Langkah Pertama dalam Belajar Finansial untuk Pemula
Belajar finansial untuk pemula itu bisa jadi tampak “mengerikan”. Ya gimana enggak ngeri? Pas proses belajar itu, kita jadi tahu semua dosa keuangan kita. Semua borok jadi kelihatan, semua penyakit ketahuan.
Tapi ya, itu memang salah satu prosesnya sih. Kalau memang niat dan mau lanjut, belajar finansial untuk pemula itu sangat mengasyikkan. Apalagi kalau akhirnya kita berhasil membuat keuangan kita sehat, terus akhirnya bisa mewujudkan mimpi, memenuhi cita-cita … wah, rasanya semua kerja keras terbayar.
Betul?
So, meski ngeri-ngeri sedap, ayo, mulai belajar finansial sekarang juga. Enggak usah nunggu duit ada dulu baru mau belajar finansial. Karena siapa tahu, duitnya enggak ada karena kamu enggak mau mulai belajar juga. Mindsetnya coba deh dibenerin.
Table of Contents
Tahap Belajar Finansial untuk Pemula
Belajar tentang keuangan pribadi bisa sangat berguna, terutama untuk pemula yang ingin mengatur keuangan dengan lebih baik.
Berikut adalah beberapa panduan dasar belajar finansial untuk pemula yang bisa kamu ikuti.
1. Financial Check Up
Garis start belajar finansial untuk pemula terbaik adalah dengan mengetahui terlebih dulu kondisi keuanganmu saat ini. So, mulailah mencatat semua pendapatan dan pengeluaranmu setiap bulan. Setelah itu, telusuri apa saja dan bagian mana saja yang sekiranya belum optimal, mungkin terlalu boros atau terlalu sedikit alokasinya. Misalnya, kamu terlalu boros untuk jajan, sementara nabung cuma bisa seratus ribu saja per bulan—itu juga masih disabotase sendiri.
Di QM Financial, kami menyebutnya sebagai financial check up. Seperti halnya medical check up, kamu akan bisa tahu di sebelah mana penyakit dan dosa-dosa keuanganmu dengan financial check up ini.
Baca juga: Financial Check Up dan 5 Alasan Mengapa Penting untuk Dilakukan
2. Belajar tentang Utang
Langkah kedua, karena ini cukup krusial dan sebelum melangkah ke hal-hal lain, kamu perlu belajar dulu tentang konsep utang. Pasalnya, banyak orang punya persepsi yang kurang tepat tentang utang. Ada yang anti banget dengan utang (tapi ngeluh gini-gini aja terus), sementara yang lain hobi banget utang sampai berefek ke semua aspek hidup—sampai susah buat ini itu.
Utang tidak dilarang. Utang juga bukan hal jahat. Utang hanya perlu dikelola dengan baik sehingga memberikan manfaat yang baik juga buat kita.
Supaya kamu bisa memanfaatkannya dengan baik, belajar apa saja syarat utang sehat dan cara membuat rencana keuangan yang baik agar utang bisa terkelola dengan baik.
3. Belajar tentang Dana Darurat
Dana darurat adalah salah satu pos terpenting dalam rencana keuangan. Sebelum ke mana-mana, pemahaman tentang dana darurat sebaiknya sudah kamu miliki dulu. Apa fungsi dan manfaatnya, berapa jumlah idealnya, hingga pengelolaannya.
Dana ini akan sangat berguna dalam situasi tak terduga seperti kehilangan pekerjaan, masalah kesehatan, hingga kalau ada bagian-bagian rumah yang rusak.
4. Belajar Investasi
Investasi adalah hal berikutnya yang bisa kamu pelajari dalam proses belajar finansial untuk pemula. Jangan lagi investasi secara ugal-ugalan, hanya berbekal kata orang. Investasi harus dilakukan dengan pemahaman yang cukup; mulai dari mengerti risikonya sampai tahu karakter instrumennya. Dengan demikian, kamu bisa memanfaatkannya seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan finansial.
5. Belajar Asuransi
Selain dana darurat, ada alokasi lain yang juga sama pentingnya dan punya fungsi perlindungan. Yes, asuransi.
Faktanya, banyak orang yang maunya belajar finansial untuk pemula, tapi lupa belajar asuransi. Banyak pula yang beranggapan, asuransi itu penipuan.
Padahal, yang bersangkutan hanya belum paham cara kerja asuransi. Sayang banget, anti terhadap asuransi tetapi hanya karena kurang pengetahuan, terus jadi enggak terlindungi. Tanpa asuransi, orang bisa terjebak kesulitan keuangan, lebih fatal lagi terjerat utang.
6. Perencanaan Pensiun
Sudah belajar investasi, meskipun mungkin masih jauh, memikirkan tentang pensiun itu penting. Pertimbangkan untuk berinvestasi dalam produk pensiun atau memanfaatkan program pensiun yang ditawarkan oleh pekerjaanmu.
7. Financial Diet
Cobalah untuk mengikuti diet keuangan selama satu bulan. Misalnya, batasi pengeluaran untuk kategori tertentu seperti makanan, hiburan, atau belanja, dan catat hasilnya.
Hal ini membantu memahami kebiasaan pengeluaran pribadi dan memotivasi untuk membuat anggaran yang lebih efektif. Apalagi kalau kamu memang menemukan “penyakit” atau “dosa” saat financial check up. Di financial diet inilah, kamu bisa memperbaikinya.
Baca juga: Diet Finansial, Ini Dia 4 Persamaannya dengan Diet Kesehatand
8. Membuat Catatan Keuangan
Buat catatan keuangan harian atau mingguan. Catat semua transaksi yang kamu lakukan, termasuk keputusan investasi atau tabungan. Review catatan ini secara berkala untuk melihat pola dan area yang mungkin memerlukan perbaikan.
9. Ikut Kelas Finansial
Untuk membantu memperlancar proses belajar finansial untuk pemula, akan lebih lengkap kalau kamu ikutan kelas finansial. Ada banyak penyedia kelas finansial, baik offline maupun online. Tapi, yang paling tepercaya pastinya QM Financial.
Di FCOS QM Financial, ada beragam kelas finansial yang bisa kamu pilih sesuai kebutuhanmu. Kurikulumnya berjenjang, sehingga kamu bisa ikut sesuai dengan tingkat literasi keuanganmu. Yang pertama wajib diambil adalah Blueprint of Your Money.
Dari yang paling basic, kamu bisa belajar seiring dengan perkembangan belajar finansialmu, hingga akhirnya mencapai Advanced. Untuk bisa update kamu bisa mengunjungi website kelas finansial QM Financial atau follow akun media sosial kami.
Belajar finansial untuk pemula enggak harus selalu serius, tegang, dan membosankan. Belajar finansial bisa kok dibikin santai, fun, dan menyenangkan. Itu kalau kamu belajar bareng QM Financial.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Tip Atur Uang buat Freelancer Pemula
Baru merintis karier sebagai freelance pemula itu memang banyak sekali tantangannya. Mulai dari bagaimana cara mendapatkan klien, bagaimana mengelola klien, hingga bagaimana manajemen waktu, semua jadi satu dalam otak seorang freelancer. Apalagi soal manajemen keuangan, yang tak bisa dianggap ringan.
Satu sisi, seorang freelancer memang memiliki fleksibilitas tinggi terkait kinerjanya. Sisi lain, secara keuangan, seorang freelancer juga “sangat fleksibel”, artinya penghasilannya bisa sangat tidak tetap.
Jika salah dalam pengelolaan, bisa jadi menambah beban tekanan dan akhirnya bisa memengaruhi produktivitas si freelancer itu sendiri.
Table of Contents
Mengatur Keuangan untuk Freelancer Pemula
Jadi, jika kamu adalah seorang freelancer pemula saat ini, perlu dipahami bahwa mengelola keuangan sebagai freelancer itu memerlukan pemahaman tentang pendapatan yang sering berubah-ubah.
Enggak kayak pekerjaan tetap, penghasilan dari freelance bisa sangat beragam setiap bulannya. Faktor yang memengaruhi ada banyak, misalnya jenis proyek, jumlah pekerjaan yang didapat, dan tarif yang diberlakukan. Bisa saja dalam beberapa bulan full dan hectic, lalu bulan berikutnya paceklik.
Jadi, buat freelancer pemula, mengatur keuangan ini memang cukup menantang.
Untuk mengelola penghasilan bulanan dan membuat rencana keuangan dengan lebih baik, berikut beberapa hal yang bisa mulai dilakukan.
1. Pisahkan Keuangan dari Keuangan Pribadi
Pekerjaan freelancing juga bisa dianggap sebagai salah satu bentuk bisnis, seperti halnya bisnis kecil yang lain. So, seperti yang selalu diajarkan oleh financial lead trainer QM Financial, Mba Ligwina Hananto, pisahkan keuangan bisnis dari keuangan pribadi, hal ini juga berlaku untuk freelance.
