Memulai Bisnis di Tahun 2021 dan Mengembangkannya di Masa Krisis
Apakah sekarang waktunya bagi para (calon) pebisnis untuk “hidup” kembali; memulai bisnis dan mengembangkannya sementara kondisi krisis masih sepenuhnya belum teratasi? Mengingat sebagian besar aktivitas kita sudah kembali seperti semula, meski harus tetap melakukan protokol kesehatan secara ketat.
Di Amerika sendiri tercatat, bahwa meskipun 43.9% dari pemilik bisnis kecil bersikap “wait and see” selama pandemi berlangsung—artinya, mereka menunda ekspansi bisnis, dan hanya mengelola dan mengerjakan apa yang sudah ada—tapi ada sejumlah 18.4%-nya justru mengalami pertumbuhan bisnis yang luar biasa selama pandemi, dan hanya 2.6% saja yang akhirnya menyerah dan menutup bisnisnya.
Lalu, bagaimana dengan Indonesia?
Tak bisa dimungkiri, bahwa UMKM merupakan nadi dari pergerakan ekonomi Indonesia. Sebesar 99.9% dari keseluruhan usaha yang ada di Indonesia merupakan UMKM. Data ini merupakan data yang dirilis oleh BPS di tahun 2020.
Pandemi COVID-19 tak pelak juga menghajar sektor UMKM, dan memberikan dampak signifikan. Dilaporkan oleh Kementerian Koperasi, ada 30% UMKM yang operasionalnya sangat terganggu. Namun, ternyata 50 – 70%-nya mampu menciptakan banyak inovasi dan pivot-pivot kreatif selama pandemi, sehingga mereka berhasil bertahan, bahkan beberapa di antaranya mampu mengekspansi bisnis dan akhirnya melejitkan penjualan dengan memanfaatkan kebutuhan baru masyarakat.
Ini adalah bukti bahwa wirausahawan atau para pemilik bisnis adalah “ras” yang mandiri dan bertekad, tak mau menyerah pada kondisi, dan punya daya survival yang tinggi.
Luar biasa, bukan?
Memulai Bisnis dan Mengembangkannya di Saat Krisis
Mungkin kamu pernah mendengar pepatah, “When life hands you lemon, make lemonade.” Atau seperti kata Matshona Dhliwayo—seorang entrepreneur sekaligus penulis buku best seller, “When life hands you dirt, plant seed.”
Intinya bahwa kita pasti bisa survive—apa pun kondisinya—asalkan kita cukup kreatif untuk menemukan solusi dengan memanfaatkan apa yang ada, dan tetap berusaha.
Saat pandemi melanda, pemilik bisnis yang cerdas akan segera belajar untuk mencari solusi agar bisnis tetap bertahan, sementara (calon) pemilik bisnis yang lain dapat memulai bisnis dengan berusaha “mencuri” peluang yang ditinggalkan oleh mereka yang menyerah.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh kamu, yang saat ini berniat untuk memulai bisnis meski masih krisis.
1. Mulailah dengan sumber daya yang ada
Start small. Ini akan menjadi langkah yang bijak jika kamu hendak memulai bisnis sekarang. Mimpi boleh saja besar, tujuan boleh saja jangka panjang, tetapi titik awal boleh kecil dulu.
Salah satunya, cek sumber daya yang sekarang sudah ada dan manfaatkanlah apa yang ada ini semaksimal mungkin. Kamu bisa mempertimbangkan untuk merekrut para freelancer dulu, alih-alih langsung merekrut staf tetap. Secara operasional, biaya menyewa freelancer akan lebih ringan karena mereka dibayar per project atau per job. Ketika job tak ada, mereka bisa istirahat dulu.
Begitu juga kalau kamu butuh peralatan kerja. Pertimbangkan untuk mencari yang bekas dulu tetapi dalam kondisi baik. Memang akan sedikit tricky, tetapi luangkan waktu agar bisa teliti sebelum membeli.
2. Perkuat keuangan
Mulai bisnis berarti harus mulai mengelola keuangan dengan benar sejak awal. Pisahkan keuangan bsinis dari keuangan pribadi, agar tak tercampur aduk sehingga akan menyulitkan untuk menelusur, mana yang merupakan laba bisnis dan mana yang jadi uang pribadi.
Jangan sampai malah semua tersabotase lantaran nggak jelas, mana yang seharusnya dipakai untuk perputaran bisnis dan mana yang bisa dipakai untuk keperluan pribadi.
Mulai belajar membuat laporan keuangan yang rapi dan detail ya.
3. Mulai dari rumah
Yes, memulai bisnis, mulai saja dulu dari rumah. Sulap salah satu atau beberapa sudut rumah menjadi tempat kerja yang nyaman.
