Menghadapi Kenormalan Baru: 5 Hal Keuangan yang Harus Didorong dari Karyawan
Menghadapi kenormalan baru atau the new normal, mau enggak mau kita pun harus melakukan beberapa hal agar bisa beradaptasi dengan baik. Demikian juga, hal ini sebaiknya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan demi membantu karyawannya untuk siap.
Mengapa? Karena memang ada banyak hal yang berubah saat ini. Misalnya saja, bisnis perusahaan harus punya strategi baru, sehingga mau enggak mau juga memengaruhi operasional internal. Padahal perubahan tidak selalu mudah dijalani.
Setidaknya, karyawan harus pula dibantu untuk meningkatkan kualitas hidupnya masing-masing, sehingga mereka dapat mencapai keamanan finansial. Sudah tahu kan, bahwa ada survei yang menyatakan, bahwa 92% karyawan akan dapat bekerja dengan optimal dan happy ketika mereka mendapatkan rasa aman secara finansial?
Lalu, apa yang bisa dilakukan oleh perusahaan untuk membantu karyawannya siap menghadapi kenormalan baru–yang tentunya–dari sisi finansial?
5 Hal yang Bisa Dibekalkan oleh Perusahaan pada Karyawan untuk Menghadapi Kenormalan Baru
1. Pengelolaan gaji
Banyak hal yang harus diubah ketika kita menghadapi kenormalan baru. Perusahaan pun harus berbenah, jika masih ingin terus survive hingga krisis berakhir. Mau tidak mau, hal ini juga akan memengaruhi karyawan.
Beberapa karyawan mungkin harus mengalami pengurangan gaji, karena belum bisa lembur seperti sebelumnya, belum akan ada perjalanan dinas ke luar kota, dan sebagainya; yang akhirnya mengurangi peluang karyawan untuk mendapatkan insentif, bonus, dan lain sebagainya.
Mau tak mau karyawan harus bisa hidup dari gaji pokok. Dengan keterampilan pengelolaan gaji yang baik, hal seperti ini seharusnya tidak menjadi masalah. Karena gaji besar atau kecil, mendapatkan bonus atau tidak, semua kunci soal keuangan karyawan ada pada pengelolaan gaji.
So, perusahaan dapat memberikan dorongan bagi karyawan untuk bisa mengelola gaji dengan lebih baik lagi untuk menghadapi kenormalan baru.
2. Bangun dana darurat
Selain pengelolaan gaji, perusahaan juga bisa mendorong karyawan untuk mulai membangun dana darurat.
Masa pandemi membuat kita belajar, bahwa kita harus memiliki dana cadangan ketika sewaktu-waktu pemasukan berkurang. Dengan adanya jaring pengaman finansial pertama ini, kita bisa memperpanjang napas setidaknya sampai penghasilan stabil lagi, atau sampai menemukan sumber pemasukan lainnya.
Untuk menghadapi kenormalan baru, dan agar tidak mengulangi kesalahan sebelumnya, perusahaan bisa membuatkan tabungan kolektif khusus bagi karyawan, untuk membantu mereka membangun dana darurat. Diskusikanlah dengan karyawan, jika memang memungkinkan.
3. Edukasi pentingnya asuransi
Setiap perusahaan pasti sudah menyertakan karyawannya di program BPJS Kesehatan. Mungkin ini memang sudah cukup. Tetapi, ada baiknya, pihak perusahaan mendorong karyawan untuk mengecek, perlukah menambah dengan asuransi kesehatan swasta ataukah bentuk benefit yang lain.
Adalah sangat penting bagi setiap orang untuk memiliki asuransi kesehatan di saat wabah penyakit menyebar seperti ini. Termasuk ketika kita sudah menghadapi kenormalan baru.
Satu hal lagi, yang harus dijadikan reminder untuk para karyawan, apakah mereka semua sudah memiliki asuransi jiwa? Ada loh, survei yang menyatakan, bahwa dari 10 orang produktif di Indonesia, hanya 2 orang saja yang memiliki asuransi jiwa. Wah ….
4. Bangun aset
Adalah penting bagi karyawan untuk dapat membangun aset aktif selagi masih produktif. Untuk apa? Tentu saja, untuk “bekal” di masa depan ketika sudah tidak produktif lagi.
Perusahaan bisa melakukan sedikit survei, berapa persen dari karyawannya yang saat ini sudah siap memiliki aset aktif? Bisa jadi, belum banyak.
Karenanya, selain tentang dana darurat dan asuransi, membangun aset juga menjadi hal keuangan yang harus menjadi concern karyawan dan mesti didukung oleh perusahaan.
Membangun aset tentu saja bukan hal yang mudah bagi karyawan. Tetapi, dengan ikut terlibatnya perusahaan dalam membekalkan hal ini pada mereka, pastinya mereka akan lebih siap untuk memulainya di masa kenormalan baru ini.
5. Kelola utang
Utang menjadi salah satu lilitan masalah yang kerap terjadi pada karyawan. Yah, kalau memang utang dilakukan demi tujuan keuangan yang besar dan bisa membuat kualitas hidup lebih baik–misalnya kredit kepemilikan rumah–tentunya hal ini bisa diatur. Karena ini adalah utang produktif.
Yang menjadi masalah adalah jika utangnya adalah utang konsumtif, dan sumber pinjaman uangnya dari rentenir. Wah, bisa jadi disaster. Betul?
Karenanya, penting bagi perusahaan untuk membuat karyawan menyadari pentingnya mengelola utang, mulai dari mengenali jenis utang sampai membuat rencana pembayaran cicilan yang komprehensif.
Melihat kelima hal di atas, ternyata tugas berat juga ya, untuk perusahaan demi bisa menyiapkan karyawannya untuk menghadapi kenormalan baru?
Tenang, ada QM Financial di sini!
Kesemua hal tersebut bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Keamanan Finansial Membuat 92% Karyawan Bisa Bekerja dengan Bahagia
Ada survei yang pernah dilakukan oleh Net Impact yang menyebutkan bahwa 92% karyawan akan dapat bekerja dengan bahagia (dan produktif) ketika mereka telah mencapai keamanan finansial.
Ini menarik, karena di grafik yang sama ada menyebutkan “wealth” yang berarti kekayaan. Ternyata wealth dan financial security ini dua hal yang berbeda.
Jadi, apa itu financial security, alias keamanan finansial ini?
Menurut Yahoo Finance sih seperti ini.
Financial security means having enough money to fund your lifestyle, as well as work toward your financial goals.
Kalau diterjemahkan dengan bebas, keamanan finansial adalah memiliki cukup uang untuk membiayai lifestyle kita, sekaligus juga untuk mencapai tujuan-tujuan keuangan kita. Intinya adalah pada kata “cukup”. Berbeda pastinya dengan “wealth” alias kekayaan, yang memiliki konotasi “berlebih”.
Dari sini sebenarnya kita bisa simpulkan, bahwa banyak karyawan sebenarnya sudah lumayan puas dengan “cukup”. Mau belanja kebutuhan sehari-hari, cukup. Mau jajan-jajan kopi, cukup. Mau beli sepeda, cukup. Mau beli rumah, cukup. Mau jalan-jalan keluar negeri, cukup.
Gitu kan ya?
Lalu, bagaimana sih seseorang bisa mencapai keamanan finansial ini?
Masih menurut situs yang sama, karyawan dapat mencapai keamanan finansial ketika:
- Masa pensiunnya terjamin
- Tidak terlilit utang
- Penghasilan sesuai; sesuai dengan effort yang dikeluarkan, pun sesuai dengan harga barang kebutuhan di pasar.
Hmmm, sepintas lalu memang simpel sih. Tapi, itu PR besar juga, ya kan? Dari sisi karyawan, tentulah banyak yang harus diusahakan untuk bisa mendapatkan keamanan finansial ini. Di antaranya, meningkatkan skill untuk mengelola gaji.
