3 Tujuan Keuangan Terbesar yang Harus Segera Dimiliki oleh First Jobbers
Sebagai karyawan di entry level, barangkali para first jobber saat ini belum memiliki gaji yang sebesar mereka yang sudah lama menjalani karier. Namun, bisa dibilang di sinilah saat-saat krusial untuk segera mendapatkan keterampilan mengelola keuangan pribadi, dan segera merumuskan tujuan keuangan.
Karenanya, financial training pada level ini sangat diperlukan.
Entry level akan membentuk budaya dan etos kerja seseorang yang baru saja bekerja–yang disebut dengan first jobber ini–hingga ke masa yang akan datang.
Lalu, harus mulai dari mana? Dorong para first jobbers untuk membangun financial habit yang baik, dan membuat tujuan keuangan.
3 Tujuan Keuangan yang Seharusnya Dimiliki oleh Para First Jobber
1. Dana Darurat
Yes, inilah tujuan keuangan pertama yang seharusnya menjadi prioritas first jobbers.
Dana darurat adalah jaring pengaman saat sedang dalam kondisi darurat. Misalnya, seperti ketika kita mulai masuk ke masa pandemi. Tanpa dana darurat yang kuat, rasanya cukup susah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sementara gaji dikurangi karena WFH, proyek-proyek berhenti, bonus juga tertunda.
Tak ada yang pernah mengira kalau tahun 2020 akan seperti ini, bukan? Ini tak terencana, dan akibatnya bisa menimbulkan risiko kerugian finansial untuk hidup kita.
Di saat-saat seperti inilah dana darurat akan berperan. Tidak ada yang bisa menjamin hidup juga akan baik-baik saja ke depannya. So, persiapkan jika hari hujan dengan sedia payung yang cukup–berupa dana darurat.
2.Dana pensiun
Yes, walaupun karyawan baru mulai bekerja, saat ini mereka pun seharusnya sudah memiliki rencana untuk membangun dana pensiun. Inilah tujuan keuangan kedua yang harus diprioritaskan.
Karena, pensiun itu sudah pasti akan datang, akan membawa dampak finansial (karena kita sudah tak bisa bekerja lagi saat itu), dan butuh persiapan yang sangat panjang.
Dana pensiun akan menjadi bekal biaya hidup menjalani masa pensiun yang mandiri dan sejahtera. Ya, masa mau menggantungkan hidup pada anak cucu? Enggak dong ya, mereka sudah punya hidup mereka masing-masing. Kita harus tetap survive sebagai pensiunan mandiri.
Nah, mulailah membuat rencana untuk menyiapkan pensiun sejak dini, karena waktu adalah teman terbaik untuk rencana jangka panjang seperti ini.
3.Rumah pertama
Apalah artinya sudah punya penghasilan sendiri, jika kamu nggak juga punya aset properti atas nama sendiri. Tsah. Karena rumah adalah simbol kemandirian.
Ya, rumah pertama di sini berarti properti. Tentu saja, bentuknya enggak harus berupa rumah petak. Kamu juga bisa mempertimbangkan untuk membeli apartemen. Setiap orang punya kebutuhan masing-masing, yang harus diakomodasi sebaik-baiknya, bukan?
Dana untuk properti pertama ini juga butuh nominal yang besar.
Kebanyakan angkatan pekerja zaman sekarang (millenials dan generasi Z) merasa ciut nyali kalau menyangkut pembelian properti. Mengapa? Karena dengan harga yang melangit setiap tahunnya, dengan gaji yang “hanya” naik sesuai inflasi, cita-cita punya rumah itu seperti terlalu tinggi untuk dijangkau.
Tanpa perencanaan yang komprehensif, memang akan mustahil. Tapi, dengan keterampilan mengelola keuangan yang cukup, dengan gaji berapa pun, tujuan keuangan paling besar juga bisa dicapai.
Caranya gimana? Nah, ya butuh financial training.
Nah, selain 3 tujuan keuangan terbesar di atas, tentu karyawan harus punya planning untuk menikmati hasil jerih payahnya. Mengapa harus ada perencanaan? Karena kebutuhan karyawan ke depannya akan semakin banyak dan berkembang seiring waktu mereka bekerja. Tanpa perencanaan, rasanya sulit banget bisa memenuhi segala kebutuhan mendesak, yang semuanya butuh uang itu.
Mau liburan ke Korea atau ke Eropa? Mau gadget tercanggih? Pengin berangkatkan umrah orang tua, jika sudah memungkinkan? Semua itu adalah pemanfaatan gaji yang memang sudah seharusnya. Memangnya bisa, merencanakan liburan ke Eropa sekaligus pengin punya rumah sendiri? Bisa dong, asalkan ada perencanaan keuangan pribadi yang komprehensif.
Lalu yang terakhir, jangan lupa lengkapi dengan proteksi, yaitu berupa asuransi.
Bisa? Bisa!
Kesemua hal tersebut bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Berbagai Risiko Keuangan dan Bagaimana Cara Kita Menghadapinya
Pandemi COVID-19 masih belum menampakkan hilal kapan akan berakhir. Bisa dibilang, ini adalah salah satu kondisi di mana risiko keuangan muncul dalam hidup.
Risiko, kalau menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan”. So, kalau risiko keuangan berarti adalah segala hal yang dapat menimbulkan kerugian secara keuangan.
Pada dasarnya, kita hidup selalu dibayangi risiko, dalam bentuk apa pun. Maka, sebagai makhluk yang adaptif, kita pun berusaha menyiapkan diri dengan segala cara agar meminimalkan munculnya risiko. Salah satu bentuk risiko yang bisa dan harus kita antisipasi adalah risiko keuangan ini.
Manajemen risiko keuangan yang baik merupakan salah satu komponen penting dalam perencanaan keuangan yang komprehensif. Risiko adalah salah satu hal atau elemen yang wajib ada dan dipertimbangkan dengan saksama saat kita membuat perencanaan keuangan.
Istilahnya, kita berharap yang terbaik (yaitu tujuan keuangan tercapai) tetapi juga siap untuk hal terburuk yang terjadi (dalam bentuk risiko keuangan).
Risiko tidak bisa dihindari atau dihilangkan, tetapi kita bisa meminimalkan efeknya dengan beberapa langkah antisipatif. Ibaratnya, kalau kena pukulan, ya nggak lebam-lebam amat karena ada samsak di depan kita. Samsak inilah yang berfungsi sebagai jaring penyelamat. Tinggal seberapa bagus samsak yang bisa kita siapkan. Betul? Semakin bagus, pastinya efek pukulan ya semakin tak terasa.
Apa Saja Risiko Keuangan yang Biasa Terjadi dalam Hidup?
Banyak hal yang bisa terjadi dalam hidup, ada yang berefek baik ada yang tidak baik. Ada yang menimbulkan risiko terhadap fisik, mental, dan sebagainya, ada juga yang berefek secara keuangan.
Beberapa hal yang bisa menimbulkan efek kerugian secara keuangan antara lain:
- Bencana alam, misalnya saja banjir. Kita mendapatkan risiko finansial ketika rumah kita kebanjiran. Banyak barang rusak sehingga harus diperbaiki atau diganti, dan sebagainya.
- Penyakit. Risiko finansialnya adalah ongkos untuk membayar rumah sakit, obat, dan seterusnya.
- Tindakan kriminal, misalnya pencurian atau perampokan yang mengakibatkan hilangnya aset, dalam bentuk apa pun.
