Pengaruh Lingkungan Kerja yang Sehat terhadap Kinerja Karyawan
Pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan enggak bisa dianggap remeh. Lingkungan kerja punya pengaruh besar terhadap kinerja karyawan.
Suasana yang nyaman, aman, dan mendukung bisa bikin karyawan lebih fokus dan produktif. Sebaliknya, lingkungan kerja yang penuh tekanan malah bikin stres dan mengurangi semangat kerja.
Makanya, hal ini penting buat menjaga keseimbangan antara kebahagiaan karyawan dan hasil kerja yang maksimal.
Table of Contents
Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan
Lingkungan kerja yang sehat enggak cuma soal fasilitas fisik, tapi juga suasana yang mendukung mental dan emosional, termasuk juga finansial. Hubungan yang baik antar-karyawan, dukungan dari atasan, dan kebijakan yang fleksibel semuanya ikut berperan.
Kalau suasananya enak, karyawan jadi lebih betah dan semangat. Kerja terasa lebih ringan, kreativitas pun muncul dengan sendirinya. Jadi, lingkungan kerja yang sehat sebenarnya investasi penting buat masa depan perusahaan.
So, ini dia pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan yang tak bisa diabaikan.
1. Peningkatan Produktivitas
Pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan akan baik jika suasananya nyaman dan aman. Hal ini terutama berpengaruh untuk meningkatkan fokus karyawan.
Suasana yang mendukung membuat karyawan bisa mengarahkan perhatian sepenuhnya ke tugas yang sedang dikerjakan. Mereka enggak pusing karena hal-hal kecil yang bikin enggak nyaman, seperti meja kerja yang kurang ergonomis, pencahayaan yang buruk, atau suasana kerja yang terlalu bising.
Rasa aman di tempat kerja juga bikin karyawan merasa lebih tenang. Misalnya, adanya kebijakan keselamatan kerja yang bagus, adanya program-program kebijakan keuangan yang ramah, atau atasan yang mendukung.
Pikiran pun jadi lebih fokus, dan pekerjaan terasa lebih ringan. Tekanan kerja pun bisa diminimalkan. Hasilnya, karyawan mampu menyelesaikan tugas dengan lebih cepat dan efektif. Produktivitas meningkat karena waktu dan energi mereka digunakan untuk hal-hal penting, bukan untuk mengatasi gangguan.
Baca juga: Cara Menaikkan Efisiensi dan Produktivitas dengan Fasilitas Jaminan Kesehatan Pegawai Swasta
2. Kesejahteraan Mental dan Fisik
Pengaruh lingkungan kerja yang sehat berdampak besar buat kesejahteraan karyawan. Suasana yang mendukung bisa menjaga tubuh tetap bugar dan pikiran lebih tenang. Stres jadi lebih mudah dikendalikan, apalagi kalau tempat kerja punya kebijakan yang memperhatikan work-life balance. Tubuh yang fit dan pikiran yang rileks bikin karyawan lebih siap menghadapi berbagai tugas.
Karena itu, jika memungkinkan, fasilitas pendukung juga perlu diadakan. Misalnya ada ruang istirahat yang nyaman, tempat olahraga, atau bahkan program kesehatan tambahan. Meski kecil, hal-hal seperti ini bisa mendukung dan menjaga stamina fisik dan mental karyawan tetap prima.
Ketika kesehatan terjaga, karyawan enggak gampang sakit. Tingkat absensi turun, pekerjaan berjalan lebih lancar. Energi yang cukup juga bikin mereka lebih fokus dan produktif sepanjang hari.
3. Motivasi dan Kepuasan Kerja
Tempat kerja yang nyaman dan menyenangkan bisa jadi faktor penting buat bikin karyawan lebih semangat. Ketika suasananya mendukung, karyawan merasa dihargai, baik dari sisi usaha mereka maupun kebutuhan pribadinya. Misalnya, atasan yang apresiatif atau fasilitas kantor yang memadai bisa memberikan rasa kepuasan tersendiri.
Kalau tekanan kerja juga enggak berlebihan, karyawan lebih rileks. Mereka jadi bisa menikmati proses bekerja tanpa merasa terus dikejar-kejar. Suasana positif di tempat kerja bikin karyawan lebih santai, tapi tetap produktif. Ini nggak cuma meningkatkan kebahagiaan mereka, tapi juga bikin mereka lebih tulus dalam menyelesaikan tugas.
Semangat yang tumbuh dari lingkungan kerja seperti ini akhirnya bikin karyawan lebih punya rasa kepemilikan terhadap pekerjaannya. Mereka enggak cuma sekadar kerja karena kewajiban, tapi juga karena merasa terlibat secara emosional. Hasilnya, tugas sehari-hari dijalani dengan lebih enjoy, dan produktivitas pun meningkat secara alami.
4. Penurunan Tingkat Absensi
Kehadiran karyawan juga bisa menjadi dampak dari pengaruh lingkungan kerja yang sehat. Ketika stres bisa diminimalkan dan suasana kerja mendukung kesejahteraan, karyawan jadi lebih sehat secara fisik dan mental. Tubuh yang fit dan pikiran yang rileks bikin mereka jarang sakit atau merasa lelah berlebihan. Alhasil, alasan untuk bolos kerja pun berkurang.
Selain itu, suasana kerja yang positif bikin karyawan merasa lebih antusias untuk datang ke kantor. Mereka enggak merasa tertekan atau terbebani dengan lingkungan kerja, jadi lebih rajin menjalankan tugas sehari-hari.
Dari sisi perusahaan, hal ini jelas menguntungkan. Tingkat absensi yang rendah berarti pekerjaan berjalan lebih lancar tanpa banyak gangguan. Proyek bisa selesai sesuai jadwal, dan tim tetap produktif.
Selain itu, biaya tambahan yang biasanya muncul karena absensi, seperti mencari tenaga pengganti atau menunda pekerjaan, bisa dihindari. Lingkungan kerja yang nyaman enggak cuma bikin karyawan lebih sehat dan semangat, tapi juga menjaga operasional perusahaan tetap efisien.
5. Inovasi dan Kreativitas
Tempat kerja yang fleksibel dan terbuka terhadap ide baru bisa jadi katalis utama untuk kreativitas karyawan. Dalam lingkungan seperti ini, karyawan merasa lebih bebas mengekspresikan gagasan tanpa takut dihakimi atau dianggap salah. Fleksibilitas ini memberikan ruang bagi mereka untuk berpikir out of the box dan kreatif dengan leluasa.
6. Retensi Karyawan
Lingkungan kerja yang sehat dan mendukung bikin karyawan merasa nyaman untuk bertahan dalam jangka panjang. Ketika suasana kerja kondusif, karyawan merasa dihargai dan didukung, baik secara profesional maupun pribadi.
Hal ini bisa mengurangi keinginan mereka untuk mencari peluang di tempat lain. Mereka merasa tempat kerjanya sudah memberikan apa yang dibutuhkan, dari fasilitas hingga penghargaan atas kontribusi mereka.
Kenyamanan seperti ini menciptakan loyalitas yang tinggi. Rasa memiliki terhadap perusahaan tumbuh, sehingga mereka lebih bersemangat untuk berkontribusi pada keberhasilan tim dan organisasi secara keseluruhan.
Dari sisi perusahaan, retensi karyawan seperti ini sangat menguntungkan. Dengan sedikitnya turnover, perusahaan bisa menghemat biaya dan waktu untuk rekrutmen serta pelatihan karyawan baru.
Karyawan lama yang tetap bertahan juga membawa stabilitas pada tim kerja. Pengalaman dan pengetahuan mereka soal budaya kerja dan proses internal membantu menjaga kelancaran operasional. Lingkungan kerja yang sehat nggak cuma bikin karyawan bahagia, tapi juga memberikan dampak positif bagi pertumbuhan perusahaan.
7. Keuangan Karyawan Lebih Sehat
Keuangan juga memiliki peran dalam pengaruh lingkungan kerja yang sehat loh. Kemampuan karyawan untuk mengelola keuangan pribadinya dengan baik—didukung oleh lingkungan kerja yang sehat—akan membuat mereka semakin sejahtera.
Misalnya saja, karyawan enggak terlibat pinjol atau judol, dan bisa menabung untuk kebutuhannya sendiri, pasti akan dapat bekerja dengan lebih baik. Dengan mereka bekerja lebih baik, maka produktivitas pun meningkat. Akhirnya, hal ini juga membuka peluang mendapatkan bonus atau kenaikan gaji. Saat karyawan bisa mengelola bonus dan kenaikan gaji ini dengan baik, pada akhirnya setiap aspek hidup juga akan meningkat.
So, sudah jelas ya, bahwa pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan jelas enggak bisa diabaikan. Lingkungan yang sehat bikin karyawan lebih produktif, kreatif, dan betah bekerja.
Baca juga: Cara Memilih Financial Trainer yang Tepat untuk Kelas Keuangan di Kantor
Yuk, berikan lingkungan kerja yang sehat untuk karyawan. Perusahaan bisa mulai dengan memberikan kelas keuangan yang sesuai. Enggak cuma menguntungkan karyawan, tapi juga berdampak positif buat pertumbuhan perusahaan.
Ingin meningkatkan kesejahteraan finansial dan produktivitas karyawan di kantor? Yuk, undang QM Financial untuk mengadakan kelas keuangan yang komprehensif dan praktis di kantor. Hubungi QM Financial sekarang ya!
Menghadapi PHK dengan Bijak: Langkah Awal Mengelola Keuangan
Menghadapi PHK memang enggak mudah. Situasi ini bisa bikin bingung, panik, atau bahkan stres. Tapi yang penting, jangan buru-buru menyerah. Ada banyak cara untuk tetap tenang dan mulai menata ulang keuangan. Langkah pertama adalah fokus ke hal-hal yang bisa dikontrol dulu.
