Investasi Saham yang Menguntungkan ala Lo Kheng Hong di Tahun 2022
Investasi saham yang begitu menggiurkan. Konon, keuntungan yang didapatkan bisa ratusan bahkan ribuan persen. Banyak orang tajir mendadak, asetnya bertumbuh pesat dari investasi saham. Nggak heran, banyak yang tergoda untuk ikut nyemplung ke pasar modal.
Sayangnya, tak sedikit pula yang sekadar ikut-ikutan, tanpa punya bekal pemahaman yang cukup. Bahkan mereka tak bisa (atau tak mau?) melihat, bahwa di balik kesuksesan seorang investor, bisa jadi ia juga harus jatuh bangun terlebih dulu—mengalami kerugian yang tak terhitung sebelum akhirnya investasinya berkembang sesuai harapan.
So, ada baiknya belajar investasi saham dulu yuk. Zaman sekarang belajar saham itu mudah kok, kamu bisa belajar dari siapa saja, dari mana saja.
Salah satunya, kamu bisa belajar dari Lo Kheng Hong, yang sering disebut-sebut sebagai Warren Buffett-nya Indonesia.
Kebetulan banget kan kita sudah akan masuk ke tahun 2022, yang pastinya kamu mau dong menjadi lebih baik daripada tahun 2021 ini. Dari segi apa pun, termasuk soal keuangan dan investasi.
Jadi, mari kita belajar dari beberapa tip investasi saham ala Lo Kheng Hong, agar di tahun 2022 nanti, investasi saham kamu bisa berkembang dengan lebih baik. Juga bisa jadi bekal kamu nih, yang baru mau mulai investasi.
Investasi Saham ala Lo Kheng Hong
1. Invest at bad time, sell at good time
Tip investasi saham yang pertama ini mirip dengan prinsip investasi Warren Buffett nih, yaitu “fearful when others are greedy, and greedy when others are fearful.” Yaitu kita mesti memanfaatkan momentum ketika pasar justru sedang mengalami kelesuan.
Contohnya, seperti ketika di awal pandemi, saat IHSG anjlok hingga menembus Rp3.900-an. Jika banyak orang mengeluhkan portofolionya ‘kebakaran’, justru saat itulah kita berkesempatan untuk bisa mendapatkan saham diskon.
Yang kemarin sempat serok-serok lucu di awal 2020, pasti sekarang sudah bertumbuh berkali lipat. Betul nggak? Nah, tinggal berharap agar tahun 2022 nanti, kondisi menjadi lebih baik lagi, sehingga investasi pun semakin bertumbuh dengan lebih baik juga.
2. Pantau sektor terbaik
Lo Kheng Hong punya sektor favorit miliknya sendiri, yaitu perbankan konvensional dan komoditas, dan berharap bisa jadi preferensi khusus investasi saham di tahun 2022 nanti. Menurutnya, sektor perbankan itu bisnis yang enggak ada matinya, sehingga dalam beberapa tahun ke depan akan terus tumbuh.
Begitu juga dengan komoditas, Lo Kheng Hong percaya pertumbuhan bisnis batu bara dan perkebunan kelapa sawit di tahun 2022 akan semakin baik.
Apakah ini artinya kamu juga harus membeli saham sektor perbankan, komoditas kelapa sawit dan batubara juga seperti Lo Kheng Hong? Tunggu dulu, mari kita lihat dari poin of view lain.
Lo Kheng Hong berinvestasi di sektor perbankan karena ia percaya pertumbuhannya. Kamu sebaiknya juga melakukan hal yang sama: berinvestasilah pada sektor yang kamu sangat percayai pertumbuhannya. Enggak selalu perbankan, bisa jadi kamu percaya pertumbuhan sektor yang lain.
Intinya: lakukan risetmu sendiri, pantau sektor terbaik di tahun 2022 menurut hasil risetmu, dan berinvestasilah.
3. Berinvestasilah untuk jangka panjang
Jumlah investor pasar modal belakangan memang meningkat dengan pesat. Lebih takjub lagi, bahwa jumlah investor barunya didominasi oleh milenial.
Meski demikian, menurut Lo Kheng Hong, meski banyak, tetapi nominal yang diinvestasikan oleh milenial masih relatif terlalu kecil. Salah satu hal yang menyebabkannya adalah banyaknya milenial yang masih belum berpenghasilan, atau sudah berpenghasilan tetapi memang belum bisa berinvestasi dalam nominal banyak. Selain itu, kemudahan membuka rekening sekuritas juga memengaruhi, lantaran dengan hanya Rp100.000 saja, milenial sudah bisa melakukan investasi saham.
Ditambahkan oleh Lo Kheng Hong, bahwa potensi keuntungan untuk saham yang dibeli oleh para milenial di tahun ini, baru akan nampak hasilnya di 10 hingga 20 tahun mendatang. Karena nominal kecil dan memang pertumbuhan investasi saham itu sendiri juga baru tampak setidaknya 10 tahun ke depan, maka disarankan bagi milenial untuk segera mulai investasi saham sekarang untuk jangka waktu yang panjang.
4. Belajar cara membaca laporan keuangan
Dalam memilih sektor andalan, Lo Kheng Hong memperhitungkan saham-saham dengan valuasi murah tetapi beraset besar, dengan keuntungan bisnis yang masuk akal. Semua itu hanya bisa didapatkan jika kita bisa membaca laporan keuangan perusahaan dengan benar.
Karena itu, saran terbaik untuk bisa sukses investasi saham di tahun 2022 adalah jangan abaikan laporan keuangan. Pasalnya, dari situ kita bisa lihat, perusahaan mana yang tidak bertumbuh, dan mana yang prospektif.
Jangan sekadar dengar tukang pompom atau dengar influencer, demikian tegas Lo Kheng Hong dalam satu kesempatan. Kalau beli kucing dalam karung, bisa habis dana kita.
So, buat yang di tahun 2020 dan 2021 terlalu banyak tergiur apa kata orang lain (padahal jelas-jelas kurang berkompeten), yuk, diubah di tahun 2022. Mulai belajar membaca laporan keuangan dengan benar, dan belajar analisis sendiri.
5. Belajar teknik analisis yang tepat
Nah, ini adalah lanjutan dari belajar membaca laporan keuangan dengan benar, karena Lo Kheng Hong percaya, bahwa analisis fundamental menjadi preferensinya saat mempertimbangkan kelayakan suatu saham untuk dibeli.
Hal ini juga sejalan dengan Warren Buffett, yang dalam mengambil keputusan investasi saham tak pernah menggunakan analisis teknikal. Ia hanya melihat annual report, alias laporan keuangan tahunan perusahaan yang bersangkutan.
Nah, bagaimana? Apakah kamu sekarang sudah siap untuk menyambut tahun 2022 dengan strategi investasi saham yang baru, setelah membaca berbagai tip investasi dari Lo Kheng Hong di atas?
Yang paling penting, mau investasi apa saja, harus ada dananya. Apalah arti investasi saham, kalau ternyata kamu enggak punya uang untuk dikembangkan? Karena itu, yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
7 Prinsip Perencanaan Keuangan Keluarga yang Harus Selalu Diingat
Membuat perencanaan keuangan keluarga—harus diakui—sebenarnya tidak sesederhana yang dipikirkan. Apalagi kalau memang bagi yang masih awam, atau memiliki literasi keuangan yang belum begitu baik. Tapi, teteup ya, harus dibuat.
Pasalnya, tanpa punya perencanaan keuangan untuk keluarga, bisa jadi kita hanya berjalan tak tentu arah, atau bahkan hanya jalan di tempat. Akibatnya, masalah keuangan akan lebih rentan terjadi. Perencanaan keuangan keluarga berfungsi layaknya navigasi; kita mau ke mana, pengin hidup seperti apa, ingin meraih apa ke masa depan nanti.
Perencanaan keuangan juga merupakan alat kontrol dan evaluasi terhadap apa yang sudah kita lakukan; apakah sudah sesuai dengan yang kita inginkan, atau perlu penyesuaian.
Ya, memang sepenting itulah sebuah perencanaan keuangan keluarga.
Untuk mulai membuatnya, yuk, singkirkan dulu pikiran rumit itu. Kita bisa kok membuat perencanaan keuangan keluarga secara sederhana dulu, asalkan ingat 7 prinsip berikut ini.
7 Prinsip Perencanaan Keuangan Keluarga
1. Sepakat dengan pasangan
Keluarga adalah unit kecil, tetapi bisa saja dianggap sebagai organisasi. Dalam organisasi, sudah pasti ada bagian atau divisi-divisinya. Orang yang akan diserahi jabatan tertentu sudah pasti harus tahu apa job desc masing-masing, dan siap bekerja sama dengan divisi yang lain.
Begitu juga dalam keluarga. Sepakati peran dalam keluarga dengan pasangan. Hal ini harus menjadi PR pertama yang diselesaikan. Siapa yang akan bekerja untuk nafkah keluarga, bagaimana membaginya, siapa membayar apa, atau kalau butuh uang harus ke mana, dan seterusnya.
