Asuransi Unit Link Penipuan? Ini Fakta dan 4 Cara Memilihnya Agar Tak Kecele
Asuransi unit link masih menjadi polemik. DPR sudah melontarkan usul untuk melakukan moratorium, yaitu penundaan pembayaran hingga batas waktu yang ditentukan, agar tak semakin meresahkan. Mereka yang mengaku menjadi korban bahkan sudah membentuk asosiasi, dan meminta agar produk ini dihapus.
Tetapi, sampai dengan saat ini, produk asuransi yang digabung dengan investasi ini masih menjadi produk unggulan, diminati oleh pasar. Bahkan nasabah juga semakin bertambah.
Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu juga salah satu nasabah asuransi unit link ini? Atau, jangan-jangan kamu adalah salah satu yang mengaku korban?
Keluh Kesah Korban Asuransi Unit Link
Masalah asuransi unit link ini memang seperti tak ada habisnya. Bulan berganti, tahun berlalu, masih banyak saja yang mengaku rugi setelah menjadi nasabahnya. Banyak yang bingung, dana investasi yang disetorkan berkurang, alih-alih berkembang sesuai yang diilustrasikan di awal.
OJK, atau Otoritas Jasa Keuangan, telah menerima 593 laporan pengaduan dari masyarakat soal asuransi unit link ini di tahun 2020. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2019, yang sejumlah 360 laporan.
Kebanyakan korban asuransi unit link mengaku, bahwa mereka tidak tahu skema dan cara kerja produk asuransi yang digabung dengan investasi ini. Yang jelas, mereka dijanjikan hanya melakukan pembayaran premi selama sekian tahun, dan jika tidak ada klaim, maka uang akan kembali dengan jumlah tertentu setelahnya. Jika masih tidak ada klaim, nasabah juga masih akan bisa mendapatkan manfaat hingga 90 tahun, atau seumur hidup. Biasanya, nasabah juga “diiming-imingi” gratis premi asuransi jiwa jika mampu membayar premi tanpa cuti.
Asuransi vs Tabungan
Kasus asuransi unit link ini sampai juga ke DPR, yang kemudian mengadakan pertemuan dengan komunitas korban asuransi unit link dan juga OJK. Dari pertemuan ini, DPR lantas mengusulkan diadakannya moratorium untuk produk asuransi satu ini.
Salah satu alasannya adalah karena masyarakat sendiri masih belum kuat tingkat literasinya, sehingga masih sering bingung dengan cara kerja produk dan jenis asuransi ini. Selain itu, penjelasan dari pihak agen asuransi juga masih kurang memadai. Dengan tak ketemunya tingkat pemahaman (calon) nasabah dan tingkat keterampilan agen asuransi untuk memberi penjelasan ini, maka terjadilah miss-selling atau kesalahan menjual.
Sebagai informasi, OJK sendiri pernah mengadakan survei nasional literasi dan inklusi keuangan (SLINK) tahun 2019, dan menunjukkan data bahwa tingkat literasi keuangan di Indonesia baru mencapai 38.03%. Terkhusus untuk tingkat literasi keuangan pada asuransi baru 19% saja. Sementara, tingkat inklusi keuangan sebenarnya sudah mencapai 76.19%, sayangnya tingkat inklusi dalam produk asuransi hanya 13% saja.
Literasi keuangan adalah tingkat kemampuan seseorang untuk memahami dan memanfaatkan berbagai produk layanan jasa keuangan. Sedangkan, inklusi keuangan artinya tingkat aksesibilitas seseorang terhadap berbagai produk dan layanan keuangan yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan.
Kondisi ini menggambarkan, bahwa kita sebenarnya sudah tahu ada bank, bisa dan percaya untuk menyimpan uang di bank. Sayangnya, pemahaman soal asuransi masih sangat rendah.