Lalu, bagaimana dengan perusahaan? Kalau karyawan bisa bekerja dengan happy, sudah barang tentu produktivitas meningkat, bukan? Kalau produktivitas meningkat, maka sudah pasti juga akan berimbas pada bisnis perusahaan itu sendiri.
Hal ini berarti menjadi tugas perusahaan juga untuk mendorong karyawan mencapai keamanan finansial. Dengan cara apa? Mari kita lihat.
5 Cara Bantu Karyawan Mewujudkan Keamanan Finansial
1. Berikan training pengelolaan gaji
Gaji memang sudah seharusnya menjadi hak karyawan sebagai imbalan atas jasa mereka bekerja di kantor. Tetapi, tanpa pengelolaan yang baik, gaji besar sekalipun tidak akan banyak membawa perubahan dalam hidup seorang karyawan. So, dari sini sudah bisa disimpulkan, bahwa keterampilan mengelola gaji ini sangat penting.
Namun, sayangnya, enggak semua karyawan sadar akan pentingnya soft skill satu ini. Karena itu, menjadi tugas dari perusahaan untuk membawa kesadaran ini pada karyawan.
Berikan training pengelolaan gaji secara komprehensif bagi karyawan agar keamanan finansial mereka tercapai. QM Financial dapat membantu untuk memberikan program edukasi keuangan di perusahaan loh! Jika tertarik, sila langsung mengirimkan pesan WhatsApp ke 0811 1500 688. Kelasnya bisa diadakan secara online, sehingga tetap aman di masa pandemi seperti ini.
2. Ajak belajar investasi
Investasi menjadi jalan terbaik untuk menyiapkan masa pensiun yang sejahtera. Perusahaan tentunya sudah mengikutsertakan karyawan dalam program BPJS Ketenagakerjaan sebagai kewajiban. Namun, akan lebih lengkap lagi jika perusahaan juga memberikan dorongan untuk karyawan berinvestasi secara mandiri.
Karena selain untuk mengamankan dana pensiun, investasi yang dikelola dalam instrumen yang tepat, akan membantu juga untuk mewujudkan tujuan keuangan yang lain, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Butuh pengetahuan yang cukup agar investasi bisa dimanfaatkan sehingga keamanan finansial tercapai. Ketidaksesuaian investasi dengan tujuan finansial akan berbuah gagalnya rencana keuangan. Sayangnya, hal ini belum banyak yang menyadari.
QM Financial juga bisa membantu untuk memberikan edukasi investasi bagi karyawan, selain memberikan training pengelolaan gaji. Boleh hubungi nomor WhatsApp di atas jika tertarik ya.
3. Dorong untuk punya dana darurat
Dana darurat ini sangat penting, terutama di masa-masa sulit seperti saat awal pandemi yang lalu, contohnya. Apakah semua karyawan sudah memilikinya? Khawatirnya sih belum.
Masih banyak karyawan yang belum sadar pentingnya dana darurat–dana “menganggur” di tabungan yang seharusnya bisa dipakai untuk senang-senang, atau malah diputar lagi. Padahal dana darurat seharusnya memang “menganggur” saja di tabungan, dan dipakai kalau ada kebutuhan yang mendesak.
Saat tiba waktunya lagi sulit, jadi bingung kan?
Perusahaan bisa mengingatkan karyawan akan arti penting dana darurat ini, untuk memberikan keamanan finansial pada karyawan terutama di masa sulit.
4. Beri benefit untuk sektor kesehatan
Kesehatan–meski sekilas tampak tidak berkaitan dengan keamanan finansial, tetapi jadi satu hal yang penting juga loh, untuk lebih diperhatikan. Karyawan yang kurang sehat, selain akan dapat menurunkan produktivitas, juga akan bisa membuat keuangannya “kecolongan”. Apalagi jika si karyawan yang bersangkutan tidak memiliki asuransi kesehatan.
Pihak perusahaan memang sudah diwajibkan untuk mengikutsertakan setiap karyawannya dalam program BPJS Kesehatan. Perlu juga dipertimbangkan, apakah masih butuh benefit kesehatan yang lain? Misalnya, tambahan penggantian obat untuk sakit-sakit ringan yang obatnya bisa dibeli dengan bebas? Atau, tambahan multivitamin? Mungkin penyediaan buah-buahan dan katering sehat untuk makan siang?
Banyak hal bisa ditambahkan sebagai benefit, sehingga karyawan pun “tidak perlu” sampai sakit.
5. Beri kesempatan untuk punya side hustle dengan bijak
Menambah penghasilan bisa menjadi salah satu cara agar keamanan finansial tercapai. Jika memungkinkan, perusahaan juga bisa memberi peluang bagi karyawan untuk melakukan side hustles, tentu saja dengan kebijakan-kebijakan tertentu yang tidak mengganggu operasional perusahaan ya.
Nah, bagaimana? Siap untuk bersama-sama mencapai keamanan finansial yang bisa bikin kita semua hepi ini?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Haruskah Mengubah Tujuan Keuangan Jangka Panjang di Tengah Pandemi COVID-19?
Paruh pertama 2020 sudah terlewati, dan kita masih berada di tengah pandemi COVID-19. Sudah pasti, ini jauh dari rencana kita. Resolusi tahun baru yang kita buat di akhir tahun 2019 menuju tahun 2020 kemarin, apa kabar? Termasuk yang soal keuangan. Pasti banyak tujuan keuangan jangka panjang dan pendek yang harus disesuaikan nih.
Bisa dibilang, pandemi ini tak hanya mengubah cara dan kebiasaan hidup kita hari ini saja, tetapi bisa dibilang, akan memengaruhi masa depan kita juga. Ya, gimana enggak, taruh saja soal investasi untuk tujuan keuangan jangka panjang. Yang sudah menaruh dana pensiun di instrumen saham, misalnya, harus menghadapi masalah portofolio investasi yang perkembangannya kurang menyenangkan.
Tapi, untunglah, ini adalah tujuan keuangan jangka panjang, sehingga kita masih bisa optimis. Lagi pula, banyak pakar menjamin, bahwa di tahun 2022, pandemi ini sudah benar-benar bisa dikendalikan, dan pasar serta ekonomi akan bertumbuh positif lagi. Fingers crossed!
Jadi, perlukah kita mengubah rencana dan tujuan keuangan jangka panjang, menengah, dan pendek, sehubungan dengan “berubahnya” kondisi pasar instrumen investasi?
Mari kita lihat.
Apa Kabar Tujuan Keuangan Jangka Panjang di Masa Pandemi?
Tujuan keuangan jangka panjang adalah tujuan atau mimpi yang ingin kita capai minimal 10 tahun mendatang. Biasanya yang termasuk dalam tujuan keuangan jangka panjang ini adalah dana pensiun.
Kamu perlu ingat, bahwa gejolak dan fluktuasi akan selalu ada di pasar modal, karena itu seharusnya kamu enggak usah terlalu khawatir. Kamu bisa melihat sejarah statistiknya, bahwa gejolak pasar modal itu juga sering banget terjadi di tahun-tahun terdahulu. Tahun 1998 dan 2008 kita juga pernah mengalami penurunan ekonomi yang sangat signifikan. But yet, kita berhasil melaluinya dengan baik.
So, kita harus optimis, bahwa krisis ekonomi akibat pandemi ini juga akan terlewati dengan baik.
Jadi, tetap tenang adalah kunci. Apalagi jika kamu punya keranjang telur di banyak tempat, dan juga dana daruratmu aman. Tujuan keuangan jangka panjang akan baik-baik saja. Kamu bisa memilih untuk menunggu atau melanjutkan investasimu, tapi ingat, gunakan dana yang memang ditujukan untuk investasi, bukan dana kebutuhan hidup sehari-hari ya.
Sesuaikan Tujuan Jangka Keuangan Pendek
Yang harus kamu pantau dengan ketat justru adalah tujuan keuangan jangka pendek dan menengah. Bagaimaa kondisinya saat ini? Apakah masih sesuai dengan rencana?