- Hilangnya mata pencaharian, misalnya PHK, atau kematian orang yang menjadi tempat kita menggantungkan hidup
Ada orang yang risiko keuangannya lebih tinggi daripada yang lain, ada pula yang relatif lebih kecil. Nggak akan ada yang sama, karena memang sangat tergantung pada hidup yang dijalani masing-masing. Buat A, ada hal yang tidak dipandang sebagai risiko, padahal bagi B, hal yang sama bisa dianggap risiko yang paling berat.
Misalnya saja, soal keluarga. Buat keluarga A dengan suami istri yang bekerja, maka risiko keuangan akibat hilangnya mata pencaharian akan relatif lebih ringan ketimbang keluarga B yang hanya suami saja yang bekerja. Tapi bukan berarti juga keluarga B salah dalam pengelolaan manajemen risiko, karena mungkin ada satu dua hal lain yang menjadi pertimbangan penting.
Yes, karena memang tidak pernah ada pengelolaan keuangan yang selalu salah dan selalu benar, because personal finance is very personal.
Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk meminimalkan efek risiko keuangan dalam hidup kita ini?
Banyak, di antaranya–yang paling penting–adalah sebagai berikut:
1.Dana darurat
Dana darurat adalah jaring penyelamat pertama dan paling penting dalam manajemen risiko keuangan pribadi kita.
Untuk pengelolaan dana darurat, kamu bisa membaca artikel-artikel yang membahas detail mengenai dana darurat di web ini. Ada mulai dari peran dana darurat di saat darurat, bagaimana pertimbangan mempergunakannya, hingga strategi untuk mengembalikan dana darurat.
2.Diversifikasi instrumen investasi
Berbicara soal risiko keuangan tentu tak lepas dari membahas risiko investasi.
Mengapa? Karena investasi memang seharusnya ada dalam rencana keuangan kita, sebagai cara untuk mewujudkan tujuan keuangan. Dan, investasi selalu tentang manajemen risiko dan imbal hasil. Di mana kita mengharapkan imbal hasil, di situ pula kita harus menghadapi risiko.
Salah satu cara untuk meminimalkan risiko investasi adalah dengan melakukan diversifikasi instrumen investasi. Langkah awalnya adalah dengan mengenali produk-produk investasi itu dulu, baru kemudian merencanakan dan merealisasikan sesuai rencana dan manajemen risiko yang sudah dibuat.
3.Asuransi
Hal ketika yang bisa kita lakukan untuk meminimalkan efek risiko keuangan adalah dengan memiliki perlindungan terhadap aset, baik itu aset bergerak maupun tidak bergerak. Bahkan, diri sendiri pun merupakan aset yang harus dilindungi, ketika kita membicarakan risiko keuangan ini. Sudah dijelaskan kan, bahwa hilangnya mata pencaharian merupakan salah satu risiko keuangan terbesar yang mesti siap dihadapi.
Jadi, berikanlah perlindungan terhadap risiko keuangan yang bisa terjadi pada diri sendiri dengan asuransi jiwa dan asuransi kesehatan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Adaptasi Keuangan Demi Sehat Finansial Selama Pandemi COVID-19
Adaptasi. Adaptasi. Adaptasi.
Barangkali cuma ini yang bisa kita lakukan untuk bisa SURVIVE melalui pandemi Covid-19.
So let’s talk about this pandemic!
Sudah sekitar 6 bulan lamanya, kita semua merasakan hidup bersama Covid-19. Banyak sekali yang sudah terjadi. Mulai dari kehilangan teman dekat yang menjadi korban, tidak bisa keluar rumah dan beraktifitas normal hingga perubahan waktu dan tempat kerja, semuanya gara-gara Corona.
Kalau begitu, apa saja yang harus kita lakukan untuk bisa melakukan adaptasi keuangan selama pandemi Covid-19? Mari kita bahas dengan sebuah target yang tidak muluk-muluk: kita harus SURVIVE. Secara jiwa raga bisa sehat terus. Secara finansial, tidak bangkrut! Mari sehat finansial.
Adaptasi karena perubahan
Kenapa perlu adaptasi?
Adaptasi ini perlu kita lakukan karena memang ada perubahan besar yang terjadi pada hidup kita selama pandemi. Suka atau tidak suka. Setuju atau tidak setuju. Kenyataannya, memang hidup jadi berubah.
Bagan berikut adalah bagan yang kami sadur dari Mas Yuswohady dan tim Inventure Knowledge. Ada 4 major shift atau 4 perubahan besar perilaku pembeli selama pandemi Covid-19.
4 perubahan besar itu adalah:
1. Di rumah saja
Cara paling baik untuk menghindari kemungkinan terpapar virus adalah dengan #dirumahaja. Artinya orang tua yang bekerja memindahkan kerja di rumah. Anak-anak pun bersekolah di rumah. Bekerja, belajar dan beribadah di rumah.
Walaupun banyak sekali orang yang tidak bisa melaksanakan semua kegiatannya di rumah saja, tetapi banyak pusat keramaian yang diharuskan tutup. Dengan begitu, cara hidup kita berubah maka kita pun akan memerlukan barang dan jasa yang berbeda karena harus melakukan segala sesuatunya di rumah.
2. Prioritas pada kesehatan dan keselamatan
Virus Corona ini membuat manusia merasa sangat vulnerable. Oleh karena itu, untuk bisa survive, kebutuhan manusia akan kesehatan dan keselamatan melompat sangat tinggi. Prioritas hidup pun jadi berubah. Kita bisa melihat betapa permintaan akan bahan makanan dan alat kesehatan mendapat perhatian khusus sejak awal pandemi.
3. Go digital
Ada yang membedakan pandemi flu 100 tahun lalu dengan pandemi kali ini. Kali ini, walaupun harus lebih banyak di rumah, kita tidak terputus dari dunia luar. Internet menyambungkan hidup kita. Semua perubahan cara hidup ini ternyata mendorong adopsi digital di segala bidang, mulai dari alat pembayaran, proses pembelian barang dan jasa, hingga berkomunikasi.
Nenek ikut kelas yoga hingga anak kecil belanja game, semuanya bisa dilakukan secara digital.
4. Empathic society
Namanya adaptasi, ada yang bisa dengan mudah pindah haluan, ada yang secara sistem terkunci dan tidak sanggup berubah. Masalahnya kita tidak mungkin survive sendirian. Kita perlu survive bersama-sama.
Oleh karena itu, perubahan besar juga muncul dalam bentuk gerakan sosial. Saling jaga dan tolong menolong selama pandem ini begitu penting. Ada orang-orang yang sulit beradaptasi dan mereka semua membutuhkan bantuan.
Setelah kita memahami dan menerima kenyataan akan adanya empat perubahan besar tersebut di atas, barulah kita bisa mengerti kenapa adaptasi menjadi sangat penting. Inga, bahwa kata kunci 2020 adalah SURVIVE – dan untuk bisa survive kita butuh menerima kenyataan dan menyesuaikan diri, segera!
Adaptasi keuangan bisnis
“Protect your source of income!”
Lindungi sumber penghasilanmu!
Ini adalah nasihat yang jarang saya dengar jika bicara soal kelola keuangan pribadi. Bagaimana pun juga, saat pandemi ini berlangsung lama, ekonomi negeri terancam resesi, dari sisi keuangan pribadi yang penting adalah tetap punya penghasilan.