Saling terbuka dan backup adalah kunci lancarnya prinsip perencanaan keuangan keluarga yang pertama ini. Jadi, begitu sudah membangun keluarga, prinsip ini harus dilakukan yang pertama kali.
2. Cash flow lancar dan positif
Besar pasak daripada tiang? Oh no! Perencanaan keuangan keluarga yang baik artinya cash flow lancar dan positif. Ingat, kamu sudah bukan lajang lagi, dan sekarang sudah punya tanggungan—apalagi sudah punya anak. Besar pasak daripada tiang artinya ada masalah dalam pengelolaan keuangan. Artinya, harus ada yang diulik dan disesuaikan.
Lakukan financial check up, buat catatan terutama mengenai:
- Berapa penghasilan yang masuk setiap bulannya? Bisa juga diambil rata-rata jika penghasilannya tidak tetap
- Berapa pengeluarannya setiap bulan?
- Pos pengeluaran mana yang paling banyak menyedot dana?
- Pos pengeluaran mana yang bisa dihemat?
- Bagian mana yang bocor halus?
Cash flow harus positif, artinya penghasilan lebih besar daripada pengeluaran, agar ke depannya tidak menjadi beban yang terlalu berat. Jika memang masih negatif, coba diulik apakah ada yang bisa dihemat lagi. Atau, coba mencari pintu rezeki lain demi menambah penghasilan.
3. Utang tidak dilarang, tapi …
Jika pos pengeluaran terbesar kamu adalah cicilan utang, maka hal ini juga harus menjadi perhatian utama dalam perencanaan keuangan keluarga.
Memang tidak ada yang melarang kita untuk meminjam dana, terlepas dari apa pun penggunaannya. Tetapi tentu saja, harus diperhitungkan dengan cermat. Cicilan utang seharusnya tidak boleh melebihi 30% dari penghasilan rutin setiap bulan. Rasio ini dianggap ideal, karena artinya kamu masih punya 70% penghasilan untuk memenuhi kebutuhan rutin.
Karena itu, setiap kali ingin meminjam dana—untuk keperluan apa pun—pastikan nantinya cicilan total semua utang tidak lebih dari 30%. Kalau sekarang sudah lebih gimana dong? Cari solusi agar bisa dikurangi sampai 30%.
4. Budgeting adalah koentji
Membuat anggaran untuk pengeluaran rutin adalah hal wajib untuk perencanaan keuangan keluarga yang lebih baik. Dengan anggaran—apalagi jika bisa dibuat secara detail—kamu akan dapat memastikan rencana keuangan direalisasikan dengan baik.
Budgeting juga soal menyusun prioritas, agar kebutuhan masa sekarang dan masa depan sama-sama bisa dipenuhi dengan baik. Dengan budgeting, kita juga tahu jika cash flow kita mengalami gangguan, sehingga bisa mengantisipasinya dengan lebih baik.
5. Investasi di depan
Pastikan memprioritaskan investasi di depan pada perencanaan keuangan keluarga. Bukan di belakang, dengan uang sisa belanja. Pasalnya, tak akan pernah ada yang namanya ‘uang sisa’.
Investasi merupakan ‘kendaraan’, atau ‘alat’, yang dapat membantu kita untuk mencapai tujuan keuangan. Karena itu, pastikan proprosinya pas. Idealnya sih minimal 10% dari penghasilan rutin. Mau lebih? Tentu lebih baik lagi.
Jadikan investasi sebagai bagian dari rutinitas perencanaan keuangan keluarga, bukan dilakukan sekadar kalau ingat atau pakai uang sisa, agar nantinya tujuan keuangan bisa dicapai dengan baik.
6. Lengkapi proteksi
Proteksi juga merupakan elemen penting dalam perencanaan keuangan keluarga, dan tak boleh diabaikan. Pasalnya, proteksi akan melindungi kamu dan keluargamu dari risiko finansial jika ada musibah atau hal-hal yang tak diinginkan terjadi.
Kadang kita meremehkan adanya asuransi. Tapi, begitu kesulitan sudah datang, baru deh menyesal, kenapa kemarin enggak ambil asuransi.
Meski demikian, beli polis asuransi juga sebaiknya tak sembarangan. Pastikan bahwa polis asuransi yang kamu beli memang benar-benar sesuai dengan kebutuhan. Bacalah polis dengan saksama, cermati berbagai syarat dan ketentuannya. Jangan sampai ketika nanti harus klaim, ternyata klaim ditolak atau hanya dicover sebagian hanya karena kita kurang paham cara kerja perlindungannya.
7. Review berkala
Prinsip perencanaan keuangan keluarga yang terakhir adalah review yang dilakukan secara berkala. Kamu bisa melakukannya tiga bulanan, enam bulanan, atau mungkin juga tahunan. Sesuaikan dengan kondisi dan kebutuhanmu.
Cek, apakah semua berjalan sesuai rencana? Atau adakah yang perlu diperhatikan lebih detail lagi? Jika masih jauh dari harapan, di bagian mana yang harus disesuaikan?
Hasil review kamu akan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk membuat perencanaan keuangan keluarga yang berikutnya.
Nah, itu dia 7 prinsip perencanaan keuangan keluarga. Mungkin sudah ada yang melakukan ketujuh prinsip di atas, itu pastinya hal yang sangat bagus. Tinggal dilanjutkan saja, dan disesuaikan dengan tujuan keuanganmu.
Buat yang belum mulai membuat perencanaan keuangan keluarga, tidak pernah ada kata terlambat loh. Kamu bisa mulai membuatnya hari ini juga.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Investasi yang Menguntungkan bagi Kamu yang Berusia 20-an
Investasi yang menguntungkan bisa dimulai sejak usia dini. Bahkan, Warren Buffett, salah satu dari orang terkaya di dunia ini, sudah memulai investasi pertamanya di usia belasan tahun. Ya, segala sesuatu yang berhubungan dengan masa depan memang perlu direncanakan sejak awal.
Jika kamu sekarang berada di rentang usia 20-an, itu artinya sudah waktunya bagi kamu untuk mulai berpikir jauh ke depan. Tentang apa yang ingin kamu raih dan capai dalam hidup. Seseorang enggak akan bisa begitu saja sukses, tanpa membuat rencana. Betul? Dan, salah satu elemen penting dalam rencana sukses itu ada rencana keuangan, yang juga meliputi investasi.
So, apakah mendengar kata investasi lalu yang pertama kali terbayang di pikiran kamu adalah modal awal alias uang? Yah, begitulah yang sering terjadi. Padahal, yang namanya investasi yang menguntungkan itu tidak melulu soal uang.
Wah, terus apa dong ya, kalau enggak uang yang diinvestasikan?
Investasi yang Menguntungkan di Usia 20-an
Memasuki usia 20 berarti masuk ke usia keemasan. Di rentang usia tersebutlah banyak orang telah menemukan jati dirinya. Memiliki banyak pilihan dalam hidup, bisa lebih banyak mengeksplorasi diri, kondisi kesehatan fisik yang masih optimal, dan tentunya belum terlalu banyak beban yang harus ditanggung dan dipikirkan.
Lantaran itulah, momen di usia tersebut perlu untuk dimanfaatkan sebaik mungkin, salah satu caranya dengan memulai berinvestasi. Investasi seperti apa sih yang menguntungkan dan sesuai untuk usia 20-an?
Sebelum kamu memulai investasi yang menguntungkan dalam hal keuangan, sebaiknya kamu mulai untuk melakukan investasi dalam hal berikut ini.
Investasi pada Tubuh
Tubuh juga bisa dianggap sebagai bentuk investasi ya? Tentu saja.
Seperti yang sudah disebutkan tadi, kondisi tubuh di usia 20-an adalah kondisi yang paling prima. Namun, bila keadaan tersebut tidak dijaga, maka semuanya akan percuma.
Investasi yang menguntungkan pada tubuh bisa kamu lakukan dengan rajin berolahraga, menjaga pola makan yang sehat, dan juga mengatur jam tidur lebih rapi. Dengan begitu, kamu sudah bisa menjaga kondisi prima tubuhmu untuk 10 sampai 20 tahun ke depan.
Investasi pada Otak
Investasi yang menguntungkan pada otak itu seperti apa ya? Ada banyak caranya kok. Misalnya, rutin membaca buku yang berkualitas, mengikuti perkembangan teknologi yang up to date, rajin mengikuti webinar atau seminar yang bisa mengeksplorasi cara berpikir dan pemahaman kamu akan segala sesuatu.
Investasi pada Penampilan
Penampilan yang baik tidak harus selalu dengan menggunakan pakaian branded yang mahal atau make up berlapis-lapis.
