Ada Berbagai Jenis Asuransi, Mana yang Harus Didahulukan jika Bujet Premi Terbatas?
Memang ada berbagai jenis asuransi, dan sepertinya semua penting, ya kan? Ada asuransi jiwa, asuransi kesehatan, critical illness insurance, sampai asuransi kecelakaan. Yah, namanya juga hidup, selalu dipenuhi risiko. Betul?
Kalau mau aman dan terlindungi, kayaknya mau deh punya semua jenis asuransi. Kayaknya, bakalan nyaman aja gitu menjalani hidup. Tapi … preminya kan lumayan juga ya? Belum lagi, soal kebutuhan. Bisa jadi kan, kita sebenarnya nggak perlu semua perlindungan itu sekaligus.
Terus, kalau memang bujet kita terbatas, yang mana dulu nih yang mesti dimiliki? Beli polis asuransi jiwa, asuransi kesehatan, asuransi penyakit kritis, atau asuransi kecelakaan dulu?
Memilih Jenis Asuransi
Memang, memilih jenis asuransi ini gampang-gampang susah. Gampangnya, ya sesuaikan saja dengan kebutuhan. Ini adalah prinsip paling basic. Tapi susahnya, kadang kita merasa butuh semua-muanya.
Kalau begitu—dan masih bingung—coba jawab beberapa pertanyaan berikut untuk membantu memilih jenis asuransi yang paling sesuai dengan kebutuhan.
- Berapa usiamu?
- Apakah pekerjaan yang sekarang sedang kamu geluti memiliki risiko rendah ataukah tinggi?
- Bagaimana kondisi kesehatan kamu sekarang? Sehat, ataukah memiliki risiko atau riwayat penyakit tertentu?
- Kalau memiliki risiko atau riwayat penyakit, apakah sekarang sedang dialami ataukah dalam kondisi terkendali? Apakah tergolong ringan, sedang, ataukah berat? Apakah kamu harus rutin mengunjungi dokter?
- Bagaimana kondisi keuanganmu? Sampai seberapa mampu kami menyisihkan dana untuk premi yang teratur secara tahunan atau bulanan?
Yang perlu kamu sadari dan pahami juga, bahwa sebuah produk asuransi tak hanya soal harga premi yang murah dan mahal, tetapi harus kamu pertimbangkan juga dengan manfaat yang diberikan. Selain itu, juga soal syarat dan ketentuannya.
Untuk lebih jelas mengenai hal ini, mari kita lihat beberapa skenario.
Skenario 1.
Sebut saja Mawar. Tentu saja bukan nama sebenarnya.
Ia perempuan, 25 tahun dan dalam kondisi fit. Setiap hari berolahraga ringan, di hari minggu suka jogging di gelora. Bekerja sebagai staf promosi di sebuah perusahaan di Jakarta. Jam kerja normal saja, masuk pukul 09.00 dan pulang pukul 06.00. Sesekali lembur, apalagi kalau akhir bulan untuk susun laporan. Tapi masih wajar, karena benefit kantor buat yang lembur juga lumayan.
Dengan kondisi Mawar, maka yang ia perlukan adalah memiliki asuransi kesehatan lebih dulu. Mengapa? Satu, usia Mawar masih muda, dan kondisi tubuhnya sehat. Premi pasti tidak mahal, mungkin cukup dengan BPJS Kesehatan yang difasilitasi oleh kantor. Mawar tidak butuh asuransi kecelakaan, karena ia melakukan tugasnya sebagian besar di dalam kantor. Asuransi penyakit kritis juga mungkin belum diperlukan, karena saat ini kondisi tubuhnya prima.
Asuransi jiwa bisa jadi prioritas selanjutnya, jika Mawar adalah tulang punggung keluarga—misalnya ia adalah seorang sandwich generation, yang harus membiayai hidup orang tua dan masih menyekolahkan adiknya.
Skenario 2.
Sebut saja Bapak Budi. Tentu ia adalah ayah dari Budi. Usia 40 tahun, bekerja sebagai pilot pesawat komersial.
Risiko pekerjaan Pak Budi sangat tinggi, meskipun kesehatan tubuhnya dalam kondisi yang sangat baik. Olahraga teratur (kalau sempat mendarat), menjauhi makanan berlemak dan alkohol. Hidupnya sangat sehat, singkatnya.
Untuk Bapak Budi, asuransi kesehatan sudah disediakan oleh perusahaan. Ada BPJS Kesehatan dan juga tunjangan kesehatan tersendiri. Karena ia juga dalam kondisi prima, maka tak perlu menambah asuransi kesehatan swasta. Yang lebih baik untuk ditambahkan barangkali adalah asuransi jiwa. Apalagi jika Pak Budi—sebagai kepala keluarga—menanggung biaya hidup istri dan anak-anaknya.
Asuransi kecelakaan kerja barangkali juga penting untuk Pak Budi, tetapi biasanya kalau perusahaannya sudah bereputasi, asuransi kecelakaan kerja sudah tercover dalam kesepakatan kerja. Jadi, bisa dicek dulu, apakah memang sudah tercover atau belum. Kalau belum, dan juga secara finansial mampu, sangat tidak salah untuk membelinya sendiri.
Keputusan Memilih Jenis Asuransi yang Tepat
Jadi, bisa disimpulkan, bahwa memilih jenis asuransi mana yang hendak dibeli akan sangat bergantung pada kebutuhan dan kondisi kita sehari-hari. Dan, kebutuhan masing-masing orang bisa saja berbeda. Begitu juga dengan kondisinya.
Mana yang lebih penting untuk dibeli lebih dulu kalau bujet premi terbatas, apakah asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan kerja, asuransi jiwa, atau critical illness insurance—ini akan sangat tergantung pada kondisi masing-masing.
Pengin gambaran lebih jelas mengenai bagaimana memilih jenis asuransi yang tepat, sekaligus memperhitungkannya?
Join di kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu. Ada juga kelas khusus untuk membahas asuransi. Segera cek jadwal, and save your seat!
Jangan lupa juga follow Instagram QM Financial untuk berbagai update kelas finansial online dan tip praktis lainnya.
Mengapa Banyak Orang Indonesia Belum Punya Asuransi?
Data OECD mengungkapkan, bahwa penetrasi asuransi di Indonesia di tahun 2019 hanyalah 1.7%. Penetrasi asuransi adalah rasio premi asuransi dibandingkan PDB. Sementara, Singapura bisa sampai 9%, dan Malaysia pun 4.5%.
Apa sih ini artinya?
Well, kalau diterjemahkan secara bebas, orang Indonesia males banget untuk beli dan punya asuransi.
Coba yuk, kita ikuti dulu video berikut ini.
Lalu, apa ya sebabnya orang Indonesia pada belum punya asuransi? Menelusur dari berbagai berita, dan setelah menelaahnya, bisa jadi dikarenakan sebab-sebab berikut ini.
Alasan Orang Indonesia Masih Belum Punya Asuransi
1. Dianggap bukan kebutuhan utama
Kita di Indonesia mengenal kebutuhan pokok hidup itu meliputi pangan, sandang, dan papan. Asuransi tidak termasuk di dalamnya, sehingga banyak orang yang belum memandangnya sebagai barang penting yang wajib diusahakan dan dimiliki.
