Strategi Work Life Balance untuk Para Ibu
Mencapai keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi atau work life balance menjadi tantangan tersendiri bagi para ibu. Banyak menghabiskan waktu untuk keluarga dan juga pekerjaan sering kali menimbulkan stres dan kelelahan. Namun, dengan strategi yang tepat, hal itu bukan lagi halangan.
Di era modern, fleksibilitas dalam bekerja dan teknologi yang mendukung, memberikan peluang lebih besar untuk menyeimbangkan antara karier dan kehidupan keluarga. Melalui pendekatan yang cerdas dalam mengatur waktu dan prioritas, tercipta kesempatan untuk menikmati kedua aspek tersebut tanpa harus mengorbankan satu untuk yang lain.
Table of Contents
Work Life Balance untuk Para Ibu
Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan oleh para ibu, agar bisa menjaga work life balance, sehingga lebih waras.
1. Tentukan Prioritas
Jadi ibu itu banyak tugasnya. Apalagi yang kerja dobel: di rumah dan di kantor. Jadi, kudu wajib banget paham prioritas kalau mau work life balance tercapai.
Tuliskan semua tugas yang perlu dikerjakan, baik di rumah maupun di tempat kerja. Daftarnya mencakup segala sesuatu dari tugas sehari-hari seperti memasak atau menjemput anak, hingga tugas-tugas besar seperti proyek kerja atau perawatan kesehatan keluarga.
Lalu kategorikan berdasarkan urgensinya. Gunakan metode matriks Eisenhower untuk mengategorikan tugas-tugas ini. Bagi menjadi empat kuadran:
- Penting dan mendesak
- Penting tetapi tidak mendesak
- Tidak penting tetapi mendesak
- Tidak penting dan tidak mendesak
Dengan begitu, tugas mana yang perlu segera ditangani dan mana yang dapat ditunda bisa jelas terlihat.
Baca juga: Beauty on a Budget: Perawatan Kulit Efektif dan Hemat untuk Ibu Modern
2. Rencana Harian dan Mingguan
Kunci untuk bisa melakukan semua tugas secara efektif dan efisien adalah perencanaan. Jadi, karena tugasnya banyak, manajemen waktu dan energi akan memegang peranan penting.
Luangkan waktu setiap minggu, misalnya pada Minggu sore, untuk merencanakan kegiatan minggu yang akan datang. Gunakan waktu ini untuk meninjau tugas-tugas yang belum selesai dan merencanakan tugas baru.
Tentukan blok waktu untuk tugas rutin seperti memasak, berbelanja, atau membersihkan rumah. Sisihkan waktu untuk tugas penting dan berdeadline, seperti proyek kerja atau janji temu dokter.
Sesuaikan tugas yang membutuhkan konsentrasi tinggi atau pekerjaan kreatif dengan waktu di mana kamu paling produktif. Misalnya, jika kamu lebih segar di pagi hari, jadwalkan tugas-tugas yang membutuhkan pemikiran intensif pada waktu tersebut.
Untuk membuat plan ini, kamu bisa memanfaatkan beragam media. Seperti Google Calendar, atau berbagai aplikasi HP, atau bisa juga kamu membuat bullet journaling. Gunakan kode warna atau label untuk membedakan jenis tugas, seperti pekerjaan, kegiatan keluarga, kebutuhan pribadi, atau kegiatan sosial. Dengan begitu, kamu dengan cepat bisa melihat jenis aktivitas yang akan datang dan memudahkan pengelolaan waktu.
Sambil mempertahankan struktur, biarkan beberapa blok waktu kosong untuk kejutan atau tugas yang enggak terduga. Dengan begitu, ada ruang bernapas dalam jadwal sehingga kamu tidak merasa terlalu tertekan jika ada perubahan rencana.
3. Tetapkan Jam Kerja
Buat ibu yang bekerja dari rumah, tentukan jam kerja yang tetap dan informasikan kepada rekan kerja serta anggota keluarga. Pastikan semua pihak menghormati jadwal ini agar enggak mengganggu saat waktu istirahat atau keluarga.