Kalaupun kamu punya beberapa karyawan, mungkin nggak untuk dikerjakan di rumah masing-masing? Ya, paling sesekali bisa berkumpul untuk meeting—meskipun meeting pun bisa juga dilakukan secara daring. Yang penting, tekan dulu biaya operasional untuk sewa tempat jika masih memungkinkan.
4. Strategi pemasaran yang efisien dan efektif
Manfaatkan metode pemasaran gratis atau yang berbiaya rendah untuk mempromosikan bisnis. Media sosial, misalnya.
Lakukan market research, target pasar seperti apa yang akan disasar, dan target audience seperti apa yang hendak dirangkul, dan di mana mereka biasa “berkumpul”? Karena masing-masing platform media sosial punya massanya sendiri-sendiri. Agar kita bisa menjual produk atau jasa tempat yang tepat, ya silakan ditelusuri orang-orang seperti apa yang berkumpul di masing-masing platform.
5. Go digital
Zaman now—apalagi di masa pandemi, ketika setiap orang diminta untuk melakukan physical distancing—go digital menjadi syarat mutlak jika kamu hendak memulai bisnis.
Berinvestasilah pada teknologi digital secara lebih agresif. Manfaatkan semua tools yang bisa dipakai, dan buat alur kerja yang lebih efisien dan efektif dengan mempergunakan teknologi yang sudah ada.
Nah, bagaimana? Siap untuk memulai bisnis kamu? Agar lebih siap lagi, ikut kelas FCOS Business Class yuk! Cek jadwal kelas-kelas finansial online QM Financial, dan pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Pemotongan Gaji Karyawan: Bagaimana Harus Disikapi?
Sejak awal tahun 2021, wacana pemotongan gaji ASN dan TNI/Polri untuk zakat mulai bergulir. Dikabarkan, bahwa Bapak Presiden sendiri juga mendukung penuh hal ini. Rencananya, gaji PNS dulu yang akan dipotong, selanjutnya gaji para karyawan BUMN dan swasta.
Pemotongan gaji untuk zakat ini perhitungannya adalah setara dengan 85 gram emas, kurang lebih Rp85 juta per tahun, atau Rp7 juta per bulannya. Inilah yang menjadi dasar perhitungan pemotongan gaji untuk zakat sebesar 2.5%. Ini artinya, bagi yang memiliki gaji di bawah Rp7 juta, pemotongan gaji untuk zakat ini belum berlaku. Tidak wajib.
Lalu, apakah ini juga berlaku untuk karyawan nonmuslim? Tidak, tetapi mereka yang nasrani juga punya kewajiban sepersepuluhan, menurut agama yang dianut.
Pemotongan Gaji Tak Bisa Dihindari
Pemotongan gaji juga sempat menjadi kontroversi saat PP 25 tahun 2020 diteken. Dalam undang-undang tersebut, gaji para pekerja akan dipotong untuk tabungan Tapera, sebesar 3%. Meskipun pemotongan gaji ini tak hanya merupakan kewajiban karyawan sepenuhnya, lantaran dibagi dua dengan pemberi kerja, tetapi tetap saja terdengar protes dan nada-nada ketidaksetujuan di sana-sini.
Apalagi bagi para pekerja swasta mandiri, besaran iuran 3% akan langsung dipotong dan dibayarkan penuh oleh si pekerja tersebut sendiri. Perhitungannya kurang lebih mirip dengan perhitungan pajak, yakni mengambil total penghasilan selama setahun, dan kemudian diambil rata-rata per bulan.
Kedua jenis pemotongan gaji di atas tak sekaligus diterapkan, melainkan bertahap. Biasanya akan diberlakukan bagi ASN dulu, baru kemudian para pekerja sektor swasta menyusul.
So, pemotongan gaji ini—baik untuk zakat maupun untuk Tapera—cepat atau lambat akan diterapkan di semua sektor, sehingga tak mungkin dihindari lagi. Dan, bukan tak mungkin, akan ada pemotongan-pemotongan gaji lagi berikutnya.
Kena Pemotongan Gaji, Kita Harus Bagaimana?
Pemotongan gaji ini sudah pasti harus disikapi dengan bijak. Memang, ada dari kita yang merasa keberatan dengan berbagai alasan.
Misalnya pemotongan gaji untuk Tapera, karena mungkin yang bersangkutan tidak membutuhkan tabungan untuk beli rumah lagi, karena toh sekarang sudah punya rumah warisan yang bisa ditempati. Pemotongan sebesar 2.5% tentu nominalnya ya lumayan juga, bisa dipakai untuk kebutuhan lain yang lebih prioritas.
Tetapi, yah, kalau sudah diatur dan diketok palu oleh pemerintah, mau tak mau kita harus mendukungnya, bukan? Lihat sisi baiknya, jika nanti bisa beli rumah lagi, bisa saja rumah tersebut disewakan hingga bisa mendatangkan passive income buat kita. Lumayan juga, buat bekal masa pensiun.
So, mesti gimana dong, sekarang? Coba lihat beberapa poin berikut ya.