Karena tingkat pemahaman terhadap prinsip dan cara kerja asuransi rendah, maka ketika ada penawaran produk unit link, yang “tertangkap” oleh calon nasabah adalah bahwa produk ini adalah tabungan. Padahal, sebenarnya bukan. Tabungan dan asuransi adalah dua hal yang sama sekali berbeda. Apalagi, asuransi yang digabungkan dengan investasi, di situ akan disertai risiko juga.
Lantas, bagaimana cara memilih asuransi unitlink agar tidak kecele?
1. Kenali prinsip dan cara kerja asuransi unit link
Untuk selalu dipahami dan diingat, bahwa asuransi unit link adalah produk keuangan yang menggabungkan manfaat asuransi dengan investasi. Karena itu, seperti dalam investasi pada umumnya, akan datang juga risiko dan tak pernah ada jaminan keuntungan yang pasti. Jika memang ada imbal hasil, maka hal tersebut akan tergantung pada kompetensi pengelola investasi, yakni si perusahaan asuransi.
Bagi nasabah, pembelian produk asuransi unit link sama saja dengan berinvestasi, tetapi ada potongan yang kemudian menjadi preminya. Cara kerja dan skema dalam jenis asuransi ini sebenarnya tidak salah. Namun, karena kurangnya tingkat literasi nasabah, maka kemudian muncul ketidaksesuaian antara kebutuhan dengan jenis manfaat yang diberikan. Inilah yang kemudian tampak sebagai kerugian.
2. Sesuaikan dengan kebutuhan
Produk asuransi unit link memang praktis, efisien, dan fleksibel, sehingga cocok banget untuk kamu yang nggak punya banyak waktu tapi pengin memanfaatkan dua produk sekaligus, yaitu untuk perlindungan dan investasi. Dengan sekali setor, dua fungsi bisa didapatkan.
Memang menguntungkan, tetapi di sisi lain, juga harus berhati-hati. Pasalnya, ketika nilai investasi sedang tak sesuai harapan, maka bisa saja manfaat perlindungan juga kena efek. Apalagi jika ternyata manfaatnya juga tak sesuai dengan kebutuhanmu.
Dengan demikian, semua memang harus kembali pada kebutuhan. Misalnya, kamu pengin memanfaatkan asuransi unit link sebagai instrumen untuk dana pendidikan anak 5 tahun ke depan, umrah 3 tahun ke depan, dan perlindungan jiwa, maka produknya harus dipilih yang bisa mengakomodasi ketiga kebutuhan tersebut.
Asuransi unit link pada dasarnya merupakan instrumen yang idealnya dimanfaatkan untuk jangka panjang. Jika ternyata kebutuhanmu adalah untuk jangka pendek, maka perlu kamu perhatikan nilai investasinya. Jika kurang dari angka harapan hidup, akan ada risiko nilai investasi habis, yang berakibat polis menjadi tidak aktif. Jika ini terjadi, kalau kita mengajukan klaim, maka akan ada risiko tidak dibayar.
3. Sesuaikan dengan kemampuan
Premi yang ideal adalah yang sesuai dengan kemampuan dan kondisi finansial setiap orang. Semakin pendek jangka waktunya, maka premi juga akan semakin mahal. Semakin berisiko hidup seseorang, maka premi juga akan semakin mahal.
Harga premi memang dipengaruhi oleh banyak hal, selain juga kebijakan perusahaan asuransi masing-masing. Karena itu, jika ilustrasi premi yang diberikan oleh satu perusahaan dirasa kurang sesuai dengan kemampuan, cobalah untuk mendapatkan ilustrasi dari perusahaan yang lain, dan kemudian lakukan komparasi.
Ingat, hak kamu sebagai nasabah produk asuransi apa pun adalah mendapatkan perlindungan sebaik-baiknya, dengan premi yang serendah-rendahnya.
