Kenalan dengan Sukuk Ritel Menjelang SR013 Ditawarkan
Salah satu instrumen investasi yang dapat menjadi pilihan buat kita, dan cukup aman dengan imbal yang juga sepadan adalah Sukuk Ritel, atau yang biasa juga disebut dengan Sukri.
Sukuk Ritel merupakan salah satu bentuk surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah Indonesia, yang biasanya dikeluarkan dengan tujuan untuk menghimpun dana masyarakat Indonesia demi menambah modal pembangunan infrastruktur negara.
Pemerintah kembali membuka kesempatan bagi warga negara Indonesia yang pengin berpartisipasi dalam investasi untuk pembangunan negara sendiri melalui SR013 yang akan segera dibuka penawarannya di akhir Agustus ini.
Buat kamu yang saat ini masih asing dengan Sukuk Ritel, yuk, ikuti terus artikel ini agar kamu bisa kenalan dengan instrumen investasi satu ini dan mungkin bisa mempertimbangkan untuk memanfaatkannya juga.
Apa Itu Sukuk Ritel?
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, Sukri ini merupakan instrumen surat berharga berbasis tabungan dari pemerintah, yang ditawarkan bagi investor individu dengan mengacu pada prinsip-prinsip syariah. Keluarnya jenis surat berharga ini merupakan wujud akomodasi pemerintah agar warga negara Indonesia yang beragama Islam dapat ikut serta berpartisipasi dalam aktivitas investasi negara dengan tetap taat pada ajaran agama.
Dalam praktiknya, Sukuk Ritel tidak menggunakan sistem bunga, seperti halnya yang berlaku ada surat utang atau obligasi pada umumnya. Meski demikian, instrumen ini tetap menawarkan keuntungan atau imbalan yang tak kalah menarik dibandingkan dengan instrumen investasi yang lain, bahkan lebih besar daripada deposito.
Sukuk Ritel merupakan bagian atau turunan dari instrumen obligasi, dan merupakan salah satu bentuk dari Surat Utang Negara (SUN). Cara kerjanya mirip dengan SBR, atau Saving Bond Ritel. Hanya saja, Sukri merupakan instrumen syariah, SBR adalah instrumen investasi konvensional.
Nah, mari kita lihat beberapa karakteristik Sukuk Ritel ini lebih jauh.
Karakteristik Sukuk Ritel
Berprinsip Syariah
Dana Sukuk Ritel dikelola sesuai dengan prinsip syariah, seperti yang telah difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, yang berwenang mengeluarkan fatwa mengenai penerapan prinsip-prinsip syariah dalam produk-produk keuangan, termasuk di dalamnya tentang sukuk ini.
Manfaat Imbalan dan Tenor
Bentuk keuntungan bagi investor dalam Sukuk Ritel bukan berupa bunga, melainkan imbalan yang besarnya sudah ditentukan oleh pemerintah. Imbalan dari Sukri bersifat tetap. Hal ini berbeda dengan Sukuk Tabungan yang menawarkan imbalan dengan sifat mengambang, biasanya mengacu pada rate BI yang disesuaikan setiap 3 bulan sekali.
Untuk Sukuk Ritel yang akan ditawarkan tanggal 28 Agustus 2020 besok, SR013, pemerintah telah menetapkan besaran imbalan yang dapat kita terima adalah 6.05% per tahun. Saat artikel ini ditulis, rate suku bunga BI ada di kisaran 4%, sehingga bisa dilihat, imbalan yang ditawarkan pada Sukuk Ritel ini 2.05% lebih tinggi.
Bukan berupa bunga yang berarti riba, imbalan Sukri merupakan uang sewa, atau ujrah, yang pastinya sesuai dengan prinsip syariah Islam. Imbal hasil instrumen ini akan diberikan setiap bulan hingga akhir jatuh tempo 3 tahun, dan pembayaran pertama akan diberikan 10 November 2020.
Nggak Perlu Modal Besar
Sukuk Ritel, seperti juga jenis obligasi pemerintah yang lain, memang menyasar investor individu sehingga nominal minimal yang ditawarkan pun tidak terlalu tinggi. Untuk SR013, kita dapat ikut berinvestasi dengan modal minimal Rp1 juta, dan selanjutnya dengan kelipatan Rp1 juta, hingga nominal maksimal Rp3 miliar.
Tentunya, ini sangat terjangkau ya, buat investor individu. Investor kelompok ataupun perusahaan dan institusi tidak diperkenankan untuk ikut berinvestasi di instrumen ini.
Bisa Diperdagangkan, Tapi Pahami Risikonya
Sukuk Ritel merupakan instrumen yang relatif paling aman, karena ada penjaminan 100% dari pemerintah. Kalau Sukuk Tabungan punya fasilitas early redemption, sedangkan Sukuk Ritel tidak ada fasilitas ini tetapi bisa diperdagangkan di pasar sekunder jika misalnya kamu keburu butuh dananya cair sebelum masa jatuh tempo 3 tahun. Atau, misalnya, kamu mengejar cuan dari selisih harga sehingga mendapatkan capital gain.
Tapi, sadari juga risikonya ya. Bahwa di mana ada capital gain, maka di situ pula muncul risiko capital loss.
Investor diperbolehkan untuk menjual surat berharga ini setelah melewati masa tunggu hingga pembayaran kupon 2 kali, berarti di bulan Desember 2020.
Jika kamu berniat untuk menjual Sukuk Ritel kamu di luar masa penawaran di pasar sekunder, kamu bisa melakukannya melalui sekuritas di mana kamu membelinya sebelumnya. Jangan lupa ada potongan pajak untuk capital gain ya.
Nah, gimana? Tertarik pengin ikut partisipasi dan membeli Sukuk Ritel seri SR013? Tunggu penawarannya besok ya, dan segera hubungi mitra distribusinya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Mulai Investasi, Berikut 5 Hal yang Harus Selalu Menjadi Pertimbangan Sebelumnya
Sudah waktunya bagi setiap orang untuk mulai investasi sejak dini, sejak muda, sejak masih sehat, sejak masih produktif.
Namun, sebelum mulai investasi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan menjadi pertimbangan, agar ke depannya kamu sudah aware akan segala risiko dan kondisi yang terjadi dan mungkin berbeda dari harapan kamu sebelumnya.
Ikuti terus artikel ini sampai selesai ya.
5 Hal untuk Dipertimbangkan dengan Saksama Sebelum Mulai Investasi
1. Tujuan yang ingin dicapai
Sebelum mulai investasi, hal pertama yang harus diputuskan lebih dulu adalah tujuan kamu berinvestasi. Ingat, #TujuanLoApa? Apa yang ingin kamu capai dengan berinvestasi? Apa cita-cita yang pengin kamu wujudkan melalui investasi?
Setiap orang bisa memiliki tujuan yang berbeda, dan enggak hanya satu tapi banyak. Kamu pun pasti begitu. Ibarat hendak pergi ke suatu tempat, tentu kita akan menentukan tujuan dulu baru kemudian menentukan kendaraan apa yang bisa digunakan; yang lebih nyaman, lebih cepat, lebih hemat, dan berbagai pertimbangan lainnya.
Begitu juga jika kamu mulai investasi. Tentukan dulu tujuannya, baru deh kendaraannya mau pakai apa.
2. Perhitungkan jumlahnya
Berapa total kebutuhanmu untuk bisa mencapai tujuan? Nominal ini akan menjadi target pencapaian dari investasimu, sehingga penting untuk ditentukan dulu sebelum mulai investasi.
Nominal ini juga akan “memberi tahu” kamu, berapa yang harus kamu sisihkan untuk diinvestasikan setiap bulannya. Dari sini, kamu bisa mengecek apakah rasio menabungmu cukup realistis dan ideal, yaitu kurang lebih 10% dari penghasilan rutin.
