4 Tipe Manusia Habis Gajian: Kamu yang Mana?
Ciyeee … yang habis gajian!
Buat sebagian besar pekerja, momen ini adalah memang salah satu yang paling ditunggu-tunggu, ya kan? Menerima upah atas kerja keras selama sebulan penuh, banyak yang merasa lega dan bahagia.
Namun, tak sedikit pula yang merasa cemas karena merasa tak dapat mengendalikan pengeluaran pasca habis gajian. Ternyata, reaksi seseorang terhadap gaji yang baru diterima bisa menggambarkan tipe-tipe perilaku konsumtif dan bagaimana cara seseorang mengatur keuangan mereka.
Seiring dengan kegembiraan habis gajian, tak jarang muncul berbagai tipe individu dengan cara berbeda dalam menghabiskan, menyimpan, atau bahkan menginvestasikannya.
Tipe-Tipe Manusia Habis Gajian
Apa yang kamu lakukan setelah menerima gaji, biasanya ya itulah karakteristikmu kalau dicermati secara keseluruhan. Jadi, dari tipe-tipe berikut, kamu termasuk yang mana nih?
Si Strategis
Si Strategis adalah tipe orang yang selalu memiliki rencana keuangan matang terkait bagaimana ia akan menggunakan uangnya habis gajian. Sebelum gaji diterima, ia sudah memiliki daftar prioritas yang jelas, mulai dari kebutuhan pokok, tabungan, investasi, hingga alokasi untuk hiburan.
Namun, yang membedakan Si Strategis dari tipe lainnya adalah kemampuannya untuk selalu beradaptasi dengan situasi. Jika tiba-tiba muncul kebutuhan mendesak, ia mampu mengalokasikan ulang anggarannya tanpa mengganggu porsi keuangan jangka panjangnya.
Tidak hanya itu, Si Strategis juga dikenal sebagai orang yang selalu mencari informasi terbaru tentang tren investasi, cara menghemat, atau peluang bisnis yang mungkin bisa dijalankan. Ini semua dilakukan bukan karena ia takut menghabiskan uang, tetapi lebih kepada bagaimana membuat setiap rupiah yang ia miliki bekerja seoptimal mungkin untuk masa depannya.
Sikap ini tentu saja memerlukan disiplin yang tinggi. Namun, bagi Si Strategis, setiap keputusan keuangan adalah langkah penting untuk meraih impian dan kestabilan finansial di masa depan. Meski terkadang terlihat terlalu kaku dalam pengeluarannya, Si Strategis tahu bahwa dengan perencanaan yang baik, ia bisa menikmati hidup sekarang tanpa mengorbankan masa depannya.
Si Pencinta Merek
Si Pencinta Merek adalah tipe orang yang sangat memprioritaskan produk atau jasa dari merek-merek ternama atau berlabel premium. Bagi mereka, kualitas dan citra yang disandang oleh merek tersebut bukan hanya sekadar simbol status, tetapi juga bentuk apresiasi atas kualitas, desain, dan prestise yang dimiliki produk tersebut.
Tidak jarang, Si Pencinta Merek rela mengalokasikan sebagian besar gajinya untuk membeli barang-barang dari merek favoritnya, mulai dari pakaian, aksesori, kosmetik, hingga barang elektronik. Meskipun terkadang mendapat kritik karena dianggap boros atau terlalu mementingkan image, bagi Si Pencinta Merek, pengalaman dan kepuasan yang didapatkan dari memiliki produk berkualitas dari merek terkenal tak ternilai harganya.
Namun, menjadi Si Pencinta Merek juga memerlukan pertimbangan dan kebijakan finansial yang baik. Membelanjakan sebagian besar uangnya setiap habis gajian hanya untuk memenuhi keinginan akan merek-merek ternama tanpa memikirkan kebutuhan lain atau masa depan keuangan bisa menjadi bumerang.
Oleh karena itu, meskipun memiliki kecintaan pada merek tertentu, penting bagi Si Pencinta Merek untuk tetap bijak dalam mengelola keuangan agar tidak jatuh ke dalam utang atau kesulitan finansial.