Tujuannya apa? Supaya lebih mudah untuk mengelola keuangan dari bisnis freelance ini, dan tidak tercampur dengan keuangan pribadi.
2. Buat Catatan yang Rapi
Buat catatan keuangan yang rapi, meliputi pemasukan dan pengeluaran dari pekerjaan freelance.
Setiap kali ada invoice atau fee cair, catat dalam pemasukan bisnis. Begitu juga jika ada pengeluaran untuk keperluan pekerjaan freelance, catat dalam pengeluaran.
Misalnya, kamu butuh berlangganan foto di Shutterstock untuk keperluan konten, atau butuh tools untuk memantau pergerakan media sosial untuk mendukung pekerjaanmu sebagai freelance social media strategist. Kebutuhan-kebutuhan ini adalah kebutuhan profesional, sehingga pengeluarannya juga harus dicatat dan nanti juga diperhitungkan.
Catatan keuangan yang detail akan membantumi sebagai freelancer pemula untuk melihat gambaran pola pemasukan dan pengeluaran.
3. Gaji Diri Sendiri
Jika kamu sudah bisa melihat pola pemasukan dan pengeluaran, maka kamu bisa menetapkan berapa banyak uang yang bisa kamu ambil sebagai gaji untuk diri sendiri sebagai freelancer pemula.
Pemasukan sebagai freelancer memang bisa saja tidak tetap, tetapi kamu bisa menerapkan sistem gaji ini sehingga nantinya penghasilan menjadi lebih tetap.
Cara lain adalah dengan menetapkan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan pribadi setiap bulannya. Dengan besarnya kebutuhan ini, kamu pun bisa menetapkan target penghasilan bulan-bulan berikutnya.
4. Diversifikasi Pekerjaan/Klien
Hindari untuk hanya bergantung pada satu jenis pekerjaan atau satu klien. Sebagai freelancer, tentunya kamu punya fleksibilitas tinggi untuk menentukan dengan siapa saja kamu bekerja. Maka, manfaatkan privilege ini dengan sebaik-baiknya. Tentu saja juga dengan tanggung jawab yang penuh dan harus profesional.
Mencari berbagai sumber pendapatan menambah stabilitas finansial dan mengurangi risiko kehilangan semua penghasilan jika salah satu sumber tiba-tiba berhenti.
5. Bangun Dana Darurat
Membangun dana darurat adalah langkah yang sangat penting bagi freelancer pemula. Dana ini akan menjadi penyelamat di masa-masa sulit, terutama selama periode pendapatan yang lebih rendah.
Pisahkan dana darurat ke dalam rekening terpisah, dan tidak boleh diutak-atik jika tidak benar-benar dalam kondisi darurat.
Sebagai freelancer dengan penghasilan yang tidak tetap, ada kemungkinan kamu akan membutuhkan dana darurat yang lebih besar dibandingkan mereka yang memiliki penghasilan tetap. Namun, tak perlu khawatir, sebagai freelancer pemula, yang penting mulai bangun dulu. Mulai dari satu bulan pengeluaran, dan kemudian ditingkatkan seiring waktu. Yang penting disiplin ya.
6. Bijak Pilih Proyek
Perencanaan proyek dan negosiasi kontrak yang baik dapat menjamin aliran pekerjaan yang lebih stabil. Sebagai freelancer, akan ada baiknya—jika memungkinkan—memilih proyek yang enggak hanya menguntungkan tetapi juga berkelanjutan. Dengan begitu, kamu bisa mengamankan penghasilan agar lebih konsisten.
Efisiensi dalam mengatur waktu dan menyesuaikan tarif berdasarkan keahlian serta permintaan pasar juga penting untuk memaksimalkan pendapatan.
Dengan pendekatan yang terorganisir dan adaptif, mengelola penghasilan sebagai freelancer bukan lagi sesuatu yang menakutkan. Memahami dan menerapkan strategi ini membantu dalam menciptakan kestabilan finansial, memungkinkan untuk berkonsentrasi pada pekerjaan tanpa terbebani oleh kekhawatiran keuangan.
Mempersiapkan Masa Pensiun
Duh, baru juga mulai merintis karier sebagai freelancer pemula. Kok sudah ditanya mau pensiun.
Jangan salah! Justru karena kamu masih baru mulai merintis, makanya kamu sudah harus mulai memikirkan pensiun. Pasalnya, semakin cepat kamu mulai membuat rencana pensiun, semakin ringan beban di setiap bulannya.
Perencanaan pensiun merupakan aspek kritis yang sering terabaikan oleh banyak freelancer. Padahal, sebagai freelancer, kamu pasti paham bahwa kamu tidak akan mendapatkan benefit ini dari pemberi kerja.
Tanpa skema pensiun yang disediakan oleh pemberi kerja, freelancer harus proaktif dalam mengamankan masa depan finansialnya sendiri. Memulai perencanaan pensiun sejak dini tidak hanya membantu dalam mengumpulkan dana yang cukup untuk hari tua, tetapi juga memberikan ketenangan pikiran untuk masa depan.
Ada beberapa opsi yang bisa dipilih oleh freelancer untuk mempersiapkan pensiun. Kamu bisa memanfaatkan opsi program pensiun BPJS Ketenagakerjaan dengan mendaftarkan diri secara mandiri. Lalu, ada juga opsi Dana Pensiun Lembaga Keuangan, biasanya diselenggarakan oleh bank atau perusahaan asuransi. Selain itu, kamu juga bisa membangun rencana pensiun secara mandiri dengan memanfaatkan beragam instrumen investasi, mulai dari investasi saham, obligasi, reksa dana hingga properti.
Kenal karakteristik masing-masing, dan manfaatkan dengan bijak.
Setelah itu, tentukan berapa banyak kamu akan berinvestasi untuk dana pensiun. Idealnya, kamu menyisihkan 10 – 20% dari penghasilan untuk berinvestasi. Dalam 10-20 % tersebut, alokasikan sebagian untuk dana pensiun, yang juga sama pentingnya dengan tujuan keuangan lainnya.
Memulai perencanaan pensiun sejak dini memberikan waktu yang lebih banyak untuk pertumbuhan investasi, mengurangi tekanan finansial di kemudian hari. Dengan pendekatan yang disiplin dan strategis terhadap perencanaan pensiun, freelancer pemula nantinya dapat menikmati masa tua dengan keamanan dan kenyamanan finansial.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Mengenal Pos-Pos dalam Laporan Keuangan Pribadi untuk Mengelola Keuangan dengan Bijaksana
Buat mereka yang belum terbiasa, mengelola keuangan pribadi sering kali dianggap sebagai tugas yang membingungkan dan menantang. Namun, dengan pemahaman yang tepat tentang pos-pos dalam laporan keuangan, tugas tersebut bisa menjadi lebih sederhana dan mudah dimengerti.
Catatan atau laporan keuangan pribadi bukan hanya sekadar catatan tentang pengeluaran dan penghasilan doang, melainkan juga gambaran komprehensif dari kondisi keuangan kamu saat ini. Terutama sih, soal sehat atau enggaknya.
Dengan memahami setiap detail dan pos-pos dalam laporan keuangan, kamu akan punya bekal yang diperlukan untuk membuat keputusan yang bijaksana dan strategis. Dari merencanakan pengeluaran bulanan hingga menetapkan tujuan jangka panjang, pengetahuan akan kondisi diri sendiri ini menjadi fondasi untuk mengelola keuangan dengan lebih efektif.
Apalagi kalau kamu punya tujuan untuk bisa meraih kebebasan finansial, mengenal dan memahami pos-pos dalam laporan keuangan pribadi adalah langkah pertama yang esensial.
Jenis Pos-Pos dalam Laporan Keuangan Pribadi
Nah, sebelumnya, laporan keuangan pribadi ini pastinya bersifat pribadi juga. Artinya, pos-pos dalam laporan keuangan ini bisa saja akan berbeda untuk satu orang dengan yang lainnya. Hal ini enggak jadi masalah ya, kamu bisa menyesuaikannya dengan kebutuhan. Yang penting, berikut adalah garis besarnya.
Neraca
Neraca keuangan pribadi merupakan salah satu bentuk catatan atau laporan keuangan pribadi yang memberikan gambaran tentang aset, liabilitas, dan ekuitas pribadi seseorang pada suatu titik waktu tertentu.
Pos-pos dalam laporan keuangan pribadi ini umumnya terdiri atas catatan-catatan berikut ini.
