Saat Krisis Keuangan Berakhir, Segera Lakukan 5 Langkah Berikut
Nggak ada yang berharap krisis keuangan terus berlanjut, apa pun penyebabnya. Penginnya sih ya, krisis segera berakhir, kehidupan kembali normal, dan kita pun bisa menata hidup lagi dengan lebih baik.
Nah, mari kita berandai yang baik-baik. Jika, krisis ini berakhir nanti (Amin!), apa yang pertama kali akan kamu lakukan? Langsung pesan tiket pesawat dan pelesiran keluar negeri sepuas hati?
Ya, boleh saja sih. Secara gitu ya, kita sekarang sedang “dikurung” di rumah atau di kamar sendiri. Begitu aman untuk keluar dari “kurungan”, pastilah hal pertama yang akan dilakukan adalah pergi liburan, piknik, dan jalan-jalan.
Tapi, tunggu dulu. Sebelum kamu pesan tiket pesawat, kereta api, dan lain sebagainya, sebaiknya kamu lakukan dulu beberapa hal terkait keuangan berikut ini.
5 Langkah yang Harus Segera Dilakukan Ketika Krisis Keuangan Berakhir Nanti
1. Atur ulang arus kas
Arus kas adalah kunci di segala kondisi. Maka, jangan bosan-bosan untuk selalu mengecek kelancarannya di segala situasi.
Saat kita mulai menghadapi krisis keuangan–dengan penyebab apa pun–mengecek kelancaran arus kas harus dilakukan pertama kali. Demikian pula, ketika akhirnya krisis keuangan berakhir, arus kas adalah hal pertama yang harus dilihat dan diamati.
Perhatikan pos-pos pengeluaran yang ada. Mungkin proporsinya sudah sempat berubah kemarin di awal masa krisis. Sudah enggak 40 – 30 – 20 – 10 (atau proporsi yang biasa) lagi. Lalu, bagaimana dengan setelah krisis keuangan berakhir? Apakah pembagian pos pengeluarannya masih sama, atau adakah yang berubah lagi?
Supaya kamu tahu dengan pasti, lakukan pencatatan harian lagi dengan membuat catatan pengeluaran, catatan pendapatan, dan anggaran. Dengan demikian, polanya akan terlihat lagi.
2. Cek posisi dana darurat
Apakah kamu sempat menggunakan tabungan dana daruratmu untuk keperluan ini itu selama krisis keuangan berlangsung? Berapa banyak?
Setelah mengetahui jumlah dana darurat yang terpakai, segera buat rencana untuk memulihkannya lagi begitu krisis keuangan berakhir. Kamu bisa mengalokasikannya langsung di depan begitu kamu terima gaji atau penghasilan. Buatlah pemulihan dana darurat ini sebagai tujuan keuangan yang utama, sebelum beranjak ke tujuan keuangan yang lain.
3. Cek posisi utang
Bagaimana posisi utangmu? Apakah ada yang sempat tertunda cicilannya saat krisis keuangan terjadi? Kalau iya, sekaranglah waktunya untuk mengalokasikan ulang semua tagihan dan cicilan.
Coba cek artikel cara efektif melunasi utang ini ya, dan pertimbangkan langkah-langkah yang perlu atau bisa kamu lakukan untuk membayar tunggakan. Tetap tenang, dan tak perlu panik.
Meski mungkin pemerintah memberikan instruksi kepada semua pemberi pinjaman untuk dapat menunda penagihan, tetapi bukan berarti kita lantas bisa seenaknya enggak membayar utang.
Ingat ya, berani utang berani bayar.
4. Genjot penghasilan
Yang pastinya, setelah keluar dari karantina, harapannya kita bisa beraktivitas dengan lancar. Maka, ini waktunya untuk bounce back, dan menggenjot lagi penghasilan.
Selain dari pekerjaan utamamu–mungkin kamu seorang karyawan kantoran–kamu juga bisa menambah penghasilan dengan beberapa usaha sampingan. Coba cek hobimu, adakah yang mungkin bisa dibisniskan? Atau, mungkin kamu bisa tambah penghasilan dengan berdagang?
5. Rencanakan bersenang-senang
So, jika semua hal sudah aman, sekarang saatnya kamu merencanakan bersenang-senang. Mau ngapain nih? Liburan? Jalan-jalan? Nonton film di bioskop? Cek jadwal konser?
Boleh saja. Pastikan semua tetap aman, dan kamu juga meneruskan kebiasaan sehat yang sudah kamu bangun selama krisis ini ya. Kebiasaan baik kan boleh banget diteruskan, meski sudah enggak di masa krisis lagi kan?
Bersenang-senang boleh, asalkan semua sudah terencana dengan baik. Yang pasti, kendalikan diri ya. Ingat, selain bersenang-senang, kita juga harus meneruskan hidup beberapa lama lagi ke depan.
Nah, itu dia beberapa langkah yang bisa kamu lakukan saat krisis keuangan sudah berakhir. Kita dapat mengambil banyak pelajaran dan hikmah dari krisis yang sekarang terjadi kan? Salah satunya betapa pentingnya kita menjaga kesehatan, baik kesehatan raga, jiwa, dan tentunya, keuangan kita.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
7 Tip Mulai Kerja di Rumah Agar Tetap Efektif
Sejak Senin, 16 Maret 2020 yang lalu, kantor QM Financial sudah menerapkan sistem work from home, atau kerja di rumah, demi berpartisipasi dalam mengendalikan penyebaran virus korona, pembawa COVID-19 yang sekarang sedang berada di panggung besar.