Padahal, soal kesehatan itu bisa jadi sangat penting. Bayangkan, kalau kita tidak sehat, lalu bagaimana kita bisa bekerja untuk mencari penghasilan demi memenuhi ketiga kebutuhan pokok tersebut?
Begitu juga dengan asuransi jiwa, yang dapat memberikan santunan saat kita tak bisa lagi mencari penghasilan.
Sayangnya, hal ini masih banyak yang belum menyadari.
2. Asuransi memiliki citra negatif
Citra negatif yang menempel pada produk asuransi sedikit banyak karena pemberitaan kasus-kasus yang melibatkan beberapa perusahaan asuransi. Kasus-kasus seperti ini sudah cukup lama terjadi, nggak hanya baru-baru ini saja.
Hal ini tak pelak membuat kepercayaan masyarakat terhadap produk asuransi menjadi menurun. Hasilnya, semakin banyak yang anti dan enggak mau punya asuransi.
3. Kurang paham cara kerja asuransi
Citra negatif asuransi, selain berhubungan dengan kasus-kasus yang terjadi, juga terbentuk oleh masih belum pahamnya masyarakat umum di Indonesia mengenai cara kerja asuransi.
Misalnya saja, kenapa uang asuransi hangus dan tidak bisa dikembalikan jika tidak ada klaim? Karena itu, asuransi sering dianggap menipu.
Padahal dengan telah membeli asuransi, itu artinya kita telah membeli perlindungan. Kalau membeli barang—apa pun itu, sudah pasti uang tak akan kembali kan, mau barangnya dipakai atau tidak. Prinsip yang sama juga berlaku dalam asuransi.
Lalu, kapan “barang”-nya kita pakai? Tentu saja kalau kita mengalami sesuatu yang kemudian menimbulkan risiko keuangan terhadap hidup kita. Nah, saat itulah, kita bisa merasakan manfaat besarnya.
4. Prosedur sulit
Padahal ya enggak juga. Bahkan sekarang sudah ada asuransi yang bisa kamu beli polisnya secara online. Sebelumnya, kamu juga bisa membandingkan berbagai produk asuransi secara online dalam platform market aggregator, untuk bisa memastikan produk asuransi yang sesuai kebutuhan.
Untuk masalah klaim, jika semua sudah sesuai prosedur dan kesepakatan, juga tidak akan sulit. Apa saja yang bisa membuat klaim ditolak?
- Asuransi sudah tidak aktif, premi tidak dibayar
- Klaim tidak tercakup dalam klausul. Misalnya kita hanya memiliki asuransi kesehatan biasa, tetapi kita mengklaim yang termasuk penyakit kritis
- Pengajuannya melebihi waktu yang sudah ditentukan
- Dokumen pendukung tidak lengkap
- Masih dalam masa tunggu, atau waiting period
- Pemegang polis melanggar hukum
- Di luar daftar rekanan
Nah, sebagai pemegang polis asuransi, kamu memang harus tahu, kondisi-kondisi seperti apa yang bisa membuat klaim asuransi ditolak, juga apa saja syarat yang harus dipenuhi untuk mengajukan klaim ini. Penuhi semuanya dengan baik, sesuai klausul dalam polis serta kesepakatan. Dengan demikian, klaim pun tidak akan ditolak.
5. Merasa masih sehat dan produktif
Sebagian besar orang merasa dirinya sangat sehat dan masih dalam usia produktif, sehingga prioritas punya asuransi adalah nomor sekian. Ya, ini kurang lebih sama saja sih dengan poin pertama di atas. Toh, kebutuhan lain masih banyak yang lebih penting untuk dipenuhi terlebih dahulu.
Namun, tahukah kamu, bahwa semakin banyak usia kita, maka harga premi pun akan semakin tinggi? Ini berlaku baik untuk asuransi jiwa maupun asuransi kesehatan. Karenanya, banyak orang belum punya asuransi karena saat muda merasa masih sehat dan dapat bekerja dengan baik. Baru kemudian ketika usia terus berjalan, kita sudah sering sakit, mengajukan asuransi.
Tentu saja, proses polis disetujui akan lebih rumit, dan harga premi pun melambung, karena perusahaan asuransi sudah melihat bahwa kita memiliki risiko hidup yang lebih tinggi.
Karena itu, justru di masa muda dan produktif inilah, seseorang harusnya sudah mulai punya asuransi. Mulailah dari asuransi yang paling penting, yaitu asuransi kesehatan. BPJS Kesehatan, misalnya. Cek lagi apakah masih perlu menambah dengan asuransi swasta. Kemudian, bisa dilanjutkan dengan punya asuransi jiwa, terutama jika kamu adalah tulang punggung keluarga.
Mau belajar seluk-beluk asuransi lebih banyak, sebelum benar-benar membeli polisnya?
Yuk, belajar dengan mengikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu. Ada kelas khusus yang membahas asuransi juga loh! Segera cek, and save your seat!
Jangan lupa juga follow Instagram QM Financial untuk berbagai update kelas finansial online dan tip praktis lainnya.
Dana Darurat atau Asuransi: Mana yang Lebih Penting dan Harus Didahulukan?
Kamu pasti tahu pentingnya punya jaring penyelamat keuangan: dana darurat dan asuransi. Tapi, lebih baik punya asuransi dulu atau dana darurat dulu ya?
Yes, mungkin kamu ada yang masih dibuat bingung dengan kedua pilihan tersebut. Dua-duanya sih penting untuk mengantisipasi krisis finansial yang bisa datang kapan dan kepada siapa saja. Maka setiap orang harus memiliki persiapan terkait hal ini.
Sebelum kamu memprioritaskan salah satu, ada baiknya QM Financial ingatkan lagi, tentang apa yang dimaksud dengan dana darurat dan asuransi, apa manfaat memiliki keduanya, dan apa yang membedakan keduanya.
Apa itu Dana Darurat?
Ketika membuat rancangan keuangan, dana darurat menjadi fondasi penting berupa tabungan untuk menyelamatkan kamu saat terjadi keadaan tidak terduga. Bisa jadi keadaan tersebut membutuhkan biaya yang besar.
Dana darurat atau emergency fund memiliki dua fungsi utama, yaitu sebagai dana cadangan, atau cash reserve. Contoh misalnya ketika terjadi hilangnya sumber pendapatan secara mendadak. Kedua, untuk keperluan pengeluaran tak terduga, atau unexpected expenses, seperti kalau jatuh sakit, terjadi kebakaran, kecelakaan, renovasi rumah, dan sebagainya.
Dana darurat baiknya disimpan di tempat yang aman, mudah diakses, dan mudah pencairannya. Kamu dapat menyimpan dana darurat di tabungan, deposito, atau reksa dana pasar uang.
Apa Itu Asuransi?
Asuransi merupakan pemindahan risiko keuangan yang terjadi pada seseorang kepada pihak asuransi.
Misalnya pada asuransi kesehatan. Ketika kamu sakit dan membutuhkan pengobatan, maka di situ terjadi risiko finansial. Kamu harus izin kerja, dan juga menanggung ongkos rumah sakit. Di sinilah terjadi pengambilalihan risiko finansial oleh perusahaan asuransi.
Agar kamu bisa mendapatkan manfaat asuransi, maka ada premi yang wajib dibayar secara berkala. Bisa per bulan ataupun per tahun.