Aset Pribadi
Aset pribadi yaitu catatan segala sesuatu yang kamu miliki yang memiliki nilai ekonomis, mulai dari rumah, kendaraan, dan sebagainya. Terdiri atas:
- Aset Lancar: Aset yang mudah dikonversi menjadi kas atau yang akan digunakan dalam waktu singkat. Misalnya seperti catatan jumlah kas di tangan dan di bank, deposito berjangka, atau berbagai jenis produk investasi jangka pendek misal reksa dana pasar uang dan sejenisnya.
- Aset Tidak Lancar: Aset yang tidak dengan mudah dijual atau digunakan dalam waktu singkat. Contohnya properti seperti rumah atau tanah, kendaraan seperti mobil atau motor, perhiasan, koleksi pribadi misalnya punya koleksi tas branded.
Liabilitas Pribadi
Liabilitas pribadi adalah kewajiban atau utang yang kita miliki. Umumnya terdiri atas:
- Liabilitas Jangka Pendek: Utang yang harus dibayar dalam waktu singkat. Contohnya kartu kredit, paylater, dan sejenisnya. Termasuk utang pribadi pada teman atau keluarga. Ini jangan sampai (pura-pura) lupa ya.
- Liabilitas Jangka Panjang: Utang atau kewajiban dengan jangka waktu pembayaran yang lebih panjang. Misalnya seperti KPR, kredit kendaraan, atau sejenisnya.
Ekuitas Pribadi (Kekayaan Bersih)
Nah, di sini, kita bisa menghitung antara total aset dan total liabilitas yang dimiliki. Dengan kata lain, jika kamu menjual semua asetmu dan membayar semua utang, ekuitas pribadi ini adalah jumlah uang yang kamu miliki. Kita jadi tahu, apakah di sini positif atau negatif.
Laporan Arus Kas
Laporan arus kas atau cash flow dalam konteks keuangan pribadi akan mencatat aliran kas masuk dan keluar dari keuangan seseorang selama periode waktu tertentu. Umumnya pos-pos dalam laporan keuangan ini akan terdiri atas:
Arus Kas Masuk (Penghasilan)
Catatan keuangan ini mencerminkan semua sumber pendapatan atau penerimaan kas selama periode tertentu. Berikut adalah pos-pos dalam laporan keuangan cash flow pribadi yang umumnya ada dari pendapatan:
- Gaji dan Upah: Ini adalah pendapatan utama bagi sebagian besar orang, termasuk gaji, bonus, komisi, atau jenis pendapatan aktif lainnya.
- Investasi: Seperti dividen dari saham, bunga dari deposito berjangka, atau tabungan.
- Sewa: Jika kamu memiliki properti yang disewakan.
- Lainnya: Ini bisa mencakup hal-hal seperti hadiah uang, penjualan barang pribadi, atau pengembalian pajak.
Arus Kas Keluar (Pengeluaran)
Di sini mencakup semua pembayaran atau pengeluaran kas selama periode tertentu. Bisa terdiri atas pengeluaran:
- Rumah Tangga: Seperti sewa atau cicilan rumah, utilitas (listrik, air, gas), dan telekomunikasi (telepon, internet).
- Transportasi: Seperti cicilan mobil, bensin, perawatan, sampai asuransi kendaraan.
- Makanan: Baik untuk belanja bahan makanan atau makan di luar.
- Kesehatan: Seperti premi asuransi kesehatan, biaya dokter, dan obat-obatan.
- Hiburan dan Rekreasi: Seperti bioskop, gym, atau liburan.
- Pembayaran Utang: Meliputi pembayaran kartu kredit, pinjaman pribadi, atau pinjaman lainnya.
- Pengeluaran Lainnya: Seperti pakaian, pendidikan, sumbangan, atau pengeluaran tak terduga.
Hasil Arus Kas (Selisih antara Arus Masuk dan Arus Keluar)
Nah, setelah membandingkan antara arus kas masuk dan keluar, maka kemudian akan muncul catatan berikut:
- Surplus: Jika kamu memiliki lebih banyak uang masuk daripada uang yang keluar.
- Defisit: Jika kamu menghabiskan lebih banyak uang daripada yang kamu terima.
Tips Mengelola Keuangan dengan Bijaksana
Mengelola keuangan pribadi dengan bijaksana membutuhkan pemahaman mendalam tentang pos-pos dalam laporan keuangan kamu. Berikut adalah beberapa tip yang berhubungan dengan pos-pos dalam laporan keuangan pribadi seperti di atas.
1. Pahami Sumber Penghasilanmu
Di bawah pos pendapatan dalam laporan arus kas, catat setiap sumber pendapatan kamu, baik itu gaji, pendapatan investasi, atau pendapatan lainnya. Ini membantumu untuk mengetahui seberapa stabil penghasilan yang kamu dapatkan, dan dari mana saja sumber-sumber tersebut berasal.
2. Kategorikan Pengeluaranmu
Dengan memahami pengeluaranmu berdasarkan kategori (misalnya, makanan, transportasi, hiburan), kamu dapat menentukan area mana yang mungkin memerlukan pemangkasan atau pengelolaan lebih lanjut.
3. Tinjau Liabilitas atau Kewajibanmu
Di neraca pribadi, liabilitas adalah utang yang harus kamu bayar. Dengan memahami jumlah dan jenis utangmu, kamu dapat merencanakan strategi pembayaran yang lebih efisien.
4. Jaga Keseimbangan Aset
Kenali asetmu, baik lancar maupun tidak lancar. Aset lancar seperti tabungan harus mudah diakses untuk kebutuhan mendesak, sedangkan aset tidak lancar seperti properti atau investasi dapat memberikan imbal hasil jangka panjang.
5. Tentukan Kekayaan Bersihmu
Dengan mengurangkan total liabilitas dari total aset yang kamu miliki, kamu akan mendapatkan gambaran tentang kekayaan bersihmu. Jika angkanya positif dan meningkat dari waktu ke waktu, itu adalah tanda pengelolaan keuangan yang kamu lakukan sekarang sudah baik. Kalau belum, maka kamu masih punya waktu untuk mengutak-atiknya, hingga bisa mendapatkan hasil yang lebih baik ke depannya.
Dengan begini, kamu juga tahu, apakah kebutuhan esensialmu bisa dipenuhi dengan baik tanpa kesulitan?
6. Buat Anggaran dan Ikuti
Setelah memahami arus kas kamu, buatlah anggaran bulanan. Ini membantumu memastikan bahwa pengeluaran enggak melebihi pendapatan dan kamu dapat menabung untuk tujuan jangka panjang.
7. Evaluasi secara Berkala
Setidaknya sekali setiap kuartal, review kembali pos-pos dalam laporan keuangan kamu. Ini memberikan kesempatan untuk menyesuaikan kebiasaan yang kamu lakukan selama ini dengan perubahan dalam pendapatan atau kebutuhan.
8. Siapkan Dana Darurat
Berdasarkan laporan arus kas, tentukan sejumlah uang untuk disisihkan sebagai dana darurat. Ini akan membantumu dalam menghadapi situasi tak terduga tanpa harus berutang.
9. Fokus pada Pengurangan Utang
Jika Anda memiliki liabilitas, tentukan strategi untuk menguranginya, apakah dengan metode snowball atau avalanche. Keduanya menekankan pada pembayaran utang dengan cepat.
10. Investasikan dengan Bijaksana
Setelah memahami posisi keuangan kamu, pertimbangkan untuk mulai berinvestasi. Ini bisa membantu meningkatkan asetmu dalam jangka panjang.
Dengan pemahaman mendalam tentang pos-pos dalam laporan keuangan pribadi dan menerapkan tip di atas, kamu akan lebih siap untuk mengambil kendali penuh atas keuanganmu sendiri, dan membuat keputusan yang bijaksana untuk masa depanmu.
Pengin tahu lebih banyak tentang serba-serbi pengelolaan cash flow keuangan pribadi? Yuk, ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Mulai Tahun Baru 2023, dengan 5 Hal Keuangan yang Harus Lebih Baik Ini
Apa kabar tahun baru? 2023 sudah menginjak minggu kedua, saat artikel ini ditulis. Sudah punya resolusi keuangan belum? Sudah moveon dari liburan akhir tahun kemarin kan? Sudah siap untuk menjadikan tahun 2023 lebih baik daripada yang sebelumnya?
Yes, pergantian tahun umumnya dimanfaatkan untuk membangun semangat baru. Apalagi soal keuangan nih, harus banget baru semangatnya. Banyak hal yang kurang oke sebaiknya biar ikut ditinggalkan saja bareng tahun 2022. Di tahun baru 2023, keuangan harus lebih baik—yang dimulai dengan memiliki kebiasaan yang baik juga.
Hal keuangan apa saja yang harus lebih baik di tahun baru 2023? Ini dia beberapa di antaranya.