Si Sandwich
Sebutan “Si Sandwich” berasal dari konsep “generasi sandwich”, yang merujuk pada seseorang yang berada di posisi terjepit antara dua kewajiban finansial utama: merawat dan mendukung orang tua atau anggota keluarga yang lebih tua, sambil pada saat yang sama mendukung dan membiayai kebutuhan anak atau anggota keluarga yang lebih muda.
Ini adalah fenomena yang umum terjadi di masyarakat modern, terutama di negara-negara dengan pertumbuhan demografis dan tantangan ekonomi tertentu.
Setiap habis gajian, Si Sandwich harus pintar-pintar mengalokasikan pendapatan untuk memastikan bahwa kedua kewajiban ini terpenuhi. Gaji yang diterima mungkin harus dibagi untuk biaya pendidikan anak, kebutuhan sehari-hari keluarga, biaya kesehatan orang tua, dan terkadang, juga untuk kebutuhan saudara atau anggota keluarga lain yang memerlukan bantuan.
Kendala yang dihadapi oleh Si Sandwich bukan hanya finansial, tetapi juga emosional. Mereka sering kali merasa tertekan dan cemas, khawatir tidak dapat memenuhi semua kebutuhan dan harapan yang ada. Meskipun demikian, Si Sandwich biasanya memiliki ketahanan mental dan emosi yang kuat, didorong oleh rasa cinta dan tanggung jawab kepada keluarga.
Dalam menghadapi tantangan ini, penting bagi Si Sandwich untuk memiliki perencanaan keuangan yang baik, memahami prioritas, serta mungkin mempertimbangkan untuk memiliki sumber pendapatan tambahan. Meski berat, banyak dari Si Sandwich yang menemukan kepuasan dalam peran mereka, karena pada akhirnya, mereka tahu bahwa apa yang mereka lakukan adalah untuk orang-orang yang mereka cintai.
Si Paling FIRE
Si Paling FIRE adalah tipe orang yang sangat fokus pada tujuan untuk bebas finansial dan memiliki kebebasan untuk mengejar kehidupan yang mereka inginkan tanpa harus terikat pada pekerjaan rutin 9-5.
Habis gajian, prioritas utama mereka adalah mengalokasikan sebagian besar pendapatan ke dalam investasi, tabungan, dan aset yang dapat menghasilkan pendapatan pasif. Mereka cenderung hidup di bawah kemampuan finansial mereka dan menghindari utang konsumtif.
Apa yang membedakan Si Paling FIRE dari tipe strategis atau investor biasa adalah intensitas dan dedikasi mereka terhadap tujuan. Mereka mempelajari berbagai strategi investasi, memahami keuangan pribadi dengan mendalam, dan sering kali memiliki komunitas atau kelompok diskusi di mana mereka berbagi tips dan trik untuk memaksimalkan pengembalian dan mengurangi biaya.
Namun, menjadi bagian dari gerakan FIRE bukanlah tanpa tantangan. Ini memerlukan disiplin yang ketat, kesabaran, dan ketahanan dalam menghadapi fluktuasi pasar atau perubahan ekonomi. Namun, bagi Si Paling FIRE, pengorbanan ini dianggap sepadan dengan kebebasan dan kemampuan untuk menikmati hidup sesuai dengan ketentuan mereka sendiri, tanpa harus khawatir tentang tekanan finansial.
Dalam perjalanan kehidupan, setiap orang memiliki cara mereka sendiri dalam mengelola keuangan, terutama saat habis gajian. Baik itu Si Pencinta Merek yang mengejar prestise, Si Strategis yang punya rencana realistis, Si Sandwich yang punya beban berat, atau Si Paling FIRE dengan visi kemerdekaan finansialnya. Semua tipe ini mencerminkan keunikan dan prioritas masing-masing orang.