Bagi beberapa karyawan, hal ini enggak membawa perubahan yang terlalu drastis, karena sebagian karyawan QM Financial memang sudah bekerja secara remote. Namun, beberapa yang lain–terutama yang sering bertugas di event-event offline, terlebih pertemuan-pertemuan besar–hal ini cukup berpengaruh sih.
Nah, apakah kamu juga memiliki permasalahan serupa?
Kerja di rumah memang sekilas tampak menyenangkan. Enggak ada bos yang mengawasi, enggak ada rekan kerja yang gangguin, tapi sekaligus sepi sih, karena nggak bisa ghibah secara langsung. #eh
Bagi sebagian orang yang tidak terbiasa, masalah koordinasi juga jadi problem tersendiri. Karena terbiasa komunikasi langsung, sekarang harus melalui koneksi virtual.
So, apa yang harus kita siapkan, supaya waktu-waktu kerja di rumah atau work from home ini tetap efektif?
7 Tip untuk Kerja di Rumah
1. Kondisikan tetap seperti tempat kerja
Well, mari kita mulai dari spot untuk bekerja. Apakah di rumahmu ada sudut tertentu yang paling nyaman untuk dipakai bekerja? Kalau iya, siapkanlah.
Kita akan dapat mulai bekerja di tempat yang bersih, dan cukup terang. Kalau bisa, hindari tempat-tempat yang mudah bikin gagal fokus. Di depan televisi, misalnya. Kalau di rumah juga ada anggota keluarga lain, dan mereka mau menonton televisi, kita bisa ikutan nonton dan nggak jadi kerja.
Jadi, siapkan sudut khusus, yang cukup terang, bisa membantu kita berkonsentrasi, dan pastinya, sirkulasi udara yang juga bagus. Ketiga hal inilah yang akan menentukan betah tidaknya kita kerja di rumah
2. Pastikan internet dalam kondisi baik
Kadang memang ada area-area tertentu yang koneksi internetnya labil. Hal ini akan menghambat proses kita kerja di rumah. Karena sekali waktu, kita akan perlu video call atau tele conference dengan rekan kerja atau bos, enggak cuma kirim-kirim email doang.
Jadi, sebelum mulai bekerja, pastikan koneksi internetmu baik. Mungkin kamu bisa memilih di antara beberapa provider yang koneksinya paling stabil di rumahmu.
3. Buat to do list
Kerja di rumah means nggak ada yang mengawasi. Nggak ada HR yang nyemprit kalau kita menurun kinerjanya.
Ini berarti kita sendirilah yang harus mengontrol kerjaan. Jadi, buatlah to do list untuk dikerjakan dalam satu hari, agar jangan sampai ada tugas yang terlewat.
Ingat, kita kerja di rumah, bukan liburan. Tetap ada target kerja yang harus dipenuhi.
4. Pastikan tetap makan siang dan istirahat
Kemungkinan yang lain, karena terlalu sibuk, kita jadi lupa makan siang dan istirahat. Kalau di kantor, teman-teman istirahat, kita juga jadi bisa ikut istirahat. Di rumah, akan berbeda kondisinya.
Jadi, tentukan pukul berapa kamu akan beristirahat siang. Mau disamain dengan jam istirahat di kantor kayak biasanya juga nggak masalah. Jangan sampai keasyikan, terus bablas sampai sore tanpa istirahat.
Ingat, di masa-masa seperti ini, kamu harus jaga kesehatan lo!
5. Dana darurat tetap aman
Ini adalah kondisi darurat. Kamu yang biasa bisa bepergian ke mana-mana, sekarang harus mengarantina diri sendiri, dengan kerja di rumah, demi bisa ikut memutus mata rantai penyebaran COVID-19.
Meski hanya di rumah, kemungkinan kamu akan justru butuh beberapa keperluan ekstra. Misalnya, beli beberapa alat kebersihan lebih banyak, dengan harga yang lebih mahal.
Kamu bisa menggunakan dana daruratmu, tetapi ingat untuk menggantinya nanti jika sudah ada dana lagi ya. Jangan pernah biarkan dana daruratmu kosong.
6. Tetap pantau arus kas
Kamu juga harus ekstra hati-hati dalam mengatur arus kas. Beberapa teman cerita, selama kerja di rumah, mereka malah makin gencar aja jajannya. Segala macam abang cilok, siomay, bakso, seblak yang lewat depan rumah, dilarisin.
Well, pastikan kamu tetap jaga jarak dari si abang tukang jualan ya, dan jangan lupa selalu cuci tangan.
Selain itu, awas arus kasmu! Tetap kendalikan, tetap pastikan arusnya positif. Tunda dulu kebutuhan yang kurang penting, dahulukan kebutuhan primer.
7. Bijak belanja
Di beberapa daerah sudah terjadi panic buying; belanja habis-habisan untuk nyetok kebutuhan di rumah. Untuk ini, kamu sebaiknya nggak perlu ikutan.
Panic buying justru akan memperburuk keadaan. Apalagi, ada orang lain yang nggak mampu untuk membeli sama banyaknya dengan kita, karena mereka hanya punya cash harian yang jumlahnya terbatas. Cobalah berbagi, belanjalah dengan bijak dan secukupnya. Pemerintah sendiri menjamin, barang-barang kebutuhan jumlahnya cukup untuk semua orang. Dengan catatan: kita nggak kemaruk.
Kalau kita bisa hidup gotong royong (meski tanpa menyentuh atau berdekatan), kita pasti bisa melalui ini semua bersama, sehingga kondisi pun kembali normal.
So, kerja di rumah? Nggak masalah. Kendalikan diri, kurangi bepergian atau berada di kerumunan. Pun kendalikan keuangan.
