cita-citamu mungkin saja banyak. Tapi kan, enggak semuanya harus terwujud tahun ini. Pilihlah resolusimu dengan bijak. Kamu bisa memilih dari yang paling urgent dulu, atau dari yang paling mudah kamu capai dulu.
Akan lebih baik jika kamu enggak terlalu banyak membuat resolusi keuangan–tetapi realistis–ketimbang semua-mua kamu inginkan tercapai.
Kesehatanmu lo!
2. Yang penting: catat!
Catat. Catat. Catat.
Zaman sekarang, mencatat enggak harus selalu dengan menulis. Kamu bisa mencatatnya di aplikasi smartphone. Bisa kamu catat di media sosial–sekalian saja biar dunia tahu apa goalsmu tahun ini (selain biar bisa diaminkan, sekalianlah pamer). Kamu juga bisa merekamnya, kalau malas mengetik.
Ada banyak cara memang untuk me-reminder dirimu sendiri, dan manfaatkanlah sebaik-baiknya.
3. Ceritakan pada beberapa orang di sekitarmu
Selain kamu bisa mencatatnya sendiri, kamu juga bisa meminta bantuan pada orang-orang di sekitarmu.
Ceritakanlah apa yang menjadi keinginanmu untuk tahun ini sebagai resolusi keuangan. Selain mereka bisa mengaminkannya, sekaligus mereka bisa membantumu mewujudkan resolusimu itu.
Kadang, kita juga jadi “punya rasa malu” kalau misal kita sengaja melanggar janji kita sendiri, kalau sudah ada orang lain yang tahu kan? Mereka jadi bisa ikut menegur, kalau misalnya kita enggak konsisten melakukan resolusi kita.
4. Lakukan refleksi sesering mungkin
Refleksi terhadap resolusi keuangan yang sudah kamu buat ini enggak perlu menunggu akhir tahun kan, sebenarnya? Kamu bisa melakukannya kapan pun kamu mau.
Misalnya saja, kamu lakukan di setiap akhir bulan–untuk mengevaluasi sampai sejauh mana kamu sudah menjalankan resolusimu itu. Catat, apa saja yang masih kurang optimal, dan apa yang masih bisa dilakukan. Catat pula, apa saja yang sudah berhasil kamu lakukan.
Dengan melakukan refleksi sesering mungkin, kamu akan tahu apa yang salah lebih cepat sehingga bisa mengambil langkah antisipatif.
5. Rencanakan step by step
Well, mungkin kamu memang punya resolusi keuangan yang banyak tahun ini, karena semuanya penting. Ya, enggak masalah juga.
Sekarang, langkah berikutnya adalah membuat rencana step by step. Kamu bisa memecahnya dalam resolusi bulanan, kalau perlu.
Misalnya saja, tahun ini, dana darurat sebesar 30 juta sebagai targetmu. Maka, rencanakan per bulan, kamu harus menabung berapa di instrumen tabungan/investasi apa. Jadikanlah target tabunganmu ini sebagai resolusi bulanan.
6. Boleh saja kasih reward pada diri sendiri
Kalau kamu sukses memenuhi resolusimu–baik yang tahunan maupun bulanan–kamu boleh saja memberi dirimu sendiri sebuah reward. Enggak perlu terlalu mewah atau mahal juga kan?
Misalnya, membiarkan diri sendiri maraton nonton film di bioskop di weekend, setelah kamu berhasil melunasi utang kartu kredit. Belinya tiket tapi jangan pakai kartu kredit lagi ya. Sama aja dong!
Tapi di samping itu, kamu juga bisa memberi dirimu sendiri punishment, jika sampai tak mencapai target resolusi keuangan yang sudah kamu tentukan. Enggak usah terlalu berat juga kok. Misalnya saja, minggu ini enggak boleh makan di luar, karena minggu kemarin udah nongkrong saban hari sama teman-teman.
Pastikan masing-masing reward dan punishment memang bermanfaat untuk dirimu sendiri ya! But then again, jangan terlalu keras pada diri sendiri juga.
7. Semangat!
Nah, ini yang terakhir ini nih yang paling penting. Semangat!
Jaga semangatmu untuk menjalani tahun 2020. Persiapkan diri, bahwa halangan itu pasti akan selalu ada. Enak bets kalau enggak ada, mungkin bukan hidup tuh namanya.
Optimis, bahwa di akhir tahun semuanya akan dalam kondisi baik-baik saja, selama kamu sudah berusaha.