Nominal dari perhitungan kebutuhan ini juga akan memberimu gambaran, tentang mampu tidaknya kamu meraih keinginanmu. Jika ternyata dalam perhitungan kamu tidak mampu, maka kamu bisa mencari solusi alternatif yang lain. Menambah tingkat risiko, misalnya, tetapi di sini pun kamu harus mempertimbangkan profil risikomu sendiri.
3. Niat dan motivasi
Untuk bisa mulai investasi saja sudah butuh niat yang besar, karena kamu akan perlu untuk menghemat berbagai pos pengeluaran lain yang mungkin selama ini ada untuk memberi reward pada diri sendiri. Hal ini cukup susah loh dilakukan. Iya, QM Financial tahu betul akan hal ini. Tetapi, hidupmu kan enggak berhenti di masa kini saja. Kamu harus memikirkan nanti di masa depan, kamu ingin hidup seperti apa, ya kan? Karenanya, niat mulai investasi ini memang harus ditumbuhkan sejak awal.
Setelah mulai investasi, untuk konsisten menyisihkan sebagian penghasilan untuk diinvestasikan itu juga merupakan tantangan tersendiri. Godaannya banyak, apalagi untuk investasi jangka panjang.
Tenang, bukan hanya kamu sendiri kok yang mengalami permasalahan yang sama. Banyak orang yang bermasalah juga dalam hal ini.
So, ayo bangun niat dan motivasi untuk mulai investasi dan kemudian konsisten melakukannya. Kamu pasti bisa.
4. Pengetahuan yang cukup
Untuk bisa mengenali, mana instrumen yang paling sesuai untuk tujuan-tujuan keuangan yang sudah kamu rencanakan, kamu perlu punya pengetahuan akan produk investasi yang cukup.
Mana saja yang cocok untuk tujuan keuangan jangka pendek, mana yang lebih bagus kalau dimanfaatkan sebagai instrumen investasi jangka menengah, dan mana saja yang harus jangka panjang. Dengan berbekal pengetahuan ini, kamu bisa mulai investasi dengan instrumen yang tepat, sehingga besar peluang tujuan keuanganmu akan tercapai nantinya.
5. Paham risiko
Selalu ingat ya, bahwa setiap instrumen investasi akan membawa risikonya masing-masing. Kamu harus benar-benar paham akan hal ini sebelum mulai investasi.
Pahami, bahwa imbal investasi yang kecil akan datang bersama risiko yang juga minim. Sedangkan, jika kamu menginginkan keuntungan besar maka kamu juga harus siap mengelola risiko yang juga tinggi. Tidak akan pernah ada investasi tanpa risiko tapi memberikan keuntungan puluhan persen. Itu hanya ada dalam investasi bodong.
Paham akan risiko investasi akan membuatmu bisa mengelola diri dengan baik. Enggak gampang panik ketika pasar saham turun, enggak buru-buru jual saham ketika IHSG merosot. Kamu akan tetap tenang, meski portofoliomu memerah. Kamu akan yakin, dengan analisis yang benar, keuntungan akan datang juga pada waktunya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Mau Jadi Perencana Keuangan untuk Diri Sendiri? 7 Hal Ini Harus Dipelajari Dulu!
Seorang perencana keuangan dibutuhkan ketika kita merasa kesulitan mengatasi permasalahan keuangan yang terjadi, atau ketika kita merasa kewalahan mengelola keuangan pribadi kita. Mereka akan membantu menawarkan berbagai macam solusi, agar kemudian kita bisa sukses meraih tujuan-tujuan finansial kita.
Pernahkah kamu mempertimbangkan untuk menjadi perencana keuangan untuk dirimu sendiri?
Hmmm, sounds interesting ya? Iyaps, karena dengan menjadi perencana keuangan bagi diri sendiri (dan keluarga), kita bisa membuat berbagai keputusan keuangan sendiri. Semua bisa dipertimbangkan menurut kebutuhan dan keinginan kita sendiri. Kita juga bisa bertanggung jawab atas keputusan-keputusan itu terhadap diri sendiri. Rasanya, bebas banget mau menentukan, pengelolaan seperti apa yang kita inginkan dan bisa mengoptimalkannya sesuai kemampuan dan kebutuhan kita.
Yes banget kan? Nah, mari kita lihat beberapa hal yang perlu kamu pelajari jika kamu ingin menjadi perencana keuangan untuk dirimu sendiri.
7 Hal untuk Menjadi Perencana Keuangan Bagi Diri Sendiri
1. Membuat catatan atau laporan keuangan
Nah, kamu pasti sudah tahu, apa pentingnya membuat laporan arus kas keuangan pribadi ini kan?
Yes, catatan atau laporan keuangan yang detail dan rapi dapat membantumu untuk mencermati jika ada hal-hal yang perlu diperbaiki dalam keuangan, bisa mencari solusinya, dan dengan catatan pengeluaran, kamu juga bisa mengendalikan belanja sehingga kamu bisa lebih banyak menabung demi tujuan finansialmu.
2. Membuat anggaran
Anggaran belanja ini sepenting catatan pengeluaran. Buku catatan keuanganmu belumlah lengkap tanpa adanya anggaran belanja.
Untuk bisa menjadi perencana keuangan untuk diri sendiri–dan kemudian membuat rencana keuangan yang komprehensif–kamu harus bisa membuat anggaran untuk berbagai macam keperluan.
Ingat, kebutuhan akan selalu lebih banyak daripada sumber daya yang kita miliki. Tanpa anggaran, kita bisa salah prioritas, sehingga bisa jadi kita malah terlalu banyak membelanjakan uang ke hal-hal yang kurang penting.
3. Merumuskan tujuan keuangan
Tak semua orang tahu apa yang mereka inginkan. Banyak loh, yang hanya sekadar menjalani hidup, tanpa ada intensi untuk meningkatkan kualitasnya, karena menjadikan penghasilan yang pas-pasan sebagai alasan.
Padahal, dengan pengelolaan keuangan yang baik, gaji atau penghasilan seberapa besar pun tak akan menjadi masalah. Ini bisa diatasi jika kamu mau menjadi perencana keuangan untuk dirimu sendiri.
Salah satunya, kita harus memiliki tujuan keuangan yang disusun berdasarkan prioritas. Ini butuh keterampilan khusus, karena yah, sekali lagi, keinginan dan kebutuhan akan selalu lebih banyak daripada sumber daya. Jadi, kita mesti pintar-pintar mengatur sumber daya itu agar semua kebutuhan bisa terpenuhi.
4. Memilih instrumen investasi yang tepat
Untuk merealisasikan tujuan keuangan yang sudah kamu susun, kamu perlu bantuan beberapa instrumen investasi yang tepat. Hal ini harus kamu pelajari betul jika ingin menjadi perencana keuangan bagi diri sendiri.
Jangan mikir yang ribet dulu. Belajar investasi itu layaknya sekolah. Kamu enggak bisa tahu-tahu duduk di bangku SMA, tapi harus menjalani pendidikan di playgroup dulu, kemudian TK, SD, SMP, dan kemudian baru SMA dan melanjutkan ke perguruan tinggi. Yes, bertahap.
Jadi, belajar investasi itu seharusnya bisa dilakukan oleh semua orang, apalagi buat mereka yang sudah punya niat kuat untuk menjadi perencana keuangan untuk diri sendiri dan keluarga. Pasti akan terasa lebih mudah ketika kamu belajar one step at a time. Yang penting, kenalan dulu!
5. Bijak kelola utang
Utang bisa jadi penghambat besar untukmu, jika kamu tidak bisa mengelola keuangan dengan baik. Padahal, di sisi lain, utang juga dibutuhkan agar kita bisa meraih hal-hal di luar jangkauan yang dapat meningkatkan kualitas hidup kita di depan.
Karenanya, kalau mau menjadi perencana keuangan bagi diri sendiri, bisa bijak mengelola utang adalah satu skill yang mutlak untuk dimiliki.
