7 Mitos investasi yang Masih Banyak Orang Percaya
Masih banyak orang percaya pada mitos investasi yang salah kaprah. Enggak heran makanya, masih banyak juga orang yang maju mundur cantik untuk berinvestasi. Atau, ada sih yang bernyali untuk mulai investasi, tapi pola pikirnya enggak tepat. Alhasil, hasilnya pun tidak seperti yang diharapkan.
Yes, kesalahpahaman inilah yang menyesatkan. Yang belum mulai jadi takut, yang berani mulai salah langkah dan akibatnya malah buntung, padahal maunya untung.
Memang ya, menyelami dunia investasi tanpa dipandu oleh informasi yang akurat bisa menyebabkan keputusan yang kurang bijak. Oleh karena itu, sangat penting untuk memisahkan fakta dari fiksi dan mengatasi mitos investasi yang paling umum.
Melakukan hal ini enggak hanya membuka jalan bagi pengambilan keputusan yang lebih tepat tapi juga membantu dalam merencanakan strategi investasi yang sukses.
Table of Contents
7 Mitos Investasi yang Masih Banyak Dipercaya
Banyak dari mitos investasi berkembang dari kesalahpahaman atau informasi yang kedaluwarsa, yang pada akhirnya dapat menghambat peluang untuk mengembangkan aset.
Apa saja misalnya? Barangkali ada hal-hal di bawah ini yang kamu juga masih percaya.
1. Investasi Hanya untuk Orang Kaya
Salah satu mitos investasi yang paling umum dan menyesatkan adalah ide bahwa hanya orang kaya saja yang dapat berinvestasi.
Nah, padahal kebenarannya jauh loh. Faktanya, investasi itu terrbuka untuk semua orang, terlepas dari besarnya penghasilan atau kekayaan masing-masing. Dengan strategi yang tepat dan pemahaman tentang opsi yang tersedia, siapa pun dapat memulai perjalanan investasi, bahkan dengan modal yang relatif kecil.
Reksa dana, misalnya, adalah pilihan yang baik untuk investor pemula dengan modal kecil. Reksa dana pasar uang adalah salah satu contoh investasi dalam instrumen pasar uang yang risiko rendah berlikuiditas tinggi, seperti deposito berjangka dan surat berharga pemerintah. Bahkan bisa mulai dari Rp10.000 loh.
2. Investasi Selalu Berisiko Tinggi
Masih banyak orang yang takut berinvestasi karena risikonya yang tinggi. Ya, mitos investasi ini sebenarnya enggak sepenuhnya salah sih. Karena, faktanya, investasi itu memang selalu berisiko. Namun, tidak semuanya berisiko tinggi.
Ada juga beberapa instrumen investasi yang risikonya cukup rendah. Ya tentu saja, tingkat pengembaliannya juga sepadan juga.
Pemahaman yang akurat tentang risiko dan return, serta strategi efektif untuk mengelola risiko, dapat membantu investor meminimalkan potensi kerugian sambil memaksimalkan potensi keuntungan.
Nah, untuk mengelola risiko investasi, diversifikasi instrumen bisa menjadi adalah salah satu cara paling efektif. Dengan menyebarkan investasi di berbagai aset, kamu dapat mengurangi dampak negatif jika salah satu investasi mengalami kerugian.
3. Investasi Itu Hasilnya Lama
Mitos investasi yang menyebutkan bahwa selalu butuh waktu yang sangat lama untuk melihat hasil dari investasi juga membuat banyak orang enggan untuk memulai berinvestasi. Padahal, faktanya, kupon obligasi pemerintah itu sudah bisa didapatkan dalam satu bulan setelah installment loh. Reksa dana juga contoh instrumen yang bisa memberikan keuntungan dalam waktu relatif singkat.
So, yang perlu dipelajari adalah karakter instrumen investasi, mana yang cocok untuk jangka panjang dan mana yang cocok untuk jangka pendek. Selanjutnya, menyesuaikannya dengan tujuan keuangan.