Kunci dari penampilan yang baik ini berhubungan juga dengan investasi yang kamu lakukan pada tubuh. Saat tubuhmu sehat dan bugar, maka penampilan fisik kamu pun akan lebih enak untuk dilihat. Memilih pakaian dan make up juga tidak perlu yang berlebihan, yang terpenting tetap sedap dipandang dan nyaman saat dikenakan.
Investasi pada Pertemanan
Lingkungan pertemanan yang sehat akan menjaga diri kita tetap sehat. Pernah mendengar kalimat seperti ini? Ya, apa yang disampaikan kalimat tersebut memang benar sekali adanya.
Bertemanlah dengan orang-orang yang bisa membawa pengaruh positif dalam hidupmu. Orang-orang yang bisa memberimu inspirasi dan motivasi terbaik. Bertemanlah seluas mungkin, karena kamu tidak akan pernah tahu dari sebelah mana pintu rezekimu akan dibukakan.
Jadi, jangan pernah ragu untuk terus bersosialisasi, karena hal itu juga termasuk salah satu investasi yang menguntungkan.
Investasi Keuangan
Setelah daftar investasi yang menguntungkan di atas kamu lakukan semuanya, maka saatnya memulai investasi dalam hal keuangan. Investasi yang bisa kamu jadikan sebagai pendapatan pasif, atau juga sebagai persiapan masa depanmu nanti.
Kendala pertama yang mungkin dirasakan oleh orang-orang di usia 20-an adalah soal modal investasi. Kata investasi memang identik dengan jumlah dana yang besar.
Padahal sebenarnya kamu tidak perlu khawatir. Ada kok pilihan instrumen investasi yang menguntungkan tapi tidak membutuhkan modal besar dan rasanya cukup terjangkau untuk kantong.
Misalnya, investasi dalam bentuk logam mulia, alias emas. Membeli emas bisa kamu lakukan sesuai dengan dana yang kamu miliki, karena tersedia berbagai opsi investasi yang bisa dipilih.
Selain itu, emas juga bersifat relatif lebih likuid ketimbang instrumen lain, terutama untuk gramasi kecil. Mudah dan praktis untuk dijual kembali jika ternyata suatu hari kamu membutuhkan dana darurat. Investasi emas juga dianggap sebagai salah satu bentuk investasi yang rendah risiko, karena harganya yang cenderung mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.
Ada juga investasi reksa dana yang bisa kamu mulai dengan modal Rp100.000 saja, bahkan ada manajer investasi yang menawarkan mulai dari Rp10.000. Reksa dana bisa jadi instrumen investasi yang menguntungkan untuk kamu, yang merupakan pemula dan baru belajar mengenai investasi. Kamu akan dibantu oleh manajer investasi dalam pengelolaannya, sehingga bisa mengurangi risiko kesalahan investasi yang bisa terjadi. Sama seperti investasi emas, reksa dana juga termasuk investasi yang relatif rendah risiko, pencairannya cepat, dan yang paling menarik adalah keuntungan yang bisa kamu dapatkan yang jauh lebih besar daripada bunga deposito.
Nah, setelah mengetahui apa saja investasi yang menguntungkan bagi kamu di usia 20-an di atas, apakah kamu masih ragu untuk memulai berinvestasi? Sebaiknya sih sudah nggak ragu lagi ya. Mulailah investasi sejak dini agar keuntungan dan kesuksesan juga bisa datang dengan segera dalam hidupmu.
Yuk, investasi pada otak terlebih dulu, dengan belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Mau Investasi Cryptocurrency tapi Takut Haram? Coba Cek Dulu Fakta Berikut!
Investasi cryptocurrency haram, demikian fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia beberapa waktu yang lalu, menjawab berbagai polemik yang datang menyertai ngehype-nya aset digital yang dipercaya sebagai instrumen baru yang sangat menguntungkan. Ini artinya mulai dari bitcoin, ethereum, dogecoin, shiba inu, dan berbagai jenis kripto lainnya dianggap haram oleh MUI.
Lalu, gimana dong, buat kamu yang sudah telanjur atau memang tertarik untuk investasi cryptocurrency? Apakah kemudian kamu harus merelakannya?
Well, bagaimanapun, keputusan ada di tanganmu, tetapi ada baiknya kamu simak dulu beberapa fakta berikut ini terkait fatwa crypto haram ini.
Hype-nya Investasi Cryptocurrency
Investasi cryptocurrency sebenarnya bukan hal baru, meskipun tetap yang termuda di antara berbagai opsi instrumen atau komoditas di dunia keuangan. Meski demikian, bitcoin dan teman-temannya meraih popularitas sejak pandemi pertama diketahui menyebar secara global.
Tak hanya harga bitcoin yang melesat, sekarang pun hadir ribuan mata uang digital lain yang menambah ramainya dunia investasi cryptocurrency. Tak hanya itu, hadirnya crypto juga memicu rentetan inovasi lainnya yang sekarang juga begitu besar hype-nya, mulai dari NFT art hingga perkembangan metaverse.
Luar biasa, memang.
Di sisi lain, di samping keberadaannya yang diterima secara luas oleh masyarakat digital yang modern, tak sedikit pula yang menganggap cryptocurrency meresahkan. Terutama sih bagi mereka yang memegang otoritas tinggi dan tertinggi dunia. Dikhawatirkan, karena sifatnya terdesentralisasi dan bebas dari kewenangan siapa pun, crypto, dan blockchain pada umumnya, akan membuka peluang terjadi tindak kriminal.
Crypto di Indonesia
Pemerintah Indonesia sendiri tidak melegalkan crypto, seperti layaknya El Salvador. Namun, juga tidak melarang penggunaannya, seperti layaknya Tiongkok. Sejak kemunculannya, investasi cryptocurrency dibiarkan berkembang seperti apa adanya, meski tetap berada dalam pengawasan. Bappebti adalah institusi pemerintah yang bertugas mengawasi dan berwewenang dalam hal ini.
Bank Indonesia sendiri menegaskan, bahwa tidak akan ada mata uang resmi lain di Indonesia selain Rupiah. Dengan demikian, pemakaian crypto sebagai mata uang dilarang, tetapi boleh dipertukarkan melalui institusi-institusi yang ditunjuk. Sampai dengan saat ini, sudah ada 13 bursa kripto yang berizin resmi beroperasi di Indonesia.
Investasi Cryptocurrency Haram (?)
Dalam fatwanya, MUI menyatakan bahwa investasi cryptocurrency haram salah satunya dengan alasan bahwa bitcoin dan kawan-kawannya tak memiliki aset pendukung, atau underlying assets. Hal inilah yang dapat meningkatkan peluang harga yang sangat fluktuatif tanpa kontrol. Tidak adanya bentuk fisik juga menjadikannya bersifat ‘tak pasti’ sehingga sulit untuk menjadi pendukung transaksi yang riil.
Transaksi crypto dianggap sama halnya dengan forex, yang bersifat spekulatif, yang berpotensi merugikan orang lain dan rentan scam, penipuan, bahkan judi. Hal ini tentu saja bertentangan dengan hukum agama Islam, yang menomorsatukan keadilan bagi semua orang dan tidak saling merugikan.
Pendapat Beberapa Ahli Mengenai Investasi Cryptocurrency
Dilansir dari beberapa sumber, menurut founder Islamic Law Firm, Yenny Wahid, mata uang kripto justru bebas riba dan halal selama tidak dilarang oleh negara, karena sifat transaksinya yang langsung tanpa perantara, peer to peer.
Meski demikian, Yenny tak mengelak bahwa mata uang kripto juga bisa bersifat spekulatif lantaran volatilitasnya yang sangat tinggi. Karena itu, Yenny mengatakan bahwa investasi cryptocurrency adalah sesuatu yang bernilai harta kekayaan, atau mal. Dengan demikian, kalau rusak, maka harus ada ganti rugi. Boleh diperdagangkan sebagai komoditas (silaah) atau aset, tak sebagai mata uang.
Sementara seorang ekonom Institute for Development of Economics and Finance, Nailul Huda, menyebutkan bahwa cryptocurrency adalah inovasi yang banyak manfaatnya. Salah satunya adalah kemampuannya untuk mendeteksi jika ada upaya pencucian uang.
Jadi, Tetap, Crypto Haram, atau …?
Selama aset kripto tidak digunakan untuk spekulasi, ada kebutuhannya, dilakukan dengan mata uang sejenis, dan nilai tunai yang sama, maka boleh saja investasi cryptocurrency. Kalaupun berlainan, maka harus ada kurs standar yang menjadi pedomannya.
Jika hendak dimanfaatkan sebagai alat tukar selayaknya uang, maka crypto haram. Kecuali jika ada taqabudh atau serah terima, dengan kuantitas dan jenis yang harus sama. Jika berbeda, maka ada syarat taqabudh haqiqi atau hukmi, artinya ada uang dan crypto yang dapat dijadikan bukti serah terima.