Penghasilan ini berasal dari gaji baik saat kerja sebagai karyawan maupun sebagai pemilik bisnis. Maka, adaptasi keuangan bisnis perlu kita perhatikan dengan baik. Sebagai karyawan maupun pemilik bisnis, coba analisis seperti apa kondisi pasar tempat perusahaanmu beroperasi. Bagaimana 4 perubahan perilaku pembeli di atas, memengaruhi penjualan di perusahaanmu.
Misalnya, jika kamu bekerja di restoran atau memiliki restoran.
Sebanyak apa efek perubahan perilaku #dirumahaja memengaruhi bisnismu?
Apakah omzet usaha ini masih stabil atau turun drastis?
Bagaimana perhatian soal kesehatan dan keselamatan saat bekerja?
Apakah ada konversi digital yang bisa atau sudah dilakukan untuk memastikan kelangsungan bisnis?
Bagaimana menggunakan empati agar tetap bisa membawa usaha ini relevan selama pandemi?
Hal-hal di atas bisa menjadi bahas diskusi internal.
Ini sedang pandemi. Jangan batasi diskusi hanya untuk para pengambil keputusan. Saat kamu seorang staff pun, perhatian dan kontribusi pada perusahaan tempat kamu bekerja sekarang menjadi sangat krusial. Ide untuk menumbuhkan omzet bisa datang dari mana saja.
Adaptasi keuangan bisnis – agar bisa bertahan, akan membawa para pemimpin bisnis pada keputusan-keputusan berat. Kita akan melihat lebih banyak kebijakan pengurangan penghasilan, pemutusan hubungan kerja, penutupan cabang hingga keputusan terberat menutup bisnis untuk waktu yang tidak bisa ditentukan. Apapun adaptasi keuangan bisnis yang harus terjadi, kita perlu menyiapkan diri.
Sehat finansial menjadi penting untuk setiap bisnis – agar bisa beradaptasi dan mempertahankan diri melewati badai pandemi Covid-19. Bisnis ini bagai kapal besar dan kita karyawan serta pemiliknya, ada di dalam kapal itu. Kita perlu bahu membahu memastikan kapal ini tidak karam.
Adaptasi keuangan pribadi
Selama masih ada penghasilan rutin, hidupmu akan baik-baik saja.
Tapi sampai kapan? Ini yang jadi masalah.
Pandemi ini memiliki teman dekat bernama uncertainty! Saat uncertainty sangat tinggi, bisnis tidak bisa menyusun rencana bisnis jangka panjang, kemungkinan terburuk kehilangan penghasilan akan selalu ada.
Adaptasi keuangan pribadi bisa kita bagi menjadi 3 langkah besar:
1. Mengatur cash flow
Perhatikan 4 perubahan perilaku di atas. Dengan cara hidup dan gaya hidup yang berubah, otomatis cara kita membelanjakan uang juga berubah. Kalau tadinya ayah ibu bekerja, anak bersekolah di luar rumah, sekarang semua ada di rumah. Akan ada peningkatan biaya rumah tangga seperti bahan makanan, listrik dan kuota internet.
Belanja lifestyle yang harusnya hilang pun pindah pos menjadi furnitur baru agar nyaman bekerja dan bersekolah di rumah. Adaptasi keuangan pertama yang harus kita lakukan adalah menghitung kembali arus kas supaya tidak besar pasak dari tiang.
2. Memiliki dana darurat
Punya penghasilan tetap, bekerja di perusahaan besar bukan jaminan pekerjaan kita akan tetap aman. Pandemi ini tidak pandang bulu. Bisnis kecil hingga perusahaan multinasional bisa terancam keuangannya – kalau tidak sekarang mungkin dalam 1-2 tahun ke depan.
Jadi, ayo timbun dana daruratmu. Tidak perlu takut bertarget besar, mulai dari kecil-kecil dulu. Dana darurat ini yang akan menjamin hidup kita akan baik-baik saja jika penghasilan terganggu. Berlaku untuk semua orang apapun pekerjaannya, seperti apapun latar belakang sosio-ekonominya.
3. Menjadi jaring sosial
Tentu saja tidak semua orang sanggup beradaptasi dengan cepat. Akan ada orang-orang yang cash flow-nya sudah mepet sekali. Akan ada orang-orang yang kehilangan pekerjaan. Akan ada orang-orang yang dana daruratnya ada – tapi 3 bulan lalu, sekarang sudah habis.
Maka selanjutnya, adaptasi keuangan pribadi kita yang masih kuat adalah dengan menjadi jaring sosial tambahan. Jadilah orang yang siap duluan dengan cash flow positif, punya dana darurat beberapa bulan ke depan, dan siap mengulurkan bantuan.
Menjadi jaring sosial ini artinya kita menyiapkan anggaran khusus untuk pengeluaran sosial yang bersifat tolong menolong. Menjadi jaring sosial ini artinya kita juga menyiapkan anggaran khusus untuk pengeluaran rutin dan lifestyle yang bisa dipakai membeli dagangan teman sendiri.
Sehat finansial menjadi penting untuk setiap individu. Tapi kita tidak bisa sehat sendirian.
Jalan masih panjang.
Tidak ada yang bisa meramalkan kapan pandemi Covid-19 ini akan berakhir.
Tapi ada caranya supaya kita bisa survive tidak sendirian.
Jadilah orang itu. Jadilah mereka yang menyiapkan diri menjadi bagian yang kuat agar bisa kuat untuk orang lain – lebih lama.
Mari sehat finansial, bersama.
Bagaimana Cara Mengenali Produk Investasi yang Cocok untuk Kebutuhan Kita?
Salah satu hal yang harus dipahami sebelum kita mulai investasi adalah mengenali produk investasi, mana yang paling pas dengan keuangan kita. Karena kesesuaian antara produk dan tujuan keuangan, akan menjadi salah satu faktor penentu sukses tidaknya kita berinvestasi.
Ibaratnya, mau pergi ke suatu tempat, kita akan harus menentukan dengan kendaraan apa kita akan menuju ke tempat tersebut. Kalau kita mau ke Bali dari Jakarta, ya pastinya kita nggak bisa naik sepeda. Bisa berbulan-bulan sampainya. Ya, enggak apa sih, kalau memang niatnya touring dengan sepeda Jawa – Bali. Tapi, kalau untuk urusan bisnis atau berlibur, hmmm … sepertinya akan lebih baik kalau naik pesawat, biar cepat. Atau setidaknya naik kereta, lalu disambung kapal, misalnya.
Begitu juga ketika kita berinvestasi. Kesalahan dalam memilih “kendaraan” akan berakibat kurang maksimalnya hasil dari investasi sehingga tujuan keuangan pun jadi tidak tercapai.
Jadi, apa saja yang harus diperhatikan untuk bisa mengenali produk investasi yang cocok untuk kebutuhan keuangan kita? Mari disimak sampai artikel ini selesai.
Cara Mengenali Produk Investasi yang Sesuai dengan Kebutuhan Kita
Cek Profil Risiko
Setiap orang memiliki kecenderungan, kenyamanan, kebiasaan, dan preferensi masing-masing dalam mengelola keuangan pribadinya. Enggak ada yang salah dengan hal tersebut, selama sudah kita sesuaikan dengan target dan tujuan keuangan kita.
Profil risiko seseorang menunjukkan tingkat toleransinya terhadap risiko yang mungkin dibawa oleh produk investasi itu sendiri. Ada 3 tipe profil risiko, yaitu:
- Konservatif, yaitu mereka yang tingkat toleransinya terhadap risiko masih rendah.
- Moderat, yaitu mereka yang sudah dapat menghandle risiko yang sifatnya sedang dengan lebih baik.