Yes, artikel ini adalah artikel terakhir dalam seri resolusi tahun baru–terkhusus resolusi keuangan dalam situs QM Financial ini di bulan Januari 2020. Semoga tahun ini menjadi tahun yang baik buat kita semua ya!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Yuk, Review Pengelolaan Keuangan Pribadi di Akhir Tahun 2019
Sebentar lagi, 2019 berakhir. Dan, kita akan segera harus menyambut datangnya 2020. How do you feel, gaes? Excited untuk tahun yang baru? Ataukah malah deg-degan? Lalu, bagaimana dengan pengelolaan keuangan pribadi kamu di tahun 2019 kemarin?
Apakah ada pertumbuhan yang baik? Sudahkah kamu melakukan semua rencana keuangan yang mungkin sudah kamu buat di awal tahun dulu? Ataukah, masih ada beberapa hal yang belum bisa optimal kamu lakukan?
Yes, akhir tahun begini memang menjadi waktu tertepat untuk melakukan review terhadap pengelolaan keuangan pribadi, dan keuangan keluarga jika kamu sudah berkeluarga. Kita lihat, apakah rencana-rencanamu sudah terlaksana dengan baik, tujuan finansialmu semakin dekat terwujud, ataukah kamu perlu melakukan beberapa perbaikan di tahun depan?
Lalu, apa saja yang harus direview? Mari kita lihat satu per satu.
Lakukan Review Pengelolaan Keuangan Pribadi Akhir Tahun terhadap 5 Hal Berikut!
1. Cash flow
Cek buku catatanmu. Seharusnya di sana tercatat 5 pos pengeluaran, yang terdiri atas cicilan dan tagihan, investasi, kebutuhan rutin, sosial, dan lifestyle. Adakah yang kurang seimbang di antara kelimanya?
Yang pasti sih, jika pengeluaran lifestylemu jauh lebih besar ketimbang investasi, maka ada baiknya kamu ulik lagi rencana anggaranmu untuk tahun depan. Masa sih, pengeluaran lifestyle rata-rata sampai Rp6 juta per bulan, sedangkan investasi kamu hanya bisa Rp500 ribu saja setiap bulan, misalnya? Seharusnya sih bisa lebih. Coba lakukan restrukturisasi pos pengeluaranmu ya.
Cek juga pendapatanmu, dan juga kalau perlu proyeksinya tahun depan. Apakah kamu masih saja merasa kalau gajimu cuma numpang lewat doang? Kalau iya, ya mesti kamu review dan cek lagi di catatan pengeluaranmu.
2. Kinerja Investasi
Sudah berinvestasi apa saja di tahun 2019 ini? Sudah bertambahkah portofolio kamu? Atau setidaknya, seberapa pertumbuhan nominalnya? Apakah positif? Atau, malah negatif?
Kinerja investasi yang negatif bisa jadi juga bukan kesalahanmu semata lo. Bisa juga dipengaruhi oleh kondisi eksternal yang tidak dapat dikendalikan. Kondisi pasar modal yang sangat fluktuatif di tahun ini, salah satunya.
Meski demikian, kamu tetap bisa melakukan review terhadap pengelolaan investasinya. Dengan kondisi yang penuh kejutan seperti itu, apakah kamu perlu untuk melanjutkannya di tahun depan, ataukah perlu mengganti produk investasimu?
Untuk hal ini, kamu sendiri yang tahu ya. Jadi, lakukan review dengan saksama, karena uangmu adalah tanggung jawabmu pribadi. Bukan tanggung jawab manajer investasi, bukan tanggung jawab financial planner-mu, bukan pula tanggung jawab perusahaan sekuritas.
Apalagi kalau setahun ini kamu sudah ikut kelas-kelas finansial online QM Financial. Pastinya pengetahuanmu seputar investasi bertambah dong, sehingga kamu pasti bisa melakukan review akhir tahun dengan baik.
3. Aset
Sudah bertambah aset apa saja tahun ini? Apakah aset yang sudah kamu miliki sekarang ini mampu memberimu pendapatan tambahan?
Jika belum, mungkin nggak nih menambah aset di tahun 2020 yang dapat memberimu pemasukan sampingan?