Hal Keuangan yang Harus Lebih Baik di Tahun Baru 2023
1. Catatan keuangan yang lebih rapi
Tahun sudah berganti, ya masa keuangannya masih berantakan. Coba yuk, dicek, barangkali keuanganmu masih berantakan karena catatan keuanganmu belum rapi—masih banyak bolongnya, masih sering enggak tahu uang ke mana, dan sebagainya. Jadi, ya pantas saja cash flow masih berantakan kan?
Yuk, dirapikan! Awal tahun adalah garis start yang pas untuk memulai kebiasaan baru. Buat catatan keuangan lebih rapi, agar kamu tahu pola dan kondisi keuangan dengan lebih pasti sehingga kamu bisa membuat perencanaan keuangan yang lebih komprehensif juga.
2. Siap untuk tujuan keuangan berikutnya
Seiring tahun yang berganti, tujuan keuangan bisa jadi lebih dekat. So, coba cek dan cermati, tujuan keuangan apa saja yang harus dipenuhi tahun ini. Misalnya, harus bayar uang pangkal sekolah anak. Atau harus lunasi DP tahun ini, dan sebagainya.
Segera tentukan langkah yang perlu diambil terkait tujuan keuangan yang semakin dekat. Mungkin perlu mencairkan asetnya bulan ini, atau bulan depan? Jangan lupa, sebagian aset butuh waktu untuk bisa dicairkan ya. Jangan sampai kelupaan, dan berakhir pas uang dibutuhkan, aset belum juga bisa menjadi cash. Jadi harus mencari alternatif solusi lain kan?
Sementara itu, mungkin juga tahun ini kamu perlu melangkah ke fase berikutnya setelah sebelumnya berhasil mencapai titik tertentu. Misalnya saja, dana darurat sudah bisa dipenuhi secara ideal tahun 2022 kemarin. Nah, berikutnya, kamu perlu punya asuransi jiwa. So, ada baiknya mulai direncanakan juga, terutama soal menghitung uang pertanggungan yang sesuai besarnya.
Yuk, fokus pada tujuan dan berbagai langkah realistis untuk bisa semakin dekat dalam pencapaiannya di tahun baru 2023 ini.
3. Lebih baik dalam menentukan prioritas
Kita itu banyak maunya. Ya, itu wajar. Selama kita masih hidup, kita pasti akan banyak maunya. Namun tentu saja harus disesuaikan dengan kemampuan. Nah, antara “mau” dan “kemampuan” ada yang namanya prioritas. Prioritas yang akan menentukan, kebutuhan mana dulu yang bisa direalisasikan. Pasalnya kemauan yang banyak kadang memang tidak disertai kemampuan yang seimbang. Kalau enggak imbang, kita bisa jadi halu. Dan halu sudah pasti akan berbahaya bagi hidup (baca: keuangan) kita.
Di tahun baru 2023, yuk, lebih baik lagi dalam menentukan prioritas. Memang dalam setiap hal yang ingin kita capai, akan ada pengorbanan yang perlu dilakukan. Tapi, demi kondisi yang lebih baik, ya mengapa tidak kan? Di sinilah prioritas berperan.
Apalagi masih banyak lo, yang suka sabotase rencana keuangan sendiri gara-gara masih sulit membedakan keinginan dan kebutuhan. Nah, coba diingat-ingat lagi. Apakah kamu—dalam 2 minggu pertama ini—masih melakukan hal yang sama? Jika iya, yuk, ini waktu yang tepat untuk kembali mengatur dan memilah, mana kebutuhan dan mana keinginan semata. Bukannya tidak boleh menuruti keinginan, tetapi kembali lagi ke soal prioritas. Pasalnya, sumber daya kita juga terbatas kan? Ingat, kita masih akan banyak kebutuhan yang sangat penting sampai jauh ke depan lo!
4. Portofolio investasi yang lebih baik dan produktif
Tahun baru 2023 juga seharusnya bisa jadi garis awal baru untuk memastikan portofolio investasimu berkembang dengan lebih baik.
Sudah enggak zamannya lagi FOMO-an, atau asal investasi terhadap berbagai instrumen tanpa kamu analisis secara mendalam terlebih dahulu. Justru, sekarang waktu yang tepat untuk bisa melihat dan mereview, apakah portofoliomu sudah cukup produktif dan apakah sudah sesuai dengan tujuan keuangan yang ingin kamu capai.
5. Lebih produktif
Buat yang di tahun 2022 masih hanya memiliki satu stream income saja, yuk, coba buat rencana untuk mendiversifikasikan sumber penghasilan yang bisa kamu dapatkan.
Ada banyak sumber pemasukan yang bisa dimanfaatkan lo. Misalnya seperti kerja lepas atau paruh waktu, bisnis, hingga royalti. Kamu sesuaikan dengan kondisi serta kemampuan, dan tambahlah penghasilan di tahun baru 2023.
Nah, itu dia sederet hal keuangan yang seharusnya lebih baik di tahun baru 2023. Gimana? Ada yang memang sudah masuk ke dalam daftar resolusimu? Jika iya, selamat dan nikmati prosesnya. Ingat, hasil tak akan mengingkari usaha.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Step by Step Melakukan Review Keuangan Akhir Tahun 2022 agar Lebih Baik di Tahun 2023
Sudah menjelang akhir tahun 2022 nih. Enggak terasa ya? Bagaimana tahun ini untukmu? Apakah lebih baik dari tahun 2021? Akhir tahun biasanya memang jadi momen tepat untuk melakukan refleksi dan introspeksi, ya kan? Termasuk dalam hal keuangan. Apakah kamu sudah siap untuk melakukan review keuangan akhir tahun?
Memangnya harus ya?
Pentingnya Review Keuangan Akhir Tahun
Ya, kalau harus sih enggak. Tapi ada banyak manfaat yang bisa kamu dapatkan dari review keuangan akhir tahun ini lo. Di antaranya:
- Kita bisa melakukan evaluasi terhadap apa yang sudah kita lakukan sepanjang tahun 2022 ini. Apakah kita sudah mengeksekusi rencana-rencana yang kita buat atau masih sekadar wacana?
- Apa saja rencana atau tujuan yang berhasil kita wujudkan?
- Apa saja rencana yang belum berhasil terealisasikan?
- Mengapa ada rencana yang belum bisa direalisasikan?
- Apakah ada kesalahan yang membuat rencana tersebut gagal atau tertunda?
- Apa yang menjadi hambatan tahun 2022 ini?
Nah, dari pertanyaan-pertanyaan itu saja, sepertinya kamu akan mendapatkan banyak insight dan PR yang bisa kemudian kamu kerjakan di tahun 2023 agar hidupmu lebih baik. Kamu bahkan bisa menambah berbagai pertanyaan lain sebagai bahan refleksi dan review sehingga hasilnya akan lebih lengkap dan detail, yang kemudian bisa kamu pergunakan sebagai bahan pertimbangan membuat perencanaan keuangan yang lebih baik lagi.
Jika masih bingung, bagaimana cara melakukan review keuangan akhir tahun, berikut ini ada beberapa langkah yang bisa kamu lakukan. Simpel saja kok!
Step by Step Review Keuangan Akhir Tahun
1. Cek catatan keuangan
Jika kamu sudah punya catatan keuangan yang cukup rapi di tahun 2022, maka review keuangan akhir tahun bisa kamu mulai dari sini. Cek kondisi cash flow saat ini, apakah surplus atau minus. Bagaimana kondisi setiap pos keuangan? Apakah sudah cukup efisien? Atau sepertinya, ada yang perlu diefisienkan lagi, karena kemarin masih terlalu boros?
Misalnya saja, pos lifestyle kok ternyata lebih dari 20%, sementara investasi masih di proporsi 10%. Mungkin di tahun 2022, di setiap tanggal kembar kamu selalu nggak pernah absen dari sale dan program promo?
Meski mungkin masih terkendali, tetapi coba dipertimbangkan, barangkali tahun depan kamu bisa menambah persentase investasi, agar tujuan keuangan bisa lebih cepat tercapai.
2. Adakah kondisi yang berubah?
Misalnya saja, pemasukan yang berkurang atau bertambah?
Mungkin, pantas saja biaya lifestylemu membengkak. Gajimu juga naik soalnya tahun 2022 ini. Ya, tentunya bersyukur sih, naik gaji gitu lo. Tapi, bukan berarti lantas biaya lifestyle juga harus naik. Mungkin ada pos lain yang akan lebih baik ditambah proporsinya demi kebaikan dirimu sendiri. Dana darurat, misalnya, apakah sudah aman?
Apakah sekarang jumlah tanggunganmu bertambah, atau malah berkurang? Apakah tahun depan, bakalan ada tujuan keuangan yang harus diwujudkan? Sekolah anak, misalnya?
Nah, hal-hal seperti ini bisa mengubah kondisi keuangan, dan kamu akan lebih leluasa membuat rencana atau mencari solusi jika melakukan review keuangan akhir tahun.