- Agresif, yaitu mereka yang sudah terbiasa menghadapi risiko tinggi, karena mereka memang mengharapkan imbal yang besar juga.
Ketika kamu masih berkarakter konservatif tetapi sudah memaksakan diri untuk berinvestasi di instrumen yang berisiko tinggi, maka kamu tidak akan merasa nyaman, bahkan bisa jadi stres tersendiri. Ketika kamu bertipe agresif dan terlalu banyak berinvestasi di instrumen risiko rendah, kamu akan melihat bahwa investasimu terlalu lambat pertumbuhannya, dan kamu jadi tak nyaman juga karenanya.
Cek Tujuan Keuangan dan Horizon Waktu
Setiap produk investasi memiliki manfaatnya masing-masing, sesuai dengan karakternya sendiri-sendiri juga. So, ada baiknya kamu menyesuaikan hal ini dengan tujuan keuangan dan horizon waktu yang kamu miliki.
Misalnya, kamu pengin berinvestasi untuk membangun dana pensiun. Kamu merencanakan untuk pensiun di usia 65 tahun, sedangkan saat ini usia kamu 25 tahun. Berarti ada waktu 40 tahun untuk menyiapkan dana pensiun–yang sudah kamu hitung dan ketemu angka sekian miliar itu–sejak sekarang. Dengan analisis dan perhitungan yang sudah kamu lakukan–karena kamu sudah ikutan kelas Dana Pensiun di QM Financial–maka kamu memutuskan produk investasi yang paling sesuai untuk tujuan keuangan ini adalah saham.
Begitulah contoh menyesuaikan antara produk investasi dengan tujuan keuangan dan juga horizon waktu.
Contoh lain lagi. Kamu butuh untuk menyiapkan dana liburan ke Jepang tahun depan (pakai contoh yang mudah ya, abaikan fakta bahwa sekarang kita masih pandemi corona). Kira-kira kamu butuh Rp20 juta. Dengan waktu satu tahun, dan nominal Rp20 juta, kamu bisa menabung dan investasi di Reksa Dana Pasar Uang.
Nah, tujuan keuangan ini merupakan “judul” dari investasimu, dan jangka waktu akan jadi acuan pertumbuhan investasimu. Jadi, selalulah berpegang pada keduanya ketika kamu memilih produk investasi mana yang sesuai untuk keuanganmu.
Cek Kemampuan Finansial
Yang terakhir ini juga penting. Jangan sampai saking semangatnya investasi, sampai pakai uang yang seharusnya dipakai untuk kebutuhan sehari-hari. Ada malahan yang mau pakai dana darurat, demi investasi.
Ada gitu, emangnya? Ada.
Ya, bagus dong semangat investasinya! Berarti sudah sadar betul akan pentingnya investasi. Tapi, kemampuan finansial diri sendiri juga harus dipertimbangkan. Idealnya, porsi investasi adalah 10% dari penghasilan rutin bulanan. Nggak boleh lebih? Boleh dong! Tapi sesuaikan dengan kondisimu. Jangan sampai kita beli saham, tapi malah jadi nggak punya uang buat beli susu anak.
Nah, apakah masih bingung sampai di sini?
Yuk, belajar mengelola keuangan dan investasi, langsung dari para trainer QM Financial! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Tetap Bebas Utang, Lakukan 5 Langkah Bertahan Ini!
Siapa yang mau merdeka dari utang? Semua orang pasti! Nggak perlu diragukan lagi. Di kala kita hidup di tengah fenomena semakin mudahnya utang dibuat, bebas utang adalah sebuah kemevvahan yang hakiki.
Iya sih, enggak semua utang itu jelek. Ada pula utang yang memang perlu diambil, demi mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik di kemudian hari. Utang KPR, misalnya. Ini adalah utang produktif; utang diambil, tetapi harga barangnya akan bertambah nanti.
Kalau begitu, mari kita batas pembahasannya pada utang konsumtif.
Apakah ada dari kamu yang saat ini memang sudah sama sekali enggak punya utang konsumtif? Nggak ada tunggakan utang kartu kredit? Nggak ada tunggakan utang slow cooker, atau air fryer? Nggak ada juga tunggakan cicilan sepeda yang nilainya puluhan juta rupiah?
Alhamdulillah! Stay that way, dan lakukan beberapa langkah berikut agar tetap bebas utang sampai kapan pun.
5 Langkah Sederhana untuk Tetap Bebas Utang
1.Belanja di saat yang tepat, dengan niat yang tepat
Kamu yang bebas utang pasti tidak pernah merasa takut ketika berbelanja, karena kamu terbiasa berbelanja secara efektif. Kamu juga bisa menentukan, kapan kamu butuh sesuatu dan kapan kamu akan membelinya. Sepertinya sih, aktivitas belanjamu semua sudah teratur dan terencana dengan baik.
Pertahankanlah kebiasaan belanja yang baik ini. Buat dan bawa daftar belanja setiap kali hendak belanja, and stick to it. Pilah mana yang memanfaatkan diskon dan promosi, mana yang belanja sesuai dengan kebutuhan.
2.Bayar tunai
Kamu yang sekarang bebas utang konsumtif sudah tahu banget, apa keuntungannya bisa membayar lunas tagihan kartu kredit secara langsung, nggak pakai nunggak. Yes, untuk menghindari bunga yang cukup besar dan juga denda yang nggak perlu.
Kamu tahu betul, bahwa kartu kredit berbeda fungsi dengan kartu ATM, dan kamu enggak bakalan bisa menghabiskan lebih banyak uang daripada yang sudah kamu hasilkan. Kamu sadar, bahwa ketika kamu belanja melampaui kemampuan, maka di situlah muncul peluang berutang yang bakalan memberatkan cash flow kamu juga.
So, bertahan ya!
Bayar tunai untuk kebutuhan belanja rutin, dan hal-hal lain yang memang memungkinkan untuk bayar tunai. Menabung dan investasi, jika memang butuh nominal yang agak besar untuk membeli suatu barang.
3.Punya dana darurat
Salah satu penyebab orang berutang adalah ketika mereka harus mengeluarkan uang yang tidak mereka miliki saat kondisi darurat. Saat sakit, misalnya.
Karena kamu sadar betul akan hal ini, kamu pun memiliki dana darurat yang mencukupi, sehingga ketika ada hal-hal di luar kendali terjadi dan kamu harus mengeluarkan uang untuk mengatasinya, kamu enggak pakai ragu atau takut lagi. Karena, ada dana darurat yang cukup.
Utang bukan pilihan untuk mengatasi masalah. Betul?
4.Catat pengeluaran, buat anggaran
Punya catatan pengeluaran itu sangat bagus, terutama untuk mengetahui ke mana saja uang kita pergi dan pergunakan. Membuat anggaran untuk jangka waktu tertentu itu juga sangat bagus, untuk memastikan kita menggunakan uang sesuai dengan kebutuhan kita.
Jika ada yang tidak sesuai, dengan segera, kita dapat memperbaikinya sehingga keuangan menjadi lebih terkendali.
Tanpa catatan pengeluaran dan anggaran belanja, bisa kejadian tuh, uang sudah habis duluan sebelum penghasilan kembali masuk. Akibatnya? Untuk menyambung hidup sampai gajian, kita harus berutang.
Duh, jangan sampai ya.
5.Investasi sesuai porsi
Investasi kita lakukan sesuai dengan rencana keuangan, salah satunya, untuk memastikan bahwa kita tidak akan mengalami masalah keuangan di kemudian hari. Punya utang yang tak kunjung rampung, misalnya.