Dalam Peraturann Bappebti No. 8 Tahun 2021 tentang Pedoman Penyelenggaraan Perdagangan Pasar Fisik di Bursa Berjangka, disebutkan beberapa kriteria perdagangan aset kripto yang wajib mendapatkan izin, yang meliputi jual beli, pertukaran, penyimpanan, transfer, ataupun pemindahan aset kripto.
Di sini, jika kamu mengkhawatirkan soal ketiadaan underlying assets, kamu bisa investasi cryptocurrency jenis stablecoin, yang punya underlying aset fisik berupa mata uang fiat resmi, seperti USDT, XSGD, dan sekarang juga sudah ada Rupiah Token.
Sementara, sejatinya, aset kripto seperti bitcoin, ethereum, dan kawan-kawannya ini sebenarnya juga punya underlying kok, berupa biaya penambangan dan penerbitan, yang butuh listrik sampai 150 watt per jam. Hanya saja, underlying asset ini benar-benar dalam bentuk digital.
Nah, bagaimana? Investasi cryptocurrency haram? Semua adalah keputusanmu sendiri. Bisa jadi memang haram, terutama jika kamu melakukannya dengan spekulasi. Namun, jika kamu melakukan analisis pasar dengan cermat, ataupun memperolehnya untuk membeli NFT art, crypto bisa dianggap tidak lagi haram.
Yang terpenting dari semuanya, yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Investasi Adalah Bagian Penting dalam Perencanaan Keuangan: Pahami Makna dan Risikonya!
Investasi adalah penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. Itulah definisi investasi yang ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Memang benar. Investasi adalah penanaman aset pada suatu bisnis dengan tujuan untuk mendapatkan imbal balik yang lebih besar dalam jangka waktu tertentu. Ada banyak hal dan pihak yang terlibat dalam proses ini.
Sebenarnya aktivitas investasi itu sendiri bukanlah hal yang baru. Hal ini sudah sekian lama dilakukan oleh umat manusia. Hanya saja, seiring waktu dan perkembangan yang terjadi, sekarang investasi menjadi semakin mudah dan dapat dilakukan oleh siapa saja.
Bahkan bagi perseorangan atau individu seperti kita-kita ini, investasi adalah salah satu bagian penting dalam perencanaan keuangan pribadi. Dan, adalah penting bagi kita untuk memahami cara kerja investasi itu sendiri, agar kemudian kita tahu bagaimana mengelolanya dengan baik.
Yang Terpenting dari Investasi Adalah Memahami Prinsipnya
Berinvestasi tanpa memahami prinsip dan risikonya maka dapat membahayakan rencana keuanganmu. Bisa-bisa kamu salah dalam mengambil keputusan, yang berujung memberimu kerugian finansial. Nggak jadi untung supaya bisa dipakai untuk mewujudkan tujuan keuangan, malahan buntung dan modal pun hilang.
Pastinya hal seperti ini harus dihindari, betul?
Karena itu, pahamilah dari prinsip dasarnya. Prinsip investasi adalah sebagai berikut:
- Harus diawali dengan tujuan keuangan, dan investasi adalah ‘kendaraan’ untuk mencapai tujuan tersebut
- Setiap instrumen investasi membawa serta risiko, yang berbanding lurus dengan imbal yang berpotensi untuk didapatkan. Karena itu, penting bagi kamu untuk memahaminya, dan juga mengetahui profil risikomu sendiri
- Punyai dulu kondisi keuangan yang sehat; miliki proteksi dan dana darurat yang memadai.
- Memiliki kedewasaan dalam berinvestasi, karena dalam investasi nanti, kamu akan banyak menghadapi momen emosional yang kalau tidak diatasi dengan bijak, bisa jadi akan membahayakan tujuan keuanganmu.
- Investasi butuh konsistensi, apalagi jika jangka waktunya cukup panjang di atas 5 tahun.
Lalu, mengapa sih kita harus berinvestasi? Mengapa investasi adalah bagian dari perencanaan keuangan. Coba kita lihat beberapa manfaat investasi itu sendiri.
Manfaat Investasi
Melawan inflasi
Inflasi menyebabkan nilai uang menurun dari tahun ke tahun. Hal ini membuat tabungan yang kita miliki juga ikut tergerus seiring peningkatan inflasi yang terjadi. Lama kelamaan bisa habis dong? Bisa banget.
Namun, hal ini bisa teratasi jika kita bisa menemukan instrumen yang tingkat pengembaliannya lebih besar daripada inflasi. Dengan demikian, ketika inflas ‘menggerogoti’ aset kita, kita pun sudah punya ‘lawan’-nya yang akan mempertahankan nilai aset tersebut. Syukur-syukur, malah menambahnya seiring waktu.
Karena itu, penting untuk bisa menemukan instrumen yang bisa melaju lebih cepat ketimbang inflasi tersebut.
Sumber penghasilan alternatif
Untuk memenuhi kebutuhan hidup, kita harus mendapatkan penghasilan. Nah, penghasilan ini bisa didapatkan dari bekerja secara aktif, dan juga sumber penghasilan alternatif lainnya.
Kita bisa memanfaatkan investasi sebagai sumber penghasilan alternatif ini. Banyak yang menyebutnya sebagai passive income; penghasilan yang kita dapatkan tanpa harus bekerja secara aktif.
Untuk bisa menjadi sumber penghasilan alternatif, kita harus mencari instrumen investasi yang tepat juga, karena tak semua instrumen bisa mendatangkan passive income. Hanya yang bersifat aset lancar saja yang bisa, seperti kupon dari surat utang, dividen dari saham, ataupun uang sewa properti.
Alat untuk mewujudkan tujuan keuangan
Investasi merupakan ‘kendaraan’ kita agar bisa sampai ke tujuan keuangan yang kita rencanakan. Tanpa investasi, bisa jadi kita akan kesulitan untuk bisa mewujudkan tujuan tersebut. Pasalnya, memang ada beberapa tujuan yang nominalnya sangat besar.
Kalau hanya mengandalkan gaji, di atas kertas, jelas tidak akan mampu terkejar, mengingat banyak pula kebutuhan hidup di masa sekarang yang harus dipenuhi. Mau mengandalkan tabungan juga kurang optimal, karena pada umumnya bunga tabungan itu tipis banget. Apa kabar inflasi, kalau gitu?
Membangun portofolio investasi adalah jalan ninja terbaik untuk bisa mewujudkan tujuan keuangan lebih cepat.
Risiko Investasi
Di balik manfaat dan keuntungannya yang banyak sekali, juga ada beberapa risiko investasi yang akan datang dalam paket yang sama. Inilah yang harus dikelola dengan baik. Jangan sampai, karena kita mengabaikan risiko ini, investasi justru jadi bumerang bagi kita. Alih-alih mendapatkan keuntungan, malah kerugian dan kehilangan modal yang didapat. Oh no! Jangan sampai deh!
Beberapa risiko investasi adalah sebagai berikut:
- Risiko suku bunga: ketika nilai relatif aktiva berbunga memburukakibat peningkatkan suku bunga.
- Risiko pasar: ketika terjadi fluktuasi harga di pasar, sehingga menyebabkan nilai aktiva bersih kena efeknya juga.
- Risiko likuiditas: ketika ada kesulitan dalam penyediaan uang tunai, misalnya ketika kita hendak mencairkan reksa dana dan ternyata manajer investasi tak bisa memenuhinya karena kurang dana.
- Risiko valas: ketika terjadi fluktuasi kurs valuta asing
- Risiko negara: ketika kondisi perpolitikan negara memengaruhi ekonomi
Memang dalam investasi, berlaku hukum ‘high risk, highh return’, yang artinya semakin tinggi potensi imbal yang bisa didapatkan, maka risiko yang ada juga akan semakin tinggi. Demikian juga sebaliknya, jika potensi imbal kecil, maka risiko yang bisa terjadi juga kecil.
Karena itu, harus disesuaikan, mana tujuan keuangan yang butuh instrumen dengan imbal tinggi (tetapi juga berisiko tinggi), dan mana yang butuh instrumen berimbal rendah (dengan risiko yang rendah juga). Di titik inilah, kita harus belajar mengenali berbagai instrumen investasi beserta karakteristiknya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Yang Bergaji 40 Juta Pun Terasa Berat, Ini Contoh Perencanaan Keuangan Sandwich Generation
Topik tentang sandwich generation memang selalu menarik, betul kan? Salah satu alasannya karena relate terhadap banyak orang. Lalu, pengin tahu enggak, gimana cara mengatur keuangan sandwich generation? Syukur-syukur kalau ada contoh perencanaan keuangan yang bisa dipakai untuk para sandwich generation dengan gaji berapa pun.
Yes, sandwich generation mendeskripsikan diri mereka sebagai pihak yang harus menanggung biaya hidup diri sendiri dan keluarganya, plus generasi di atasnya, yaitu orang tua. Hal ini terjadi salah satu penyebabnya adalah karena tidak siapnya generasi orang tua untuk hidup mandiri saat pensiun.
