Jadi Karyawan dan Susah Menabung? Mungkin Ini Sebabnya!
Sejak kecil, kita sudah dikenalkan dengan kebiasaan menabung. Biasanya sih dimulai dengan celengan receh, dengan bentuk lucu-lucu, yang terbuat dari tanah liat ataupun kaleng. Yes, menabung memang menjadi pelajaran pertama kita soal keuangan. Lalu, kenapa sekarang malah jadi susah menabung?
Tanya kenapa?
Sudah memasuki usia produktif dan bisa mendapatkan penghasilan sendiri dengan gaji yang didapatkan secara tetap, mengapa malah susah menabung? Berapa pun uang yang didapat selalu habis tak bersisa. Gajian lagi masih lama, uang di dompet tinggal selembar, dan saldo di rekening pun sudah minimal. Meskipun kadang sudah mencoba untuk menabung di awal bulan, pada akhirnya diambil juga dan digunakan.
Jika kondisi kamu seperti ini, mari kita lihat beberapa hal yang bisa membuatmu susah menabung. Barangkali salah satunya (atau malah beberapa di antaranya) menjadi biang keroknya.
Mengapa Susah Menabung?
1. Nggak punya tujuan
Saat kita punya niat untuk menabung, maka saat itu pula ada kemungkinan besar kita juga dihadapkan pada kebutuhan yang lain: cicilan, kebutuhan hidup, kebutuhan sosial, dan sebagainya. Rencana menabung pun diturunkan prioritasnya, lantaran kita lebih mementingkan hal lain.
Itulah yang terjadi kalau kita tak memiliki tujuan ketika hendak mulai menabung. Lain halnya kalau kita memiliki “judul” untuk tabungan kita. Secara bawah sadar, kita akan memprioritaskan tabungan, karena bakalan ada manfaatnya. Misalnya, untuk membeli gadget terbaru. Kalau enggak menabung, gadget pun enggak akan terbeli. Dengan demikian, kita pun rela mengurangi pos lain yang kurang penting demi tabungan gadget baru.
Itu baru “judul” tabungan untuk gadget. Coba bayangkan, jika judulnya untuk sesuatu yang sangat penting. Misalnya, untuk DP rumah, atau tabungan untuk menikah. Atau yang lebih ‘grand’ lagi, seperti tabungan agar bisa bebas finansial, dan pensiun dini.
2. Terlalu banyak tanggungan
Sudah menjadi rahasia umum, ketika di masa-masa produktif seperti sekarang ini, kita banyak memiliki tanggungan. Nggak hanya keluarga kecil kita sendiri, banyak dari kita yang juga harus menanggung biaya hidup keluarga besar.
Yes, kita adalah sandwich generation.
Karena itulah, kebutuhan keuangan menjadi lebih besar daripada seharusnya. Jangankan menabung, untuk memenuhi kebutuhan dasar saja, kadang harus berjuang. Selain mendapatkan gaji, tak jarang kita juga harus melakukan side hustling demi mendapatkan tambahan pemasukan.
3. Terlalu banyak utang
Ada banyak alasan ketika seseorang berutang. Paling banyak ya karena kepepet kebutuhan. Entah kebutuhan yang sesungguhnya, atau sekadar memenuhi gaya hidup.
Memang keduanya berbeda. Tetapi, keduanya seharusnya juga tak harus dipenuhi dengan cara berutang, apalagi yang sampai melebihi kemampuan.
Idealnya, rasio cicilan utang yang sehat adalah 30% dari penghasilan rutin setiap bulannya. Rasio ini ada sudah pasti bukan sekadar angka. Dengan membuat batasan maksimal cicilan utang 30%, maka diharapkan kita tetap bisa memenuhi kebutuhan hidup dan juga menabung.
Kalau akhirnya susah menabung, maka mungkin saja rasio utang ini lebih besar dari batas maksimal ideal.
4. Pos lifestyle terlalu tinggi
Seperti halnya cicilan utang, sebenarnya juga ada batas maksimal ideal untuk pos lifestyle, yaitu 10%.