Everything is going to be OK, shortly!
Mumpung kerja di rumah, dan mungkin jadi banyak waktu luang (karena kamu nggak perlu macet-macetan ke kantor), kenapa nggak sekalian nambah pengetahuan tentang literasi keuangan? Ketika krisis berakhir nanti, kamu pun akan siap untuk bekerja keras mencapai tujuan finansialmu yang sempat tertunda gara-gara virus korona. Yu, ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Dampak Corona Virus Sudah Sampai ke Kegiatan Ekonomi, Apa yang Harus Kita Lakukan?
Dampak corona virus sudah membuat kegiatan ekonomi semakin lesu, apalagi setelah dinyatakan sebagai pandemic oleh WHO. Padahal itu saja belum sembuh dari efek dampak perang dagang yang pernah terjadi, dan juga akan terjadi.
Yah, namanya hidup di dunia ya, selalu ada ups dan downs. Hingga mungkin sekarang, dampak ekonomi yang lesu ini juga sudah kamu rasakan.
Iya, penyebaran corona virus ini seakan melumpuhkan berbagai kegiatan. Mulai dari kegiatan pariwisata, ekonomi, sampai politik, terhenti semua.
Tapi ya, gimana? Namanya juga hidup–lebih khusus lagi, bisnis. Sangat tergantung dengan apa yang terjadi di lingkungan. Nah, bisa jadi, hal ini memengaruhi bisnis perusahaan tempat kamu bekerja juga ya? Turut prihatin, dan mari kita berdoa: This too shall pass!
Sementara itu, kalau dampak corona virus ini sudah mulai kamu rasakan secara ekonomi, tenang. Sedih sih, pasti, tapi nggak usah sedih berlebihan. Yang pasti, kamu enggak sendirian. Banyak yang lain yang juga mengalami krisis yang sama. Tapi hidup harus tetap berjalan kan ya? Jadi, meski kamu kena dampak corona virus secara ekonomi, kamu tetap harus bisa “mengamankan” keuangan, sehingga kegiatan dan kebutuhan hidup tetap bisa dijalankan dan terpenuhi.
Lakukan 5 Hal ini Agar Meski Kena Dampak Corona Virus, Hidupmu Tetap Aman
1. Tetap pantau arus kas
Tetap tenang dan jangan panik. Itu adalah kunci. Memang sih, gampang diucapkan tetapi cukup sulit untuk dilakukan. Kalau negara sudah mengumumkan ini itu dalam kondisi darurat, maka ya wajar saja kita sebagai rakyat jadi histeris. Tapi, ayo, mulai dari diri kita sendiri, kita bisa kok tetap tenang.
Meski corona virus memberikan dampak yang luas, tapi kita harus tetap bersyukur–apalagi jika gaji masih bisa teratur. Setidaknya, pemasukan dan pengeluaran rutin masih bisa mengalir dengan baik.
Pantau terus arus kas kamu ya. Semoga sampai krisis berakhir, semua masih akan baik-baik saja. Kalau perlu, coba kurangi pos-pos yang kurang penting atau bisa ditunda. Prinsipnya, uang lebih lancar masuk, tapi makin kendalikan yang keluar.
2. Tunda dulu keinginan tersier
Liburan, gadget baru, beli weapon games, dan sebagainya, sebaiknya libur juga dulu deh. Setidaknya, sampai kondisi benar-benar kondusif.
Keinginan tersier ini biasanya muncul lantaran kita ingin memberi reward diri sendiri kan ya? Tapi, untuk sementara, enggak apa juga nggak memberi reward pada diri sendiri berupa barang-barang tersier. Toh kamu masih bisa memberi dirimu sendiri reward dalam bentuk lain.
Contohnya, istirahat yang cukup.
Hayo, kapan terakhir kali kamu mempunyai waktu istirahat yang cukup? Tidur 8 jam dalam sehari? Lagi pula, untuk menghadapi pandemic ini, tubuh kita harus kuat lo, yang salah satunya bisa dicapai dengan istirahat yang cukup.
3. Pastikan kamu tetap bisa menabung
Kamu sudah merencanakan banyak tujuan keuangan tahun ini? Tapi, sekarang terkendala, atau malah tertunda?
Jika demikian, kamu harus segera menjalankan plan B. Karena itu, penting untuk punya backup plan untuk hidup kita sendiri.
Seperti pengeluaran tahunan, misalnya, sebenarnya bukanlah termasuk kebutuhan yang mendadak. Bener nggak? Pengeluaran untuk pajak-pajak, hari raya, dan seterusnya ini bisa dibilang pengeluaran rutin juga kan? Karena setiap tahun pasti ada. Jadi, ada baiknya, meski kamu punya jatah bonus tahunan dari kantor tempat kamu bekerja, tapi kamu tetap menabung sedikit demi sedikit untuk memenuhi pengeluaran tahunan kamu.
Kalaupun nanti benar-benar dapat bonus, maka hal itu ya beneran jadi bonus. Kita jadi bisa mengurangi rasio utang, karena lantas bisa melunasi utang kartu kredit, misalnya.
Sementara, kalau kamu nggak dapat bonus tahun ini karena bisnis perusahaan lesu, pengeluaran tahunan tetap ter-cover dengan baik.
4. Pastikan posisi utang, asuransi, dan investasi aman
Nah, ini yang sudah disinggung di poin ketiga di atas. Pastikan posisi utang dan asuransi yang harus disetorkan aman.
Begitu juga dengan investasi, meski iklim investasi yang kemarin sudah cukup menyenangkan, jadi harus ikut terdampak oleh corona virus juga nih. Tapi tetap optimis ya. Ucapkan mantranya lagi: This too shall pass!