3. Cek dana darurat
Tahun 2022 ini, apakah dana daruratmu sudah aman?
Ingat, bahwa jumlah ideal dana darurat seharusnya minimal adalah 4 kali pengeluaran rutin bulanan. Semakin banyak tanggungan, maka jumlah ideal dana darurat juga akan lebih besar. So, kalau ternyata jumlah tanggunganmu bertambah tahun ini—misalnya tahun 2022 kemarin kamu dikaruniai anak—maka segera buat rencana untuk menambah dana darurat tahun depan.
Jika ternyata tahun 2022 kamu masih belum punya dana darurat, kamu juga bisa mulai membuat rencana untuk membangun dana darurat. Satu bulan, dua bulan enggak apa, yang penting mulai aja dulu. Cek kemampuanmu untuk menyisihkan beberapa persen dari penghasilan untuk bisa membuat dana darurat ini ya.
4. Review portofolio
Nah, biasanya review keuangan akhir tahun juga bisa dilakukan sekaligus dengan melakukan review terhadap portofolio investasi.
Cek bagaimana posisi portofolio investasimu sekarang, terutama terhadapp tujuan keuangan yang sudah ditentukan. Apakah bertumbuh sesuai harapan, atau belum? Jika memang belum maksimal, kamu bisa membuat rencana untuk memperbaiki komposisinya tahun depan. Misalnya, kamu tambah porsi instrumen agresifnya, atau malah memindahkan dari instrumen agresif ke instrumen yang lebih rendah risiko.
Semua kembali pada profil risiko, kebutuhan, dan juga kemampuanmu ya. Ingat, #TujuanLoApa?
5. Cek tujuan keuangan
Apakah ada tujuan keuangan yang sudah dicapai di tahun 2022 kemarin? Jika ada, apa saja? Apakah tujuan tersebut menambah aset? Jika iya, maka jangan sampai lupa untuk menambahkannya dalam catatan keuanganmu.
Apakah ada tujuan keuangan yang harus kamu capai di tahun 2023 besok? Bagaimana posisinya sekarang? Apakah dananya sudah siap? Jika masih kurang, kurang berapa? Jika sudah siap, cek apakah perlu dipindahkan ke instrumen yang lebih rendah risiko atau tidak.
Nah, dari sini, kamu bisa melanjutkan aktivitas review keuangan akhir tahun kamu sampai menyeluruh. Jangan lupa untuk ajak pasanganmu sekalian, jika kamu sudah berkeluarga ya, agar kedua belah pihak tahu kondisi keuangan keluarga yang sebenarnya sehingga akan lebih mudah menentukan arah selanjutnya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
6 Aplikasi Laporan Harian Keuangan Pribadi yang Bisa Dicoba
Sudah sadar bahwa membuat catatan keuangan itu penting. Tapi, males banget bikin secara manual. Males juga mesti buka-buka Excel setiap kali mau mencatat. Nah, ada yang lebih praktis nih, thanks to technology! Sekarang, ada banyak aplikasi laporan harian keuangan pribadi yang gampang banget dipakainya.
Ya, teknologi memang memudahkan—meskipun ya bisa juga membuat kita terlibat kesulitan. Pinter-pinternya kita saja kan, mau memilih pemanfaatan yang mana?
Nah, aplikasi laporan harian keuangan yang bisa didownload di smartphone kamu ini memang bisa membantu banget. Apalagi yang sekarang, biasanya fiturnya juga semakin lengkap. Nggak cuma bisa mencatat pemasukan dan pengeluaran, sampai bisa reminder dan bisa dihubungkan ke akun bank juga. Hanya saja, kamu perlu berhati-hati ya, jangan sampai menggunakan aplikasi abal-abal yang justru mengancam keamanan keuanganmu.
So, berikut ini deretan aplikasi laporan harian keuangan yang bisa kamu coba. Disclaimer on ya: daftar berikut ini bukanlah rekomendasi, melainkan sekadar tambahan pengetahuan untuk kamu. Silakan diunduh secara bertanggung jawab, cari tahu dulu review dan legalitas aplikasinya. Kamu pasti sudah hafal betul caranya.
Aplikasi Laporan Harian Keuangan yang Praktis dan Bisa Dicoba
Money Lover
Money Lover adalah salah satu aplikasi laporan harian keuangan yang cukup populer. Di PlayStore, ratingnya mencapai 4.6, dan merupakan salah satu Editor’s Choice. Aplikasinya sendiri juga cukup ringan, tak sampai 50 MB.
Mengatur keuangan dengan Money Lover sangat mudah. Tersedia berbagai fitur, termasuk memisahkan pengeluaran per pos, dan juga memisahkan anggaran per tujuan keuangan. Nantinya, di akhir bulan, kamu juga bisa mengevaluasi pengeluaran yang sudah dilakukan dengan mudah. Kamu langsung bisa melihat bagian mana yang paling besar dan paling sedikit, karena secara otomatis, aplikasi ini akan memberikan report-nya.
Money Lover juga bisa dikoneksikan dengan akun bank dengan mudah. Tetapi sekali lagi, disclaimer on ya.
Monefy
Aplikasi laporan harian keuangan lainnya yang mungkin bisa kamu pertimbangkan juga adalah Monefy. Ratingnya juga mencapai 4.6, dan aplikasinya lebih ringan lagi, yaitu 9.5 MB saja, sehingga enggak memberatkan smartphone kamu.
Fitur Monefy juga cukup lengkap. Kamu bisa memisahkan pengeluaran berdasarkan pos-pos yang sudah ditentukan, dan juga pada akhir bulan kamu bisa melakukan evaluasi dengan mudah, karena sudah dibuatkan oleh aplikasinya.
Di Monefy, kamu bisa membuat beberapa akun sekaligus, yang disesuaikan dengan kebutuhanmu. Ada free version dan paid version. Yang versi berbayar, sudah pasti akan lebih lengkap fiturnya. Tetapi, kalau kamu butuh yang sederhana, yang versi gratisannya pun sudah cukup oke.
Money Manager
Aplikasi laporan harian keuangan Money Manager ini dirating rata-rata 4.7 oleh penggunanya, dan sudah didownload oleh lebih dari 1 juta pengguna. Memang cukup populer ya.
Mencatat aktivitas keuangan di Money Manager, kamu bisa memisahkannya berdasarkan kategori yang kamu tentukan sendiri. Tersedia berbagai personalisasi icon yang bisa kamu pilih. Catatannya bisa dipisahkan secara harian, mingguan, bulanan, hingga per tahun. Money Manager ini juga multicurrency loh. Cocok buat kamu yang sering bertransaksi dengan mata uang yang berbeda-beda. Jadi enggak perlu ngecek kurs ke tempat lain lagi deh.
Sinkronkan dengan software-nya yang diinstal di laptop, supaya lebih efisien.
1Money
Aplikasi laporan harian keuangan berikutnya yang bisa dipertimbangkan adalah 1Money. Mendapatkan rating 4.8 di PlayStore, dan sudah didownload oleh lebih dari 5 juta pengguna, membuat aplikasi ini juga salah satu yang terpopuler.
Menurut review penggunanya di Android, aplikasi ini mengedepankan fungsionalitas, sehingga enggak terlalu banyak gimmick ada di dalamnya. Selain memisahkan anggaran per pos, aplikasi ini juga akan menyediakan report di akhir bulan seperti yang kamu butuhkan. Tinggal lakukan evaluasi saja dengan mencermati grafik-grafik yang sudah ada. Asyik kan? Nggak perlu menghitung manual lagi.
Wallet
Aplikasi Wallet juga merupakan salah satu aplikasi laporan harian keuangann yang populer, dengan sudah diunduh oleh 5 juta lebih pengguna dan mendapatkan rating 4.9 di PlayStore.
Selain memisahkan per pos pengeluaran, kamu juga bisa membuat rekam jejak untuk mencapai tujuan finansial loh. So, semakin mudah deh memonitor perkembangan asetmu demi memenuhi tujuan keuangan. Di aplikasi ini, kamu juga bisa mengatur limit pengeluaran. Nantinya, aplikasi ini dapat mengirimkan notifikasi jika pengeluaranmu sudah mendekati limit tersebut.
Asyik kan?
MyMoney
Nah, aplikasi laporan harian keuangan yang ini sepertinya punya interface yang paling artistik sih. Namun, hal ini subjektif ya, dan relatif jika dibandingkan dengan aplikasi yang lain.
Fiturnya juga beragam, mulai dari catatan penghasilan dan pengeluaran, chart evaluasi pengeluaran beserta expense flow, juga ada budget planner. Kamu juga bisa membuat berbagai akun di sini, misalnya dipisahkan antara pengeluaran sehari-hari, pengeluaran dengan kartu kredit, pengeluaran untuk tabungan dan investasi, dan sebagainya.
