Mewujudkan Dream Wedding dengan Anggaran Realistis
Siapa yang enggak kepingin merayakan momen terindah ini dalam sebuah dream wedding? Rasanya sih enggak ada. Meskipun kemudian ternyata diputuskan mau merayakannya dalam kesederhanaan, pasti karena ada pertimbangan lain yang masuk akal. Pertimbangan panjang yang kemudian membuat kita rela untuk mengalihkan dream wedding untuk tujuan lain.
Enggak salah kok. Bisa jadi juga, yang sederhana itu adalah impianmu juga kan?
So, yuk mari, yang berencana untuk tight the knot dalam waktu dekat, dan pengin mewujudkan dream wedding masing-masing, kita coba untuk melihat satu per satu apa saja yang perlu dipikirkan.
Table of Contents
Elemen Biaya Pernikahan
Yang pertama, kamu kudu paham apa saja yang “terlibat” dalam sebuah upacara pernikahan, alias elemen pernikahan.
Elemen-elemen biaya dalam pernikahan bisa bervariasi tergantung pada preferensi, budaya, dan lokasi. Tetapi, ada beberapa elemen utama yang umumnya diperhitungkan dalam anggaran pernikahan demi terwujudnya dream wedding.
- Venue dan Akomodasi: Biaya sewa tempat untuk upacara dan resepsi, termasuk biaya tambahan untuk dekorasi, pencahayaan, dan suara.
- Katering dan Makanan: Biaya makanan dan minuman untuk tamu, termasuk kue pernikahan, makan malam resepsi, cocktail hour, dan mungkin juga makan siang atau brunch.
- Pakaian Pengantin: Biaya gaun pengantin, pakaian pengantin pria, sepatu, aksesori, dan biaya perawatan seperti penyesuaian ukuran atau dry cleaning.
- Fotografi dan Videografi: Biaya untuk jasa fotografer dan videografer profesional untuk mendokumentasikan momen pernikahan.
- Dekorasi dan Bunga: Biaya untuk dekorasi upacara dan resepsi, termasuk bunga, centerpiece, backdrop, dan aksesori lainnya.
- Hiburan: Biaya untuk musik dan hiburan, seperti DJ, band live, penari, atau atraksi khusus lainnya.
- Undangan dan Stasioner: Biaya untuk desain dan pencetakan undangan, save-the-date cards, program upacara, menu, dan kartu ucapan terima kasih.
- Cincin Pernikahan: Biaya pembelian cincin pernikahan untuk kedua pengantin.
- Makeup dan Hair Styling: Biaya untuk makeup artist dan hair stylist untuk pengantin dan kadang untuk bridal party.
- Transportasi: Biaya transportasi untuk pengantin, keluarga, dan tamu, jika diperlukan.
- Hadiah untuk Tamu (Favors): Biaya untuk suvenir atau hadiah kecil sebagai ucapan terima kasih kepada tamu.
- Biaya Pernikahan Sipil atau Keagamaan: Biaya untuk prosesi pernikahan sipil atau upacara keagamaan, termasuk donasi untuk tempat ibadah atau biaya untuk ofisial pernikahan.
- Penginapan: Biaya penginapan untuk tamu dari luar kota atau untuk malam sebelum dan setelah pernikahan.
- Perencana Pernikahan: Jika menggunakan jasa perencana pernikahan, biaya jasanya termasuk dalam anggaran.
- Lain-lain: Biaya tambahan yang mungkin timbul, seperti tips untuk vendor, biaya keadaan darurat, dan lain-lain.
Eh, kok banyak ya? Ya, memang banyak kalau mau punya dream wedding yang lengkap. Tapi enggak semua elemen ini diperlukan untuk setiap pernikahan, dan banyak pasangan memilih untuk menghemat biaya dengan mengurangi atau menghilangkan beberapa elemen ini. Pemilihan elemen dan pengalokasian anggaran sangat tergantung pada prioritas dan preferensi pribadi setiap pasangan.
Cara Membuat Anggaran yang Realistis untuk Wujudkan Dream Wedding
Menentukan anggaran yang realistis untuk pernikahan kamu akan memerlukan pendekatan yang matang dan bijaksana. Berikut adalah langkah-langkah yang bisa dilakukan.
1. Evaluasi Keuangan
Cek penghasilan bulanan, tabungan yang sekarang sudah dimiliki, dan berapa banyak yang bisa disisihkan setiap bulan untuk wujudkan dream wedding ini. Sebisa mungkin, hindari mengambil utang untuk biaya pernikahan. Jika memang—darurat banget—perlu pinjaman, pastikan bahwa cicilannya tidak akan membebani keuangan kamu setelah pernikahan.
2. Diskusi bersama Pasangan
Bicarakan dengan pasangan tentang apa yang paling penting bagi kalian berdua dalam pernikahan. Misalnya, mungkin kamu lebih mengutamakan fotografi daripada dekorasi. Atau, venue mau di rumah saja, ketimbang sewa gedung mewah.