Jika memang perkembangannya kurang sesuai dengan harapan, maka kamu harus segera memikirkan alternatif solusinya.
Misalnya saja, dana liburan. Hmmm, tampaknya kita tidak akan bisa jalan-jalan ke Jepang, Korea, dan Eropa dalam waktu dekat kan ya? Nah, kamu bisa tetap menyimpannya di tujuan keuangan yang sama–dana liburan–atau kamu bisa mengalihkannya untuk memperkuat jaring pengamanmu di dana darurat. Toh, kamu bisa membuatnya lagi tahun depan, mungkin, ketika kondisi memang benar-benar sudah memungkinkan.
Contoh lain, dana pendidikan anak yang mungkin paling jauh 5 tahun lagi akan dipakai. Masihkah perlu dipertahankan di instrumen dengan risiko tinggi? Ataukah, harus dipindahkan?
Sesuaikan semuanya dengan kebutuhanmu ya.
Susun Ulang Prioritas
Kebutuhan akan selalu lebih besar daripada kemampuan. Hal ini selalu berlaku di situasi apa pun, baik ketika ekonomi sedang baik-baik saja, ataupun di kondisi sulit seperti sekarang.
Jadi perubahan kondisi harus kita respons dengan penyesuaian prioritas juga. Salah satu yang harus diprioritaskan ulang di saat-saat seperti ini adalah dana darurat. Pastikan bahwa sudah benar-benar aman.
Lalu susun prioritas di tujuan keuangan jangka pendek, karena the new normal akan membatasi kita di hal-hal tertentu. Tujuan keuangan jangka panjang juga harus dipastikan aman ya, seperti di poin pertama.
Ubah Gaya Hidup dan Kebiasaan yang Kurang Pas
Pandemi COVID-19 memberi kita banyak pelajaran, termasuk pelajaran keuangan.
Ada yang merasa nyesel karena malas membangun dana darurat, dan sekarang ketika harus kehilangan penghasilan jadi kelabakan? Ada yang merasa nyesel, kenapa menunggak iuran BPJS Kesehatan, dan sekarang harus terikat utang karena butuh biaya pengobatan?
Ya sudah, enggak perlu terlalu lama bapernya. Sekarang segera bangun, duduk di kursi, menghadap ke meja, dan susun rencana. Ubah kebiasaan dan gaya hidup yang menurutmu kurang pas kemarin; bagaimana supaya bisa lebih hemat, dan bisa memperbesar rasio menabungmu. Gaya hidup yang mana yang harus kamu ubah, sesuaikan, dan gaya hidup mana yang bisa kamu teruskan.
Kamu sendiri yang bisa memutuskan ya.
Selalu Kembali ke #TujuanLoApa
Jadi, mau apa pun kondisinya, mau tujuan keuangan jangka panjang maupun jangka pendek, selalu kembali ke #TujuanLoApa.
Ketika tujuan keuangan harus disesuaikan, tanyakan lagi pada diri sendiri, “Tujuannya mau ke mana sih?”, baru mundur ke garis start (masa sekarang). Tarik horizon waktunya, hitung kebutuhannya.
Begitu juga ketika mengevaluasi satu tujuan keuangan apakah sudah sesuai dengan rencana, kembalilah lagi ke #TujuanLoApa yang sudah ditentukan di awal. Baru cek kondisi sekarang, dan kemudian cek apakah masih dalam horizon waktu yang sudah ditentukan di awal.
Jika ya, kamu bisa teruskan. Jika tidak, maka kamu bisa segera mencari alternatif solusi.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Kembali Bekerja ke Kantor di Masa New Normal: 9 Tip Agar Tetap Aman
Pemerintah sudah memutuskan untuk mengembalikan kegiatan ekonomi secepatnya, meski pandemi COVID-19 masih terjadi.
Enggak bisa disalahkan sih, karena dalam 3 bulan masa pembatasan sosial ini saja, sudah begitu banyak membawa korban–tak hanya korban karena terserang oleh penyakitnya, tetapi juga termasuk korban PHK. Bisa dibayangkan jika pembatasan ini berlangsung lebih lama.
So, buat kamu yang sekarang bersiap untuk kembali bekerja ke kantor dalam waktu dekat (atau malahan sudah mulai kembali bekerja), berikut ada 9 tip yang bisa kamu lakukan, untuk memastikan dirimu sendiri aman dan nyaman saat kembali bekerja.
9 Tip Kembali Bekerja di Masa New Normal
1. Pastikan tempat kerja sudah disesuaikan
Ada beberapa protokol yang harus dipenuhi oleh pemilik bisnis atau perusahaan yang memiliki karyawan terkait pembatasan jarak. Misalnya saja, area kerja harus disiapkan sehingga karyawan bisa saling berjarak minimal 1 meter satu dengan yang lain. Atau, perlunya memasang tirai mika atau pembatas, atau pentingnya menyediakan hand sanitizer atau hand soap di setiap sudut area kerja, dan seterusnya.
Pastikan perusahaan tempat kamu bekerja peduli dan mematuhi protokol-protokol kesehatan yang dianjurkan oleh WHO ataupun pemerintah ini sebelum kamu kembali bekerja ya.
2. Jangan lupa starter kit new normal milikmu sendiri
Meskipun mungkin di perusahaan tempat kamu bekerja sudah disiapkan semua, tapi ada baiknya kamu juga membawa starter kit new normalmu sendiri.
Pastikan barang-barang ini ada di tasmu atau kamu bawa setiap kali kamu ke kantor:
- Hand sanitizer dan hand soap.
- Air / surface sanitizer
- Tisu basah dan kering
- Masker dan/atau face shield, sarung tangan jika perlu
- Alat makan sendiri
- Alat beribadah sendiri
- Bawa helm sendiri juga, kalau misalnya kamu adalah pelanggan ojek online.
Dan, pelajaran berharga nih selama pandemi: jangan lupa bawa hand lotion juga, karena kulit tangan jadi gampang kering lantaran terlalu sering cuci tangan atau pakai hand sanitizer. Duh!
Bawa juga peralatan kerjamu sendiri, seperti pensil, bolpen, apa pun. Jangan pinjam dari teman dulu, sesehat apa pun dia.
3. Siapkan dana di e-wallet
Minimalkan penggunaan uang cash saat kamu kembali bekerja dan beraktivitas, jadi siapkan dana di e-wallet agar bisa digunakan sewaktu-waktu.
Mungkin kamu bisa pertimbangkan juga untuk menggunakan beberapa macam e-wallet, agar lebih serbaguna, karena kadang tempat yang satu enggak menerima jenis e-wallet tertentu, sedangkan tempat lain bisa.
4. Lebih baik pakai kendaraan pribadi lebih dulu
Inget nggak sih, belum lama sebelum pandemi mulai, kita selalu disarankan untuk menggunakan transportasi umum demi mengurangi kemacetan. Bahkan masih inget ketika MRT pertama kali diresmikan.
Tapi, sekarang, akan lebih aman jika kamu menggunakan kendaraan pribadi saja dulu, jika memang memungkinkan. Transportasi umum menjadi salah satu sumber tempat penyebaran virus corona terjadi, pun kita enggak bisa mengendalikan orang lain yang masih sering mengabaikan protokol kesehatan kan?
5. Pastikan meja kerja selalu bersih dan rapi
Sudah bukan saatnya lagi kerja sambil ngeberantakin meja kerja, biar kelihatan sibuk. Jagalah supaya meja kerja selalu bersih dan rapi, karena kebersihan sekarang benar-benar merupakan pangkal dari kesehatan.
Semprot disinfektan atau surface sanitizer yang disediakan atau yang kamu bawa sendiri secara berkala, apalagi jika baru saja ada teman yang mampir. Rasanya memang enggak sopan, tapi di masa-masa begini, orang pasti maklum jika ada yang melakukannya.