4. Investasi Saham = Judi
Mitos investasi bahwa berinvestasi di pasar saham sama dengan judi adalah salah satu persepsi yang paling keliru tentang dunia investasi. Persepsi ini dapat menghambat banyak orang dari mengambil keuntungan dari peluang untuk membangun aset, terutama melalui pasar saham.
Padahal ada perbedaan yang sangat besar di antara keduanya.
Judi dilakukan dengan harapan mendapatkan keuntungan cepat dari suatu kejadian yang hasilnya sangat tidak pasti. Hasil yang diperoleh tergantung pada keberuntungan. Judi memiliki risiko yang sanagt tinggi dan tanpa kemungkinan pengelolaan risiko.
Sementara itu, berinvestasi di pasar saham bertujuan untuk membangun aset secara bertahap melalui pertumbuhan nilai perusahaan dan reinvestasi dividen. Keputusan untuk berinvestasi dibuat berdasarkan analisis yang dalam tentang kinerja perusahaan, kondisi industri, dan ekonomi secara keseluruhan. Meskipun sama-sama berisiko, investasi saham menawarkan kesempatan untuk mengelola risiko tersebut melalui diversifikasi portofolio, analisis fundamental dan teknis, serta strategi jangka panjang.
5. Investasi Emas Selalu Aman
Memilih emas sebagai instrumen investasi itu sama sekali enggak salah. Bagus malahan. Namun, jika menganggap emas itu enggak pernah rugi, paling aman, selalu untung, nah … itu yang mesti diluruskan.
Faktanya, seperti semua bentuk investasi, emas juga memiliki risiko dan ketidakpastian. Harga emas sering kali juga berfluktuasi, yang merupakan reaksi terhadap perubahan kondisi ekonomi global, seperti inflasi, nilai tukar mata uang, dan suku bunga. Misalnya, emas cenderung naik saat inflasi meningkat karena dianggap sebagai lindung nilai terhadap penurunan daya beli.
Dalam masa ketidakpastian politik atau ekonomi, orang akan ke aset yang dianggap aman seperti emas, yang kemudian akan meningkatkan harganya. Namun, ketika kondisi stabil, minat terhadap emas bisa berkurang, menyebabkan penurunan harga.
Belum lagi, emas itu punya selisih harga jual terhadap harga beli ketika kita hendak menjualnya kembali dalam waktu dekat.
6. Mengikuti Saran Investasi dari Para Ahli Pasti Akan Menguntungkan
Memang sebagai pemula, ada baiknya kita belajar dari orang yang lebih berpengalaman atau yang lebih ahli. Namun, kamu perlu ingat, bahwa kondisi dan kemampuan setiap orang itu berbeda.
Tidak pernah ada jaminan bahwa saran orang lain itu—meskipun mereka dinilai lebih ahli atau lebih berpengalaman—akan selalu menguntungkan. Adalah sangat penting bagi setiap investor untuk melakukan riset sendiri terhadap instrumen investasi potensialnya, bahkan ketika mempertimbangkan saran dari para ahli.
Setiap investor memiliki situasi keuangan, toleransi risiko, dan tujuan investasi yang unik. Saran yang mungkin cocok untuk satu investor bisa tidak sesuai untuk yang lain. Melakukan penelitian sendiri membantu menyesuaikan saran dengan kebutuhan dan tujuan keuangan pribadi kamu.
7. Jangan Berinvestasi saat Sedang Turun
Ada yang percaya mitos investasi, bahwa ketika pasar sedang turun, itu adalah waktu terburuk untuk berinvestasi. Padahal, kondisi pasar yang menurun justru berpeluang berinvestasi dengan potensi keuntungan jangka panjang.
Konsep “membeli di saat murah” adalah strategi ketika investor mencari untuk memanfaatkan penurunan harga untuk membeli aset berkualitas dengan harga diskon.
Salah satu contoh paling terkenal dari seorang investor yang berhasil mengambil keuntungan dari kondisi pasar yang tidak stabil adalah Warren Buffett, CEO dari Berkshire Hathaway. Selama krisis keuangan global 2008, ketika kepanikan melanda pasar dan banyak investor menarik dana, Buffett melihat peluang. Dia berinvestasi miliaran dolar ke perusahaan seperti Goldman Sachs dan General Electric.