Berbeda dengan dana darurat, asuransi memiliki jenis sesuai manfaatnya, yaitu asuransi jiwa, kesehatan, kendaraan, properti, dan masih banyak jenis asuransi lainnya. Apabila terjadi risiko terhadap aset—termasuk di sini adalah diri kita sendiri, maka biaya finansial tersebut akan ditutup oleh asuransi.
Untuk itu, perlu bagi kita untuk membaca dan mempelajari polis yang ingin dibeli secara teliti.
Nah, berarti dua-duanya penting dong?
Lalu, kalau misalnya ternyata keuangan belum memungkinkan, dan harus memilih, yang mana dulu nih yang harus dimiliki?
Dana Darurat vs Asuransi
Ada dua perbedaan signifikan antara dana darurat dan asuransi, yaitu soal likuiditas dan biaya pertanggungan yang didapat.
1. Likuiditas
Dana darurat bisa disimpan dalam bentuk tabungan ataupun aset yang lain. Ciri utama dari dana darurat adalah dananya bisa kapan saja ditarik (likuid) sesuai dengan kebutuhan mendesak kita.
Sedangkan, asuransi punya premi yang dibayarkan ke pihak perusahaan, dan manfaatnya bisa didapatkan saat terjadi risiko. Dengan demikian, sifatnya tidak likuid. Pun manfaat asuransi bisa diberikan sesuai dengan jenis perlindungan yang di-cover. Asuransi kesehatan yang harus dipakai untuk tujuan kesehatan, bukan untuk renovasi rumah. Demikian pula sebaliknya.
Karenanya, kalau dari segi manfaat, dana darurat bisa dipakai untuk tujuan yang lebih umum, tidak hanya satu risiko yang spesifik saja bila dibandingkan dengan asuransi.
2. Biaya pertanggungan yang didapat
Walaupun dana darurat menang secara likuiditas, tetapi biaya pertanggungan yang didapat bisa jadi lebih banyak asuransi.
Misalnya kamu, single happy berusia 25 tahun, sekarang membeli premi sebuah asuransi kesehatan dengan harga Rp28.500 per bulan. Bila pada umur 50 tahun, kamu mengalami risiko serangan jantung, stroke, atau penyakit lain yang ter-cover, maka bisa jadi kamu akan mendapatkan biaya pertanggungan sampai Rp100 juta. Uang pertanggungan ini bisa kamu dapatkan hanya dengan membayar premi selama 25 tahun, yang totalnya bahkan tidak sampai Rp20 juta.
Dengan dana darurat yang disimpan di tabungan biasa, rasanya hampir mustahil kita bisa mendapatkan dana Rp100 juta dengan nabung Rp28.500 setiap bulannya, ya kan? Harus lebih banyak yang ditabung.
Lalu, Mana yang Lebih Penting?
Well, kalau ditanya mana yang lebih penting sih, dana darurat dan asuransi sama-sama penting untuk dimiliki.
Tetapi, namanya juga kondisi, bisa saja akhirnya kamu terpaksa harus memilih. So, ini akan tergantung pada kesanggupan dana yang kamu miliki saat ini.
Dengan melihat dari beberapa risiko yang dapat terjadi, jika kamu hanya memiliki asuransi tanpa dana darurat, maka bisa jadi akan cukup berat. Terdapat beberapa alasan mengapa kamu tetap harus menyiapkan dana darurat, di samping asuransi.
Bisa jadi, tak semua jenis pelayanan kesehatan bisa ditanggung oleh asuransi. BPJS Kesehatan bisa jadi merupakan salah satu asuransi kesehatan dengan coverage perlindungan terlengkap, itu pun tetap saja ada satu dua titik kelemahannya. Kondisi seperti ini, mau tidak mau, akan memaksamu menggunakan dana lain selain asuransi tersebut.
Risiko lainnya, biasanya asuransi juga punya plafon klaim. Jika jatahnya habis di tengah jalan, sedangkan kamu masih butuh, maka tak bisa lain kamu harus merogoh kocek sendiri. Atau perusahaan asuransi yang dipilih ternyata tidak memiliki hubungan kerja sama dengan rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang dibutuhkan.
Jika situasinya seperti ini, kita bisa lihat bahwa dana darurat haruslah lebih dulu diprioritaskan. Namun, kamu tak perlu menunggu sampai jumlahnya ideal. Tentukan dulu target pertama. Ketika jumlah sudah mencapai target pertama, kamu bisa cover dengan asuransi. Lalu, lanjutkan dengan target berikutnya. Bertahap, hingga semua terpenuhi secara ideal.
Belajar atur keuangan dengan modul Udemy yuk! Ada lo, yang bahas khusus soal membangun dana darurat untuk singles: Journey for Singles.
Enaknya belajar di Udemy, kamu enggak terikat oleh waktu. Kamu bisa mempelajari semua materi kapan pun, karena aksesnya lifetime untuk sekali pembayaran saja.
Asyik kan?
Yuk, belajar bareng di Udemy. Tim QM Financial tunggu di sana ya!
Jangan lupa juga follow Instagram QM Financial untuk berbagai update kelas finansial online dan tip praktis lainnya.
Trik Memilih Asuransi Kesehatan Terbaik
Kamu sudah punya askes dari BPJS Kesehatan dari kantor tempat kamu bekerja? Bagus! Itu sebenarnya sudah cukup sebagai proteksi terhadap risiko keuangan akibat kesehatan yang menurun. Tetapi, kalau ternyata setelah dipertimbangkan dan dianalisis, kamu butuh asuransi kesehatan tambahan, lalu bagaimana cara memilih asuransi kesehatan terbaik, yang pas dengan kebutuhanmu ini?
Apa Manfaat Asuransi Kesehatan?
Kamu pasti sudah tahu betul, apa pentingnya asuransi kesehatan.
Asuransi kesehatan merupakan asuransi yang akan memberikan penggantian biaya perawatan kesehatan kalau kita—sebagai pemegang polis—mengalalami sakit atau kecelakaan dan harus menjalani perawatan. Besarnya penggantian tentu harus sesuai dengan kebijakan yang biasanya sudah disepakati dan ada dalam polis asuransi.
Nah, faktanya, kadang ada begitu informasi yang kita terima seputar asuransi kesehatan ini, yang justru membuat kita bingung. Masing-masing pasti mengklaim diri sendiri sebagai asuransi kesehatan terbaik. Lalu bagaimana cara memilih asuransi kesehatan terbaik itu?
Nggak perlu bingung, kita bahas cara memilih asuransi kesehatan terbaik dalam artikel ini ya. Yuk, ikuti sampai selesai.
Beberapa Kriteria yang Bisa Mendefinisikan Asuransi Kesehatan Terbaik
Fokus rawat inap
Ada beberapa fasilitas dan jenis yang ditawarkan, yang akhirnya membuat kita bingung memilih asuransi kesehatan terbaik.
Akan lebih baik, jika kita memilih yang memiliki fasilitas klaim rawat inap, karena kalau kita sakit, biaya rumah sakitlah yang porsinya paling besar.
Nah, kalau ternyata kamu punya dana lebih, bolehlah menambah dengan asuransi untuk rawat jalan.
Berjaringan luas
Ada beberapa sistem klaim asuransi kesehatan yang harus kamu ketahui, di antaranya cashless dan reimbursement. Dua-duanya sama saja sebenarnya, sama-sama sangat membantu. Tetapi, sistem klaim secara cashless itu lebih mudah.