Diskusikan juga, apakah keluarga akan membantu secara finansial dan seberapa banyak bantuan yang mungkin diberikan.
3. Riset Biaya Rata-rata
Lakukan riset mengenai biaya rata-rata untuk berbagai elemen pernikahan, sesuai yang sudah dibikin list seperti di atas. Bandingkan antara vendor satu dengan yang lain. Minta penawaran dari vendor untuk membandingkan harga dan layanan mereka.
4. Tentukan Skala dan Gaya Pernikahan
Pertimbangkan apakah kamu mau mengadakan pesta besar, sedang, atau intimate. Lalu juga pertimbangkan gayanya; internasional atau sesuai adat? Kalau kamu dan pasangan datang dari dua tradisi yang berbeda, mau pakai tradisi yang mana? Gaya pernikahan ini akan banyak memengaruhi biaya.
5. Buat Persentase Alokasi
Tetapkan berapa persen dari anggaran untuk masing-masing elemen. Misalnya, untuk makanan dan minuman 30%, lokasi 20%, dan seterusnya. Tetapkan sesuai prioritas yang sudah dibicarakan antara kamu dan pasanganmu.
6. Siapkan Dana Darurat
Hal-hal darurat akan selalu muncul dadakan. Agar tak “mengganggu” rencana besarnya, sisihkan sekitar 5-10% dari anggaran total sebagai dana darurat untuk pengeluaran tak terduga ini.
7. Perbarui dan Sesuaikan Anggaran
Lakukan review terhadap anggaran yang sudah dibuat secara berkala selama proses perencanaan dream wedding ini. Kalau ada perubahan, segera lakukan penyesuaian. Dengan demikian, membuat anggaran yang fleksibel adalah koentji.
Jangan lupa untuk mencatat setiap pengeluaran untuk memastikan bahwa rencanamu tetap berjalan di “koridor”-nya.
8. Pertimbangkan Alternatif Hemat Biaya
Pikirkan tentang aspek-aspek apa yang bisa kamu lakukan sendiri atau dengan bantuan keluarga dan teman demi penghematan biaya. Manfaatkan teknologi kalau perlu.
Misalnya saja untuk undangan, kamu bisa mendesain sendiri dengan Canva, dan kemudian menaruhnya di domain sehingga bisa diakses online oleh para tamu. Kamu pun bisa menghemat biaya desain dan pencetakan undangan.
9. Hindari Pergeseran Anggaran yang Tidak Perlu
Hindari godaan untuk meningkatkan anggaran tanpa alasan yang jelas dan berdasarkan kemampuan keuangan kamu.
Menyelenggarakan dream wedding merupakan hak setiap orang. Dengan perencanaan yang baik dan matang, tak ada hal yang mustahil untuk diwujudkan.
Semoga mimpimu menjadi nyata ya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Pernikahan Mewah Peluang Cerai Tinggi: Apa yang Dapat Dipelajari Pasangan?
Ada penelitian yang mengungkapkan, bahwa pasangan yang melakukan pernikahan mewah cenderung akan berakhir pada perceraian. Ouch! Gimana nih, gaes, menurut kamu?
Adalah The Economic Times yang melaporkan mengenai temuan ini pada 7 Agustus 2023 yang lalu. Di sisi lain, masih menurut penelitian ini, pasangan yang memilih untuk merayakan pernikahannya secara sederhana justru berpeluang lebih besar untuk mempertahankan hubungan lebih lama, dengan rasio perceraian yang lebih rendah.
Penelitian yang dilakukan oleh ahli ekonomi Andrew Francis-Tan dan Hugo M Mialon ini menganalisis pengalaman pernikahan dari lebih dari 3.000 orang di Amerika Serikat.
Berdasarkan laporan CNN, para peneliti menemukan bahwa bagi pria, mengeluarkan biaya antara Rp30,8 juta hingga Rp61,7 juta untuk cincin pertunangan dikaitkan dengan risiko perceraian yang 1,3 kali lebih tinggi daripada pengeluaran antara Rp7,7 juta hingga Rp30,8 juta.
Selanjutnya, penelitian ini juga menemukan bahwa pernikahan dengan biaya di bawah Rp15,4 juta memiliki tingkat perceraian yang lebih rendah dibandingkan dengan pernikahan yang menghabiskan lebih dari Rp308 juta, yang meningkatkan risiko perceraian bagi perempuan hingga 1,6 kali lipat.
Table of Contents
Apa yang Bisa Dipelajari oleh Pasangan dari Penelitian tentang Pernikahan Mewah Ini?
Wow, apakah kamu merasa terkezoet akan berita ini? Apakah menurut kamu, memang ada hubungannya antara biaya pernikahan dengan kecenderungan perceraian, seperti yang diungkapkan oleh para peneliti?