4. Lakukan riset terhadap perusahaan dan produk
Ada 3 cara untuk memilih produk asuransi unit link:
- Pilih perusahaan yang sehat, dengan rasio kecukupan modal terhadap risiko, atau RBC, sekurang-kurangnya 120% pada laporan keuangannya.
- Cek kinerja investasinya, dengan menelusuri fund fact sheet yang biasanya disediakan. Bandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis.
- Cermati setiap syarat dan ketentuan polis asuransi. Jika ada hal yang tidak jelas, bertanyalah pada agen asuransi yang bersangkutan. Jika agen kurang dapat memberikan jawaban yang memuaskan, ada baiknya mencari alternatif produk asuransi lain dengan agen yang lebih berkompeten.
Nah, itu dia seluk beluk asuransi unit link dan kondisinya yang harus dipahami. Sekali lagi, tak ada yang salah dengan produk ini, hanya saja kamu perlu untuk mencermatinya agar dapat menyesuaikan dengan kebutuhanmu.
Tak hanya asuransi unit link, produk keuangan apa pun juga tak akan dapat memberikan manfaat yang baik jika tidak sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan. So, ada baiknya memang kita perlu untuk mempelajarinya lebih dulu, sehingga kita tahu dan paham betul bagaimana cara kerja, risiko, serta keuntungan dari produk tersebut sebelum mulai menggunakannya. Produk apa pun itu.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Dana Darurat atau Asuransi: Mana yang Lebih Penting dan Harus Didahulukan?
Kamu pasti tahu pentingnya punya jaring penyelamat keuangan: dana darurat dan asuransi. Tapi, lebih baik punya asuransi dulu atau dana darurat dulu ya?
Yes, mungkin kamu ada yang masih dibuat bingung dengan kedua pilihan tersebut. Dua-duanya sih penting untuk mengantisipasi krisis finansial yang bisa datang kapan dan kepada siapa saja. Maka setiap orang harus memiliki persiapan terkait hal ini.
Sebelum kamu memprioritaskan salah satu, ada baiknya QM Financial ingatkan lagi, tentang apa yang dimaksud dengan dana darurat dan asuransi, apa manfaat memiliki keduanya, dan apa yang membedakan keduanya.
Apa itu Dana Darurat?
Ketika membuat rancangan keuangan, dana darurat menjadi fondasi penting berupa tabungan untuk menyelamatkan kamu saat terjadi keadaan tidak terduga. Bisa jadi keadaan tersebut membutuhkan biaya yang besar.
Dana darurat atau emergency fund memiliki dua fungsi utama, yaitu sebagai dana cadangan, atau cash reserve. Contoh misalnya ketika terjadi hilangnya sumber pendapatan secara mendadak. Kedua, untuk keperluan pengeluaran tak terduga, atau unexpected expenses, seperti kalau jatuh sakit, terjadi kebakaran, kecelakaan, renovasi rumah, dan sebagainya.
Dana darurat baiknya disimpan di tempat yang aman, mudah diakses, dan mudah pencairannya. Kamu dapat menyimpan dana darurat di tabungan, deposito, atau reksa dana pasar uang.
Apa Itu Asuransi?
Asuransi merupakan pemindahan risiko keuangan yang terjadi pada seseorang kepada pihak asuransi.
Misalnya pada asuransi kesehatan. Ketika kamu sakit dan membutuhkan pengobatan, maka di situ terjadi risiko finansial. Kamu harus izin kerja, dan juga menanggung ongkos rumah sakit. Di sinilah terjadi pengambilalihan risiko finansial oleh perusahaan asuransi.
Agar kamu bisa mendapatkan manfaat asuransi, maka ada premi yang wajib dibayar secara berkala. Bisa per bulan ataupun per tahun.
Berbeda dengan dana darurat, asuransi memiliki jenis sesuai manfaatnya, yaitu asuransi jiwa, kesehatan, kendaraan, properti, dan masih banyak jenis asuransi lainnya. Apabila terjadi risiko terhadap aset—termasuk di sini adalah diri kita sendiri, maka biaya finansial tersebut akan ditutup oleh asuransi.
