Suara Hati Pemilik Bisnis Yang Harap-Harap Cemas Bayar THR
Siapa sih gak suka dapat Tunjangan Hari Raya (THR)?
THR diberikan oleh pemilik usaha kepada karyawannya sebagai bentuk insentif atas pengeluaran hari raya yang mengakibatkan biaya hidup meningkat. Biasanya besaran THR adalah satu kali gaji bulanan.
Namun, di saat karyawan menanti THR dengan gembira, ada juga pemilik bisnis yang harap-harap cemas apakah dia bisa membayarkan THR-nya atau tidak. Ouch!
Lihat saja kalender Mei dan Juni 2018. Di minggu ini pemilik bisnis harus membayar gaji karyawan bulan Mei. Dua minggu kemudian tiba saatnya membagi THR. Satu minggu setelah libur Lebaran usai, pemilik bisnis sudah harus kembali membayarkan gaji bulan Juni. Berat! Jadi gimana? Mana suaranya yang semangat jadi enterpreneur?
Saat topik ini diangkat di Instagram stories Ligwina Hananto – @mrshananto – lead trainer QM Financial, banyak pemilik bisnis yang curhat loh. Ada yang deg-degan tiap tahun karena gak bisa bayar THR. Duh! Ada yang invoice-nya dimundurin ke habis lebaran. Nangis! Padahal cashflow itu adalah nyawanya bisnis loh.
baca juga: Kelola Keuangan Usaha
Ternyata inilah tantangan pemilik bisnis! Tapi ya seharusnya hal ini sudah bisa diprediksi dari awal tahun loh. Itulah pentingnya proyeksi. Saat menyusun business plan artinya kita membuat proyeksi sales dan biaya. Jadi sudah tahu setiap bulan harus omzet harus masuk berapa dan berapa maksimal biaya yang bisa dialokasikan. Kalau targetnya meleset, konsekuensinya apa? Kalau kita terpaksa harus memimjam uang untuk membayar THR pun dari Maret seharusnya sudah tahu. Ternyata punya bisnis bukan sekedar gaya-gayaan ya. Semuanya pakai perhitungan. Ada tanggung jawab terhadap karyawan yang harus ditunaikan.
Kamu pemilik bisnis yg cashflow-nya byar pet? Mau kayak gini sampai kapan? Ini tips buat kamu yang sering pening karena gak siap bayar THR.
- Bikin proyeksi sales dan biaya Januari-Desember. Kalau ada yang meleset, ketahuan lebih cepat. Segera atur ulang strategi.
- Punya Dana Darurat, minimal 1x pengeluaran. Biar kamu gak deg-degan kalau invoice gagal cair atau pencairannya mundur.
- Nabung THR bulanan. Dana THR sudah siap sebelum Ramadhan. Biar hati tenang. Ini masuk ke proyeksi juga ya.
- Pinjam. Kalau terpaksa harus pinjam untuk bayar THR, pikirin juga bayar pinjamannya gimana ya. Pastikan sudah ada invoice yang akan cair untuk melunasi pinjaman ini.
- Minta bayar mundur ke supplier. Gantian kamu yang mundurin pencarian invoice. Hihihi.
Kamu pilih tips yang mana?
Saat memilih pintu rezeki dengan bikin bisnis, kamu sudah memilih tanggungjawab lebih besar dan melalui jalan yang lebih berliku. Kamu bisa kok! Semangat!
QM Admin – disarikan dari Instagram Stories @mrshananto
Financial Clinic Workshop Bisnis
Punya bisnis itu gak gampang loh. Selain operasional, ada sisi strategis dan manajerial yang juga harus diurus. Dalam menjalankan sebuah bisnis, hal yang perlu dilakukan sejak awal oleh pemilik bisnis adalah menyusun strategi bisnis. Strategi bisnis dirancang sebagai pedoman oleh perusahaan dalam mengambil kebijakan dan sebagai salah satu upaya untuk mencapai tujuan bisnisnya.
Dalam pelatihan-pelatihan bisnis yang dilakukan oleh QM Financial, seringkali kami menjumpai pemilik bisnis yang tidak mengerti arah tujuan bisnisnya sendiri. Padahal, pemilik bisnis adalah orang yang paling bertanggungjawab atas kesuksesan bisnis tersebut. Jadi pemilik bisnis perlu menentukan tujuan bisnis agar seluruh tim mengerti arah perjalanan bisnis itu sendiri.
Bulan April lalu QM Financial mengadakan Financial Clinic Workshop for Business. Workshop ini terbuka untuk siapa saja yang baru ingin membuka bisnis atau yang sudah mempunyai bisnis. Workshop diadakan selama dua hari, pada tanggal 19-20 April 2018 di Swiss Belinn Hotel TB Simatupang Jakarta. Workshop dihadiri oleh 26 orang peserta dari berbagai latar belakang bisnis, mulai dari bisnis bulu mata palsu, cheese cake, sampai baja! Gak hanya pemilik bisnis, workshop juga dihadiri oleh staff keuangan dan mereka yang baru ingin membangun bisnisnya.
Mereka ini tak hanya datang dari Jakarta loh, ada juga peserta dari luar kota seperti Malang, Pekanbaru, bahkan Makassar!
Selama dua hari workshop, peserta belajar membuat rencana bisnis dan menyusun strategi mulai dari keuangan.
Modul A = Rencana Bisnis
Objektif hari pertama adalah peserta MENGERTI dan MAMPU membaca laporan keuangan bisnis. Ligwina Hananto, lead trainer dan Founder QM Financial mengajak peserta menata diri dulu dan mengenalkan konsep BE + DO = HAVE
baca juga: Tujuan Bisnis BE + DO = Have
Bagian penting dari workshop hari pertama adalah mengenali pertanyaan “APA, SIAPA dan BAGAIMANA? Masalah bisnis APA yang sedang kamu coba pecahkan, SIAPA pembeli dari bisnismu,? dan BAGAIMANA cara kamu memasarkan atau memperkenalkan barang/jasa kepada pembeli?” Jawaban dari ketiga pertanyaan ini akan menjadi fondasi dari Rencana Bisnis.