Mungkin ada di antara kamu yang akan bilang, “Ah, gue kemarin bikin pesta pernikahan mewah. Sekarang juga masih awet-awet aja.” Atau, barangkali juga ada yang bilang, “Untung gue kemarin pesta sederhana aja.”
Apa pun boleh kamu katakan, terkait penelitian ini. Relate atau enggak dengan kondisi kamu. Namun yang pasti, ada beberapa hal yang bisa dipelajari dari hasil penelitian tentang pernikahan mewah ini.
1. Pentingnya Ngobrol dengan Pasangan
Mau pesta pernikahan mewah atau sederhana, yang mana pun sama saja asalkan sudah diobrolkan bersama antara pasangan. Mau dibiayai oleh orang tua, atau mau biaya sendiri, semua juga oke, lagi-lagi asalkan sudah ada kesepakatan antara kedua belah pihak.
Yang jadi masalah adalah ketika yang satu pengin pesta pernikahan mewah, sementara yang lain tidak menginginkannya. Atau bisa juga pengin pesta besar, tetapi ternyata untuk biaya harus berutang dengan bunga yang besar dan melilit.
Nah, ini yang harus dipikirkan. Jangan sampai, fokus hanya pada satu hari besar, sementara di belakang ada masalah yang mengintai. Jadi, ngobrol ya. Terutama penting untuk mengetahui value masing-masing, dan kemudian dikompromikan. Saat nanti sudah beberapa waktu menikah, komunikasi ini juga adalah kunci penting untuk menyelesaikan semua masalah yang timbul.
2. Jangan Terlambat Membuat Rencana Keuangan Bersama
Rencana keuangan keluarga sebaiknya memang sudah harus dimiliki begitu pasangan sudah menikah. Mau pesta pernikahan mewah atau pesta sederhana, pasangan sudah harus tahu, habis ini mau ngapain, mau ke mana.
Jadi, jangan sampai, habis pesta justru bingung, tinggal di mana nih? Mau di pondok mertua indah? Mau kos atau kontrak? Semua keputusan adalah baik ketika dibicarakan bersama.
Setelah Pernikahan (Mewah), 3 Hal Ini Harus Segera Dipikirkan
Pernikahan mewah atau sederhana, dua-duanya akan berujung masalah jika pasangan enggak kompak. So, untuk kompak ya harus ngobrol. Bikin pernikahan mewah ya oke saja, asal semua sudah ada di dalam rencana. Setelah membuat rencana pernikahan, segera bikin plan juga untuk beberapa hal berikut.
1. Tinggal di Mana?
Nah, ini yang sudah disinggung di atas. Ada banyak pasangan yang masih belum bersepakat untuk tinggal di mana ketika mereka melangsungkan pernikahan. Alhasil, alih-alih bisa langsung duduk dan merencanakan masa depan, mereka pun malah berkutat dengan masalah ini yang kadang jadi membesar.
So, ada beberapa opsi yang bisa dipilih; mau tinggal di rumah orang tua atau mertua sembari menyiapkan diri untuk membeli rumah pertama, atau mau sewa alias kontrak? Beberapa pasangan mungkin beruntung karena sudah menyiapkan rumah untuk tempat tinggal setelah menikah, tetapi ada banyak sekali yang belum siap.
Jadi, buka obrolan untuk hal ini begitu kamu dan pasangan sudah berencana untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius.
2. Apa Tujuan Keuangan Terdekat?
Setelah menetapkan mau tinggal di mana dan bersepakat, selanjutnya ada yang harus disepakati lagi, yaitu apa tujuan keuangan bersama yang terdekat?
Tujuan ini tergantung kondisi masing-masing. Namun, ada satu yang wajib banget hukumnya untuk dicapai lebih dulu, yaitu dana darurat. Setelah itu, pasangan bebas menentukan, mau ngumpulin untuk dana DP rumah, atau dana liburan, atau mulai promil. Semua tergantung kebutuhan, dan ingat, harus bersepakat.
Buat rencana keuangan berdasarkan tujuan-tujuan yang disepakati, meliputi judul, nominal, dan target waktu. Ini penting agar ke depan, kamu dan pasangan lebih mudah dalam mengelola keuangan, dan terutama, mengatur prioritas.
3. Siapa Bekerja, Siapa Bayar Apa?
Hal ketiga yang harus segera disepakati adalah tentang peran dalam rumah tangga. Siapa yang akan bekerja dan menjadi tulang punggung keluarga? Siapa membayar apa, atau apakah akan membuat tabungan bersama, dan lain sebagainya.
Kalau kata lead trainer QM Financial, Mba Ligwina Hananto, mau papa bos atau mama bos? Enggak mungkin dua-duanya bos. Untuk memutuskannya, ya balik lagi: ngobrol.
So, pernikahan mewah memiliki kecenderungan bercerai lebih tinggi? Itu kata peneliti. Kalau kata QM Financial, semua ada di kesepakatan. Mau pesta pernikahan mewah? Oke, buat rencana. Mau bikin yang sederhana saja? Itu juga pilihan yang bijak, dan tetap buat rencana.