1. Lakukan financial check up
Pemotongan gaji sudah pasti akan memengaruhi cash flow kamu secara keseluruhan. Nggak perlu panik, lantaran gaji terasa semakin kecil sedangkan kebutuhan sama, bahkan mungkin bertambah seiring waktu. Yuk, diatur lagi.
Lakukan financial check up secara menyeluruh lagi. Cek rasio penghasilan dan pengeluaran, juga cek rasio yang menjadi sinyal kesehatan keuangan lainnya. Seperti rasio menabung dan investasi, rasio likuiditas, dan rasio utang. Jika semuanya masih dalam rasio yang wajar, sepertinya kamu tak perlu khawatir dengan adanya pemotongan gaji ini. Kamu bahkan bisa memasukkannya juga ke pos menabung dan investasi, dan ini berarti menambah rasio menabungmu kan?
Cek secara keseluruhan lagi ya, sehingga kamu bisa mendapatkan pola keuangan yang baru.
2. Lakukan penyesuaian penganggaran
Buat penyesuaian dengan penganggarananmu. Misalnya saja, kamu seorang freelancer, dan pengahsilan rata-ratamu setiap bulannya—katakanlah—Rp10 juta. Jika dipotong 3% untuk Tapera, maka itu berarti ada potongan sebesar Rp300.000, yang harus kamu tanggung sendiri. Jika perlu, adakah pos lain yang bisa kamu sesuaikan?
Setelah financial check up yang menggambarkan kesehatan keuanganmu setelah adanya pemotongan gaji di sana-sini ini, implementasikan dalam penganggaran. Sesuaikan prioritasnya.
3. Pastikan cicilan utang, dana darurat, dan proteksi tetap aman
Pos-pos yang wajib untuk tetap diamankan adalah cicilan utang, dana darurat, dan proteksi berupa asuransi.
Pastikan ketiganya tetap aman ya. Ini penting, karena kalau sampai terganggu, masalah yang lebih besar bisa jadi harus kamu hadapi ke depannya.
4. Jajaki kemungkinan penghasilan tambahan
Memang, besar ataupun kecil pemotongan gaji, tetap saja akan memengaruhi cash flow kamu. Namun, bukan berarti enggak bisa disesuaikan. Bagaimanapun, kita harus bertahan hidup kan?
Buat kamu para karyawan—baik ASN maupun swasta—jika sekarang belum pernah menjajaki peluang tambahan penghasilan, ini bisa jadi alasan untuk mulai nih. Kamu bisa mulai dengan mencari informasi, ada demand apa di sekitarmu.
Buat kamu para pekerja mandiri—meski sekarang belum diterapkan—juga mesti bersiap tuh. Terus semangat untuk cari proyekan ya. Atau, mungkin kamu bisa menyesuaikan juga tarif jasamu?
Kesimpulan
Yes, pemotongan gaji kadang memang tak bisa dihindari. Tapi, daripada mengeluh saja, akan lebih baik jika kamu mulai menyesuaikan lagi dengan pola anggaran dan pengeluaran. Ini akan jauh lebih efektif untuk mengatasi masalahmu.
Apakah kantor atau komunitasmu mengalami masalah pada pengelolaan penghasilan atauupun masalah keuangan yang lain? Butuh training finansial, untuk meningkatkan kemampuan mengelola keuangan karyawan? Sila kontak WA 0811 1500 688 untuk mendiskusikan kebutuhan training finansialmu. Semua modul dibuat SIMPEL, PRAKTIS, dan tentu saja FUN!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Cara Agar Gaya Hidup Sejalan dengan Gaji
Mari kita lihat beberapa cara agar gaya hidup kita bisa sejalan dengan gaji, tanpa mengorbankan rencana ke depan, pun tidak membuat kinerja di kantor jadi runyam.
5 Cara Atur Keuangan Ala Perempuan Pekerja yang Mandiri Secara Digital
Wah, sebentar lagi Hari Kartini nih! Waktunya kita ngomongin soal perempuan dong ya, pastinya dari sisi finansial. Apalagi kalau bukan soal atur keuangan.
Di zaman serbadigital seperti sekarang, teknologi sudah berkembang sedemikian rupa, seharusnya memang apa-apa bisa dibuat serbapraktis juga. Secara … sibuk, gitu! Ini juga berlaku para perempuan zaman now yang juga sibuk berkarya menjadi pekerja yang produktif. Pastinya, punya cita-cita untuk bisa mandiri dan akhirnya bebas finansial. Betul?
Karenanya, keterampilan atur keuangan pribadi menjadi sangat penting, either kamu, perempuan, yang masih lajang maupun yang sudah menikah. Well, yeah, apalagi yang sudah menikah. Karena selain harus bisa atur penghasilan sendiri, para istri ini kadang juga harus atur keuangan keluarga. Dan, di zaman sekarang, ya akan sangat lebih baik lagi kalau bisa dengan memanfaatkan teknologi.