Rating aplikasi MyMoney ini cukup tinggi, yakni 4.9, dan sudah diunduh oleh 100 ribu lebih pengguna.
Nah, cukup banyak kan opsi aplikasi laporan harian keuangan yang bisa kamu pilih? Mengelola keuangan hingga mengevaluasi keuangan jadi enggak rumit dan malesin lagi deh.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Belajar Neraca Keuangan, yuk! Kamu Bisa Mulai dari Sini!
Belajar bikin neraca keuangan itu memang enggak terdengar seksi sih. Enggak sehype belajar bahasa Korea, atau belajar kripto. Ya kan? Tapi, belajar neraca keuangan ini justru jadi dasar dalam pengelolaan keuangan loh. Jadi, sebaiknya sih enggak disepelekan.
Kadang yang dipahami adalah belajar neraca keuangan itu cuma dibutuhkan oleh mereka yang pengin jadi pengusaha. Nah, ini pemikiran yang keliru loh. Pasalnya, nggak cuma pengusaha yang butuh, semua orang seharusnya belajar neraca keuangan dulu, sebelum beranjak ke hal-hal keuangan yang lain. Kamu yang punya banyak cita-cita dan mimpi, bisa tuh mulai merencanakan untuk mewujudkannya dengan langkah awal belajar neraca keuangan.
Apa Itu Neraca Keuangan?
Neraca keuangan memang merupakan istilah akuntansi, sehingga buat yang awam, dengar saja ibaratnya bisa auto pusing.
Padahal ya biasa saja. Dalam neraca keuangan memang ada laporan keuangan yang merincikan kekayaan yang kita miliki. Di situ ada catatan pengeluaran dan penghasilan, ada catatan utang juga, pun ada catatan aset yang sudah kita punya. Untuk keperluan pribadi, neraca keuangan tidak sekompleks jika digunakan untuk keperluan perusahaan. Jadi, jangan dulu pusing dengan istilah yang ada.
Meskipun bukan pengusaha, belajar keuangan itu sangat penting dilakukan, terutama soal mencatat arus kas. Pasalnya, dengan catatan keuangan yang baik, pengelolaan keuangan pun akan lebih mudah bahkan sampai jangka panjang. Untuk melakukannya, kamu bisa menggunakan software atau aplikasi keuangan, atau bisa juga secara manual.
Beberapa bagian yang perlu diperhatikan dalam belajar neraca keuangan:
- Sumber penghasilan dan jumlahnya, tak hanya penghasilan aktif tetapi juga penghasilan pasif, jika ada. Jangan lupa juga untuk mencatat penghasilan tahunan.
- Pos-pos pengeluaran bulanan, biasanya terdiri atas belanja rutin, cicilan utang, investasi, sosial, dan lifestyle. Kamu bisa menambahkan sesuai kondisi.
- Pos pengeluaran tahunan, yang harus dialokasikan dengan teliti karena biasanya nominalnya besar
- Posisi utang, baik utang produktif maupun konsumtif
- Kepemilikan aset, baik yang bergerak atau tidak bergerak, yang produktif maupun konsumtif
- Hal-hal lain yang berkaitan dengan rencana keuangan pribadi
Pentingnya Belajar Neraca Keuangan
Apa manfaatnya belajar neraca keuangan?
Well, di atas sudah sedikit disinggung, bahwa belajar neraca keuangan bisa jadi langkah dasar bagi kamu untuk mengelola keuangan dengan lebih baik lagi. Kamu mau belajar investasi, belajar saham, belajar kripto, belajar membangun aset, semuanya enggak akan dapat berhasil dengan baik kalau dasar pengelolaan keuangan kamu belum kuat. Dan, dasar pengelolaan keuangan ada pada belajar neraca keuangan.
Selain itu, dengan belajar neraca keuangan, kamu juga belajar untuk membuat standar keuangan sehat untuk dirimu sendiri. Nantinya, kamu bisa melakukan review dan evaluasi untuk memastikan bahwa kebutuhanmu sampai jauh ke depan bisa terpenuhi dengan baik.
Belajar Neraca Keuangan, Mulailah dari Sini!
Mau belajar neraca keuangan? Kamu bisa mulai dengan langkah-langkah berikut ini.
1. Kumpulkan catatan keuangan
Kumpulkan catatan pengeluaran dan juga penghasilan yang bisa dipakai untuk mengisi neraca, mulai dari nota-nota, faktur, dan sebagainya. Kalau kamu biasa cashless, ini malah lebih baik, karena biasanya semua pengeluaran dan pemasukan justru sudah tercatat dengan rapi pada aplikasi yang kamu gunakan. Mau lebih rapi? Tinggal disalin ke dalam catatan.
2. Siapkan neraca
Kamu bisa membuatnya dalam Excel, dengan aplikasi keuangan yang bisa diunduh langsung ke smartphone, atau bisa juga dengan buku catatan manual. Pilih sesuai preferensi, dan yang paling nyaman untukmu.
Neraca terdiri atas pada umumnya terdiri atas 3 bagian, yaitu penghasilan, pengeluaran, dan aset. Nah, tinggal per bagian bisa kamu bagi lagi sesuai kondisi. Misalnya, penghasilan ada penghasilan aktif yaitu gaji dari kantor, ada juga penghasilan pasif misalnya hasil menyewakan properti. Ada juga penghasilan sampingan, jika ada. Pengeluaran bisa dibagi per pos, atau buat yang lebi sederhana: belanja dan kewajiban. Bisa juga dibagi per periode, misalnya pengeluaran bulanan dan tahunan. Sementara aset, bisa dibagi lagi misalnya aset produktif, misalnya kos-kosan atau mobil yang disewakan, termasuk jika kamu punya sejumlah investasi, dan aset konsumtif, misalnya kendaraan yang dipakai sendiri, emas perhiasan, handphone, laptop, dan sebagainya.
3. Isi nilainya
Untuk langkah selanjutnya, isi nilai masing-masing bagian. Per bagian tentu butuh kecermatan.
Biasanya yang agak membingungkan adalah di bagian aset. Sedikit pro tips, isilah nilai aset properti dengan harga jualnya, yaitu harga jika properti tersebut kamu jual. Misalnya, kamu membeli rumah secara KPR. Ketika KPR lunas nanti, nilai rumah tersebut adalah harga beli ditambah bunga KPRnya. Harga jual adalah harga beli ditambah KPR yang masih diperhitungkan dengan keuntungan. Jika lokasi rumah cukup strategis, bisa jadi nilainya akan sangat lebih tinggi daripada saat beli.
Lakukan hal yang sama dengan aset lain yang bernilai ekonomis lebih besar daripada harga beli. Misalnya seperti surat-surat berharga, ataupun emas.
4. Buat track record utang
Utang adalah kewajiban yang enggak boleh dilalaikan. Buatlah track record uang, yang meliputi jumlah pinjaman, jatuh tempo, dan besarnya cicilan. Dengan begini, kamu bisa mengevaluasinya, dan dapat mengantisipasi hal-hal yang mungkin menghambat.
Belajar neraca keuangan juga akan membuatmu lebih bijak ketika mempertimbangkan untuk berutang.
5. Buat track record tujuan keuangan
Belajar neraca keuangan juga dapat membantumu untuk membuat rencana untuk mencapai berbagai tujuan keuangan. Sebut saja seperti membeli rumah pertama, menyekolahkan anak setinggi mungkin, hingga mewujudkan masa pensiun yang sejahtera dan mandiri.
Buat track record masing-masing tujuan keuangan, sehingga kamu bisa tahu bagaimana perkembangannya. Hal ini nantinya juga akan memudahkanmu untuk melakukan review secara berkala, sehingga memastikan bahwa tujuan bisa tercapai dengan paripurna.
Nah, itu dia beberapa hal yang bisa didapatkan dari belajar neraca keuangan dan juga bagaimana memulainya.
Tertarik untuk belajar neraca keuangan lebih jauh lagi?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Siap Finansial untuk Menghadapi The New Normal dalam 5 Langkah
Pandemi COVID-19 tidak akan segera berlalu, sementara kita sudah harus siap menghadapi the new normal–tatanan baru dalam berkehidupan, dengan fokus untuk menjaga kesehatan diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita.
Suka nggak suka, siap nggak siap, sepertinya memang kita tak bisa berdiam lebih lama lagi di rumah. Kegiatan ekonomi yang terhenti tentu akan membawa dampak yang lebih buruk untuk semua orang yang hidup di Indonesia, bahkan dunia.
So, mari kita bersiap. Apa saja yang harus disiapkan untuk menghadapi era the new normal ini, utamanya dalam hal finansial? Yuk, simak terus sampai selesai ya!