Ngobrol berdua tentang keuangan sejak dini enggak hanya akan mengurangi beban finansial, tetapi juga membantu pasangan untuk memulai pernikahan mereka dengan dasar yang lebih kokoh dan berorientasi pada hubungan mereka, bukan pada soal mewah atau tidaknya pesta.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Siap Finansial untuk Menghadapi The New Normal dalam 5 Langkah
Pandemi COVID-19 tidak akan segera berlalu, sementara kita sudah harus siap menghadapi the new normal–tatanan baru dalam berkehidupan, dengan fokus untuk menjaga kesehatan diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita.
Suka nggak suka, siap nggak siap, sepertinya memang kita tak bisa berdiam lebih lama lagi di rumah. Kegiatan ekonomi yang terhenti tentu akan membawa dampak yang lebih buruk untuk semua orang yang hidup di Indonesia, bahkan dunia.
So, mari kita bersiap. Apa saja yang harus disiapkan untuk menghadapi era the new normal ini, utamanya dalam hal finansial? Yuk, simak terus sampai selesai ya!
5 Hal Finansial yang Harus Disiapkan untuk Menjalani The New Normal
1. Ubah gaya hidup sebelumnya
Tanpa bermaksud menghakimi, mungkin kamu punya gaya hidup yang harus diperbaiki selama pandemi COVID-19 datang; nggak bisa menahan diri untuk belanja-belanji barang-barang konsumtif, gesek kartu kredit sana-sini, enggak bisa nabung untuk dana darurat, FOMO, dan seterusnya.
So, setelah terhantam oleh pandemi dan merasakan “akibat”-nya, sekarang saatnya kamu mengevaluasi diri. Pelajaran finansial seperti apa yang sudah kamu pelajari selama pandemi ini? Adakah dari dirimu yang harus diperbaiki? Adakah gaya hidup yang harus diubah?
Kalau memang kamu merasa ada yang kurang dan ada yang bisa diperbaiki, yuk, perbaiki. Karena financial is personal, maka kamu sendiri yang bisa memutuskan, apa yang bisa diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya. So, take your time untuk mengatur keuangan kamu, dan semoga ke depannya lebih baik.
2. Catat keuangan
Salah satu hal yang harus kamu siapkan untuk menghadapi the new normal adalah catatan keuangan. Karena kita akan menghadapi banyak hal yang berubah di depan, sehingga kebiasaan kita pun harus disesuaikan dan pola keuangan kita pun bisa jadi berubah juga.
Jadi, ayo, mulai catat keuanganmu lagi dengan rapi dan detail. Berapa penghasilanmu setiap bulan? Ada tambahan apa saja, selain gaji? Adakah perubahan nominal di gaji bulanan? Apa saja pengeluaranmu sekarang? Apa yang berubah; pos pengeluaran mana yang lebih banyak, dan mana yang lebih sedikit?
Catat lagi ya, sehingga beberapa bulan kemudian, kamu bisa melihat pola barunya. Setelah itu, kamu pasti akan bisa menyesuaikan diri lagi dengan situasi yang baru.
3. Review tujuan keuangan
Misalnya saja, untuk beberapa waktu ke depan, kamu mungkin enggak akan liburan dulu ke luar negeri. Meski banyak negara sudah melonggarkan lockdown, tapi penjagaan masih ekstra ketat. Jadi, tabungan dana liburanmu mungkin bisa dialokasikan ke hal lain yang bermanfaat. Untuk memperkuat dana darurat, misalnya.
Atau, biaya menikah. Di era the new normal nanti, resepsi dan upacara pernikahan hanya boleh dihadiri oleh undangan yang sangat terbatas; 40 orang saja. Jadi, kamu bisa mengalokasikan kelebihan dana menikah ke hal lain.
Atau, karena kondisi investasi saham masih sangat volatile, maka kamu perlu rebalancing di instrumen investasi lain demi dana pensiun terselamatkan.
Nah, ini juga butuh waktu buat ngelamun nih, berarti. Take your time ngelamun deh, kalau gitu ya.
4. Lebih bijak berutang
Salah satu pelajaran penting yang bisa kamu petik selama pandemi dalam mengatur keuangan adalah jangan membuat utang yang melebihi kemampuan. Banyak loh, yang terjebak utang di tengah masa pandemi, yang berakibat mereka gali lubang tutup lubang. Padahal pekerjaan juga lagi enggak pasti.
Sedih banget enggak sih?
Makanya, setelah masuk the new normal, ada baiknya kamu lebih bijak untuk berutang. Utang apa pun itu; utang kartu kredit, kredit blender, gawai, terlebih pinjaman online.
Yuk, pikirkan secara matang jika memang kamu butuh berutang. Setidaknya, kamu harus benar-benar yakin bahwa kamu mampu membayarnya.