Tapi, mengapa hal ini menjadi masalah besar?
Dalam artikel kali ini, kita akan bahas soal sandwich generation, tip mengelola keuangannya, serta ada sedikit contoh perencanaan keuangan yang sesuai.
Data-Data Prevalensi Sandwich Generation
Dari data survei Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai Statistik Penduduk Lanjut Usia tahun 2017, 77.82% sumber pembiayaan rumah tangga para lanjut usia ternyata ditopang oleh anggota keluarga lain yang bekerja. Sementara, Survei Ekonomi Nasional yang sama-sama diadakan tahun 2017 menyatakan bahwa sebesar 62.64% lanjut usia di Indonesia tinggal bersama anak cucu mereka.
Sejatinya, fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Pusat Penelitian Pew di Amerika Serikat juga mencatat, bahwa satu dari 8 orang penduduk Amerika berusia 40 – 70 tahun harus membesarkan anak, sekaligus merawat orang tua mereka. Sementara, Carers UK pada surveinya tahun 2012 memberikan fakta bahwa ada sekitar 2.4 juta orang punya pos pengeluaran khusus untuk perawatan anak dan juga kerabat yang lebih tua ataupun difabel.
Beratnya beban sandwich generation tak jarang lantas membuat mereka mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, termasuk tak bisa menabung secara rutin dengan nominal yang memadai. Jangankan memikirkan kebutuhan di masa depan, untuk kebutuhan di masa sekarang bisa saja dirasa cukup sulit.
Lalu, seperti apa contoh perencanaan keuangan untuk bisa mengatasi hal ini?
Beban para Sandwich Generation
Mengutip berita dari Kompas.id yang saat artikel ini ditulis sedang viral, ada beberapa kisah sandwich generation yang mengeluhkan beratnya hidup mereka.
Salah seorang di antaranya ada yang bergaji Rp11 juta. Alih-alih menggunakannya untuk “memanjakan diri”, sebanyak Rp4 juta diberikan sebagai uang bulanan orang tua. Sementara ia juga masih harus menanggung tagihan listrik, dan juga memberi uang saku adiknya. Dari Rp11 juta, ia hanya bisa menggunakan Rp3.5 juta untuk kebutuhan hidup. Uang Rp3.5 juta itu, Rp1.5 juta untuk kos, dan tersisa Rp2 juta saja untuk makan, transportasi, dan kebutuhan lain.
Seorang sandwich generation yang lain mengaku bergaji Rp40 juta. Disetorkan untuk keluarga besar sebesar Rp20 juta, yang dimanfaatkan untuk ongkos jalan-jalan sang ibu, kredit mobil sang ayah, kebutuhan keluarga besar, sampai uang sekolah keponakan. Ia sendiri “kebagian” Rp20 juta, yang lebih banyak dialokasikan ke tabungan hari tua, karena ia mengaku tak tertarik aset tak bergerak. Ia tak mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan hidup, tetapi punya “ancaman” yang berbeda; ia sepertinya harus menunda cita-citanya untuk pensiun dini di usia 40 tahun.
Nah, bagaimana denganmu?
Yah, terlepas dari nominal gaji, kita sepakat bahwa perjuangan masing-masing individu itu berbeda. Begitu juga dengan sandwich generation. Meski kepepet, ya harus bisa survive. Yang satu terancam tak bisa memenuhi kebutuhan hidup, yang lain terancam pensiun dininya.
Yuk, simak terus untuk tahu contoh perencanaan keuangan yang tepat.
Tip dan Contoh Perencanaan Keuangan untuk Sandwich Generation
1. Tetapkan tujuan keuangan
Pertama, sebelum beranjak ke contoh perencanaan keuangan, tentu saja harus jawab dulu pertanyaan wajibnya: #TujuanLoApa? Dari sini, baru deh kamu bisa tarik ke belakang, untuk membuat perencanaan keuangannya.
Jadi misalnya, untuk si sandwich generation bergaji Rp11 juta, kamu bisa punya tujuan keuangan mengumpulkan dana darurat dulu, lalu dana menikah, dana liburan, dana apa pun juga boleh. Jika kamu sudah menikah, pastinya tujuan keuangan kamu akan berbeda dari yang lajang. So, sesuaikan dengan kondisimu ya.
2. Rumus cash flow 1 – 2 – 3 – 4
Setelah kamu memiliki tujuan keuangan, berikutnya ada contoh perencanaan keuangan. Kamu bisa memanfaatkan rumus cash flow ala QM Financial, yaitu rumus 1 – 2 – 3 – 4. Apa pun alokasinya, buatlah berdasarkan pola 1 – 2 – 3 – 4, sesuaikan dengan kondisimu. Karena kamu adalah sandwich generation, maka uang bulanan untuk membantu keluarga besar juga harus dimasukkan ke dalam rumus ini.
Contoh perencanaan keuangan untuk kamu yang bergaji Rp11 juta:
- Alokasi untuk keluarga besar: 40% x Rp11 juta = Rp4.400.000
Nah, ini sebaiknya sih sudah termasuk tagihan listrik dan kebutuhan lainnya yang di luar untuk kebutuhanmu sendiri ya, agar bisa seimbang antara membantu keluarga tetapi juga tidak mengorbankan kebutuhan pribadi. - Kebutuhan rutin: 30% x Rp11 juta = Rp3.300.000, termasuk untuk uang kos, makan, dan transportasi.
- Investasi dan menabung untuk masa depan: 20% x Rp11 juta = Rp2.200.000
- Lifestyle atau keperluan lainnya: 10% x Rp11 juta = Rp 1.100.000
Urutan dan nominalnya bisa kamu tukar dan sesuaikan, intinya adalah kamu menentukan prioritas.
Mari kita lihat contoh perencanaan keuangan untuk yang bergaji Rp40 juta.
Ini bisa jadi akan berbeda nih prioritasnya, meski sama-sama lajang. Mungkin rumus 1 – 2 – 3 – 4 juga kurang sesuai, karena yang bersangkutan mengaku tidak terlalu suka jajan, dan lebih suka mengalokasikan sebagian besar gaji untuk tabungan hari tua.
- Alokasi untuk keluarga besar: 40% x Rp40 juta = Rp16.000.000
- Investasi dan menabung untuk masa depan: 40% x Rp40 juta = Rp16.000.000.
- Kebutuhan hidup dan lifestyle: 20% x Rp40 juta = Rp8.000.000
Mari kita asumsikan si kakak yang bergaji Rp40 juta ini sekarang berusia 30 tahun. Dengan berinvestasi sebesar Rp16.000.000 per bulan di instrumen reksa dana saja, jika ia berencana untuk pensiun dini di usia 40 tahun nanti, nilai investasinya akan bertumbuh pada kisaran Rp2 – 3 miliar. Ini tinggal disesuaikan dengan kebutuhannya, yang terlihat dari besaran pengeluaran setiap tahunnya, dan kemudian diperhitungkan dengan angka harapan hidup.
3. Diskusikan dengan anggota keluarga
Nah, terkait alokasinya, angka di atas hanyalah contoh perencanaan keuangan. Realisasinya, kamu tentunya harus berdiskusi dengan orang tua kamu.
Misalnya saja, untuk si kakak yang punya gaji Rp40 juta, mungkin jalan-jalan sang ibu bisa agak dikurangi. Cermati juga pos yang lainnya. Yang tak penting dan tidak urgent, bisa dikurangi atau dihilangkan. Jika kamu bisa menghemat pos lifestyle kamu, pastikan keluarga juga ikut berpartisipasi dalam upaya berhemat ini. Akan sangat lebih baik jika kamu tak sendirian dalam upaya ini.
Pastinya, mereka juga akan mengerti keadaannya jika memang kamu merasa kesulitan. Diskusikan juga dengan anggota keluarga lain yang memungkinkan. Intinya, berbagilah beban. Karena sebenarnya sebagai keluarga seharusnya kan saling bantu, bukan?
Pengin lebih banyak contoh perencanaan keuangan yang sesuai untukmu? Yuk, gabung di kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Saham Adalah Judi? Cek Kebenarannya Yuk!
Meskipun data jumlah investor pasar modal bertambah hingga lebih dari 50% menurut data Bursa Efek Indonesia, tetapi ternyata masih banyak yang menganggap bahwa saham adalah judi.
Benarkah saham adalah judi? Apakah kamu juga salah satu yang beranggapan begitu? Bisa jadi, hal ini juga yang membuatmu masih saja ragu untuk melakukan investasi terutama pada saham.
Yuk, coba simak penjelasan berikut, apakah benar saham adalah judi. Semoga dengan begini, pemahamanmu tentang saham akan lebih baik.
Awal Munculnya Persepsi Saham Adalah Judi
Pastinya, semua juga ada sebabnya. Begitu juga dengan anggapan ini, dan sepertinya sih hanya sejauh kesalahpahaman saja.