Selain itu, peserta juga dibekali dengan materi cara membuat pembukuan. Pemilik bisnis tidak harus tahu secara detil bagaimana cara membuat pembukuannya. Namun pemilik bisnis harus mengerti runutan dan penggunaan dari laporan keuangan agar bisa menyusun strategi bisnis. Workshop hari pertama diakhiri dengan studi kasus laporan keuangan sebuah usaha agar pengetahuan yang didapat bisa langsung dipraktekkan.
Modul B = Strategi Bisnis Mulai dari Finansial
Obyektif workshop hari kedua adalah peserta punya proyeksi. Pemilik bisnis membuat proyeksi laba-rugi, supaya tahu target apa yang harus dicapai dalam bisnis.
Proyeksi laba rugi terdiri dari breakdown sales revenue bersama dengan variable cost dan fixed cost. Kalau sudah punya target, pemilik bisnis bisa cepat melakukan evaluasi jika target bisnis tidak tercapai. Semua indikator tersebut bisa terlihat dalam laporan keuangan.
Sesi ini juga dilengkapi dengan board games yang seru. Peserta dibagi beberapa kelompok dan diberi waktu untuk diskusi serta menempelkan kartu-kartu pengeluaran apa saja yang termasuk ke dalam variable cost dan fixed cost.
Seru, pratical, dan entertaining. Ini adalah tiga kata yang menurut Reza – salah satu peserta – menggambarkan Financial Clinic Workshop for Business. Seru karena banyak ilmu dan ‘AHA moment’ yang didapat. Pratical karena ilmu yang diajarkan sangat praktis sehingga bisa langsung diterapkan di bisnis yang sudah berjalan. Dan entertaining karena dilengkapi dengan games dan sisipan bit stand up comedy dari Ligwina Hananto ☺
Dengan Financial Clinic Workshop for Business ini, kami berharap para peserta menjadi lebih mengerti akan pentingnya menyusun rencana bisnis, mampu menentukan arah dan menyusun strategi finansial.
Tertarik untuk mengikuti kelas publik selanjutnya dari QM Financial? Ikuti terus update-nya di Twitter dan Instagram @QM_Financial.
Because finance should be practical!
Nita Kurniawati / Financial Trainer
Strategi Online L’Cheese Factory Mencuri Hati Pelanggan
Siapa yang tak suka kue? Apalagi cake dengan cream cheese yang melimpah. Hmmm pasti lezat! Berawal dari keinginan untuk mencarikan kegiatan bagi mama mertua yang sudah pensiun, Fitria Hasanah – atau yang akrab disapa Ica – merintis bisnis cake dengan merek L’Cheese Factory di garasi rumahnya. Kini L’Cheese Factory telah berkembang menjadi toko cake populer di Pekanbaru dan juga tempat berkumpulnya komunitas muda. Kita simak cerita lengkapnya yuk!
Hai Ica, gimana sih awal mula cerita L’Cheese Factory?
Setelah mama mertua pensiun, anak-anaknya ingin mama tetap punya kegiatan. Karena mama hobi membuat cake dan saat itu rainbow cake sedang menjadi tren, muncullah ide untuk membuat toko kue. Awalnya toko hanya memanfaatkan garasi rumah. Toko buka mulai jam 2 siang karena paginya kita masih persiapan. Kami dibantu oleh satu pegawai part time. Strategi marketing difokuskan di online, menggunakan media sosial Facebook dan Twitter. Strategi ini dilanjutkan sampai sekarang sehingga L’Cheese dikenal karena kemudahan pemesanan online-nya.
Apa kekhasan cake yang diproduksi L’Cheese?
L’Cheese fokus di dessert. Saat ini kami menyediakan cheese cake, macaron, dan pie. Varian best seller-nya adalah Red Velvet, Oreo Cheesecake, dan Nutella Hokkaido Mille Crepes. Hampir semua hasil produksi L’Cheese menggunakan cream cheese sebagai bahan baku utama.
Bagaimana perkembangan outlet L’Cheese hingga kini?
Outlet L’Cheese sudah jauh berkembang dibandingkan waktu pertama kali buka. Dulu hanya satu ruangan garasi untuk display, tanpa ada ruangan untuk makan di tempat. Dapur produksi juga masih gabung dengan dapur rumah. Saat ini toko sudah diperluas dan terpisah dengan rumah. Sekarang juga sudah tersedia ruangan khusus untuk kegiatan-kegiatan L’Cheese bersama komunitas. Kegiatan L’Cheese lebih banyak ditujukan untuk anak muda dan komunitas untuk celebrate moment mereka.
Strategi marketing apa yang digunakan untuk mengembangkan L’Cheese?
Marketing saat ini dikelola oleh suami saya, Barumun Nanda Aditia. Untuk kemudahan pengguna, kami fokus di online. Pemesanan kue bisa dilakukan via Whatspp, Facebook, dan Instagram. Media sosial juga dijadikan sarana utama mengkomunikasikan nilai-nilai yang mau disampaikan oleh L’Cheese.
Ke depan, apa rencana Ica untuk L’Cheese?
Harapan saya L’Cheese terus berkembang dan bisa didapat di banyak kota. Sekarang kita sedang mulai menuju ke sana dengan membuka cabang tanpa cabang fisik.
Selain L’Cheese, Ica juga punya unit usaha Desanasi, boleh diceritakan kisahnya?
Ide membangun Desanasi berawal dari kebutuhan masyarakat Pekanbaru yang lapar malam-malam tapi tidak mau makan makanan terlalu berbumbu. Desanassi jadi unik karena kita hanya menjual olahan nasi dan buka sore hingga malam di saat orang pulang kerja atau lapar nanggung.
Kisah suka dan duka apa yang Ica alami selama membangun bisnis?
Untuk L’Cheese – karena bisnisnya sudah lebih stabil – masalah terbesarnya ada di operasional, staf yang kurang bisa bekerja sama, dan sistem kerja yang belum terstruktur. Itu yang bikin pusing sih. Sukanya saat pelanggan happy dengan kue yang sesuai dengan ekspektasi mereka terus posting keseruannya di sosial media. Rasanya bangga sekali.
Untuk Desanasi – karena bisnisnya masih baru – masih banyak masalahnya, antara lain karyawan yang sering berganti. Sukanya di Desanasi hubungan dengan pelanggan lebih akrab karena memang didesain sebagai warung tempat kumpul-kumpul bersama.
Dengan kesibukan mengurus bisnis, bagaimana Ica membagi waktu dengan keluarga?