Ini dia beberapa cara atur keuangan ala perempuan pekerja secara digital agar hidupmu lebih praktis dan mudah, tujuan keuangan pun bisa tercapai lebih cepat.
5 Cara Atur Keuangan Perempuan Pekerja Zaman Now
1. Catat pakai aplikasi
Kalau dulu, mungkin nenek atau ibu kita mencatat pengeluaran dengan buku tulis. Nah, kalau sekarang, dengan kemudahannya, ada banyak aplikasi keuangan yang bisa kita manfaatkan.
Mau aplikasi yang kayak apa, sepertinya sudah bebas tersedia untuk diunduh secara gratis di smartphone masing-masing, dari mulai yang paling simpel—sekadar catat-catat—nge-remind untuk menabung dan investasi, sampai yang berfitur sinkronisasi dengan rekening kamu di bank.
Tentu saja, sebagai perempuan kekinian, hal ini memudahkanmu banget untuk bisa atur keuangan; untuk mencatat arus kas, mengingatkanmu untuk menabung dan investasi di awal, membayar cicilan-cicilan, sampai bisa mencatat pengeluaran yang kamu gunakan untuk lifestyle.
2. Manfaatkan ibanking
Jangan lupa untuk menginstal ibank juga di smartphone agar memudahkanmu atur keuangan sehari-hari. Dengan begini, kamu akan lebih mudah untuk transfer ke sana kemari untuk berbagai keperluan. Buat ngecek transferan gaji juga lebih mudah, kan?
Beberapa fitur unggulan yang biasanya dimiliki ibanking sebuah bank antara lain:
- Limit transfer biasanya lebih besar daripada limit transfer melalui ATM
- Bisa langsung beli pulsa/kuota kalau pas kehabisan
- Blokir user ID dan PIN, kalau sampai terjadi sesuatu
- Bisa buat membayar tagihan-tagihan dengan lebih mudah, mulai dari tagihan pajak sampai iuran BPJS.
- Juga bisa investasi langsung, jika pihak bank punya produknya
Tentu saja, fitur bisa berbeda antara satu bank dengan yang lainnya ya. Intinya, buat kamu perempuan pekerja yang sehari-harinya sudah sibuk, wajib banget nih mengaktifkan ibank kamu.
3. Manfaatkan digital wallet
Digital wallet juga bisa kamu manfaatkan untuk memudahkanmu atur keuangan sehari-hari. Misalnya saja, kamu alokasikan sejumlah nominal tertentu di digital wallet sekadar untuk ngopi-ngopi atau kebutuhan lifestyle lainnya.
Sudah pasti, hal ini akan lebih praktis. Kamu enggak perlu membawa uang cash ke sana kemari, tinggal scan QR code atau mainkan jempol, kamu sudah bisa bertransaksi dengan mudah dan cepat.
Dengan begini, kamu juga bisa membuat bujet tersendiri untuk pos lifestyle. Jika saldo di digital wallet sudah habis, maka kamu harus menunggu sampai waktunya di-topup lagi setelah menerima gaji.
Kamu juga bisa memanfaatkan digital wallet untuk kebutuhan yang lain, tak hanya untuk pos lifestyle doang. Sesuaikan saja dengan kebutuhanmu. The point is, digital wallet ini sangat bermanfaat untuk mempermudah hidupmu sehari-hari, so manfaatkan seoptimal mungkin dan pastinya harus dengan bijak.
4. Investasi dan asuransi secara online
Investasi di zaman sekarang pun semakin mudah. Kita tak perlu lagi harus datang ke kantor perusahaan sekuritas atau manajer investasi untuk bisa ikut berinvestasi. Tinggal download saja aplikasinya, dan kita sudah bisa langsung membeli instrumen investasi yang kita butuhkan. Mulai dari reksa dana, saham, bahkan menabung emas pun bisa dilakukan secara online loh!
Tak hanya itu, asuransi pun sekarang juga bisa dibeli via online. Pembayaran premi secara online, pun klaimnya juga bisa dilakukan secara online.
Kurang praktis gimana lagi? Pastinya hal ini akan memudahkanmu dalam atur keuangan sehari-hari, bukan?
5. Tambah penghasilan, juga secara online
Buat kamu yang pengin menambah penghasilan, atau yang lebih keren disebut dengan side hustle, zaman sekarang juga sangat mungkin untuk dilakukan secara online.
Ada banyak cara untuk bisa tambah penghasilan secara online, misalnya:
- Jadi freelancer, untuk pekerjaan apa pun. Mulai dari desain—jika kamu memang punya skill di sini—atau jadi penulis, sampai menjadi seorang virtual assistant. Kamu bisa bergabung ke beberapa marketplace dalam maupun luar negeri untuk bisa mendapatkan klien. Tapi ingat, kamu harus siap berkompetisi dengan jutaan freelancer lain ya.
