Adaptasi Keuangan Demi Sehat Finansial Selama Pandemi COVID-19
Adaptasi. Adaptasi. Adaptasi.
Barangkali cuma ini yang bisa kita lakukan untuk bisa SURVIVE melalui pandemi Covid-19.
So let’s talk about this pandemic!
Sudah sekitar 6 bulan lamanya, kita semua merasakan hidup bersama Covid-19. Banyak sekali yang sudah terjadi. Mulai dari kehilangan teman dekat yang menjadi korban, tidak bisa keluar rumah dan beraktifitas normal hingga perubahan waktu dan tempat kerja, semuanya gara-gara Corona.
Kalau begitu, apa saja yang harus kita lakukan untuk bisa melakukan adaptasi keuangan selama pandemi Covid-19? Mari kita bahas dengan sebuah target yang tidak muluk-muluk: kita harus SURVIVE. Secara jiwa raga bisa sehat terus. Secara finansial, tidak bangkrut! Mari sehat finansial.
Adaptasi karena perubahan
Kenapa perlu adaptasi?
Adaptasi ini perlu kita lakukan karena memang ada perubahan besar yang terjadi pada hidup kita selama pandemi. Suka atau tidak suka. Setuju atau tidak setuju. Kenyataannya, memang hidup jadi berubah.
Bagan berikut adalah bagan yang kami sadur dari Mas Yuswohady dan tim Inventure Knowledge. Ada 4 major shift atau 4 perubahan besar perilaku pembeli selama pandemi Covid-19.
4 perubahan besar itu adalah:
1. Di rumah saja
Cara paling baik untuk menghindari kemungkinan terpapar virus adalah dengan #dirumahaja. Artinya orang tua yang bekerja memindahkan kerja di rumah. Anak-anak pun bersekolah di rumah. Bekerja, belajar dan beribadah di rumah.
Walaupun banyak sekali orang yang tidak bisa melaksanakan semua kegiatannya di rumah saja, tetapi banyak pusat keramaian yang diharuskan tutup. Dengan begitu, cara hidup kita berubah maka kita pun akan memerlukan barang dan jasa yang berbeda karena harus melakukan segala sesuatunya di rumah.
2. Prioritas pada kesehatan dan keselamatan
Virus Corona ini membuat manusia merasa sangat vulnerable. Oleh karena itu, untuk bisa survive, kebutuhan manusia akan kesehatan dan keselamatan melompat sangat tinggi. Prioritas hidup pun jadi berubah. Kita bisa melihat betapa permintaan akan bahan makanan dan alat kesehatan mendapat perhatian khusus sejak awal pandemi.
3. Go digital
Ada yang membedakan pandemi flu 100 tahun lalu dengan pandemi kali ini. Kali ini, walaupun harus lebih banyak di rumah, kita tidak terputus dari dunia luar. Internet menyambungkan hidup kita. Semua perubahan cara hidup ini ternyata mendorong adopsi digital di segala bidang, mulai dari alat pembayaran, proses pembelian barang dan jasa, hingga berkomunikasi.
Nenek ikut kelas yoga hingga anak kecil belanja game, semuanya bisa dilakukan secara digital.
4. Empathic society
Namanya adaptasi, ada yang bisa dengan mudah pindah haluan, ada yang secara sistem terkunci dan tidak sanggup berubah. Masalahnya kita tidak mungkin survive sendirian. Kita perlu survive bersama-sama.
Oleh karena itu, perubahan besar juga muncul dalam bentuk gerakan sosial. Saling jaga dan tolong menolong selama pandem ini begitu penting. Ada orang-orang yang sulit beradaptasi dan mereka semua membutuhkan bantuan.
Setelah kita memahami dan menerima kenyataan akan adanya empat perubahan besar tersebut di atas, barulah kita bisa mengerti kenapa adaptasi menjadi sangat penting. Inga, bahwa kata kunci 2020 adalah SURVIVE – dan untuk bisa survive kita butuh menerima kenyataan dan menyesuaikan diri, segera!
Adaptasi keuangan bisnis
“Protect your source of income!”
Lindungi sumber penghasilanmu!
Ini adalah nasihat yang jarang saya dengar jika bicara soal kelola keuangan pribadi. Bagaimana pun juga, saat pandemi ini berlangsung lama, ekonomi negeri terancam resesi, dari sisi keuangan pribadi yang penting adalah tetap punya penghasilan.
Penghasilan ini berasal dari gaji baik saat kerja sebagai karyawan maupun sebagai pemilik bisnis. Maka, adaptasi keuangan bisnis perlu kita perhatikan dengan baik. Sebagai karyawan maupun pemilik bisnis, coba analisis seperti apa kondisi pasar tempat perusahaanmu beroperasi. Bagaimana 4 perubahan perilaku pembeli di atas, memengaruhi penjualan di perusahaanmu.
Misalnya, jika kamu bekerja di restoran atau memiliki restoran.
Sebanyak apa efek perubahan perilaku #dirumahaja memengaruhi bisnismu?
Apakah omzet usaha ini masih stabil atau turun drastis?