Keuangan jadi kunci utama di masa transisi ini. Tanpa perencanaan yang matang, uang bisa cepat habis tanpa disadari. Karena itu, penting banget buat langsung atur ulang anggaran, prioritaskan kebutuhan, dan cari peluang baru. Dengan pendekatan yang tepat, kondisi sulit ini bisa dihadapi dengan lebih siap.
Table of Contents
Siap-Siap Keuangan Menghadapi PHK
Menghadapi PHK butuh strategi yang jelas agar situasi ini bisa dilewati dengan baik. Fokus utama adalah mengelola keuangan secara bijak sambil mempersiapkan langkah selanjutnya. Ada beberapa langkah praktis yang bisa dilakukan.
1. Cek Kondisi
Mulai dengan cek kondisi keuangan yang ada. Coba hitung dulu total tabungan, aset, dan utang yang harus dilunasi. Pastikan tahu persis berapa dana darurat yang bisa diandalkan untuk bertahan beberapa bulan ke depan.
Kalau belum ada dana darurat, tenang, enggak apa-apa—kita cuma perlu tahu titik awalnya biar bisa rencana ke depan lebih jelas. Semacam ngitung dulu modal yang kita punya untuk hadapi situasi ini. Anggap saja kayak bikin peta sebelum mulai perjalanan baru.
Baca juga: Saat Terancam PHK, Lakukan 5 Hal Ini untuk Mengantisipasi Kondisi Terburuk
2. Atur Ulang Anggaran
Langkah selanjutnya, coba atur ulang anggaran. Fokus dulu ke kebutuhan yang benar-benar penting, seperti makan, bayar listrik, air, dan tempat tinggal. Pengeluaran yang sifatnya tambahan, kayak langganan streaming atau nongkrong di kafe, bisa ditunda dulu sementara.
Intinya, bikin anggaran yang simpel dan realistis—utamakan yang bikin hidup tetap jalan, enggak usah mikirin yang terlalu fancy dulu. Kalau ada pengeluaran rutin yang bisa di-cut atau dihemat, langsung eksekusi saja.
3. Pakai Dana Daruratnya
Kalau sudah ada dana darurat, pastikan pemakaiannya benar-benar buat kebutuhan penting saja. Jangan sampai kebawa emosi, dan terus pakai dana ini buat beli barang yang sebenarnya enggak mendesak. Apalagi yang sifatnya emosional, tapi akhirnya bikin nyesel.
Ingat, dana darurat itu jaring penyelamat untuk menghadapi PHK kayak gini. Jadi, pakai secukupnya biar bisa buat bertahan sampai kondisi stabil lagi. Pikir dua kali sebelum keluarkan uang dari sini. Tetap dicatat ya, supaya kamu tahu uangnya dipakai ke mana saja.
4. Negosiasi Cicilan
Kalau punya cicilan, jangan panik. Langsung aja komunikasikan ke pihak bank atau lembaga keuangan yang bersangkutan. Jelaskan situasinya dengan jujur, dan tanyakan apakah ada opsi kayak restrukturisasi cicilan atau penundaan pembayaran.
Biasanya mereka punya skema khusus buat bantu nasabah yang lagi kesulitan. Misalnya seperti mengurangi bunga atau memperpanjang tenor. Ya, daripada diem-diem saja terus bingung sendiri, lebih baik ngobrol langsung memang. Siapa tahu dapat solusi yang bikin lega.
Intinya, transparan itu penting banget dalam situasi kayak gini.
5. Cari Sumber Pemasukan Lain
Enggak ada salahnya untuk segera mencari sumber pemasukan lain untuk menghadapi PHK ini. Lihat lagi keterampilan yang dimiliki—mungkin bisa dimanfaatkan buat kerja sementara atau mulai usaha kecil-kecilan.
Misalnya, kalau jago masak, coba jual makanan online. Kalau bisa desain, tawarkan jasa lewat platform freelance. Ada banyak peluang bisa kamu cari di platform online sekarang, tinggal pilih yang sesuai kemampuan.
Bahkan kalau pengin jadi pedagang tapi belum yakin mau jual apa, kamu juga bisa mulai dari hal kecil kayak jadi reseller atau dropshipper. Intinya, coba eksplorasi ide-ide baru biar tetap ada pemasukan sambil menunggu peluang yang lebih besar.
6. Cek Pengeluaran Sehari-hari
Coba deh mulai cek lagi pengeluaran sehari-hari. Ada nggak hal-hal yang sebenernya enggak terlalu penting tapi masih jalan terus.
Kalau ada, coba di-cut dulu buat sementara. Nggak usah langsung ekstrem, cukup fokus ke hal-hal yang paling gampang dihemat dulu. Misalnya, ganti nongkrong di luar sama masak di rumah, atau pakai Wi-Fi publik daripada beli paket data besar-besaran.
Intinya, bikin gaya hidup lebih simpel dan fokus ke kebutuhan utama. Pengeluaran kecil kalau dikumpulkan selisihnya, juga lumayan banget lo dampaknya.
7. Manfaatkan Pesangon dan Program Bantuan Lainnya
Kalau dapet pesangon, manfaatkan dengan bijak. Anggap itu sebagai napas tambahan buat bertahan di masa transisi sambil cari kerjaan baru.
Alokasikan ke kebutuhan paling penting dulu, kayak bayar tagihan, makan, dan biaya hidup sehari-hari. Jangan lupa sisihkan sebagian untuk nambah dana darurat, biar ada backup kalau situasinya butuh lebih waktu.
Hindari langsung dihabiskan buat hal-hal yang enggak urgent. Aturannya sederhana: prioritaskan kebutuhan, simpan sebagian, dan pakai dengan kepala dingin.
Begitu juga kalau ada program bantuan pemerintah. Coba dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk menambah support selama masa menghadapi PHK ini. Kalau ada pelatihan, ikut saja, siapa tahu bisa dapat skill baru yang menambah peluang kerja.
Baca juga: Siap PHK Karyawan, 3 Bekal yang Akan Bermanfaat untuk Mereka Selain Pesangon
8. Upgrade Skill
Masa-masa menghadapi PHK ini bisa jadi saatnya upgrade skill! Banyak banget pelatihan atau kursus online yang bisa diikuti, bahkan ada yang gratis. Fokus ke bidang yang nyambung sama pengalaman kerja kamu, atau yang punya prospek bagus di masa depan.
Misalnya, kalau pernah kerja di bidang admin, coba pelajarin software manajemen atau skill data entry. Kalau suka desain, mungkin bisa belajar tools baru atau teknik yang lagi tren. Platform kayak YouTube, Coursera, atau LinkedIn Learning bisa jadi tempat bagus buat mulai.
Selain bikin CV lebih keren, skill baru ini juga bisa untuk menambah kepercayaan diri buat bersaing di pasar kerja. Jadi, sambil nunggu peluang, manfaatkan waktu buat investasi di diri sendiri.
9. Tetap Optimis, Jaga Kesehatan Fisik dan Mental
Di tengah situasi yang enggak pasti dan menghadapi PHK, tetap optimis itu penting banget. Cari aktivitas yang bisa bantu jaga emosi tetap stabil. Olahraga ringan, jalan pagi, atau meditasi bisa kamu lakukan.
Kalau butuh cerita, mengobrollah dengan keluarga atau teman dekat. Siapa tahu bisa bikin hati lebih lega. Enggak usah malu buat minta dukungan moral, karena kadang cuma butuh didengerin saja. Iya enggak sih?
Kalau kamu suka hobi tertentu, kayak masak, baca, atau nonton film, luangkan waktu untuk melakukannya. Lumayan bisa pikiran lebih rileks.
Ingat, menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan urusan keuangan. Kalau kepala tenang, keputusan juga bisa lebih jernih.
Menghadapi PHK memang bukan hal yang mudah, tapi dengan langkah yang tepat, situasi ini bisa dihadapi dengan lebih tenang.
Tetap fokus pada kebutuhan utama, kelola keuangan dengan bijak, dan jangan ragu untuk mencari peluang baru. Ingat, setiap perubahan selalu membawa kesempatan untuk tumbuh dan bangkit kembali.
Ingin meningkatkan kesejahteraan finansial dan produktivitas karyawan di kantor? Yuk, undang QM Financial untuk mengadakan kelas keuangan yang komprehensif dan praktis di kantor. Hubungi QM Financial sekarang ya!
Manajemen Stres Finansial: Cara Mengatasi Kekhawatiran Keuangan di Usia 20-an
Stres! Ya, hari gini, siapa sih yang enggak stres? Apalagi kalau soal keuangan. Rasa-rasanya kok, mau usaha seberapa pun, uang itu selalu enggak cukup. Relate kan? Makanya, kamu perlu tahu nih cara manajemen stres, terutama yang berkaitan dengan finansial.
Pasalnya, usia kamu masih 20-an. Sebagian besar dari kamu barangkali saat ini masih belum ada tanggungan, sebagian lagi mungkin adalah sandwich generation. Jalanmu masih panjang, mimpimu masih banyak. Stres jangan sampai jadi hambatan.
Terus, gimana caranya ya?
Table of Contents
Manajemen Stres Keuangan untuk Si 20-an
Mengalami stres masalah keuangan sepertinya sih hal yang wajar terjadi apalagi di zaman sekarang. Tuntutan hidup semakin tinggi, sementara sumber daya masih saja terbatas. Buat kamu yang usianya masih 20-an dan sudah stres, nah, jangan dibiarkan berlama-lama stresnya. Karena waktu kamu masih panjang, masih banyak juga kesempatan yang harus kamu manfaatkan.