Jangan sampai kamu terlalu banyak membeli aset yang justru menggerogoti kesehatan keuanganmu lantaran kamu membelinya dengan berutang, tapi tidak bisa menambah positif neraca keuanganmu. Kalau banyak yang begini, mungkin tahun depan kamu harus banyak-banyak mempertimbangkan setiap kali bernafsu untuk membeli sesuatu, kebutuhankah atau sekadar keinginan?
4. Rasio Kesehatan Keuangan
Seharusnya sih aset-asetmu bisa menutup rasio utang yang kamu punya. Kalau enggak, ya berarti harus dicek lagi nih rasio kesehatan keuanganmu, sebagai bagian dari review pengelolaan keuangan pribadi akhir tahun.
Kamu pasti sudah tahu kan, bahwa ada 3 rasio kesehatan keuangan, yaitu rasio cicilan utang, rasio menabung atau investasi, dan rasio likuiditas. Lakukan review terhadap keuanganmu di tahun 2019, apakah ketiga rasio itu sudah terpenuhi dengan baik.
Kalau belum, segera buat perencanaan agar keuanganmu lebih sehat di tahun 2020 mendatang.
5. Review terhadap Tujuan Keuangan
Setelah semua kamu lakukan, yang terakhir harus kamu cek dalam review pengelolaan keuangan pribadi akhir tahun ini adalah posisimu terhadap tujuan keuangan yang sudah pernah kamu tentukan sebelumnya.
Are you getting there, or not?
Berapa pertumbuhannya, kalau perlu dibandingkan dengan posisi review akhir tahun 2018–jika kamu juga sudah melakukan review di akhir tahun 2018. Bagaimana posisinya? Bertumbuh, atau justru malah melangkah mundur dari tujuan awal?
Jika memang butuh perbaikan, maka segeralah merencanakan apa saja yang harus dilakukan di tahun 2020 untuk membuatnya jadi lebih baik. Mengubah tujuan keuangan (lebih tepatnya: menyesuaikan) juga enggak salah lo!
Menurut saya sih, review pengelolaan keuangan pribadi di akhir tahun seperti ini menyenangkan. Mengapa? Karena kita jadi tahu, seberapa dekatkah kita dengan tujuan dan cita-cita kita? Kalau masih jauh, jadi menambah motivasi untuk genjot lebih kenceng. Kalau sudah dekat, juga jadi bahan bakar buat ngegas.
So, apa pun kondisinya tetap semangat ya! Segera rumuskan rencana keuangan baru untuk dilakukan di tahun 2020 yang lebih baik!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Mengenal Lebih Jauh Perbedaan Suap dan Gratifikasi di Kalangan Karyawan
Salah satu upaya terpenting untuk membentuk tim sumber daya manusia yang mumpuni dalam sebuah perusahaan adalah membangun integritas karyawan. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk upaya ini, di antaranya adalah meminimalkan peluang terjadinya suap dan gratifikasi, baik yang dilakukan oleh karyawan maupun terhadap karyawan.
Hmmm. Suap. Gratifikasi. Sepertinya dua istilah ini ‘KPK banget’ ya. Biasanya yang kita dengar mengenai berita suap dan gratifikasi adalah berita-berita seputar politik deh. Tapi ternyata enggak lo. Suap dan gratifikasi ini akrab juga ditemui di kalangan karyawan.
Tapi apa ya perbedaan suap dan gratifikasi, utamanya di kalangan karyawan, ini? Bukankah keduanya artinya sama saja, yaitu kurang lebih mengupayakan sesuatu untuk “melicinkan” atau memperlancar usaha?
Nah, mari kita lihat perbedaan antara gratifikasi dan suap, agar kemudian kita bisa menghindarinya, karena keduanya berpeluang menimbulkan fraud atau kecurangan di dalam organisasi perusahaan.
Tentang Suap dan Gratifikasi
Suap di Kalangan Karyawan
Memang perusahaan mempunyai kebijakan masing-masing sebagai upaya untuk mencegah penyebab fraud ini terjadi. Tapi, kita bisa melihat dari peraturan yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah sebagai patokan.
Suap (menurut Wikipedia) adalah tindakan memberikan uang, barang atau bentuk lain sebagai “balasan” atau “imbalan” dari pemberi suap kepada penerima suap yang dilakukan untuk mengubah sikap penerima atas kepentingan/minat si pemberi, walaupun sikap tersebut berlawanan dengan penerima.