Beberapa hal yang ada pada saham, yang bisa disalahpersepsikan dengan judi adalah:
1. Tidak adanya pertukaran barang fisik
Dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, jual beli saham pun dilakukan dengan teknologi. Penyelesaiannya juga dilakukan melalui sistem pemindahbukuan, yang prinsipnya sama persis dengan transfer dana antarbank yang sering kamu lakukan.
Lalu, dengan adanya perpindahan dana ini, maka saham pun dipertukarkan. Kepemilikannya dibuktikan dengan pencatatan di perusahaan sekuritas.
Zaman dulu, ketika kita membeli saham, kita masih akan mendapatkan sertifikat efek fisik. Ada cetakannya, mirip ijazah sekolah. Sekarang, ada di rekening efek pada KSEI. Tidak ada lagi bentuk fisik. Karena itu, hal ini sering disalahkaprahkan, bahwa saham adalah judi, karena kita tak pernah “memegang” barang yang kita beli. Tidak ada wujudnya.
2. Banyaknya orang bertransaksi saham seperti judi
Hal ini juga banyak terjadi sekarang. Masih ingat kan, kasus orang-orang demam saham di awal pandemi, yang membuat mereka memborong saham-saham tertentu yang tengah diisukan hangat, dengan menggunakan dana hasil gadai BPKB, dana titipan arisan orang lain, bahkan dana hasil pinjol.
Tanpa melakukan analisis, mereka pun membeli saham yang “katanya” bakalan memberi keuntungan banyak dalam waktu singkat.
Lalu, hasilnya? Bisa kita lihat sendiri kan?
Hal inilah yang semakin meyakinkan anggapan bahwa saham adalah judi. Padahal ya, enggak gitu mainnya.
Judi biasanya dilakukan dengan spekulasi, tanpa analisis, hanya feeling, dan keberuntungan. Investasi dilakukan harus dengan dasar pengetahuan dan pemahaman yang cukup. Dalam investasi, ada rencana dan strategi, juga sistem, yang memengaruhi.
Judi dilakukan demi mencari untung besar dalam waktu singkat. Dalam investasi saham, tidak pernah ada rumus “untung besar, waktu singkat”. Yang ada adalah hight risk, high return. Agresivitas instrumen dilawan dengan horizon waktu yang panjang.
Judi itu mengharap keuntungan secara instan, sedangkan investasi saham butuh waktu untuk bisa menghasilkan keuntungan.
Agar Kamu Tak Berinvestasi Saham Seperti Berjudi
So, bisa dibilang, bahwa memang bisa saja saham adalah judi, jika kamu melakukannya seperti sedang berjudi. Misalnya berspekulasi, mengharap hasil instan, hanya ikut-ikutan orang tanpa melakukan riset dan analisis sendiri.
Fatwa No. 80/DSN-MUI/III/2011 juga menyebutkan, bahwa investasi saham dapat dianggap sesuai perintah agama, jika membeli saham syariah dan tidak melakukan transaksi yang dilarang sesuai ajaran agama, yaitu transaksi spekulatif.
Jadi, bagaimana supaya kamu bisa berinvestasi saham dengan benar, dan bukan berjudi?
1. Beli saham syariah
Di Bursa Efek Indonesia, ada loh saham-saham syariah yang bisa kamu pilih. Ada 2 jenis saham syariah:
- Saham yang dinyatakan memenuhi kriteria syariah berdasar atas peraturan OJK Nomor 35/POJK.04/2017 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah.
- Saham yang didaftarkan sebagai saham syariah oleh emiten yang bersangkutan, dengan berpedoman pada peraturan OJK no. 17/POJK.04/2015.
Ada 4 indeks saham syariah yang bisa kamu lihat-lihat, yaitu Indeks Syariah Saham Indonesia, Jakarta Islamic Index, Jakarta Islamic Index 70, dan IDX-MES BUMN 17. Kamu bisa mencari informasi lebih banyak tentang indeks-indeks saham ini di website Bursa Efek Indonesia langsung.
2. Lakukan riset dan analisis
Lakukan riset dan analisis setiap kali kamu hendak membeli dan menjual saham. Karena memang begitulah cara kerja investasi saham, dan yang tak membuat saham adalah judi.
Ada 2 teknik analisis yang bisa kamu lakukan, yaitu:
- Analisis fundamental, yang berfokus pada penggalian informasi seputar perusahaan penerbit saham, mulai dari laporan keuangannya, perkembangan bisnisnya, hingga kecenderungan pasar terhadap sektornya.
- Analisis teknikal, yang berfokus pada data historis harga saham yang ada di bursa.
Keduanya memiliki fungsinya sendiri-sendiri, yang bisa kamu terapkan sesuai kebutuhan dan tujuan investasimu.
3. Pakai dana yang halal dan sudah dialokasikan untuk investasi
Pakai dana yang halal untuk berinvestasi saham, bukan uang ‘panas’ apalagi yang sebenarnya akan kamu pakai untuk memenuhi kebutuhan dan kewajiban.
Alokasi dana investasi dalam rencana keuangan biasanya ideal pada 10% dari penghasilan rutin. Tentu angka ini bukan angka mutlak. Artinya, kamu bisa mengaturnya sesuai kondisi dan kemampuanmu.
4. Kelola risiko dengan baik
Kelola risiko dengan melakukan diversifikasi instrumen investasi seperlunya, sesuai dengan kebutuhan, tujuan, dan profil risiko yang kamu miliki.
Dengan demikian, jika terjadi apa-apa yang tidak diinginkan, tidak semua instrumen akan kena dampak. Ada instrumen lain yang bisa tetap menjadi pelindung aset.
Nah, gimana? Apakah kamu masih menganggap bahwa saham adalah judi setelah membaca artikel ini sampai di sini? Semoga tidak ya.
Cari tahu lebih banyak tentang saham dan juga berbagai instrumen investasi lainnya ya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Total Kerugian Akibat Investasi Bodong hingga Tahun 2021 Rp117,4 Triliun, Ini 4 Modus Operandinya
Investasi bodong masih saja meminta korban, padahal modus ini sudah ada sejak zaman baheula. Tapi ya, korban bukannya berkurang, justru bertambah karena adanya generasi baru. Nggak cuma pemimpin yang harus regenerasi ternyata ya, korban investasi abal-abal juga. Sedih sih.
Yang paling baru melibatkan sebuah aplikasi yang mengiming-imingi calon korban dapat menghasilkan uang “hanya” dengan menonton iklan. Dari aktivitas yang remeh-temeh itu, member akan mendapatkan poin sesuai levelnya. Poin-poin inilah yang nantinya bisa ditukarkan dengan uang asli. Satu poin dihargai 1 dolar AS, artinya sekitar Rp14.000.
Sebenarnya pada awalnya sih masih biasa saja. Skema seperti ini juga sering dipakai di dunia kripto, yang sering disebut dengan faucet—yang memungkinkan penggunanya bisa mendapatkan mata uang kripto secara cuma-cuma. Tetapi, ketika member sudah harus naik level, untuk mendapatkan keuntungan lebih banyak, maka member diharuskan membayar sejumlah poin. Di sinilah money game mulai terjadi.
Kerugian Akibat Investasi Bodong
Dilansir dari situs CNBC Indonesia, Satgas Waspada Investasi mencatat total kerugian masyarakat akibat investasi bodong sejak tahun 2011 sampai 2021 sebesar Rp117.4 triliun. Angka ini bukan kaleng-kaleng ya. Ini bisa dipakai buat biayain bangun infrastruktur negara loh.
Padahal sebenarnya ciri-ciri investasi bodong itu sendiri juga sudah cukup jelas dan nyata. Satgas Waspada Investasi menggarisbawahi ciri-ciri berikut ini:
- Adanya janji mendapatkan keuntungan yang tak wajar dalam waktu singkat
- Ada skema member get member
- Memanfaatkan influencer untuk menarik minat
- Klaim zero risk
- Legalitas dan identitas enggak jelas
Modus Operandi Investasi Bodong
Masih menurut Satgas Waspada Investasi, ada sejumlah modus yang sama yang digunakan oleh oknum penyelenggara investasi bodong ini. Dari dulu, sampai sekarang, sebenarnya enggak berubah. Cuma dimodifikasi sedikit demi menyesuaikan tren yang ada.
1. Equity Crowdfunding atau Security Crowdfunding
Equity crowdfunding atau security crowdfunding adalah jenis pembiayaan dengan skema patungan untuk UMKM. Penyelenggaranya akan mempertemukan investor dengan mereka yang memang butuh dana segar untuk tambahan modal bisnisnya.
Sebenarnya, ini adalah skema yang bagus, dengan semangat gotong royong untuk mendorong perkembangan UMKM tanah air. Skema ini sebenarnya adalah skema yang umum digunakan oleh fintech P2P Lending.Tapi sayangnya, selalu ada celah yang bisa dimanfaatkan oleh para penjahat ini.