6. Mengenal berbagai jenis proteksi
Tanpa proteksi, rencana keuangan bisa hanya tinggal rencana. Tujuan keuangan bisa gagal dicapai. Karenanya, proteksi ini mutlak dimiliki, seperti yang sudah dijelaskan dalam Blueprint of Your Money.
Ada 2 jenis proteksi yang wajib kamu miliki sebagai jaring pengaman rencana keuanganmu: asuransi kesehatan dan asuransi jiwa. Bagaimana cara memilih asuransi yang paling cocok, dan bagaimana perhitungannya? Kamu bisa mempelajarinya dengan mudah kok.
7. Memotivasi diri sendiri
Menjadi perencana keuangan untuk diri sendiri pastinya bukan proses yang mudah, tetapi juga enggak sesulit yang dibayangkan. Setidaknya, kamu enggak perlu sertifikat-sertifikat tertentu untuk menjadi seorang perencana keuangan untuk diri sendiri, karena kamu “hanya” perlu bertanggung jawab pada dirimu sendiri, terhadap keputusan-keputusanmu sendiri.
Tentunya, kamu mau yang terbaik dong untuk dirimu sendiri?
Karena itu, kamu perlu belajar untuk memotivasi diri sendiri untuk terus belajar mengelola keuangan. Tanpa motivasi, rasanya mustahil untuk bisa konsisten, ya kan? Padahal konsistensi sangat diperlukan, terutama untuk mewujudkan rencana jangka panjang.
Nah, tertarik untuk menjadi perencana keuangan untuk diri sendiri dan juga untuk keluarga?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
7 Ciri Keuangan Sehat yang Pasti Bisa Dicapai oleh Semua Orang
Setiap orang pasti pengin sehat. Enggak hanya soal tubuh fisik yang sehat, pun mentalnya, tetapi pasti juga pengin punya keuangan sehat. Betul?
Punya keuangan yang sehat itu sebenarnya simpel kok. Justru malah lebih rumit kalau kita ‘pengin kaya’. Tapi, kebanyakan sih yang terakhir yang menjadi target kebanyakan orang. Well, kamu enggak perlu jadi kaya kok untuk punya keuangan sehat.
Berikut beberapa ciri keuangan sehat, yang sebenarnya simpel banget bahkan mungkin kamu sudah menuju ke arah yang sama sekarang ini. Tinggal dilanjutin aja.
7 Ciri Keuangan Sehat
1. Punya pemasukan dan pengeluaran yang lancar, terukur, dan rasionya positif
Bisa jadi setiap orang memang punya pemasukan dan pengeluaran. Wajar, tetapi belum tentu kondisinya sehat.
Ciri keuangan sehat adalah ketika pemasukan dan pengeluaran lancar, dan rasionya positif, dalam artian pemasukan lebih besar dari pengeluaran. Arus kas ini juga terukur dan tercatat dengan baik, sehingga bisa terlihat dengan jelas pergerakannya.
Ketika arus kasnya negatif, ini berarti pengeluaran lebih banyak daripada uang yang masuk. Artinya, ada yang salah dengan pengelolaannya. Apalagi jika sampai tabungan juga tergerus akibat dari negatifnya arus kas ini, berarti kamu harus segera melakukan sesuatu untuk mengatasinya.
2. Punya tujuan keuangan
Orang dengan kondisi keuangan yang sehat akan memiliki tujuan finansial yang jelas pula. Apalagi ketika satu per satu tujuan finansial bisa dicapai. Sudah pasti itu merupakan tanda keuangan sehat.
So, saat ini apakah kamu sudah mencapai satu atau beberapa tujuan finansialmu? Dana DP rumah? Dana menikah? Dana pendidikan anak?
Oh, kamu sedang mengusahakannya? Bagus! Itu sudah merupakan pertanda besar bahwa keuanganmu sehat.
Keep on going, ya!
3. Cicilan utang lancar
Cicilan utang yang lancar, tidak pernah menunggak, dan sesuai dengan kesepakatan juga merupakan salah satu tanda keuangan sehat. Ini berarti rasio utangmu pas atau malah di bawah garis batas, yaitu 30% dari penghasilan rutin, yang berarti anggaranmu cukup longgar untuk membayar cicilan utang.
Yups, ini pertanda bagus. Semoga cicilanmu segera lunas, dan kamu pun sudah one step closer menuju kebebasan finansial. Amin!
4. Kebutuhan rutin terpenuhi dengan baik
Namanya manusia, sudah biasalah banyak mau, banyak keinginan, banyak cita-cita, sehingga banyak kebutuhan juga. Itu tandanya kita masih termotivasi untuk hidup lebih baik.
Jika kondisi keuangan sehat, maka kamu juga enggak akan menemui kesulitan berarti untuk bisa memenuhi semua kebutuhan hidupmu sehari-hari. Nggak perlu utang untuk belanja groceries, bahkan sekadar untuk jajan-jajan lucu. Kamu bahkan punya uang belanja lebih untuk kasih reward untuk diri sendiri sesekali waktu. Bahkan, kamu bisa membayar tunai barang-barang tersier tanpa mengganggu pos pengeluaran yang lain.
Wah, sehat banget tuh!
5. Punya dana darurat
Keuangan sehat juga bisa dilihat dari jumlah dana darurat yang memadai, yang bisa menjadi jaring penyelamat ketika ada keperluan mendadak atau ada kondisi darurat yang memerlukan biaya. Tanpa mengganggu arus kas harian, kamu bisa mengatasi keperluan mendadak ini dengan mudah dan gampang.
Berapa jumlah dana darurat yang ideal? Kamu bisa mengecek di artikel yang sudah ditautkan. Dana darurat enggak harus dibangun sekaligus. Kamu bisa memulainya seiring dengan tujuan keuangan yang lain. Tinggal atur saja proporsinya, lama kelamaan jumlah ideal tersebut pasti tercapai, jika kamu bisa konsisten.
6. Punya proteksi
Keuangan sehat juga ditandai dengan kepemilikan proteksi yang memadai. Yang paling penting adalah kamu punya asuransi kesehatan dan asuransi jiwa. Kedua asuransi ini wajib punya, terutama asuransi jiwa jika kamu masih di usia produktif dan menjadi tulang punggung keluarga.
Pastikan juga kamu mengikutsertakan seluruh anggota keluarga dalam asuransi kesehatan. Karena biaya sakit itu enggak pernah murah. Sekali sakit, bisa menguras tabungan jika kamu tak memiliki asuransi kesehatan. Jadi, jenis asuransi ini wajib hukumnya.
7. Bisa investasi sesuai proporsi
Idealnya, kamu seharusnya bisa berinvestasi setidaknya 10% dari penghasilan rutinmu setiap bulan jika kamu memiliki kondisi keuangan sehat. Bisa lebih malahan, apalagi kalau lagi musim bonus atau ada THR.
Nah, ketujuh tanda keuangan sehat di atas bisa dicapai kalau kamu memiliki keterampilan pengelolaan keuangan yang baik. See? Nggak harus kaya kan, untuk bisa punya kondisi keuangan sehat?
Kamu pengin punya kebiasaan mengatur uang yang baik juga? Kamu bisa belajar kok, mulailah dari memahami konsep Blueprint of Your Money. Dari situ, kemudian kamu bisa melanjutkan ke pengelolaan arus kas, menentukan tujuan finansial, hingga mengenali satu per satu instrumen untuk mewujudkan tujuan keuanganmu.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
3 Cara Belajar Saham untuk Pemula yang Paling Mudah
Investor pemula harus belajar saham terlebih dahulu jika memang ingin memanfaatkan salah satu instrumen investasi agresif ini sebagai kendaraan untuk meraih tujuan finansial mereka.
Mengapa?
Karena tak hanya menawarkan keuntungan tinggi, saham pun membawa serta risiko keuangan yang juga cukup besar. Tanpa dasar pengetahuan yang cukup, investor bisa jatuh terpuruk dalam kerugian material yang sangat besar. Sudah banyak kasus investor gagal yang akhirnya harus menelan pil pahit kerugian dana, “hanya” karena disebabkan oleh kurangnya pengetahuan mengelola risiko saat berinvestasi di instrumen saham.