6. Bawa bekal
Akan lebih aman juga jika kamu bisa membawa bekal makan siang sendiri, ketimbang ramai-ramai beli makanan di warung sebelah atau di kantin kantor.
Atau, kalau enggak ya, pesan saja makanan untuk dimakan di ruangan ataupun kubikelmu sendiri. Untuk sementara waktu, libur ngumpul makan siang sambil gosipnya enggak apa kan?
Siapa tahu, next, pengeluaran juga jadi lebih terkendali karena bawa bekal sendiri ini.
7. Pantau dana darurat
Pandemi memberikan banyak pelajaran buat kita, termasuk dalam hal keuangan. Salah satunya adalah kita jadi mengerti dan paham, betapa pentingnya dana darurat.
So, jangan lengah ya. Kalau kemarin kamu sempat ngos-ngosan hidup lantaran penghasilan berkurang dan dana darurat enggak ada, maka sekarang saatnya kamu membangunnya. Mulailah dengan rencana dan kemudian jalankan secara bertahap.
8. Pertahankan hidup hemat
Sebagian dari kita akhirnya bisa membuktikan bahwa hidup hemat itu enggak mustahil dilakukan selama menjalani masa pandemi ini. Yuk, yang bisa mengetatkan pengeluaran, coba mana suaranya?
Selamat ya! Meski sekarang kita sudah mulai menjalankan new normal dengan kembali bekerja, tapi tetap pertahankan hidup hematmu! Enggak perlu dijelaskan kan, kenapa? Semangat!
9. Ikuti protokol yang sudah ditentukan
Yah, apalah artinya perusahaan sudah memfasilitasi kita untuk kembali bekerja, kalau kita sendiri mengabaikan protokol kesehatan, ya kan? So, pelajarilah dan patuhilah apa saja yang harus dilakukan selama kita berada di kantor.
Kenakan masker begitu sampai di kantor sampai pulang, ganti setiap 4 jam sekali. Jaga jarak dengan teman-teman lain, minimal 1 meter. Kalau harus bersin atau batuk, lakukan dengan cara yang benar. Dan, kalau badan terasa enggak sehat, segeralah minta izin untuk istirahat di rumah.
Nah, sekiranya dengan 9 tip di atas, kamu pun siap kembali bekerja di masa new normal ini. Ingat, tetap jaga kesehatanmu dengan makan makanan bergizi, minum air putih yang cukup, dan rutin berolahraga ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Siap Finansial untuk Menghadapi The New Normal dalam 5 Langkah
Pandemi COVID-19 tidak akan segera berlalu, sementara kita sudah harus siap menghadapi the new normal–tatanan baru dalam berkehidupan, dengan fokus untuk menjaga kesehatan diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita.
Suka nggak suka, siap nggak siap, sepertinya memang kita tak bisa berdiam lebih lama lagi di rumah. Kegiatan ekonomi yang terhenti tentu akan membawa dampak yang lebih buruk untuk semua orang yang hidup di Indonesia, bahkan dunia.
So, mari kita bersiap. Apa saja yang harus disiapkan untuk menghadapi era the new normal ini, utamanya dalam hal finansial? Yuk, simak terus sampai selesai ya!
5 Hal Finansial yang Harus Disiapkan untuk Menjalani The New Normal
1. Ubah gaya hidup sebelumnya
Tanpa bermaksud menghakimi, mungkin kamu punya gaya hidup yang harus diperbaiki selama pandemi COVID-19 datang; nggak bisa menahan diri untuk belanja-belanji barang-barang konsumtif, gesek kartu kredit sana-sini, enggak bisa nabung untuk dana darurat, FOMO, dan seterusnya.
So, setelah terhantam oleh pandemi dan merasakan “akibat”-nya, sekarang saatnya kamu mengevaluasi diri. Pelajaran finansial seperti apa yang sudah kamu pelajari selama pandemi ini? Adakah dari dirimu yang harus diperbaiki? Adakah gaya hidup yang harus diubah?
Kalau memang kamu merasa ada yang kurang dan ada yang bisa diperbaiki, yuk, perbaiki. Karena financial is personal, maka kamu sendiri yang bisa memutuskan, apa yang bisa diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya. So, take your time untuk mengatur keuangan kamu, dan semoga ke depannya lebih baik.
2. Catat keuangan
Salah satu hal yang harus kamu siapkan untuk menghadapi the new normal adalah catatan keuangan. Karena kita akan menghadapi banyak hal yang berubah di depan, sehingga kebiasaan kita pun harus disesuaikan dan pola keuangan kita pun bisa jadi berubah juga.
Jadi, ayo, mulai catat keuanganmu lagi dengan rapi dan detail. Berapa penghasilanmu setiap bulan? Ada tambahan apa saja, selain gaji? Adakah perubahan nominal di gaji bulanan? Apa saja pengeluaranmu sekarang? Apa yang berubah; pos pengeluaran mana yang lebih banyak, dan mana yang lebih sedikit?
Catat lagi ya, sehingga beberapa bulan kemudian, kamu bisa melihat pola barunya. Setelah itu, kamu pasti akan bisa menyesuaikan diri lagi dengan situasi yang baru.
3. Review tujuan keuangan
Misalnya saja, untuk beberapa waktu ke depan, kamu mungkin enggak akan liburan dulu ke luar negeri. Meski banyak negara sudah melonggarkan lockdown, tapi penjagaan masih ekstra ketat. Jadi, tabungan dana liburanmu mungkin bisa dialokasikan ke hal lain yang bermanfaat. Untuk memperkuat dana darurat, misalnya.
Atau, biaya menikah. Di era the new normal nanti, resepsi dan upacara pernikahan hanya boleh dihadiri oleh undangan yang sangat terbatas; 40 orang saja. Jadi, kamu bisa mengalokasikan kelebihan dana menikah ke hal lain.
Atau, karena kondisi investasi saham masih sangat volatile, maka kamu perlu rebalancing di instrumen investasi lain demi dana pensiun terselamatkan.
Nah, ini juga butuh waktu buat ngelamun nih, berarti. Take your time ngelamun deh, kalau gitu ya.
4. Lebih bijak berutang
Salah satu pelajaran penting yang bisa kamu petik selama pandemi dalam mengatur keuangan adalah jangan membuat utang yang melebihi kemampuan. Banyak loh, yang terjebak utang di tengah masa pandemi, yang berakibat mereka gali lubang tutup lubang. Padahal pekerjaan juga lagi enggak pasti.
Sedih banget enggak sih?
Makanya, setelah masuk the new normal, ada baiknya kamu lebih bijak untuk berutang. Utang apa pun itu; utang kartu kredit, kredit blender, gawai, terlebih pinjaman online.
Yuk, pikirkan secara matang jika memang kamu butuh berutang. Setidaknya, kamu harus benar-benar yakin bahwa kamu mampu membayarnya.
5. Tetap pantau dana darurat
Nah, jadi yakin kan, kalau dana darurat itu sangat penting? So, jangan sampai melakukan kesalahan yang sama lagi.
Dana darurat memang kayak duit nganggur. Serasa gatel aja pengin dipakai; enakan diputer buat usaha apa, atau buat belanja “kebutuhan” ini itu. Tapi, ingat loh, dana darurat itu adalah jaring pengaman ketika kondisimu lagi darurat. Memang sepintas nganggur, tapi justru enggak boleh diganggu.
Jadi, coba cek, berapa kebutuhan dana daruratmu yang paling ideal? Dan, bagaimanakah posisinya sekarang? Apakah sudah sesuai, atau belum? Kalau belum, di masa the new normal nanti, kamu harus menjadikannya sebagai tujuan keuangan utamamu sebelum yang lainnya.
Nah, di samping ke-5 hal finansial di atas, hal lain yang harus disiapkan juga untuk menghadapi the new normal adalah soal kesehatan. Sekarang kesehatan benar-benar mahal harganya. So, jaga kesehatanmu, jangan sampai sakit. Ada baiknya, kamu menambah ekstra pos pengeluaran di sini, untuk kebutuhan tambahan vitamin, suplemen, dan alat kesehatan lain, seperti masker, face shield, hand sanitizer, dan seterusnya. Cek juga asuransi kesehatanmu ya, jangan sampai kendur.