Alhamdulillah, untuk urusan keluarga, saya didukung penuh oleh suami. Suami selalu siap bekerja sama mengasuh kedua anak kami. Sebisa mungkin kami melibatkan anak-anak, misalnya setelah menjemput anak di sekolah, mereka dibawa ke Desanasi untuk belajar sekaligus ngobrol dengan pelanggan. Keluarga besar juga mengerti kesibukan yang kami jalani.
Apa pesan Ica untuk QM Readers yang mau membangun bisnis?
Saran saya fokus di pelanggan dan jadi solusi bagi masalah mereka. Tambahkan juga nilai lebih ke produk kita. Ini akan membuat pesaing sulit menyamakan dirinya dengan kita.
Inti dari bisnis adalah memberikan solusi untuk masalah pelanggan. Dengan kemudahan pemesanan cake secara online dan kualitas cake yang terjamin, L’Cheese dengan cepat mencuri hati pelanggan.
Ah! Saya jadi makin penasaran nih sama kelezatan L’Cheese Factory. Semoga bisa segera tersedia di banyak kota ya.
Sukses terus Ica dengan L’Cheese Factory!
Fransisca Emi/ Financial Trainer
Perempuan Belajar Menghasilkan Uang
Setiap orang akan melewati tahapan kehidupan seperti lahir, sekolah, bekerja, berkeluarga, menua sampai kemudian meninggal. Sebagian orang mungkin memilih untuk tidak berkeluarga. Kamu sedang ada di tahapan hidup yang mana? Sudah bekerja namun belum menikah atau sudah bekerja dan sudah menikah tapi belum memiliki anak atau sudah bekerja, menikah dan memiliki anak?
Di tahapan hidup apa pun, belajar menghasilkan uang merupakan hal penting. Termasuk untuk perempuan. Mulai dari fresh graduate, ibu rumah tangga, keluarga mapan, hingga pensiunan. Tak ada kata berhenti untuk terus belajar menghasilkan uang. Jangan sampai kamu menutup diri akan berbagai kesempatan yang tersedia. Pintu penghasilan ini sekarang tidak berhenti di satu titik lagi, namun bisa tersedia dalam jumlah banyak.
Jaman dulu, seorang karyawan bank hanya bekerja sebagai karyawan bank. Coba lihat sekarang, banyak perempuan yang bisa sukses menekuni dua profesi sekaligus. Contohnya penulis Ika Natassa sukses menjadi penulis buku sambil tetap bekerja di sebuah bank BUMN.
Contoh lainnya juga ada dr. Grace Judio. Sebagai seorang dokter, Grace adalah orang yang sangat scientific. Tetapi dr. Grace juga memiliki intuisi bisnis yang sangat tajam. Ia mendirikan Lighthouse Clinic, sebuah klinik pelangsingan tubuh. Dulu dr. Grace harus menghadapi semua pasien yang datang. Namun, sekarang ia sudah memiliki tim dengan sistem yang solid, sehingga bisa tetap praktek sebagai dokter, tetapi juga menikmati perkembangan bisnisnya tanpa perlu tenggelam dalam antrean pasien.
Banyak perempuan yang memutuskan untuk mendedikasikan dirinya bagi keluarga setelah menikah dan memiliki anak. Walau begitu, seharusnya tidak ada halangan bagi perempuan untuk menghasilkan uang. Namun kenyataannya, tak sedikit pula perempuan yang tidak memiliki akses keuangan dan tidak bisa menghasilkan uang sendiri.
Pentingnya perempuan untuk menghasilkan uang
Perempuan harus belajar menghasilkan uang agar bisa tetap survive jika terjadi hal yang tidak diinginkan pada suami, si kepala rumah tangga. Perempuan juga harus punya akses keuangan untuk dirinya sendiri dan keluarga. Jangan sampai saat pasangan meninggal, sang istri tidak mempunyai akses pada keuangan keluarga. Bagaimana dia dan anaknya akan melanjutkan hidup kalau tidak punya penghasilan? Anaknya tetap perlu bersekolah kan?
Alternatif cara perempuan menghasilkan uang
Ada beberapa alternatif untuk perempuan yang saat ini menjadi stay-at-home-mom agar bisa menghasilkan uang. Alternatif pertama adalah menjadi pekerja freelance. Salah satu keuntungan jadi freelancer adalah jam kerja yang fleksibel. Mereka bisa mengambil pekerjaan yang disuka dan mengerjakannya dari rumah. Konsekuensinya, fasilitas seperti ruang dan sarana kerja, transportasi, asuransi kesehatan, semuanya serba harus diusahakan sendiri.
Alternatif kedua menjadi pekerja self employed. Buat kamu yang pernah sekolah profesi seperti dokter, pengacara, notaris, guru, mungkin sekarang saatnya mulai mengaplikasikan kembali ilmu yang sudah didapat sekaligus menghasilkan uang.
Alternatif ketiga adalah membuat bisnis. Kalau ingin berbisnis, siapkan dulu rencana bisnis yng terdiri dari APA, SIAPA, dan BAGAIMANA. Ada banyak sekali pekerjaan rumah menanti jika kamu ingin serius menekuni bisnis. Satu hal lagi, kamu juga harus siap untuk segera gagal dan segera bangkit.
Baca juga: Rencana Bisnis (APA – SIAPA – BAGAIMANA)
Yuk! Pastikan kamu jadi perempuan mandiri yang bisa menghasilkan uang sendiri. Mau pilih alternatif cara menghasilkan uang yang mana nih? Atau mau mencoba kombinasi dari berbagai cara? Silakan saja! Tapi, pastikan juga bahwa Anda pandai mengatur energi untuk berkembang optimal di bidang apa pun yang dipilih.
Ingin mendapatkan informasi seputar pengelolaan keuangan lebih lanjut? Kamu bisa dengerin Financial Talk bersama QM Trainer Titis Syahluddin di Move On Pagi Radio DFM Jakarta 103.4 FM setiap Kamis jam 8 pagi.
– Honey Josep / Social Media –
Menjadi Pembelajar Sejati ala Rahmi Salviviani
Bagi Anda yang tinggal di Pekanbaru, tentu sudah tidak asing lagi dengan Taman Kanak-Kanak (TK) Alifa Kids. TK besutan Rahmi Salviviani ini awalnya didirikan untuk kembali berkegiatan setelah tidak lagi bekerja dan melahirkan anak pertamanya yang bernama Alifa. Bisa ditebak, nama TK ini diambil dari nama anak pertamanya.