Yang pasti, cicilan utang, premi asuransi, dan tabungan/investasi ini adalah pos rutin. Jadi, seharusnya semua aman-aman saja, meski kali ini enggak bisa di-topup terlalu banyak.
5. Pertimbangkan untuk menambah penghasilan sampingan
Nah, sudahkah kamu kepikiran untuk menambah penghasilan? Mungkin dengan melakukan beberapa gigs sampingan, sesuai minatmu?
Lumayan membantu juga lo. Apalagi sekarang, banyak tawaran pekerjaan sampingan yang bisa dikerjakan secara online, jadi kamu enggak perlu keluar rumah kan? Bahkan bisa kamu lakukan di mana saja, sejauh nggak mengganggu pekerjaan utamamu. Coba deh cek ke beberapa marketplace freelancer, barangkali ada yang cocok.
Negara dan dunia memang sedang krisis lantaran corona virus, tapi tak mengapa. Kita hanya harus menyesuaikan diri. Tak perlu panik berlebihan, apalagi sampai menimbun barang-barang yang tak perlu.
Mari kita hadapi bersama, karena bersama kita bisa.
Kamu juga masih bisa tetap ikutan kelas-kelas finansial online QM Financial, karena kamu bisa mengikutinya dari mana saja. Hanya perlu download aplikasi Zoom saja. Cek jadwalnya, dan segera daftar sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Cara Hemat Anggaran Makan Sehari-hari
Perkembangan teknologi dan zaman benar-benar memanjakan kita ya? Sekarang mau ngapain aja, gampang. Hampir semua hal sudah bisa kita lakukan secara online. Termasuk untuk kebutuhan sehari-hari. Ibarat kata, mau makan tinggal pencet-pencet smartphone doang, eh … makanannya datang sendiri. Tapi biasanya, ada kemudahan ya ada modal sih. Termasuk kemudahan makan, ya jadinya kita mesti punya anggaran makan yang lebih juga.
Well, kalau idealnya, anggaran untuk kebutuhan rutin sehari-hari, memang punya jatah yang paling besar di antara semuanya, yaitu 40 – 60%. Bandingkan dengan porsi tabungan dan investasi yang “hanya” 10%, juga cicilan utang yang 30% saja. Tapi anggaran paling besar bukan berarti lantas kita bisa boros-borosin.
Apalagi kalau gaji kamu masih sebatas UMR. Harus diatur banget, biar tetap dalam frame 40 – 60%, supaya pos lain yang lebih penting–tabungan misalnya–jadi bisa lebih banyak.
Gimana ya, caranya mengatur anggaran makan biar enggak kelewat boros? Apalagi di hari-hari belakangan ini, di mana godaan semakin nyata.
5 Cara Hemat Mengatur Anggaran Makan Sehari-hari
1. Masak sendiri
Buat kamu yang suka banget pesan makanan via ojol, pernah menghitung belum, berapa total anggaran yang dihabiskan untuk sebulan? Lalu, bandingkan dengan kalau kita masak sendiri?
Hanya dari ongkos kirimnya saja deh, pernahkah kamu menghitung dengan saksama? Misalnya, ongkos kirim pesan makanan online, dengan lokasi resto yang dekat dengan posisi kita, seenggaknya harus keluar kocek Rp4.000 – Rp10.000. Sehari bisa bolak-balik pesan makanan, betul? Katakanlah hari ini pesan 2 kali, sudah keluar anggaran kira-kira Rp20.000 hanya untuk ongkos kirim. Kalau pesan makanannya setiap hari dalam sebulan? Rp500.000!
Itu baru ongkos kirim doang lo, belum harga makanannya.
Huwow!
Kalau masak sendiri, Rp500.000 bisa jadi kamu pakai belanja untuk makan seminggu, mungkin ya?
Jadi, yuk, coba masak sendiri. Kalau kamu belum atau jarang banget masak sebelumnya, kamu bisa coba-coba dulu dari bikin makanan yang paling gampang. Masakan-masakan western tuh biasanya lebih simpel ketimbang masakan asli Indonesia yang kaya bumbu.
Kamu bisa mulai dari situ. Paling enggak, biar terbiasa dulu.
2. Buat menu untuk seminggu
Nah, kamu bisa mencoba metode meal preparation. Pernah dibahas secara lengkap di web ini juga. Yuk, dibaca.
Kunci metode meal preparation ini adalah pada penyusunan menu untuk seminggu. Dengan bahan-bahan yang terbeli, kamu harus dapat membuat berbagai menu untuk disantap selama seminggu. Memang butuh keterampilan khusus sih, kalau dipikir-pikir. Tapi sekali dicoba, kamu seterusnya bisa lebih kreatif lagi.
Yang pasti, dengan membuat menu untuk seminggu ini, anggaran makan dan belanja juga hanya untuk seminggu. Jadi seiring sejalan deh dengan pengaturan cash flow yang sekali seminggu saja ke ATM kan?
3. Buat daftar belanja
Proses membuat daftar belanja ini bisa jadi butuh waktu khusus, tapi ini sangat penting untuk kamu lakukan.
Berdasarkan menu seminggu yang sudah kamu lakukan, buatlah daftar belanjaannya. Lalu, kalau memang memungkinkan, hematlah anggaran makan dengan berbelanja di pasar tradisional alih-alih ke supermarket ataupun hypermarket di mal.
Bagaimanapun, sewa tempat di mal itu lebih mahal ketimbang sewa kios di pasar tradisional. Ini pastinya sudah memengaruhi harga barang yang dijual.