Karenanya, jika sekarang kamu sudah bebas utang konsumtif, maka investasi harus juga segera dimulai sesuai porsi yang sudah kamu tentukan dan sesuaikan dengan kemampuanmu. Berinvestasilah secara konsisten, dan lakukan di awal bulan.
Bertahanlah untuk tetap bebas utang konsumtif ya. You’re doing good so far, dan yakin deh, kamu pasti bisa mencapai tujuan keuanganmu dengan segera.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Tujuan Keuangan yang Seharusnya Dimiliki Demi Kualitas Hidup yang Lebih Baik
Sudahkah kamu punya tujuan keuangan?
Setiap orang sebaiknya (dan seharusnya) memiliki tujuan keuangan. Mengapa? Ya, singkatnya demi masa depan dan kehidupan yang lebih baik daripada sekarang. Tanpa tujuan keuangan, berarti kita sebenarnya tak punya cita-cita atau mimpi. Tanpa cita-cita dan mimpi, berarti kita kurang motivasi untuk hidup.
Sebenarnya juga ini kembali ke masing-masing individu dalam memutuskan nasibnya sendiri sih. Tapi, pada prinsipnya, setiap cita-cita dan keinginan kita di masa depan itu menjadi tujuan keuangan kita.
Lalu, tujuan keuangan apa yang sebaiknya dimiliki oleh setiap orang yang menginginkan peningkatan kualitas hidup ke depannya?
5 Tujuan Keuangan untuk Kualitas Hidup yang Lebih Baik
1. Dana darurat
Dana darurat adalah dana atau tabungan yang dapat membantu kita ketika ada keperluan mendadak, bersifat darurat, dan menjadi masalah atau risiko hidup kita. Misalnya, harus kehilangan pekerjaan atau penghasilan menurun. Dengan adanya dana darurat, kita akan dapat memperpanjang napas sampai setidaknya kita bisa mendapatkani penghasilan lain.
Atau, ketika kita sakit dan enggak bisa langsung mengajukan klaim asuransi kesehatan atau tunjangan kantor, maka kita harus menalangi biaya pengobatannya dulu. Atau, ada saudara yang butuh bantuan dengan segera karena tertimpa musibah.
Yah, namanya hidup, kan biasa terjadi masalah. Dan, kadang untuk mengatasinya (dengan cepat) kita butuh biaya. Dana darurat akan dapat menolong kita. Karenanya, memiliki dana darurat yang memadai seharusnya menjadi tujuan keuangan utama dan pertama bagi setiap orang.
2. Bebas utang
Utang bukannya dilarang, tetapi memang harus dikelola dengan bijak. Ingat, berani utang berarti harus berani bayar. Utang kadang perlu kita lakukan terutama jika kita membutuhkan barang atau hal dengan harga nominal besar. Tapi enggak sembarang barang. Barang tersebut haruslah bisa membawa nilai tambah terhadap hidup kita, sehingga sepadan untuk dimiliki dengan cara utang.
Rumah, misalnya.
Utang memang bisa menjadi media untuk mencapai tujuan keuangan lain, tetapi bebas utang sendiri merupakan tujuan keuangan yang seharusnya juga dimiliki oleh setiap orang. Menjalani hidup tanpa utang itu sungguh privilege yang luar biasa. Setidaknya, sebelum masa pensiun kita tiba, kita harus sudah bebas utang, agar bisa menikmati hidup dengan lebih baik.
3. Punya rumah sendiri
Nah, ini yang kita bahas di poin ketiga di atas ya.
Punya rumah sendiri adalah simbol kemandirian dan kemapanan. Saat kamu sudah memiliki penghasilan sendiri, sudah layak pula bagimu untuk punya rumah sendiri. Well, enggak harus rumah petak juga sih, semua tergantung pada kebutuhan dan kemampuanmu. Jika dirasa lebih sesuai untukmu tinggal di apartemen, ya enggak ada salahnya sama sekali kok.
Yang penting, milikilah tempat tinggalmu sendiri.
Selain sebagai tempat mengawali dan mengakhiri hari-hari rutinitasmu, rumah atau apartemen merupakan aset, yang bisa menyatakan seberapa sukses dirimu dan sudah seberapa keras kamu bekerja selama ini.
4. Mau pensiun sejahtera
Pertanyaan terbesar ketika kita mulai punya penghasilan sebenarnya adalah mau hidup seperti apa kurang lebih 30 tahun mendatang?
Mau bisa hidup sehat, sejahtera, mandiri, tanpa membebani anak-cucu? Pengin hidup di suatu tempat yang sejuk, tenang, dan nyaman? Pengin hidup berdua bareng pasangan di rumah besar yang di waktu-waktu tertentu kemudian ramai menjadi tempat berkumpulnya cucu-cucu?
Bayangan-bayangan indah itu semua bisa diwujudkan dengan tujuan keuangan yang jelas dan terencana loh! Yes, it’s all about pension dreams.
Apa mimpi terbesarmu untuk bisa dilakukan di masa pensiun?
Banyak dari orang-orang terdahulu yang tidak siap untuk pensiun, sehingga melahirkan generasi roti lapis, alias sandwich generation. Banyak pula orang-orang yang sebenarnya sudah siap sih dengan dana pensiun, tetapi ternyata perhitungannya meleset sehingga akhirnya harus merelakan diri untuk kembali bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup.
Yuk, tanyakan pada diri sendiri. Pengin hidup seperti apa di masa pensiun nanti–ketika kita sudah tidak lagi produktif? Dan, jadikan hal tersebut sebagai tujuan keuangan hidupmu.
5. Memiliki pendidikan tinggi
Bagi sebagian besar orang, memiliki pendidikan tinggi adalah mimpi. Tapi, ini adalah mimpi yang sebenarnya sangat mudah dijangkau, jika kamu memiliki rencana yang matang untuk mewujudkannya.
Tak hanya pendidikan tinggi bagi diri sendiri, tetapi juga untuk anak-anak kita (kelak). Karena itu, jika memang “memiliki keturunan” merupakan salah satu keinginan dalam hidupmu, maka saat itu pula, seharusnya kamu sudah menjadikan hal ini sebagai tujuan keuangan.
Pendidikan di Indonesia naik sebesar 10 – 20% setiap tahunnya, dan ini sudah bukan rahasia lagi. Ketika sekarang kita butuh Rp100 juta untuk bisa masuk perguruan tinggi kualitas terbaik, maka 10 tahun lagi, bisa jadi kita akan butuh Rp500 juta. Kalau lihat angkanya, ya bisa shock sih. Tapi enggak dengan perencanaan keuangan yang baik.
Nah, apakah salah satu dari kelima hal di atas juga menjadi keinginan terbesarmu sekarang untuk masa depanmu nanti? Atau, kamu mungkin punya tujuan keuangan yang lain? Boleh share ya, di kolom komen.
Yuk, buat tujuan keuangan versimu sendiri, dan kemudian buat rencana yang realistis untuk mewujudkannya. Join di kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu yuk! Mulai dari yang paling basic, hingga advanced. Semua ada, dan dengan harga yang sangat terjangkau.
Karena selalu ada jalan untuk mewujudkan cita-cita kok, seberapa pun tingginya.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
7 Ciri Keuangan Sehat yang Pasti Bisa Dicapai oleh Semua Orang
Setiap orang pasti pengin sehat. Enggak hanya soal tubuh fisik yang sehat, pun mentalnya, tetapi pasti juga pengin punya keuangan sehat. Betul?