Setiap masalah selalu ada solusi. Begitu juga dengan masalah keuangan. Untuk tahu solusinya, maka kamu harus tahu juga akar penyebabnya.
Stres keuangan yang muncul bisa disebabkan banyak hal, setiap orang juga bisa mengalami penyebab yang berbeda. Buat kamu si 20-an, yang paling umum terjadi, stres keuangan muncul karena merasa gaji enggak cukup, kebanyakan utang, banyak mau, ada kebutuhan mendadak yang tak direncanakan, dan sejenisnya. Relate?
Nah, kalau relate, maka manajemen stres keuangan yang perlu kamu lakukan adalah seputar hal-hal tersebut juga. Seperti ini penjelasannya.
1. Stres karena Gaji Enggak Pernah Cukup
Kamu si usia 20-an biasanya masih level entry sekarang. Maka, rasanya wajar jika gaji juga menyesuaikan. Namun, sebenarnya, akar permasalahannya bukanlah pada nominal gaji yang kecil. Tetapi, pada pengeluaranmu.
Membuat anggaran bulanan membantu mengontrol pengeluaran dan memastikan pemasukan digunakan secara optimal. Prioritaskan kebutuhan pokok dulu, seperti makanan, transportasi, dan tagihan. Baru kemudian alokasikan sebagian untuk tabungan dan dana hiburan secukupnya agar tetap seimbang tanpa membebani kondisi keuangan.
Baca juga: Mengapa Gaji UMR Jakarta Sering Dianggap Tak Cukup untuk Memenuhi Kebutuhan?
2. Stres karena Sering Ada Kejadian Tak Terduga
Yah, namanya hidup, kadang ada saja surprise-surprise kecil terjadi di sana-sini. Tapi kadang surprise-nya bikin kaget juga. Apalagi kalau menyangkut keuangan, sementara kita tahu persis kalau keuangan kita terbatas.
Memprioritaskan dana darurat bisa jadi solusi manajemen stres keuangan yang penting di sini. So, usahakan untuk dapat menyisihkan 10-20% dari pemasukan setiap bulan. Dana darurat ini memang idealnya 3 – 6 bulan pengeluaran besarannya. Namun, kalau kamu masih belum mampu, kamu enggak harus langsung memenuhinya. Yang penting, ada saja dulu.
Simpan di rekening terpisah ya, supaya enggak menggoda untuk dipakai. Dana darurat memang “dana nganggur”. Dana yang enggak boleh dipakai sembarangan.
3. Stres karena Utang
Utang memang jadi momok banget akhir-akhir ini, ya kan? Pinjol, paylater, cicilan kendaraan, cicilan iPhone, semua numpuk.
Mengurangi utang konsumtif adalah langkah penting untuk manajemen stres keuangan. Hindari mengambil utang untuk kebutuhan yang enggak mendesak, seperti gadget terbaru atau liburan mewah, agar tidak menambah beban keuangan.
Kalau memang sekarang lagi ada tanggungan cicilan, coba prioritaskan pelunasannya dulu dan jangan menambah utang baru, agar stres keuanganmu tak semakin parah.
Lakukan pembayaran secara terencana dengan mengalokasikan dana khusus setiap bulan, sehingga utang berkurang secara konsisten tanpa mengganggu kebutuhan lainnya.
4. Stres karena Enggak Bisa Punya Tabungan
Nah, ini harus dicari lagi sih akar masalahnya di mana. Solusi manajemen stres keuangannya bisa saja membuat anggaran, seperti di poin pertama di atas. Kamu juga bisa mengatasinya dengan membuat tujuan keuangan.
Menetapkan tujuan keuangan yang jelas membantu mengarahkan pengelolaan keuangan secara terencana. Tentukan tujuan jangka pendek seperti menabung atau dana darurat, jangka menengah seperti biaya pendidikan, dan jangka panjang seperti membeli rumah.
Dengan adanya tujuan, apalagi yang terukur dan spesifik, bisa membuatmu termotivasi untuk disiplin dalam menabung dan mengatur prioritas keuangan.
5. Stres karena Terlalu Boros
Ini bisa saja berkaitan dengan stres keempat di atas. Karena boros, kamu jadi enggak bisa punya tabungan, gaji tak pernah cukup, dan sebagainya.
Untuk manajemen stres ini, coba sekarang direview lagi pengeluarannya. Coba cek, pos mana saja sih yang terlalu berlebihan? Mungkin kamu banyak pengeluaran karena adanya tekanan sosial? Karena sering FOMO? Karena pengin standar hidup orang lain, padahal sebenarnya kamu enggak mampu?
Menerapkan gaya hidup sederhana membantu menjaga keuangan tetap stabil dengan memprioritaskan kebutuhan utama dibanding keinginan yang enggak penting. Hindari tekanan sosial untuk mengikuti tren konsumtif yang boros, seperti membeli barang mahal demi status.
Jangan FOMO-an. Fokus saja pada jalan kamu sendiri, tak perlu membandingkan diri dengan orang lain.
6. Stres secara Mental
Mengelola kesehatan mental penting untuk menjaga fokus dan pengambilan keputusan finansial yang bijak. Lakukan aktivitas yang meredakan stres, seperti berolahraga, bermeditasi, atau menyalurkan hobi. Berbicara dengan orang terpercaya atau profesional juga membantu mengatasi tekanan emosional. Kesehatan mental yang terjaga menciptakan pola pikir positif, sehingga lebih mudah mengatur keuangan secara terencana dan menghadapi tantangan finansial dengan tenang.
7. Stres karena Butuh Uang Banyak
Ya, kadang memang kita sudah atur anggaran, sudah berusaha hemat, uang tetap saja terasa kurang untuk memenuhi kebutuhan yang banyak. Maka, solusi manajemen stres untuk masalah ini adalah dengan menambah sumber pendapatan.
Mengembangkan sumber pendapatan tambahan bisa dilakukan dengan mencari pekerjaan sampingan, seperti freelance atau part-time, atau memulai bisnis kecil sesuai minat dan keahlian.
Pendapatan tambahan enggak hanya meningkatkan pemasukan, tetapi juga memberikan rasa aman secara finansial, terutama untuk memenuhi kebutuhan mendesak atau menambah tabungan. Langkah ini juga dapat membuka peluang baru untuk pengembangan karier atau keterampilan.
Baca juga: Sudah Saatnya Kita Perhatikan Kesehatan Mental, Fisik, dan Finansial secara Seimbang
Nah, ingat, bahwa enggak pernah ada satu solusi untuk semua masalah keuangan. Kalau kata dokter, mengobati penyakit itu harus sesuai gejalanya. Begitu juga dengan keuangan. Gejalanya apa, masalahnya pada apa, maka di situ juga kamu harus mencari solusi untuk manajemen stres keuanganmu.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Menjadi Generasi Sandwich sekaligus Ibu Muda: Ini Tantangannya
Jadi ibu muda sekaligus generasi sandwich, bisa dibilang ‘double kill’ enggak sih? Yah, meskipun menjadi generasi sandwich itu memang berat sepanjang masa. Nanti kalau sudah menjadi ‘ibu tua’, dan masih jadi generasi sandwich, juga akan tetep berat. Hanya saja, mungkin sudah terbiasa dijalani.
Tapi, di fase menjadi ibu muda itu hidup memang mungkin lagi berat-beratnya. Baru punya anak, masih belum fasih menjalani peran sebagai ibu, pun masih tetap harus menanggung biaya hidup orang tua. Makanya, konon, jadi ibu muda itu fase “rentan” dalam hal kesehatan mental.
Jadi, mari untuk tidak menyebutnya sebagai beban, tetapi tantangan. Tantangan ibu muda yang sekaligus sandwich generation. Apa saja? Banyak.
Table of Contents
Tantangan sebagai Ibu Muda yang Juga Generasi Sandwich
1. Tanggung Jawab Ganda
Merawat anak-anak yang masih kecil dan orang tua yang lanjut usia membutuhkan energi dan perhatian yang sangat besar. Setiap hari harus dibagi antara mengurus kebutuhan anak-anak, seperti pendidikan dan kesehatan, sekaligus di saat yang sama harus memastikan orang tua mendapatkan perawatan yang layak.
“Tugas” ini kadang bikin overwhelming enggak sih? Fisik dan emosional terkuras, sehingga sulit untuk menemukan waktu untuk diri sendiri atau bahkan untuk beristirahat sejenak. Kombinasi dari tanggung jawab ini menuntut kesabaran dan keterampilan manajemen waktu yang tinggi.
Baca juga: Waspada! Ini Ciri-Ciri Kamu Akan Jadi Sandwich Generation
2. Keterbatasan Waktu
Mengatur waktu untuk pekerjaan, keluarga, dan diri sendiri bisa menjadi sangat menantang. Mayoritas waktu sering dihabiskan untuk memenuhi kebutuhan anak-anak dan orang tua. Akibatnya, sangat sedikit waktu tersisa untuk merawat diri sendiri atau mengejar hobi pribadi.
Mengelola waktu dengan bijak dan menetapkan prioritas yang jelas adalah kunci untuk menghadapi tantangan ini. It’s a relentless juggling act. Siapa setuju?
3. Stres dan Kelelahan
Berbagai tanggung jawab yang harus diemban, seperti mengurus anak-anak, merawat orang tua, dan menjalankan pekerjaan, dapat menyebabkan stres berkepanjangan dan kelelahan. Stres ini bukan hanya fisik, tetapi juga emosional, karena tekanan untuk memenuhi kebutuhan semua pihak bisa sangat berat.