Pasal 3 UU No. 3 Tahun 1980 juga menyebutkan definisi suap ini, yaitu bahwa penyuapan terjadi ketika ada orang yang menerima sesuatu atau janji, supaya ia melakukan (atau tidak melakukan) sesuatu yang menyangkut kepentingan umum atau perusahaan, bahkan yang berlawanan.
Seperti dikutip dari situs Kumparan, tentang suap ini lebih jauh diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Wetboek van Strafrecht, Staatsblad 1915 No 73), UU No. 11 Tahun 1980 tentang Tindak Pidana Suap, UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, serta diatur pula dalam UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi (UU Pemberantasan Tipikor).
Hal ini tak hanya berlaku bagi para pegawai negeri ataupun penyelenggara negara saja, tapi juga bisa terjadi di kalangan karyawan di perusahaan swasta.
Contoh kasus yang paling mudah terjadi di kalangan karyawan misalnya seorang supplier atau vendor memberikan “amplop” kepada salah satu karyawan yang berwewenang agar mau ‘berbelanja’ kebutuhan produksi pada vendor yang bersangkutan. Padahal bisa saja, secara kualitas produk vendor belum masuk ke standar kualitas dari perusahaan.
Hal sebaliknya juga bisa terjadi. Misalnya karyawan dari sebuah perusahaan memberikan hadiah pada orang lain, misalnya di lembaga pemerintah, demi mendapatkan izin-izin tertentu untuk melakukan sesuatu atau untuk tidak melakukan sesuatu.
Jadi, nggak hanya diberi “hadiah”, memberi “hadiah” pun juga bisa terkena pasal Undang-Undang yang mengatur mengenai suap ini.
Gratifikasi di Kalangan Karyawan
Memang suap dan gratifikasi ini bisa terjadi beriringan. Bahkan pengertiannya kadang juga tertukar.
Gratifikasi terjadi ketika seseorang menerima pemberian uang tambahan, barang, diskon, komisi pinjaman tanpa bunga, ataupun fasilitas-fasilitas lain, misalnya tiket wisata gratis, biaya pengobatan gratis, dan lain sebagainya.
Pelaku tindak gratifikasi ini bisa dipidana lo, dengan hukuman penjara 4 – 20 tahun, dan denda Rp200 juta – Rp1 miliar. Hal ini diatur dalam UU 31/1999 dan UU 20/2001 Pasal 12.
Sampai di sini bisa dilihat, beda gratifikasi dan suap adalah lebih ke intensinya. Kalau suap bersifat transaksional dan langsung, diberikan bersamaan dengan proses kerja sama yang sedang berlangsung. Sedangkan gratifikasi tidak bersifat transaksional–karena kadang diberikan setelah kerja sama selesai, atau bahkan belum ada sama sekali kerja sama. Ada yang menyebut gratifikasi ini sebagai “suap yang tertunda”, karena banyak yang dianggap sebagai “investasi” ataupun upaya untuk mencari perhatian.
Nah, kalau KPK sendiri, sebagai lembaga negara pengawas tindak korupsi dan kawan-kawannya, sempat mengeluarkan Buku Saku Memahami Gratifikasi, yang secara lengkap merincikan apa dan bagaimana tindakan gratifikasi itu. Well, lagi-lagi ini dibuat untuk mengatur jika ada kemungkinan terjadi di kalangan pegawai negeri ataupun penyelenggara negara. Tapi perusahaan swasta ada baiknya untuk juga mengerti dan memahami.
Kalau mengacu pada buku saku KPK tersebut, bentuk gratifikasi yang bisa terjadi di kalangan karyawan misalnya saja:
- Penerimaan hadiah atau parsel dari pihak luar perusahaan oleh rekanan
- Penerimaan komisi karena sudah merekomendasikan rekanan
- Penerimaan potongan harga atas produk dari rekanan yang kemudian tidak dilaporkan ke perusahaan
- Dibiayai liburan setelah proyek selesai
Dan masih banyak lagi.
Yes, kalau dilihat-lihat lagi, sebagian besar fraud karyawan yang terjadi akibat suap dan gratifikasi ini tampaknya adalah hal-hal yang biasa dan banyak kita temui praktiknya dalam proses jalannya perusahaan ya? Saking biasanya, bahkan kita kadang nggak sadar, kalau itu adalah bentuk suap dan gratifikasi. Saking umumnya, hingga menjadi bentuk budaya.
Pada akhirnya, tentu saja, hal ini bisa merugikan perusahaan. Banyak deh efeknya, dan biasanya efeknya ini jangka panjang.