5. Tetap pantau dana darurat
Nah, jadi yakin kan, kalau dana darurat itu sangat penting? So, jangan sampai melakukan kesalahan yang sama lagi.
Dana darurat memang kayak duit nganggur. Serasa gatel aja pengin dipakai; enakan diputer buat usaha apa, atau buat belanja “kebutuhan” ini itu. Tapi, ingat loh, dana darurat itu adalah jaring pengaman ketika kondisimu lagi darurat. Memang sepintas nganggur, tapi justru enggak boleh diganggu.
Jadi, coba cek, berapa kebutuhan dana daruratmu yang paling ideal? Dan, bagaimanakah posisinya sekarang? Apakah sudah sesuai, atau belum? Kalau belum, di masa the new normal nanti, kamu harus menjadikannya sebagai tujuan keuangan utamamu sebelum yang lainnya.
Nah, di samping ke-5 hal finansial di atas, hal lain yang harus disiapkan juga untuk menghadapi the new normal adalah soal kesehatan. Sekarang kesehatan benar-benar mahal harganya. So, jaga kesehatanmu, jangan sampai sakit. Ada baiknya, kamu menambah ekstra pos pengeluaran di sini, untuk kebutuhan tambahan vitamin, suplemen, dan alat kesehatan lain, seperti masker, face shield, hand sanitizer, dan seterusnya. Cek juga asuransi kesehatanmu ya, jangan sampai kendur.
So, siap untuk menghadapi the new normal sekarang? Semangat ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi saat the new normal datang! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Menikah di Rumah atau di Gedung? Ini Plus Minusnya
Salah satu pos terbesar saat kita sedang membuat anggaran acara pernikahan adalah biaya sewa gedung. Apalagi jika tanggal yang kita pilih adalah tanggal cantik atau unik, tanggal nikahnya sejuta umat. Atau, pengin lokasi yang strategis, kapasitas besar, dekorasi mewah. Sudahlah, harga bisa melangit banget. Makanya kadang muncul opsi selain menyelenggarakan resepsi pernikahan di gedung: mendingan menikah di rumah aja apa?
Ini juga dulu yang menjadi pertimbangan salah satu teman yang hendak menikah di tanggal 09-09-09. Karena hampir semua gedung yang biasa menjadi venue pernikahan full booked, maka keputusan akhirnya mereka mengadakan semua tahapan upacara menikah di rumah, termasuk upacara adat hingga resepsi.
Nah, untuk membantumu mempertimbangkan, berikut ada beberapa plus minus opsi menikah di rumah atau sewa gedung pernikahan.
Menikah di Rumah
Plusnya menyelenggarakan acara pernikahan di rumah:
- Tak perlu khawatir full booked, bahkan di tanggal-tanggal cantik dan unik. Kamu bisa menyelenggarakan acara di hari baik apa pun. Jika di hari yang sama, tetamu juga harus menghadiri acara pernikahan yang lain, biarkan saja mereka sendiri yang mengaturnya bukan?
- Kamu bisa lebih menghemat pengeluaran di pos sewa gedung yang bisa mencapai puluhan juta rupiah, tergantung lokasi dan jenis gedungnya. FYI, untuk bisa menggelar pesta pernikahan di Half Patiunus, kamu perlu menyediakan dana sekitar Rp100 – 200 juta/paketnya. Sedangkan, kalau mau yang lebih terjangkau, misalnya di gedung Museum Purna Bhakti Pertiwi, kamu perlu merogoh kocek sekitar Rp5 juta untuk sewanya.
- Waktu acara tidak terbatas. Kamu boleh saja mengadakan pesta tujuh hari tujuh malam–dengan catatan sudah seizin RT/RW. Rumahmu sendiri ini kan? Bebas!
- Bisa lebih banyak mendapat bantuan tetangga. Biasanya kalau di kampung-kampung–kayak kampung saya–kalau ada salah satu warga yang punya hajat, se-RT yang bantuin; mulai dari masak, keamanan, penerima tamu, dan lain sebagainya. Memang tidak ada kewajiban uang jasa, tetapi kita sebagai yang punya hajat ya mesti tahu dirilah ya. Biasanya ada sedikit uang saku buat keamanan, yang buat masak ya nanti boleh kalau mau bawa tupperware dari rumah, dan sebagainya. Pastinya sih enggak sebesar uang jasa vendor pernikahan.
Minusnya menyelenggarakan acara pernikahan di rumah:
- Jelas lebih repot persiapannya. Sewaktu ada saudara yang menikah di rumah dulu, rumahnya sudah mulai disiapkan sejak beberapa bulan sebelumnya, termasuk merenovasi bagian-bagian tertentu, mengecat ulang, dan sebagainya. Tentunya ini opsional sih. Kalau memang rumahnya sudah dirasa cukup representatif, enggak harus direnovasi juga kan? Dan, biaya renovasi rumah itu juga enggak sedikit lo.