Untuk itu, perlu bagi kita untuk membaca dan mempelajari polis yang ingin dibeli secara teliti.
Nah, berarti dua-duanya penting dong?
Lalu, kalau misalnya ternyata keuangan belum memungkinkan, dan harus memilih, yang mana dulu nih yang harus dimiliki?
Dana Darurat vs Asuransi
Ada dua perbedaan signifikan antara dana darurat dan asuransi, yaitu soal likuiditas dan biaya pertanggungan yang didapat.
1. Likuiditas
Dana darurat bisa disimpan dalam bentuk tabungan ataupun aset yang lain. Ciri utama dari dana darurat adalah dananya bisa kapan saja ditarik (likuid) sesuai dengan kebutuhan mendesak kita.
Sedangkan, asuransi punya premi yang dibayarkan ke pihak perusahaan, dan manfaatnya bisa didapatkan saat terjadi risiko. Dengan demikian, sifatnya tidak likuid. Pun manfaat asuransi bisa diberikan sesuai dengan jenis perlindungan yang di-cover. Asuransi kesehatan yang harus dipakai untuk tujuan kesehatan, bukan untuk renovasi rumah. Demikian pula sebaliknya.
Karenanya, kalau dari segi manfaat, dana darurat bisa dipakai untuk tujuan yang lebih umum, tidak hanya satu risiko yang spesifik saja bila dibandingkan dengan asuransi.
2. Biaya pertanggungan yang didapat
Walaupun dana darurat menang secara likuiditas, tetapi biaya pertanggungan yang didapat bisa jadi lebih banyak asuransi.
Misalnya kamu, single happy berusia 25 tahun, sekarang membeli premi sebuah asuransi kesehatan dengan harga Rp28.500 per bulan. Bila pada umur 50 tahun, kamu mengalami risiko serangan jantung, stroke, atau penyakit lain yang ter-cover, maka bisa jadi kamu akan mendapatkan biaya pertanggungan sampai Rp100 juta. Uang pertanggungan ini bisa kamu dapatkan hanya dengan membayar premi selama 25 tahun, yang totalnya bahkan tidak sampai Rp20 juta.
Dengan dana darurat yang disimpan di tabungan biasa, rasanya hampir mustahil kita bisa mendapatkan dana Rp100 juta dengan nabung Rp28.500 setiap bulannya, ya kan? Harus lebih banyak yang ditabung.
Lalu, Mana yang Lebih Penting?
Well, kalau ditanya mana yang lebih penting sih, dana darurat dan asuransi sama-sama penting untuk dimiliki.
Tetapi, namanya juga kondisi, bisa saja akhirnya kamu terpaksa harus memilih. So, ini akan tergantung pada kesanggupan dana yang kamu miliki saat ini.
Dengan melihat dari beberapa risiko yang dapat terjadi, jika kamu hanya memiliki asuransi tanpa dana darurat, maka bisa jadi akan cukup berat. Terdapat beberapa alasan mengapa kamu tetap harus menyiapkan dana darurat, di samping asuransi.
Bisa jadi, tak semua jenis pelayanan kesehatan bisa ditanggung oleh asuransi. BPJS Kesehatan bisa jadi merupakan salah satu asuransi kesehatan dengan coverage perlindungan terlengkap, itu pun tetap saja ada satu dua titik kelemahannya. Kondisi seperti ini, mau tidak mau, akan memaksamu menggunakan dana lain selain asuransi tersebut.
Risiko lainnya, biasanya asuransi juga punya plafon klaim. Jika jatahnya habis di tengah jalan, sedangkan kamu masih butuh, maka tak bisa lain kamu harus merogoh kocek sendiri. Atau perusahaan asuransi yang dipilih ternyata tidak memiliki hubungan kerja sama dengan rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang dibutuhkan.