Akumulasi stres ini bisa berakibat pada masalah kesehatan dan kesejahteraan jika tidak ditangani dengan baik.
4. Keuangan
Nah, ini nih. Jadi kebayang tantangannya seperti apa kan, karena sebagai generasi sandwich, ibu muda kudu mengatur keuangan dengan sebaik-baiknya. Kalau memang ada uangnya, ya disyukuri dan bisalah diatur. Masalah semakin pelik, ketika ternyata enggak cukup sumber daya untuk mengcover semua kebutuhan.
Sudahlah menjadi dampak, keuangan juga menjadi penyebab tantangan yang lain lagi.
Menyeimbangkan pengeluaran untuk anak-anak, orang tua, dan kebutuhan pribadi memang bisa menjadi tantangan besar. Pengeluaran untuk dana pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan sehari-hari sering kali menguras dana yang ada.
Akibatnya, sulit untuk menabung atau berinvestasi untuk masa depan. Perencanaan keuangan yang hati-hati dan disiplin sangat diperlukan untuk mengatasi tantangan ini dan memastikan kestabilan finansial dalam jangka panjang.
5. Kesehatan Mental
Tantangan mengurus anak-anak, merawat orang tua, dan menjalankan pekerjaan dapat berdampak negatif pada kesehatan mental. Tekanan yang terus-menerus ini bisa menimbulkan perasaan kewalahan, cemas, dan bahkan depresi. Tidak jarang ibu muda merasa sulit menemukan waktu untuk merawat diri sendiri, yang pada akhirnya memperburuk kondisi mental.
Oleh karena itu, penting untuk mencari dukungan, baik dari keluarga maupun profesional, dan menyediakan waktu untuk self-care. Balance is crucial to maintain mental well-being.
6. Karier dan Pengembangan Diri
Nah, tantangan ini juga sama beratnya. Waktu dan energi yang terbatas bisa sangat membatasi kesempatan bagi ibu muda untuk mengembangkan karier atau mengejar pendidikan lebih lanjut.
Tanggung jawab ganda dalam mengurus anak-anak dan merawat orang tua sering kali menyisakan sedikit waktu bagi diri sendiri. Akibatnya, sulit untuk menghadiri pelatihan, mengambil kursus, atau bahkan mengikuti peluang karier yang baru.
Hal ini bisa menghambat pertumbuhan profesional dan mengurangi kepuasan diri dalam jangka panjang. Prioritas yang tumpang tindih memerlukan manajemen waktu yang sangat baik agar tetap bisa berkembang secara pribadi dan profesional.
7. Dukungan Sosial
Dukungan dari teman dan keluarga sangat penting dalam mengelola tanggung jawab ganda, tetapi sayangnya hal ini enggak selalu tersedia atau memadai. Ketika dukungan sosial kurang, beban tanggung jawab terasa lebih berat dan menambah tekanan mental serta emosional.
8. Manajemen Prioritas
Memang sih, inti dari pengaturan dan pengelolaan hidup itu adalah menyusun prioritas. Namun, bagi ibu muda yang juga generasi sandwich, menentukan prioritas antara kebutuhan anak-anak, orang tua, dan diri sendiri ini juga menjadi tantangan besar.
Setiap hari, situasi yang berbeda memerlukan penyesuaian dan fleksibilitas yang tinggi. Kesulitan dalam menentukan apa yang harus diutamakan dapat mengakibatkan kebingungan dan stres.
9. Penyediaan Fasilitas dan Layanan
Mengakses layanan kesehatan, pendidikan, dan dukungan lainnya untuk anak-anak dan orang tua membutuhkan usaha tambahan dan waktu. Proses ini bisa rumit, melibatkan banyak birokrasi dan koordinasi. Bahkan tak jarang energi dan emosi tersedot habis di sini.
Tantangan ini dapat mengganggu waktu dan energi yang seharusnya bisa digunakan untuk aktivitas lainnya, membuat manajemen sehari-hari semakin kompleks.
10. Tekanan Eksternal
Tekanan dari lingkungan sosial dan budaya untuk menjadi “ibu sempurna” dan “anak yang berbakti”, kalau enggak merawat orang tua berarti durhaka, dapat meningkatkan beban emosional.
Harapan tinggi ini sering kali menyebabkan stres dan rasa tidak cukup baik. Tuntutan untuk selalu memenuhi standar sosial dapat menguras energi dan memengaruhi kesejahteraan emosional, membuat keseimbangan hidup semakin sulit dicapai.
Baca juga: Tips Hemat ala Ibu Muda Masa Kini
Yah, memang berat ya Bun. Tapi, tak ada cara lain yang bisa dilakukan selain dijalani penuh syukur. Yuk, coba atur ulang lagi semuanya kalau memang sudah begitu berat. Langkah pertama bisa dari mengatur keuangan supaya hal ini enggak menimbulkan stres tambahan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
7 Dampak Pinjaman Online pada Produktivitas Karyawan – Bisa Se-Damage Itu!
Pinjaman online dianggap sebagai solusi cepat bagi banyak orang—termasuk karyawan—yang membutuhkan dana segera. Namun, ada dampak yang bisa muncul terkait pinjaman dana ini, apalagi jika ternyata karyawan yang bersangkutan enggak memiliki skill yang cukup untuk membayarnya kembali.
Terutama dampaknya pada produktivitas karyawan, hal yang fatal bisa terjadi. Berbagai aspek negatif dapat muncul ketika karyawan terjerat pinjaman online, mulai dari stres hingga penurunan kinerja di tempat kerja.
Table of Contents
Dampak Pinjaman Online terhadap Produktivitas Kerja Karyawan
Berikut adalah beberapa dampak pinjaman online pada produktivitas karyawan yang bisa terjadi jika karyawan yang bersangkutan terjerat. Pahami lebih dalam bagaimana pinjaman online tak hanya memengaruhi kondisi finansial, tetapi juga kesehatan mental dan hubungan profesional di lingkungan kerja.
1. Stres dan Kecemasan
Beban utang yang harus dibayar dapat meningkatkan tingkat stres karyawan. Beban pikiran mengenai bagaimana cara melunasi pinjaman bisa mengganggu konsentrasi saat bekerja, mengakibatkan penurunan produktivitas.
Kecemasan terus-menerus tentang kondisi keuangan dapat memengaruhi fokus dan efisiensi kerja sehari-hari. Tanpa penanganan yang tepat, stres dan kecemasan ini bisa berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik, serta hubungan dengan rekan kerja.
Baca juga: Pinjaman Online: Solusi Saat Butuh Dana Cepat?
2. Menurunnya Kualitas Kerja
Masalah keuangan dapat membuat karyawan sulit fokus pada tugas. Pikiran yang terganggu oleh utang mengakibatkan mereka jadi kurang konsentrasi, sehingga kualitas hasil kerja menurun.
Ketidakmampuan untuk fokus pada pekerjaan membuat produktivitas terganggu dan dapat berdampak buruk pada kinerja keseluruhan. Pada akhirnya, ya bisa memengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan.
3. Absensi dan Ketidakhadiran
Tekanan mental yang disebabkan oleh masalah keuangan dapat menyebabkan karyawan lebih sering izin sakit atau tidak hadir. Frekuensi ketidakhadiran ini meningkat karena karyawan mungkin merasa tertekan dan enggak mampu bekerja dengan baik.
Selain itu, ada kemungkinan karyawan harus mengambil cuti untuk mengurus masalah keuangan, seperti harus mengurus administrasi utang atau urusan lainnya. Situasi ini enggak hanya mengurangi produktivitas, tetapi juga dapat memengaruhi hubungan kerja dan beban tugas bagi rekan kerja lainnya.
4. Motivasi dan Semangat Kerja Menurun
Stres finansial dapat menyebabkan penurunan motivasi kerja. Ketika karyawan tertekan oleh masalah keuangan, semangat untuk berkontribusi maksimal di tempat kerja bisa menurun.
Mereka enggak termotivasi untuk mencapai target atau memberikan kinerja terbaiknya, karena beban pikirannya. Hal ini berdampak langsung pada produktivitas dan hasil kerja sehari-hari, karena tanpa motivasi, sulit bagi karyawan untuk tetap fokus dan bersemangat.
5. Hubungan dengan Rekan Kerja
Stres akibat masalah keuangan bisa menyebabkan perubahan perilaku, yang berdampak pada hubungan dengan rekan kerja. Ketegangan ini dapat muncul karena karyawan mungkin menjadi lebih mudah marah atau kurang sabar.
Akibatnya, potensi konflik di tempat kerja meningkat, mempengaruhi kerja sama tim dan suasana kerja. Situasi ini dapat menghambat komunikasi yang efektif dan menurunkan produktivitas.
Cuma karena pinjaman online satu orang, sekantor jadi kena efek. Pastinya, ini adalah hal yang sangat mengganggu dan bisa mengancam keberlangsungan bisnis perusahaan.
6. Dampak Kesehatan
Stres berkepanjangan akibat masalah keuangan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti sakit kepala dan gangguan tidur. Gangguan ini berpengaruh negatif pada kondisi fisik karyawan, yang pada akhirnya berdampak pada produktivitas kerja.
Karyawan yang enggak cukup tidur atau sering sakit kepala sulit untuk fokus dan memberikan performa terbaik mereka di tempat kerja.
7. Ketergantungan pada Pinjaman Lain
Permasalahan pinjaman online ini rata-rata memang tak berhenti di hanya satu aplikasi. Banyak orang terjerat pinjol di beberapa aplikasi sekaligus. Bahkan pernah ada kasus satu orang terlibat puluhan aplikasi.