Please, jangan menambah daftar panjang kasus yang sudah ada.
Jadi, mari belajar saham dulu, sebelum benar-benar nyemplung ke dunia investasi agresif ini. Tapi, mulai dari mana ya? Well, ini dia beberapa best practice ala QM Financial yang bisa kamu coba.
Cara Belajar Saham untuk Pemula yang Paling Mudah
1. Pelajari prinsip investasi saham
Ada banyak cara untuk belajar finansial, salah satunya termasuk belajar saham. Kamu bisa belajar dari buku, dari artikel, follow akun-akun berfaedah di media sosial, dengerin podcast, nonton YouTube, sampai ikutan kelas finansial.
Sebenarnya, mau apa dan bagaimana pun cara belajarnya, prinsip investasi itu ya sama saja kok, dan inilah yang harus kamu pahami lebih dulu.
- Prinsip high return high risk. Bahwa setiap instrumen investasi yang menjanjikan imbal tinggi akan selalu disertai dengan risiko yang berbanding lurus. Tidak pernah ada yang namanya “untung besar tanpa risiko”. Jika ada yang mengiming-imingimu dengan janji menggiurkan ini, waspadalah, karena bisa jadi itu investasi bodong belaka.
- Hanya berinvestasi di instrumen yang benar-benar kamu pahami cara kerjanya. Kalau pahamnya deposito, ya investasikanlah danamu di deposito. Kalau kamu sudah belajar dan paham cara kerja reksa dana, maka kamu boleh menyimpan danamu di sana. Begitu juga dengan belajar saham. Mau investasi di saham, pahamilah dulu cara kerja saham, mulai dari kenapa perusahaan menjual saham, bagaimana cara kerja saham dijual di bursa efek, hingga bagaimana cara kerja dividen dan lain sebagainya.
- Berinvestasilah dengan uang yang memang dialokasikan untuk investasi, jangan pakai uang belanja harian, uang SPP anak, dan uang keperluan lain yang sudah ada jatahnya.
Intinya, kumpulkan informasi dan tip-tip terbaiknya sebelum kamu mulai benar-benar investasi di saham.
2. Mulai dari nominal kecil
Zaman sekarang, kita diuntungkan dengan makin dipermudahnya untuk investasi di berbagai instrumen, yang sesuai dengan tujuan dan kemampuan kita. Karena memang seharusnya investasi itu bisa dilakukan oleh semua orang.
So, kamu “hanya” punya modal kecil? Ya, enggak masalah. Justru jika kamu masih pemula, untuk belajar saham, kamu sangat disarankan untuk mulai dari nominal yang kecil dulu.
Saham dijual dalam satuan lot. Satu lot terdiri atas 100 lembar saham. Kita boleh membeli saham paling minimal sebanyak 1 lot. Jika disebutkan, misalnya saham WXYZ berharga Rp100 per lembarnya, maka setidaknya kamu harus menyiapkan dana sebesar Rp10.000 untuk bisa membeli jumlah paling minimal.
Jadi, sekarang tergantung modalmu, mau mulai investasi berapa banyak? Nah, mulailah dengan nominal kecil, yang tak akan mengganggu anggaran belanja rutin dan kewajiban lainnya. Istilahnya, pakai “uang dingin”.
Dengan demikian, operasional harian kamu tidak terganggu, investasi jalan terus. Idealnya, pos investasi dan tabungan adalah sebesar 10% dari penghasilan totalmu setiap bulan. Kamu bisa membagi besaran ini ke dalam beberapa pos investasi dan tabungan lagi, sesuai kebutuhanmu. Misalnya, 40% dari pos investasi (yang besarnya 10%) itu untuk topup reksa dana, 20% untuk saham, sisanya untuk beli emas, dan seterusnya.
Kamu sendiri yang tahu, dan bisa menentukan porsinya. Jika loss, maka anggaplah ini sebagai biaya belajar saham, tapi pastinya, akan lebih baik kalau biaya belajarnya tidak terlalu besar, bukan?
3. Cari aman dulu
Akan lebih baik jika kamu masih dalam taraf belajar saham, kamu mulai dengan mengulik saham-saham perusahaan besar yang sudah terpercaya di sektornya lebih dulu. Istilahnya adalah saham blue chip.
Apakah ini berarti, investasi saham di saham blue chip sudah pasti aman? Tentu enggak, kamu harus lihat lagi poin pertama di atas: bahwa semua instrumen investasi akan selalu membawa risiko. Saham blue chip juga menyimpan risiko tinggi. Kapan-kapan boleh juga kita bahas, supaya artikel ini tidak terlalu panjang.
Prinsipnya, untuk belajar saham, kamu harus “kenalan” dulu dengan risiko yang paling minim. Dan ini bisa kamu dapatkan dari saham perusahaan yang memiliki fundamental baik, sudah terpercaya, banyak dikenal orang, memiliki produk yang baik, dan dari tahun ke tahun bertumbuh bisnisnya. Kamu bisa mulai dengan belajar teknik analisis fundamental.
Nah, dari semua tip belajar saham yang sudah disebutkan, ada satu hal yang sangat penting untuk diingat, bahwa kamu harus memastikan dulu kondisi keuanganmu sehat sebelum akhirnya memutuskan untuk investasi, terutama investasi di instrumen yang agresif seperti saham.
Jadi, lakukan dulu financial check up, buat tujuan keuanganmu, dan baru buat rencana keuangan yang menyeluruh. Kamu bisa mulai dengan mencermati Blueprint of Your Money, dan cek arus kas.
Keduanya adalah hal terpenting yang bisa menjadi dasar pemahaman pengelolaan investasi yang lebih baik.
Yuk, belajar dasar-dasar keuangan dengan mengikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu. Ada banyak topik yang dibahas, mulai dari yang paling basic hingga nanti juga membahas mengenai investasi.
Segera daftar and save your seat!
Begini Cara Memulai Membuat Rencana Keuangan Kamu Sendiri di Tahun 2020
Setiap orang hendaknya memiliki tujuan dalam hidup; cita-cita, keinginan besar, dan mimpi. Ya masa sih, mau hidup begini-begini saja? Pastinya pengin yang lebih baik dong ya? Untuk mewujudkannya, maka kamu perlu membuat rencana keuangan kamu sendiri.
Apakah perlu meminta bantuan seorang financial planner profesional untuk membuatkanmu rencana keuangan secara khusus? Boleh saja, kalau memang kamu membutuhkannya. Namun, kalau memang kondisi keuanganmu saat ini–yah, sebenarnya sih belum sehat benar, tetapi enggak terlalu “sakit”–maka ada baiknya kamu coba untuk belajar membuat rencana keuangan sendiri saja.
Mengapa? Ya, karena yang mau direncanakan ini kan hidup kamu. So, kamu sendirilah yang tahu akan (atau pengin) seperti apa ke depannya, pun kamu sendiri juga yang paham akan kondisi real-nya sekarang ini kan?
Karena itu, yuk, coba untuk membuat rencana keuangan kamu sendiri. Enggak rumit kok! Bahkan, saat nanti kamu sudah piawai menjalankannya, kemampuanmu setara dengan seorang certified financial planner loh!
Yuk, coba mulai dari beberapa langkah berikut.
7 Langkah Membuat Rencana Keuangan Kamu Sendiri
1. Tanyakan: pengin hidup seperti apa?
Lima tahun lagi? 10 tahun lagi, hingga 20 tahun lagi dari sekarang? Buatlah tujuan hidupmu ini dalam tahapan-tahapan, supaya bebannya jadi terbagi rata.
Misalnya, 5 tahun lagi pengin punya rumah pertama, so seharusnya sudah terkumpul dana untuk DP. Sepuluh tahun lagi, sudah mengamankan dana pendidikan anak setidaknya sampai uang pangkal perguruan tinggi. Dua puluh tahun lagi, sudah bisa pensiun dengan mandiri, enggak membebani anak, hidup berdua sejahtera bareng pasangan.