Beri tahu rekan kerja tentang jam-jam di mana kamu mungkin akan slow response. Misalnya saat harus jemput anak sekolah, atau saat makan siang, atau pas harus masak untuk keluarga.
Siapkan area khusus di rumah yang digunakan hanya untuk bekerja. Ini membantu memisahkan kehidupan pribadi dari pekerjaan dan meningkatkan fokus.
4. Delegasikan
Anggota keluarga juga wajib memiliki tanggung jawab terhadap rumah yang menjadi tempat berteduh. Jadi, libatkan mereka dalam tugas-tugas rumah tangga.
Bagi tugas yang bisa dilakukan oleh anggota keluarga lain atau oleh asisten rumah tangga, seperti membersihkan, mencuci, atau memasak. Pastikan setiap orang tahu tanggung jawab mereka dan setuju untuk membantu.
Jika anggaran memungkinkan, pertimbangkan untuk memanfaatkan jasa pekerja rumah tangga yang dapat mengambil alih sebagian tugas rumah, memberikan lebih banyak waktu untuk kamu dan keluarga.
5. Luangkan Waktu untuk Diri Sendiri
Work life balance itu memang soal bisa meluangkan waktu untuk diri sendiri sih, kalau buat ibu.
Jadi, tentukan waktu khusus setiap hari atau minggu untuk aktivitas yang menenangkan atau menyenangkan, seperti membaca, yoga, atau hobi lain.
Pastikan diet seimbang dan cukup istirahat setiap malam. Rutin berolahraga untuk menjaga kondisi fisik dan mental yang optimal. Kurangi waktu di depan layar, terutama sebelum tidur, untuk meningkatkan kualitas tidurmu.
6. Menjaga Kesehatan Finansial
Siapa yang setuju nih, bahwa stres atau enggaknya ibu besar peluangnya dipengaruhi oleh kondisi keuangan? Ya, bukan matre sih, tetapi ini realistis.
So, mengelola keuangan dengan bijak juga menjadi kunci untuk mendukung work life balance. Membuat anggaran bulanan yang efektif membantu memonitor pengeluaran dan pendapatan, memastikan kamu dan keluarga enggak menghabiskan lebih dari yang kamu hasilkan, serta menyisihkan uang untuk tabungan dan kebutuhan mendesak.
Usahakan untuk terus menabung, meskipun hanya sedikit. Juga, kurangi utang agar dapat mengurangi beban keuangan dan stres. Investasi dalam pengembangan diri, seperti kursus atau buku, dapat membuka peluang karier dan meningkatkan pendapatanmu.
Penting juga untuk secara rutin menyesuaikan anggaran agar tetap relevan dengan situasi keuanganmu yang berubah. Dengan pendekatan yang terstruktur dan proaktif, kamu dapat mengurangi kekhawatiran finansial dan meningkatkan keseimbangan dalam kehidupanmu.
Baca juga: Contoh Perencanaan Keuangan Keluarga yang Applicable di Tahun 2024
Menjaga work life balance terbukti memengaruhi kebahagiaan dan produktivitas. Mempraktikkan strategi yang efektif dapat membantu para ibu tidak hanya mencapai target karier, tetapi juga memberi ruang lebih untuk berkualitas bersama keluarga.
Dengan langkah yang tepat, keseimbangan ini bukan hanya mimpi, tetapi bisa menjadi kenyataan yang meningkatkan kualitas hidup setiap hari.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Menyeimbangkan Kehidupan Sosial dan Tanggung Jawab Keluarga untuk Bapak dan Suami
Gimana, bapack-bapack? Apakah mengalami kegelisahan terkait keseimbangan antara kehidupan sosial dan kehidupan berkeluarga? Kalau kebanyakan keluar, diomelin istri, kalau enggak mau kumpul, dighibahin teman?
Yes, bapack-bapack ternyata juga menyimpan keresahan ya. Apa lagi kalau bukan soal peran dalam keluarga dan juga sebagai makhluk sosial.