Kalau kita sakit dan harus opname, maka kita nggak perlu nalangin atau membayar dulu. Pihak asuransi yang akan langsung membayarkannya.
Namun, untuk bisa cashless ini, kamu harus memastikan dulu bahwa asuransi kamu bekerja sama dengan rumah sakit yang bersangkutan. Kalau tidak ada kerja sama, meski asuransi menyediakan sistem cashless, ya tetap saja kamu harus membayar dulu, reimburse kemudian.
Karena itu, pastikan kamu memilih asuransi kesehatan yang memiliki jaringan kerja sama dengan rumah sakit yang luas.
Pilih yang murni
Ada beberapa layanan asuransi yang menyatukan produknya dengan produk investasi. Biasanya, asuransi kesehatan akan menjadi rider. Nah, produk jenis seperti ini kurang disarankan.
Mengapa? Karena biasanya porsi untuk asuransi kesehatan menjadi lebih kecil, karena premi akan dibagi ke dalam 3 alokasi. Yang terbesar adalah untuk asuransi jiwa—sebagai produk utama—lalu kedua ke investasi, dan baru ke asuransi kesehatan.
Memang tampaknya praktis, karena dalam satu produk ada 3 layanan yang bisa kita dapatkan. Tetapi, tak semua yang all in one itu manfaatnya bisa dirasakan secara optimal. Ada kalanya, kalau kita dapatkan sendiri-sendiri secara terpisah, manfaatnya bisa maksimal.
Perhatikan limit
Pihak asuransi akan memberlakukan plafon untuk klaim kesehatan. Ada 2 jenis plafon atau limit, yaitu limit gabungan semua perawatan dan limit per perawatan.
Pilihlah sesuai kebutuhanmu. Tetapi, kalau misalnya kamu tak memiliki penyakit dengan perawatan tertentu, lebih baik kamu memilih asuransi kesehatan dengan limit gabungan semua perawatan. Manfaatnya, kamu tidak akan dibatasi biaya per perawatannya, sehingga kamu bisa berobat terus selama limit belum habis.
Terdapat limit atau plafond yang membatasi jumlah maksimum klaim biaya kesehatan. Umumnya, asuransi menerapkan dua jenis limit, pertama adalah limit gabungan semua perawatan dan kedua adalah limit per perawatan.
Premi yang sesuai kemampuan
Besar premi akan ditentukan oleh limit. Jika kamu menginginkan plafon atau limit yang tinggi, sudah pasti premi akan menyesuaikan.
So, akan lebih baik jika kamu menyesuaikannya juga dengan kemampuan. Jangan sampai premi asuransi malah membuat keuangan kita tekor.
Nah, bagaimana? Apakah sedikit ulasan mengenai tip memilih asuransi kesehatan terbaik di atas sudah cukup jelas?
Kalau belum, mungkin akan baik adanya jika kamu bergabung dengan kelas finansial online QM Financial dan memilih topik yang sesuai dengan kebutuhan, dalam hal ini kelas asuransi kesehatan. Cek jadwal kelas-kelas finansial online QM Financial di sini, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
3 Solusi Ajak Orang Terdekat Kita Kuat Finansial Bersama-sama
Apakah kamu sudah menjaga keuangan orang sekitarmu?
Kok agak beda ya obrolan kita bulan ini.
Jadi ternyata bukan cuma keuangan pribadi kita saja yang penting untuk kita jaga, tapi juga keuangan orang sekitar kita.
Ada banyak masalah keuangan yang terjadi, saat keuangan orang lain yang hancur. Misalnya saat asisten rumah tangga kesulitan membayarkan uang sekolah anaknya, adik kandung masuk rumah sakit, hingga saat orang tua kita tidak bisa membayarkan biaya hidupnya sendiri.
Siapa yang akan menanggung semua masalah keuangan orang lain ini?
Jawabannya kemungkinan besar adalah… kita!
Ya. Kita yang keuangannya teratur, sudah rajin investasi, punya asuransi, gak ada masalah. Akhirnya kita juga yang akan turun tangan saat orang terdekeat tidak dalam kondisi keuangan yang baik.
Gak ada salahnya lho membantu orang-orang terdekat ini. Orang tua kita, saudara kandung kita, bahkan asisten rumah tangga tersayang yang sudah mendukung kelangsungan hidup kita selama ini. Menjadi kuat, untuk orang lain, adalah suatu anugerah yang sangat membahagiakan. Tapi tentu artinya, kita perlu mempersiapkan orang-orang terdekat ini juga ya.
Ada 3 solusi untuk membantu orang sekitar kita – kuat finansial bersama-sama.
1. Good Money Habit
Fondasi terbaik saat belajar mengatur keuangan adalah memiliki kebiasaan keuangan yang baik. Mulai ajak orang sekitar dengan kebiasaan baik. Hal-hal kecil yang akan berdampak besar. Misalnya tidak terbiasa ngutang, menabung sedikit demi sedikit, dan merencanakan hidup.
Orang terdekat seperti asisten rumah tangga, bisa mulai kita perkenalkan tentang merencanakan beli tanah di kampung, sehingga dia bisa menikmati hasil kerja kerasnya.
2. Beli Asuransinya, Yuk!
Saat ada keluarga besar yang sakit, siapa orang pertama yang akan turun membantu? Ya kita juga kan. Maka saat kita perhatian untuk membeli asuransi kesehatan bagi keluarga inti, kenapa tidak “perpanjang” perhatian ini pada keluarga besar. Mulai dari mendaftarkan semua anggota keluarga besar ke BPJS Kesehatan, hingga menyiapkan asuransi kesehatan jika membutuhkan perlindungan lebih. Saat terjadi sakit atau kecelakaan, kita pasti bisa fokus pada upaya pemulihan. Jangan biarkan urusan keuangan menambah pusing keluarga kita.
3. Persiapan Pensiun
Nah untuk yang ini memang gak gampang. Bahas pensiun untuk diri sendiri aja bingung, mesti bahas pensiun untuk orang lain? Masalahnya saat orang tua sudah sepuh, tidak bisa pensiun, kita juga yang akan turun tangan mengurusi segala kebutuhan mereka. Muncullah istilah “sandwich generation”. Kalau mampu ya gak masalah – tapi kalau untuk diri sendiri saja kekurangan, membantu orang tua sendiri jadi berat, kan sedih. Topik “sandwich generation” ini jadi bahasan seru di acara Financial Dialogue Volume 07 di bulan Maret 2021.
Dulu saya pikir, atur keuangan sendiri saja. Ternyata atur keuangan ini tidak bisa berdiri sendiri. Namanya orang Indonesia, terbiasa hidup semi komunal. Kita hidup bersama orang tua kita, bersama keluarga besar kita, juga bersama asisten rumah tangga kita. Kita perlu mengajak orang sekitar kita untuk ikut juga mengatur keuangan. Dengan begitu kita tidak kuat sendirian. Kita kuat bersama-sama.
Bagaimana dengan kamu?
Adakah orang-orang terdekat yang ingin kamu ajak belajar atur keuangan dengan lebih baik?
Mari diskusi soal cara atur uang ini bersama QM Financial.
Ajak keluarga dan kerabat terdekat ikut mengatur keuangan dengan baik.
Mari kita wujudkan sehat di 2021.
Sehat fisik, sehat mental, dan sehat finansial.