Semua cita-citamu itulah yang akan menjadi tujuan keuanganmu.
2. Ketahui total aset
Bahasa kerennya, know your worth. Ciyeee.
Yuk, duduk dan lakukan perhitungan secara detail. Catat secara khusus, semua hal yang menjadi aset kamu saat ini. Mulai dari gaji, side hustles, rumah, kendaraan, investasi (jika sudah ada), dan lain sebagainya.
Selanjutnya, tulis juga apa yang menjadi beban tanggungan Anda, mulai dari cicilan yang sedang berjalan, asuransi, pajak, dan lain sebagainya.
Dengan mengetahui total aset yang sudah kamu miliki sekarang, kamu akan tahu seberapa jauh garis start kamu untuk mulai membuat rencana keuangan demi tujuan yang sudah dibuat seperti di poin pertama di atas.
Istilahnya, misal sekarang kamu sudah punya rumah (umpamanya hibah atau warisan), maka kamu bisa mencoret tujuan keuangan yang satu ini, dan bisa membuat tujuan keuangan lain yang sesuai dengan mimpimu.
3. Ketahui biaya hidupmu dengan pasti
Membuat rencana keuangan tidak akan bisa komprehensif kalau kamu enggak mengetahui seberapa besar dana yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang penting.
Ya, enggak mungkin kan, kamu memaksa untuk ambil kredit kepemilikan rumah, sedangkan untuk beli beras saja kamu berutang ke warung tetangga?
Karena itu, cobalah untuk mengetahui biaya hidupmu secara pasti, setidaknya dalam beberapa bulan ke depan. Sediakan buku catatan, atau kamu juga bisa membuat catatan di aplikasi keuangan yang dengan mudah kamu unduh di smartphone, dan lakukan pencatatan pengeluaran hingga detail.
4. Utamakan kewajiban
Kewajiban menjadi prioritas dalam pengeluaranmu, selain kebutuhan hidup pokok. Misalnya, cicilan utang yang ada saat ini, tagihan listrik, pulsa, hingga pajak-pajak yang harus dibayar bulanan atau tahunan.
Semua kewajiban ini menjadi top priority dan tidak boleh sampai terlewat dibayar, agar rencana keuangan kamu nanti bisa lancar diwujudkan.
5. Bangun aset
Ada aset penting yang belum kamu miliki sekarang. Buat rencana keuangan secara menyeluruh, agar setiap bulan kamu bisa menabung dan membangun portofolio investasi atau aset kamu.
Beberapa hal yang mesti diperhatikan dalam membangun aset:
- Belajar dulu dengan sungguh-sungguh, agar kamu bisa paham karakteristik masing-masing instrumen investasi sehingga bisa disesuaikan dengan rencana keuangan kamu.
- Ingat selalu akan “hukum” investasi: return tinggi akan membawa serta risiko tinggi juga. Tidak pernah ada investasi sangat aman dengan keuntungan yang sangat tinggi. Ini sudah pasti bodong.
- Lakukan diversifikasi portofolio.
- Review berkala, dan sesuaikan lagi dengan rencana keuangan yang sudah ada jika diperlukan.
6. Hidup sesuai kemampuan
Rencana keuangan sudah mulai tersusun dengan rapi, jika kamu sudah sampai di step keenam ini. Selanjutnya, kamu tinggal menjalaninya dengan konsisten dan disiplin.
Hiduplah sesuai kemampuan, dan selalu berpegang pada rencana yang sudah kamu buat. Percuma saja kan, kamu membuat rencana keuangan tetapi pada praktiknya kamu terlalu banyak “cheating”.
Ya, seperti diet, cheating sih boleh sekali dua kali. Tapi jangan keseringan ya. Ingat akan tujuanmu!
7. Asuransikan!
Rencana keuangan juga akan sia-sia, kalau di tengah jalan, ada musibah menimpamu dan kamu tidak memiliki jaring pengaman yang baik–terlebih untuk mitigasi risiko keuangan.
So, pastikan kamu memasukkan iuran asuransi kesehatan dan asuransi jiwa juga dalam bujet biaya hidupmu.
Nah, gimana? Masihkah terlalu rumit untukmu? Masih belum kebayang, bagaimana cara membuat rencana keuangan yang komprehensif ini?
Join saja yuk, di kelas-kelas finansial online QM Financial! Ada banyak kelas yang bisa kamu pilih sesuai kebutuhanmu. Mulai dari yang basic, hingga advanced. Mau buat rencana keuangan kamu sendiri? Mau jadi financial planner untuk dirimu sendiri dan keluarga? Bisa banget! Bahkan kamu bisa mendapatkan worksheet Excell untuk langsung diisi sesuai dengan kondisi keuanganmu.
Cek jadwalnya dan segera daftar ya di link yang sudah ditautkan di atas.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Investasi Dana Pendidikan Anak Baiknya Disimpan di Instrumen Apa Ya?
Pendidikan anak yang baik menjadi tanggung jawab untuk setiap orang tua. Karena itu, hendaknya dana pendidikan disiapkan sejak dini. Karena kebutuhannya akan sangat besar, pun akan menjadi pengeluaran tetap selama bertahun-tahun. Menabung saja enggak cukup, karena ada inflasi yang mengiringi, so harus dibantu dengan investasi dana pendidikan yang tepat.
Tetapi, memilih instrumen investasi dana pendidikan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan ini juga masalah tersendiri. Agak tricky memang, karena tak semua jenis instrumen investasi cocok dipakai untuk menampung dana pendidikan anak ini.
Jadi, sebelum mulai memilih instrumen investasi dana pendidikan anak, apa dulu yang harus dipertimbangkan? Yuk, simak artikel berikut sampai selesai ya.
3 Hal untuk Diperhatikan Sebelum Mulai Investasi Dana Pendidikan
1. Tentukan kapan dana akan digunakan
Panjangnya horizon waktu kita investasi akan menentukan, instrumen mana yang paling baik untuk dipilih.
Misalnya saja, ingin mempersiapkan dana pendidikan sebagai biaya masuk TK dan SD, 2 tahun lagi. Atau, ingin menyiapkan dana pendidikan untuk sekolah strata satunya, maka dana ini harus siap 10 tahun lagi.
Enggak masalah juga kok, kalau mau menyiapkan one thing at a time, atau mau langsung siapkan semua. Misalnya, mau menyiapkan dana pendidikan untuk seluruh jenjang pendidikan sekaligus, itu juga akan sangat baik.
Sesuaikan dengan kemampuan dan karakter masing-masing saja.
2. Tentukan berapa kebutuhannya
Setelah tahu horizon waktunya, yang berikutnya adalah menghitung kebutuhan.
Ingat, bahwa Rp100 juta saat ini akan berbeda dengan Rp100 juta 10 tahun lagi, karena ada inflasi. Jadi sila diperhitungkan dengan tingkat inflasi Indonesia yang sekitar 10 – 12%.
Misalnya saja, untuk biaya masuk perguruan tinggi sekarang Rp100 juta, maka 10 tahun lagi, dengan tingkat inflasi 10%, maka bisa dihitung kebutuhannya berapa. Rp100 juta dikali 1,1 sampai 10 kali.
Pusing? Ikut kelas online-nya QM Financial saja yang membahas khusus mengenai dana pendidikan anak. Akan ada worksheet yang bisa langsung dimasukkan angkanya, enggak perlu pusing-pusing menghitung manual.
Setelah ketemu angka kebutuhannya, nah, itu dia jumlah dana pendidikan anak yang harus disiapkan.
3. Iringi dengan asuransi jiwa
Adalah penting bagi orang tua untuk juga memiliki asuransi jiwa. Akan percuma juga, jika rencana dana pendidikan anak sudah kita siapkan, tetapi akhirnya kita tidak dapat meneruskannya karena satu dan lain hal.