Rata-rata dari mereka yang terjerat banyak aplikasi ini masalahnya sama: ambil pinjaman baru guna melunasi pinjaman sebelumnya, hingga menciptakan lingkaran setan utang. Menutup lubang dengan menggali lubang yang justru lebih dalam.
Akhirnya ada ketergantungan di situ. Ketergantungan ini enggak hanya memperburuk kondisi finansial, tetapi juga berdampak negatif pada kesehatan mental. Stres terus-menerus dari beban utang yang menumpuk bisa mengurangi produktivitas dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Dampak pinjaman online memang bisa sangat fatal bagi produktivitas karyawan. Solusi terbaik bukan hanya yang bisa diterapkan saat karyawan sudah terjerat pinjaman online, tetapi juga langkah pencegahan yang dilakukan sebelumnya sangat penting. Salah satunya adalah memberikan edukasi keuangan kepada karyawan.
Baca juga: Ciri Aplikasi Pinjaman Online Legal: Yuk, Perhatikan dan Ingat-Ingat!
QM Financial menawarkan program kelas keuangan dengan kurikulum yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, termasuk untuk mencegah karyawan terjerat pinjaman online. Ingin meningkatkan kesejahteraan finansial dan produktivitas karyawan di kantor? Segera undang QM Financial untuk mengadakan kelas keuangan yang komprehensif dan praktis di kantor. Hubungi QM Financial sekarang juga!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Soft Saving ala Gen Z: Plus dan Minusnya
Generasi Z telah memopulerkan berbagai tren, dan salah satu yang paling menarik adalah soft saving.
Metode ini menawarkan cara menabung yang lebih santai, yang mencerminkan nilai dan aspirasi generasi muda saat ini. Dengan fokus pada kualitas hidup dan kepuasan saat ini, soft saving menjadi gaya pengelolaan keuangan yang semakin banyak diadopsi di kalangan muda.
Namun, seperti semua strategi, pendekatan ini memiliki kelebihan dan kekurangan yang berdampak pada stabilitas finansial jangka panjang.
So, apakah kamu juga penganut aliran ini? Coba kita telaah lagi yuk, termasuk membahas plus dan minusnya.
Table of Contents
Pengertian Soft Saving
Soft saving merupakan cara menabung yang enggak terlalu membebanimu. Fokus utamanya bukan pada pengumpulan kekayaan jangka panjang, melainkan pada peningkatan kualitas hidup saat ini.
Hal ini mencakup investasi pada pengembangan pribadi dan kesehatan. Prinsipnya bisa dibilang berkebalikan dari metode menabung yang lebih tradisional—yang sering diadopsi oleh generasi sebelumnya—yang lebih banyak menekankan pentingnya keamanan finansial di masa mendatang.
Karakteristik Soft Saving
Dalam praktik soft saving, proporsi untuk menabung biasanya lebih kecil dibandingkan dengan cara menabung yang konvensional. Sebaliknya, sebagian besar penghasilan diarahkan untuk mendukung gaya hidup yang diinginkan saat ini.
Hal ini mencerminkan keinginanmu untuk hidup dengan lebih nyaman hari ini daripada menunda kesenangan demi keuntungan di masa depan. Istilahnya, kalau bisa sekarang, kenapa kudu besok?
Penyebaran dan Pengaruh Global
Konsep soft saving telah menyebar secara global dan bukan hanya fenomena lokal, alias cuma terjadi di Indonesia saja. Gen Z seluruh dunia tahu akan metode ini, dan sebagian besar memang melakukannya.
Populernya pendekatan ini didorong oleh konsep soft life, yang sering dipromosikan oleh influencer di berbagai platform media sosial. Soft life adalah pendekatan hidup yang mengedepankan ketenangan dan kesehatan mental, mengurangi tekanan untuk selalu berprestasi atau memenuhi standar sosial yang tinggi.
Prioritas dalam Soft Life dan Soft Saving
Pendekatan soft life menekankan pada pentingnya menjalani kehidupan yang lebih santai dan mengutamakan kesehatan mental. Untuk memenuhinya, banyak gen Z yang melakukan aktivitas seperti berolahraga secara teratur, mengikuti pola makan yang sehat, dan memilih pekerjaan yang menyenangkan, dibandingkan dengan mengejar kemewahan seperti mobil mahal atau karier yang prestisius. Pun dana pensiun yang mencukupi.
Pengikut soft life dan soft saving lebih memilih untuk memanfaatkan dana yang tersedia untuk kepuasan pribadi dan kesejahteraan mental, daripada pengorbanan jangka panjang.
Baca juga: Cara Belajar Manajemen Keuangan pada Generasi X, Millenial, dan Gen Z
Dampak Positif dari Soft Saving
Well, akan selalu ada dua sisi untuk semua hal, betul? Bagi generasi-generasi sebelumnya, gaya hidup soft saving bisa dibilang akan punya dampak buruk. Namun, di sisi lain, metode hidup ini ada juga bagusnya.
1. Keseimbangan Hidup yang Lebih Baik
Soft saving memungkinkan seseorang untuk mengalokasikan lebih banyak sumber daya dan waktu untuk kegiatan yang meningkatkan kualitas hidup saat ini. Misalnya seperti hobi, olahraga, atau belajar keterampilan baru. Intinya, melakukan hal-hal yang mengarah pada keseimbangan kehidupan kerja yang lebih baik.
2. Kesehatan Mental yang Lebih Baik
Soft saving mengurangi stres yang sering kali muncul dari tekanan keuangan jangka panjang. Dengan metode ini, kecemasan tentang masa depan berkurang, memungkinkan fokus lebih besar pada kesejahteraan dan kebahagiaan saat ini.
3. Fleksibilitas Finansial
Pendekatan ini lebih fleksibel dalam pengelolaan keuangan, memungkinkanmu untuk lebih cepat menyesuaikan anggaran sesuai dengan perubahan situasi atau prioritas hidup.
Dampak Negatif dari Soft Saving
Seperti yang sudah disebutkan di atas, pendekatan ini juga memiliki sisi lain yang perlu dipertimbangkan. Sebelum memutuskan untuk mengadopsi metode ini, penting untuk memahami beberapa dampak buruk yang mungkin timbul. Apa saja?
1. Ketidakamanan Finansial Jangka Panjang
Fokus pada kepuasan jangka pendek dan pengeluaran untuk gaya hidup saat ini bisa mengurangi kemampuan untuk menangani kebutuhan atau krisis finansial di masa depan. Termasuk di dalamnya adalah kekurangan dana untuk pensiun, perawatan kesehatan, atau situasi darurat lainnya.
2. Ketergantungan pada Pendapatan Tetap
Soft saving bisa jadi enggak ideal jika pendapatan kamu tidak stabil. Pengeluaran yang lebih tinggi untuk gaya hidup saat ini dapat berisiko jika tiba-tiba saja penghasilanmu menurun.
3. Potensi Kurangnya Investasi
Investasi dalam aset yang akan menjadi sumber penghasilan pasif di masa mendatang, misalnya seperti properti atau saham, bisa berkurang. Artinya, kamu bisa saja kehilangan peluang pertumbuhan kekayaan jangka panjang yang bisa lebih menguntungkan dibandingkan menikmati pengeluaran saat ini.
Baca juga: Loud Budgeting: Tren Keuangan yang Lagi Viral di Kalangan Gen Z
Apakah Metode Soft Saving Cocok untuk Semua Orang?
Soft saving bisa jadi enggak cocok untuk semua orang karena beberapa alasan. Efektivitasnya sangat bergantung pada situasi keuangan, tujuan finansial jangka panjang, dan kebutuhan masing-masing.
Berikut beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan apakah soft saving cocok untuk diadopsi.
1. Stabilitas Pendapatan
Orang dengan pendapatan yang stabil dan dapat diprediksi mungkin lebih mampu menerapkan soft saving tanpa risiko keuangan besar. Contohnya, orang-orang yang sudah berstatus karyawan tetap atau sudah sampai ke jenjang manajerial.
Bagi mereka yang memiliki pendapatan yang fluktuatif atau tidak pasti, metode hidup seperti ini bisa menimbulkan risiko keuangan.
2. Tanggung Jawab Finansial
Kamu yang sudah memiliki tanggung jawab finansial yang lebih besar, seperti para sandwich generation, sudah berkeluarga, atau punya utang besar, rasanya pasti akan sulit dijalankan. Kamu membutuhkan strategi tabungan yang lebih konservatif untuk memastikan keamanan keuangan jangka panjang.
3. Tujuan Keuangan Jangka Panjang
Kamu yang memiliki tujuan jangka panjang seperti pengin punya rumah, pengin anaknya sekolah di sekolah terbaik, atau yang pengin menjalani FIRE, juga akan sulit menjalani gaya hidup seperti ini.
Kamu memerlukan strategi penghematan dan investasi yang lebih tradisional daripada soft saving.
4. Toleransi Risiko
Soft saving mengurangi penekanan pada pengumpulan aset dan tabungan. Hal ini enggak akan cocok bagi kamu yang lebih konservatif dalam hal keamanan finansial atau bagi yang ingin membangun kekayaan jangka panjang.
5. Kebutuhan Pribadi dan Prioritas
Gaya hidup, prioritas, dan nilai-nilai pribadi juga memengaruhi kecocokan soft saving. Bagi yang menghargai kebebasan dan kualitas hidup saat ini lebih tinggi daripada keamanan finansial di masa depan, pendekatan ini bisa jadi memang lebih menarik. Tetapi, enggak sebaliknya.
So, memang kembali pada pilihan hidup masing-masing.