So, siap untuk menghadapi the new normal sekarang? Semangat ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi saat the new normal datang! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Pelajaran Keuangan yang Kita Dapatkan Selama Pandemi
Pandemi COVID-19 yang sedang berlangsung tidak hanya membahayakan jutaan nyawa manusia di seluruh dunia, tetapi juga telah memberikan pukulan hebat bagi ekonomi global hingga resesi ekonomi pun diramalkan akan tiba. Krisis ini menjadi pelajaran keuangan yang tak akan terlupakan, sepertinya.
Well yeah, kadang, untuk menjadi paham dan mengerti akan sesuatu, kita memang harus lebih dulu terpukul oleh musibah, bencana, kecelakaan, kesalahan, dan sejenisnya sih. Begitu pula dengan masa pandemi sekarang ini.
Salah satu pelajaran keuangan terpenting yang bisa kita dapatkan selama pandemi adalah kesiapan finansial itu sangat penting, sehingga kita bisa menghadapi berbagai kondisi buruk secara efektif.
Nah, kali ini, mari kita bahas beberapa pelajaran keuangan yang diajarkan oleh krisis virus corona ini kepada kita.
5 Pelajaran Keuangan yang Kita Dapatkan Selama Pandemi Virus Corona
1. Jangan ambil utang yang tidak mampu kamu bayar
Pinjaman, bila dapat dikelola dengan baik, bisa menjadi salah satu “sarana” untuk memenuhi tujuan keuangan kita, misalnya seperti KPR atau kredit kendaraan. Utang kadang-kadang juga dapat membantu kita keluar dari keadaan darurat keuangan.
Namun, sangat penting bagi kamu untuk mengevaluasi kapasitasmu soal pembayaran cicilan. Adalah penting untuk melihat kemampuanmu sendiri dalam hal ini, karena utang yang tidak terjangkau tidak hanya dapat menghancurkan keuanganmu, tetapi juga dapat menyebabkan hilangnya aset berharga.
Belum lagi, utang juga dapat menyebabkan tekanan psikologis yang sangat besar di sepanjang jalan. Dan terutama selama masa-masa sulit seperti saat ini ketika kehilangan pendapatan bisa terjadi, membayar cicilan utang yang tidak terjangkau bisa menjadi lebih sulit meskipun ada stimulus relaksasi pinjaman dari pemerintah.
Pelajaran keuangan yang bisa didapatkan dari hal ini adalah jangan pernah berutang berlebihan, dan milikilah rencana darurat agar tetap dapat membayar kembali pinjamanmu tepat waktu.
Ingat, berani utang berarti berani bayar, apa pun kondisinya.
2. Selalu memiliki dana darurat yang memadai
Rencana darurat nggak akan lengkap tanpa dukungan dana darurat yang memadai.
Seharusnya sekarang kamu semakin paham akan pelajaran keuangan yang kedua ini: Betapa penting arti dana darurat ini ketika banyak di antara kita yang harus kehilangan penghasilan.
Dana darurat adalah jaring pengaman biaya hidup sehari-hari, ketika harus tetap hidup tanpa adanya pendapatan. So, mulai sekarang, pastikan dana darurat kamu setidaknya sebesar 6 – 12 bulan dari pengeluaran rutin. Taruh dana darurat di rekening tabungan, deposito, atau bisa juga di reksa dana pasar uang.
Mulailah membangun atau mengisi kembali dana daruratmu sekarang juga. Enggak ada kata terlambat kok.
3. Jangan hanya mengandalkan asuransi kesehatan yang disediakan kantor
Krisis akibat pandemi ini memaksa beberapa bisnis mengurangi karyawan, dan hal ini akan dapat memburuk jika ekonomi tidak bangkit kembali dengan cepat.
Jika hal ini terjadi, asuransi kesehatan menjadi salah satu hal yang mesti dipikirkan. Mungkin kamu selama bekerja mendapatkan benefit berupa tunjangan kesehatan dan diikutkan menjadi peserta BPJS Kesehatan. Namun, ketika dengan sangat terpaksa kamu harus berhenti dari pekerjaanmu, tunjangan kesehatan ini bisa saja terhenti.
Ingat, sakit–terutama jika kamu harus menjalani rawat inap–bisa menjadi beban keuangan yang bisa menguras tabungan, bahkan bisa berujung utang.
Jadi, pelajaran keuangan yang bisa diambil dari krisis ini adalah pastikan kamu mengurus BPJS Kesehatanmu agar bisa tetap digunakan meski sudah bukan berstatus karyawan lagi.
4. Pentingnya asuransi jiwa
Jangan lagi menunda untuk memiliki asuransi jiwa.
Virus corona telah memakan banyak korban jiwa. Enggak bisa terbayangkan, jika mereka yang menjadi korban adalah tulang punggung keluarga. Bagaimana nasib keluarganya ketika sudah ditinggalkan? Pasti akan sulit; belum lagi sembuh masa berkabungnya, sudah harus stres memikirkan besok harus makan apa karena kehilangan penopang hidup.
So, ini juga menjadi pelajaran keuangan yang sangat penting bagi kita.
Yuk, mulai cari-cari info asuransi jiwa murni, yang bisa melindungi risiko keuangan yang harus ditanggung ketika kita mengalami musibah. Beri perlindungan pada orang-orang yang kita cintai.
5. Diversifikasikan portofolio investasi
Krisis akibat COVID-19 telah sangat memengaruhi sebagian besar instrumen investasi. Volatilitas pasar yang terjadi telah menghapus begitu saja imbal hasil yang sudha didapatkan selama bertahun-tahun. Suku bunga deposito merosot, bunga tabungan juga semakin rendah.
Namun, investasi emas secara nyata justru memberikan imbal yang menggembirakan. Selamat, untuk kamu yang sudah berinvestasi emas sekian lama, dan di krisis kali ini memetik hasilnya.
Pelajaran keuangan yang kita dapatkan kali ini adalah selalu diversifikasikan investasimu ke berbagai kelas aset dengan berbagai tingkat risiko dan imbal untuk meminimalkan risiko investasi secara keseluruhan.
Yang sama pentingnya adalah menyelaraskan investasimu dengan profil risiko, tujuan keuangan, dan rasio likuiditas keuanganmu yang paling ideal. Jangan hanya mengejar target pengembalian yang tidak realistis dari investasimu.
Terakhir, jangan dulu hentikan investasi sekarang, apalagi tanpa pertimbangan yang matang, karena semakin lama kamu berinvestasi, semakin besar peluangmu untuk mendapatkan pengembalian yang diinginkan.
Yuk, belajar lebih banyak agar bisa menyusun strategi rencana investasi yang sesuai dengan tujuan keuanganmu, terutama ketika nanti pandemi ini berakhir. Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Oreo Supreme: Simbol Gaya Hidup Baru 2020?
Gimana rasanya makan biskuit seharga Rp500.000 at least? Itulah yang lagi nge-hype saat ini. Kalau kamu berkunjung ke martketplace terkenal Indonesia, kamu akan bisa menjumpai Oreo Supreme ini dibanderol dengan harga Rp500.000 – Rp600.000.
Di Ebay, di mana semua produk dijual secara lelang, Oreo Supreme bisa laku seharga USD18,000, atau setara Rp269 juta per bungkus. Bahkan, update terbaru dari Forbes, masih di Ebay saat artikel ini ditulis, Oreo Supreme ditawar tertinggi di harga USD96.100, alias setara dengan Rp1,4 M!
Mahal banget ya? Tapi, teteup banyak yang beli tuh. Bahkan harganya semakin meningkat, sebagai bukti bahwa demand semakin banyak sedangkan stok hanya terbatas.
Mengapa Oreo Supreme Bisa Semahal itu?