Jika situasinya seperti ini, kita bisa lihat bahwa dana darurat haruslah lebih dulu diprioritaskan. Namun, kamu tak perlu menunggu sampai jumlahnya ideal. Tentukan dulu target pertama. Ketika jumlah sudah mencapai target pertama, kamu bisa cover dengan asuransi. Lalu, lanjutkan dengan target berikutnya. Bertahap, hingga semua terpenuhi secara ideal.
Belajar atur keuangan dengan modul Udemy yuk! Ada lo, yang bahas khusus soal membangun dana darurat untuk singles: Journey for Singles.
Enaknya belajar di Udemy, kamu enggak terikat oleh waktu. Kamu bisa mempelajari semua materi kapan pun, karena aksesnya lifetime untuk sekali pembayaran saja.
Asyik kan?
Yuk, belajar bareng di Udemy. Tim QM Financial tunggu di sana ya!
Jangan lupa juga follow Instagram QM Financial untuk berbagai update kelas finansial online dan tip praktis lainnya.
Pentingnya Asuransi di Tengah Pandemi COVID-19 dan Masa New Normal
Hai, apakah kamu sekarang sudah menjalani aktivitas new normal sesuai arahan pemerintah? Sudah kembali bekerja, dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan yang sudah ditentukan? Tak hanya memenuhi protokol kesehatan, sekarang mestinya kamu juga sudah sadar pentingnya asuransi untuk bisa tetap beraktivitas.
Iya, sebagian dari kita memang sudah diperbolehkan untuk beraktivitas lagi demi memulihkan produktivitas. Pemerintah sudah memperkenalkan berbagai protokol kesehatan terkait aktivitas warga negaranya agar perekonomian tidak bablas terpuruk.
Akhirnya ya beginilah. Kita jadi berkegiatan, tetapi di bawah bayang-bayang ancaman tertular virus corona. Sungguh kondisi yang kurang nyaman. Jadi kangen masa-masa bisa jalan-jalan ke mana saja tanpa merasakan kekhawatiran; main di car free day, ikut event fun bike, cari barang murah dan lucu di pasar kaget sunday morning, … duh.
But, life must go on. Mau enggak mau, kita harus bisa beradaptasi dengan tatanan hidup baru ini. Patuhi protokol kesehatan, dan pastinya kamu sekarang semakin sadar akan pentingnya asuransi, sehingga segeralah miliki asuransi!
Pentingnya Asuransi di Tengah Pandemi
Untuk melihat apa pentingnya asuransi ini, mari kita lihat lebih dulu keluarga kita masing-masing saat ini. Menurut WHO, ada sekelompok orang yang sangat rentan terhadap paparan virus baru ini. Mereka adalah:
- Lansia, dengan usia 60 tahun ke atas
- Orang dengan riwayat penyakit tertentu, seperti diabetes, asma, infeksi pernapasan akut, hipertensi, penyakit jantung, kanker, dan penyakit lain yang menurunkan daya tahan tubuh.
- Anak-anak, yang memang belum ada bukti secara nyata implikasinya, tetapi WHO menyarankan agar kita menjauhkan anak-anak di bawah usia 12 tahun dari risiko akibat daya tahan tubuh mereka yang belum terlalu kuat.
Nah, apakah ada dari keluarga kita yang termasuk dalam kelompok rentan ini?
Seharusnya, ini saja sudah cukup menjadi alasan pentingnya asuransi, utamanya asuransi kesehatan.
Masih ditambah lagi, bahwa orang-orang usia muda dan produktif juga dapat terpapar virus ini dengan mudah, apalagi jika ia berada di lingkungan yang memang kurang aman. Baik ia akan menjadi pasien, ataupun menjadi orang tanpa gejala alias OTG.