- Jualan online. Kayaknya sih sekarang hampir setiap orang punya toko online sendiri ya? Ada yang bikin di marketplace, ada juga yang jualan di media sosial atau landing page.
Yang mana pun, semua bisa dilakukan asal kamu siap bekerja keras agar sukses. Jangan lupa, untuk mengatur waktumu agar tak sampai mengganggu pekerjaan utama.
Gimana? Semakin praktis kan, untuk atur keuangan di zaman sekarang kalau kamu perempuan?
Seperti kata lead trainer QM Financial, Ligwina Hananto, bahwa setiap perempuan apa pun profesinya, harus memiliki kemampuan mengelola keuangan. Nah, di zaman sekarang semua lebih mudah. Manfaatkan teknologi yang ada, kamu yang sibuk pun bisa atur keuangan dengan detail dan rapi.
Apakah kantor atau komunitasmu mengalami masalah keuangan? Ataukah, punya kebutuhan training finansial tertentu? Sila kontak WA 0811 1500 688 untuk mendiskusikan kebutuhan training finansialmu. Semua modul dibuat SIMPEL, PRAKTIS, dan tentu saja FUN!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
3 Cara Belajar Finansial secara Mendalam dan Efektif
Betul, sudah ada banyak cara belajar finansial yang bisa kamu pilih dan disesuaikan dengan kenyamananmu. The choice is yours. Mengapa harus yang sesuai dengan kenyamanan? Karena, kalau kita nyaman melakukan sesuatu, maka kita bisa terus melakukannya dengan konsisten dan senang hati. Hasilnya tentu enggak akan mengkhianati.
Setuju kan?
Ini berlaku untuk belajar berbagai hal kok, enggak hanya belajar finansial. Namun, tentu saja, kalau di sini kita akan ngomongin soal finansial, karena ini bukan tempat belajar untuk bikin cilok soalnya.
So, di QM Financial, kamu bisa memilih metode belajar finansial yang mana saja, karena pada dasarnya di sini sudah ada banyak cara yang ditawarkan. Mulai dari yang gratisan—dengan teks, video, dan sebagainya—sampai yang berbayar.
Kali ini, kita akan membahas 3 metode belajar finansial yang sudah ada di QM Financial yang sifatnya mendalam alias indepth dan efektif, cocok banget buat kamu yang serius pengin bisa mengelola dan membuat rencana keuanganmu sendiri demi mimpi dan cita-cita nan luhur mulia.
3 Cara Belajar Finansial Mendalam dan Efektif
1. Belajar di kelas
Belajar di kelas secara konvensional memang terbukti lebih efektif bagi sebagian orang. Mengapa? Ya, karena cara belajar seperti ini sudah sangat familier untuk kita yang dulu sudah bersekolah sampai belasan tahun dengan cara seperti ini. Makanya secara psikologis, cara belajar seperti ini dianggap nyaman bagi sebagian besar orang.
Di zaman digital seperti sekarang, belajar di kelas tak hanya bisa dilakukan dengan bersama-sama di dalam ruangan, tetapi juga bisa dilakukan di ruang virtual. Inilah yang metode yang diadopsi oleh QM Financial dalam FCOS alias seri kelas finansial online, yang diadakan secara daring dengan aplikasi Zoom.
Bersama para trainers yang berpengalaman dan terlatih, kamu bisa belajar berbagai topik keuangan secara berjenjang, dari mulai level basic sampai dengan advanced, yang keseluruhannya mencapai 17 modul. Untuk sebagian besar kelas, kamu bisa memilih sesuai kebutuhan. Sedangkan sebagian kecil kelas, bisa diambil setelah kamu melalui kelas lain yang levelnya lebih rendah.
Tinggal sesuaikan dengan kebutuhan, dan tentu saja bujetmu. Jangan khawatir, rata-rata kelas harganya terjangkau kok!
2. Belajar mandiri
Buat sebagian yang lain, belajar finansial secara mandiri akan terasa lebih nyaman. Mengapa? Ya, banyak sih sebabnya. Bisa jadi karena waktunya yang memang sulit disesuaikan dengan jadwal kelas FCOS yang sudah fixed.
Belajar mandiri akan butuh komitmen dan disiplin diri yang tinggi, supaya hasil belajarnya juga bisa efektif. Kehadiran trainer juga dibutuhkan, sekadar untuk memberikan penjelasan yang belum tercakup di dalam modul seluruhnya. Modulnya bisa diunduh, lalu dipelajari sendiri. Sesuaikan dengan kecepatan dan kemampuan kita.
QM Financial memberikan opsi metode belajar finansial secara mandiri ini di Udemy. Sudah ada 4 modul yang bisa kamu pilih sampai artikel ini ditulis. Ke depannya bukan tak mungkin akan bertambah lagi.