Pasar tradisional sekarang juga sudah banyak yang dibangun dan direnovasi hingga lebih nyaman. Kadang nggak kalah dengan pusat-pusat perbelanjaan.
4. Bawa bekal
Supaya anggaran makan siang di kantor juga terjaga–lagi pula kan sudah dibuat menu makan untuk seminggu–ya bawa bekal saja ke kantor sekalian.
Tahukah kamu, kadang kita sering malah kejadian bocor halus lo di sini. Misalnya, memang enggak terbiasa bawa bekal minum dalam tumbler sendiri, akhirnya jadi mesti beli air mineral kemasan di sana-sini. Nah, kalau dihitung-hitung, ya kenapa enggak bawa bekal air minum sendiri kan dari rumah?
Ini yang harus mulai jadi kebiasaan baru. Selalulah mempertimbangkan kalau kamu hendak pergi ke mana pun, bisa bawa bekal enggak nih? Kalau bisa, ya bawa saja.
Anggaran makan kamu akan lebih hemat. Percaya deh.
5. Pesan bareng-bareng
Kalau memang terpaksa sekali harus pesan makanan online, demi anggaran makan yang lebih hemat, ya jangan sendirian aja pesannya.
Misal, tawarin teman-teman sekantor untuk pesan makanan bareng. Biar ongkos kirimnya bisa dibagi-bagi.
Atau, cari makanan yang sedang promo. Entah diskon atau free ongkir. Ini pun kamu juga harus bijak dalam memilih dan memilah.
Nah, gimana? Dengan cara ini anggaran makan kamu pasti bisa dihemat banyak.
Kamu punya trik atau cara hemat anggaran makan yang belum disebutkan? Tulis di kolom komen ya, sebagai tambahan.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
3 Langkah Mudah Membuat Laporan Keuangan Pribadi for Dummies
Salah satu hal yang kadang bikin males tapi kalau kita mau mengerjakannya sebentar saja bisa memberikan efek baik yang besar ke depan dalam mengatur arus kas adalah membuat laporan keuangan pribadi.
Iya apa iya nih?
Maklumlah, kita selalu sibuk. Untuk bisa duduk, mencatat, dan kemudian menghitung itu butuh ekstra effort untuk melakukannya. Seandainya saja jasa seorang personal assistant itu murah, barangkali mendingan sewa jasa mereka saja untuk bantuin.
Tapi, orang gaji saja 1 koma 4, mana bisa bayar gaji seorang PA? Belagu banget deh. Ya sudah, satu-satunya jalan ya harus bisa membuat laporan keuangan pribadi sendiri.
Padahal, kalau sudah benar-benar niat melakukan, membuat laporan keuangan pribadi sendiri itu mudah dan simpel lo. Enggak mesti harus kuliah akuntansi dulu buat bikinnya. Kamu cukup mengenali saja apa kebutuhanmu, dan juga apa yang kamu punya.
Coba ikuti 3 langkah mudah berikut ya.
3 Langkah Mudah Membuat Laporan Keuangan Pribadi
1. Duduklah sejenak
Ini yang memang butuh niat yang besar untuk mulai melakukannya. Kayak orang mau diet. Tar-sok-tar-sok melulu. Bentar besok, bentar besok, kalau disuruh mulai.
No more tarsok, sekarang juga duduk di mana pun kamu nyaman. Switch off dari apa saja yang bisa mengganggu.
Saat ini, hanya ada kamu dan uangmu yang harus kamu atur, supaya enggak ada lagi tanggal muda tanggal tua, enggak ada lagi gaji satu koma empat. Hanya ada kamu dan rencana masa depanmu, kamu dan rencana liburanmu, kamu dan rencana pensiunmu, dan semua yang pengin kamu jalani di masa depan.
Bisa? Bisa. Sekarang kita ke langkah kedua.
2. Pilih media catatan
Dulu saya pernah dibuatkan laporan keuangan pribadi dalam bentuk Excel oleh suami. Sudah lengkap dengan rumus-rumusnya, saya tinggal isi … dan voila, perhitungan pun langsung jadi secara otomatis. Waktu itu sih, perkembangan teknologi belum seperti ini. Belum ada aplikasi keuangan yang bisa didownload gratis di smartphone.
Tapi, saya merasa cara ini justru repot banget. Mengapa? Karena saya harus membuka laptop setiap kali saya mau mencatat pengeluaran. Padahal kadang saya posisi lagi enggak bisa langsung mencatat. Dan, penyakit lupa saya ini sangat menjengkelkan. Kalau enggak langsung dicatat, pasti deh akhirnya lupa.
Karena itu saya anggap cara ini tidak cocok untuk saya. Saya lantas mencoba membuat laporan keuangan pribadi dengan aplikasi smartphone. Tapi, ternyata aplikasi smartphone–saking lengkapnya–malah banyak area yang enggak saya butuhkan. Bikin pusing. Saya hanya perlu laporan keuangan yang simpel saja, untuk mencatat hari ini saya sudah mengeluarkan duit berapa. Udah, gitu aja.
So, saya mencoba membuat sendiri. Ambil satu buku tulis dari stok sekolahnya anak-anak, lalu saya buat sendiri catatan dan laporan keuangan pribadi ala saya. Bertahan sampai sekarang.
Moral of the story is … setiap orang punya kenyamanan sendiri-sendiri untuk membuat laporan keuangan pribadi ini. Pilihan sekarang sudah banyak. Mau pakai Excel, atau Google Spreadsheet, aplikasi smartphone, bullet journal, atau ditulis di buku tulis biasa–yang mana saja bisa, asalkan kita nyaman. Nyaman dilakukan oleh satu orang, belum tentu nyaman juga dilakukan oleh orang yang lain.