5 Hal Finansial yang Harus Disiapkan untuk Menjalani The New Normal
1. Ubah gaya hidup sebelumnya
Tanpa bermaksud menghakimi, mungkin kamu punya gaya hidup yang harus diperbaiki selama pandemi COVID-19 datang; nggak bisa menahan diri untuk belanja-belanji barang-barang konsumtif, gesek kartu kredit sana-sini, enggak bisa nabung untuk dana darurat, FOMO, dan seterusnya.
So, setelah terhantam oleh pandemi dan merasakan “akibat”-nya, sekarang saatnya kamu mengevaluasi diri. Pelajaran finansial seperti apa yang sudah kamu pelajari selama pandemi ini? Adakah dari dirimu yang harus diperbaiki? Adakah gaya hidup yang harus diubah?
Kalau memang kamu merasa ada yang kurang dan ada yang bisa diperbaiki, yuk, perbaiki. Karena financial is personal, maka kamu sendiri yang bisa memutuskan, apa yang bisa diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya. So, take your time untuk mengatur keuangan kamu, dan semoga ke depannya lebih baik.
2. Catat keuangan
Salah satu hal yang harus kamu siapkan untuk menghadapi the new normal adalah catatan keuangan. Karena kita akan menghadapi banyak hal yang berubah di depan, sehingga kebiasaan kita pun harus disesuaikan dan pola keuangan kita pun bisa jadi berubah juga.
Jadi, ayo, mulai catat keuanganmu lagi dengan rapi dan detail. Berapa penghasilanmu setiap bulan? Ada tambahan apa saja, selain gaji? Adakah perubahan nominal di gaji bulanan? Apa saja pengeluaranmu sekarang? Apa yang berubah; pos pengeluaran mana yang lebih banyak, dan mana yang lebih sedikit?
Catat lagi ya, sehingga beberapa bulan kemudian, kamu bisa melihat pola barunya. Setelah itu, kamu pasti akan bisa menyesuaikan diri lagi dengan situasi yang baru.
3. Review tujuan keuangan
Misalnya saja, untuk beberapa waktu ke depan, kamu mungkin enggak akan liburan dulu ke luar negeri. Meski banyak negara sudah melonggarkan lockdown, tapi penjagaan masih ekstra ketat. Jadi, tabungan dana liburanmu mungkin bisa dialokasikan ke hal lain yang bermanfaat. Untuk memperkuat dana darurat, misalnya.
Atau, biaya menikah. Di era the new normal nanti, resepsi dan upacara pernikahan hanya boleh dihadiri oleh undangan yang sangat terbatas; 40 orang saja. Jadi, kamu bisa mengalokasikan kelebihan dana menikah ke hal lain.
Atau, karena kondisi investasi saham masih sangat volatile, maka kamu perlu rebalancing di instrumen investasi lain demi dana pensiun terselamatkan.
Nah, ini juga butuh waktu buat ngelamun nih, berarti. Take your time ngelamun deh, kalau gitu ya.
4. Lebih bijak berutang
Salah satu pelajaran penting yang bisa kamu petik selama pandemi dalam mengatur keuangan adalah jangan membuat utang yang melebihi kemampuan. Banyak loh, yang terjebak utang di tengah masa pandemi, yang berakibat mereka gali lubang tutup lubang. Padahal pekerjaan juga lagi enggak pasti.
Sedih banget enggak sih?
Makanya, setelah masuk the new normal, ada baiknya kamu lebih bijak untuk berutang. Utang apa pun itu; utang kartu kredit, kredit blender, gawai, terlebih pinjaman online.
Yuk, pikirkan secara matang jika memang kamu butuh berutang. Setidaknya, kamu harus benar-benar yakin bahwa kamu mampu membayarnya.
5. Tetap pantau dana darurat
Nah, jadi yakin kan, kalau dana darurat itu sangat penting? So, jangan sampai melakukan kesalahan yang sama lagi.
Dana darurat memang kayak duit nganggur. Serasa gatel aja pengin dipakai; enakan diputer buat usaha apa, atau buat belanja “kebutuhan” ini itu. Tapi, ingat loh, dana darurat itu adalah jaring pengaman ketika kondisimu lagi darurat. Memang sepintas nganggur, tapi justru enggak boleh diganggu.
Jadi, coba cek, berapa kebutuhan dana daruratmu yang paling ideal? Dan, bagaimanakah posisinya sekarang? Apakah sudah sesuai, atau belum? Kalau belum, di masa the new normal nanti, kamu harus menjadikannya sebagai tujuan keuangan utamamu sebelum yang lainnya.
Nah, di samping ke-5 hal finansial di atas, hal lain yang harus disiapkan juga untuk menghadapi the new normal adalah soal kesehatan. Sekarang kesehatan benar-benar mahal harganya. So, jaga kesehatanmu, jangan sampai sakit. Ada baiknya, kamu menambah ekstra pos pengeluaran di sini, untuk kebutuhan tambahan vitamin, suplemen, dan alat kesehatan lain, seperti masker, face shield, hand sanitizer, dan seterusnya. Cek juga asuransi kesehatanmu ya, jangan sampai kendur.
So, siap untuk menghadapi the new normal sekarang? Semangat ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi saat the new normal datang! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Penyebab Masalah Keuangan Pengantin Baru yang Perlu Diwaspadai Sejak Awal
Masa-masa masih berstatus pengantin baru itu rasanya memang luar biasa: bahagia, excited, … membuncah aja gitu semuanya. Bener nggak? Tapi eh tapi … jangan kelamaan terlena. Sepulang dari honeymoon, ada beberapa PR yang harus segera dikerjakan. Salah satunya masalah keuangan. Yes, masalah keuangan pengantin baru ini kadang malah sudah menghantui sejak sebelum pesta pernikahan dimulai lo!
Kok bisa? Iya, misalnya saja masalah utang. Nah lo. Misalnya kayak salah satu (atau malah kedua) pasangan membawa utang lajang, atau misalnya utang biaya pernikahan yang harus segera diselesaikan.
Adduh! Kalau sudah begini, rasa bahagianya jadi “terkontaminasi” deh.
Well, take a deep breath, atur napas, tenangkan diri. Mari kita lihat dulu beberapa masalah keuangan pengantin baru yang sering muncul yang mesti diwaspadai–untuk kemudian dicari jalan keluarnya.
5 Penyebab Masalah Keuangan Pengantin Baru yang Harus Diwaspadai Sejak Awal
1. Merahasiakan kondisi keuangan masing-masing
Masalah keuangan pengantin baru yang pertama ini contohnya sudah sempat disebutkan di atas. Misalnya, setelah menikah dan jadi pengantin baru, baru deh ketahuan masing-masing punya utang yang mencekik.
Duh. Masalah besar kalau ini sampai kejadian.
Seharusnya, masalah kondisi keuangan ini justru harus dibicarakan sejak sebelum pernikahan dilangsungkan. Tapi, misalnya terlambat, ya sudah, sekaranglah waktunya untuk duduk berdua dan ngobrol. Tinggalkan jaket egonya ya.
2. Anggap tabu membicarakan masalah keuangan
Mungkin ini kalau zaman dulu ya maklum. Semacam ada perasaan sungkan untuk ngomongin duit. Takut dibilang matre, kali ya? Tapi, untuk zaman now, ini justru jadi potensi masalah keuangan pengantin baru yang bisa berefek domino panjang.
Bukannya matre, tapi kita hidup mesti realistis. Harus ada rencana, supaya enggak deg-degan. Harus punya proteksi, biar terlindungi. Harus punya cita-cita, supaya jadi lebih baik lagi. Betul nggak?
Dan semua rencana, proteksi, serta cita-cita itu butuh uang. Sekali lagi, uang memang bukan segalanya, tapi buat hidup, segalanya butuh uang. Jadi, jangan tabu ngobrol soal duit. Banyak loh, yang harus direncanakan dengan duit berdua ini.
3. Hidup tanpa rencana jangka panjang
Besok ya dipikirin besok saja. Sekarang kita pikir dulu hari ini.
Emang bener sih, manusia itu hidup di masa sekarang. Konon kan katanya gitu ya? Tapi, ini enggak berlaku untuk keuangan. Kamu dan pasangan kamu akan hidup berdua sampai tua lo (berharapnya selalu begitu kan, sebagai pengantin baru?).
Jadi, ayo, segera duduk berdua dan buat rencana jangka panjang. Mau hidup seperti apa ke depannya? Bagaimana nanti dengan anak-anak? Bagaimana nanti dengan kita kalau sudah tua? Mau diisi apa saja nih sepanjang hidup keluarga nih?
Jangan biarkan masalah keuangan pengantin baru yang ketiga ini terlalu lama tak terselesaikan.
4. Malas mencatat
Mencatat pengeluaran dan pendapatan, tentu saja. Padahal ini penting banget!