Investasi bodong bermodus crowdfunding ini akan menawarkan berbagai proyek untuk didanai oleh investor, tetapi dana justru dibawa kabur oleh penyelenggara sendiri.
2. Money Game
Pernah mendengar tentang skema Ponzi? Skema ini menawarkan keuntungan bagi member yang bisa mendapatkan atau merekrut member baru. Member baru yang bergabung kemudian diwajibkan untuk menyetorkan dana kepada penyelenggara. Namun kemudian oleh penyelenggara, setoran dana dari member baru dibagikan kepada member lama sebagai “keuntungan”. Dengan demikian, para member harus terus mencari member baru agar bisa mendapatkan berbagai keuntungan itu.
Skema Ponzi ini ‘diperkenalkan’ oleh Charles Ponzi di tahun 1920. Sampai sekarang, skema ini masih sering ditemui sebagai modus operandi berbagai investasi bodong. Hanya saja, kadang dimodifikasi sesuai tren atau kemajuan teknologi yang terjadi.
Skema ini juga yang diadopsi oleh si penyelenggara investasi bodong berbasis aplikasi menonton iklan seperti yang disebutkan di atas tadi. Sampai dengan saat ini, aplikasi tersebut sudah memiliki anggota sebanyak 1.7 juta orang, dan sebagian besar sudah melaporkan kerugian yang diderita.
3. Mencatut Instansi Resmi
Modus ketiga ini juga sering digunakan oleh para pelaku investasi bodong. Kebanyakan dari mereka akan mencatut instansi-instansi, atau perusahaan-perusahaan resmi, untuk menipu calon korban. Mereka menggunakan nama, hingga logo pihak yang dicatut, dan menawarkan skema investasinya melalui jalur pribadi, seperti SMS, pesan WhatsApp, serta platform media sosial lainnya.
Kalau sudah begini, tak hanya korban yang dirugikan. Pihak yang dicatut namanya pun juga mengalami kerugian, terutama soal reputasi.
4. Aktivitas Keuangan Tanpa Izin
Yang termasuk dalam modus keempat ini bisa jadi adalah penyelenggara investasi yang memang tidak memiliki izin dari regulator yang sudah diserahi kewenangan. Mulai dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia, Bappebti – Kementerian Perdagangan, Kementerian Koperasi dan UKM, dan lainnya.
Atau, bisa juga aktivitasnya berbeda dengan izin yang dimiliki. Misalnya, melakukan aktivitas bisnis keuangan, tapi ternyata memiliki izin usaha di luar sektor keuangan. Hal seperti ini bisa menjadi masalah besar jika sesuatu yang tak diinginkan terjadi di kemudian hari loh.
Dari uraian di atas, maka kita bisa mengambil kesimpulan, bahwa hanya dengan edukasi yang masiflah, investasi bodong bisa diberantas. Pemerintah memang sudah menyediakan payung hukum, juga sudah ada lembaga yang bertindak sebagai pengawas. Tetapi, semuanya tetap kembali pada kita sebagai warga masyarakat.
Apakah kita bisa cukup jeli mengenali berbagai skema investasi bodong ini, sehingga tak terjebak ke dalamnya? Hanya kita sendiri yang bisa menjawabnya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Nggak Cuma Saham, 5 Instrumen Investasi Populer Ini Juga Menguntungkan!
Semakin banyak orang sadar akan pentingnya berinvestasi, tentu hal ini sangat bagus. Dan, hal ini pun didukung oleh ekosistem keuangan sendiri yang sekarang semakin berkembang dan memudahkan. Berinvestasi tak lagi sulit, bahkan semudah menggerakkan jempol belaka. Hal ini pun membuat beberapa instrumen investasi ikut menjadi populer. Salah satunya adalah saham.
Dikutip dari Katadata, sampai dengan akhir Agustus 2021, terdapat 2.6 juta lebih single investor identification (SID) khusus saham tercatat di Bursa Efek Indonesia. FYI, jumlah SID akhir tahun 2020 itu “hanya” sebanyak 1.6 juta. Ini artinya ada peningkatan sebesar 53% lebih.
Apa yang menyebabkan semakin banyak investor saham terdaftar di Bursa Efek Indonesia? Lagi-lagi dikutip dari artikel yang sama, hal ini ternyata didorong optimalisasi digital yang telah dilakukan yang dilakukan oleh seluruh elemen dalam pasar modal sejak 2019.
Tak hanya menambah jumlah SID saja. Penetrasi digital di bidang keuangan juga menggeser demografi. Data Juli 2021 dari BEI menyiratkan ada pergerakan usia investor ke yang lebih muda, karena sekitar 80% investor di bursa saat ini merupakan milenial dan gen Z.
Instrumen Investasi Saham sebagai Satu-Satunya Pilihan (?)
Ini tentu merupakan pertanda baik, ya kan? Saham semakin digemari, semoga saja diiringi dengan pemahaman dan pengetahuan yang cukup juga.
Sepertinya popularitas saham juga ikut terdongkrak karena media sosial sih. Sekarang banyak banget infulencer investasi—khususnya saham—yang suka sharing di media sosial. Followernya pun luar biasa. Sampai ratusan ribu, bahkan sudah ada yang mencapai jutaan. Keren bangetlah, pokoknya!
However, tahukah kamu, bahwa saham bukanlah satu-satunya pilihan instrumen investasi yang bisa kita miliki?
Loh, memangnya perlu juga instrumen yang lain? Saham kan sudah menawarkan banyak keuntungan? Auto tajir deh, kalau bisa investasi saham dan bisa dapatkan keuntungan!
Ya, memang benar. Saham menawarkan imbal yang tinggi, bahkan bisa sampai sekian ratus persen! Namun, kamu juga harus ingat, bahwa instrumen investasi dengan imbal tinggi biasanya juga akan disertai tingkat risiko yang juga tinggi. Nah, inilah yang harus kamu kelola dengan baik. Caranya, adalah dengan mengombinasikan beberapa jenis instrumen investasi dengan tingkat risiko dan imbal yang bervariasi, agar hasilnya bisa optimal. Tentu saja, harus disesuaikan dengan tujuan keuanganmu, serta profil risikomu.
Berikut beberapa instrumen investasi selain saham yang bisa kamu pilih.
1. Deposito
Deposito merupakan salah satu instrumen investasi yang cukup populer juga di kalangan investor sekaligus awam. Bagi yang masih pemula, dan baru saja memulai perjalanan investasinya, deposito bisa menjadi titik awal yang bagus.
Dijamin oleh negara melalui LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) sampai nominal Rp2 miliar, tingkat risiko deposito relatif sangat rendah, apalagi jika dibandingkan dengan saham. Tingkat pengembaliannya juga relatif tetap, sehingga bisa dipastikan kamu mendapatkan imbal secara teratur sesuai kesepakatan.
Dengan demikian, instrumen ini sangat cocok dikombinasikan dengan saham dalam portofolio investasi kamu.
2. Logam mulia
Logam mulia dalam hal ini emas, yang kamu beli secara legal dari Antam, Pegadaian, atau sejenisnya.
Emas logam mulia dikenal sebagai safe haven, surga penyelamat bagi para investor. Ingat ketika awal masa pandemi, ketika secara drastis indeks harga saham global anjlok dan tertekan? Harga emas pun melambung tinggi, karena para investor beralih ke emas, demi menyelamatkan aset masing-masing.
Seperti halnya saham, emas juga merupakan instrumen investasi yang cocok untuk jangka panjang, lebih dari 5 tahun.
3. Reksa dana
Buat kamu yang pengin memberi keseimbangan terhadap nilai portofolio investasi, kamu bisa mengombinasikan saham dengan reksa dana.
Reksa dana sendiri ada 4 jenis, yaitu reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana campuran, dan reksa dana saham, yang masing-masing memiliki karakter sendiri-sendiri terutama terkait tingkat risikonya.
Instrumen ini relatifnya akan lebih rendah risiko dibandingkan dengan kalau kamu mengelola sendiri investasi saham maupun obligasi, karena di sini ada peran manajer investasi yang secara profesional terus melakukan analisis dan pantauan terhadap pengembangan dana yang dilakukan.
4. Obligasi
Obligasi artinya surat utang. Ada beberapa jenis obligasi yang biasanya ditawarkan sebagai instrumen investasi, tapi yang terpopuler adalah obligasi negara dan obligasi korporasi.
Dari tingkat risikonya, obligasi negara lebih rendah risiko daripada obligasi korporasi. Pasalnya, obligasi negara dijamin oleh pemerintah, dan sejauh ini pemerintah belum pernah gagal bayar.
Obligasi menawarkan imbal yang teratur juga, seperti halnya deposito. Bahkan besaran kuponnya biasanya ditawarkan lebih tinggi daripada bunga deposito.
5. P2P Lending
Instrumen terakhir ini merupakan salah satu hasil perkembangan teknologi keuangan dewasa ini. Jadi memang masih sangat baru.