3. Kelas akselerasi
Wuih, ada kelas akselerasi juga? Ada dong, kalau di QM Financial, kami menyebutnya dengan Fast Track program.
Kelas ini didesain khusus buat kamu yang enggak sempat untuk belajar finansial setiap malam, tapi butuh segera bisa mengelola dan membuat rencana keuangan sendiri. Ibaratnya kalau di sekolah, ini adalah kelas percepatan, tapi hasilnya jangan salah. Tetap efektif karena kualitasnya tetap dijaga.
Masih bersama para trainer QM Financial yang sudah berpengalaman, proses belajar finansial yang kamu jalani nantinya akan lebih mudah dan efektif, karena selain belajar secara kelas, juga ada opsi mentoring setelahnya. Dengan demikian, kamu bisa kasih liat trainer apakah rencana keuangan yang sudah kamu buat sudah betul atau belum.
Supplemen Belajar Finansial
Ketiga cara belajar finansial di atas akan lebih lengkap lagi dengan pembelajaran secara gamifikasi dengan Levio.
Di Levio, meski sekarang baru ada modul basic saja, tetapi kamu akan mendapat supplemen untuk pembelajaranmu, karena di sini selain materi yang bisa dibaca-baca serta ada kuis—juga ada beberapa studi kasus dalam format visual narrative seperti komik, yang akan membantumu memahami studi kasus seperti realita.
Sounds good?
Akses ke aplikasi Levio ini bisa dibeli secara terpisah dari kelas lain, tetapi juga tersedia dalam paket bundling dengan FCOS dan juga Fast Track program. Kamu bisa pilih, so the choice is yours.
Yuk, segera daftarkan dirimu untuk bisa mencoba pengalaman belajar finansial seru dengan metode gamified microlearning di sini!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Kiat Karyawan Atur Gaji di Bulan Puasa dalam 3 Langkah
Akhirnya bulan puasa sudah kembali hadir di tahun ini. Tentunya, bagi kamu yang muslim, hal ini patut sangat disyukuri ya? Apalagi kita menyambut bulan suci masih dalam kondisi pandemi yang belum juga usai.
Di satu sisi, tentu kita harus menyiapkan diri secara spiritual, agar ibadah kita bisa lancar dan akhirnya diterima oleh-Nya. Di sisi lain, kita juga harus bersiap dengan beberapa hal secara fisik, terutama dari sisi kesehatan dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. So, sudah pasti juga, kita harus menyiapkan diri secara finansial.
Pasalnya, sudah umum terjadi, saat bulan puasa tiba, justru pengeluaran kita membengkak. Ada beberapa penyebab mengapa hal ini bisa terjadi.
Yang pertama, harga kebutuhan biasanya memang naik di masa-masa seperti ini. Hal ini wajar, dan selalu terjadi setiap tahunnya. Yang kedua, kadang kita memang cenderung untuk lebih “memanjakan diri” setelah seharian berpuasa. Hayo, siapa ngaku nih?
Enggak apa kok, asal enggak berlebihan dan juga diatur bujetnya. Apalagi barangkali masih ada di antara kamu yang gajinya masih belum senormal sebelum pandemi, ya kan? Biasanya sih ya, kerasa banget kalau lagi bulan puasa seperti ini.
So, buat kamu yang karyawan, agar tetap seimbang antara gaji dan pengeluaran, berikut beberapa kiat atur bujet di bulan puasa sementara pandemi belum selesai.
Kiat Karyawan Atur Gaji di Bulan Puasa
1. Buat bujet dan rencana menu
Kiat atur bujet di bulan puasa tentu harus diawali dari membuat bujetnya.
Biasanya, kebutuhan pokok sudah mulai merangkak naik beberapa hari sebelum dimulainya bulan puasa. Bisa jadi seminggu atau dua minggu sebelumnya. So, buatlah bujet khusus di bulan puasa berdasarkan harga barang yang baru. Pastinya, kita sudah bisa mendapatkan gambaran lebih dulu kan, harga-harga kebutuhan kita akan seperti apa.
Gambaran akan harga kebutuhan pokok ini bisa kita ulik untuk kemudian dibuat menjadi rencana menu sahur dan berbuka yang memenuhi syarat kesehatan tetapi tidak berlebihan.
Beberapa bahan kebutuhan pokok bahkan bisa dibeli lebih dulu jauh-jauh hari. Misalnya saja seperti beras, minyak goreng, telur, tepung-tepungan, dan beberapa jenis sayuran serta bahan makanan kemasan cukup awet disimpan, apalagi jika kamu punya kulkas dan tahu cara penyimpanan yang benar. Lumayan ngirit juga lo, kalau kamu bisa nyetok sebelum mulai bulan puasa, apalagi kalau masih harga lama.
Tapi, jangan terlalu banyak juga ya, takutnya sih malah jadi kurang baik saat waktunya dikonsumsi. Intinya, kembali ke bujetmu.