Punya keuangan yang sehat itu sebenarnya simpel kok. Justru malah lebih rumit kalau kita ‘pengin kaya’. Tapi, kebanyakan sih yang terakhir yang menjadi target kebanyakan orang. Well, kamu enggak perlu jadi kaya kok untuk punya keuangan sehat.
Berikut beberapa ciri keuangan sehat, yang sebenarnya simpel banget bahkan mungkin kamu sudah menuju ke arah yang sama sekarang ini. Tinggal dilanjutin aja.
7 Ciri Keuangan Sehat
1. Punya pemasukan dan pengeluaran yang lancar, terukur, dan rasionya positif
Bisa jadi setiap orang memang punya pemasukan dan pengeluaran. Wajar, tetapi belum tentu kondisinya sehat.
Ciri keuangan sehat adalah ketika pemasukan dan pengeluaran lancar, dan rasionya positif, dalam artian pemasukan lebih besar dari pengeluaran. Arus kas ini juga terukur dan tercatat dengan baik, sehingga bisa terlihat dengan jelas pergerakannya.
Ketika arus kasnya negatif, ini berarti pengeluaran lebih banyak daripada uang yang masuk. Artinya, ada yang salah dengan pengelolaannya. Apalagi jika sampai tabungan juga tergerus akibat dari negatifnya arus kas ini, berarti kamu harus segera melakukan sesuatu untuk mengatasinya.
2. Punya tujuan keuangan
Orang dengan kondisi keuangan yang sehat akan memiliki tujuan finansial yang jelas pula. Apalagi ketika satu per satu tujuan finansial bisa dicapai. Sudah pasti itu merupakan tanda keuangan sehat.
So, saat ini apakah kamu sudah mencapai satu atau beberapa tujuan finansialmu? Dana DP rumah? Dana menikah? Dana pendidikan anak?
Oh, kamu sedang mengusahakannya? Bagus! Itu sudah merupakan pertanda besar bahwa keuanganmu sehat.
Keep on going, ya!
3. Cicilan utang lancar
Cicilan utang yang lancar, tidak pernah menunggak, dan sesuai dengan kesepakatan juga merupakan salah satu tanda keuangan sehat. Ini berarti rasio utangmu pas atau malah di bawah garis batas, yaitu 30% dari penghasilan rutin, yang berarti anggaranmu cukup longgar untuk membayar cicilan utang.
Yups, ini pertanda bagus. Semoga cicilanmu segera lunas, dan kamu pun sudah one step closer menuju kebebasan finansial. Amin!
4. Kebutuhan rutin terpenuhi dengan baik
Namanya manusia, sudah biasalah banyak mau, banyak keinginan, banyak cita-cita, sehingga banyak kebutuhan juga. Itu tandanya kita masih termotivasi untuk hidup lebih baik.
Jika kondisi keuangan sehat, maka kamu juga enggak akan menemui kesulitan berarti untuk bisa memenuhi semua kebutuhan hidupmu sehari-hari. Nggak perlu utang untuk belanja groceries, bahkan sekadar untuk jajan-jajan lucu. Kamu bahkan punya uang belanja lebih untuk kasih reward untuk diri sendiri sesekali waktu. Bahkan, kamu bisa membayar tunai barang-barang tersier tanpa mengganggu pos pengeluaran yang lain.
Wah, sehat banget tuh!
5. Punya dana darurat
Keuangan sehat juga bisa dilihat dari jumlah dana darurat yang memadai, yang bisa menjadi jaring penyelamat ketika ada keperluan mendadak atau ada kondisi darurat yang memerlukan biaya. Tanpa mengganggu arus kas harian, kamu bisa mengatasi keperluan mendadak ini dengan mudah dan gampang.
Berapa jumlah dana darurat yang ideal? Kamu bisa mengecek di artikel yang sudah ditautkan. Dana darurat enggak harus dibangun sekaligus. Kamu bisa memulainya seiring dengan tujuan keuangan yang lain. Tinggal atur saja proporsinya, lama kelamaan jumlah ideal tersebut pasti tercapai, jika kamu bisa konsisten.
6. Punya proteksi
Keuangan sehat juga ditandai dengan kepemilikan proteksi yang memadai. Yang paling penting adalah kamu punya asuransi kesehatan dan asuransi jiwa. Kedua asuransi ini wajib punya, terutama asuransi jiwa jika kamu masih di usia produktif dan menjadi tulang punggung keluarga.
Pastikan juga kamu mengikutsertakan seluruh anggota keluarga dalam asuransi kesehatan. Karena biaya sakit itu enggak pernah murah. Sekali sakit, bisa menguras tabungan jika kamu tak memiliki asuransi kesehatan. Jadi, jenis asuransi ini wajib hukumnya.
7. Bisa investasi sesuai proporsi
Idealnya, kamu seharusnya bisa berinvestasi setidaknya 10% dari penghasilan rutinmu setiap bulan jika kamu memiliki kondisi keuangan sehat. Bisa lebih malahan, apalagi kalau lagi musim bonus atau ada THR.
Nah, ketujuh tanda keuangan sehat di atas bisa dicapai kalau kamu memiliki keterampilan pengelolaan keuangan yang baik. See? Nggak harus kaya kan, untuk bisa punya kondisi keuangan sehat?
Kamu pengin punya kebiasaan mengatur uang yang baik juga? Kamu bisa belajar kok, mulailah dari memahami konsep Blueprint of Your Money. Dari situ, kemudian kamu bisa melanjutkan ke pengelolaan arus kas, menentukan tujuan finansial, hingga mengenali satu per satu instrumen untuk mewujudkan tujuan keuanganmu.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Tantangan Finansial Generasi Milenial di Era New Normal
Menjadi generasi milenial itu sungguh sesuatu. Tantangannya banyak banget. Mulai dari hal-hal yang disebabkan oleh perkembangan teknologi yang luar biasa, yang menciptakan godaan begitu banyak, hingga sekarang krisis akibat pandemi yang membuat kita harus lebih banyak memutar otak untuk mengatasi keterbatasan pergerakan yang membawa imbas ekonomi yang tak kalah besar.
Sungguh sesuatu.
Karena itu, berbanggalah, generasi milenial! Jika kamu dapat melewati ujian-ujian ini, di hari depan, kamu bisa menjadi generasi tertangguh yang pernah ada. Tsah.
Sekarang, kita sudah mulai berada di fase new normal, meski masa pandemi belum juga dinyatakan berakhir. Sementara kasus positif justru bertambah banyak di luar sana, tetapi kita “dipaksa” untuk segera kembali beraktivitas demi perekonomian negara yang harus pulih. Tak pelak, hal ini pun memunculkan tantangan lagi bagi kita, terutama soal finansial. Apa saja?
5 Tantangan Finansial Bagi Generasi Milenial di Era New Normal
1. Gaya hidup yang berubah
Kondisi yang berubah harus kamu respons dengan perubahan kebiasaanmu juga. Seperti gaya hidup, misalnya.
Barangkali kamu sekarang sudah mikir-mikir lagi kalau mau jajan di sembarang tempat. Mulai pula beralih lebih banyak belanja online ketimbang ikut berdesakan di mal. Cari hiburan juga lebih banyak di online. Kalaupun harus offline, kamu akan cenderung lebih berhati-hati.
Ini perubahan yang bagus, yang mungkin tanpa sadar kamu ubah demi melakukan penyesuaian diri terhadap apa yang terjadi sekarang.