- Area di rumah juga lebih terbatas, enggak kayak gedung yang memang dipersiapkan untuk menampung orang banyak. Jadi, ya mesti pinter-pinter atur waktu kunjung tamu, atur parkir mobil dan kendaraan lain, juga atur sirkulasi gerak tamu. Karena kalau enggak, duh, jadi kayak sarden kegencet di dalam kaleng. Apalagi kalau rumahnya enggak seberapa besar.
- Pos pengeluaran sewa gedung memang bisa dicoret, tapi butuh pos pengeluaran lain, misalnya sewa tenda, tambahan kursi, plus dekorasi.
- Beres-beres setelah pesta juga melelahkan lo, jadi harus diperhitungkan juga.
Menikah dengan Sewa Gedung
Plusnya mengadakan resepsi pernikahan di gedung:
- Area lebih lega, tentu saja. Bisa disesuaikan dengan jumlah tamu yang ingin kita undang. Undangan 300, berarti cari gedung yang muat menampung setidaknya 1000 orang. Undangan 500, berarti mencari gedung yang lebih besar lagi, mungkin yang berkapasitas 1500 orang. Dan seterusnya.
- Hemat energi dan tenaga, karena biasanya gedung pernikahan juga ada yang menawarkan sepaket dengan dekorasi, bahkan katering. Lumayan juga kan, enggak perlu atur sana-atur sini lagi. Serahkan saja pada ahlinya, kita bisa fokus pada kesakralan upacara saja.
- Biasanya lokasinya juga cukup strategis, sehingga memudahkan tamu yang akan datang.
- Bersih-bersih? Nggak kayak menikah di rumah, sudah ada orang yang bertugas di gedung pernikahan. Setelah acara selesai, kita bisa langsung pulang atau capcus bulan madu.
Minusnya menyelenggarakan pesta pernikahan di gedung:
- Pastinya, kamu harus menyediakan dana yang cukup besar, berbeda dengan acara menikah di rumah. Untuk sekelas Balai Sarbini, Hotel Mulia, dan sejenisnya sudah pasti harga sewanya mencapai ratusan juta rupiah. Kalau mau yang lebih murah, ya kamu bisa menyewa gedung-gedung milik pemerintah, misalnya Auditorium Gelanggang Remaja Jakarta atau gedung Aula Sudirman Makodam Jaya yang harga sewanya paling banter Rp10 juta saja untuk waktu 6 jam.
- Risiko full booked di tanggal-tanggal tertentu, sehingga mungkin kamu harus memilih tanggal baik yang lain daripada yang lain.
- Dalam satu hari, bisa saja ada 2 acara resepsi. Sehingga waktunya pun jadi terbatas dan sempit banget. Misalnya, acara resepsimu siang hari pukul 12.00, sedangkan malamnya pukul 19.00 sudah akan dipakai lagi, berarti setidaknya pukul 15.00, dekorasi pestamu sudah harus dibersihkan, baik acara sudah selesai atau belum.
Nah, sudah ada banyak pertimbangan plus dan minusnya menikah di rumah atau mengadakan resepsi di gedung. Kamu pilih yang mana? Pastinya sesuaikan dengan bujet yang sudah kamu buat dan juga kemampuan finansialmu ya.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
GenRe (Generasi Berencana) dimulai dari sini!
Beberapa hari yang lalu adalah salah satu waktu tersibuk saya dalam menghadiri acara pernikahan. Bayangkan, ada 3 acara penikahan di hari yang sama! Acara pernikahan yang saya hadiri ada yang berkesan mewah ada pula yang sederhana. Bagaimanapun acara pernikahan tersebut diselenggarakan, tetap saja untuk mempersiapkan acara ini sungguh menguras tenaga, pikiran dan dompet pastinya. Tidak heran jika setelah acara pernikahan selesai, banyak pengantin baru yang langsung pergi berbulan madu untuk me-recharge tenaga dan pikiran dan sekaligus. Acara pernikahan yang dari segi keuangan memerlukan biaya relatif besar, tentu sangat tepat untuk dipersiapkan sedini dan sebaik mungkin.
Sebelum membahas lebih jauh mengenai biaya pernikahan, ada baiknya kita perlu mengetahui apa saja garis besar pengeluaran terkait acara pernikahan. Biaya pernikahan paling tidak mencakup gedung, dekorasi, tata rias dan baju, dokumentasi dan akomodasi pendukung acara. Pertanyaan selanjutnya adalah berapa besar budget untuk penyelenggaraan acara pernikahan? Untuk urusan yang satu ini, tentu sangat tergantung pada preferensi dari calon pengantin dan keluarga besar masing-masing. Keluarga besar memiliki pengaruh yang besar terhadap bentuk penyelenggaraan acara pernikahan. Jika masing-masing keluarga besar merasa ingin mengadakan acara di daerahnya masing-masing, maka biaya pun bisa menggelembung menjadi hampir dua kali lipat. Lain lagi jika orang tua memiliki status sosial tertentu, bisa saja calon pengantin yang merasa cukup dengan perayaan yang sederhana, namun orang tua ingin perayaan yang lebih mewah, sehingga mau tidak mau biaya pernikahan pun membengkak. Karena pengaruhnya terhadap biaya pernikahan, maka diskusi dengan keluarga besar masing-masing calon pengantin untuk menjaring aspirasi dan masukan menjadi sangat penting.