Di tahun 2008, Vivi – panggilan akrabnya – mendirikan cabang pertama TK Alifa Kids di Pekanbaru. Kini sudah ada 12 cabang TK Alifa Kids yang tersebar di tiga kota besar. Penasaran bagaimana Vivi membesarkan bisnisnya? Kita ikuti ceritanya yuk!
Hai Vivi, bisa diceritakan bagaimana kisah awal mula TK Alifa Kids berdiri?
Setelah tidak bekerja lagi dan anak pertama lahir, di usia 3 bulan, saya berpikir untuk kembali punya kegiatan. Pendidikan adalah kecintaan saya sejak SMU. Kala itu ada kesan bahwa menjadi pendidik itu ga keren. Tapi saya tetap mengikuti kata hati.
Tak pernah terbayangkan membuka usaha pendidikan usia dini akan seperti ini hasilnya. Ternyata banyak hal berbeda yang saya temukan dalam pengelolaan dan cara pandang ddalam pendidikan ketimbang apa yang saya dapat ketika dahulu bekerja. Seolah pendidikan usia dini itu boleh ala kadarnya dan pelayanan terhadap anak dan orang tua cukup biasa-biasa saja.
Dari sini saya semakin menyadari banyak hal yang perlu diurus dalam pengelolaan pendidikan. Meski pendidikan sangat kental dengan nilai sosial namun bukan berarti boleh diurus ala kadarnya.
Apa kekhasan dan keunggulan TK Alifa Kids?
Alifa Kids menjadi sekolah pendidikan usia dini yang fokus dan percaya pada pentingnya pertumbuhan karakter dari dalam diri anak. Bukan digegas dengan berbagai kepentingan dan selera orang dewasa.
Karakter yang ingin dibangun di Alifa Kids adalah A.L.I.F.A (Amanah, Loyal pada Allah, Inisiatif, Fathonah, Adil). Semua rangkaian pembelajaran adalah dalam rangka menumbuhkan karakter diri ALIFA pada anak.
Keberadaan Alifa Kids sebagian besar hadir untuk para orang tua yang aktif berkegiatan. Daripada menghakimi para orang tua, Alifa Kids memilih untuk menjadi solusi atas kebutuhan mereka yang pastinya menginginkan tumbuh kembang anak mereka terjaga selama mereka berkegiatan.
Bagaimana perkembangan TK Alifa Kids hingga kini?
Hingga saat ini Alifa Kids sudah berjumlah 12 cabang yang tersebar di 3 kota: Pekanbaru, Palembang dan Bandung. Model pengembangan sebelumnya masih dalam manajemen kami. InsyaAllah 2018 ini Alifa Kids mulai melangkah membuka kerjasama dengan para mitra dalam bentuk franchise dengan standar internasional, bukan sekedar menjual merek. Kita ingin hal-hal baik yang sudah dilakukan 10 tahun ini diduplikasi di berbagai kota di Indonesia.
Bentuk kerjasama ini membantu calon mitra yang mempunyai minat dalam bidang pendidikan dan ingin memulainya secara profesional tanpa perlu melangkah dari nol dengan sistem dan pendampingan penuh yang telah kami siapkan.
Strategi marketing apa yang digunakan untuk mengembangkan Alifa Kids?
Kekuatan di jasa pendidikan adalah kepuasan pelanggan dan pemenuhan atas janji yang diberikan. Demikian juga dengan apa yang Alifa Kids rasakan di 10 tahun ini. Siswa datang dari referensi para orang tua yang telah menjadi bagian dari Alifa Kids.
Alifa Kids juga memanfaatkan media online berupa website dan media sosial dalam berinteraksi dengan calon konsumen. Teknologi sangat membantu menyebarkan apa saja yang Alifa Kids miliki dan yakini, sehingga dapat menjangkau orang tua yang sudah merasa satu visi dengan Alifa Kids.
Kisah suka dan duka apa yang Mba Vivi alami selama membangun bisnis?
Hal yang paling menantang adalah pengelolaan SDM, terutama guru. Ini saya temukan sejak pertama kali menjalankan usaha ini. Saya menemukan bahwa kesadaran pendidik untuk bekerja profesional itu masih perlu ditumbuhkan. Menjadi seorang pendidik artinya adalah pilihan untuk belajar seumur hidup. Menjadi pendidik bukanlah pihak yang sudah tahu segalanya.
Mengajak rekan-rekan pendidik agar menjadi sosok yang terus relevan di mata anak didik dan orang tua benar-benar menantang. Ini sekaligus menjadi misi penting yang membuat Alifa Kids ingin menjadi bagian dari penggerak perubahan di pendidikan Indonesia.
Tantangan lainnya adalah mengajak orang tua untuk mengembalikan apa esensi pendidikan usia dini. Hal ini jadi penting di tengah tekanan orang tua untuk memiliki anak yang berprestasi secara akademis. Kita harus sama-sama sepakat bahwa prestasi bukan sebatas menang lombang, banyak piala, dan berada di panggung.
Ke depan, apa rencana Vivi untuk Alifa Kids?
InsyaAllah dengan hadir di Pulau Jawa, terbuka kesempatan untuk lebih mudah mengakses ilmu dan sumberdaya agar Alifa Kids bisa terus berbenah. Kami juga mengembangkan model kerjasama kemitraan franchise ini di beberapa kota sembari menemukan mitra-mitra yang bersedia bekerjasama jangka panjang dan menjalankan sistem yang sudah kami siapkan. Develop the new educationpreneur, InsyaAllah.
Selain mengelola Alifa Kids, Mba Vivi saat ini tergabung dalam tim business coach juga ya?
Saya banyak dibantu dan belajar dari berbagai komunitas. Salah satu yang saya dapatkan adalah kemampuan coaching membuat saya percaya bahwa manusia berdaya. Kemampuan yang juga dengan serius saya pelajari dan mendapat sertifikasi dari salah satu lembaga coaching yang besar di Indonesia. Dalam kelompok/ komunitas bisnis, kemampuan ini menjadi modal untuk sesama UKM saling memberdayakan dan sangat menyenangkan.