Bagaimana perhatian soal kesehatan dan keselamatan saat bekerja?
Apakah ada konversi digital yang bisa atau sudah dilakukan untuk memastikan kelangsungan bisnis?
Bagaimana menggunakan empati agar tetap bisa membawa usaha ini relevan selama pandemi?
Hal-hal di atas bisa menjadi bahas diskusi internal.
Ini sedang pandemi. Jangan batasi diskusi hanya untuk para pengambil keputusan. Saat kamu seorang staff pun, perhatian dan kontribusi pada perusahaan tempat kamu bekerja sekarang menjadi sangat krusial. Ide untuk menumbuhkan omzet bisa datang dari mana saja.
Adaptasi keuangan bisnis – agar bisa bertahan, akan membawa para pemimpin bisnis pada keputusan-keputusan berat. Kita akan melihat lebih banyak kebijakan pengurangan penghasilan, pemutusan hubungan kerja, penutupan cabang hingga keputusan terberat menutup bisnis untuk waktu yang tidak bisa ditentukan. Apapun adaptasi keuangan bisnis yang harus terjadi, kita perlu menyiapkan diri.
Sehat finansial menjadi penting untuk setiap bisnis – agar bisa beradaptasi dan mempertahankan diri melewati badai pandemi Covid-19. Bisnis ini bagai kapal besar dan kita karyawan serta pemiliknya, ada di dalam kapal itu. Kita perlu bahu membahu memastikan kapal ini tidak karam.
Adaptasi keuangan pribadi
Selama masih ada penghasilan rutin, hidupmu akan baik-baik saja.
Tapi sampai kapan? Ini yang jadi masalah.
Pandemi ini memiliki teman dekat bernama uncertainty! Saat uncertainty sangat tinggi, bisnis tidak bisa menyusun rencana bisnis jangka panjang, kemungkinan terburuk kehilangan penghasilan akan selalu ada.
Adaptasi keuangan pribadi bisa kita bagi menjadi 3 langkah besar:
1. Mengatur cash flow
Perhatikan 4 perubahan perilaku di atas. Dengan cara hidup dan gaya hidup yang berubah, otomatis cara kita membelanjakan uang juga berubah. Kalau tadinya ayah ibu bekerja, anak bersekolah di luar rumah, sekarang semua ada di rumah. Akan ada peningkatan biaya rumah tangga seperti bahan makanan, listrik dan kuota internet.
Belanja lifestyle yang harusnya hilang pun pindah pos menjadi furnitur baru agar nyaman bekerja dan bersekolah di rumah. Adaptasi keuangan pertama yang harus kita lakukan adalah menghitung kembali arus kas supaya tidak besar pasak dari tiang.
2. Memiliki dana darurat
Punya penghasilan tetap, bekerja di perusahaan besar bukan jaminan pekerjaan kita akan tetap aman. Pandemi ini tidak pandang bulu. Bisnis kecil hingga perusahaan multinasional bisa terancam keuangannya – kalau tidak sekarang mungkin dalam 1-2 tahun ke depan.
Jadi, ayo timbun dana daruratmu. Tidak perlu takut bertarget besar, mulai dari kecil-kecil dulu. Dana darurat ini yang akan menjamin hidup kita akan baik-baik saja jika penghasilan terganggu. Berlaku untuk semua orang apapun pekerjaannya, seperti apapun latar belakang sosio-ekonominya.
3. Menjadi jaring sosial
Tentu saja tidak semua orang sanggup beradaptasi dengan cepat. Akan ada orang-orang yang cash flow-nya sudah mepet sekali. Akan ada orang-orang yang kehilangan pekerjaan. Akan ada orang-orang yang dana daruratnya ada – tapi 3 bulan lalu, sekarang sudah habis.
Maka selanjutnya, adaptasi keuangan pribadi kita yang masih kuat adalah dengan menjadi jaring sosial tambahan. Jadilah orang yang siap duluan dengan cash flow positif, punya dana darurat beberapa bulan ke depan, dan siap mengulurkan bantuan.
Menjadi jaring sosial ini artinya kita menyiapkan anggaran khusus untuk pengeluaran sosial yang bersifat tolong menolong. Menjadi jaring sosial ini artinya kita juga menyiapkan anggaran khusus untuk pengeluaran rutin dan lifestyle yang bisa dipakai membeli dagangan teman sendiri.
Sehat finansial menjadi penting untuk setiap individu. Tapi kita tidak bisa sehat sendirian.
Jalan masih panjang.
Tidak ada yang bisa meramalkan kapan pandemi Covid-19 ini akan berakhir.
Tapi ada caranya supaya kita bisa survive tidak sendirian.
Jadilah orang itu. Jadilah mereka yang menyiapkan diri menjadi bagian yang kuat agar bisa kuat untuk orang lain – lebih lama.
Mari sehat finansial, bersama.
Krisis Datang, Saatnya Dana Darurat Berperan
Apa kabar sudah beberapa minggu #dirumahaja? Semoga masih tetap sehat dan waras. Krisis kali ini memang nggak main-main ya, bisa membolak-balikkan hidup rutin kita sedemikian rupa. Semoga kamu semua sudah mempunyai dana darurat yang memadai.