Setelah memahami aspirasi dan masukan dari keluarga besar masing-masing calon pengantin, barulah anggaran biaya pernikahan dapat disusun. Sebagai tahap awal, mungkin referensi dari keluarga maupun kerabat mengenai anggaran biaya pernikahan dapat dipakai. Namun seiring berjalannya waktu, anggaran biaya pernikahan yang detail tetap harus disusun agar tidak terjadi besar pasak daripada tiang. Jangan lupa untuk menambahkan komponen biaya tidak terduga di rincian anggaran biaya, agar pengeluaran yang sebelumnya lupa dimasukkan di anggaran biaya, dapat tetap ditanggung.
Lalu bagaimana strategi untuk memenuhi anggaran biaya pernikahan yang telah disusun? Strategi yang dipilih sangat bergantung pada jangka waktu pencapaian dana pernikahan. Jika dana pernikahan akan diperlukan kurang dari 2 tahun lagi, maka menabung menjadi pilihan yang tepat. Namun jika dana pernikahan masih akan diperlukan lebih dari 2 tahun lagi, calon pengantin bisa memarkir dana yang ada dalam bentuk logam mulia maupun reksadana beresiko rendah (reksadana pasar uang maupun reksadana pendapatan tetap). Tanpa memperhitungkan sumbangan dari keluarga maupun kerabat, sumber dana pernikahan ini bisa berasal dari akumulasi aset yang dimiliki saat ini, pendapatan bulanan dan pendapatan tahunan. Perlu diketahui, bahwa umumnya besarnya uang amplop yang diterima adalah sekitar ¼ dari total anggaran biaya pernikahan. Jadi jika berpikir untuk menggunakan fasilitas kredit, pastikan total hutangnya tidak lebih dari ¼ total anggaran, sehingga bisa langsung dilunasi saat tagihannya datang bulan depan. Akan tidak lucu jika sudah punya 1 anak, hutang pernikahan masih juga belum terlunasi. Namun jika dana pernikahannya masih terlalu berat untuk dikumpulkan, maka ada beberapa cara untuk menyiasatinya :
- Melakukan nego dengan vendor dengan lebih intensif. Berdasarkan pengalaman pribadi, jika kita cukup gigih untuk bernegosisasi, pihak vendor pun akan luluh dan menurunkan harga penawaran mereka.
- Melakukan revisi terhadap anggaran biaya pernikahan, mungkin bisa dengan menghapus item yang kurang diperlukan atau mengganti target ke pilihan kedua untuk beberapa item. Misalnya untuk finishing album foto, pilihlah album foto biasa daripada kolase. Toh kedua-duanya tetap dapat digital copy-nya juga.
- Mencari penghasilan tambahan dari hal-hal yang kita suka atau dari yang kita mampu lakukan. Untuk yang satu ini, saya ingat dulu pernah jadi pengawas ujian sertifikasi dan tukang cetak dadakan, dari kartu nama sampai kartu undangan, semua dijalani untuk menutupi anggaran biaya.
Pernikahan adalah satu batu pijakan penting yang menuntut kemandirian dari pasangan suami istri untuk menjalani hidup di sepanjang kebersamaannya nanti. Akan sangat baik jika kemandirian ini dimulai sejak mempersiapkan dana pernikahan.Hal ini sekaligus menunjukkan keseriusan dan tanggung jawab dari masing-masing calon suami dan istri untuk mengarungi bahtera rumah tangga. Daripada uang habis untuk wakuncar (waktu kunjung pacar) dan plesiran, bukankah lebih baik menyiapkan dana pernikahan sejak dini? Meminjam istilahnya BKKBN, GenRe (Generasi Berencana) dimulai dari sini!
Jerry CFP (@jerry_ap)
Planner
WHAT YOU SHOULD KNOW BEFORE YOU TIE THE KNOT
Hi All,
Gw sengaja milih topik seputar pernikahan karena gw sendiri (alhamdullilah) baru menikah sebulan yang lalu, saat menulis ini pun gw sedang menghadiri pernikahan sepupu gw di Surabaya. It’s a wedding season, love is in the air i guess. Seperti kebanyakan cewe lainnya, gw juga excited banget nyiapin segala sesuatunya mengenai pernikahan. Kebetulan pekerjaan gw sebagai financial planner membantu gw untuk mengatur keuangan sebelum dan sesudah pernikahan. Menurut gw dari sisi finansial, ada beberapa ground rules yang sebaiknya dibicarakan antara pasangan yang mau nikah.