Dengan kesibukan mengurus bisnis, bagaimana Mba Vivi membagi waktu dengan suami dan dua orang anak Alifa Taqiya (10) & M. Faiq Alfatih (5)?
Suami saya, Satria Putra, turut aktif dalam usaha ini. Kami berdua ada dalam struktur tim kerja Alifa Kids. Kami bekerja dan digaji secara profesional. Di satu sisi, seru ketika suami menjadi partner kerja. Namun di sisi lain, kadang di rumah pun kami masih berdiskusi soal pekerjaan. Status sebagai partner kerja dan partner hidup pun kadang rancu. ☺
Saya percaya bahwa tak ada hidup yang seimbang, melainkan hidup dengan berbagai pilihan serta bertanggungjawab dengan pilihan tersebut. Akan ada sesi yang menjadi haknya keluarga, maka pekerjaan menunggu. Sebaliknya ada sesi di mana fokus saya di pekerjaan maka keluarga yang menunggu.
Anak-anak juga diberikan penjelasan tentang hal ini agar mereka tetap sadar bahwa kami mencintai mereka di tengah tanggung jawab menjalankan pekerjaan. Saya percaya bahwa apapun jenis pekerjaannya, kita hanya akan tampil terbaik jika pekerjaan tersebut dikerjakan dengan kehadiran lahir batin dan tanpa rasa bersalah.
Apa pesan Vivi untuk pembaca QM yang ingin membangun bisnis?
Membangun bisnis adalah sebuah pilihan. Di belakang pilihan, ada tanggung jawab yang melekat. Berbisnislah bukan karena tren ataupun merasa berada di posisi yang lebih berharga ketimbang peran lainnya. Peran terbaik adalah peran yang dilakukan dengan tanggung jawab 100%.
Siapapun yang memilih menjadi pebisnis sejatinya sedang memutuskan menjadi “pelayan” bagi orang lain: bagi tim, konsumen, dan negara. Ada kondisi mental dan kesadaran yang perlu dipersiapkan dengan rasional. Menjadi pebisnis juga merupakan peran dengan tanggung jawab untuk mau belajar berkali-kali lipat dibanding peran lain, menjadi pembelajar sejati. Karena kesalahan kecil bisa berdampak besar.
Inspiratif sekali cerita Vivi dalam membangun dan membesarkan TK Alifa Kids. Ternyata jadi pebisnis itu menuntut kita untuk terus belajar, menjadi pembelajar sejati. Terima kasih sudah berbagi inspirasi Vivi!
Fransisca Emi | Financial Trainer
***
Tujuan Bisnis: BE+DO=HAVE
Dalam pelatihan-pelatihan bisnis yang dilakukan oleh QM Financial, seringkali kami menjumpai pemilik bisnis yang tidak mengerti arah tujuan bisnisnya sendiri. Padahal, pemilik bisnis adalah orang yang paling bertanggungjawab atas kesuksesan bisnis tersebut. Jadi pemilik bisnis perlu menentukan tujuan bisnis agar seluruh tim mengerti arah perjalanan bisnis itu sendiri.
Dalam perencanaan keuangan pribadi, lead trainer Ligwina Hananto dikenal dengan konsep ‘Tujuan Lo Apa’ untuk menetapkan tujuan finansial spesifik yang ingin dicapai seseorang. Dalam perencanaan bisnis, Ligwina Hananto mengenalkan konsep BE + DO = HAVE.
BE DO HAVE adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Erich Fromm, seorang psikolog yang berasal dari Jerman. Sebetulnya konsep ini tidak berhubungan langsung dengan penyusunan rencana bisnis. Dalam bukunya yang diterbitkan tahun 1976, “To Have or To Be?” – Fromm menuliskan bagaimana manusia cenderung berkonsentrasi pada kebendaan (HAVE), sayangnya melupakan kondisi diri sendiri (BE). Pengertian kebendaan, upaya mencapai kebendaan, dan kondisi jiwa manusia ini dapat kita terjemahkan kembali menjadi logika yang runut sehingga mudah dipahami pemilik bisnis saat menyusun rencana bisnisnya.
HAVE
Have atau kebendaan dapat kita artikan sebagai TARGET. Target adalah hasil yang ingin dicapai dalam bisnis. Bisnis tak boleh dibiarkan ‘mengalir’ begitu saja. Harus ada target yang jelas, spesifik, dan bisa diukur.
Misalnya sebuah bisnis cookies premium home made ingin meningkatkan penjualan cookiesnya dari Rp10.000.000 per bulan menjadi Rp100.000.000 per bulan atau naik 10x lipat dalam jangka waktu 6 bulan. Dari pemaparan target ini, ada ukuran yang jelas berupa nilai omzet dan jangka waktu.
DO
Do atau upaya mencapai kebendaan dapat kita artikan sebagai STRATEGI. Apa yang akan kita lakukan untuk mencapai target yang sudah ditetapkan? Strategi baru bisa kita susun jika ada target yang jelas, ada ukuran yang hendak dicapai.
Bagaimana cara mencapai target kenaikan omzet sebesar 10 kali lipat dalam jangka waktu 6 bulan? Misalnya pemiliki bisnis berencana memasang iklan di instagram dan menggunakan endorse selebgram.
BE
Be ini tentang kondisi diri si pemilik bisnis beserta karyawannya. Seperti apa kondisi diri pemilik bisnis dan karyawannya saat omzet naik 10 kali lipat? Selanjutnya, kira-kira seperti apa kondisi diri yang dibutuhkan untuk bisa mencapai nilai omzet tersebut?
Untuk memasang iklan di instagram dibutuhkan pengetahuan digital marketing. Untuk bisa menggunakan jasa selebgram pun kita harus punya koneksi. Jangan lupa ada faktor biaya yang cukup besar untuk menjalankan strategi ini. Apakah para karyawannya sudah memiliki kompetensi dan perilaku yang sesuai untuk mencapai target yang besar tersebut?
Dari penjelasan di atas, terlihat pentingnya memiliki ketiga elemen saat menyusun rencana bisnis. Ketiadaan salah satu elemen bisa menyebabkan ketidakseimbangan pengelolaan bisnis.
BE+DO=HAVE
KONDISI DIRI+STRATEGI=TARGET
Sudahkah bisnismu memiliki ketiga elemen tersebut? Mari mulai dengan mencari tahu kondisi diri seperti apa yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan bisnis!