Pos lifestyle adalah pos pengeluaran khusus untuk biaya aktivitas sosial, hobi, self reward, dan sebagainya. Kita enggak bisa memungkiri, bahwa kita juga butuh biaya-biaya ini, tetapi jangan sampai porsinya justru lebih besar daripada pos tabungan. Masa sih mengaku susah menabung, tapi gaya hidup hedon banget?
Boleh kok, kita nongkrong sesekali bareng teman-teman di kafe, atau mungkin membelikan diri sendiri berbagai barang yang memang kita inginkan. Namun, tentu harus dipikirkan dengan bijak.
5. Nggak punya catatan keuangan
Jika memang ingin menabung, maka kita pun harus membuat rencana keuangan yang benar. Apalagi manusia itu memang banyak maunya. Tanpa rencana keuangan, maka—seperti yang sudah dipaparkan di poin pertama di atas—bisa jadi kita memang tak punya tujuan menabung. Bahkan, kita tak tahu ke mana saja uang kita pergi.
Dengan adanya catatan keuangan—yang di dalamnya ada catatan penghasilan dan pengeluaran—kita jadi tahu, pos mana yang bisa dihemat, dikurangi, dan disesuaikan, sehingga kita pun bisa mulai menabung.
Nah, jadi, dari kelima hal di atas, manakah yang masih menjadi alasanmu susah menabung?
Apakah kantor atau komunitasmu mengalami masalah keuangan yang sama? Ataukah, punya kebutuhan training finansial yang lain? Sila kontak WA 0811 1500 688 untuk mendiskusikan kebutuhan training finansialmu. Semua modul dibuat SIMPEL, PRAKTIS, dan tentu saja FUN!
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
5 Jebakan Promo Belanja Online untuk Para Karyawan yang Harus Diwaspadai
Sudah pada gajian ya? Gimana, gimana? Apakah ada kenaikan? Belum ya? Nggak apa-apa, terus berusaha untuk memperlihatkan kinerja yang baik, pada saatnya nanti pasti akan ada hasilnya. Nah, sudah dibagi ke dalam pos-pos anggaran belum? Belum? Tapi sudah window shopping, siapa tahu ada promo belanja online? Uh oh!
Memang nih, kalau mendekati tanggal-tanggal gajian begini, adaaa aja promo belanja online yang mampir ya, entah ke handphone melalui SMS, atau notif aplikasi, ataupun ke email melalui newsletter. Godaan yang sungguh berat bagi seorang insan karyawan biasa dengan gaji yang belum naik juga. Duh.
Satu sisi, tawaran promo belanja online ini memang lumayan sih, untuk bisa mendapatkan barang-barang mahal. Kalau memang dibutuhkan, promo dan segala bentuk diskon ini bisa jadi jurus hemat yang jitu. Tapi, kalau tiap kali gajian terus belanja atas nama “mumpung diskon” bahkan untuk barang-barang yang enggak dibutuhkan benar-benar … ya jadi tekor juga ya?
Padahal, gaji kan harus dicukupkan sampai nanti waktunya gajian lagi? Kalau begitu, yuk, coba kenali beberapa jenis promo belanja online yang biasanya banyak beredar di sekitar tanggal gajian, supaya kita bisa tahu kapan perlu diambil dan kapan perlu diabaikan.
5 Jenis promo belanja online yang biasanya berada di sekitar waktu gajian para karyawan hingga bikin kalap
1. Payday promo
Payday promo ini biasanya hampir bisa dipastikan ada di sekitaran waktu gajian para karyawan, sekitar tanggal 25 hingga sekitar tanggal 4 setiap bulan. Biasanya berupa diskon sekian persen untuk barang-barang jualan tertentu yang berlaku di tanggal yang terbatas juga.
Hal baiknya, si pemilik toko online memperhatikan kebutuhan para karyawan yang tergantung banget pada gaji mereka yang dibayarkan di tanggal tertentu ini. Kabar buruknya, kalau para karyawan enggak bisa memilah mana barang yang sekadar diinginkan atau dibutuhkan benar-benar, wah … bisa saja uang gaji langsung ludes seketika.
2. Flash sale
Flash sale ini durasi promonya biasanya memang sangat pendek. Kadang bahkan hanya dalam hitungan jam, dan pernah tuh ada toko online yang mengadakannya di tengah malam. Dan, langsung ludes. Padahal barang yang ditawarkan adalah gadget yang enggak murah harganya, tapi didiskon sampai 70%.