Strategi ini terbukti menghasilkan return yang signifikan untuk Berkshire Hathaway saat pasar pulih. Ya enggak heran sih, Buffett dikenal dengan filosofinya bahwa takut ketika orang lain serakah, dan serakah ketika orang lain takut.
Sampai di sini, kita tahu ya, bahwa mitos investasi sering membentuk hambatan psikologis yang enggak perlu. Memecahkannya bukan hanya membuka jalan menuju keputusan yang lebih informasi, tetapi juga ke arah pertumbuhan finansial yang berkelanjutan.
Mitos investasi mana yang masih mengganggumu sampai sekarang?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
6 Situasi Love-Hate Relationship dengan Uang yang Sering Terjadi
Uang merupakan salah satu elemen penting dalam kehidupan modern yang memiliki peran kompleks dan sering kali ambigu dalam kehidupan kita sehari-hari. Fenomena ini menciptakan apa yang sering disebut sebagai love-hate relationship atau hubungan cinta-benci dengan uang. Fenomena ini bisa kita rasakan ketika kita mendapatkan emosi positif dan negatif yang intens terhadap uang secara bersamaan.
Di satu sisi, uang bisa menjadi sumber kebahagiaan, keamanan, dan kebebasan, memungkinkan kita untuk memenuhi kebutuhan, mewujudkan impian, dan menikmati kehidupan. Di sisi lain, uang juga bisa menjadi sumber stres, kecemasan, dan konflik, baik internal maupun dalam hubungan dengan orang lain.
Table of Contents
Pengaruh Love-Hate Relationship dengan Uang
Love-hate relationship ini bukan sekadar fenomena psikologis yang semata. Bahkan, hal ini bisa memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap kesehatan finansial kita.
Cara kita merasakan dan berinteraksi dengan uang dapat memengaruhi keputusan finansial yang kita buat, dari pengelolaan pengeluaran sehari-hari hingga strategi investasi jangka panjang. Misalnya, ada di antara kamu yang merasa bahagia banget ketika belanja, di saat yang sama mungkin kamu juga sulit menabung untuk tujuan finansial jangka panjang. Sementara itu, ada orang yang terlalu fokus berhemat, hingga enggak punya kesempatan untuk menikmati hidup.
Memahami dinamika hubungan kita dengan uang adalah langkah pertama untuk mengelolanya dengan lebih bijak. Dengan menyadari emosi dan pola pikir yang mendasari perilaku finansial kita, kita bisa mengambil langkah-langkah untuk menyeimbangkan antara mengejar kebahagiaan jangka pendek dan keamanan jangka panjang.
Pada akhirnya nanti, dengan kebijakan pengelolaan keuangan yan baik, kita pun mampu membuat keputusan finansial yang lebih sehat, mengurangi stres yang berkaitan dengan uang, dan meningkatkan kualitas hidup kita secara keseluruhan.
6 Love-Hate Relationship dengan Uang yang Sering Terjadi
So, setidaknya ada enam situasi love-hate relationship dengan uang yang umum terjadi. Menariknya, kita sering kali enggak menyadarinya. Seperti apa saja?
1. Happy saat Belanja, Menyesal Setelahnya
Bagi banyak orang, berbelanja merupakan aktivitas yang lebih dari sekadar memenuhi kebutuhan. Banyak yang bilang, belanja itu bikin bahagia, bahkan terapi.
Konon, saat kita membeli sesuatu yang sangat diinginkan, ada ledakan endorfin—hormon kebahagiaan—yang membuat kita feel better. Mood menjadi lebih baik, sehingga pembelian impulsif semakin menjadi.
Namun, enggak jarang kesenangan belanja ini segera digantikan oleh perasaan bersalah atau menyesal setelah belanja. Apalagi ketika kita mengevaluasi pembelian dan dampaknya terhadap keuangan, kita jadi sadar bahwa pengeluaran tersebut sebenarnya enggak perlu atau berlebihan. Situasi ini menjadi semakin rumit ketika melibatkan aktivitas utang untuk belanja. Love-hate relationship-nya semakin menjadi deh.