QM Admin –
Berbisnis atau Berdagang?
Sebuah usaha kecil dan menengah (UKM) biasanya dimulai dengan berdagang. Mereka bisa memproduksi barang atau jasa sendiri (sekaligus sebagai produsen) atau mengambil produksi pihak lain. Skala usaha ini ada yang kecil, ada juga yang besar. Ada yang dijalankan secara konvensional maupun digital. Semua bisnis dimulai dari berdagang. Tetapi ternyata tidak semua usaha dagang berkembang menjadi sebuah bisnis.
Sebuah bisnis mempunyai laporan keuangan yang tersusun rapi, terdiri dari neraca dan laporan laba rugi. Sebuah bisnis mampu menetapkan gaji atau komisi yang diterima pemiliknya, meskipun masih dalam jumlah yang kecil. Seorang pemilik bisnis bisa dengan mantap menyebutkan, tahun ini saya untung sebesar Rp100.000.000. Sebesar apapun volume usaha, saat kamu tidak mempunyai laporan keuangan keuangan, sesungguhnya kamu sedang berdagang.
Apa sih perbedaan berbisnis dan berdagang?
Berdagang
Saat berdagang, keuntungan didapat dengan mengambil barang atau jasa dengan harga lebih rendah, lalu menjualnya dengan harga lebih tinggi. Berdasarkan prinsip kerja dagang ini, maka apa yang disebut ‘untung’ bisa jadi baru di level margin.
Margin adalah selisih antara omzet penjualan dengan biaya produksi. Perhitungan inilah yang lazim digunakan para pedagang. Tidak salah, hanya saja perhitungan seperti ini seringkali hanya menggunakan perhitungan uang kas masuk dan uang kas keluar. Kelemahannya, perhitungan ini sering gagal menghitung banyaknya ongkos yang tidak tercatat alias hidden cost.
Omzet penjualan – Biaya Produksi = Margin
Berbisnis
Dalam berbisnis, ada nilai tambah yang tercipta. Sebuah bisnis beroperasi dengan sebuah sistem. Agar sistem ini bisa bekerja dengan baik, maka ada biaya yang perlu diperhitungkan. Ada dua jenis biaya yang mencerminkan segala macam pengeluaran dari sebuah bisnis. Biaya variabel yaitu semua biaya produksi dan biaya penjualan. Besaran biaya variabel dipengaruhi oleh volume produksi dan penjualan. Jika jumlah produksi naik, biaya variabel juga ikut naik.
Sedangkan biaya tetap adalah semua biaya yang sudah ditetapkan untuk mendukung sistem kerja sebuah bisnis. Besar kecilnya produksi atau penjualan tidak mempengaruhi besaran biaya tetap. Contoh biaya tetap adalah biaya sewa gedung, gaji pegawai tetap, listrik, air, dll.
Setelah memotong omzet penjualan dengan biaya variabel, pemilik bisnis tidak bisa serta merta mengambil semua margin yang didapat. Setelah dipotong biaya tetap, barulah pemilik bisnis dapat menikmati laba atau bahkan mengalami rugi.
Omzet penjualan – Biaya Variable = Margin
Margin – Biaya Tetap = Laba/Rugi
Jadi, ada di posisi manakah usahamu saat ini? Apakah kamu sedang berbisnis atau berdagang? Bawa usahamu naik kelas dengan mengikuti Financial Clinic Workshop Bisnis #FinClicBisnis, 19-20 April 2018 di Jakarta. Kamu bisa belajar membuat laporan keuangan dan membawa usaha dagangmu menjadi bisnis yang dikelola secara profesional. Daftar di sini atau Whatsapp ke 0811 1500 688 (NITA).
– QM Admin –
Semua Bisa Jadi Pengusaha, Simak Kisah Mantan Kuli Bangunan Cetak Milyaran Rupiah!
Pernah mendengar es krim dengan merek Vanessa?
Es krim lezat dengan jenis hard ice cream yang mempunyai berbagai jenis rasa ini berasal dari kota Samarinda. Beberapa cabangnya seperti di Balikpapan, Banjarmasin, Pontianak, Berau, Bontang, Makassar, Manado, Batam dan Jakarta Pusat tepatnya di daerah Kemayoran menghasilkan omzet milyaran rupiah per bulan.
Lalu, siapa figur di balik kesuksesan es krim ini?
Namanya Bapak Sanawi, founder sekaligus pemilik es krim Vanessa yang saya temui dalam acara Telkomsel myBusiness Solutions di Samarinda, 8 November 2017.
related article: Siapa Orang Di Belakang Layar Entrepreneur Yang Sukses?
Awalnya, Pak Sanawi merantau dari Blora ke Jakarta sebagai kuli bangunan. Pekerjaan kuli bangunan tentunya tidak seperti pekerja kantoran yang setiap hari bisa bekerja dan mendapatkan penghasilan yang tetap. Ada masanya di mana Pak Sanawi tidak bekerja karena sudah selesainya proyek bangunan dan harus menunggu cukup lama untuk bekerja di proyek kembali.
Karena tidak menentunya pendapatan, Pak Sanawi mencoba berjualan es krim keliling untuk mengisi waktu saat menunggu pekerjaan kuli bangunan ada kembali. Saat menjadi pedagang es krim keliling, Pak Sanawi mendapatkan penghasilan yang lebih besar dibandingkan ketika menjadi kuli bangunan. Dari situ, dia mantap untuk banting setir dari pekerjaannya sebagai kuli bangunan menjadi pedagang es krim keliling.
Mengapa memilih berjualan es krim keliling? Alasannya ternyata sederhana, karena es krim disukai semua orang terutama anak-anak dan juga mudah membuatnya.
Setelah menjalankan usaha dagang selama beberapa waktu, Pak Sanawi datang dengan ide pengembangan usahanya dengan cara menjual konsep es krim Vanessa. Konsepnya pun diterima dengan sangat baik terutama di pulau Kalimantan sehingga banyak mitra yang tertarik untuk bekerja sama dan berdirilah beberapa cabang seperti yang disebutkan di atas.