Catatan keuangan keluarga akan bermanfaat ketika nanti kita harus mengevaluasi rencana-rencana mana yang sudah bisa dijalankan dan mana yang harus terus diusahakan. Juga, untuk melihat apakah semua tujuan keuangan sudah mulai kelihatan hilalnya. Pun untuk mereview, aset apa saja yang sudah kita miliki, nanti setelah hidup berkeluarga selama beberapa, beberapa belas, dan beberapa puluh tahun.
Jadi, jangan anggap remeh masalah keuangan pengantin baru keempat ini ya. Sebaiknya, mulailah segera membuat catatan keuangan yang sederhana. Bisa diawali dari mencatat berapa uang yang dikeluarkan setiap harinya, mulai dari jajan sampai parkir mobil. Lalu direkap semuanya di akhir bulan sesuai pos-posnya, baru kemudian kita bisa mengevaluasi apakah kondisi keuangan keluarga sudah sehat. Setelah itu, kita bisa melanjutkan dengan membuat anggaran untuk bulan berikutnya.
5. Tidak saling percaya
Biasanya masalah keuangan pengantin baru yang kelima ini akan terjadi sebagai akibat dari masalah seperti yang dijelaskan di poin 1 dan 2 di atas. Yes, akar permasalahannya sebenarnya cuma satu, yakni komunikasi.
Komunikasi yang tidak lancar bisa menjadikan kedua belah pihak menjadi tidak saling percaya. Kalau dibiarkan terjadi, bakalan susah juga nih untuk bisa berbagi peran secara adil dan berimbang antara pasangan suami istri.
Nah, bagaimana? Apakah kalian masih mengalami kelima akar masalah keuangan pengantin baru di atas? Kalau iya, segera sadari kondisinya dan ambil beberapa tindakan untuk memperbaiki. Jangan tunda lagi ya, semua ini demi hidup keluarga juga ke depannya.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
7 Tanda Keuangan Keluarga Tidak Sehat
Senang deh, akhirnya banyak yang semakin sadar pentingnya merencanakan keuangan–terutama keuangan keluarga–untuk kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Tapi, bagaimana kalau kondisi keuangan keluarga tidak sehat?
Yep, sebelum beranjak ke mana-mana, sebaiknya memang kita harus memastikan dulu bahwa kondisi keuangan keluarga kita sehat. Kalau ternyata kondisi keuangan keluarga tidak sehat, ya susah juga untuk bisa mewujudkan rencana-rencana keuangan kita kan?
Kadang kondisi keuangan keluarga tidak sehat ini justru (sengaja) diabaikan. Entahlah kenapa–mungkin supaya terlihat baik-baik saja, sama seperti orang lain? Atau, mungkin enggak tahu cara mengatasinya bagaimana?
Tapi, apa pun penyebabnya, kita memang mesti sadar dulu, jika ada kondisi yang kurang sehat pada keuangan keluarga kita. Lalu, segera ambil tindakan untuk memperbaikinya satu per satu. Setelah kondisinya membaik, maka selanjutnya kita akan lebih mudah merencanakan segala hal untuk keluarga. Betul?
Jadi, apa saja tanda keuangan keluarga tidak sehat?
1. Enggak punya catatan keuangan
Padahal catatan keuangan ini penting, untuk melihat seberapa lancar cash flow kita sehari-hari, hingga bisa dianalisis dan dievaluasi secara berkala. Bisa ketahuan nih di sini, kalau keuangan keluarga tidak sehat.
Kalau catatan keuangan keluarga saja tidak punya, lalu dari mana kita bisa mengetahui, seberapa banyak kita sudah mengeluarkan uang dan seberapa banyak kita sudah bisa menabung?
Jangan-jangan, karena terlalu asyik mengeluarkan uang untuk keperluan ini itu, ternyata posisi neraca keuangan kita negatif. Aduh! Makin enggak sehat deh!
Jadi, ayo, miliki dulu catatan keuangan keluarga–mau ditulis di buku tulis biasa boleh, di aplikasi smartphone oke, atau mau pakai software semacam Excel juga bisa. Pilihlah yang paling nyaman.
2. Porsi utang lebih dari 30% penghasilan, dan didominasi oleh utang konsumtif
Dari catatan keuangan keluarga di poin pertama, kita bisa tahu posisi porsi utang kita. Amati, apakah cicilannya masih dalam batas 30% penghasilan bulanan?
Jika masih di bawah batas 30%, cermati lagi, apakah utang-utang tersebut adalah utang produktif–yang artinya aset yang didapatkan dari utang merupakan aset yang dapat memberikan nilai tambah pada diri kita sendiri? Ataukah, mostly merupakan barang-barang konsumtif, yang dibeli karena takut nggak ngehits atau kekinian?
Kalau masih lebih banyak konsumtifnya, nah, ini berarti keuangan keluarga tidak sehat. Ada baiknya dievaluasi lagi deh. Lalu, cari jalan untuk segera dilunasi.
3. Nggak bisa menabung
Berapakah proporsi menabung saat ini? Apakah sudah minimal 10% dari penghasilan bulanan? Kalau belum, berarti ada yang harus diperbaiki.
10% merupakan angka minimal porsi menabung setiap bulannya demi keuangan keluarga yang sehat. Seharusnya sih, angka persentase ini aman. Bahkan untuk yang bergaji UMR pun seharusnya tetap punya tabungan.
Kalau enggak bisa menabung, jelas menunjukkan keuangan keluarga tidak sehat. Coba cermati dari catatan keuangan. Ke mana saja perginya uang? Jangan-jangan keluarga kamu juga enggak tahu uangnya buat apa saja.
4. Nggak punya tujuan keuangan
Kalau enggak bisa menabung, maka besar kemungkinan tujuan keuangan akan sulit dicapai. Atau, malahan enggak bisa menabung karena enggak punya tujuan keuangan?
Hati-hati lo. Kalau kita enggak punya tujuan keuangan, maka itu jadi salah satu sebab utama keuangan keluarga tidak sehat. Jadi, nanti kalau tiba waktunya harus menyekolahkan anak, misalnya, kita jadi kelabakan mencari biaya. Ujung-ujungnya, berutang.
Atau, enggak punya dana pensiun. Wah, nanti kalau sudah berada di masa pensiun, dari mana kita hidup? Menggantungkan diri pada anak-anak kita, dan menjadikan mereka sebagai sandwich generation?
5. Rasio likuiditas aset kurang dari 6 x penghasilan
Salah satu indikator kesehatan keuangan adalah rasio likuiditas aset adalah minimal 6 x penghasilan bulanan. Jadi, berapakah aset lancar kita–uang tabungan, reksa dana pasar uang, deposito, dan sebagainya–itu yang bisa dengan segera dicairkan kalau ada kondisi darurat? Apakah bisa mencapai 6 x penghasilan?
Kalau enggak, ya berarti keuangan keluarga tidak sehat. Coba cek lagi, apa saja yang bisa dialihkan menjadi aset lancar ya.
6. Nggak punya proteksi
Kenapa enggak punya proteksi? Apakah merasa tidak butuh, ataukah karena sebab lain?
Tanda keuangan keluarga tidak sehat terlihat saat sang pencari nafkah dalam keluarga tiba-tiba *knocks on wood* terkena musibah–apa pun itu bentuknya–dan kemudian kondisi keluarga jadi oleng karena kehabisan uang.
Padahal ya, namanya musibah. Dia enggak pernah mengenal situasi, cuaca, dan kondisi. Mau datang, ya datang saja tanpa diundang. Kapan pun bisa terjadi.
Jika kita sampai tidak punya proteksi–dengan alasan apa pun–maka itu berarti kita membahayakan keluarga kita. Jadi, ayo, dicermati. Enggak harus semua segera di-cover, prioritaskan dulu yang penting.
7. Saling merahasiakan hal keuangan dengan pasangan
Nah, ini nih. Sekian lama sudah hidup berdua, kok masih saja saling merahasiakan kondisi keuangan masing-masing? Tapi, hal ini bisa saja terjadi.
Yah, balik lagi sih. Semua kembali ke niat dan komitmen masing-masing. Seharusnya saluran komunikasi pasangan suami istri–terutama soal keuangan–sudah mulai dibuka lebar sejak masih pengantin baru. Seharusnya, tidak ada rahasia keuangan di antara berdua.
Tapi, yah, kondisi memang bisa saja berbeda. Namun, rahasia seperti ini bisa memperparah kondisi keuangan keluarga tidak sehat.
So, please, no rahasia. Yang belanja melebihi bujet, coba deh bilang. Yang punya utang tambahan, coba juga untuk sharing. Kan, niat membangun keluarganya berdua, ada masalah juga sebaiknya dihadapi berdua.
Nah, jadi, mana saja tanda keuangan keluarga tidak sehat yang masih terjadi sampai sekarang? Beresin dulu, yuk!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.