Oreo Supreme merupakan produk kolaborasi antara biskuit Oreo–yang memang jadi favorit banyak orang–dengan brand streetwear yang sangat populer di kalangan anak muda, terutama para hypebeast, Supreme.
Supreme, yang berawal sebagai underground brand di Amerika Serikat ini, kini memang sudah menjadi pop culture urban kekinian dengan valuasi perusahaan senilai jutaan dolar.
Konon, Oreo Supreme ini merupakan salah satu produk yang dikeluarkan khusus untuk menyambut musim panas 2020, diproduksi secara eksklusif dan terbatas. Dengan kombinasi ini–Supreme dan para pembeli loyalnya, dan biskuit Oreo yang juga memiliki penggemar tersendiri–rupanya melahirkan hype baru yang luar biasa, dan menular begitu cepat ke seluruh dunia bak virus corona.
Simbol Gaya Hidup
It’s not just about Oreo–biskuit yang enak dimakan dengan dicelup-celup ke dalam segelas susu–dan Supreme–merek fashion dengan gaya skater dan hiphop. Ini adalah soal apa yang diwakili oleh produk tersebut; eksklusif, terbatas, dan status sosial.
Begitulah kita sekarang. Apa yang bisa kita tampilkan di media sosial, menjadi “presentasi” karakter dan citra kita. Adalah penting untuk memberikan impresi istimewa bagi orang lain, demi “menanamkan” siapa diri kita di benak mereka.
Apalagi beberapa influencer juga sudah mereview biskuit Oreo merah menyala ini di akun media sosial mereka, seperti Rachel Goddard, Rachel Vennya, Nabila Zirus, hingga Kekeyi. Rasanya, sudah sahih banget jadi anak muda kekinian kalau sudah memiliki juga apa yang influencer punya. Kalau di feed kita juga ada barang yang sama dengan para selebgram ini rasanya kekerenan meningkat 7 kali lipat deh.
Tetapi, ini juga berarti, ketika ada tren lain yang datang, maka bisa saja Oreo Supreme tinggal sejarah. Secepat itu diperbincangkan, secepat itu pula dilupakan. Sama seperti tren gelang karet rainbow loom, fidget spinner, Pokemon Go, sampai mannequin challenge. Ada yang masih ingat, pasti, tapi sudah tak seistimewa itu lagi.
Bukti Ekonomi Masih Bergerak
Lalu, apa yang bisa kita pelajari dari viralnya Oreo Supreme–yang sering disebut dengan oreo sultan karena harganya yang di luar nalar manusia biasa ini?
Bahwa ekonomi kita masih bergerak. Bahwa, masih ada orang yang mampu memenuhi kebutuhan eksistensinya dengan membeli produk ini, dan memamerkannya di media sosial.
Tentunya dengan asumsi, bahwa mereka yang mampu membeli Oreo Supreme (semoga) sudah memiliki jaring penyelamat keuangan pribadi dengan sangat baik, mengingat pandemi virus corona ini telah membolak-balikkan ekonomi dunia sebegitu rupa. Dari sini, bisa pula disimpulkan, sudah cukup banyak orang memiliki literasi keuangan yang baik juga.
Hmmm, cukup melegakan, bukan?
Yes, dengan begini, kita jadi punya harapan besar, ekonomi dunia bisa restarting lagi anytime soon!
Tetap Peduli pada Sekitar
Dan, kamu, yang tak mau ketinggalan update tren terbaru dan sekarang juga pengin (atau malah sudah) coba icip-icip Oreo Supreme, jangan lantas melupakan lingkungan sekitarmu.
Masih mau jadi hypebeast dalam kondisi sulit seperti ini? Fine! Namun, coba tengok juga situasi di sekitarmu ya. Berbagilah dengan mereka yang membutuhkan, dan bantulah mereka yang mengalami kesulitan. Karena yang kita perlukan sekarang adalah rasa empati dan solidaritas di antara kita, agar bisa segera keluar dari krisis ini. Krisis ini tidak akan segera selesai jika tanpa campur tangan orang-orang seperti kamu; yang mampu dan masih memiliki daya untuk survive.
So, enggak cuma berburu barang-barang hype, tapi ulurkan juga tanganmu untuk mereka yang membutuhkan.
Jangan Lupa untuk Selalu Punya Dana Darurat!
Karena QM Financial peduli, maka kamu akan diingatkan kembali untuk selalu memiliki dana darurat; dana yang bisa kamu pergunakan di saat-saat darurat atau krisis. Karena hidup kita tidak akan selalu baik-baik saja ke depannya.
Bagus jika dalam krisis keuangan kali ini, penghasilanmu tidak terpengaruh. Bagus, jika sekarang kamu masih mampu membeli sebungkus Oreo Supreme seharga Rp500.000. Anggaplah ini sebagai berkah, dan sudah menjadi rezekimu. Tetapi, ada baiknya enggak lupa menyiapkan diri untuk berbagai situasi buruk. Toh, hidup manusia katanya kan bagai roda; berputar, kadang di atas, kadang pula berada di bawah.
So, sebagus apa pun kondisimu sekarang, tetaplah siap suatu waktu harus menghadapi kondisi sulit juga. Salah satunya dengan menyiapkan dana darurat.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Menyusun Anggaran Hari Lebaran di Tengah Pandemi
Lebaran sebentaaar lagi! *autonyanyi* Apa kabar puasamu sampai dengan hari ini? Semoga lancar, meski harus menjalaninya di tengah pandemi dan ‘the new normal’ ini. Dan, iya, kira-kira satu minggu lagi, kita akan segera merayakan hari Lebaran.
Dan, pastinya, kita juga akan merayakan hari Lebaran dengan kondisi the new normal. Lalu, bagaimana menyusun anggarannya? Pasti juga berbeda dengan anggaran Lebaran tahun lalu. Apa saja yang beda?
Well, semoga sih kamu benar-benar enggak merencanakan mudik di momen Lebaran tahun ini. Coba tunggu saja sampai kondisi aman dan memungkinkan. Kamu juga harus membatalkan niat untuk silaturahmi ke sanak saudara, teman-teman, dan kolega-kolega. Mungkin juga, kalau memang butuh baju baru, kamu harus belanja secara online, bukan lagi beramai-ramai ke mal atau ke Tanah Abang.
Belum lagi, soal THR yang diterima. Bisa jadi enggak sebanyak sebelumnya juga, atau malah enggak bisa terima uang THR tahun ini dengan berbagai alasan yang harus kita maklumi juga.
Dengan berbagai kondisi yang berubah, maka kita pun harus menyiapkan diri. Ada banyak pengeluaran barangkali yang bisa kamu hemat karena kondisi ini, sehingga kamu bisa mengalokasikannya ke pos pengeluaran yang lain.
Tetaplah bersyukur dengan apa yang ada, setidaknya kita masih bertemu dengan bulan Ramadan dan hari Lebaran tahun ini. Jadi, yuk, coba kita menyusun anggaran Lebaranmu tahun ini, supaya enggak mubazir dan tetap terkendali.
5 Pos untuk Anggaran Merayakan Hari Lebaran dengan Kondisi The New Normal
1. Bayar zakat dan sedekah
Alhamdulillah, jika kamu masih mendapatkan uang THR tahun ini ya. Karena hak kamu sudah dipenuhi, maka pemenuhan hak orang lain harus menjadi prioritasmu juga sekarang. Kalau kamu mampu, iringi juga dengan sedekah.
Bayarlah zakat sesuai ketentuan. Jadikanlah ini sebagai prioritas utama, selain karena perintah agama.
Seandainya kamu tidak mendapatkan THR pun, bukan berarti kita bisa “libur” memberi zakat. Jadi, anggarkan ya.
2. Hidangan Lebaran
Of course kamu harus menyiapkan hidangan hari Lebaran di rumah, sebagai wujud dari rasa syukur telah menjalani bulan puasa dengan baik dan lancar.