Menurut Pak Sanawi, kunci sukses pengembangan usahanya adalah karena dia memanfaatkan teknologi. Dia menyadari bahwa saat ini teknologi memegang peranan penting apabila seseorang ingin mengembangkan usahanya. Es krim Vanessa memiliki situs yang dapat diakses siapa saja yang ingin mermitra dengan Pak Sanawi. Dari sana, calon mitra dapat mempelajari cara pemasaran, mendaftar menjadi mitra dan membayarnya hanya melalui internet.
related article: Kamu Punya Bisnis Online? Hati-Hati Dengan 4 Kesalahan Yang Sering Terjadi!
Selain itu, sekalipun ada tantangan dalam mengembangkan usahanya, Pak Sanawi tetap berusaha sambil berdoa dan tetap semangat menghadapinya. Selangkah lebih maju, Pak Sanawi memberikan pelatihan kepada calon mitranya tentang bagaimana cara memasarkan es krim Vanessa. Pak Sanawi juga turun langsung menyeleksi lokasi di mana es krim Vanessa akan dipasarkan. Pembinaan juga diberikan kepada mitranya yang sedang mengalami penurunan omset. Begitulah cara Pak Sanawi merangkul mitranya untuk maju bersama.
Semangat terus Pak Sanawi. Semoga bisnis Bapak bisa terus berkah dan buka lapangan pekerjaan di tanah air!
Mia Damayanti / Sales
Dapatkan potongan 20% untuk konsultasi, buat PLAN, dan review rencana keuangan kamu bersama QM Planner selama periode Desember 2017 – Januari 2018.
Pendaftaran dan info lebih lengkap, silakan hubungi Nita di 08111500688 melalui telepon atau WhatsApp.
Hei Kamu Pemilik Bisnis UKM! Ayo Belajar Dari Kesaktian TIM SALES Berikut Ini
Apalah arti sebuah bisnis tanpa kesaktian Salesperson. Ini pekerjaan yang sering mendapat cemooh padahal tanpa kesaktian tenaga penjual, mati gaya lah semua bisnis! Kamu pemilik bisnis UKM harus belajar dari cerita yang saya dapatkan saat sedang menunggu pesawat di Bandara Adi Sumarmo, Solo.
related article: Tim Yang Solid
Hari itu saya bertugas di sebuah acara #TelkomselMyBusiness di Solo. Seperti biasa saya tandem dengan Mas Arbain Rambey. Beliau bicara tentang bagaimana tampilan visual bisa mendukung penjualan para pemilik UKM.
Selepas dari acara, kami buru-buru masuk mobil karena harus ke bandara mengejar pesawat ke Jakarta. Kami sampai di bandara tanpa kendala berarti. “Masih banyak waktu nih!” ucap saya waktu itu pada Pak Arbain dan tim yang mengantar kami. Maklum saya termasuk orang yang gelisah kalau mepet sampai bandara.
Setelah selesai check in bagasi, kami berjalan beriringan memasuki area tunggu Departure Gate. Saat itulah saya dan Pak Arbain, dicegat seorang perempuan.
“Silakan Mbak pijat refleksinya! Bisa kaki saja, tambah punggung juga bisa.”
Saya melengos saja. Saya suka pijat refleksi. Enak kayaknya ya dipijat sampai punggung. Tapi mau nunggu pesawat, apa cukup waktunya?
“Cuma 30 menit juga bisa kok Mbak.”
Hmmm. Si Mbak ini kok seperti membaca pikiran saya ya. Ah gak deh. Pesawat saya kan boarding sebentar lagi.
“Garuda masih 1 jam lagi kok Mbak. Jadi cukup waktunya untuk refleksi.”
Ah tapi biasanya tempat kayak gini yang pijat laki-laki. Aku malas.
“Kami ada tukang pijat perempuan juga kok Mbak. Cocok untuk hijaber.”
Eh gimana Mbak?
BERHASIL! Si Mbak yang tanpa ngotot berjualan jasa pijat refleksi ini berhasil menjual jasanya pada saya! Saya pun berbelok mengikuti si Mbak menuju area tempat pijat refleksi. Pak Arbain mengikut di belakang saya.
Selama dipijat, saya terus terpikir atas proses penjualan tadi. Cara si Mbak tadi berjualan sekilas terlihat biasa saja. Tapi sebetulnya dia sungguh SAKTI! Berikut ini kesaktian penjualan si Mbak yang patut kita contoh!
Paham Tentang Produk
Sebuah TIM SALES wajib mengerti produk yang sedang ditawarkan. Bagaimana pun juga, kegagalan berjualan akan dimulai dari kekurangan pengetahuan tentang produk dan jasa. Dalam kasus ini, si Mbak penjual mengerti sekali kalau pijat refleksi itu ada beberapa jenis. Ada yang suka pijat kaki saja, ada juga yang suka sampai ke punggung. Dalam 2 kalimat saja dia sudah menjelaskan jenis pijat tersedia tanpa perlu bunga-bunga.
“Silakan Mbak pijat refleksinya! Bisa kaki saja, tambah punggung juga bisa.”
Harga Bukan Segalanya
Perhatikan teknik jualan si Mbak. Tidak ada sekalipun dia menyebutkan berapa harga pijat refleksi yang sedang ditawarkan pada saya. Sudah pasti pijat refleksi di bandara itu lebih mahal dibandingkan dengan pijat refleksi dekat kantor saya. Tapi bukan itu yang penting. Saat itu saya berada jauh dari lokasi pijat refleksi langganan. Maka cara si Mbak berjualan fokus pada kenyataan bahwa situasi di bandara tidak mengijinkan pijat refleksi 1 jam penuh.
“Cuma 30 menit juga bisa kok Mbak.”
Riset Kebutuhan Pelanggan
Terakhir, ayo dengarkan apa kebutuhan pelanggan. Si Mbak paham betul bahwa situasi di bandara menyebabkan fokus utama pelanggannya adalah ‘jangan sampai ketinggalan pesawat’. Maka si Mbak membuat dirinya relevan dengan mengerti dan hapal jadwal penerbangan yang ada hari itu!
“Garuda masih 1 jam lagi kok Mbak. Jadi cukup waktunya untuk refleksi.”
Lebih daripada itu, si Mbak juga memperhatikan kebutuhan saya yang hijaber dan tidak mau dipijat laki-laki. Si Mbak berhasil mengepung saya – tanpa harus ngotot – dan mematahkan semua kata TIDAK yang terlintas di kepala saya! I was sold!
“Kami ada tukang pijat perempuan juga kok Mbak. Cocok untuk hijaber.”