Flash sale juga sering diadakan di sekitar tanggal gajian. Tujuannya jelas, supaya banyak yang berminat. Kadang yang ditawarkan adalah barang-barang langka atau yang tak terjangkau, lalu didiskon habis-habisan.
Memang, kondisi “kesempatan dapat diskon gede” atau “mumpung didiskon” ini membuat kita jadi sulit untuk menimbang dan berpikir panjang, ya kan?
3. Promo gratis ongkos kirim
Ini sih umum banget terjadi. Belanja online dengan memanfaatkan gratis ongkos kirim ini kadang juga dimanfaatkan saat gaji sudah menipis. Paling sering sih dipakai kalau lagi cari makan siang dengan pesan makanan secara online. Ya kan?
Sampai semua orang di kantor ditanyain, ada yang mau barengan enggak, demi promo gratis ongkos kirim. Padahal ya, kalau bawa bekal dari rumah untuk makan siang di kantor mah gratis ongkos kirim terus selama-lamanya. Iya nggak?
4. Beli 1 dapat 2
Jadi ingat salah satu adegan di film Dua Garis Biru. Saat Bima membelikan rok seragam untuk Dara, yang kegedean. Dia juga beli 2 karena dapat gratis satu rok lagi.
Ya gitu deh, banyak dari kita juga gitu kan. Sebetulnya cuma butuh satu aja, tapi karena penawaran beli 2 gratis satu, malah jadi beli 3 biji. Sebetulnya cuma butuh ngeluarin duit Rp100.000 aja, jadi mesti bayar Rp200.000 kan? Kalau misal harga barangnya sejuta, jadi beli dua juta. Memang dapat 3, tapi kan cuma butuh sebiji doang. Yang 2 buat apa coba?
5. Cashback
Cashback ini adalah jenis promo belanja online yang memberikan potongan harga pada pembeli melalui virtual account atau e-payment. Nah, biasanya, cashback ini bisa dipakai untuk belanja lagi kapan-kapan. Untuk bisa dapat cashback ini, biasanya ada nominal tertentu yang harus dibelanjakan dulu.
Nah kemudian, sudah bisa ditebak deh. Demi cashback banyak yang bersedia untuk belanja banyak, padahal sebenarnya enggak terlalu butuh juga. Atau ngider di kantor, nawarin teman-teman siapa yang mau beli sekalian, supaya bisa belanjanya nyampe ke nominal minimal itu. Wah, jadi sales toko online dadakan dong yah.
Memang akan selalu ada saja akal para pengelola toko online untuk memberikan berbagai jenis promo belanja online ini. Mereka enggak salah sih, karena bagaimanapun caranya, mereka kan harus bisa menjual barang-barang dagangan mereka. Kita saja yang memang harus bisa bijak berbelanja, bukan?
Yuk, belajar lagi mengelola cash flow gaji, agar enggak terjebak promo belanja online di kelas finansial online QM Financial. Follow juga Instagram QM Financial untuk berbagai tip keuangan praktis yang jitu.
Tanggal Tua VS Tanggal Muda: Apa yang Perlu Dilakukan Supaya Semua Tanggal Jadi Baik?
Selain “gaji satu koma empat“, di kalangan karyawan juga ada istilah “tanggal tua” dan “tanggal muda”. Tanggal muda artinya kondisi keuangan baru saja gajian, jadi dompet masih tebal. ATM juga masih penuh saldonya. Tanggal tua, berarti kondisi dompet juga masih tebal sih. Tapi bukan oleh uang melainkan oleh struk-struk belanja dan struk ATM, tanda uang sudah banyak diambil.
Tanggal tua ini tak selalu berarti akhir bulan. Bisa saja tanggal tua terjadi di awal bulan, lantaran gajiannya tanggal pertengahan. Bisa juga tanggal muda terjadi di akhir bulan, karena si karyawan menerima gaji di akhir bulan. Jadi, memang setiap orang bisa saja tak sama satu dengan yang lainnya.