Gaya hidup yang berubah akhirnya pasti juga akan mengubah rutinitas dan kebiasaan finansialmu. Pengeluaran jelas akan berubah, lantaran ada pos yang berubah juga.
Jadi, sudahkah kamu membuat catatan pengeluaran yang baru, agar kamu dapat pola keuangan yang baru juga di masa new normal ini?
2. Dana darurat harus lebih kuat
Pelajaran terpenting yang bisa kita ambil dari krisis pandemi ini adalah kita bisa survive dengan baik ketika kita memiliki dana darurat yang kuat.
So, jangan ulangi kesalahan yang sama. Saat new normal tiba–dengan pemasukanmu yang mungkin sudah mulai pulih seperti semula–jangan sampai mengabaikan keberadaan dana darurat lagi.
Ditambah lagi, secara global, perekonomian kita belum akan segera pulih, setidaknya butuh waktu 2 – 3 tahun untuk dapat kembali seperti sebelumnya. So, perjalanan menuju pemulihan akan cukup berliku, sehingga generasi milenial perlu untuk memiliki dana darurat yang memadai sebagai bekal.
Bukan mengharapkan sesuatu yang buruk terjadi pada kita sih, tetapi bukankah kita harus sedia payung sebelum hujan?
3. Investasi yang lebih strategis
Generasi milenial bisa dibilang adalah generasi investor. Pertumbuhan jumlah investor–menurut data yang ada–memang tumbuh pesat belakangan, dan didominasi oleh generasi milenial.
Nah, sekarang kamu sudah tahu, bagaimana dan seperti apa situasinya ketika krisis melanda dan akhirnya berimbas ke pasar modal dan pasar uang kita. Pelajaran yang dapat kita ambil di sini adalah untuk berinvestasi, kita juga butuh strategi yang mumpuni.
Sudah bukan waktunya lagi investasi hanya ikut-ikutan, tanpa tahu dengan jelas tujuan kita sendiri apa. Sudah bukan waktunya lagi juga tak mau bertanggung jawab untuk keputusan investasi kita sendiri.
Belajar investasi yuk, mulai dari teorinya dan kemudian praktik pelan-pelan! Generasi milenial harus bisa menjadi financial planner untuk dirinya sendiri!
4. Tantangan utang
Di masa new normal, sebaiknya kamu juga lebih bijak jika berutang, terutama utang konsumtif.
Semoga di masa pandemi kemarin, enggak ada di antara kamu yang ngos-ngosan membayar cicilan utang, lantaran pemasukan berkurang sedangkan ada tunggakan utang yang belum terbayar. Semoga pula, kamu sudah mengajukan keringanan kredit jika memang kamu terimbas oleh pandemi secara ekonomi.
Next, di masa new normal, generasi milenial seharusnya sudah lebih bijak jika ingin berutang. Sekali lagi, pastikan kamu bisa membayarnya. Ingat ya, perjalanan perekonomian ke depan mungkin akan lebih berliku untuk sampai pulih sebenar-benarnya.
5. Anggaran kesehatan lebih besar
Kamu akan butuh anggaran kesehatan yang lebih besar di masa new normal ini. Kamu butuh nutrisi yang lebih baik, dan juga berbagai hal lain yang bisa membantumu untuk memastikan kesehatan tubuhmu dalam kondisi baik.
Di era new normal, generasi milenial tak hanya semakin aware akan pentingnya kesehatan fisik, tetapi semakin memperhatikan pula kesehatan mental mereka. So, tentunya ada hal-hal yang harus dilakukan untuk memastikan keduanya menjadi lebih baik ke depannya.
Dan, ini tentu saja butuh biaya. Persiapkan dengan baik, tambah anggaran kalau perlu. Kamu bisa mempertimbangkan untuk naik kelas asuransi kesehatan, plus membeli asuransi jiwa juga. Sesuaikan dengan kebutuhan dan kebiasaanmu yang sudah berubah.
Bagaimana, generasi milenial? Siapkah kamu menghadapi era new normal yang segera datang, dengan segala tantangannya?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Cara Menambah Penghasilan sebagai Persiapan Menghadapi Resesi
Sudah pernah mendengar mengenai “cash is king” kan? Frasa ini biasanya terlontar ketika kita sedang membahas keuangan di masa krisis atau darurat, seperti ketika pandemi COVID-19 baru saja terjadi beberapa bulan yang lalu. Adalah penting bagi kita untuk bisa bertahan, dan biasanya uang menjadi salah satu hal yang dapat membantu. Lalu, pertanyaan penting lainnya muncul: Gimana caranya menambah penghasilan agar cash kita bertambah?
Because, yup, pandemi COVID-19 masih belum juga terselesaikan, padahal sudah berbulan-bulan berlalu. Bahkan sudah mulai ada prediksi akan datangnya resesi ekonomi. Pernyataan “cash is king” kembali mengemuka, bahwa siapkan dana darurat yang lebih ideal demi bisa bertahan melalui krisis.
Jadi, apa yang bisa kita lakukan untuk menambah penghasilan sehingga menambah pula pundi-pundi dana darurat kita? QM Financial punya beberapa tip berikut ini.
Cara Menambah Penghasilan untuk Mempersiapkan Diri Jika Resesi Benar-benar Datang
1. Pahami prioritasmu
Sebelum memikirkan cara menambah penghasilan dari luar, coba stabilkan dulu pengeluaran rutin kamu dengan memilah kebutuhan apa saja yang menjadi prioritas utama, dan mana yang bisa ditunda, atau bahkan dihilangkan dari anggaran.
Ingat lagi akan prinsip kebutuhan versus keinginan. Jadi, pilahlah dengan bijak ya.
2. Mencari pekerjaan sampingan
Ini berlaku buat kamu para karyawan korporasi, supaya enggak mengandalkan gaji dari satu sumber saja, tetapi juga menambah penghasilan dari pintu yang lain. Tentu saja, kamu harus menyesuaikan dengan kondisi pekerjaan, jangan sampai pekerjaan sampingan mengganggu pekerjaan utamamu. Tanggung jawab tetap nomor satu.
Kamu bisa mulai dari minat atau hobi, atau bisa juga dari mencari tahu kebutuhan apa yang sekarang sedang dicari oleh orang-orang di sekitarmu–tetangga atau teman-temanmu di kantor. Berdasarkan hal ini, kamu bisa mengupayakan untuk “membantu” mereka dengan bisnis kecil-kecilan.
3. Mengurangi pengeluaran tak penting
Nah, cara mendapatkan cash dengan menambah penghasilan yang ketiga ini adalah “buntut” dari poin pertama di atas.
Cek, mana saja pos pengeluaran yang tidak penting dan bukan rutin. Cobalah untuk menguranginya, supaya kamu bisa menabung lebih banyak untuk dana darurat cash kamu.
Terutama sih jika uangnya dibelikan atau dihabiskan untuk sesuatu yang enggak sehat, baik fisik maupun mental. Lebih baik kurangi deh. Sayangi dirimu sendiri, sayangi tabunganmu juga.
4. Cobain The Power Saving
Kayak gimana tuh? Nabung receh atau uang kecil setiap hari.
Salah satu caranya, menabung uang Rp5.000 – Rp20.000-an setiap pagi sebelum kamu berangkat ke kantor ataupun beraktivitas lain. Letakkan mason jar atau apa pun yang bisa menjadi wadah untuk celenganmu di dekat pintu keluar dan masuk. Kalau mau keluar, “bayar” tol dulu dengan memasukkan uang receh ke dalamnya, setiap hari. Kamu tentukan sendiri besarnya berapa.