Karena itu, adalah penting bagi pihak perusahaan–melalui divisi HR–untuk berupaya mencegah atau meminimalkan peluang terjadinya fraud karyawan, termasuk suap dan gratifikasi. Dari mana perusahaan bisa memulai? Bisa dari segi finansial, yaitu mengupayakan agar karyawan tidak mempunyai masalah keuangan pribadi yang bisa membuat mereka sempat tergoda untuk melakukan fraud.
Yuk, undang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan bagi karyawan di perusahaan Anda? Sila WA ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.
5 Hal Pentingnya Mengelola Manajemen Keuangan yang Baik dalam Perusahaan
Bisa dibilang, bahwa kesehatan sebuah perusahaan itu sebagian besar ditentukan oleh sehat atau tidaknya manajemen keuangan di dalamnya. Apalagi di zaman sekarang, persaingan bisnis makin ketat, sehingga tak hanya harus bisa meningkatkan kualitas produk untuk dapat memenangkan hati pelanggan. Tetapi, juga didukung oleh usaha untuk mengelola manajemen keuangan perusahaan yang optimal.
Manajemen keuangan perusahaan ini meliputi berbagai kegiatan keuangan, mulai dari perencanaan, penganggaran, pengelolaan, pemeriksaan, pengendalian, pencarian, pelaporan, dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh perusahaan.
Manajemen keuangan perusahaan itu utamanya meliputi 3 macam aktivitas:
- Penggunaan dana, yaitu aktivitas untuk menginvestasikan dana pada berbagai aktiva.
- Perolehan dana, yaitu aktivitas tentang bagaimana mendapatkan sumber dana, baik dari sumber dana internal maupun sumber dana eksternal perusahaan.
- Aktivitas pengelolaan, yaitu pengalokasian dan pengelolaan dana dalam bentuk aktiva seefisien mungkin, setelah dana diperoleh.
Seorang manajer keuangan dalam suatu perusahaan bertugas mengelola keuangan dalam segala unsur dan segi. Rumit tentu saja, lantaran keuangan merupakan salah satu fungsi penting dalam mencapai tujuan perusahaan.
Lalu, mengapa perusahaan harus dapat mengelola manajemen keuangan dengan baik? Karena manajemen keuangan punya fungsi penting dalam beberapa hal berikut ini.
1. Perhitungan aset
Manajemen keuangan yang dikelola dengan baik akan memberikan data dan informasi yang dibutuhkan oleh perusahaan mengenai aset-aset yang dipunyai dan aset mana saja yang akan dibutuhkan.
Dengan mengelola manajemen keuangan yang baik, perusahaan dapat melihat aset mana yang bisa menghasilkan return yang baik bagi perusahaan saat membelinya. Antara dana yang dikeluarkan dan return yang diharapkan akan bisa diprediksi keseimbangannya, sehingga pada akhirnya nanti aset ini tidak akan merugikan perusahaan, namun justru berkembang baik sehingga bisnis perusahaan pun tumbuh dengan baik pula.
Jika manajemen keuangan sudah dikelola secara efektif, perusahaan bahkan tidak perlu meminjam ataupun menambah modal untuk membeli aset baru.
2. Arus kas yang baik
Perusahaan yang sehat adalah perusahaan yang mempunyai arus kas yang baik. Arus kas yang baik dihasilkan dari usaha perusahaan untuk mengelola manajemen keuangan dengan baik pula.
Dengan arus kas yang baik, segala kegiatan keuangan dalam operasional sehari-hari akan lancar pula; mulai dari membayar sewa gedung, membayar alat-alat komunikasi, pembayaran vendor, semua akan lancar terjadwal, sesuai dengan anggaran.
Arus kas yang baik juga dapat menjamin keseimbangan antara jadwal piutang dan jatah jatuh tempo dana yang terutang.
3. Untuk menstabilkan harga produk
Jangan salah. Manajemen keuangan perusahaan yang baik juga akan menjamin harga produk akan stabil.
Dengan mengelola manajemen keuangan secara efisien, perusahaan dapat mencoba melakukan berbagai cara untuk menekan ongkos operasional sehari-hari hingga seefektif mungkin, seperti pengendalian pemakaian listrik dan telepon. Atau, lebih memilih membeli bahan baku dalam jumlah banyak untuk mendapatkan potongan harga yang lumayan, dengan pembayaran terjadwal. Atau juga, membayar upah pekerja secara borongan alih-alih membayar secara harian.