Yang paling penting adalah kesadaran untuk mengelola keuangan dengan bijak habis gajian, disiplin, dan sesuai dengan tujuan hidup. Karena pada akhirnya, keberhasilan finansial bukan hanya tentang berapa banyak uang yang kita miliki, tetapi bagaimana kita memanfaatkannya untuk menciptakan hidup yang lebih bermakna dan memuaskan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
F.I.R.E: 7 Miskonsepsi Kebebasan Finansial yang Perlu Diluruskan
Yuk, ngomongin FIRE! Mumpung lagi hype nih. FIRE bukan yang berarti kebakaran, tetapi Financial Independence, Retire Early. Sebuah jargon untuk sebuah tujuan termulia dalam hidup: mencapai kebebasan finansial.
Gerakan FIRE ini pertama kali didesuskan oleh 2 orang guru finansial, yakni Joseph R. Dominguez dan Vicki Robin dalam buku mereka yang berjudul Your Money or Your Life. Menarik untuk dibahas, karena gerakan ini banyak diusung oleh generasi yang saat ini sedang produktif-produktifnya. Memberi gambaran, bahwa pensiun sejahtera itu mungkin dilakukan. Bahwa siapa pun bisa mendapatkan hidup sesuai keinginan masing-masing, asalkan mau untuk bekerja keras mempersiapkannya.
Oh, harus kerja keras ya?
Lah, kan memang gitu cara mainnya untuk segala sesuatu yang ingin dicapai dalam hidup?
So, mari kita bahas dalam artikel kita kali ini.
Apa Itu Kebebasan Finansial?
Kebebasan finansial, atau istilah asingnya financial freedom, adalah kondisi ketika kamu punya cukup uang untuk menjalani hidup seperti yang dimaui atau diinginkan. Dan—ini bagian terbaiknya—untuk menjalani hidup seperti itu, kamu enggak perlu kerja secara aktif setiap hari lagi.
Hah? Berarti sama sekali nggak kerja sama sekali? Nganggur dong!
Ya, enggak gitu juga. Bukan berarti kalau mencapai kebebasan finansial lantas nganggur, enggak boleh ngapa-ngapain juga. Boleh, malahan ya harus tetap aktif. Kamu enggak boleh bermalas-malasan, teteup. Dan memang, itulah miskonsepsi yang sering muncul berkaitan dengan kebebasan finansial.
Banyak yang mengira bebas finansial berarti enggak ngapa-ngapain. Padahal itu salah kaprah, dan ada beberapa hal lain yang juga salah kaprah mengenai kebebasan finansial ini.
Konsep Kebebasan Finansial yang Salah Kaprah
Bebas finansial ditentukan oleh nasib
Jadi, kalau nasibnya sudah misqueen, ya sudah misqueen saja teros!
Wah, enggak kayak gitu juga sih. Faktanya, financial freedom is about mindset. Saat kita memang mindset-nya hanya berhenti di satu titik, maka ya satu titik itu saja yang hanya bisa diraih. Lebih jauh lagi, titik itu menjadi comfort zone kita—yang membuat kita enggan untuk membuka pikiran dan kemudian berusaha.
Sudah banyak yang “terjebak” di miskonsepsi ini lo. Mirisnya, mereka malah seakan “bangga” dengan nasib yang dibilang kurang beruntung itu. Padahal, kesempatan terbuka lebar di depan. Sayang banget kesempatan itu tidak bisa dilihat, hanya karena tertutup oleh mindset.
Intinya, kita sendiri yang menentukan nasib. Sembari minta petunjuk pada “Yang Menciptakan Nasib” pastinya.
Bebas finansial artinya nggak usah kerja
Ya, boleh dong kalau mau kerja. Malahan, saat mencapai kebebasan finansial, maka kamu akan mendapatkan peluang untuk mengerjakan apa pun yang kamu mau.
Buat sebagian orang ini artinya adalah kesempatan untuk mengejar passion, dan nggak perlu pusing jika ternyata passionnya enggak terlalu menghasilkan (atau malah lebih banyak menyedot) uang. Misalnya lebih banyak bekerja untuk sosial, menulis buku, traveling, dan sebagainya.