Meski masih gres, tapi imbal yang ditawarkan juga lumayan loh. Cara kerja P2P Lending ini mirip dengan marketplace tempat kita biasa belanja online, yaitu mempertemukan antara “pembeli” dan “penjual”. Namun, kalau di P2P Lending, “pembeli” adalah pemberi pinjaman, sedangkan “penjual” adalah pihak-pihak yang membutuhkan pinjaman dana.
Tak hanya perorangan atau individu, banyak peminjam dana yang berasal dari kalangan UMKM loh! Mereka ini membutuhkan tambahan modal untuk pengembangan dan pengelolaan bisnisnya, tetapi umumnya tidak dapat terlayani di bank karena satu dan lain sebab.
Pastikan saja, kamu hanya mengembangkan dana di platform P2P Lending yang terdaftar dan berizin di OJK ya, untuk menjamin dana pinjamanmu sendiri.
Ada Instrumen Investasi Lainnya?
Oh, jelas ada.
Cryptocurrencies, salah satu yang lagi naik daun banget belakangan. Meski sebagian menganggap crypto tidak termasuk instrumen investasi melainkan komoditas yang hanya bisa diperjualbelikan dalam jangka waktu pendek, tetapi nyatanya banyak yang sudah mengantongi keuntungan dari cryptocurrencies yang berfundamental bagus.
Ini juga instrumen yang masih sangat baru, sehingga perkembangannya perlu dipantau dengan lebih saksama. Lagi pula, sifatnya yang terdesentralisasi membuatnya jauh dari jangkauan otoritas mana pun di dunia ini, sehingga tanggung jawab risikonya benar-benar ada pada diri kita sendiri.
Instrumen investasi lainnya juga masih banyak yang bisa jadi opsi loh. Misalnya seperti investasi properti; bisa jadi tanah dan bangunan, juga seperti bisnis dan royalti.
Apakah harus punya semua? Tentu tidak. Kamu yang tahu kebutuhanmu, kamu juga yang menentukan, instrumen mana yang bisa melayani kebutuhanmu dengan baik.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Apa Itu Portofolio Investasi, dan Bagaimana Cara Menyusunnya secara Pas?
Portofolio investasi ibarat rapor untuk seorang investor. Dalam sebuah portofolio, akan terlihat rincian bagaimana seseorang mengalokasikan aset investasinya.
Portofolio investor bisa terdiri atas berbagai macam aset, yang dikumpulkan dengan tujuan dan pertimbangan tertentu. Bisa mencakup kumpulan saham, obligasi, tabungan, juga bisa terdiri atas mata uang asing, emas, properti, dan nft art, misalnya.
Mari kita lihat lebih lanjut mengenai portofolio investasi ini.
Apa Itu Portofolio Investasi?
Portofolio investasi merupakan kumpulan seluruh aset yang dimiliki, yang terdiri atas berbagai instrumen yang dapat membantu sang investor untuk mencapai imbal terbaik, sesuai dengan profil risiko yang dimiliki oleh si investor.
Portofolio bisa terdiri dari beragam bentuk investasi, atau bisa juga terdiri atas satu kelas aset saja. Misalnya reksa dana, atau saham.
Dalam sebuah portofolio investasi, ada berbagai instrumen yang dikumpulkan sesuai dengan berapa banyak dana yang ingin diperoleh, tergantung tujuan investasi yang dimiliki. Hal ini terkait juga dengan gaya hidup, tingkat toleransi terhadap risiko, serta kemampuan finansial si investor.
Tujuan Membuat Portofolio Investasi
Tujuan seorang investor membangun portofolio investasi adalah untuk menyediakan media kerja agar uang dapat menghasilkan uang lagi bagi si investor. Portfolio ini yang akan menjadi alat kendali dan pemantau akan hasil kinerja investasi yang sudah dilakukan.
Dari data yang ada dalam portofolio investasi, kamu sebagai investor juga kemudian dapat membuat rencana diversifikasi dan penyeimbangan aset, sehingga tidak terkumpul pada satu sektor saja. Aset ini disebar agar meminimalkan risiko dan mengoptimalkan potensi imbal yang bisa diperoleh.
Diversifikasi adalah salah satu langkah penting dalam investasi loh! Dan, hal ini bisa dilakukan jika kamu punya portofolio investasi yang sudah solid.
Cara Menentukan Portofolio Investasi yang Tepat
Kalau begitu, gimana cara menentukan portofolio investasi yang tepat ya?
Ya, sebenarnya mudah saja. Semua kembali ke kamu, dan 3 pertanyaan berikut ini.
1. #TujuanLoApa
Kamu mau investasi untuk apa? Untuk dana menikah? Dana pendidikan anak? Dana pensiun? Dana liburan?
Setelah tahu mau dipakai untuk apa, selanjutnya kamu harus menentukan jangka waktunya. Masih berapa lama lagi tujuan itu ingin kamu targetkan untuk tercapai. Misalnya dana menikah, akan dipakai untuk menikah satu tahun lagi. Atau, dana pendidikan anak, akan dipakai untuk anak masuk SD 3 tahun lagi. Atau juga dana pensiun, yang akan dipakai 20 tahun lagi?
Untuk tujuan investasi jangka panjang, maka kelas aset yang seharusnya lebih besar adalah saham, dibandingkan kelas aset yang lain. Sebaliknya, jika tujuan investasinya jangka pendek, maka kelas aset pasar uanglah yang mendapatkan proporsi terbesar.
2. Profil risiko
Ada 3 profil risiko yang bisa dikenali pada diri investor, yaitu:
- Konservatif, adalah mereka yang kurang toleran terhadap risiko kerugian. Jantungan banget deh, kalau lihat kondisi keuangan yang krisis.
- Moderat, adalah mereka yang sudah dapat menoleransi risiko, tetapi juga masih suka cari aman.
- Agresif, adalah mereka yang fokus untuk meraih keuntungan yang semaksimal mungkin dengan memanfaatkan setiap instrumen yang sesuai.
Nah, kamu termasuk yang mana nih?
Memang, untuk bisa menyusun portofolio investasi yang pas, adalah penting bagimu untuk mengenali diri sendiri lebih dulu. Hal ini penting, agar kamu nggak emosian, nggak mudah tergoda tren sesaat, dan nggak panik ketika nilai investasimu turun seiring kondisi pasar yang juga menurun.
3. Modal
Jika kamu punya modal yang besar, tentu saja kamu akan lebih fleksibel dalam menentukan portofoliomu. Banyak instrumen yang bisa kamu eksplorasi, dan pilih yang sesuai dengan kebutuhan.
Namun, jika modalmu minim, maka kamu juga harus menyesuaikannya, dan kemudian membuat strategi tertentu agar tetap dapat berinvestasi secara konsisten.
Contoh Membangun Portofolio Investasi
Sebut saja Bunga (sudah pasti bukan nama sebenarnya). Ia adalah seorang karyawan mid-management, dengan gaji Rp20 juta per bulan. Untuk investasi, Bunga mengalokasikan 20% dari gajinya, yang berarti sebesar Rp4 juta.
Bunga ingin membangun dana pensiun untuk dirinya sendiri. Setelah dihitung-hitung dan dianalisis, Bunga ingin membangun portofolionya pada saham. Dipilihlah saham dividend-aristocrate dengan harapan dividennya bisa menjadi passive income di kemudian hari.
Namun, dengan kondisi yang belum stabil pasca pandemi seperti sekarang, dan juga Bunga masih merasa newbie dan belum berani menanggung risiko yang terlalu besar, Bunga pun memperluas pilihan investasinya. Dipilihlah Reksa Dana Pendapatan Tetap, yang proporsi alokasi investasinya ada pada obligasi untuk melengkapi portofolionya.
Dari diversifikasi tersebut, Bunga mempertimbangkan, bahwa risiko investasi saham paling maksimum yang bisa ditoleransi baginya adalah 60%. Dengan demikian, Bunga menempatkan dana sebesar Rp2.400.000 pada saham pilihannya. Sedangkan sisanya, ia setorkan ke manajemen investasi untuk alokasi Reksa Dana Pendapatan Tetapnya.
Dengan demikian, selanjutnya Bunga tinggal setor sesuai alokasi yang sudah dibuatnya pada dua instrumen pilihannya.
Mau Belajar Cara Membangun Portofolio Investasi yang Pas?
Nah, itu contoh sederhana dari Bunga, yang merasa cukup dengan 2 jenis instrumen saja. Dari portofolio sahamnya, sebenarnya juga bisa kalau mau diulik lagi. Misalnya, sekian persen untuk saham dividend aristocrate, lalu sebagian yang lain dialokasikan untuk saham jenis growth stock, untuk memaksimalkan pertumbuhannya.
Mau belajar menyusun portofoliomu sendiri? Yuk, join Special Class Saham dari QM Financial! Cek jadwalnya, dan segera daftarkan diri supaya nggak kehabisan seat
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!