Dalam mengambil keputusan apakah soft saving adalah pilihan yang tepat, penting untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap situasi keuangan pribadi dan berdiskusi dengan penasihat keuangan untuk memastikan semua aspek keuangan tercakup dan seimbang.
Jadi, kesimpulannya, soft saving bisa saja sangat bermanfaat untuk kesehatan mental dan kualitas hidup saat ini, tetapi penting juga bagi kamu untuk mempertimbangkan dampak jangka panjang dari keputusan finansial ini. Seimbangkan antara menikmati hidup saat ini dengan mempersiapkan keamanan di masa yang akan datang.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Menjaga Kesehatan Keuangan Generasi Z
Menjaga kesehatan keuangan menjadi aspek krusial bagi generasi Z yang mulai memasuki dunia kerja dan kehidupan mandiri saat ini.
Kesehatan keuangan ini enggak hanya soal punya cukup uang untuk kebutuhan sehari-hari saja lo. Namun, juga tentang bagaimana mengelola pengeluaran, menabung, dan merencanakan masa depan dengan bijak.
Apalagi nih, tantangan finansial di era digital semakin kompleks dengan adanya berbagai pilihan investasi, peluang penghasilan tambahan, dan godaan konsumsi yang terus meningkat.
Table of Contents
Pentingnya Menjaga Kesehatan Keuangan bagi Gen Z
Generasi Z dikenal sebagai generasi yang melek teknologi dan memiliki akses mudah ke beragam informasi. Dengan banyaknya tantangan yang ada, tak banyak gen Z yang bisa menjaga kesehatan keuangannya dengan baik. Padahal, hal ini penting banget.
Berikut adalah alasan mengapa menjaga keuangan yang sehat itu sangat penting bagi gen Z.
1. Kemampuan Menghadapi Ketidakpastian
Kesehatan keuangan memungkinkan generasi Z untuk lebih siap menghadapi situasi tak terduga. Karena situasi seperti ini bisa terjadi pada setiap orang. Misalnya saja seperti kehilangan pekerjaan, krisis ekonomi, atau keadaan darurat kesehatan tanpa harus terjerat utang.
2. Mandiri Secara Finansial
Dengan mengelola keuangan dengan baik, generasi Z dapat mencapai kemandirian finansial lebih cepat. Bisa segera enggak bergantung pada orang tua atau pihak lain.
Baca juga: 61% Orang Tua Masih Support Finansial pada Anak Dewasa, Apa Kabar Kemandirian Finansial?
3. Masa Depan yang Lebih Baik
Kesehatan keuangan yang baik membuka jalan untuk investasi di masa depan, seperti membeli rumah, memulai bisnis, atau menyiapkan dana pendidikan bagi anak-anak.
4. Kesehatan Mental
Nah, ini nih. Memang cocok buat gen Z yang sedikit-sedikit bahas soal kesehatan mental. Tahukah kamu, bahwa masalah keuangan sering kali menjadi sumber stres. So, kalau kalau kamu pengin punya kesehatan mental yang baik, maka mulailah dengan membangun keuangan yang sehat.
Dijamin deh, langkah menyehatkan mental berikutnya akan lebih mudah.
5. Mencapai Tujuan Keuangan
Dengan keuangan yang sehat, gen Z di mana pun, dengan profesi apa pun, penghasilan berapa pun, akan dimungkinkan untuk lebih mudah mencapai tujuan finansial masing-masing. Mulai dari tujuan finansial jangka pendek, menengah, hingga panjang. Bahkan FIRE.
6. Pembentukan Kebiasaan Baik
Dengan mulai menjaga kesehatan keuangan sejak dini, generasi Z dapat membentuk kebiasaan finansial yang baik yang akan bermanfaat dalam jangka panjang. Bahkan sepanjang hidup.
7. Menghindari Jeratan Utang
Pengelolaan keuangan yang baik membantu generasi Z untuk menghindari utang berlebihan dan masalah kredit yang dapat membatasi peluang finansial di masa depan. Enggak ada lagi ditolak kerja karena BI Checking skornya tinggi.
Menjaga kesehatan keuangan adalah investasi jangka panjang yang akan memberikan banyak manfaat, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, bagi Generasi Z.
Syarat Keuangan Sehat bagi Gen Z
Nah, terus kalau memang keuangan yang sehat itu penting, lantas apa saja syaratnya? Kondisi seperti apa yang bisa disebut sebagai keuangan yang sehat untuk gen Z?
Berikut adalah beberapa syarat yang harus dipenuhi jika ingin memiliki kesehatan keuangan yang baik untuk gen Z:
- Pendapatan Stabil: Memiliki sumber pendapatan yang tetap dan memadai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari serta mencapai tujuan finansial jangka panjang.
- Anggaran yang Terencana: Menyusun dan mematuhi anggaran bulanan yang mencakup semua pengeluaran dan pendapatan. Hal ini akan dapat membantu mengontrol pengeluaran dan mengidentifikasi area di mana penghematan bisa dilakukan.
- Tabungan yang Cukup: Menyisihkan sebagian pendapatan secara rutin untuk ditabung. Idealnya, memiliki dana darurat yang setara dengan 3-6 bulan pengeluaran bulanan.
- Manajemen Utang yang Baik: Mengelola utang dengan bijak. Ini berarti membayar utang tepat waktu, menghindari utang konsumtif yang tidak perlu, dan memastikan total utang tidak melebihi kemampuan untuk membayar.
- Investasi yang Tepat: Menginvestasikan sebagian dari pendapatan untuk mendapatkan keuntungan di masa depan. Ini bisa berupa investasi di pasar saham, reksa dana, properti, atau instrumen investasi lainnya yang sesuai dengan profil risiko.
- Asuransi yang Memadai: Memiliki asuransi yang sesuai untuk melindungi dari risiko finansial yang tidak terduga, seperti asuransi kesehatan, asuransi jiwa, dan asuransi lainnya yang relevan.
- Pensiun yang Terencana: Menyiapkan dana pensiun sejak dini untuk memastikan kenyamanan finansial di masa tua. Ini bisa melalui program pensiun perusahaan, tabungan pensiun, atau investasi lainnya yang ditujukan untuk masa pensiun.
- Pengelolaan Pengeluaran yang Bijak: Membuat keputusan pengeluaran yang bijak dengan membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Menghindari pembelian impulsif dan memastikan pengeluaran sejalan dengan anggaran.
- Catatan Keuangan yang Rapi: Memiliki catatan keuangan yang rapi dan teratur untuk memantau arus kas, pengeluaran, utang, dan investasi. Ini membantu dalam membuat keputusan finansial yang lebih baik.
- Kebiasaan Menabung dan Berinvestasi: Membentuk kebiasaan menabung dan berinvestasi sejak dini untuk mencapai tujuan keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.
Baca juga: Cara Perencanaan Keuangan untuk Gen Z yang Pengin Mencapai Stabilitas Finansial
Dengan memenuhi syarat-syarat di atas, sebagai gen Z, kamu pasti bisa mencapai dan mempertahankan kesehatan keuangan dengan baik. Selain itu, kamu juga akan siap menghadapi berbagai tantangan finansial ke depannya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Stop Mental Miskin: Ini Cara Kamu Berdaya dan Berhenti Merendahkan Diri Sendiri
Kamu tahu, mental miskin? Mental ini umumnya termanifestasi misalnya dalam bentuk minder, skeptis, iri, negative thinking, suka membandingkan diri dengan orang lain, mencari pembenaran, dan sebagainya.
Misalnya, ketika ada teman posting acara jalan-jalannya, kamu akan berpikir, “Wah, dia mah enak. Gajinya dua digit. Gue mah boro-boro. Gaji masuk tanggal 1, tanggal 4 udah koma. Dahlah.”
Atau, ketika ada orang yang sukses berbisnis, kamu langsung juga berpikir, “Lah, dia punya privilege, keluarganya kaya. Gue modal apaan?”
Atau bisa juga, “Ngatur duit? Apaan yang diatur? Duitnya aja gak ada.”
Atau ada yang lain, “Kayaknya gue gak akan ke mana-mana sih. Gini aja terooos.”
Table of Contents
Apa Maksud Mental Miskin?
Nah, apa kamu termasuk dari mereka yang suka berpikir kayak di atas? Kalau iya, bisa jadi kamu adalah salah satu yang punya mental miskin.
Istilah mental miskin dalam konteks ini mengacu pada pola pikir atau mindset yang membatasi seseorang dalam mencapai potensi penuhnya, terutama dalam hal keuangan dan pengembangan diri.
Enggak cuma tentang kurangnya uang sih, tetapi lebih kepada cara seseorang memandang dirinya sendiri dan peluang di sekitarnya. Beberapa ciri khas dari mental miskin misalnya:
- Sering kali merasa takut berlebihan untuk mencoba hal-hal baru atau mengambil risiko karena takut gagal.
- Sering merasa enggak layak atau tidak mampu untuk mencapai kesuksesan, baik dalam karier maupun kehidupan pribadi.
- Cenderung memfokuskan pikiran pada apa yang enggak dimiliki, daripada mencari cara untuk memanfaatkan sumber daya yang ada.
- Sering kali melihat hambatan dan batasan daripada peluang untuk pertumbuhan dan kemajuan.
- Sering membandingkan diri dengan orang lain dalam cara yang merugikan diri sendiri, merasa orang lain lebih layak atau beruntung.
Kok kayaknya negatif semua? Ya, iya, makanya pola pikir ini bisa sangat merugikan karena dapat menghambat motivasi, pertumbuhan pribadi, termasuk juga menghambat kesuksesan keuangan.