Memang sih, kehidupan sosial sering kali menjadi tantangan bagi banyak orang dewasa, terutama ketika harus menyeimbangkan antara waktu bersama teman dan tanggung jawab keluarga. Enggak hanya bagi seorang perempuan yang menjadi ibu. Hal ini juga terjadi pada suami alias bapak-bapak.
Tuntutan pekerjaan, kebutuhan anak-anak, dan peran sebagai pasangan sering kali membuat waktu untuk bersosialisasi menjadi terbatas. Namun, menjaga hubungan sosial yang sehat tetap penting untuk kesejahteraan mental dan emosional. Oleh karena itu, penting untuk menemukan cara agar kedua aspek ini dapat berjalan harmonis.
Cara Menemukan Keseimbangan antara Kehidupan Sosial dan Tanggung Jawab Keluarga
Mengelola kehidupan sosial sambil memenuhi tanggung jawab sebagai bapak dan suami membutuhkan perencanaan yang baik dan kreativitas.
Sebenarnya, enggak perlu biaya besar atau waktu yang banyak untuk menikmati momen berharga bersama teman-teman. Ada banyak kegiatan sederhana yang dapat dilakukan tanpa mengganggu waktu bersama keluarga. Begitu juga sebaliknya. Bahkan, kalau kreatif, keduanya bisa jalan bareng lo. Termasuk dari aspek finansial.
Dengan pendekatan yang tepat, keseimbangan antara kehidupan sosial dan tanggung jawab keluarga dapat tercapai, membawa kebahagiaan dan keharmonisan dalam kehidupan sehari-hari.
Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan demi bisa mengatur diri agar kehidupan sosial dan keluarga bisa jalan bareng.
1. Komunikasi Terbuka
Pastikan istri memahami pentingnya waktu bersama teman. So, ajak deh ngobrol. Karena komunikasi memang menjadi kunci untuk mencari solusi semua masalah pasangan atau keluarga.
Diskusikan jadwalnya, agar suami dan istri sama-sama punya me-time. Pastikan ada kesepakatan bersama. Pilih waktu yang tidak bertabrakan dengan tanggung jawab keluarga. Misalnya, setelah anak-anak tidur atau sekolah, juga misalnya saat istri juga memiliki kegiatan sendiri.
Meski sudah ada jadwal, pastikan tetap fleksibel dan atur prioritas. Kalau memang keluarga ada kebutuhan darurat atau mendesak, ya kudu rela undur diri dari hangout bareng teman. Bagaimanapun, keluarga tetap nomor satu kan?
2. Libatkan Keluarga
Kalau selama ini me time bareng teman ya sendirian aja, ada kalanya perlu juga untuk ajak keluarga dalam beberapa kegiatan sosial bersama teman, seperti piknik keluarga atau barbekyu di halaman rumah. Dengan begitu, kedua sisi kehidupan bisa jalan beriringan.
Baca juga: Contoh Perencanaan Keuangan Keluarga yang Applicable di Tahun 2024
Ide untuk Bisa Bersosialisasi Tanpa Mengganggu Kebutuhan Lain
Hidup berkeluarga bukan berarti lantas harus mengurangi intensitas hangout bareng teman. Ini berlaku dua sisi, baik untuk suami maupun istri. Pastikan kedua belah pihak memiliki porsi yang sama dan adil, dengan masing-masing bertanggung jawab pada perannya.
Enggak cuma masalah waktu, tetapi juga masalah finansial. Jangan sampai terlalu royal sama teman, sama keluarga sendiri justru pelit.
So, berikut beberapa ide untuk bisa tetap menjalankan kehidupan sosial bareng teman-teman, tetapi tidak mengganggu kebutuhan lain yang sama pentingnya:
- Piknik di Taman: Bawa makanan dari rumah dan nikmati waktu bersama teman di taman. Ini adalah cara yang murah dan menyenangkan untuk bersosialisasi.
- Olahraga Bersama: Main sepak bola, basket, atau jogging bersama teman. Selain murah, ini juga baik untuk kesehatan.