Untuk pengobatan COVID-19, pemerintah memang akan menanggungnya. Tapi, nanti, ketika virus ini tak lagi dinyatakan sebagai wabah, maka bisa jadi pemerintah tidak akan meng-cover pengobatannya lagi, sehingga di sinilah pentingnya asuransi kita miliki, baik asuransi kesehatan dan dilengkapi juga dengan asuransi jiwa.
Karena pada dasarnya, kita hidup memang berdampingan dengan segala hal, yang baik atau yang buruk. Termasuk mesti “berteman” dengan banyak penyakit. Ancaman virus corona ke depannya akan selalu ada. Di masa depan nanti, virus corona mungkin akan menjadi virus “biasa”, seperti halnya virus flu, cacar air, chikungunya, demam berdarah, rubella, sampai HIV/AIDS. Akan selalu ada, dan hanya kita sendiri yang bisa mencegahnya datang dengan melakukan berbagai tindakan yang sesuai dengan protokol kesehatan.
Masih ada atau sudah tidak ada COVID-19, pentingnya asuransi kesehatan ini seharusnya semakin disadari. Demikian pula dengan asuransi jiwa.
Lalu, Apa Tip Terbaik Memilih Asuransi–Terutama Asuransi Kesehatan–yang Sesuai dengan Kondisi Sekarang?
Tatanan hidup baru menuntut kita untuk mengubah beberapa kebiasaan, karena kebutuhan yang juga berubah. Memilih asuransi juga jadi harus sedikit disesuaikan dengan kondisi saat ini.
So, inilah beberapa tip terbaik memilih asuransi di tengah pandemi:
Pertimbangkan untuk tambahan cover penyakit
Ada beberapa asuransi yang kini juga menawarkan perlindungan terhadap risiko paparan virus corona. Biasanya penyakit jenis seperti ini akan tercover sebagai manfaat tambahan dari asuransi pokoknya, yaitu asuransi kesehatan.
Jadi, ada baiknya, kamu pelajari polis asuransinya dengan dengan saksama. Coba cek artikel ulasan mengenai asuransi penyakit kritis ini ya.
Pastikan ada cover biaya untuk tes laboratorium
Untuk penanganan jenis penyakit yang disebabkan oleh virus seperti ini, akan dibutuhkan beberapa tes laboratoriun sebelumnya.
Nah, biaya tes laboratorium ini lumayan juga ongkosnya. Apalagi kalau harus dilakukan beberapa kali. Untuk biaya untuk tes swab mandiri sendiri saja, kamu harus menyiapkan dana setidaknya Rp1.600.000 sekali tes. Belum ditambah biaya-biaya lainnya yang mungkin ada. Duh, itu kan sudah hampir separuh gaji UMR Jakarta saat ini, ya kan?
So, pastikan ada manfaat biaya tes laboratorium juga dalam asuransimu nanti ya.
Pilih jenis asuransi yang paling sesuai
Ada beberapa jenis asuransi kesehatan dan asuransi jiwa murni yang bsia kamu pilih. Nggak usah bingung ya.
Pertama, kamu pastikan dulu kebutuhanmu seperti apa. Baru kemudian kamu bisa memutuskan, kamu butuh asuransi rawat inap atau cukup rawat jalan, cashless atau reimbursement, tanggungan total atau tanggungan tertinggi?
Masih bingung? Kalau gitu, ikutan kelas asuransi saja yang diadakan oleh QM Financial. Ada kelas asuransi kesehatan dan asuransi jiwa yang bisa kamu ikuti, sehingga kamu nantinya bisa mendapatkan gambaran (plus bisa merencanakan keuangannya), asuransi jenis apa yang paling pas untukmu.
Cek jadwal kelas-kelas finansial online QM Financial di sini, dan pilih sesuai kebutuhanmu.
Nah, demikianlah ulasan mengenai pentingnya asuransi di masa pandemi dan new normal. Semoga sekarang kamu sudah lebih siap ya!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.