Ligwina Hananto
Bersiap Menghadapi Tahun 2021 dengan Keuangan yang Lebih Baik
Tahun 2021 sudah di depan mata! Tahun 2020 sudah hampir sampai di penghujung, Gaes! Gimana nih? Sampai dengan hari ini, apakah kamu sudah melakukan beberapa review terkait keuanganmu? Atau, apa saja yang sudah kamu lakukan sepanjang 2020 demi kehidupan yang lebih baik?
Yes, hal yang akan selalu menjadi penentu bagaimana kita menjalani hidup sehari-hari di sepanjang tahun–salah satunya–adalah keuangan. Karena itu, mau tutup tahun, kita ya perlu melakukan review, sedangkan saat tahun baru tiba, akan lebih baik jika kita juga memiliki rencana keuangan untuk setahun ke depan.
Untuk apa? Ya, pastinya agar di tahun yang baru, hidup kita lebih baik.
Ada beberapa catatan yang harus diperhatikan nih, dari tahun 2020 untuk kemudian kamu jadikan fokus di tahun 2021.
- Pandemi sepertinya masih betah. Setidaknya, sampai vaksin sudah tersebar merata dan semua orang sudah menerimanya.
- Kita masih berada dalam resesi ekonomi, meski BPS sudah mengumumkan bahwa di Q3, kita mengalami pertumbuhan PDB sebesar 5.05% dibandingkan Q2. Tapi ya, tetap saja posisi masih minus jika dibandingkan YoY tahun sebelumnya.
- Upah minimum pekerja tidak akan naik di tahun 2021.
So, apa yang perlu kita siapkan secara keuangan sekarang, demi tahun 2021 yang lebih baik, meski kondisi masih belum pasti?
Bersiap Menghadapi Tahun 2021 Secara Finansial
1. Amankan dana darurat
Kita sudah belajar, bahwa yang namanya musibah atau kondisi darurat bisa datang sewaktu-waktu, tanpa pemberitahuan lebih dulu. Ya, kalau ada pemberitahuan lebih dulu mah pendaftaran CPNS. Karena itu, belajar dari tahun 2020, kita harus lebih siap menghadapi segala hal di tahun 2021 mendatang.
Salah satunya dengan memiliki dana darurat yang memadai.
Duh, dana darurat lagi, dana darurat lagi. Barangkali kamu juga sudah bosan mendengarnya. Tapi, kamu enggak boleh bosan diingatkan, seperti halnya QM Financial yang enggak pernah bosan untuk mengingatkanmu.
Amankan dana daruratmu. Kalau kemarin sudah terpakai, jangan lupa untuk menggantinya sesuai kemampuan. Untuk berapa jumlah idealnya, kamu pasti sudah hafal ya kan?
2. Tetap perhatikan cash flow
Pastikan cash flow tetap positif.
Cek pemasukan. Ada 3 kemungkinan nih di sini: pemasukanmu tetap stabil (Alhamdulillah!), ada tetapi berkurang, dan hilang sama sekali.
Cek pengeluaran. Apakah ada pos pengeluaran yang sekarang berubah? Dulu nggak ada, sekarang ada. Atau dulu ada, sekarang nggak ada.
Cermati catatanmu ya. Kalau perlu, kamu bisa memantaunya secara harian atau bulanan lagi, sebelum akhirnya menemukan pola pengeluaran yang terbaik. Pastikan tetap positif.
Tahun 2021 masih belum pasti akan seperti apa. Jadi pastikan cash flow tetap positif ini sangat penting.
3. Pastikan asuransi aman
Di zaman penyakit yang menyebar seperti ini, asuransi kesehatan menjadi hal yang sama sekali tak boleh dilupakan atau diabaikan. Semoga kamu semua sudah punya asuransi kesehatan sekarang, sehingga kamu bisa menghadapi tahun 2021 dengan lebih tenang.
Begitu juga dengan asuransi jiwa. Beneran deh ya, tahun 2020 mengajarkan kita akan banyak hal, ketika banyak masalah dan kesulitan datang secara bersamaan. Di sisi lain, kita harus mensyukuri, bahwa kita masih bisa survive sejauh ini. Mari kita survive lebih lama lagi, sampai akhir tahun 2021, dan tahun-tahun sesudahnya.
So, buat kamu yang sampai sekarang belum memiliki baik asuransi kesehatan maupun asuransi jiwa, yuk, coba mulai direncanakan ya. Asuransi kesehatan sebaiknya dimiliki oleh semua orang, tua-muda, besar-kecil, laki-perempuan, sampai bayi sekalipun. Pastikan keluargamu juga sudah ter-cover semuanya. Sedangkan, asuransi jiwa wajib dimiliki oleh kamu yang menjadi tulang punggung keluarga.
Pastikan tahun 2021 kamu lebih aman dengan adanya proteksi yang memadai.
4. Tetap investasi sesuai kemampuan
Yes, teruslah berinvestasi sesuai kemampuan di tahun 2021.
Investasi ini penting untuk memastikan tujuan keuangan kamu tetap bisa terlaksana. Ya, meskipun kita sekarang sedang dalam resesi, tapi yang namanya masa pensiun nggak akan mundur kan ya? Begitu juga dengan uang pendidikan anak-anak. Nggak peduli lagi sulit atau krisis, biaya-biaya sekolah dan pendidikan ini tetap harus dibayar.
Karena itulah, tetaplah berinvestasi, yang disesuaikan dengan kemampuan.
5. Cari peluang pemasukan baru
Demi arus kas yang tetap positif dan juga tujuan-tujuan keuangan yang sudah kita buat, maka ada baiknya kamu mempertimbangkan untuk cari peluang tambahan pemasukan di tahun 2021.
Paling pas adalah kamu mencoba berdagang. Dagang apa saja; bahan-bahan makanan atau makanan matang, masker, buah, sayur, sembako, dan yang lainnya–yang banyak dibutuhkan oleh orang-orang terutama di kondisi seperti ini.
Jangan hanya puas dengan pemasukan dari satu pintu.
Tetap pantau jadwal-jadwal kelas online QM Financial, agar kamu bisa ikutan berbagai kelas keuangan sesuai kebutuhanmu.
Selamat menjelang tahun 2021 yang lebih baik ya!
Premi Asuransi Murah atau Mahal, 5 Faktor Ini yang Memengaruhinya
Premi asuransi murah atau yang mahal sih yang bagus? Pertanyaan ini sering muncul ketika kita berdiskusi soal keuangan.
Ya, asuransi memang memegang peranan penting dalam rencana keuangan kita yang sehat. Dalam Blueprint of Your Money, asuransi diibaratkan sebagai atap yang melindungi rumah keuangan kita. Tanpa adanya asuransi, ya kita akan harus siap menghadapi risiko yang lebih besar, yang bisa terjadi pada aset-aset yang kita miliki–termasuk diri kita sendiri.
Seiring dengan kemudahan teknologi, asuransi pun sekarang lebih mudah dimiliki. Jenisnya pun ada banyak, sesuai aset yang hendak dilindungi. Namun, tak sedikit orang yang terkejut tatkala mendapati bahwa premi asuransi yang akan dibeli ternyata butuh dana yang tak sedikit.
For your information, ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi harga premi asuransi, sehingga membuat ada yang murah dan yang mahal. Nah, inilah yang harus kamu pahami juga sejak awal.