- Kegiatan di Rumah: Undang teman-teman ke rumah untuk makan malam bersama, nonton film, atau bermain game board. Ini lebih murah dan tetap bisa bersama keluarga.
- Malam Film di Rumah: Pilih film favorit, buat popcorn, dan nikmati malam film bersama teman di rumah.
- BBQ atau Potluck: Adakan acara BBQ atau potluck di halaman rumah. Minta setiap teman membawa satu hidangan sehingga biaya bisa dibagi rata.
- Kegiatan Relawan: Ajak teman-teman untuk ikut kegiatan relawan atau bakti sosial. Selain bisa menghabiskan waktu bersama, ini juga bermanfaat bagi orang lain.
- Karaoke di Rumah: Gunakan aplikasi karaoke di TV atau komputer dan nyanyikan lagu-lagu favorit bersama teman.
- Game Night: Ajak teman-teman untuk bermain board games atau video games di rumah.
- Wisata Lokal: Jelajahi tempat-tempat menarik di sekitar kota yang gratis atau murah, seperti museum, pameran, atau festival lokal.
Dengan mengatur waktu dan aktivitas dengan bijak, bisa kan, tetap menikmati waktu bersama teman tanpa mengabaikan tanggung jawab sebagai bapak dan suami?
Baca juga: Nongkrong di Kafe Tapi Dompet Nggak Jebol? Ini 5 Tipnya!
Kehidupan sosial yang seimbang dengan tanggung jawab keluarga memerlukan usaha dan komitmen. Dengan perencanaan yang tepat, aktivitas yang kreatif, dan komunikasi yang baik, kedua aspek penting ini dapat terintegrasi dengan harmonis.
Menghabiskan waktu bersama teman enggak harus mengorbankan tanggung jawab keluarga. Sebaliknya, keduanya dapat saling melengkapi dan memperkaya kehidupan sehari-hari.
Temukan cara yang paling cocok untuk menjaga keseimbangan ini, sehingga dapat menikmati kualitas hidup yang lebih baik dan hubungan yang lebih erat dengan orang-orang terdekat.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Pertengkaran Rumah Tangga Bisa Dipicu oleh 5 Masalah Keuangan Ini – Beresin Yuk!
Namanya rumah tangga, biasalah jika terjadi riak-riak kecil di sana-sini. Namun, dari semua akar permasalahan, akan terasa lebih berat dan kompleks ketika ada hubungannya dengan masalah keuangan. Sepertinya ini memang menjadi penyebab klasik pertengkaran rumah tangga.
Memang kan, begitu kita mulai membangun rumah tangga dan keluarga–saat sudah punya anak–kebutuhan hidup juga akan meningkat. Sebenarnya ini wajar, dan terjadi pada semua orang. Hanya saja, pada beberapa pasangan, kurang lancarnya komunikasi juga ikut “membumbui” sehingga akhirnya pertengkaran rumah tangga pun terjadi.
Apa saja masalah keuangan yang bisa memicu pertengkaran rumah tangga ini? Kita lihat satu per satu yuk!
5 Masalah Keuangan yang Dapat Memicu Pertengkaran Rumah Tangga
1. Sandwich generation
Ini adalah masalah yang biasa dialami oleh generasi milenial di zaman sekarang; menjadi sandwich generation.
Seharusnya sih enggak masalah untuk membantu keluarga. Bagus, malah. Namun, kadang karena begitu menjiwai perannya sebagai sandwich generation, ada lo yang lantas “melupakan” keluarganya sendiri. Ini dia yang lantas menjadi bibit pertengkaran rumah tangga, apalagi jika pasangan sudah mulai merasa dinomorduakan.
Kalau mau membantu keluarga besar, pastikan keuangan kita sehat terlebih dahulu. Alokasikan dana sesuai kesanggupan–bicarakan hal ini dengan pasangan ya–di pos pengeluaran sosial. Misalnya, 5 – 10% dari penghasilanmu. Lalu, berani menolak ketika bantuanmu sudah melebihi jatah yang disepakati.