2. Lebih banyak masak dan makan di rumah
Yang paling khas dari bulan puasa adalah adanya badai bukber, alias ajakan untuk buka bersama. Untungnya sih, selama masa pandemi, kebiasaan ini sudah agak berkurang. Kalaupun masih dilakukan, paling-paling secara virtual saja.
Meski sekarang sudah ada beberapa resto dan warung yang buka dan bisa dine-in, tapi tetap saja akan lebih baik jika kita tidak terlalu banyak makan di luar. Selain masih belum benar-benar aman karena virus masih mengancam, masak dan makan di rumah bisa jadi lebih hemat.
Misalnya, katakanlah makanan untuk bukber Rp50.000 seporsinya per orang. Kalau 10 kali ajakan bukber berkurang, maka kamu bisa menghemat Rp500.000. Mungkin kalau uang ini dialokasikan untuk membeli bahan-bahan yang dimasak sendiri, makanannya bisa buat dimakan orang serumah, bisa sampai beberapa hari kan?
Hanya saja, kadang makan di luar memang tak bisa dihindari. Atau mungkin takeaway, karena enggak bisa masak sendiri di rumah. Misalnya, kamu harus lembur, atau memang ada kondisi tertentu. Ya, enggak apa. Hanya saja, tetap diatur agar anggaran tidak terlalu membengkak.
3. Belanja sesuai anggaran dan kebutuhan
Nah, kalau sudah ada anggaran, maka selanjutnya ya kalau belanja mesti sesuai anggaran dong. Percuma saja sudah dibuat, kalau enggak diterapkan, ya kan?
Kadang gitu juga sih, sudah bikin anggaran, pas waktunya belanja di supermarket eh … lapar mata. Banyak diskon dan promo soalnya!
Iya, memang. Di bulan puasa seperti ini, biasanya memang ramai banget promo ya? Tapi, kalau memang mau pakai alasan ‘mumpung promo’, mending sekalian disesuaikan dengan anggaran. Di list belanja kita, butuh barang apa saja? Ada nggak itu barang-barangnya di daftar promo supermarket. Kalau ada, sikat!
Manfaatkan promo dengan bijak, supaya bisa benar-benar membuat kita hemat.
Demikian kiat atur gaji di bulan puasa untuk karyawan saat pandemi belum juga usai seperti sekarang. Jangan lupa untuk tetap jaga alokasi keuangan yang penting ya, seperti dana darurat, proteksi, dan investasimu.
Selamat menunaikan ibadah di bulan puasa yang suci ini! Semoga amal ibadahmu diterima oleh Allah SWT.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Behavioral Finance: Apa Sih Itu? Dan, Bagaimana Efeknya?
Pernah mendengar behavioral finance?
Behavioral finance bisa diartikan sebagai studi tentang pengaruh psikologi terhadap perilaku investor atau analis keuangan, yang kemudian dapat memengaruhi keputusan mereka saat menjadi pelaku pasar. Bahwa investor tidak selalu rasional, mereka memiliki batasan pengendalian diri, dan sering kali dipengaruhi oleh bias mereka sendiri. Pengaruh dan bias yang terjadi ini dapat menjadi sumber dari semua jenis anomali pasar, dan khususnya anomali pasar di pasar saham, seperti naik atau turunnya harga saham yang parah.
Memahami Behavioral Finance
Umumnya, kita beranggapan, bahwa para pelaku pasar seharusnya merupakan individu-individu yang dapat melakukan kegiatannya secara netral dan rasional. Mereka seharusnya merupakan individu yang dapat mengendalikan diri secara emosional, dan dapat bertindak dengan penuh perhitungan ketika melakukan aktivitasnya.
Tetapi, ternyata tidak.
Misalnya saja di pasar modal. Investor—siapa pun dia—seharusnya sudah memiliki berbagai metode teknik analisis yang dapat dimanfaatkan sebagai landasan pengambilan keputusan ketika membeli saham. Tapi, justru yang lebih sering terjadi adalah faktor psikologi ikut—dan justru menjadi penentu terbesar—memengaruhi aktivitas investasi yang dilakukan oleh investor.
Contoh paling gampang, misalnya ketika ada Manajer Investasi A menawarkan imbal 12% per tahun kepada investor ritel. Kemudian, investor ritel menemukan Manajer Investasi B yang menawarkan investasi yang sama dengan tingkat pengembalian 12.5% per tahun. Mana yang akan dipilih?
Sudah pasti Manajer Investasi B, betul? Mengapa? Karena menawarkan imbal yang lebih tinggi.
Contoh lain lagi. Investor akan cenderung untuk menjual secepatnya—sebelum mengalami kerugian karena harganya nge-drop—saham yang sudah kelihatan profitnya meski masih tipis, dan menahan saham yang harganya masih rendah.