2. Merasa Aman saat Menabung, sekaligus Merasa Tak Bebas Menikmati Hidup
Menabung itu adalah salah satu aktivitas keuangan yang penting, karena terkait dengan keamanan dan kesehatan keuangan kita sendiri. Punya tabungan yang cukup artinya kita siap menghadapi berbagai situasi, baik saat ini, masa mendatang, bahkan ketika ada ketidakpastian.
Biasanya, ketika melihat saldo rekening bertambah, kita juga merasa semakin aman. Perasaan ini diperkuat oleh prinsip-prinsip pengelolaan keuangan yang baik yang sering diajarkan kepada kita: pentingnya memiliki dana darurat, pentingnya persiapan untuk masa pensiun, dan kebutuhan untuk menjadi bebas finansial.
Namun, untuk bisa menabung, kadang kita memang perlu “mengorbankan” beberapa hal. Misalnya, mengurangi nongkrong dengan teman-teman, mengurangi belanja, mengurangi self-reward, dan sebagainya.
Karena banyak membatasi diri, akhirnya kita pun merasa terkekang oleh “aturan” yang kita buat sendiri. Banyak hal yang enggak bisa kita lakukan. Of course, hal ini akan berdampak pada kesehatan mental kita.
3. Senang Punya Penghasilan Besar, tetapi Tekanan Meningkat
Siapa sih yang enggak pengin punya gaji besar? Rasanya pasti puas, dan yang pasti merasa energi yang dikeluarkan jadi tak sia-sia. Betul?
Gaji besar sering dianggap sebagai pengakuan atas kerja keras dan pencapaian. Namun enggak cuma berhenti di situ. Gaji besar juga (akhirnya) membuka peluang untuk dapat meningkatkan gaya hidup, investasi, dan pengalaman yang mungkin sebelumnya enggak terjangkau.
Penghasilan yang lebih tinggi juga memberikan rasa aman yang lebih besar. Kita bisa jadi menabung lebih banyak, menekan peluang berutang, dan bisa memenuhi beragam kebutuhan dengan lebih baik.
Tapi gaji besar juga umumnya datang dengan pressure pekerjaan yang lebih tinggi. Tanggung jawabnya lebih besar, bahkan kadang menuntut lebih banyak energi dan waktu. Kadang, semakin tinggi jabatan, semakin besar gaji, waktu untuk kebersamaan dengan orang-orang tercinta juga semakin berkurang.
4. Senang Bisa Berinvestasi, tetapi sekaligus Takut Rugi
Semakin banyak kita belajar keuangan, semakin kenal dengan beragam produk yang bisa dimanfaatkan, mendorong kita untuk bisa berinvestasi lebih banyak lagi.
Bagi banyak orang, berinvestasi melambangkan peralihan dari sekadar menyimpan uang menjadi aktif mengembangkannya. Sebuah proses yang “berisiko”, bukan?
Apalagi semua orang juga tahu, bahwa kondisi pasar bisa sangat berfluktuasi dan tidak dapat diprediksi. Bahkan investasi yang paling direncanakan sekalipun bisa berakhir dengan kerugian, karena berbagai sebab. Ditambah lagi, enggak semua penyebab itu bisa kita kontrol atau kelola risikonya.
5. Antusias saat Mengajukan Pinjaman Uang, tetapi Bingung ketika Harus Mengembalikan
Hingga muncullah fenomena yang berutang justru lebih galak daripada yang menagih utang.
Mengambil utang memang enggak dilarang. Untuk kondisi-kondisi tertentu, berutang bisa menjadi sarana untuk mencapai tujuan yang mungkin enggak dapat kita capai dengan dana yang tersedia saat ini. Misalnya seperti membeli rumah, atau bahkan memulai bisnis.