Yang sama adalah keluhannya. Sering banget deh terdengar keluhan lantaran sudah terlanda sindrom “tanggal tua” bahkan jauh sebelum gajian lagi. Bahkan, tanpa keluhan pun sebenarnya gejala “tanggal tua” ini bisa terlihat dengan jelas. Kalau tanggal muda, masih bisa ngopi-ngopi di kafe bareng teman-teman. Begitu tanggal tua, cukuplah beli kopi sachet dan air dispenser, lalu ngopi di kantor saja.
Hingga kemudian, kondisi ini menyebabkan ada banyak orang, terutama yang bekerja di kantor atau suatu perusahaan, bagaikan mengalami phobia terhadap tanggal tua. Begitu memasuki dua minggu hingga seminggu sebelum gajian, banyak orang yang berstatus karyawan yang mulai ngirit (atau pelit) bahkan panik.
Sebenarnya, apa yang terjadi? Bukankah hal ini tak akan terjadi jika kita–sebagai karyawan yang digaji ini–bisa membuat perencanaan anggaran yang baik untuk hidup sebulan?
Lalu, apa yang perlu diperbaiki?
Tanggal tua dan tanggal muda tak akan terjadi jika kita punya cash flow yang baik setiap bulannya. Kita seharusnya berhemat sejak gajian diterima. Bukan berarti lantas pelit mengeluarkan uang, namun membelanjakan uang sesuai dengan kebutuhan kita.
Mari kita lihat apa saja yang bisa kita lakukan untuk mengatur cash flow, agar semua tanggal menjadi baik–tak ada lagi tanggal muda dan tanggal tua
3 Langkah Atur Cash Flow agar Tak Ada Lagi Tanggal Muda dan Tanggal Tua
1. Kenali apa saja pengeluaran kita
Yang pertama kali harus kita lakukan adalah mengenali apa saja pengeluaran rutin kita setiap bulan. Dalam artikel Hindari Utang dengan Mengatur Cashflow, disebutkan ada 5 pos pengeluaran utama, yaitu:
- Cicilan utang, maksimal 30% dari penghasilan bulanan.
- Pengeluaran rutin, sebesar 40 – 60% untuk makan, membayar tagihan listrik/air, transportasi, uang-uang iuran rutin, dan sebagainya.
- Menabung atau investasi, sebesar 10% dari penghasilan.
- Sosial, minimal sebesar 2,5% dari penghasilan.
- Gaya hidup (lifestyle), tidak boleh lebih dari 20% dari penghasilan.
2. Catat pengeluaran dalam satu bulan, untuk membuat anggaran di bulan berikutnya
Setelah kita mengenali apa saja jenis pengeluaran rutin setiap bulan seperti pada poin pertama, maka selanjutnya buatlah pencatatan pengeluaran dalam satu bulan. Pisahkan masing-masing pengeluaran ke dalam 5 pos pengeluaran seperti yang sudah dijelaskan di atas.
Dengan pencatatan ini, kita akan tahu, pos mana yang melebihi anggaran yang seharusnya, sehingga kita akan bisa memperbaikinya dalam anggaran bulan depan.
3. Buat anggaran segera setelah gajian
Setelah mencatat pengeluaran dan tahu pos-pos mana saja yang harus diperbaiki, maka di bulan berikutnya kita bisa membuat anggaran yang benar agar pengeluaran uang bisa terkendali sesuai dengan kebutuhan.
Yang penting di sini adalah kedisiplinan. Akan percuma saja membuat anggaran dan mencatat pengeluaran jika kita sendiri tidak disiplin dalam pelaksanaannya.
Nah, semoga dengan pencatatan yang baik seperti 3 langkah di atas, semua tanggal menjadi baik. Tak ada lagi tanggal muda yang berarti foya-foya, dan tanggal tua yang berarti pengiritan total.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
#FinClic: Berapa Sih Gaji Ideal Itu?
Bicara soal gaji, sebagai pekerja kantoran kamu tentunya ingin ada kenaikan setiap tahunnya. Hampir di semua perusahaan punya kebijakan menaikkan gaji minimal satu kali dalam setahun. Saat tiba penyesuaian kenaikan gaji, kamu pasti bertanya-tanya, “Berapa sih gaji ideal itu?” Pertanyaan ini muncul karena seringkali kamu merasa gaji dan tagihan seperti berkejar-kejaran tidak ada habisnya.