Nah, setelah tahu berapa lama waktu dan dana yang dibutuhkan, selanjutnya kita bisa memilih investasi dana pendidikan yang pas. Ada beberapa instrumen yang bisa menjadi opsi, sesuai dengan horizon waktu dan tingkat risiko masing-masing.
Kita lihat ya.
5 Instrumen Investasi Dana Pendidikan yang Bisa Jadi Pilihan
1. Deposito
Deposito sebagai instrumen dengan tingkat risiko paling rendah ini cocok untuk investasi dana pendidikan yang akan dipergunakan 2 atau 3 tahun lagi. Namun, karena tingkat imbal hasilnya juga kecil, maka harus diperhatikan modal pertama yang harus disetorkan; harus sesuai dengan kebutuhan dana pendidikan yang sudah dihitung tadi.
Selain deposito, ada juga tabungan berjangka. Keduanya sifatnya hampir sama; jangka pendek, imbal tidak terlalu besar, tetapi sangat aman. Cocok untuk investasi dana pendidikan jangka pendek.
2. Emas
Emas atau logam mulia termasuk investasi dana pendidikan jangka menengah hingga panjang. Kalau sekarang beli emas, untuk dipergunakan 2 – 3 tahun lagi, mungkin perkembangannya juga belum signifikan. Mungkin ya hanya sebatas sebagai pelawan inflasi.
Tetapi, kalau mau dipakai 5 tahun lagi, harga emas (semoga) sudah bertumbuh sesuai harapan. Kenapa begitu? Karena seperti yang kita tahu, harga emas juga sangat fluktuatif tergantung pada kondisi pasar.
3. Reksa dana
Ada 4 jenis reksa dana yang bisa dipilih sebagai opsi investasi dana pendidikan anak. Mulai dari reksa dana pasar uang, reksa dana pendidikan tetap, reksa dana campuran, dan reksa dana saham.
Nah, masing-masing juga punya karakteristik sendiri-sendiri yang perlu kita ketahui untuk dapat menyesuaikan dengan kebutuhan kita. Boleh dibaca masing-masing artikel yang sudah ditautkan, untuk tahu mana reksa dana yang paling tepat untuk investasi dana pendidikan yang hendak disiapkan.
4. Saham
Saham dinilai paling tepat digunakan untuk investasi dana pendidikan jangka panjang, misalnya saja untuk menyiapkan biaya masuk perguruan tinggi yang kadang butuh sampai ratusan juta rupiah.
Dengan horizon waktu yang lebih dari 10 tahun, saham (diharapkan) akan mampu mengcover kebutuhan dana yang besar. Saham apa yang bisa dibeli? Nah, ini butuh sedikit pengetahuan untuk melakukan analisis teknikal dan fundamental.
5. Properti
Properti juga bisa jadi salah satu alternatif opsi investasi dana pendidikan jangka panjang.
Hanya saja, perlu diingat, investasi properti butuh modal yang cukup besar juga. Jadi, perhitungkan juga hal ini jika ingin menggunakan instrumen ini sebagai “alat” untuk mencapai tujuan.
Nah, begitulah gambaran umum mengenai bagaimana cara memilih investasi dana pendidikan anak.
Paling afdal sih ikutan kelas-kelas finansial online QM Financial saja. Selain bisa belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi, kita juga bisa mengikuti beberapa kelas tematik, seperti kelas dana pendidikan anak. Coba cek jadwal ya, siapa tahu, ada kelas khusus dana pendidikan anak di bulan ini.
Stay tuned juga di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Haruskah Mengubah Tujuan Keuangan Jangka Panjang di Tengah Pandemi COVID-19?
Paruh pertama 2020 sudah terlewati, dan kita masih berada di tengah pandemi COVID-19. Sudah pasti, ini jauh dari rencana kita. Resolusi tahun baru yang kita buat di akhir tahun 2019 menuju tahun 2020 kemarin, apa kabar? Termasuk yang soal keuangan. Pasti banyak tujuan keuangan jangka panjang dan pendek yang harus disesuaikan nih.
Bisa dibilang, pandemi ini tak hanya mengubah cara dan kebiasaan hidup kita hari ini saja, tetapi bisa dibilang, akan memengaruhi masa depan kita juga. Ya, gimana enggak, taruh saja soal investasi untuk tujuan keuangan jangka panjang. Yang sudah menaruh dana pensiun di instrumen saham, misalnya, harus menghadapi masalah portofolio investasi yang perkembangannya kurang menyenangkan.
Tapi, untunglah, ini adalah tujuan keuangan jangka panjang, sehingga kita masih bisa optimis. Lagi pula, banyak pakar menjamin, bahwa di tahun 2022, pandemi ini sudah benar-benar bisa dikendalikan, dan pasar serta ekonomi akan bertumbuh positif lagi. Fingers crossed!
Jadi, perlukah kita mengubah rencana dan tujuan keuangan jangka panjang, menengah, dan pendek, sehubungan dengan “berubahnya” kondisi pasar instrumen investasi?
Mari kita lihat.
Apa Kabar Tujuan Keuangan Jangka Panjang di Masa Pandemi?
Tujuan keuangan jangka panjang adalah tujuan atau mimpi yang ingin kita capai minimal 10 tahun mendatang. Biasanya yang termasuk dalam tujuan keuangan jangka panjang ini adalah dana pensiun.
Kamu perlu ingat, bahwa gejolak dan fluktuasi akan selalu ada di pasar modal, karena itu seharusnya kamu enggak usah terlalu khawatir. Kamu bisa melihat sejarah statistiknya, bahwa gejolak pasar modal itu juga sering banget terjadi di tahun-tahun terdahulu. Tahun 1998 dan 2008 kita juga pernah mengalami penurunan ekonomi yang sangat signifikan. But yet, kita berhasil melaluinya dengan baik.
So, kita harus optimis, bahwa krisis ekonomi akibat pandemi ini juga akan terlewati dengan baik.
Jadi, tetap tenang adalah kunci. Apalagi jika kamu punya keranjang telur di banyak tempat, dan juga dana daruratmu aman. Tujuan keuangan jangka panjang akan baik-baik saja. Kamu bisa memilih untuk menunggu atau melanjutkan investasimu, tapi ingat, gunakan dana yang memang ditujukan untuk investasi, bukan dana kebutuhan hidup sehari-hari ya.
Sesuaikan Tujuan Jangka Keuangan Pendek
Yang harus kamu pantau dengan ketat justru adalah tujuan keuangan jangka pendek dan menengah. Bagaimaa kondisinya saat ini? Apakah masih sesuai dengan rencana?
Jika memang perkembangannya kurang sesuai dengan harapan, maka kamu harus segera memikirkan alternatif solusinya.
Misalnya saja, dana liburan. Hmmm, tampaknya kita tidak akan bisa jalan-jalan ke Jepang, Korea, dan Eropa dalam waktu dekat kan ya? Nah, kamu bisa tetap menyimpannya di tujuan keuangan yang sama–dana liburan–atau kamu bisa mengalihkannya untuk memperkuat jaring pengamanmu di dana darurat. Toh, kamu bisa membuatnya lagi tahun depan, mungkin, ketika kondisi memang benar-benar sudah memungkinkan.
Contoh lain, dana pendidikan anak yang mungkin paling jauh 5 tahun lagi akan dipakai. Masihkah perlu dipertahankan di instrumen dengan risiko tinggi? Ataukah, harus dipindahkan?
Sesuaikan semuanya dengan kebutuhanmu ya.
Susun Ulang Prioritas
Kebutuhan akan selalu lebih besar daripada kemampuan. Hal ini selalu berlaku di situasi apa pun, baik ketika ekonomi sedang baik-baik saja, ataupun di kondisi sulit seperti sekarang.
Jadi perubahan kondisi harus kita respons dengan penyesuaian prioritas juga. Salah satu yang harus diprioritaskan ulang di saat-saat seperti ini adalah dana darurat. Pastikan bahwa sudah benar-benar aman.