Kedua kasus tersebut memperlihatkan kecenderungan karakteristik investor yang enggak mau rugi. Saham nyangkut, dan ketika berhasil naik tipis di atas nilai belinya, langsung jual sebelum rugi lagi. Padahal teori investasi saham adalah bahwa instrumen ini seharusnya merupakan instrumen investasi jangka panjang.
Efek Behavioral Finance
Adanya faktor psikologis manusia ini membuat berbagai keputusan finansial menjadi bias.
Karena nggak mau rugi lagi, maka keputusan cepat-cepat diambil. Karena enggak mau ketinggalan untung, keputusan juga dengan segera dipilih. Akibatnya hasilnya pun kena efek.
Jika saham yang nge-drop tersebut dijual segera, si investor dapat terbebas dari rasa waswas lantaran harga saham bisa turun lagi. Padahal, sebenarnya, jika ia bisa bersabar, harga saham tersebut bisa naik lagi, dan dalam jangka waktu yang panjang potensi imbalnya menjadi berkali lipat dari penjualan yang sekarang dilakukannya.
Pembelian saham juga menjadi terburu-buru, tanpa perhitungan lagi, supaya kebagian untung. Bisa jadi, setelah kita beli, saham malah nge-drop karena sudah overvalued.
Kalau dilihat-lihat lagi, jika terjadi penipuan investasi atau ada yang percaya dengan investasi bodong, hal ini juga diakibatkan oleh adanya bias yang kemudian menjadi penyebab behavioral finance ini. Orang suka mendapatkan untung besar dalam waktu singkat secara instan, lebih suka yang gampang—jalan yang lebih mudah, ketimbang harus susah-susah belajar keuangan dan investasi sendiri. Atau juga, orang yang enggak mau ketinggalan tren atau FOMO. Ini juga merupakan contoh-contoh behavioral finance.
Pentingnya Paham akan Behavioral Finance
Behavioral finance memang dapat dianalisis dari berbagai perspektif. Pergerakan pasar saham merupakan salah satu contoh efek yang paling nyata bisa terjadi dari behavioral finance ini.
Saat orang panik, saat orang terpengaruh oleh berita-berita di luar sana, atau saat orang beramai-ramai membeli saham karena adanya influencer, dan berbagai penyebab lainnya dapat menimbulkan rasa overconfident atau malah terlalu pesimis sehingga akhirnya memengaruhi grafik pasar saham yang naik atau justru turun drastis.
Inilah inti dari konsep behavioral finance; bahwa sering kali emosi, karakter, ilmu, preferensi, dan berbagai hal yang melekat pada diri kita dapat melandasi munculkan berbagai keputusan dan tindakan, yang bisa memberikan efek pada pasar ekonomi.
Di sinilah kita perlu paham mengenai behavioral finance ini, karena dengan begitu, kita bisa mengenali berbagai bias yang terjadi, dan paham bahwa para pelaku pasar saham, pasar uang, dan aktivitas ekonomi lainnya ini sering tidak rasional. Dengan demikian, kita sendiri bisa mengendalikan diri di tengah fluktuasi yang terjadi sehingga bisa memanfaatkan situasi dengan baik bagi tujuan keuangan kita.
Cara Mengatasi Berbagai Bias dalam Behavioral Finance
Bagaimana cara mengatasi berbagai hal yang akhirnya membuat keputusan finansial kita menjadi bias?
Yes, adalah dengan belajar keuangan, belajar investasi, dan belajar mengambil keputusan dengan berdasarkan nalar dan bukan emosi semata.
Yah, bakalan lama dong, mengingat banyaknya hal yang harus dipelajari agar bisa mengelola keuangan dan berinvestasi dengan benar ini?
Nggak juga tuh. Kamu bisa kok mendapatkan semua ilmu tersebut hanya dalam 2 kali hari Sabtu. Bergabunglah di Fast Track program—sebuah program belajar cepat buat kamu yang nggak sempat, tetapi tetap dengan materi dan silabus yang mendalam seperti halnya FCOS yang biasa digelar setiap bulannya oleh QM Financial.
Yuk, segera daftarkan dirimu untuk bergabung di Fast Track program! Klik link yang sudah ditautkan, dan ikuti saja petunjuknya ya.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
QM Alumni Club Sesi 2: Investasi Reksa Dana Vs Saham
Event Alumni Club kembali hadir di hari Rabu 7 April 2021 kemarin, mengundang para alumni FCOS ini untuk membahas soal investasi reksa dana vs saham.
Cara Belajar Finansial Secara Cepat, Efektif dan Efisien
Buat kamu yang pengin mulai belajar finansial, begini cara belajar cepat yang bisa kamu terapkan. Cek artikel ini sampai selesai ya.
Mengelola Keuangan Pribadi Secara Syariah dan 5 Hal yang Harus Diperhatikan
Apa saja hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengelola keuangan pribadi secara syariah ini? Ikuti artikel ini sampai selesai ya.