Baca juga: 5 Resep Untuk Masalah Cashflow
Sebenarnya enggak ada patokan berapa gaji ideal, karena gaji ideal itu relatif bagi setiap orang. Kenapa? Karena standar hidup orang yang berbeda. Ada yang baik-baik saja tanpa perlu ngopi di café, tapi ada yang merasa setiap hari harus minum kopi. Ada yang menikmati menggunakan transportasi umum, tapi ada yang lebih nyaman menggunakan kendaraan pribadi.
Gaji Ideal Pekerja Kantoran
Jadi, berapa standar gaji ideal untuk dirimu sendiri? Menurut hasil survei Instagram @QM_Financial, gaji untuk pekerja kantoran yang berumur 30 tahun adalah sekitar Rp10-20 juta.
Gaji Ideal Pasangan yang Keduanya Sama-Sama Bekerja
Kalau pengalaman Ligwina Hananto, lead trainer QM Financial–saking naksir dan cinta–iya-iya aja ketika suaminya mengajak menikah 18 tahun lalu. Wina lupa menanyakan gaji pasangannya ketika itu. Padahal begitu menikah, ada tanggung jawab yang pasti akan membawa kamu ke dalam obrolan mengenai keuangan dengan pasangan.
Baca juga: Kamu dan Pasangan Jujur Nggak Soal Keuangan? Sstt, Ini Triknya!
Pengalaman Wina, dulu saat 5 tahun pertama pernikahannya, mereka saling bercerita mengenai penghasilan berdua. Suami harus memberikan gaji, nanti istri yang mengatur, itu dulu.
Kini setelah 18 tahun menikah, masing-masing berperan bersama-sama karena keduanya bekerja. Suami akan bertanggung jawab untuk pengeluaran cicilan rumah, SPP anak, gaji supir, listrik dan BBM. Sedangkan Wina akan bertanggung jawab untuk pengeluaran belanja bulanan, gaji ART dan iuran di luar SPP anak. Mengatur keuangan bersama pasangan harus didasari oleh kenyamanan dan kesepakatan bersama.
Baca juga: Biasa Jadi Baik: Ngobrolin Uang Bersama Pasangan
Gaji Ideal bagi Pasangan dengan Tanggungan
Gaji ideal bagi kamu yang sudah menikah dan harus membantu orangtua beserta adik, balik lagi, jawabannya relatif, tergantung dari biaya hidup keluarga kamu.
Kalau biaya hidup keluarga kamu Rp200ribu per bulan maka gaji Rp1juta per bulan tergolong ideal. Bandingkan dengan penduduk di Amerika yang bergaji USD2,500. Buat orang Indonesia, gaji USD2,500 tergolong besar dengan kurs sekitar Rp14.000-an. Buat mereka yang tinggal di Amerika, khususnya kota San Fransisco, biaya sewa apartemen sangat mahal. Karena itu, kebanyakan orang yang bekerja di area San Fransisco akan menyewa tempat tinggal di daerah suburban terdekat, dan menggunakan transportasi umum menuju kantor.
Kembali lagi ke hasil survei di atas bahwa gaji ideal sekitar Rp30juta, tergantung pengeluaranmu seperti apa. Kalau untuk cicilan rumah sudah Rp10juta per bulan, transportasi Rp5juta per bulan, pengeluaran rutin, dan masih ada uang sekolah anak, maka pastinya tidak ideal.
Jadi, yuk hitung dulu berapa pengeluaran bulananmu, kalau pengeluarannya Rp10juta per bulan maka kamu membutuhkan penghasilan yang besarnya lebih dari Rp10juta agar masih ada sisa yang bisa ditabung dan diinvestasikan.
Baca juga: Karyawan bisa gampang atur keuangan dengan rasio ini!
Sisa Gaji yang Bisa Ditabung
Nah, ngomongin sisa yang bisa ditabung atau diinvestasikan erat kaitannya dengan penghasilan bisa bulanan ataupun tahunan sebagai amunisinya. Amunisi tersebut berupa: kas tersedia sekarang, berapa jumlah yang bisa disisihkan dari gaji bulanan dan tahunan. Untuk besaran jumlah yang bisa disisihkan dari penghasilan bulanan berkisar di 10%-30% dari penghasilan.