Lalu susun prioritas di tujuan keuangan jangka pendek, karena the new normal akan membatasi kita di hal-hal tertentu. Tujuan keuangan jangka panjang juga harus dipastikan aman ya, seperti di poin pertama.
Ubah Gaya Hidup dan Kebiasaan yang Kurang Pas
Pandemi COVID-19 memberi kita banyak pelajaran, termasuk pelajaran keuangan.
Ada yang merasa nyesel karena malas membangun dana darurat, dan sekarang ketika harus kehilangan penghasilan jadi kelabakan? Ada yang merasa nyesel, kenapa menunggak iuran BPJS Kesehatan, dan sekarang harus terikat utang karena butuh biaya pengobatan?
Ya sudah, enggak perlu terlalu lama bapernya. Sekarang segera bangun, duduk di kursi, menghadap ke meja, dan susun rencana. Ubah kebiasaan dan gaya hidup yang menurutmu kurang pas kemarin; bagaimana supaya bisa lebih hemat, dan bisa memperbesar rasio menabungmu. Gaya hidup yang mana yang harus kamu ubah, sesuaikan, dan gaya hidup mana yang bisa kamu teruskan.
Kamu sendiri yang bisa memutuskan ya.
Selalu Kembali ke #TujuanLoApa
Jadi, mau apa pun kondisinya, mau tujuan keuangan jangka panjang maupun jangka pendek, selalu kembali ke #TujuanLoApa.
Ketika tujuan keuangan harus disesuaikan, tanyakan lagi pada diri sendiri, “Tujuannya mau ke mana sih?”, baru mundur ke garis start (masa sekarang). Tarik horizon waktunya, hitung kebutuhannya.
Begitu juga ketika mengevaluasi satu tujuan keuangan apakah sudah sesuai dengan rencana, kembalilah lagi ke #TujuanLoApa yang sudah ditentukan di awal. Baru cek kondisi sekarang, dan kemudian cek apakah masih dalam horizon waktu yang sudah ditentukan di awal.
Jika ya, kamu bisa teruskan. Jika tidak, maka kamu bisa segera mencari alternatif solusi.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Review Dana Pendidikan Anak di Tengah Pandemi COVID-19
Curhatan para orang tua semakin sering terdengar akhir-akhir ini. Sudah susah payah membangun dana pendidikan anak dalam instrumen investasi berimbal tinggi (yang pastinya juga berisiko tinggi) tapi harus menghadapi kenyataan pahit, lantaran hasil investasinya kurang menggembirakan.
Enggak heran sih, karena pasar saham kan terkena imbas pandemi COVID-19 sehingga nilai-nilai saham pun anjlok drastis. Duh, pengin nangys.
Terus, gimana dong? Enggak mungkin kan, kita menunda pendidikan anak ‘hanya’ karena investasinya belum mencapai target? Masa iya, anak ditunda masuk sekolah ke tahun depan, atau malah 5 tahun lagi? Enggak mungkin banget kan ya?
So, inilah saatnya kita melakukan review terhadap dana pendidikan anak; apakah masih mungkin diteruskan, atau harus diambil langkah solutif agar target tetap tercapai? Yuk, kita bahas.
5 Langkah Review Dana Pendidikan Anak
1. Ricek kebutuhan
Langkah pertama adalah review kembali kebutuhan kita. Sebenarnya, apa sih yang kita butuhkan untuk memberikan pendidikan terbaik untuk anak-anak kita?
Sebenarnya, siapa sih yang membutuhkan pendidikan? Anak-anak kita, tentunya. Namun, untuk usia sedini mereka, mereka pastinya masih kesulitan untuk menentukan kebutuhannya sendiri. Karena itu, orang tua, sebagai pihak terdekat, membantu mereka untuk mengenali kebutuhan tersebut. Jadi, bertolaklah dari kebutuhan anak-anak, bukan kebutuhan orang tua ya.
Dari sini, kita lantas bisa mengidentifikasi, mana yang dibutuhkan oleh anak, sehingga pendidikan akan lebih efektif untuk mereka. Ini bukan soal apa yang menjadi keinginan orang tua. Orang tua bertugas untuk membantu anak mengenali diri sendiri, mendampingi, dan memfasilitasi.
Dari titik inilah, kita lantas bisa memutuskan, pendidikan seperti apa yang dibutuhkan oleh anak, sesuai minat dan karakter mereka.
2. Cek posisi sekarang
Selanjutnya, yuk, lakukan cek kondisi keuangan kita.
Dana pendidikan anak yang sudah kita buat tersebar di instrumen apa saja? Kalau terkena imbas dari anjloknya pasar modal dan kondisi ekonomi, seberapa besarkah kerugiannya? Lalu, hitung berapa kekurangan yang harus ditutup untuk mencapai target dana pendidikan anak, dengan kondisi yang sekarang? Masih punya waktu berapa lama untuk menutup kekurangan ini?
Lakukan check up dana pendidikan anak secara menyeluruh, termasuk memperhitungkan dengan kondisi penghasilan kita yang sekarang.
Iya, kemungkinan bikin hati keder ya, kekurangannya. Tapi, percaya deh, tahu secara pasti akan lebih membuat hati tenang, karena kita lantas bisa berpikir mencari solusinya, ketimbang enggak tahu sama sekali kondisinya. Betul?
Kalau misalnya, posisi investasi dana pendidikan anak sekarang sangat tidak menguntungkan, coba cek dana darurat dan aset lancar yang lain. Pertimbangkan dengan saksama, jika misalnya cut loss investasi saham–katakanlah selama ini berinvestasi di saham–dan kemudian ditambah dengan dana darurat dan aset lancar lainnya, apakah bisa dipergunakan untuk menutup kekurangannya?
Cek juga alternatif-alternatif solusi yang lain.
3. Ubah target
Dengan mengetahui kebutuhan dan juga posisi investasi untuk dana pendidikan anak secara pasti, kita lantas bisa kembali mereview target.
Jika memang memungkinkan dan juga mengingat akan kemampuan, barangkali kita bisa mengubah target sekolah untuk anak-anak.
Misalnya, yang tadinya pengin banget menyekolahkan anak di sekolah berstandar internasional, mungkin bisa dipertimbangkan ulang. Apa sih yang dicari di sekolah berstandar internasional itu? Mungkin enggak fasilitas yang sama bisa diperoleh di sekolah lain yang lebih terjangkau biayanya?
Atau, mungkin kita bisa mencari alternatif sekolah dengan biaya terjangkau, dan kemudian mencari tambahan? Misalnya, sekolah A diincar, karena ada ekstrakurikuler bahasa Mandarin yang terkenal bagusnya. Mungkinkah kita mencarikan kursus bahasa Mandarin khusus anak-anak di luar, agar bisa “mengurangi” biaya sekolahnya? Dengan mencari kursus di luar, kita juga bisa memiliki fleksibilitas lo, kalau misalnya si kecil ternyata enggak terlalu berminat terhadap kursusnya. Kita bisa saja berhenti dan mencari alternatif lain lagi.
Ingat, anak-anak kadang masih suka berubah-ubah minat. Akan lebih baik, jika ia tidak dipaksa mengikuti pendidikan–baik formal maupun informal–jika memang ia kurang berminat.
Balik lagi kan, ke poin pertama? Kebutuhan si kecil apa? Bedakan kebutuhannya dengan keinginan kita sebagai orang tua.
4. Sesuaikan instrumen dan diversifikasi
Jika investasimu masih punya jangka waktu yang cukup, misalnya 5 tahun lagi, dana pendidikan anak ini baru dibutuhkan, maka no worries, kamu masih tetap bisa melanjutkannya. Tetap optimislah bahwa kondisi akan membaik sesegera mungkin.
Sementara itu lakukan review lagi. Pertimbangkan, apakah instrumennya memang sudah sesuai? Perlukah dipindahkan ke instrumen lain yang enggak terlalu volatile alias lebih aman? Perlu didiversifikasi ke instrumen lainkah? Atau sektor lain?