Pada saat pengajuan pinjaman disetujui, kita pun merasa lega dan antusias. Rasanya, kita telah diberi kesempatan untuk bergerak maju dengan rencana atau keinginan kita, dan masa depan tampak lebih cerah karena kemungkinan-kemungkinan baru yang terbuka.
Namun, kegembiraan ini cepat berubah menjadi tekanan ketika tiba saatnya untuk memenuhi kewajiban pembayaran. Ketegangan dan kecemasan muncul saat kita dihadapkan dengan realitas cicilan bulanan yang harus dibayar setiap bulannya.
Beban ini menjadi lebih berat jika kondisi finansial kita mengalami perubahan yang enggak terduga, seperti kehilangan pekerjaan, pengurangan pendapatan, atau keadaan darurat finansial lainnya. Apa yang awalnya tampak sebagai langkah maju dalam mencapai tujuan bisa menjadi beban yang menekan. Enggak hanya pada keuangan kita tetapi juga pada kesejahteraan emosional dan mental.
6. Rasa Aman Punya Asuransi, Frustrasi dengan Premi dan Klaim
Asuransi merupakan instrumen keuangan yang dirancang untuk memberikan perlindungan. Baik itu asuransi kesehatan, kendaraan, properti, atau jenis asuransi lainnya.
Tujuan semua asuransi itu sama, yakni untuk mengurangi beban finansial yang dapat timbul akibat kejadian tak terduga. Kepemilikan atas polis asuransi menawarkan ketenangan pikiran, mengetahui bahwa dalam situasi darurat, kita enggak akan dibiarkan menghadapi kesulitan finansial sendirian.
Kepastian ini sangat penting, memberikan rasa aman yang memungkinkan kita untuk lebih bebas menikmati kehidupan sehari-hari tanpa khawatir akan risiko finansial dari kemungkinan bencana.
Namun, pengalaman memiliki asuransi juga enggak selalu bebas dari frustrasi. Salah satunya adalah besarnya premi yang harus dibayarkan secara berkala.
Premi asuransi, terutama untuk polis dengan cakupan luas atau jumlah pertanggungan tinggi, bisa menjadi beban finansial yang cukup signifikan. Bagi sebagian orang, rasanya kayak “buang-buang uang” saja, apalagi kalau ternyata enggak ada klaim.
Frustrasi ini juga sering muncul saat proses klaim, yang bisa terasa rumit dan melelahkan. Ada banyak persyaratan dokumen yang harus disiapkan, prosedur klaimnya sendiri juga membingungkan, sudah begitu, klaimnya ditolak.
Begitulah, dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemui love-hate relationship dengan uang yang cukup rumit.
Dari situasi ketika kita merasa bahagia karena bisa membeli sesuatu yang diinginkan hingga perasaan stres karena tekanan finansial, love-hate relationship dengan uang adalah bagian alami dari kehidupan modern.
So, penting bagi kita untuk memahami dinamika ini agar dapat mengelola keuangan dengan lebih baik dan mencapai keseimbangan yang lebih sehat dalam hubungan kita dengan uang.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Menyiapkan Perjalanan Mudik Lebaran Bujet Hemat Selamat
Siapa nih yang udah nggak sabar pengin mudik Leabran? Sabar, ya. Mending siap-siap saja dulu yuk.
Mudik Lebaran memang menjadi momen yang ditunggu-tunggu untuk berkumpul kembali bersama keluarga. Nah, dalam banyak kasus, mudik itu merupakan salah satu pengeluaran di bulan puasa yang paling besar.
Karena itu, untuk mudik, kita butuh membuat perencanaan matang agar bisa berjalan lancar tanpa menguras dompet. Persiapannya mulai kapan? Mulai sekarang.
Table of Contents
Membuat Rencana Mudik Lebaran
Menyambut Lebaran dengan perjalanan mudik enggak harus menguras dompet jika dilakukan dengan perencanaan yang tepat. Membekali diri dengan strategi hemat namun aman untuk mudik bisa menjadi kunci untuk merasakan kehangatan berkumpul bersama keluarga tanpa kekhawatiran finansial.
Untuk itu, kamu bisa mulai dari sini.