Jadi, take your time. Cari cara dan media yang paling cocok. Buatlah waktu mencatat dan membuat laporan keuangan pribadi kamu menjadi waktu yang menyenangkan–waktu untuk merefleksikan diri dan merencanakan hidup.
3. Buat 3 worksheet besar berisi:
- Arus kas masuk: penghasilan tetap, tidak tetap, serta tambahan lainnya. Buatlah area tersendiri untuk arus kas masuk ini dalam laporan keuangan pribadi yang kamu buat. Sesuaikan kolomnya dengan pemasukan yang kamu punya.
- Arus kas keluar: kamu bisa pisahkan lagi worksheet untuk cicilan, tagihan-tagihan bulanan, tagihan tahunan yang sudah jatuh tempo, investasi, asuransi, dan semua pengeluaran rutin lainnya. Termasuk untuk lifestyle ya–ngopi-ngopi, hangout after hours, juga short escape di weekend.
- Arus kas bersih: ini adalah arus kas keluar dikurangi arus kas masuk. Lengkapi juga dengan posisi aset dan investasi, jika ada.
Dari arus kas bersih ini akan terlihat, apakah kondisi keuangan pribadi kita plus/positif atau minus/negatif.
Kalau positif, well done! Kamu tinggal meneruskan apa yang sudah kamu lakukan. Nah, jika minus, maka ini adalah kesempatan kamu untuk merencanakan perubahan dan perbaikan yang perlu.
Nah, simpel kan? Membuat laporan keuangan pribadi itu memang simpel kok. Kalau terlihat rumit, ya karena kita saja yang menganggapnya sulit. Yang penting, sesuaikan dengan kondisimu. Kondisi keuangan setiap orang berbeda, kenyamanan juga akan berbeda.
Jadi, temukan caramu yang paling oke.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Pekerja Kreatif, Kalian Juga Berhak Berkecukupan dan Waras – Simak 5 Tipnya!
Akhir-akhir ini sepertinya para pekerja kreatif sedang disoroti ya. Kasus A, B, C, semua tumpah ruah–terutama sih di media sosial. Beragam banget sih memang, masalah para pekerja kreatif ini. Apalagi mereka yang berstatus freelancer. Wah, rasanya seperti roller coaster setiap harinya ya.
Saya sendiri sebenarnya enggak 100% pekerja kreatif sih. Memang punya hobi bikin gambar-gambar sketsa ala-ala, ada beberapa yang laku dibeli sebagai ilustrasi buku, diorderin desain kaus atau totebag, dan sebagainya. Tapi penghasilan dari karya-karya kreativitas ini bisa dibilang enggak teratur sama sekali. Iyalah, orang selakunya juga. Kalau enggak ada yang laku, ya enggak apa-apa. Saya kan ada penghasilan tetap yang lain.
Bisa dibilang, karya kreatif saya itu hanya sebagai “jajan” aja.
Tapi, lain halnya dengan beberapa teman yang memang mendapatkan penghasilan utama sebagai pekerja kreatif. Mereka adalah para ilustrator, desainer grafis, videografer, hingga arsitek (eh, arsitek bisa dimasukkan ke dalam pekerja kreatif juga kan ya?). Mereka adalah orang-orang yang dituntut untuk menghasilkan produk-produk hasil rekayasa kreativitas setiap harinya.
Menjadi seorang pekerja kreatif itu memang harus siap untuk banyak perubahan, update, dan tantangan. Karena ya, seperti namanya sendiri, pekerja kreatif. Biasanya ya kecenderungannya jam kerja, metode kerja dan segala macamnya akan berbeda dengan karyawan biasa.
Penghasilan yang jumlahnya tidak tetap setiap bulan saja sudah menjadi satu masalah yang enggak bisa direcehkan saja, bukan? Belum lagi jam kerja fleksibel–yang bisa berarti 24/7. Dan kemudian, satu lagi nih: belum adanya perlindungan yang kuat terhadap karya-karya kreatif di negeri ini.
Itu semua memaksa para pekerja kreatif untuk banyak bersabar, kan ya?
Tapi, meski begitu setiap pekerja kreatif sebenarnya tetap berhak untuk hidup berkecukupan dari penghasilan mereka yang tidak tetap, dan jam kerja yang (terlalu) fleksibel ini lo. Sekaligus, mereka juga berhak untuk tetap waras menghadapi segala tuntutan kerja dan deadline yang berderet (serta invoice yang enggak cair-cair).
Gimana ya caranya?
5 Hal untuk Para Pekerja Kreatif Supaya Hidupmu Berkecukupan dan Waras
1. Pencatatan arus kas masuk dan keluar
Pencatatan arus uang yang masuk dan keluar adalah koentji, jika kita tidak mempunyai penghasilan yang tetap, baik jumlahnya maupun waktunya.
Dengan pencatatan keuangan yang benar, kita bisa tahu kondisi keuangan kita yang sebenarnya: apakah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, berapa yang bisa ditabung dan diinvestasikan, apakah cukup jika ditambah cicilan utang, dan seterusnya.
Kuncinya adalah pada pengeluaran yang tetap, meskipun pemasukan tidak tetap. Untuk bisa menetapkan pengeluaran, kita harus punya anggaran dulu. Anggaran bisa disusun jika kita ada catatan pengeluaran bulan sebelumnya.
2. Lengkapi dirimu dengan proteksi
Barangkali kamu adalah tulang punggung keluarga. Jadi, meski pemasukanmu tidak tetap, tapi bisa jadi ada beberapa orang yang hidupnya tergantung pada penghasilan yang didapatkan. Karena itu, pertimbangkan dengan saksama jika kamu membutuhkan asuransi jiwa.