5 Faktor yang Memengaruhi Premi Asuransi Murah dan Mahal
1. Usia tertanggung
Mudahnya, jika usia tertanggung semakin muda saat membeli polis asuransi, maka besar kemungkinan harga preminya juga akan lebih murah. Ini terutama berlaku baik untuk asuransi jiwa maupun asuransi kesehatan.
Usia sangat berpengaruh pada risiko kesehatan yang bisa terjadi. Semakin muda usia seseorang, maka logikanya akan semakin kecil risiko ia akan mengalami sakit. Di beberapa perusahaan asuransi bahkan tak mensyaratkan tes kesehatan bagi calon tertanggung yang berusia 30 tahun, untuk bisa menjadi nasabah dan mendapatkan perlindungan.
Semakin bertambah usia, maka risiko kesehatan semakin besar. Dan ini artinya, semakin besar pula risiko yang dipindahkan pada perusahaan asuransi, sehingga premi asuransi murah tak bisa lagi didapatkan.
2. Riwayat kesehatan
Faktor kedua ini juga cukup mudah untuk dijelaskan secara logika. Jika kamu memiliki riwayat pernah (atau saat ini memiliki) sakit berat, atau secara garis keturunan pernah memiliki riwayat penyakit, maka premi asuransi akan lebih besar ketimbang mereka yang tak punya riwayat penyakit berat.
Sekali lagi, risikolah yang menjadi faktor penentu harga premi asuransi dalam hal ini.
Untuk mengetahuinya, perusahaan asuransi akan meminta kamu untuk melakukan tes kesehatan, serta memintamu untuk menjelaskan kondisi riwayat kesehatan–baik pribadi maupun dari keluarga–secara jujur.
Hal terkait kesehatan lainnya yang bisa menentukan premi asuransi murah atau mahal adalah apakah kamu seorang perokok aktif atau bukan.
Perusahaan asuransi umumnya berasumsi, bahwa seseorang yang aktif merokok akan memiliki risiko kesehatan yang lebih tinggi ketimbang mereka yang tidak. Jika (calon) tertanggung adalah perokok aktif, maka biasanya premi asuransi akan lebih mahal.
3. Jenis pekerjaan
Jenis pekerjaan juga menjadi faktor penentu premi asuransi murah atau mahal, karena jenis pekerjaan juga memberikan sumbangan besar kecilnya risiko akan terjadinya kematian ataupun gangguan kesehatan pada tertanggung.
Misalnya, jika kamu bekerja di sektor dengan risiko kecelakaan dan kematian tinggi–misalnya pilot atau awak maskapai penerbangan, tenaga konstruksi, pekerja di tambang, petugas pemadam kebakaran, dan sejenisnya–maka premi asuransi akan menjadi lebih mahal.
4. Nilai uang pertanggungan dan masa kontrak polis
Semakin besar uang pertanggungan yang kamu butuhkan, maka semakin mahal pula harga premi yang harus dibayarkan. Karenanya, bijaklah dalam mengenali kebutuhanmu, serta perhitungkan dengan tingkat inflasi yang ada. Nggak masalah sih, jika kamu memang menginginkan uang pertanggungan yang tinggi, asalkan tetap sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.
Masa kontrak polis juga akan memengaruhi apakah premi asuransi murah atau mahal yang harus dibayarkan. Semakin lama perlindungan asuransi yang diperlukan, maka umumnya harga premi juga akan semakin mahal.
Dengan demikian, kamu memang perlu untuk menghitung, seberapa besar kebutuhanmu akan perlindungan ini bisa didapatkan. Misalnya, jika kamu hendak membeli asuransi jiwa, maka kamu bisa memperhitungkannya dari usia anak. Jika anak terkecil misalnya berusia 5 tahun, dengan perkiraan sudah dapat mandiri dalam usia 25 tahun, maka kamu perlu membeli asuransi jiwa dengan masa kontrak polis selama 20 tahun, maksimal.
5. Jenis asuransi
Jenis asuransi yang dipilih juga menentukan harga premi. Paling mudah adalah ketika kita hendak membeli polis asuransi jiwa. Ada term life insurance atau asuransi jiwa berjangka, ada pula asuransi whole life, dan masih ditambah dengan asuransi unit link yang merupakan paket fungsi proteksi dan investasi.
Jenis asuransi jiwa berjangka memiliki harga premi yang lebih murah ketimbang unit link. Mengapa? Karena unit link menuntut kita untuk membayar premi fungsi ganda, yaitu sebagai proteksi dan sebagai investasi. Hal yang sama juga terjadi jika kamu membayar premi untuk fungsi proteksi dan tabungan.
Nah, itu dia beberapa faktor yang memengaruhi harga premi asuransi, ada yang mahal dan ada yang murah.
Lebih lanjut, yuk, simak video berikut ini.
Sampai di sini masihkah kamu bingung? Jika iya, bergabung saja dengan kelas online finansial QM Financial untuk mengenal asuransi lebih mendalam, sehingga kamu bisa menyesuaikannya dengan kebutuhanmu.
Stay tuned juga di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Berbagai Risiko Keuangan dan Bagaimana Cara Kita Menghadapinya
Pandemi COVID-19 masih belum menampakkan hilal kapan akan berakhir. Bisa dibilang, ini adalah salah satu kondisi di mana risiko keuangan muncul dalam hidup.
Risiko, kalau menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan”. So, kalau risiko keuangan berarti adalah segala hal yang dapat menimbulkan kerugian secara keuangan.
Pada dasarnya, kita hidup selalu dibayangi risiko, dalam bentuk apa pun. Maka, sebagai makhluk yang adaptif, kita pun berusaha menyiapkan diri dengan segala cara agar meminimalkan munculnya risiko. Salah satu bentuk risiko yang bisa dan harus kita antisipasi adalah risiko keuangan ini.
Manajemen risiko keuangan yang baik merupakan salah satu komponen penting dalam perencanaan keuangan yang komprehensif. Risiko adalah salah satu hal atau elemen yang wajib ada dan dipertimbangkan dengan saksama saat kita membuat perencanaan keuangan.
Istilahnya, kita berharap yang terbaik (yaitu tujuan keuangan tercapai) tetapi juga siap untuk hal terburuk yang terjadi (dalam bentuk risiko keuangan).
Risiko tidak bisa dihindari atau dihilangkan, tetapi kita bisa meminimalkan efeknya dengan beberapa langkah antisipatif. Ibaratnya, kalau kena pukulan, ya nggak lebam-lebam amat karena ada samsak di depan kita. Samsak inilah yang berfungsi sebagai jaring penyelamat. Tinggal seberapa bagus samsak yang bisa kita siapkan. Betul? Semakin bagus, pastinya efek pukulan ya semakin tak terasa.
Apa Saja Risiko Keuangan yang Biasa Terjadi dalam Hidup?
Banyak hal yang bisa terjadi dalam hidup, ada yang berefek baik ada yang tidak baik. Ada yang menimbulkan risiko terhadap fisik, mental, dan sebagainya, ada juga yang berefek secara keuangan.
Beberapa hal yang bisa menimbulkan efek kerugian secara keuangan antara lain:
- Bencana alam, misalnya saja banjir. Kita mendapatkan risiko finansial ketika rumah kita kebanjiran. Banyak barang rusak sehingga harus diperbaiki atau diganti, dan sebagainya.