2. Penghasilan istri lebih besar ketimbang penghasilan suami
Yang sering terjadi di Indonesia adalah suami seharusnya berperan sebagai tulang punggung keluarga, yang menafkahi keluarga untuk segala kebutuhan hidupnya.
Namun, di zaman sekarang, peran ini sudah banyak bergeser. Kadang, para istri juga turut bekerja di luar rumah–bahkan punya karier yang lebih bagus sehingga penghasilan pun menjadi lebih tinggi ketimbang suami.
Seharusnya hal ini juga enggak jadi masalah, ketika keduanya sepakat untuk pembagian peran yang adil pada masing-masing pihak. Toh, rezeki itu selalu berputar. Mungkin akan tiba saatnya, si suami menanjak pula kariernya sehingga bisa mendapat gaji yang sepadan.
Diskusikan hal ini dengan pasangan secara terbuka. Jangan biarkan ada gaji di antara kita. Jangan jadikan hal ini sebagai penyebab pertengkaran rumah tangga. Ingat, yang penting kebutuhan bisa terpenuhi. Masalah pintu rezeki dari mana pun, harus disyukuri. Sepakat kan?
3. Peran yang kurang seimbang
Pembagian peran keuangan antara pasangan suami istri memang penting untuk dilakukan. Bahkan hal ini harus dilakukan sejak awal menikah dan masih berstatus sebagai pengantin baru.
Pembagian peran ini haruslah seimbang dan atas dasar kesepakatan bersama. Jangan sampai salah satu pihak merasa bebannya lebih besar ketimbang yang lain, karena bisa memicu pertengkaran rumah tangga. Ini bukanlah hal yang sepele lo!
Kalau ada yang merasa kurang adil, segeralah duduk dan berdiskusi, sebelum pertengkaran rumah tangga terjadi. Sepakati, siapa bertugas di bagian apa, siapa in-charge di mana. Misalnya saja, suami berperan di topup investasi setiap bulannya dan membayar asuransi. Istri memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Ingat, tujuan keluarga kan sama, jadi harus ditanggung dan diperjuangkan bersama juga.
4. Masing-masing memiliki rahasia keuangan
Beberapa waktu yang lalu, sempat viral di media sosial, pengakuan-pengakuan para suami yang punya hobi tertentu dan belanja keperluan hobinya di online shop, yang meminta pada admin olshop untuk “memalsukan” nota pembelian.
Lucu sih. Kebanyakan beralasan supaya enggak dibawelin istri. Tapi, waspada, karena hal seperti ini bisa menjadi masalah besar lo. Pertengkaran rumah tangga bisa terjadi, kalau istri merasa dibohongi.
Begitu juga dengan istri. Sering ada kasus, istri berutang untuk panci, tas branded, atau apa pun deh, tanpa sepengetahuan suami. Ketika nunggak cicilan, istri kabur, eh … suaminya yang ditelpon dan ditagih. Wah, bisa kebayang deh akhirnya gimana. Ya kan?
Yuk, kurangi kebiasaan ini. Bukankah semua bisa didiskusikan bareng pasangan? Apalagi masalah keuangan seperti ini.
5. Gaya hidup yang enggak sinkron satu sama lain
Namanya suami istri, biarpun sudah disatukan dalam ikatan pernikahan, tetap saja terdiri atas 2 kepala dan 2 hati. Kadang ya kurang sinkron satu sama lain. Sebenarnya juga wajar, tinggal bagaimana kompromi satu sama lain demi tujuan keuangan keluarga bersama.
Jika salah satu merasa kurang sreg dengan keputusan yang diambil oleh pasangannya, ya enggak ada jalan lain selain mendiskusikannya dengan duduk bareng. Kalau enggak, ya bisa jadi pertengkaran rumah tangga terjadi. Kalau sudah begini, masing-masing pasti saling menyalahkan, bukan?