Sebenarnya, kalau dilihat ke belakang, Indonesia sudah sering banget harus mengalami masa krisis. Entah karena terkena efek krisis ekonomi dunia, bahkan krisis gara-gara teroris. Dan, kita selalu bisa melewatinya dengan baik. Kondisi ekonomi–yang selalu saja ikut kena efek–akhirnya selalu bisa bounce back, dan bahkan bergerak lebih baik.
Kita harus percaya, bahwa krisis kali ini pasti juga akan kita lewati bersama dengan baik, dan sehat. Hanya saja, kita perlu melakukan beberapa perubahan terkait keuangan.
Ada yang masih belum mengerti pentingnya dana darurat? Kalau iya, mari kita ingatkan lagi serba-serbinya berikut ini.
5 Hal Serba-Serbi Dana Darurat
1. Apa pentingnya dana darurat?
Seperti namanya, dana darurat akan sangat berguna jika kita terpaksa harus berhadapan dengan situasi darurat. Misalnya seperti kena PHK, kena bencana, hingga ketika terjadi wabah penyakit seperti sekarang ini dan kita harus di rumah aja.
So, kalau ada yang masih bertanya-tanya, apa pentingnya dana darurat? Seharusnya sih sekarang kita sudah mulai merasakan fungsinya.
Belum? Ya, berarti harus bersyukur karena penghasilanmu masih cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang tiba-tiba berubah semua ini.
2. Berapa besar dana darurat?
Besaran dana ini bisa berbeda-beda tergantung pada stage of life kita masing-masing. Loh, kok tergantung pada stage of life sih? Iya, karena kita sendiri kan selalu berkembang. Mulai dari lajang, menikah, punya anak, dan seterusnya itu masing-masing kebutuhannya akan berbeda. Berkembang, kalau enggak bisa disebut bertambah banyak.
Yang paling ideal, besaran dana darurat adalah sebagai berikut:
- Lajang: 4 x pengeluaran bulanan
- Menikah: 6 x pengeluaran bulanan
- Menikah dengan 1 anak: 9 x pengeluaran bulanan
- Menikah dengan 2 anak atau lebih/Wirausaha/Freelance: 12 x pengeluaran bulanan
Yes, kamu yang berprofesi sebagai pemilik bisnis maupun freelancer harus menyiapkan dana darurat yang lebih besar, demi amannya, lantaran pendapatan yang tidak tetap.
3. Di mana simpan dana darurat?
Simpanlah dana darurat di tempat yang paling mudah untuk dijangkau ataupun dicairkan. Jangan taruh, misalnya, di instrumen yang akan memberikanmu penalti jika harus dicairkan tidak pada waktunya, dan bisa diproses dengan cepat.
Misalnya, simpan di tabungan saja, yang bisa diambil melalui ATM. Atau dalam bentuk logam mulia, sehingga mudah dijual ketika kita butuh dalam waktu cepat. Namun, seandainya memang kamu pengin menyimpannya dalam rekening deposito, pastikan kamu tahu berapa denda atau penalti yang harus dibayar jika kamu ingin mencairkannya lebih cepat dari jatuh tempo. So, nanti jika memang harus diambil, kamu enggak kaget lagi.
Kamu juga bisa menyimpannya dalam bentuk Reksa Dana Pasar Uang, yang kalau mau dicairkan juga tak butuh waktu terlalu lama dan berisiko paling rendah dibandingkan jenis reksa dana yang lain.
Ingat, kamu harus menyimpan dana ini di beberapa instrumen investasi yang pas, agar memperkecil risiko yang mungkin terjadi.
4. Mau pakai? Pertimbangkan lagi
So, ceritanya sih simpanan dana ini sudah harus dipakai karena kondisinya memang sudah darurat. Apa yang harus kita pertimbangkan?
Salah satu pertimbangan yang harus dipikirkan adalah dana darurat sebaiknya tak digunakan sekaligus untuk satu kebutuhan saja. Gunakanlah uang ini dengan sebijak mungkin. Caranya bisa dengan membaginya sesuai kebutuhan yang paling mendesak, misalnya untuk pos kesehatan dan sembako lebih dulu.
Jika ada kebutuhan lain yang bisa ditunda, tundalah untuk sementara waktu.
5. Kalau sudah dipakai, buat janji untuk mengganti
Hal penting lain yang harus diingat jika ingin menggunakan dana darurat, buatlah komitmen bahwa suatu hari nanti–terutama jika kondisi darurat ini sudah berlalu–kamu akan menggantinya.
Tak perlu langsung full amount. Bujetkan saja setiap bulan seperti halnya menabung. Dengan kondisi ekonomi yang kian membaik (AMIN!), kita pasti bisa mengembalikan dana darurat hingga pulih dan siap digunakan lagi saat kembali ada kondisi darurat.
Nah, itu dia beberapa hal mengenai dana darurat yang harus selalu diingat. Yes, dana darurat will really come handy di saat-saat begini, jadi jangan sepelekan keberadaannya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Stay safe, everyone!