Ini enggak sama dengan ‘nggak usah kerja’ lo ya. Kita tetap beraktivitas, tetapi sudah tak menjadikan uang sebagai motivasi utama ketika kita sudah mencapai kebebasan finansial.
Harus menyisihkan 50% penghasilan setiap bulan
Banyak yang bilang, kalau untuk bisa mencapai kebebasan finansial, kamu harus menyisihkan 50% dari gaji atau penghasilan setiap bulan.
Ini konsep yang kurang tepat lo. Faktanya, besaran dana yang harus disisihkan agar bisa mencapai bebas finansial itu tergantung sejak kapan kamu mulai mempersiapkannya. Jika kamu memulainya sedini mungkin, bisa jadi kamu enggak perlu harus menyisihkan 50% dari penghasilanmu. Mungkin 30% cukup, atau malah 10% pun bisa. Pasalnya, hal ini juga tergantung pada gaya hidupmu. Semakin tinggi gaya hidup, semakin besar target keuangan yang harus dicapai untuk bisa bebas finansial. Semakin jauh persiapannya, semakin kecil pula beban per bulannya.
Persiapan paling ideal dimulai di usia 40 tahun
Nggak harus! Seperti yang dijelaskan pada poin sebelumnya, semakin cepat kamu mulai, semakin ringan bebanmu, semakin pasti kamu bisa meraih kebebasan finansial yang diinginkan.
Emas dan deposito adalah instrumen terbaik
Ya, boleh saja kalau memilih emas dan deposito, tetapi produk lainnya juga banyak yang bisa menjadi pilihan lo! Seperti kata Mba Ligwina Hananto, jangan setia pada produk, kita harus setia pada tujuan!
Jadi, ayo, belajar berbagai instrumen investasi yang bisa mendukung impianmu untuk FIRE; meraih kebebasan finansial secepatnya.
Kebebasan finansial hanya milik mereka yang sudah lansia
Nah, ini nih yang salah banget nih. Enggak gitu juga lo! Kalau memang mampu, kamu juga bisa menargetkan untuk bebas finansial di usia muda. Usia 40-an, 50-an, adalah usia-usia yang paling baik untuk bisa bebas finansial. Karena kamu sudah mapan, sudah cukup pengalaman, pun sudah bijak menghadapi masalah yang mungkin muncul.
Sementara kamu bisa mempersiapkan tujuan ini sejak usia 20-an. Dan itu mungkin banget dilakukan, karena sudah ada yang sukses juga.
Bebas finansial = kaya, banyak uang
Bebas finansial enggak harus berarti banyak uang atau kaya raya. Malahan, apa sih sebenarnya arti kaya raya itu?
Pada prinsipnya, bebas finansial adalah kamu bisa mencukupi kebutuhan hidup tanpa harus bekerja secara aktif. Artinya, jika kamu punya aset aktif yang bisa memberimu penghasilan pasif setiap bulan yang cukup, artinya kamu sudah bebas finansial. Enggak perlu muluk-muluk, bebas finansial artinya punya jet pribadi, pulau pribadi, dan sebagainya—meskipun kalau punya ya, enggak ada salahnya juga. Tapi intinya pada bisa memenuhi kebutuhan hidup dengan pas. Pas butuh traveling ada uangnya. Pas pengin nraktir keluarga besar, ada uangnya. Pas pengin beli smartphone keluaran terbaru, ada uangnya.
Ya, semoga kamu paham sampai di sini. Karena “cukup” dan “kaya raya” itu memang berbeda konsep. Sementara kebebasan finansial enggak berarti harus kaya.
Nah, itulah miskonsepsi mengenai FIRE alias kebebasan finansial yang perlu diluruskan. See? Ternyata enggak terlalu di awang-awang kan, untuk bisa bebas finansial itu? Siapa pun bisa kok mewujudkannya, asalkan mau bekerja keras untuk mempersiapkannya sejak dini.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!