5. Fokus pada esensi pendidikan anak
Langkah terakhir ini semacam penegasan kembali dari poin ketiga di atas. Jangan memutuskan hanya karena gengsi atau sekadar status sosial. Kita dan anak-anaklah yang akan menjalani kehidupan ke depannya kan? Orang lain bahkan tak akan ikut mendonasikan dana untuk pendidikan anak kita loh!
Kebutuhan kita berbeda, prioritas hidup pun berbeda, dan setiap orang memiliki linimasa yang berbeda. Satu sama lain enggak bisa dibandingkan karena masing-masing punya perjuangan sendiri-sendiri.
So, akan lebih baik kalau kita belajar mengelola keuangan kita sendiri dan keluarga deh. Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi, agar tujuan keuanganmu bisa tercapai, termasuk dalam menyiapkan dana pendidikan anak. Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Seputar Pasar Modal: 5 Pertanyaan Paling Sering Diajukan
Tahukah kamu, bahwa setiap tanggal 3 Juni, kita memperingati Hari Pasar Modal Indonesia?
Sejarahnya, pada tanggal 3 Juni 1952, Bursa Efek Jakarta–atau yang sekarang dikenal dengan nama Bursa Efek Indonesia–dibuka kembali di era pemerintahan Ir. Sukarno, pasca kemerdekaan Indonesia. So, enggak terasa, genap 68 tahun Bursa Efek Indonesia berdiri.
Well, kita enggak akan bahas sejarah Bursa Efek Indonesia sebagai satu-satunya pasar modal di Indonesia sih di artikel ini. Alih-alih, kita akan membahas beberapa pertanyaan yang paling sering diajukan seputar pasar modal, terutama oleh kamu yang masih cukup asing dengan topik ini tapi tertarik dan pengin belajar lebih jauh.
Siapa tahu, setelah kenal dengan beberapa hal yang dasar banget berikut ini, next kamu lantas ingin ikut berpartisipasi investasi di pasar modal Indonesia–ikut menyumbang untuk perekonomian Indonesia. Ya kan?
So, mulai saja yuk!
5 Pertanyaan yang Paling Sering Diajukan Seputar Pasar Modal
1. Apa itu pasar modal?
Pasar modal adalah tempat terjadinya transaksi atau jual beli instrumen keuangan antara para penerbit surat berharga dengan para investor. Sering juga disebut dengan pasar saham, ataupun bursa efek.
Pasar ini memberi alternatif investasi lain pada para investor selain cara menabung dan investasi lainnya melalui perbankan; seperti tabungan, deposito, giro, dan lain sebagainya.
Kegiatan transaksi di pasar ini sebenarnya sudah berlangsung sejak abad ke-19 lo, tepatnya di tahun 1892. Dan yes, kamu pasti sudah bisa menebak, bahwa pasar modal pertama di Indonesia dijalankan oleh pemerintah kolonial Belanda. Hanya saja, waktu itu pencatatan transaksinya belum selengkap dan secanggih (tentu saja!) sekarang.
Sekarang, di Indonesia, hanya ada satu bursa efek sebagai transaksi antara penerbit surat berharga dan investor ini, yaitu Bursa Efek Indonesia.
2. Siapa pelaku pasar modal di Indonesia?
Ada beberapa pihak yang saling berinteraksi dalam aktivitas di pasar saham ini, yaitu:
- Menteri keuangan, sebagai regulator segala aktivitas yang terjadi di pasar modal.
- Badan pengawas pasar modal, dalam hal ini OJK
- Si bursa efek itu sendiri, sebagai fasilitator dan pengontrol aktivitas perdagangan
- Investor, yaitu pihak yang menanamkan modalnya dengan membeli berbagai bentuk surat berharga yang diperdagangkan.
- Emiten, yaitu pihak yang memperjualbelikan surat berharga atau melakukan emisi di bursa saham.
- Lembaga penunjang, yang terdiri atas kustodian, biro administrasi efek, dan wali amanat.
- Lembaga kliring dan penjaminan, yaitu KPEI atau Kliring Penjaminan Efek Indonesia.
- Lembaga penyimpanan dan penyelesaian, yaitu KSEI atau Kustodian Sentral Efek Indonesia.
- Perusahaan efek, yang terdiri atas penjamin (underwriter), broker, dan para manajer investasi.
- Profesi lain, seperti akuntan, pengacara, notaris, dan sebagainya.
Wah, banyak ya? Iya, karena pasar modal sendiri mewadahi aktivitas yang sangat besar dan penting artinya bagi negara.
3. Instrumen investasi apa saja yang bisa kita beli di pasar modal?
Setidaknya ada 4 instrumen investasi yang umum diperjualbelikan di bursa efek, yaitu:
- Saham. Nah, instrumen yang satu ini pasti enggak asing ya? Di web QM Financial ini juga sudah beberapa kali dibahas beberapa hal mendasar mengenai saham. Bisa dilihat lagi: 13 Istilah Investasi Saham Paling Dasar yang Harus Dipahami Lebih Dahulu dan 5 Hal Tentang Investasi Saham yang Harus Diketahui oleh Pemula. Lanjutkan dengan artikel-artikel lain yang setopik, agar kenal lebih jauh tentang saham.
- Obligasi, boleh baca lagi juga: 4 Hal Tentang Investasi Obligasi yang Harus Investor Pemula Ketahui.
- Reksa dana, yang ada 4 jenis yaitu Reksa Dana Pasar Uang, Reksa Dana Pendapatan Tetap, Reksa Dana Saham, dan Reksa Dana Campuran.
- Derivatif, yaitu surat berharga turunan dari saham dan obligasi.
Nah, mana nih yang kamu sudah punya? Saham, obligasi, reksa dana, atau keempatnya sudah punya semua?
4. Apa saja risiko berinvestasi di pasar modal?
Nah, ini yang harus dipahami betul sebelum kamu benar-benar berpartisipasi di perdagangan efek. Kamu pasti sudah tahu kan, bahwa setiap bentuk investasi selalu memiliki risiko, baik tinggi maupun rendah. Untuk berinvestasi di pasar modal, risikonya cukup besar apalagi jika kamu langsung terjun di dalamnya, tanpa melalui manajer investasi yang biasanya sudah sarat dengan pengalaman.
Apa saja risikonya?
- Risiko capital loss, yaitu kerugian yang harus kita tanggung akibat adanya selisih harga jual saham yang lebih rendah daripada harga belinya.
- Risiko likuidasi, yaitu risiko yang terjadi jika emiten yang sahamnya kita miliki dinyatakan pailit dan dilikuidasi. Investor akan menjadi prioritas terakhir untuk dikembalikan dananya.
Sekali lagi, risiko ini harus benar-benar dipahami sebelum mulai berinvestasi, agar kita kemudian bisa mengelolanya dengan baik juga ya. Rata-rata investor yang gagal disebabkan oleh kurang baiknya mengelola emosi ketika terjadi fluktuasi pasar. Padahal pergerakan harga yang sangat cepat adalah hal yang wajar terhadi di pasar modal.
5. Bagaimana cara investasi di pasar modal?
Mudah kok. Kamu hanya tinggal menemukan perusahaan sekuritas yang menurutmu paling cocok. Bagaimana cara menemukannya? Pastinya kamu harus melakukan riset dan bisa melihat dari track record-nya. Apakah pernah terlibat masalah yang cukup serius?
Zaman sekarang, banyak perusahaan sekuritas yang memiliki aplikasi yang dengan mudah diunduh di smartphone. Selanjutnya, kamu tinggal daftar, ikuti prosedurnya, dan enggak lama kemudian kamu pun bisa mulai bertransaksi langsung untuk membeli ataupun menjual saham.
Mau belajar lebih jauh soal investasi saham?
Yuk, cek jadwal kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu. Kamu juga bisa stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Nah, itulah beberapa hal seputar pasar modal yang harus kamu pahami sebelum mulai berinvestasi di dalamnya. Enggak terlalu rumit kan?