Bisa jadi beneran miskin, karena punya mental miskin.
Mengubah pola pikir dari mental miskin ke mental yang lebih berdaya adalah tentang mengubah cara kamu memandang diri sendiri dan dunia, mengembangkan rasa percaya diri, dan mengambil tindakan untuk mencapai tujuan yang lebih besar.
Baca juga: 7 Cara Cepat Kaya ala Buku “Rich Dad, Poor Dad”
Cara Mengubah Pola Pikir Mental Miskin
Stop mental miskin!
Kamu enggak akan berkembang, kalau saat ini masih memilikinya. Gimana mau bisa mencapai tujuan finansialmu yang banyak itu, kalau sebenarnya kamu masih meragukan diri sendiri? Masih sibuk iri dengan pencapaian orang lain?
So, berikut ini adalah beberapa tip yang dapat membantu kamu untuk menghentikan pola pikir “mental miskin” dan mulai memberdayakan diri sendiri.
1. Ubah Cara Pandangmu tentang Uang
Mulailah melihat uang sebagai alat untuk mencapai kebebasan dan kemungkinan, bukan sebagai sumber kecemasan atau ketakutan. Edukasi dirimu sendiri tentang pengelolaan keuangan dasar, investasi, dan cara-cara untuk menghasilkan pendapatan pasif.
2. Setiap Kesuksesan Dimulai dari Pikiran
Perkuat pikiran positif dan keyakinan bahwa kamu mampu mencapai lebih dari yang sekarang kamu miliki. Hindari pemikiran yang merendahkan kemampuan sendiri atau merasa enggak cukup baik.
Ingat, you get what you think.
3. Buat Tujuan yang Realistis dan Strategis
Tentukan apa yang ingin kamu capai secara finansial dalam jangka pendek dan jangka panjang. Buat rencana yang jelas dan mulai mengambil langkah konkret untuk mencapai tujuan finansial tersebut.
4. Jangan Bandingkan Diri dengan Orang Lain
Fokus pada kemajuan pribadi kamu, bukan pada apa yang telah dicapai oleh orang lain. Membandingkan diri dengan orang lain bisa mengurangi kepercayaan diri dan memperburuk mental miskin.
5. Kembangkan Keterampilan dan Pengetahuan
Investasikan waktu dan energi untuk belajar keterampilan baru dan memperluas pengetahuanmu. Semakin kompeten kamu, semakin besar kepercayaan dirimu dalam menghadapi tantangan.
6. Jaga Kesehatan Mental
Luangkan waktu untuk melakukan self care. Jika perlu, cari dukungan profesional untuk mengatasi masalah kecemasan, depresi, atau masalah kesehatan mental lainnya yang mungkin memengaruhi pandanganmu tentang diri sendiri dan dunia.
Baca juga: Hedonic Treadmill: Mengapa Masih Selalu Merasa Kurang Padahal Sudah Banyak Uang?
7. Bersyukur dan Menikmati Proses
Fokus pada apa yang telah kamu capai dan bersyukur atas kemajuan yang telah dibuat, enggak usah peduli seberapa kecil. Dengan begitu bisa mengurangi perasaan enggak puas yang sering datang dengan mental miskin.
8. Kelilingi Diri dengan Orang yang Mendukung
Bergaullah dengan orang-orang yang menginspirasi, mendukung, dan memotivasi kamu. Lingkungan yang positif dapat meningkatkan motivasi dan membantu kamu merasa lebih baik tentang diri sendiri dan tujuanmu.
So, untuk mengatasi mental miskin, langkah pertama adalah mengenali dan mengubah cara berpikir yang membatasi.
Perubahan ini pastinya enggak akan terjadi dalam semalam. Namun dengan kesadaran dan usaha yang konsisten, pola pikir pasti bisa berkembang.
Mulailah dengan menetapkan tujuan yang realistis, mengelola keuangan secara bijak, dan terus belajar dari setiap pengalaman. Dengan mempraktikkan rasa syukur dan mengelilingi diri dengan dukungan positif, transformasi menuju pemikiran yang lebih berdaya dan optimis bukan hanya mungkin, tetapi dapat menjadi kenyataan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
3 Investasi Leher ke Atas untuk Memulai Tahun 2024 dengan Lebih Baik
Tahun 2024 tinggal menghitung hari. Gimana, sudah menyiapkan resolusi untuk tahun baru? Jika boleh menyarankan, jangan ketinggalan untuk memasukkan investasi leher ke atas dalam daftar resolusimu.
Di era yang terus berubah, investasi ini menjadi kunci untuk tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang. Investasi leher ke atas bukanlah sebuah pilihan, melainkan kebutuhan.
Kita hidup di zaman informasi yang berubah dengan cepat, teknologi yang berkembang pesat, dan kebutuhan pasar kerja yang terus bertransformasi. Untuk memanfaatkan peluang yang ada, kita harus siap secara mental, emosional, dan intelektual.
So, yuk, kita gali lebih dalam mengenai bagaimana investasi leher ke atas dapat menjadi fondasi kita dalam memulai tahun 2024 dengan langkah yang lebih mantap, dan siap menghadapi tantangan yang datang.
Table of Contents
Pentingnya Investasi Diri di Tahun 2024
Saat memasuki tahun 2024, kita bisa menyaksikan perubahan drastis dalam lingkungan sekitar kita, mulai dari lingkup kerja juga pribadi.
Transformasi digital telah meredefinisi banyak aspek kehidupan kita. Kita sudah enggak bisa memungkiri, bahwa teknologi canggih seperti kecerdasan buatan, otomatisasi, dan big data menjadi pilar utama di banyak sektor industri, termasuk di industri keuangan.
Perubahan ini tidak hanya menuntut adaptasi terhadap alat dan platform baru, tetapi juga memerlukan pola pikir yang inovatif dan kecakapan yang terus diperbarui. Di sinilah investasi diri atau investasi leher ke atas memainkan peran kunci.
Melalui investasi diri, kita dapat memastikan bahwa enggak hanya tetap relevan dalam lingkungan yang terus berubah, tetapi juga memiliki keunggulan kompetitif, terutama di sisi profesional kita. So, ada banyak keterampilan yang bisa mulai dikuasai, jika kita ingin bertahan.
Keterampilan ini penting kalau kita ingin punya pertumbuhan karier yang berkelanjutan. Dengan begitu, kita bisa merespons dengan tepat berbagai tantangan yang ada, dan memanfaatkan peluang yang muncul.
Investasi dalam diri sendiri menjadi bukan hanya investasi untuk saat ini saja, tetapi juga untuk masa depan. Dengan demikian, kita dapat membuka jalan untuk pertumbuhan secara pribadi dan profesional di era yang serba cepat dan terus berubah ini.
Jenis Investasi Leher ke Atas untuk Tahun 2024
Berikut beberapa jenis investasi leher ke atas yang bisa mulai kamu pertimbangkan untuk menyambut tahun 2024 mendatang.
1. Menambah Keterampilan yang Berkaitan dengan Karier dan Profesi
Tahun 2024 membawa peluang unik bagi profesional untuk meningkatkan dan memperluas keterampilan. Kita bisa belajar keahlian teknis baru yang relevan dengan industri yang sekarang bertumbuh. Misalnya, seperti pemrograman, analisis data, atau desain digital.
Misalnya, kalau kamu adalah seorang marketing staf, kamu bisa saja belajar menguasai teknik pemasaran digital terkini. Atau, kalau kamu seorang engineer, kamu bisa memperdalam pengetahuan tentang teknologi hijau atau tentang energi yang keberlanjutan.
Investasi dalam keterampilan ini enggak hanya meningkatkan nilai sebagai profesional, tetapi juga membuka jalan untuk kemajuan karier dan peluang yang lebih luas. Imbasnya apa? Tentu saja, peningkatan penghasilan. Amin!
2. Pengetahuan Lebih Mendalam tentang Teknologi
Mengingat teknologi berkembang dengan cepat, menjadi penting untuk memahami dan menguasai alat dan platform teknologi terbaru di tahun 2024 nanti.
Misalnya, belajar cara kerja AI dan bagaimana cara memanfaatkannya untuk membantu tugas sehari-hari, atau belajar machine learning, kalau perlu hingga blockchain dan Internet of Things (IoT).
Bahkan bagi kamu yang enggak bekerja langsung di bidang teknologi, memiliki pemahaman dasar tentang tren ini juga oke banget lo! Pasalnya, nantinya kita akan bergerak maju ke pemanfaatan teknologi cerdas seperti ini. Semua produk teknologi tersebut semakin terintegrasi dalam semua aspek kehidupan dan pekerjaan kita.
Kamu bisa mulai dari yang paling sederhana di tahun 2024. Misalnya, belajar memahami tentang keamanan siber yang sangat penting bagi hampir setiap profesi di era digital.
3.Menjaga Kesehatan Fisik, Mental, dan Finansial
Investasi leher ke atas tidak hanya terbatas pada pengembangan intelektual dan profesional, tetapi juga melibatkan kesehatan fisik dan mental.
Praktik seperti meditasi, yoga, atau olahraga teratur dapat membantu menjaga kesehatan fisik dan mental, memastikan bahwa kita tetap produktif dan berenergi. Selain itu, pendidikan finansial—memahami cara mengelola keuangan, berinvestasi, dan merencanakan pensiun—adalah aspek penting yang sering diabaikan.
Dengan ekonomi yang berubah-ubah, memiliki pengetahuan finansial dapat memberikan keamanan dan stabilitas, baik untuk kebutuhan jangka pendek maupun persiapan jangka panjang.