Di akhir bulan, kamu akan surprise dengan jumlah tabungan ini. Yakin deh!
Atau, kamu juga bisa menabung semua uang kembalian dari belanja–entah belanja di warteg langganan atau belanja di Kang Sayur keliling. Sereceh apa pun, langsung masukkan ke celengan.
Ketika sudah terkumpul lumayan, setorkan ke instrumen yang paling mudah dijangkau. Reksa Dana Pasar Uang misalnya. Kan “hanya” Rp100.000 saja minimal?
Nambah deh dana daruratnya.
5. Jual barang yang sudah enggak terpakai
Sudah tahu prinsip hidup minimalis kan? Ketika ada barang satu yang masuk ke dalam rumah, maka satu barang juga keluar dari rumah.
Coba lihat sekitarmu, adakah barang-barang yang sudah enggak terpakai setidaknya dalam setahun belakangan? Kalau ada (dan banyak), coba bikin garage sale. Kamu bisa mengadakannya secara online, supaya lebih praktis. Jangan lupa memperhitungkan proses pengirimannya ya.
Kalau kamu mau jual meja makan kan ya, berarti mesti mencari ekspedisi yang bisa melayani pengiriman barang besar?
Lumayan banget nih, untuk menambah uang cash dan dimasukkan ke tabungan atau buat topup dana darurat.
Ada banyak lagi cara menambah penghasilan demi mendapatkan cash tambahan untuk menyelamatkan tabungan dan dana darurat di masa sulit, menjelang resesi seperti sekarang. Kamu punya ide lain? Boleh lo, ditulis di kolom komen sebagai tambahan ya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Langkah Mengelola Gaji yang Belum Pulih di Masa New Normal
Sebagian dari kamu mungkin saat ini sudah mulai menerapkan work from office, alias sudah kembali ke kantor untuk bekerja, dengan tetap menjalankan protokol kesehatan sesuai dengan anjuran pemerintah. Yep, rutinitas sudah balik, tapi sayangnya, gaji belum kembali seperti sebelum pandemi. So, sepertinya butuh cara tepat untuk mengelola gaji agar bisa survive nih.
Mengapa begitu?
Ya, karena sebagian dari perusahaan masih belum bisa membiarkanmu untuk lembur, atau melakukan perjalanan dinas, dan lain sebagainya, yang biasanya “membuahkan” tambahan gaji, insentif, bonus, dan lain-lain pada slip gajimu. Dengan demikian, sebagian dari karyawan sekarang masih harus puas dengan menerima gaji pokok dan beberapa tunjangan wajib saja, seperti tunjangan makan dan transportasi.
Padahal, rutinitas sudah kembali, yang berarti kebutuhan hidup juga jalan terus seperti sebelumnya, meski harus diadakan penyesuaian di sana-sini.
Jadi, gimana dong?
5 Hal untuk Mengelola Gaji yang Belum Pulih di Masa New Normal
1. Dahulukan kebutuhan dasar
Kebutuhan dasar adalah kebutuhan yang secara rutin kamu pakai, yang kamu gunakan untuk hidup, yang tidak bisa disubstitusi oleh barang lain. Mulai dari makanan, kebutuhan rumah tangga, transportasi, pulsa, listrik, air, dan sebagainya.
Enggak, langganan streaming film dan musik nggak termasuk kebutuhan dasar, karena tanpa langganan pun sebenarnya hidupmu baik-baik saja. Enggak, jajan kopi dan boba sebenarnya juga nggak termasuk kebutuhan dasar. Tetapi, beli air minum dalam galon bisa jadi kebutuhan dasar. Makanan termasuk kebutuhan dasar, tetapi pesan makanan online setiap hari yang masih ditambah ongkos kirim, itu bukan termasuk kebutuhan dasar. Beras, dan stok bahan makanan yang bisa kamu masak sendiri dan dijadikan lauk adalah kebutuhan dasar.
Nah, sudah terasa bedanya ya.
It’s ok sih kalau misalnya kamu mau tetap langganan streaming, jajan, pesan makanan online. Tapi kalau memang gaji kamu tidak mencukup, hal-hal ini bisa diatur lagi. Turunkan standar, dan coba cari cara agar pengeluaran bisa dikurangi.
Itu saja inti dari mengelola gaji yang belum pulih di masa new normal.
2. Prioritaskan utang
Untuk bisa mengelola gaji dengan lebih baik lagi di masa new normal, coba cek yuk, sampai dengan hari ini, posisi utangmu ada di mana? Masih kurang berapa banyak dan berapa lama?
Selain kebutuhan dasar, cicilan utang harus menjadi top priority dalam usaha kamu mengelola gaji yang belum normal di masa yang sudah “dinormalkan” ini.
Kalau memang perlu, kamu bisa meminta keringanan cicilan pada pihak pemberi pinjaman. Coba cek artikel yang sudah ditautkan ya. Memang sih, aturan stimulus pemerintah ini ditujukan bagi pekerja informal dan harian. Tetapi enggak ada salahnya kamu ajukan, meski kamu adalah karyawan suatu perusahaan, karena pada dasarnya setiap institusi keuangan memiliki kebijakan masing-masing.
Coba dulu boleh, siapa tahu lolos dan bisa membantu keuanganmu kan?
3. Cek dana darurat
Dana darurat akan menjadi jaring pengaman pertamamu untuk bisa survive di masa new normal, sementara gaji belum normal seperti sebelumnya.
Coba cek lagi ya, sebelum kamu benar-benar menggunakan tabungan untuk hidup ataupun mencairkan instrumen yang memang kamu gunakan sebagai dana darurat, seperti reksa dana pasar uang ataupun emas. Kamu harus tetap memperhitungkan setiap detailnya agar penggunaan dana darurat dapat seefektif mungkin.
Jangan lupa untuk mengembalikan dana darurat, begitu krisis ini berlalu.
4. Asuransi kesehatan harus tetap jalan
Yes, seharusnya sih iuran asuransi kesehatan–terutama BPJS Kesehatan dengan subsidi dari kantor–tetap jalan. Coba kamu cek ke bagian HR di kantormu ya. Pastikan iuran tetap dibayarkan, karena asuransi kesehatan seperti halnya kebutuhan dasar, sangat penting untuk tetap diprioritaskan dalam kondisi krisis sekalipun.
Jika kamu terpaksa harus dirumahkan atau terkena PHK, maka segera urus BPJS Kesehatan mandiri, agar iuranmu bisa tetap diteruskan.
5. Investasi jika mampu
Kalau di masa normal sebelumnya, investasi dan/atau menabung bisa kamu lakukan di awal setelah kamu menerima gaji. Tetapi, dalam kondisi krisis–meski kamu tidak disarankan untuk berhenti menabung dan/atau investasi–tetapi kamu bisa menurunkan prioritasnya setelah kebutuhan dasar dan cicilan utang aman.
Investasi di masa sulit mungkin memang akan sulit dilakukan oleh sebagian orang–termasuk mereka yang berstatus karyawan. Ya, kalau memang belum bisa memulai investasi, ya enggak apa. Yang penting, kamu bisa mengelola gaji yang belum pulih ini dengan baik, agar bisa survive sampai semua normal kembali.
Bagaimana? Apakah langkah-langkah mengelola gaji di atas dirasa sulit untukmu? Semoga enggak ya.
Kalau memang kamu merasa kesulitan mengelola gaji di masa new normal, coba usulkan diadakan training keuangan di perusahaan tempat kamu bekerja.
Kesemua hal tersebut bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.