Selain itu, asuransi kesehatan juga penting untuk kamu miliki. Semoga sih, setidaknya kamu sekarang sudah jadi peserta BPJS Kesehatan mandiri. Jangan nunggak iurannya ya.
3. Siap dengan dana darurat
Mungkin akan ada saatnya, sebagai seorang pekerja kreatif apalagi yang bekerja secara lepas atau freelance, kamu akan tidak mendapatkan pemasukan sama sekali dalam satu bulan. Lalu, dengan apa kamu harus memenuhi kebutuhanmu?
Dana darurat, itu dia.
So, mulailah membuat dana daruratmu sendiri. Untuk seorang freelancer, kamu akan butuh dana darurat sebesar 12 x pengeluaran rutinmu setiap bulan.
Besar ya? Kamu enggak harus langsung memenuhi 12 x pengeluaran kok. Kamu bisa menjadikannya sebagai target finansial, katakanlah, dalam 12 bulan ke depan, misalnya. Pilih instrumen investasi yang cocok dengan profil risikomu, supaya lebih cepat bisa terpenuhi.
4. Lindungi aset aktifmu
Karya yang sudah kamu hasilkan adalah aset aktifmu. Aset aktif adalah sesuatu yang akan memberikanmu passive income.
Sebagai pekerja kreatif, kita punya hak atas kekayaan intelektual terhadap produk atau apa pun hasil kerja kita. Seharusnya memang, setiap hasil dari kekayaan intelektual atau hak cipta ini dilindungi oleh undang-undang. Ada hukum yang berlaku bagi mereka yang melanggarnya.
Hanya saja–sedihnya–hal ini belum terlalu kuat di Indonesia. Masih banyak yang belum tahu, bahwa setiap karya yang tersebar di internet itu ada penciptanya. Bahwa apa yang dipost di ranah publik tidak berarti otomatis menjadi milik publik. Dan apresiasi terhadap para pencipta karya-karya kreatif ini juga masih minim sekali.
Sepertinya ini seharusnya menjadi PR pertama untuk pemerintah yang baru saja dilantik kemarin. Bapak Wishnutama semoga sudah mengagendakan hak perlindungan bagi karya-karya kreatif anak bangsa ini dalam program kerjanya. Mari kita berharap bersama!
5. Manajemen diri
Sebagai pekerja kreatif, bisa saja kamu akan bekerja 24/7. Tapi kamu juga perlu berlibur lo, seperti pekerja-pekerja kantoran yang lain. Mereka punya hak cuti setiap tahunnya. Kamu juga!
Karena itu, manajemen diri itu sangat penting, apalagi jika kamu seorang pekerja kreatif yang bekerja secara independen sebagai freelancer. Jangan mentang-mentang karena waktunya fleksibel, lantas kamu lupa untuk merawat diri sendiri.
Kamu juga perlu berlibur, cuti, sekadar istirahat, bahkan tidur yang cukup setiap hari. Ingat, menjadi tetap waras adalah hal yang sangat mahal belakangan ini.
Yuk, upgrade diri kamu sendiri! Karena sebagai seorang pekerja kreatif, jelas kamu berhak untuk hidup berkecukupan. Coba cek jadwal kelas finansial online QM Financial ya, dan pilih kelas-kelas yang sesuai dengan kebutuhanmu.
Selain itu, selalu ingat. Bahwa kamu juga berhak untuk waras, pun hasil karyamu terlindungi dengan baik. Semangat ya!
7 Langkah Menjadi Perencana Keuangan bagi Diri Sendiri
Happy world financial planning day! Tak hanya merayakan mereka yang secara profesional membantu perencanaan keuangan, tapi hari ini–secara umum–kita merayakan kemampuan perencanaan keuangan kita, karena kita sebenarnya bisa menjadi perencana keuangan untuk diri sendiri.
Memangnya kita bisa menjadi perencana keuangan untuk diri sendiri? Kayak dokter yang menjaga kesehatan diri sendiri? Bisa dong.
Dan, untuk bisa menjadi perencana keuangan bagi diri sendiri itu enggak perlu sertifikat. Kamu hanya perlu ikutan kelas-kelas finansial QM Financial saja, yang punya jadwal dan topik yang sangat beragam di setiap bulannya. Saat kamu sudah #ketagihanFCOS, maka kamu bisa mulai menjadi perencana keuangan bagi dirimu sendiri.
Ikuti 7 langkah untuk menjadi perencana keuangan bagi diri sendiri berikut ini!
1. Rencanakan masa depan
Tentu saja, kita harus berawal dari #TujuanLoApa. Ibaratnya, kita mau pergi ke suatu tempat dengan ojol. Kita akan memasukkan dulu tujuannya ke aplikasi, baru deh menentukan pick point dan akhirnya memanggil si driver ojol kan? Tanpa ada tujuan, kita enggak bisa pergi ke mana-mana. Bisa sih, tapi ya mbulet nggak jelas deh jadinya.
Begitu juga dengan perencanaan keuangan. Kita harus menentukan tujuan keuangan kita dulu di masa depan. Proyeksikan hidupmu akan seperti apa? Punya rumah sendiri di negara ternyaman untuk pensiun ini? Pensiun sejahtera? Bisa sekolahin anak-anak setinggi-tingginya? Punya kerajaan bisnis yang besar?
Semua mungkin untuk dijadikan cita-cita. Ingat kata Ellen Johnson Sirleaf, “If your dreams don’t scare you, they’re not big enough.”
