Deposito vs Reksa Dana: Mana yang Lebih Menguntungkan?
Mending investasi di mana ya? Kalau diperbandingkan, deposito vs reksa dana, kira-kira lebih menguntungkan yang mana?
Apakah kamu sekarang sedang mempunyai pertanyaan yang sama?
Yah, sebagai pemula, kadang kita memang mengalami kebingungan. Penginnya mulai investasi, tetapi nggak tahu mesti investasi di mana. Ada rasa waswas juga, kalau nanti duit malah hilang, gimana?
Saat mulai berkenalan dengan produk investasi pun juga demikian. Karena produk investasi ada banyak, masing-masing dengan manfaat yang berbeda, kita pun jadi blank mau memilih yang mana. Iya sih, sudah paham bahwa semua kembali ke #TujuanLoApa, tapi rasanya kok masih ragu-ragu aja gitu.
Nah, dalam artikel ini kita akan membahas–dan membandingkan–dua instrumen investasi sekaligus, yaitu deposito vs reksa dana, agar kemudian kamu mendapatkan gambaran, tujuan keuangan seperti apa yang bisa dilayani kebutuhannya dengan deposito dan mana yang bisa dengan reksa dana.
Deposito vs Reksa Dana: Mana yang Lebih Menguntungkan?
1.Setoran
Mari kita lihat deposito vs reksa dana dari mulai awal kita menyetor dana.
Deposito merupakan produk perbankan. Dengan demikian, kita harus tunduk pada aturan yang dikeluarkan oleh pihak bank di mana kita akan membuat rekening deposito kita. Biasanya, untuk setoran awal, bank akan meminta dalam nominal tertentu; Rp 1 juta, Rp5 juta, ada juga yang meminta minimal setoran Rp10 juta.
Untuk menyimpan uang di deposito, kamu hanya perlu menyetor sekali saja di awal. Jika kamu hendak menambah nominal, tunggu sampai jatuh tempo baru kemudian ditambah setorannya ketika kamu memperbarui rekeningnya.
Untuk setoran awal reksa dana, rata-rata dengan Rp100 ribu saja, kamu sudah bisa mulai berinvestasi. Bahkan ada reksa dana tertentu yang bisa kamu beli dengan Rp10 ribu saja. Bayarnya mudah, mulai dari transfer bank, bahkan dengan ewallet juga bisa.
Tidak seperti deposito, reksa dana tidak ada batasan waktu jatuh tempo. Satu-satunya yang menentukan horizon waktu investasi adalah dirimu sendiri. Jika di tengah jalan, kamu dapat rezeki dan pengin topup reksa dana, kamu tinggal transfer seperti ketika kamu menyetor pertama kali. Makanya, banyak yang memanfaatkan reksa dana seperti tabungan. Mereka menabung setiap bulan, dengan menyisihkan sedikit dari penghasilan.
2.Jenis
Deposito vs reksa dana juga bisa kita lihat dari jenisnya.
Ada 2 jenis deposito terkait perpanjangan tenor, yaitu ARO (Automatic Roll-Over) dan nonARO, kebalikan dari ARO.
Ketika kamu menyimpan dana di deposito ARO, saat jatuh tempo tiba–tanpa harus kamu urus–depositonya akan otomatis diperpanjang. Danamu akan langsung diinvestasikan sesuai tenor yang kamu pilih sebelumnya. Lain halnya dengan deposito nonARO. Saat jatuh tempo tiba, danamu akan kembali ke rekening induk. Jika kamu hendak mendepositokannya lagi, maka kamu harus mengurusnya kembali ke bank.
Mana yang lebih baik? Ya, kembali lagi ke kebutuhanmu. Jika kamu memang punya maksud untuk memanfaatkan deposito sebagai instrumen investasi dalam jangka waktu yang amat panjang, dalam artian uangnya uang dingin, enggak keburu dipakai, deposito ARO bisa dipilih. Sedangkan, kalau kamu memanfaatkan deposito sebagai instrumen penyimpan uang sementara untuk berbagai keperluan, maka deposito nonARO bisa jadi pilihan yang lebih baik, karena di akhir jatuh tempo kamu bisa langsung menggunakan danamu sesuai dengan kebutuhan. Kamu tinggal sesuaikan jatuh temponya dengan horizon waktu tujuan keuangan yang sudah kamu rencanakan.
Reksa dana ada 4 jenis, yaitu reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana campuran, dan reksa dana saham, yang masing-masing memiliki manfaat dan karakteristik sendiri-sendiri. Coba kamu baca-baca artikel yang sudah ditautkan ya, untuk lebih detailnya.
Mana yang lebih untung dari keempat jenis reksa dana itu? Balik lagi, #TujuanLoApa.
Deposito vs reksa dana dari jenisnya, reksa dana memang lebih banyak macamnya, sehingga kamu bisa banget menyesuaikannya dengan kebutuhanmu. Dalam hal ini, lebih banyak keuntungan yang ditawarkan oleh reksa dana. Mari kita lihat ke poin berikutnya.
3.Imbal dan risiko
Ingat hukum dalam investasi: high risk, high return. Kalau kamu mengharap imbal tinggi, maka kamu harus siap juga dengan risiko yang tinggi. Hal ini juga berlaku pada deposito vs reksa dana.
Deposito, sekali lagi, adalah produk perbankan. Dengan demikian, ada perlindungan pemerintah yang ikut berperan. Sampai dengan nominal Rp2 miliar, danamu dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan. Jika terjadi sesuatu dengan bank tempat kamu menyimpan deposito–misalnya bangkrut atau dilikuidasi–maka danamu akan kembali secara utuh.
Dengan demikian, bisa dibilang risiko deposito cukup rendah. Risiko yang rendah, biasanya datang sepaket dengan imbal yang juga relatif kecil. Bunga deposito, saat artikel ini ditulis, berkisar antara 4 – 6%–setiap bank bisa jadi menawarkan besaran bunga dan fasilitas yang berbeda. Memang angka ini lebih besar daripada bunga tabungan biasa, yang rata-rata hanya sebesar 2% (atau bahkan ada yang 0%). Tetapi sebagai instrumen investasi, angka persentase ini relatif kecil.
Reksa dana–misalnya reksa dana saham–bisa menawarkan imbal yang jauh lebih besar, antara 7 – 12% per tahun. Kalau mau dihitung, angka ini dua kali lipat dari bunga deposito. Tentu saja, term & condition berlaku ya.
Karena sebagaimana sudah kamu tahu, imbal besar akan datang sepaket dengan risiko tinggi. Hasil imbal reksa dana bisa jadi sangat mengikuti fluktuasi pasar, sehingga ketika IHSG naik, maka portofolio reksa dana bisa mendulang banyak keuntungan. Tetapi, ketika IHSG memerah, portofolio reksa dana juga bisa minus.
Nah, demikian sedikit perbandingan antara deposito vs reksa dana. Semoga bisa membantu memberimu gambaran mengenai cara kerja deposito vs reksa dana ini.
Kalau kamu masih bingung, ikut kelas-kelas finansial online QM Financial saja yuk, pilih sesuai kebutuhanmu! Cek jadwalnya ya.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.