Cuti Hamil 6 Bulan, Ada Dampak Positif dan Negatif: Yang Penting Persiapan Finansialnya!
Wacana cuti hamil 6 bulan diembuskan. Hal ini sudah tertuang dalam Rancangan Undang-Undang Kesejahteraan Ibu dan Anak dan mulai digodok oleh DPR. Memang sih, menurut rekomendasi WHO, seorang ibu wajib untuk memenuhi hak ASI bayinya hingga 6 bulan.
Lalu, bagaimanakah pengaruhnya pada peran perempuan di dunia kerja?
Cuti Hamil dan Peluang Kerja
Pastinya, wacana ini diangkat untuk tujuan positif. Kita lihat di banyak negara lain yang berani memberikan perlindungan seperti ini terhadap ibu baru dan menyusui, dan terbukti warga negaranya pun menjadi lebih sejahtera.
Apakah hal yang sama bisa berlaku juga di Indonesia?
Aturan cuti hamil saat ini adalah 3 bulan, sesuai Undang-Undang No. 13 Tahun 2013. Saat ibu sedang menjalani cuti, gaji dibayarkan dengan penuh. Pendeknya masa cuti hamil bagi ibu inilah yang disinyalir menjadi salah satu penyebab mengapa pemberian ASI eksklusif bagi bayi Indonesia termasuk minim.
Dalam RUU KIA yang sedang dibahas di DPR, diusulkan agar seorang ibu bisa mengambil cuti hamil hingga 6 bulan, dengan pembayaran gaji penuh selama 3 bulan pertama, dan 75% gaji pada 3 bulan berikutnya. Sepintas lalu, hal ini mendukung peran perempuan agar bisa memenuhi hak bayi atas ASI eksklusif. Namun, di pihak lain, banyak yang mengkhawatirkan hal ini justru akan membuat daya tawar perempuan di dunia kerja semakin sempit.
Kekhawatiran utama adalah akan ada banyak perusahaan yang berpikir dua kali untuk mempekerjakan perempuan. Karyawan laki-laki akan dianggap lebih produktif, karena tak perlu cuti hamil dan melahirkan.
So, memang sebuah kebijakan itu pasti akan selalu ada dampak yang menyertai. Semoga aturan ini nantinya dievaluasi dan ditemukan solusi-solusi yang bisa membantu perempuan, terutama terkait akses ekonominya ya.
Apa pun Aturannya, Yuk, Persiapkan Diri dengan Baik untuk Menyambut si Buah Hati
Sambil menunggu aturannya dimatangkan, yuk, yang sudah mendekati hari H dan sudah siap cuti hamil, persiapannya dibenahi! Jangan hanya fokus ke hal-hal yang kurang esensial seperti berburu perlengkapan bayi atau belanja berlebihan saat sudah mulai cuti hamil, akan lebih baik buat pasangan suami istri untuk meninjau kembali kondisi finansialnya: sudah cukup siapkah menyambut si buah hati?
Karena hadirnya si newborn enggak hanya berhenti ke soal baju bayi, popok, ASI, dan gendongan bayi saja loh! Begitu si baby lahir, maka muncul pula deretan kebutuhan hingga jangka panjang.
Nah, masalahnya, sudah siap belum?
Mari kita lihat, apa saja persiapan finansialnya begitu si bayi siap dilahirkan.
1. Biaya kontrol bulanan
Biaya kontrol bulanan (dan mingguan, jika HPL sudah dekat) akan mulai muncul saat ibu dinyatakan hamil.
Jika kondisi ibu dan bayi sehat, maka biaya kontrol kesehatan mungkin bisa murah. Namun, jika ada masalah kesehatan, maka bisa jadi pengeluaran untuk biaya kontrol ini akan lebih tinggi. Tak hanya soal obat-obatan, tetapi juga makanan harus lebih bergizi buat ibu, karena harus mampu menyediakan ASI berkualitas. Tak lupa vitamin dan suplemen juga, jika perlu.