Untuk tahun ini, coba buat sendiri hidangan hari Lebaran di rumah dengan bahan-bahan yang sederhana dan mudah. Toh, kamu hanya akan menikmatinya bersama keluarga inti (atau bahkan kamu nikmati sendiri karena enggak bisa mudik). Enggak apa, yang penting ada dan halal semuanya.
Begitu juga dengan kue Lebaran. Nggak perlu pesan atau beli berlebihan. Cukuplah sediakan untuk dicemal-cemil sendiri di rumah bersama keluarga. Bagaimanapun, momen Lebaran adalah momen penting yang harus dirayakan. Tetapi, merayakan enggak selalu berarti dengan yang mewah-mewah kan. Kali ini, kita buat suasana yang berbeda, sembari berprihatin agar kondisi lekas membaik.
3. Kirim parsel
Karena enggak mungkin bersilaturahmi atau mudik, maka kirim parsel Lebaran bisa jadi pengganti.
Coba cari informasi layanan-layanan penyedia parsel Lebaran yang bisa mengantar parselmu sampai tujuan dan bisa dipesan melalui online. Dengan begini, meski raga di rumah aja di hari Lebaran, tetapi kamu tetap bisa menjalin komunikasi dan menyampaikan perhatian pada mereka yang kamu kirimi parsel.
Atau, kamu juga bisa membuat parsel sendiri di rumah, lalu kirim dengan memanfaatkan ojol atau kurir yang lain.
4. Beli kuota
Karena enggak bisa bersilaturahmi secara langsung juga, maka siapin deh kuota biar bisa video call-an sama teman-teman, saudara, bahkan keluarga di kampung.
Karena lagi-lagi deh, kita mesti melakukan physical distancing selama hari Lebaran besok, tapi bukan berarti kita enggak bisa menghubungi dan mengobrol asyik dengan orang-orang tercinta itu kan?
5. Perkuat dana darurat
Jika masih ada anggaran, maka alokasikan ke dana darurat yang akan berguna banget untuk bertahan hidup sampai kondisi stabil lagi. Karena, entah sampai kapan kondisi ini harus kita jalani.
Ketidakpastian ini membuat kita harus benar-benar bijak dalam mengatur anggaran dan juga pengeluaran setiap harinya. Kalau di hari Lebaran ini kamu masih mendapatkan THR, maka sebaiknya kamu juga atur dengan amat hati-hati, agar tak mubazir. Simpan bersama dana daruratmu yang lain akan lebih baik untuk sekarang ini.
Nah, selamat menyambut hari Lebaran yang tinggal menghitung hari ini ya. Semoga kita semua selalu diberkahi kesehatan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Atur Penghasilan Freelancer Selama Krisis Pandemi COVID-19
Sejumlah proyek batal mengakibatkan penghasilan freelancer terkena imbas selama pandemi COVID-19. Para pekerja lepas rugi puluhan hingga ratusan juta karenanya.
Survei yang pernah dilakukan di Inggris juga memberikan fakta, sebanyak 46% pekerja lepas di negaranya Prince William itu sudah kehilangan pekerjaan selama krisis ini berlangsung sejak awal tahun. Dalam survei ini, 83% responden adalah pekerja film, televisi, live tour, teater, dan galeri seni.
Dengan diprediksinya pelarangan untuk berkumpul dalam event pertunjukan dan seni sampai batas waktu yang belum pasti ini, tak bisa dibayangkan juga seberapa panjang harus bertahan hidup tanpa penghasilan freelancer mereka.
Bagaimana di Indonesia? Sepertinya tak jauh berbeda. Pemerintah memang sudah menyiapkan beberapa jaring pengaman sosial agar masyarakat bisa terbantu. Tetapi, sejauh ini, bantuan baru menyasar pada mereka yang bekerja di sektor informal dan para buruh yang terkena PHK. Para pekerja lepas, yang bahkan sering harus bekerja tanpa kontrak, masih belum termasuk dalam daftar penerima bantuan sosial.
Jadi, harus bagaimana?
Ya, tak bisa tidak, harus bertahan, bantu diri sendiri dengan penghasilan freelancer yang ada sekarang. Setidaknya, kita harus bertahan sampai kondisi dinyatakan aman bagi kita untuk kembali berkarya–meski belum jelas juga kapan.
5 Hal Mengatur Keuangan dan Penghasilan Freelancer Selama Pandemi COVID-19
1. Tetap tenang
Mari kita join no panic panic club. Susah memang, tapi mulailah dengan tenang. Kalau kita tenang menghadapi situasi, maka kita bisa mencari solusi yang paling tepat.
Tidak panik juga akan menghindarkan kita dari hal-hal impulsif, yang bisa jadi akan kita sesali kemudian.
So, penghasilan freelancer memang menurun, tetapi jangan panik dulu. Mari kita hadapi, dan cari solusinya.
2. Evaluasi pemasukan
Pada dasarnya, penghasilan freelancer memang merupakan pendapatan tidak tetap. Setiap bulannya bisa berbeda nominalnya, tergantung proyek yang dikerjakan. Kadang, bahkan bisa jadi enggak ada pemasukan sama sekali dalam sebulan, sedangkan di waktu lain, pemasukan bak air bah membanjiri rekening.
Kamu pasti sudah paham, bahwa kalau penghasilannya tidak tetap, maka yang harus dibikin tetap adalah pengeluarannya.
Jadi, mari evaluasi penghasilan freelancer selama pandemi yang masuk ke rekeningmu. Apakah benar-benar sudah hilang alias zero income? Ataukah, ada sih pemasukan, meski sedikit? Cek, jika masih ada pemasukan, bagaimana posisinya terhadap pengeluaran bulanan rutinmu. Apakah masih bisa meng-cover? Jika tidak, seberapa besar yang tidak ter-cover?
Setelah itu, mari kita buat budgeting baru dengan menyesuaikan kondisi yang berubah ini. Apa saja yang perlu diperhatikan? Yuk, lihat poin berikutnya.
3. Menyesuaikan diri the ‘the new normal’
Kebiasaan hidup sudah berubah. So, kita harus segera bisa menyesuaikan diri. Karena penghasilan freelancer kamu berubah, maka ayo segera sesuaikan pengeluarannya juga.
Mulai dari menurunkan standar hidup. Carilah barang-barang substitusi. Yang biasanya pakai produk impor, coba cari merek lokal. Biasa pakai produk-produk merek super, sekarang gantilah dengan merek second grade.
FYI yah, kalau kamu belanja di minimarket, supermarket, atau hipermarket, kadang mereka punya beberapa produk private label. Produk-produk ini harganya bisa sampai 30% lebih rendah ketimbang produk-produk store brand lo.
Beberapa pos pengeluaran lain juga mungkin akan terhapus atau dikurangi, bisa juga ditunda. Cek lagi catatan pengeluaranmu bulan-bulan sebelumnya, dan lakukan penghematan di sana-sini. Prinsipnya: sebanyak mungkin uang bisa dialokasikan ke kebutuhan utama atau pokok, yaitu makanan dan kesehatan.
4. Kelola klien dan cari klien baru
Tetaplah menjalin kontak dengan klien kamu yang sekarang masih ada. Bisa jadi mereka memotong fee atau menunda pencairan invoice, sehingga penghasilan freelancer juga menurun. Tetapi, kita harus maklum juga dengan kondisi mereka. Prinsipnya: Pertahankan sebisa mungkin klien yang ada.
Alih-alih, berikanlah penyesuaian harga atau diskon pada klien. Beri mereka ide-ide segar, agar bisnis mereka bisa bertahan. Ingat, bisnis mereka survive, kamu pun akan survive juga lo. Jadi, sejenak lupakan orientasi cuan semata, tapi mari saling bantu untuk bisa bertahan.