Dengan efisiensi operasional sehari-hari ini, perusahaan dapat menekan biaya produksi sehingga harga produk pun bisa lebih stabil dan cenderung lebih terkendali, terutama di saat-saat harga-harga di pasaran naik. Kalau harga produk kompetitif, pastinya penjualan pun akan baik pula, bukan?
4. Perencanaan pajak yang baik
Jika perusahaan mengelola manajemen keuangan dengan baik, maka perencanaan pajak pun akan bisa dilakukan dengan baik pula.
Perencanaan pajak ini penting ya, demi membuat estimasi perpajakan yang harus dibayarkan setiap periodenya. Dengan manajemen keuangan yang baik, perusahaan akan dapat membayar pajak tepat waktu, sehingga denda pajak yang diberlakukan jika terlambat membayar pun bisa dihindari.
Pajak tanpa denda, pastinya juga akan lebih ringan bagi keuangan perusahaan.
5. Menjamin kesejahteraan karyawan
Selain berpengaruh pada proses operasional produksi, manajemen keuangan perusahaan yang baik akan menjamin kesejahteraan karyawan.
Tak hanya gaji yang besarnya sesuai dan tepat dibayarkan pada waktunya, tetapi perusahaan yang dapat mengelola keuangan perusahaan yang baik juga akan memberikan berbagai benefit untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan. Mulai dari penyediaan asuransi kesehatan dan keselamatan kerja, bisa juga memberikan fasilitas kredit tanpa bunga untuk perumahan bagi karyawan, hingga adanya car ownership program.
Sepertinya mustahil kan, perusahaan dapat memberikan semua itu untuk karyawan jika tidak bisa mengelola manajemen keuangan dengan baik?
Agar bisa mengelola manajemen keuangan perusahaan yang lebih baik, Anda bisa hubungi tim QM Financial untuk mengadakan #QMTraining, yaitu program pelatihan interaktif untuk karyawan di perusahaan. Anda dapat menyusun program bersama konsultan dan pembicara dari QM Financial, sesuai dengan kebutuhan literasi finansial Anda.
Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
5 Masalah Keuangan yang Umum Dihadapi oleh Karyawan
Namanya manusia, tak pernah luput dari permasalahan hidup. Dan, sepertinya masalah hidup yang paling rumit–yang paling banyak bikin stres–adalah kalau kita punya masalah keuangan. Ironisnya, ini kadang justru membelit dan terjadi pada kita yang punya penghasilan tetap dan cukup, seperti para karyawan.
Kalau dilogika, para pekerja atau karyawan seharusnya tak perlu punya masalah keuangan. Berbeda dengan mereka yang tak punya pekerjaan tetap, yang memang harus ekstra mengatur keuangan agar bisa survive sampai saatnya dapat uang lagi tiba.
Logikanya, seorang karyawan yang mendapatkan gaji teratur, dengan besaran yang juga teratur, akan lebih mudah mengelola keuangannya, seandainya ia sedikit saja punya pengetahuan literasi keuangan.
Tapi kenyataannya, data menunjukkan bahwa 1 dari 5 karyawan terlilit masalah keuangan hingga ketidakhadiran meningkat dan produktivitas kerja menurun. Ini angka prevalensi yang sangat memprihatinkan. Memang angka ini adalah angka hasil penelitian Virginia Tech Study di Amerika, tapi bukan tak mungkin terjadi juga di Indonesia.
Apa saja sih masalah keuangan yang sering terjadi pada karyawan hingga bisa memengaruhi kinerja mereka di kantor? Mari kita lihat.
5 Jenis Masalah Keuangan yang Sering Terjadi pada Karyawan Hingga Memengaruhi Kinerja di Kantor
1. Gaji yang tak pernah cukup
Rasa-rasanya gaji berapa saja yang diterima tak pernah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, boro-boro buat liburan atau gadget baru. Terima gaji di tanggal 1, langsung habis di tanggal 4 setelah membayar semua tagihan dan cicilan, juga untuk memenuhi undangan ngopi cantik dan ganteng di kafe bareng teman-teman atau untuk beli sepatu dan tas.
Masalah keuangan yang satu ini bisa saja terjadi pada karyawan mana pun–dari mulai level OB sampai manajer. Bahkan faktanya, saat gaji sudah naik pun, lifestyle juga meningkat sehingga akhirnya ini seperti lingkaran yang tak ada habisnya. Mbulet.