2. Pastikan “modal”
Setelah menentukan tujuan, tentukan pick point–titik penjemputan, karena di sinilah garis start kita untuk melangkah. Sudah punya tujuan finansial yang big enough, maka sekarang saatnya menentukan titik awal untuk mulai menjadi perencana keuangan bagi diri sendiri.
Yuk, ambil kertas dan kalkulator. Catat semua modal yang sudah kamu punya, mulai dari gaji, tunjangan-tunjangan, hingga aset-aset yang sudah dimiliki sekarang. Selanjutnya, rinci juga apa saja yang menjadi tanggunganmu, mulai dari utang, pajak-pajak, tagihan-tagihan, dan sebagainya.
Catatan inilah yang akan menjadi “modal” kamu untuk menjadi perencana keuangan bagi diri sendiri. Bagaimana neracanya? Masih belum seimbang ya? Enggak masalah. Di situlah seorang perencana keuangan akan berperan–hanya saja dalam kasus ini, dirimu sendirilah yang menjadi perencananya.
3. Cek arus kas
Ke mana saja sih uangmu pergi selama sebulan? Belum punya catatan? So, ayo, mulai deh bikin catatan. Sediakan buku notes kecil untuk mencatat arus kas. Atau kamu juga bisa menggunakan aplikasi mobile yang banyak tersedia dan bisa gratis kamu unduh. Atau bisa juga membuat file di laptop, atau mau pakai Google Drive.
Yang mana saja boleh, asal kamu nyaman menggunakannya.
Mulailah dari menghitung pengeluaran bulan ini. Catat apa saja yang kamu harus bayar setiap bulan, mulai dari membeli pulsa listrik, pulsa handphone, bensin, topup commuter line, sampai jajan boba. Mulailah kebiasaan ini per hari, kemudian dari per hari bisa menjadi per bulan.
4. Manajemen utang
Nggak boleh punya utang? Boleh dong, hanya saja pastikan utangmu sehat. Salah satunya adalah memastikan utangmu tidak boleh melebihi jatah 10 – 30% dari penghasilan rutinmu. Kalau lebih? Ya, sebaiknya kamu segera memikirkan solusi untuk segera menguranginya.
Ingat, 10 – 30% jatah utang ini sudah termasuk semuanya lo! KPR, cicilan mobil, sepeda motor, laptop, handphone terbaru, PayLater, … semuanya.
5. Punyai proteksi
Hidup itu serba nggak pasti. Padahal ya berharapnya sih semua akan lancar-lancar saja, sehat lahir batin, hidup bahagia sampai tua. Tapi hal ini enggak pernah ada jaminannya.
Yang namanya musibah dan bencana bisa sewaktu-waktu terjadi. Untuk melindungi diri sendiri dari semua musibah itu, maka kita perlu proteksi diri berupa asuransi.
Ini juga termasuk dalam cakupan tugas seorang perencana keuangan. Jika kamu ingin menjadi perencana keuangan bagi diri sendiri, maka mulailah memberi diri sendiri perlindungan. Ketahui proteksi apa saja yang kamu perlukan. Yang pasti, yang pertama harus dipunyai dulu adalah asuransi kesehatan, dan kemudian asuransi jiwa–terutama bagi kamu yang menjadi tulang punggung keluarga.
Setelah itu, kenali masing-masing jenis asuransi yang ada, dan pilih yang sesuai dengan kebutuhan.
6. Bangun portofolio
Langkah selanjutnya untuk bisa menjadi perencana keuangan bagi diri sendiri adalah membangun portofolio investasi. Inilah yang akan menjadi “bekal” kita di masa depan.
Menabung is a must. Dalam bentuk apa, nah, itu yang harus kamu sesuaikan dengan profilmu pribadi. Untuk bisa mengetahuinya, ya mulailah dari mencari tahu jenis dan sifat masing-masing produk investasi. Baru kemudian dipilih sesuai dengan kebutuhan dan karakter diri sendiri.
Kalau kamu orangnya cepat panik, ada baiknya memilih investasi di deposito atau reksa dana. Tapi, jika adrenalinmu masih deras–pun didukung oleh usia yang masih muda–kamu bisa mencoba mulai menabung saham.
Tapi ingat, belajar dengan sungguh-sungguh dulu ya. Celup-celup kaki dulu, sebelum akhirnya benar-benar nyebur ke kolam investasi ini, biar enggak gelagapan dan akhirnya tenggelam.
7. Monitor rencana
Langkah terakhir untuk menjadi perencana keuangan bagi diri sendiri adalah memonitor rencana dan tujuan finansial yang sudah kamu buat, dan lakukan review secara berkala. Kamu boleh mereview setiap 3 bulan sekali, 6 bulan sekali, atau setahun sekali.
Kenali mana yang berjalan sesuai rencana, dan mana yang harus direncanakan ulang karena kurang memenuhi harapan.
Nah, itu dia 7 langkah untuk menjadi perencana keuangan bagi diri sendiri.
Kamu sudah sampai di langkah keberapa sekarang? Semoga langkahmu lancar dan semakin mendekati tujuan akhir sebagai perencana keuangan yang terampil untuk diri sendiri ya!
Semangat!
Silakan Baca Tentang 5 Pengeluaran Bulanan Yang Harus Kamu Ketahui!
Aduh, tanggal segini uang sudah ngepas ya?
Tarik napas. Jangan lupa buang napas.
Memang gak ada habisnya kalau kita membahas tentang uang bulanan itu cukup atau gak.
Ada cara lho, untuk bisa ngecek. Gimana caranya? Dengan MENCATAT!