Jadi gimana? Menurut kamu si Mbak tadi SAKTI gak? Kamu pemilik bisnis perlu banget kan sekarang juga bahas isi artikel ini dengan tim SALES di kantormu. Jangan lupa kalau sedang di Bandara Adi Sumarmo Solo, mampir ke pijat refleksinya ya!
Ligwina Hananto/ @mrshananto / Founder / CEO / Trainer/ Konsultan
related article: A Sales Person
Apakah kamu menghadapi kesulitan bisnis yang berhubungan dengan pengelolaan keuangan?
Daftarkan BISNIS-mu untuk konsultasi dengan Ligwina Hananto.
Kontak WA 08111500688
Pengakuan Seorang Karyawan yang Juga Pemilik Bisnis: Ternyata Cari Uang itu Gampang, Simpannya yang Susah!
Percaya gak kalau cari uang itu gampang? Simpannya yang susah!
Ternyata. Ini hal terkeren yang saya pelajari dari salah satu teman saya minggu lalu.
Apa mata pencaharian kamu? Nah ternyata ini gampang. Cari uang itu dengan mata pencaharian tadi. Kamu mungkin seorang karyawan. Mungkin juga kerja sendiri – freelance, ambil proyek sana sini. Atau kamu memiliki sebuah bisnis. Atau kamu sedang dagang? Apa pun itu, artinya kamu sudah punya penghasilan! Selamat!
related article: Pentingnya (Belajar) Menghasilkan Uang
Tapi ternyata bagian ini gampang. Mau punya berapa setiap bulan? Rp1.000.000? Rp10.000.000? Rp100.000.000? Atau Rp1.000.000.000? Yang akan jadi masalah adalah bagaimana memastikan uang itu ada yang tersimpan!
“Cari uang itu gampang. Simpannya yang susah!”
Begitulah pengalaman seorang teman saya. Saya sampai meminta ijin agar boleh menuliskan pembicaraan kami di suatu sore minggu lalu.
Teman saya ini – sebut saja namanya Citra*. Ia bekerja di sebuah bank asing. Punya posisi cukup tinggi lho. Selain itu, Citra juga punya hobi memasak. Citra termasuk orang yang sangat peduli kesehatan – maka masakan yang ia hasilkan juga sangat khusus, makanan sehat! Dari hobi memasak ini Citra berhasil membuat sebuah usaha kecil, dari rumah, catering makanan sehat. Jadi soal penghasilan, gak ada masalah dong!
Tapi ternyata urusan pengeluaran Citra punya masalah. Sebagai seorang single mother, Citra menanggung semua pengeluaran keluarganya. Keluarga ini ternyata cukup besar. Ada 2 anak remaja dan ibunda yang sudah sepuh tinggal bersama mereka. Citra belum punya rumah di usia lewat 40 tahun. Sehingga buat Citra, setiap tahun adalah perjuangan untuk mengumpulkan dana uang sewa tahun berikutnya.
related article: Atas Nama Cinta
Saya mengusulkan agar Citra melakukan beberapa hal berikut:
Mencatat Pengeluaran Seminggu
- Ini adalah salah satu alat yang dapat memetakan ke mana perginya uang kita. Ini bukan sebuah kegiatan menyenangkan yang inspiratif. Tetapi ini sangat diperlukan untuk kita yang merasa gak bisa menabung dan bingung ke mana uang kita pergi.
- Coba catat apa saja pengeluaranmu dalam satu minggu, Senin sampai Jumat dan Sabtu sampai Minggu. Bagi jenis pengeluaran dalam 4 kategori: menabung atau investasi, cicilan utang, pengeluaran rutin dan pengeluaran lifestyle. Perhatikan bagian mana yang menurutmu gak penting dan perlu disunat!
- Ini menyebalkan tapi penting. Berapapun penghasilan yang Citra dapatkan dari pekerjaan utama di bank dan dari bisnis kecilnya tidak akan jadi apa-apa jika Citra tidak punya kendali pada pengeluarannya.
Memisahkan Keuangan Pribadi Dengan Keuangan Bisnis
- First rule of business. Keuangan pribadi dan bisnis harus terpisah. Penghasilan bisnis digunakan untuk pengeluaran bisnis. Penghasilan pribadi untuk pengeluaran pribadi. Jadi mulai saja dulu dengan memiliki dua rekening yang berbeda sehingga lalu lintas uang terlihat dengan jelas. Setelah itu bagian Citra untuk bisa patuh menggunakan uang apa untuk pengeluaran apa.
Siapkan Target Usaha
- Biasanya Tujuan Finansial itu disiapkan untuk keuangan pribadi. Misalnya punya tujuan dana pendidikan dan di kasus Citra tujuan dana sewa rumah. Nah sekarang saatnya bisnis pun diberi target supaya dapat memberikan manfaat pada keuangan pribadi! Jadi bisnis makanan sehat Citra sekarang punya peran, harus bisa mengumpulkan uang yang bisa digunakan keluarga Citra untuk sewa rumah tahun depan!
Penutup pembicaraan kami cukup nyelekit. Kalimat berikut datang dari mulut Citra sendiri.
“Win, ngapain punya bisnis kalau gak ada hasilnya ya?”
Ternyata Citra mulai sedih. Ia mulai merasa bisnisnya ini hanya nambah repot saja. Semua plus plus setiap bulan hanya bisa untuk membiayai ongkos produksi dan gaji karyawan. Sementara dirinya sebagai pemilik gak pernah merasa dapat apa-apa. Ini sungguh kenyataan pahit. Saya paling sedih kalau sebuah bisnis harus tutup. Ayo semangat Citra, sekarang saatnya bisnismu punya target peran dalam keuangan pribadimu.
Menurut kalian, apakah Citra perlu menutup bisnisnya?
Berikan jawaban kamu untuk menyemangati Citra dengan mention saya di Twitter dan Instagram lewat akun @mrshananto ya.
Ligwina Hananto/@mrshananto/ Founder/CEO/ Trainer/Konsultan
related article: Plisss… Jangan Sampe Bangkrut!
Apakah kamu menghadapi kesulitan bisnis yang berhubungan dengan pengelolaan keuangan?
Daftarkan BISNIS-mu untuk konsultasi dengan Ligwina Hananto. Kontak WA 08111500688 |