Cobalah untuk mencari klien baru, karena meski semua sektor dan bisnis terpengaruh, tapi ada juga yang malah moncer perkembangan bisnisnya. Kamu bisa menyesuaikan jenis servis jasa atau produk yang kamu jual dengan kebutuhan (calon) klien. Misalnya, kamu terbiasa bekerja untuk urusan branding produk, sekarang coba tawarkan jasa untuk mengelola akun media sosial mereka juga.
Uliklah apa yang kamu bisa berikan, meski mungkin itu di luar area jasamu sekarang.
5. Cari alternatif sumber pemasukan lain
Sebenarnya kondisi paceklik seperti ini adalah kondisi yang harus siap dihadapi oleh freelancer mana pun, bahkan sejak sebelum pandemi terjadi. So, meski skalanya berbeda, tetapi mereka biasanya lebih siap mental untuk menghadapi kondisi dengan penghasilan freelancer menurun (bahkan hilang) seperti ini.
Yuk, coba cari alternatif sumber pemasukan lain selama masa krisis ini berlangsung. Siapa tahu, kalau berhasil, malah bisa jadi penghasilan sampingan dari profesi pekerja lepasmu kan?
Yang pasti, persiapkan dana daruratmu! Dana darurat seorang freelancer idealnya adalah sebesar 12 kali pengeluaran bulanan. Dan sekaranglah saatnya kamu bisa memanfaatkan dana darurat yang besar itu. Setidaknya kamu bisa bertahan hidup sampai 12 bulan ke depan, sembari kamu bisa mencari alternatif lain.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Kesalahan Keuangan yang Justru Kita Lakukan Karena Terlalu Panik
Seluruh dunia dilanda kepanikan gara-gara virus corona. Dari mulai para pekerja yang gajinya dipotong, dirumahkan hingga terkena PHK, sampai para pemilik bisnis yang menjerit. Kita semua memang harus bersiap untuk kondisi yang terburuk sekarang. Tapi, kerasa enggak, justru karena terlalu panik, banyak dari kita yang malah melakukan beberapa kesalahan keuangan, yang akhirnya mengakibatkan munculnya masalah baru?
Ya, begitulah. Sudahlah susah, jadi lebih susah jadinya. Padahal masalah keuangan ini biasanya yang paling besar menjadi penyebab stres dan depresinya manusia.
Apa saja kesalahan keuangan yang justru kita lakukan di tengah kepanikan ini? Coba lihat yuk, jangan-jangan kamu juga melakukannya di tengah krisis akibat penyakit COVID-19 ini.
5 Kesalahan Keuangan yang Sering Dilakukan Karena Panik
1. Belanja berlebihan
Pernah membaca di suatu artikel berbahasa Inggris, bahwa manusia itu pada dasarnya akan sangat reaktif terhadap ‘kelangkaan’–atau scarcity, dalam bahasa Inggris.
Ini sebenarnya merupakan salah satu bentuk respons otak reptil manusia yang merupakan penerima pertama dari segala jenis rangsangan/stimulus. Bisa dibilang, hal ini merupakan respons dalam upayanya untuk mempertahankan diri. Untuk survive.
Nah, di saat-saat krisis, respons pertama yang selalu muncul adalah pertanyaan, “Kondisi ini mengancam hidup saya. Bagaimana saya bisa bertahan?” Secara otomatis, otak kemudian akan memberikan respons, “Penuhi kebutuhanmu dulu segera, baru mikir mesti gimana.” Lalu, keluarlah reaksi berupa panic buying. Kesalahan keuangan yang pertama.
Belanja berlebihan, nyetok kebutuhan sebanyak mungkin agar bisa bertahan hidup selama mungkin. Belanja berlebihan ini akhirnya menjadi sebab dari kelangkaan, yang akhirnya semakin memicu kita untuk panik dan belanja lagi dengan berlebihan.
#rauwis-uwis, ya?
2. Jual saham begitu nilainya anjlok
Kesalahan keuangan kedua ini dipicu oleh kepanikan karena grafik harga saham yang terjun bebas di pasar modal. Karena panik, lupa pada tujuan keuangan yang sudah disusun sendiri.
Ya, memang sih. Ini juga merupakan respons refleks. Siapa yang enggak ambyar hatinya melihat kerugian investasi yang sudah dilakukan begitu lama dan konsisten? Tak cuma bayangan kehilangan masa pensiun sejahtera, tapi berasa sia-sia semua usaha keras kita. Betul?
Begitu ambyarnya, kita jadi lupa untuk mengecek, masa pensiun–jika investasinya dipakai untuk dana pensiun, misalnya–masih berapa lama lagi sih? 10 tahun lagi? Well, kalau masih 10 tahun lagi, sejarah mengatakan bahwa pasar modal akan selalu kembali naik seiring ekonomi yang juga membaik, eventually.
Jadi, mari kembali ke tujuan keuangan dan tujuan investasimu. Dan, kamu pun akan bisa memutuskan, mau diapain itu investasi yang sedang anjlok. Jangan buru-buru dijual, tapi coba evaluasi lagi.
3. Nggak segera membuat budgeting baru
Padahal sudah jelas, kondisi berubah. Pemasukan berubah, demikian pula dengan pengeluaran. Prioritas dalam hidup pun berubah, harus disesuaikan dengan kondisi.
Jika kamu tak segera menyesuaikan pengeluaranmu dengan pemasukan ‘yang baru’, maka kesalahan keuangan ini bisa berakibat fatal di akhir bulan.
Hayok, cek lagi alokasi arus kas kamu sekarang. Mungkin kamu sudah enggak butuh anggaran buat kongko di kafe lagi, ngabuburit di mal lagi, atau membership gym. Uang yang dialihlokasikan bisa dipakai untuk memperkuat dana darurat.
Jangan dianggap uang nganggur atau uang sisa yang bisa kamu belanjain barang-barang aneh dari marketplace.
4. Pakai dana darurat tanpa perhitungan
Masa krisis berarti ini masa saat kita “dibolehin” memakai dana darurat. Dana ‘nganggur’ sebanyak 3 – 12 bulan kali pengeluaran itu ternyata banyak juga ya? Biar merasa aman dan nggak insecure lagi di masa pandemi, mendingan cairkan saja semua.
Jadi, berasa kayak dapat uang kaget enggak sih? Ngerasa kaya di tengah kepanikan itu bisa jadi senjata makan tuan. Kalau enggak percaya, lihat di poin pertama deh.
Dana darurat bukan uang kaget. Bukan uang nganggur. Dana darurat adalah dana yang dipakai di masa darurat, dan pemakaiannya harus diperhitungkan dengan teliti dan cermat. Kita enggak pernah bisa memprediksi kapan krisis ini akan benar-benar berakhir. Bisa tiga bulan lagi, bisa saja tahun depan.
Perpanjang napasmu. Hemat di awal, kalau sisa, kembalikan lagi ke tempat penyimpanan.
5. Menunggak cicilan utang
Yang punya cicilan utang, apa kabar? Apakah hari-hari belakangan terasa berat untuk mencicil? Kalau iya, kamu bisa mengajukan keringanan kredit sesuai aturan pemerintah.
Masa krisis seperti ini bukan waktunya untuk menambah masalah hidup dengan cicilan utang yang tertunggak. Ingat akan bunga dan dendanya, ini bisa menjadi kesalahan keuangan yang tidak perlu.
Seharusnya, cicilan utang ini akan aman jika kamu memang punya alokasi 30% dari penghasilanmu. Jadi, cek lagi. Apakah benar-benar berada dalam batas aman? Ataukah, kamu harus menyesuaikannya lagi lantaran penghasilanmu juga berubah sekarang (see point 2)? Yuk, cek lagi, jangan sampai cicilan utang tertunggak ini menjadi kesalahan keuangan berikutnya.
Krisis memang membuat kita jadi waswas. Tapi hal ini justru seharusnya membuat kita jadi lebih waspada dan hati-hati dalam bertindak, khususnya terkait keuangan.
Jangan sampai ada masalah baru akibat kesalahan keuangan yang kita lakukan gara-gara panik. Rasanya, nggak worth it banget deh.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.