- Harus terbuka secara finansial sama pasangan. Kenapa? Karena kalau udah married kan semuanya harus dibagi berdua. Pengeluaran pun jadi pengeluaran berdua. Banyak orang (termasuk temen-temen gw sendiri) yang gak mau membahas uang sama pasangan karena takut dikira matre. Terbuka tentang keuangan bukan berarti minta uang melulu yaaa..it’s two different things. Justru seharusnya kalau kita terbuka secara finansial, kita lebih menghargai uang hasil kerja masing-masing. Gw sama suami sama-sama tahu berapa gaji pertama kita sampai skrg dan ini memudahkan bgt untuk tahu apa yang kita bisa afford. Contoh gampangnya, kita bisa set budget untuk honeymoon yang wajar untuk kita berdua karena kita tahu berapa penghasilan kita.
- Plan & set the maximum budget for your wedding. Setiap pernikahan di setiap keluarga berbeda-beda. Diskusikan baik-baik di awal dan kalau budget dan pembagian biaya sudah jelas, baru bisa memulai memilih vendor yang sesuai. Ngerti banget kalau cewe pasti pgn apa-apa yang paling bagus tapi trust me ladies, it’s better to be savvy now than suffer (financially) after the wedding.
- Plan your honeymoon ahead. Ini gw highlight yaa, ini penting banget! Hahaha.. gw tadinya sama suami berpikir untuk nunda honeymoon karena cuti terbatas..tapi setelah dipikir-pikir, i think we deserve to have fun a bit. Banyak maskapai yang promo kalau book dari jauh-jauh hari. Set itinerary& budget sebelumnya, jangan lupa minta honeymoon suite dan inget, kalau pake CC harus bayar lunas. Budget honeymoon yang sesuai beda-beda sih, namanya juga honeymoon pasti pengen seneng-seneng, tapi ya wajarnya tidak lebih dari 30 % penghasilan berdua sebulan.
- Siapkan dana untuk setelah pernikahan. Nah ini yang suka kelewatan ya kadang2. Karena persiapan pernikahan gw udah lumayan lama, gw punya waktu untuk siapin biaya hidup 2 bulan ke depan. Worst case nya kalau tabungan terpakai ,minimal sisakan satu bulan biaya hidup atau sampai gajian berikutnya.
- Check your insurance. Check sama pasangan, bagaimana plafon asuransi kesehatan di kantor masing-masing termasuk plafon untuk biaya melahirkan. Kalau tidak dicover biaya melahirkan harus mulai disiapin dari sekarang, karena nanti kalau ditunda sampai hamil, cuma punya waktu 9 bulan loh untuk menyiapkan. Selain asuransi kesehatan, check juga kebutuhan asuransi jiwa. Gak semua orang butuh asuransi jiwa dan banyak banget produk yang kurang tepat sasaran beredar. Jangan sampai salah beli ya, di web QM banyak penjelasan mengenai ini..tapi kalau belum jelas ya bisa pake jasa planner :D
- Tentukan tujuan finansial selanjutnya. haha..ini standar yaa, tapi buat gw ini penting. Abis nikah, kita mau apa? Ga mungkin kan kita tetep merepotkan orang tua. Tujuan pertama untuk yang habis nikah adalah punya properti sendiri. Apartemen atau rumah? It’s your choice.Kalau kayanya berat banget yaa belum kebayang punya properti sendiri..ya memang harus dimulai, gak ada alesan nunda. Untuk awalnya, minimal 10 % sampai 30% dari penghasilan berdua harus udah diinvestasikan untuk tujuan finansial ya. Kalau dapet uang angpaw nikahan lumayan besar, ayo usahakan untuk DP properti.
- Be Responsible. Gw belum sebulan nikah, tapi gw merasa ada perubahan sih..gw banyak cut spending gw untuk hal-hal yang kurang perlu (contoh: Jakarta Great Sale..haha). Saat gw memutuskan untuk jadi seorang istri secara otomatis gw merasa gw wajib punya pengetahuan untuk mengatur keuangan rumah tangga. Nyokap gw pernah bilang, kalau nafkah dari suami adalah amanah jadi ga boleh kita habisin sembarangan walaupun itu hak kita. Secara natural pun cewe biasanya lebih hands-on dengan hal2 tentang uang kali ya.. jadi let’s be a good spouse to your husband, hargai uang hasil kerja suami.
Intinya seneng2 boleh tapi pada porsinya, jangan sampai kita bisa diving di raja ampat tapi utang kartu kredit ga bayar lunas, jangan sampai bisa hangout setiap pulang kantor tapi tabungan aja ga punya. Let’s be responsible!
That’s it i guess…I’m no expert on marriage, but i learned that money problem is the root of all evil..makanya mumpung baru atau mau nikah, ayo kita atur keuangan ya…good luck to us !