So, bisa jadi komposisi pengeluaran rutin akan berubah. Cek lagi, dan kalau perlu lakukan financial check up secara menyeluruh ya.
2. Dana persalinan
Nah, buat yang bekerja di kantor, sila dicek dulu apakah ada cover untuk biaya melahirkan dari kantor. Ada beberapa kantor yang mengcover biaya persalinan dalam asuransi, ada juga yang tidak. Ada yang mengcover sampai dengan operasi caesar juga, dengan catatan ada rekomendasi dari dokter. Ada yang mengcover penuh, ada yang sebagian. Sila cek ke bagian HR di kantormu ya.
Gunakan waktu yang ada untuk mengumpulkan dana persalinan ini, akan lebih bagus jika siap sejak awal kehamilan. Beberapa rumah sakit sudah bisa memberikan perkiraan habisnya biaya di awal, sehingga akan lebih mudah bagi kita untuk mempersiapkannya.
Yang penting, utang adalah opsi paling akhir, yang kalau perlu tidak usah dilakukan demi membayar persalinan.
3. Dana darurat
Cuti hamil, ibu akan mendapatkan gaji selama 3 bulan. Tetapi biasanya yang diberikan hanyalah gaji pokok. Tunjangan ini itu kemungkinan besar tidak akan diberikan. Apalagi jika kemudian ternyata diputuskan bahwa ibu berhenti bekerja untuk sementara. Ini artinya pemasukan hanya datang dari satu pintu: si ayah.
Karena itu, dana darurat menjadi sangat penting. Pemasukan bisa jadi berkurang, sedangkan kebutuhan tetap ada—bahkan bisa jadi lebih banyak. So, sebelum mulai cuti hamil, persiapkan dana darurat 3 – 6 kali pengeluaran rutin. Seiring waktu, jumlah dana darurat ini juga harus ditingkatkan sesuai jumlah tanggungan yang sekarang ada.
4. Asuransi jiwa untuk si pencari nafkah
Jika memang mampu, belilah asuransi jiwa untuk ayah yang menjadi tulang punggung keluarga.
Saat istri hamil, artinya tanggungan ayah sebagai kepala rumah tangga normalnya akan bertambah. Dengan demikian, risiko hidup juga akan bertambah. Asuransi jiwa—seperti juga asuransi kesehatan dan dana darurat—adalah jaring pengaman keuangan yang sangat penting untuk dimiliki. Pilihlah bukan hanya sebatas premi yang mahal atau murah, tetapi berpijaklah pada kebutuhan uang pertanggungannya.
So, silakan cek kebutuhan masing-masing, dan hitung dengan saksama ya.
5. Biaya kesehatan dan imunisasi
Untuk imunisasi dasar bayi, biasanya disubsidi oleh pemerintah. Kita bisa mendapatkannya secara gratis di Puskesmas. Paling-paling hanya membayar administrasi saja. Namun, kalau memang dirasa perlu, boleh juga untuk imunisasi di rumah sakit. Pastinya ada konsekuensi biaya yang lebih besar.
Tak hanya imunisasi dasar, sebaiknya bayi juga perlu diberikan imunisasi secara lengkap, agar kesehatannya bisa paripurna. Nah, untuk beberapa imunisasi memang kita harus membayar secara mandiri. Harganya bervariasi tergantung merek, biasanya.
Silakan cek ke rumah sakit atau layanan kesehatan terdekat ya.
6. Biaya pendidikan anak
Apa? Baru juga lahiran, sudah harus mikirin biaya pendidikan anak?
Yes, ingat, bahwa investasi akan optimal jika kamu mulai sejak dini. Apalagi untuk tujuan keuangan besar seperti halnya dana pendidikan anak. Bahkan kalau perlu sudah direncanakan sejak menikah loh!
Dengan mengawalinya sedini mungkin, beban investasi menjadi lebih ringan. Kamu bisa memastikan tujuan bisa tercapai dengan lebih baik.
Nah, itu dia beberapa persiapan penting yang harus dilakukan untuk menyambut kedatangan si buah hati.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!