- Penyakit. Risiko finansialnya adalah ongkos untuk membayar rumah sakit, obat, dan seterusnya.
- Tindakan kriminal, misalnya pencurian atau perampokan yang mengakibatkan hilangnya aset, dalam bentuk apa pun.
- Hilangnya mata pencaharian, misalnya PHK, atau kematian orang yang menjadi tempat kita menggantungkan hidup
Ada orang yang risiko keuangannya lebih tinggi daripada yang lain, ada pula yang relatif lebih kecil. Nggak akan ada yang sama, karena memang sangat tergantung pada hidup yang dijalani masing-masing. Buat A, ada hal yang tidak dipandang sebagai risiko, padahal bagi B, hal yang sama bisa dianggap risiko yang paling berat.
Misalnya saja, soal keluarga. Buat keluarga A dengan suami istri yang bekerja, maka risiko keuangan akibat hilangnya mata pencaharian akan relatif lebih ringan ketimbang keluarga B yang hanya suami saja yang bekerja. Tapi bukan berarti juga keluarga B salah dalam pengelolaan manajemen risiko, karena mungkin ada satu dua hal lain yang menjadi pertimbangan penting.
Yes, karena memang tidak pernah ada pengelolaan keuangan yang selalu salah dan selalu benar, because personal finance is very personal.
Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk meminimalkan efek risiko keuangan dalam hidup kita ini?
Banyak, di antaranya–yang paling penting–adalah sebagai berikut:
1.Dana darurat
Dana darurat adalah jaring penyelamat pertama dan paling penting dalam manajemen risiko keuangan pribadi kita.
Untuk pengelolaan dana darurat, kamu bisa membaca artikel-artikel yang membahas detail mengenai dana darurat di web ini. Ada mulai dari peran dana darurat di saat darurat, bagaimana pertimbangan mempergunakannya, hingga strategi untuk mengembalikan dana darurat.
2.Diversifikasi instrumen investasi
Berbicara soal risiko keuangan tentu tak lepas dari membahas risiko investasi.
Mengapa? Karena investasi memang seharusnya ada dalam rencana keuangan kita, sebagai cara untuk mewujudkan tujuan keuangan. Dan, investasi selalu tentang manajemen risiko dan imbal hasil. Di mana kita mengharapkan imbal hasil, di situ pula kita harus menghadapi risiko.
Salah satu cara untuk meminimalkan risiko investasi adalah dengan melakukan diversifikasi instrumen investasi. Langkah awalnya adalah dengan mengenali produk-produk investasi itu dulu, baru kemudian merencanakan dan merealisasikan sesuai rencana dan manajemen risiko yang sudah dibuat.
3.Asuransi
Hal ketika yang bisa kita lakukan untuk meminimalkan efek risiko keuangan adalah dengan memiliki perlindungan terhadap aset, baik itu aset bergerak maupun tidak bergerak. Bahkan, diri sendiri pun merupakan aset yang harus dilindungi, ketika kita membicarakan risiko keuangan ini. Sudah dijelaskan kan, bahwa hilangnya mata pencaharian merupakan salah satu risiko keuangan terbesar yang mesti siap dihadapi.
Jadi, berikanlah perlindungan terhadap risiko keuangan yang bisa terjadi pada diri sendiri dengan asuransi jiwa dan asuransi kesehatan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Membeli Polis Asuransi Kesehatan, Orang Banyak Melakukan 5 Kesalahan Ini
Membeli polis asuransi kesehatan memang bisa dibilang agak sedikit tricky. Bukan rumit sih, tapi butuh kejelian dan pengetahuan yang cukup, terutama untuk bisa memahami manfaat yang ditawarkan dan kemudian menyesuaikannya dengan kebutuhan yang kita miliki.
Karenanya, tak jarang orang melakukan kesalahan dalam membeli polis asuransi kesehatan ini, yang akibatnya manfaat pun tak bisa dirasakan secara optimal. Rasanya sayang banget kan, sudah punya asuransi kesehatan, tapi malah nggak bisa dipakai “hanya” karena kesalahan kecil saja.
Salah satunya, membeli polis asuransi kesehatan ketika sudah sakit dan berada di rumah sakit untuk rawat inap. Iya, ini hal yang sangat sering terjadi loh, terutama untuk BPJS Kesehatan. Malas urus, lalu ketika sudah dirawat inap, baru deh mengajukan kepesertaan. Pada umumnya, perusahaan asuransi akan menolak pengajuan kita jika diajukan ketika sudah dalam kondisi sakit. Bagaimanapun, mereka harus mengelola risiko, dan menerima kepesertaan seseorang yang sudah dalam kondisi sakit akan meningkatkan risiko kerugian bagi mereka.
Nah, hal-hal seperti ini wajib kita pahami. Coba kita lihat juga yuk, kesalahan lainnya yang biasanya terjadi ketika membeli polis asuransi kesehatan ini.
5 Kesalahan yang Sering Terjadi Saat Membeli Polis Asuransi Kesehatan
1. Asal memilih premi murah
Asal memilih premi yang murah juga menjadi kesalahan umum saat membeli polis asuransi kesehatan.
Premi murah bisa jadi tidak memberikan manfaat yang optimal, karena mungkin tidak sesuai dengan kebutuhan asuransi yang kita miliki. Tetapi juga enggak salah total juga sih, karena memang siapa tahu kebutuhan kita akan asuransi tidak banyak. Misalnya, kalau kita jarang sakit. Tapi yah, siapa yang bisa menjamin kan?
Intinya, kebutuhan harus menjadi bahan pertimbangan utama saat membeli polis asuransi. Premi mahal atau murah, apakah sudah sesuai dengan kebutuhan kita?
2. Berbohong tentang kondisi kesehatan
Tidak menceritakan kondisi kesehatan kita secara jujur pada saat proses pengajuan kepesertaan asuransi kesehatan akan membawa kesulitan di kemudian hari. Jadi, hindarilah kesalahan ini jika kamu hendak membeli polis asuransi.
Kalau sampai nantinya perusahaan asuransi menemukan ketidaksesuaian antara keterangan kita dengan pemeriksaan kesehatan kita, mereka bakalan menolak pengajuan klaim kita. Akibatnya, manfaat asuransi kesehatan pun jadi tidak bisa kita dapatkan.
3. Beli asuransi yang tak sesuai kebutuhan
Nah, ini dia, balik lagi ke poin pertama. Kadang memang kita sendiri kurang paham mengenai cara kerja asuransi ini, sehingga saat membeli polis asuransi, kita pun enggak paham juga akan produk terkait.
Bisa jadi, karena pas beli polis asuransi tersebut, kita didasari oleh perasaan nggak enak. Iya, soalnya agennya teman sendiri. Nah loh!
Ini sering banget terjadi lo. Ya, seharusnya sih, justru karena teman sendiri, kita harus ‘memanfaatkan’-nya untuk bisa memberikan bantuan agar kebutuhan kita terlayani dengan baik. Jangan karena enggak enakan saja, tetapi bekerja samalah agar masing-masing mendapatkan manfaat. Betul?
4. Malas baca polis
Polis asuransi memang menggunakan bahasa hukum, yang kadang kurang bisa dipahami dengan baik oleh orang awam. Nggak heran jadi malas membacanya.