Jadi, terbukalah dengan pasangan kamu, tentang apa pun itu. Terutama jika menyangkut masalah keuangan.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Hari Keluarga Internasional
Keluarga merupakan narasi penting di dalam kehidupan. Tujuan dari memperingati Hari Keluarga Internasional ini adalah untuk mengakui pentingnya keluarga dan untuk meningkatkan kesadaran tentang masalah-masalah yang mempengaruhi keluarga di seluruh dunia.
Happy International Mother’s Day!
Ibu merupakan perempuan terpenting di dalam kehidupan kita. Karena sosok ibu merupakan segalanya bagi kita, kamu pasti mengalami kesulitan untuk menemukan hadiah yang berkesan bagi ibu di International Mother’s Day yang jatuh setiap tanggal 8 Mei. Ada beberapa siasat finansial untuk memberikan hadiah bagi ibu di hari khusus ini,
#FinClic Pengeluaran di Bulan Puasa
Sebenarnya semua orang sudah tahu di bulan puasa apa yang terjadi tapi banyak yang tidak sadar sebegitu besarnya perubahan yang terjadi di dalam kehidupan saat menjalankan puasa penuh selama 30 hari.
Pengeluaran Yang Berubah Di Bulan Ramadan:
#FinClic Sandwich Generation
Halo Planners!
Kamu tentunya tahu kan apa itu sandwich? Roti isi ini kerap disajikan di berbagai kafe dan rumah makan untuk mengganjal rasa lapar. Tapi apakah kamu sadar bahwa kondisi finansial juga bisa diibaratkan dengan sandwich?
Mari jawab beberapa pertanyaan berikut, apakah saat ini kamu membantu keuangan orang tua? Dan di saat yang sama kamu pun harus membayar cicilan KPR, berinvestasi untuk dana pendidikan anak? Apakah kamu sudah mulai stress dan kelimpungan membagi penghasilan setiap bulannya?
Jika jawabanmu adalah “ya” pada beberapa atau semua pertanyaan di atas maka kamu termasuk sandwich generation atau generasi sandwich.
#FinClic Managing Finance for Single Moms
Senin, 25 Maret 2019 #FinClic di Instagram Live QM Financial sedikit berbeda karena melibatkan komunitas pemberdayaan untuk ibu tunggal Indonesia yang dinamakan Single Moms Indonesia (SMI) dan diprakarsai oleh Maureen Hitipeuw sejak 8 September 2014.
Stigma masyarakat terhadap status ibu tunggal di masyarakat Indonesia yang mengandung banyak pandangan negatif dan sering dijadikan bahan lelucon menjadi salah satu alasan Maureen mendirikan komunitas SMI. Maureen ingin agar ada wadah khusus bagi ibu tunggal untuk saling mendukung dan menguatkan secara mental saat tekanan sosial datang. Tidak berhenti di situ, Maureen mengharapkan komunitas SMI juga bisa memberikan penguatan sekaligus memfasilitasi khususnya secara fiannsial, mulai dari pemberdayaan ekonomi hingga cara mengatur keuangan.
5 Hal Finansial Untuk Anda Yang Berusia 40-50 tahun
Apakah sekarang Anda sedang memikirkan bagaimana caranya mempersiapkan masa pensiun yang berkualitas? Mempersiapkan masa pensiun yang berkualitas memang menantang terutama jika anda memiliki keterbatasan keuangan.
Agar Anda tidak lagi menunda untuk menyiapkan Dana Pensiun, setidaknya ada 5 Hal Finansial Untuk Anda Yang Berusia 40-50 tahun:
#FinClic Pause Button
Apakah kamu pernah tahu mengenai “pause button”?Menurut kamus bahasa, pause button adalah kegiatan yang berhenti sementara sehingga yang mengalaminya seperti diberhentikan kehidupannya sementara.Tahun 2002, Ligwina Hananto, lead trainer QM Financial baru lulus kuliah – bekerja – menikah lalu memiliki anak. Mungkin ini sebagian besar siklus yang dialami perempuan Indonesia. Saat itu Wina, sapaan akrabnya merasa stres karena merasa hidupnya berjalan di tempat.