2. Utang
Memang kadang utang itu perlu, apalagi jika kita pengin punya sesuatu yang bisa menolong hidup kita tapi bernilai tinggi, di luar jangkauan. Rumah, misalnya.
Namun, karena kurangnya pengetahuan akan literasi keuangan, utang akhirnya membelit hidup karyawan dan menjadi masalah keuangan yang kalau didiamkan saja bisa membuat karier hancur.
Survei yang dilakukan oleh International Foundation of Employee Benefit Plans (IFEBP) di Brookfield Wisconsin memberikan fakta, bahwa dari seluruh karyawan yang mempunyai masalah keuangan pribadi, 66%-nya ternyata dalam bentuk utang–baik itu utang produktif maupun utang konsumtif.
Oke, kalau utang produktif sih mungkin masih tak menjadi masalah, apalagi jika memang kondisi keuangan pada dasarnya sehat dan sudah diperhitungkan pula sejak perencanaan. Tapi, utang konsumtif ini yang biasanya membuat para karyawan mati kutu–mulai dari utang KTA, kartu kredit, hingga utang pembelian kendaraan.
3. Dana pensiun
Dana pensiun juga menjadi salah satu masalah keuangan yang umum terjadi pada karyawan, lantaran pada umumnya banyak karyawan yang tidak siap untuk pensiun–atau setidaknya, tidak siap untuk pensiun sejak dini.
Padahal kebutuhan dana pensiun ini sangatlah besar, apalagi jika kita menginginkan masa pensiun yang sejahtera. Yah, paling tidak nggak terlalu kontras deh dengan lifestyle yang kita jalani saat masih bekerja.
Menurut para ahli keuangan, untuk bisa menikmati masa pensiun yang sejahtera ini, kita setidaknya harus punya dana sebesar 70 – 80% dari penghasilan kita selama bekerja setiap bulannya. Jadi, kalau terbiasa hidup dengan penghasilan Rp10 juta per bulan, misalnya, maka agar bisa pensiun sejahtera kita harus mempunyai dana sebesar Rp7 juta per bulan selama masa pensiun.
Padahal kalau sudah pensiun, kita mungkin tidak akan punya penghasilan tetap. Mampukah kita membiayai hidup kita nanti?
4. Jaminan kesehatan dan proteksi lainnya
Banyak karyawan yang hanya mengandalkan asuransi dari BPJS Kesehatan untuk menjamin kesehatan mereka dan juga keluarga. Ini nggak salah sih, malah memang inilah yang disarankan.
Namun, akan lebih baik jika para karyawan juga punya asuransi yang dibeli sendiri dari swasta. BPJS Kesehatan memang sudah lengkap cakupan asuransinya, akan tetapi ada beberapa aspek dari asuransi kesehatan dari swasta yang juga menguntungkan. Salah satunya adalah soal antrean dan birokrasi yang panjang.
Tapi, asuransi kesehatan swasta kan mahal? Nah, itulah masalahnya. Jika karyawan punya pengetahuan literasi keuangan yang baik, tentu hal ini tidak akan menjadi masalah. Dengan pengelolaan cash flow yang baik, karyawan pasti akan bisa mengalokasikan sedikit dari gajinya untuk membayar premi asuransi kesehatan swasta.
Proteksi lain yang sering belum dipunyai oleh karyawan adalah asuransi jiwa. Padahal ini juga penting banget, apalagi jika si karyawan merupakan tulang punggung keluarga.
5. Ketagihan akan sesuatu
Nah, masalah keuangan yang kelima ini ada kaitannya dengan poin pertama di atas, yaitu tentang kebutuhan lifestyle.
Semakin ke sini, orang memang sadar akan kebutuhan untuk hidup bahagia. Banyak di antara kita yang punya hobi atau kegemaran tertentu, yang kita lakukan karena kita memang suka melakukannya. Tak jarang, hobi atau kegemaran ini juga menyedot sebagian besar uang gaji yang dihasilkan dari bekerja bertahun-tahun.
Solusi untuk kelima jenis masalah keuangan para karyawan di atas sebenarnya cukup sederhana, yaitu pengetahuan mengenai literasi keuangan yang lebih menyeluruh. Mulai dari mengerti dan bisa merencanakan tujuan keuangan sendiri, bisa membuat anggaran dan disiplin melakukannya.
Tertarik untuk mengundang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan bagi karyawan di perusahaan Anda? Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.