Baca juga: 5 Hal Keuangan The Grown Ups
Bagi kamu yang bisa menabung/investasi sebesar 30% dari penghasilan perbulan itu artinya gaji besar atau hemat sekali serta tidak ada pengeluaran rutin untuk keluarga. Sedangkan untuk investasi tahunan bisa berkisar 30%-50% dari penghasilan tahunan.
Gaji Ideal untuk Karyawan dari Sisi Pemilik Bisnis
Kalau di atas kita sudah membahas tentang gaji ideal untuk pekerja kantoran, lalu bagaimanakah untuk menentukan gaji ideal bagi karyawan yang bekerja dengan kita?
Pengalaman salah satu klien bisnis QM Financial, dengan omzet Rp60juta per bulan dia bisa mempekerjakan 1 orang karyawan dengan gaji UMP DKI Rp3,4juta di tahun 2018, termasuk THR dengan catatan tidak ada biaya tetap yang besar seperti sewa kantor.
Pemilik bisnis bisa juga menghitung besaran gaji dengan gabungan biaya, yaitu tetap (fixed cost) dan variabel (variable cost).
Untuk gaji tetap setiap bulannya akan keluar sebesar Rp3,4juta. Kalau gaji secara variabel artinya kalau perusahaan bisa menghasilkan Rp1Milyar maka ada bonus bulanan sejumlah tertentu yang akan dibagikan.
Maka kamu sebagai pemilik bisnis bisa menentukan karyawan mau digaji dengan metode apa, mau gaji pokok atau berdasarkan variabel bahkan kombinasi keduanya.
Baca juga: Laporan Keuangan Bisnis,Pentingkah?
Sebelum menyisihkan gaji untuk ditabung atau diinvestasikan, harus tahu dulu “Tujuan Lo Apa”. Di QM Finansial, filosofi #TujuanLoApa artinya uang harus punya manfaat di dalam hidup kamu, mau dipakai apa uang yang kamu miliki, apakah untuk Dana Darurat, Dana Pensiun, Dana Liburan dsb. Filosofi ini juga menunjukkan kepada kita bahwa uang bukan segalanya tetapi yang penting tujuannya apa. Tujuan finansial ini punya 3 elemen yang meliputi Judul+ Jumlah uang + Jangka waktu. Jika jangka waktu pendek cukup dengan menabung. Kalau jangka waktu panjang, boleh diinvestasikan.
Baca juga: #FinClic Resolusi Keuangan 2019
Misalnya, anak kedua Wina sudah mau masuk SMA pada Juli 2019 dengan uang pangkal sebesar Rp20juta. Kebetulan uang pangkal ini sudah tersedia, apakah perlu untuk diinvestasikan lagi? Tentu saja enggak dong, kan sudah cukup.
Terus follow instagram QM Financial serta twitter @QM_Financial. Ada juga #FinClic dan IG Live yang seru setiap Senin!
-Honey Josep-
Waspada Bocor Halus Akibat Bolak Balik Ambil Uang di ATM!
Hayo ngaku!
Berapa kali dalam seminggu kamu bolak-balik ambil uang di ATM?
Mungkin ada yang ambil uang kayak minum obat, 3 kali sehari ke ATM? Setiap hari ke ATM? Seminggu sekali ke ATM?
Ternyata Kita Tidak Perlu Repot Mencatat Pengeluaran Setiap Hari!
Kita sering mendapatkan tips untuk mencatat pengeluaran setiap hari.
TERNYATA INI MENYESATKAN!
5 Tips Keuangan Agar Merdeka dan Mandiri!
Selamat datang bulan Agustus! Agustus yang identik dengan kemerdekaan negeri tercinta ini!
Untuk topik keuangan, kemerdekaan atau freedom malah suka bikin bingung!
Financial freedom sering jadi jargon seminar gak jelas dan bikin orang malas untuk memikirkan topik penting ini.
Daripada ngomongin hal-hal yang terdengar di atas awan, kita kembali berpijak di bumi aja yuk? Musti PUNYA apa sih supaya Merdeka dan Mandiri?
(more…)