Kesalahan ini pun banyak terjadi di tengah masyarakat kita. Namun, membaca polis asuransi sebelum benar-benar memutuskan untuk membelinya ini penting banget. Tanpa membacanya, bisa jadi kita enggak tahu apakah manfaatnya sesuai dengan kebutuhan, bagaimana cara pengajuan klaimnya, kondisi apa yang harus diperhatikan untuk memanfaatkannya, dan sebagainya.
Kalau memang kurang bisa memahami polis asuransi kesehatan yang disodorkan, tanyakanlah pada agen asuransinya. Mintalah penjelasan hingga detail dan selengkap mungkin.
Intinya, jangan membeli produk–termasuk polis asuransi–kalau kita tak benar-benar paham akan produk tersebut.
5. Lupa bayar premi
Sudah menjadi peserta asuransi kesehatan, eh, karena merasa nggak pernah sakit terus abai akan iuran premi yang menjadi kewajiban kita.
Yah, jangan gitu juga dong. Premi adalah kewajiban, yang di kemudian hari bisa kita manfaatkan sebagai uang pertanggungan. Premi yang tidak dibayarkan tepat waktu akan mengakibatkan keanggotaan kita dalam asuransi jadi terhenti.
Nanti, kalau ternyata butuh, baru bingung lagi deh.
Apakah kamu juga melakukan kelima kesalahan saat membeli polis asuransi seperti di atas? Semoga enggak ya.
Yuk, belajar seluk beluk asuransi kesehatan bareng QM Financial! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
7 Ciri Keuangan Sehat yang Pasti Bisa Dicapai oleh Semua Orang
Setiap orang pasti pengin sehat. Enggak hanya soal tubuh fisik yang sehat, pun mentalnya, tetapi pasti juga pengin punya keuangan sehat. Betul?
Punya keuangan yang sehat itu sebenarnya simpel kok. Justru malah lebih rumit kalau kita ‘pengin kaya’. Tapi, kebanyakan sih yang terakhir yang menjadi target kebanyakan orang. Well, kamu enggak perlu jadi kaya kok untuk punya keuangan sehat.
Berikut beberapa ciri keuangan sehat, yang sebenarnya simpel banget bahkan mungkin kamu sudah menuju ke arah yang sama sekarang ini. Tinggal dilanjutin aja.
7 Ciri Keuangan Sehat
1. Punya pemasukan dan pengeluaran yang lancar, terukur, dan rasionya positif
Bisa jadi setiap orang memang punya pemasukan dan pengeluaran. Wajar, tetapi belum tentu kondisinya sehat.
Ciri keuangan sehat adalah ketika pemasukan dan pengeluaran lancar, dan rasionya positif, dalam artian pemasukan lebih besar dari pengeluaran. Arus kas ini juga terukur dan tercatat dengan baik, sehingga bisa terlihat dengan jelas pergerakannya.
Ketika arus kasnya negatif, ini berarti pengeluaran lebih banyak daripada uang yang masuk. Artinya, ada yang salah dengan pengelolaannya. Apalagi jika sampai tabungan juga tergerus akibat dari negatifnya arus kas ini, berarti kamu harus segera melakukan sesuatu untuk mengatasinya.
2. Punya tujuan keuangan
Orang dengan kondisi keuangan yang sehat akan memiliki tujuan finansial yang jelas pula. Apalagi ketika satu per satu tujuan finansial bisa dicapai. Sudah pasti itu merupakan tanda keuangan sehat.
So, saat ini apakah kamu sudah mencapai satu atau beberapa tujuan finansialmu? Dana DP rumah? Dana menikah? Dana pendidikan anak?
Oh, kamu sedang mengusahakannya? Bagus! Itu sudah merupakan pertanda besar bahwa keuanganmu sehat.
Keep on going, ya!
3. Cicilan utang lancar
Cicilan utang yang lancar, tidak pernah menunggak, dan sesuai dengan kesepakatan juga merupakan salah satu tanda keuangan sehat. Ini berarti rasio utangmu pas atau malah di bawah garis batas, yaitu 30% dari penghasilan rutin, yang berarti anggaranmu cukup longgar untuk membayar cicilan utang.
Yups, ini pertanda bagus. Semoga cicilanmu segera lunas, dan kamu pun sudah one step closer menuju kebebasan finansial. Amin!
4. Kebutuhan rutin terpenuhi dengan baik
Namanya manusia, sudah biasalah banyak mau, banyak keinginan, banyak cita-cita, sehingga banyak kebutuhan juga. Itu tandanya kita masih termotivasi untuk hidup lebih baik.
Jika kondisi keuangan sehat, maka kamu juga enggak akan menemui kesulitan berarti untuk bisa memenuhi semua kebutuhan hidupmu sehari-hari. Nggak perlu utang untuk belanja groceries, bahkan sekadar untuk jajan-jajan lucu. Kamu bahkan punya uang belanja lebih untuk kasih reward untuk diri sendiri sesekali waktu. Bahkan, kamu bisa membayar tunai barang-barang tersier tanpa mengganggu pos pengeluaran yang lain.
Wah, sehat banget tuh!
5. Punya dana darurat
Keuangan sehat juga bisa dilihat dari jumlah dana darurat yang memadai, yang bisa menjadi jaring penyelamat ketika ada keperluan mendadak atau ada kondisi darurat yang memerlukan biaya. Tanpa mengganggu arus kas harian, kamu bisa mengatasi keperluan mendadak ini dengan mudah dan gampang.
Berapa jumlah dana darurat yang ideal? Kamu bisa mengecek di artikel yang sudah ditautkan. Dana darurat enggak harus dibangun sekaligus. Kamu bisa memulainya seiring dengan tujuan keuangan yang lain. Tinggal atur saja proporsinya, lama kelamaan jumlah ideal tersebut pasti tercapai, jika kamu bisa konsisten.
6. Punya proteksi
Keuangan sehat juga ditandai dengan kepemilikan proteksi yang memadai. Yang paling penting adalah kamu punya asuransi kesehatan dan asuransi jiwa. Kedua asuransi ini wajib punya, terutama asuransi jiwa jika kamu masih di usia produktif dan menjadi tulang punggung keluarga.
Pastikan juga kamu mengikutsertakan seluruh anggota keluarga dalam asuransi kesehatan. Karena biaya sakit itu enggak pernah murah. Sekali sakit, bisa menguras tabungan jika kamu tak memiliki asuransi kesehatan. Jadi, jenis asuransi ini wajib hukumnya.
7. Bisa investasi sesuai proporsi
Idealnya, kamu seharusnya bisa berinvestasi setidaknya 10% dari penghasilan rutinmu setiap bulan jika kamu memiliki kondisi keuangan sehat. Bisa lebih malahan, apalagi kalau lagi musim bonus atau ada THR.
Nah, ketujuh tanda keuangan sehat di atas bisa dicapai kalau kamu memiliki keterampilan pengelolaan keuangan yang baik. See? Nggak harus kaya kan, untuk bisa punya kondisi keuangan sehat?
Kamu pengin punya kebiasaan mengatur uang yang baik juga? Kamu bisa belajar kok, mulailah dari memahami konsep Blueprint of Your Money. Dari situ, kemudian kamu bisa melanjutkan ke pengelolaan arus kas, menentukan tujuan finansial, hingga mengenali satu per satu instrumen untuk mewujudkan tujuan keuanganmu.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.