Strategi Memulai dan Menjaga Investasi Leher ke Atas
Memulai investasi leher ke atas memerlukan strategi yang matang. Supaya apa? Tentu saja supaya enggak hanya sekadar wacana. Jadi, apa yang harus dilakukan untuk memastikan hal ini bisa benar-benar dimulai di tahun 2024?
1. Tujuan yang Realistis
Langkah pertama dan terpenting adalah menetapkan tujuan yang realistis dan terukur. Tujuan lo apa? Gitu kan?
Artinya, kamu mesti mengidentifikasi dulu area-area spesifik yang ingin kamu kembangkan, lalu menetapkan target yang dapat diukur dan dicapai. Misalnya, tujuan bisa berupa menyelesaikan kursus online tertentu dalam waktu tiga bulan. Atau bisa juga mengembangkan kebiasaan meditasi harian, atau ikut kelas online FCOS setiap bulan sesuai jenjang.
2. Buat Rencana Belajar
Setelah tujuan ditetapkan, langkah selanjutnya adalah membuat rencana belajar. Rencana ini harus mencakup jadwal belajar, sumber daya yang akan digunakan, dan metode untuk melacak kemajuan.
Penting juga untuk menyesuaikan rencana ini sesuai dengan perubahan kebutuhan dan situasi kamu.
3. Cari Mentor atau Tempat Belajar yang Pas
Mencari mentor atau tempat belajar yang pas adalah kunci keberhasilan dalam upaya ini.
Kamu memang bisa belajar dari mana saja, mulai dari yang gratis sampai berbayar. Namun, jika terlalu banyak informasi yang didapat, biasanya akan berujung pada kebingungan. So, coba riset dulu, karena mentor dan tempat belajar ini tergantung pada preferensi.
Untuk tempat belajar keuangan, enggak usah ke mana-mana. Karena ada QM Financial yang sudah siap dengan sederetan kelas online keuangan di tahun 2024 yang disusun sesuai kebutuhan. Kamu tinggal update saja di media sosial untuk jadwal kelasnya.
Kamu juga bisa belajar keuangan secara mandiri dengan mengambil kelas di Udemy. Tak terikat oleh waktu, kamu bisa menyelesaikan kelasmu sesuai kecepatan yang kamu inginkan.
Jadi, sudah siap dong, menyambut tahun 2024? Pasti juga sudah siap untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Dengan menetapkan tujuan yang jelas, membuat rencana yang terstruktur, dan mencari dukungan, kamu dapat memastikan bahwa investasi leher ke atas ini menjadi perjalanan yang konsisten, memuaskan, dan berdampak positif bagi pertumbuhan pribadi dan profesional kamu ke depannya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Sebuah Surat Terbuka untuk Mba yang Nangis Pengin Resign Kerja karena Stres
Hai, Mba. Apa kabar? Semoga Mba dalam kondisi sehat, sudah enggak nangis lagi ya Mba? Gimana? Sudah dapat pekerjaan lagi setelah kemarin resign kerja?
Sungguh hati kami di sini ikut sedih, apalagi Mba sampai menangis di depan kamera karena begitu besar stres yang dirasakan. Kami ikut prihatin. Untuk itulah, kami selalu menyemangati teman-teman untuk selalu memperhatikan kesehatan mental selama bekerja, dan mendukung perusahaan untuk memiliki program employee wellness.
Anyway, kalau memang sudah berkeputusan resign kerja, maka segeralah menata pikiran. Karena setelah resign itu, banyak sekali yang harus dipikirkan.
Table of Contents
Hal-Hal yang Harus Segera Dilakukan untuk Segera Resign Kerja
1. Mengidentifikasi Dampak Keuangan dari Resign
Memutuskan untuk resign kerja karena stres bisa membawa konsekuensi finansial yang signifikan. Salah satunya adalah pengurangan pendapatan.
Tanpa gaji tetap, kemampuan kamu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan mengejar tujuan finansial jangka panjang bisa terhambat. Apalagi kalau kamu adalah gen sandwich, yang harus juga menanggung biaya hidup orang tua.
Situasi ini membutuhkan penyesuaian anggaran yang cermat. Kamu perlu memprioritaskan pengeluaran esensial dan mengurangi biaya tidak penting untuk menjaga keseimbangan keuangan.
Selain itu, resign kerja juga berarti kamu akan kehilangan manfaat yang terkait dengan pekerjaan, seperti asuransi kesehatan. Seriusan, ini bisa bikin cash flow jadi kacau kalau kamu enggak segera mencari solusi. So, sebisa mungkin lanjutkan iuran BPJS Kesehatannya secara mandiri.
2. Merencanakan Anggaran Selama Masa Transisi
Selama masa transisi karier, terutama setelah mengambil keputusan berat untuk resign kerja, merencanakan anggaran dengan bijak menjadi kunci utama.
So, segera sesuaikan anggaran kamu, terutama karena pendapatan yang berkurang. Langkah pertama adalah meninjau kembali pengeluaran bulanan, dan mengidentifikasi area di mana kamu dapat menghemat.
Misalnya, kurangi biaya makan di luar, unsubscribe langganan-langganan yang enggak penting, potong pengeluaran hiburan, dan sebagainya. Prioritaskan pengeluaran untuk kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan kesehatan, juga untuk menanggung biaya orang tua.
Buat rencana belanja mingguan atau bulanan yang lebih terstruktur, cari alternatif biaya rendah untuk kebutuhan rutin, sampai hitung ulang kebutuhan utilitas atau internet.
Semoga dengan begini, kamu dapat mengurangi stres finansial, dan ada ruang bernapas yang lebih banyak untuk fokus pada langkah selanjutnya.
3. Membangun Dana Darurat
Membangun dana darurat merupakan langkah krusial, terutama saat kamu berada dalam fase transisi karier setelah resign kerja. Dana darurat ini berfungsi sebagai jaring pengaman finansial yang memberi kamu keamanan dan ketenangan pikiran.
Untuk memulainya, tentukan jumlah yang ideal untuk dana darurat. Umumnya disarankan untuk memiliki tabungan yang cukup untuk menutupi biaya hidup minimal 3 – 6 bulan.
Lalu, susun strategi tabungan yang konsisten. Tetapkan jumlah yang realistis, sesuai dengan kemampuan keuangan kamu saat ini. Metode yang efektif adalah menyisihkan di depan, bukan di belakang. Simpan dana darurat dalam akun yang aman tetapi mudah diakses, seperti rekening tabungan yang terpisah, untuk mencegah penggunaan uang tersebut untuk keperluan lain dan memastikan likuiditas saat dibutuhkan.
4. Mencari Sumber Pendapatan Alternatif
Selanjutnya, kamu perlu mencari sumber pendapatan alternatif untuk memastikan kestabilan finansial.
Dengan pendapatan utama yang terhenti, menjelajahi peluang untuk mendapatkan penghasilan sampingan atau pekerjaan paruh waktu bisa sangat membantu. Misalnya, coba ambil pekerjaan paruh waktu di area yang memerlukan sedikit komitmen waktu atau stres. Ada berbagai pekerjaan online yang sekarang bisa ditemukan. Sebagai data entry, virtual assistant, atau yang lainnya. Pilihlah yang memberikan waktu fleksibel, agar kamu bisa fokus pada perencanaan karier selanjutnya.
Kamu juga bisa mencoba bisnis online, dengan memanfaatkan berbagai platform yang ada sekarang. Kunci utamanya adalah menemukan keseimbangan antara mendapatkan penghasilan tambahan dan memiliki cukup waktu untuk merenungkan dan merencanakan langkah karier selanjutnya.
Pendapatan alternatif ini enggak hanya akan mendukung kebutuhan finansial saat ini, tetapi juga memberikan rasa keamanan dan kontrol atas arah yang sedang kamu jajaki.
5. Kesehatan Mental dan Dukungan Emosional
Selama periode transisi karier, terutama setelah keputusan berat seperti resign kerja karena stres, menjaga kesehatan mental dan mendapatkan dukungan emosional menjadi sangat penting.
Perubahan ini enggak hanya membawa tantangan finansial loh, tetapi juga dapat menimbulkan stres dan tekanan emosional yang signifikan. So, sangat penting untuk mau mengakui bahwa kita ada masalah dalam kesehatan mental, dan kemudian mencari cara untuk mengatasinya.
Salah satu cara untuk melakukan ini adalah dengan mengatur rutinitas sehari-hari yang mencakup aktivitas yang meningkatkan kesejahteraan mental, seperti olahraga, meditasi, atau hobi yang menenangkan.
Selain itu, kalau perlu, juga jangan ragu untuk mencari dukungan profesional. Temukan orang-orang yang bisa diajak ngobrol. Dengan mengekspresikan perasaan, kamu bisa mendapatkan perspektif serta strategi untuk mengelola tekanan yang dialami.
Mengelola stres dan tekanan enggak cuma tentang menangani masalah yang ada di depan mata, tetapi juga tentang membangun kekuatan mental untuk masa depan. Coba deh lakukan beberapa teknik relaksasi, seperti mindfulness atau yoga, yang dapat membantumu menjaga ketenangan pikiran dan kejernihan pikiran.
Ingatlah bahwa menjaga kesehatan mental enggak hanya penting untuk kesejahteraan pribadi kamu saat ini, tetapi juga merupakan investasi untuk menghadapi tantangan dan meraih kesuksesan di masa depan.
Dengan memprioritaskan kesehatan mental dan dukungan emosional selama masa transisi setelah resign kerja ini, ibaratnya kamu telah meletakkan fondasi yang kuat untuk, enggak cuma bertahan, tetapi juga berkembang dalam fase baru kehidupan kamu selanjutnya. Semangat ya, Mba!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!