1. Menetapkan Anggaran
Mulailah dengan mengevaluasi keuanganmu secara keseluruhan. Dengan begitu, kamu bisa menentukan berapa banyak yang dapat dialokasikan untuk mudik tanpa mengganggu cash flow dan keuangan jangka panjang.
Buatlah daftar semua biaya potensial yang akan dikeluarkan, termasuk transportasi, akomodasi, makanan, dan hiburan. Jangan lupa untuk memasukkan biaya kecil yang sering terlupakan, seperti segala macam tip, biaya tol, hingga biaya parkir.
Setelah ketemu berapa kebutuhannya, jangan lupa untuk menambahkan dana cadangan sebagai biaya tak terduga. Besarnya bisa disesuaikan kondisi, tetapi sekitar 10-20% sudah cukup.
2. Memilih Waktu dan Moda Transportasi
Hari-hari gini sudah ada bocoran perkiraan kapan puncak mudik akan terjadi. Kamu bisa pantau agar bisa merencanakan untuk berangkat beberapa hari sebelum atau setelahnya. Pertimbangkan juga jadwal liburan sekolah dan cuti bersama ya.
Jika memang belum memutuskan, ada baiknya membuat pertimbangan plus minus mudik Lebaran dengan berbagai moda transportasi, seperti bus, kereta, pesawat, mobil pribadi. Terutama dari sisi keamanan dan kenyamanan. Ingat, opsi termurah mungkin enggak selalu yang teraman atau paling nyaman. Gunakan review dan rating online untuk menilai keandalan dan keamanan penyedia layanan transportasi yang akan dipilih.
3. Pemesanan Tiket Dini
Kalau sudah ada keputusan mau mudik Lebaran naik apa, segeralah pesan tiket jauh-jauh hari jika memang sudah memungkinkan. Selain mengamankan kursi, tiket biasanya lebih murah jika kita memesan jauh-jauh hari sebelum tanggal keberangkatan.
Gunakan situs agregator tiket seperti Skyscanner, Kayak, tiket.com atau Traveloka untuk membandingkan harga tiket dari berbagai maskapai atau penyedia jasa transportasi lainnya.
Dengan merencanakan dengan cermat dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia, kamu bisa mengurangi stres dan biaya yang terkait dengan mudik, memastikan perjalanan yang lancar dan menyenangkan untuk kamu dan juga keluarga.
Persiapan Mudik
Setelah rencana perjalanan mudik Lebaran sudah siap, selanjutnya kamu bisa mulai menyiapkan printilan untuk berangkat nanti.
1. Bikin Daftar Bawaan
Bikin daftar bawaan mulai sekarang, sehingga nantinya enggak ada yang ketinggalan dan kamu harus membelinya di perjalanan.
Memilih pakaian serbaguna untuk perjalanan membantu mengurangi jumlah bawaan. Bawa pakaian yang dapat dipadupadankan untuk berbagai situasi. Dengan begini, bagasi bisa diirit.
Perlengkapan mandi ukuran traveling atau produk isi ulang dalam botol kecil juga efektif menghemat ruang dan biaya. Jangan lupa juga untuk membawa obat-obatan dasar seperti obat sakit kepala, antidiare, dan plester.
Cari cara untuk bisa menekan biaya ini dan itu. Misalnya saja, untuk minuman selama perjalanan, akan lebih hemat jika kamu membawa satu galon air mineral dan beberapa tumbler untuk masing-masing anggota keluarga. Dengan demikian, selain bisa mengurangi pembelian air kemasan, kamu juga bisa mengurangi sampah plastik.
2. Pelajari Cara Packing yang Hemat Ruang
Cara packing yang hemat ruang ini sebaiknya jangan disepelekan. Kalau misalnya kita mau mudik Lebaran menggunakan pesawat, ini bisa menentukan apakah kita perlu membayar ekstra untuk bagasi atau tidak. Begitu juga kalau mau mudik dengan bus. Jika bisa menghemat ruang dalam tas bawaan, perjalanan akan lebih nyaman.
Ada banyak cara packing hemat ruang yang bisa dipelajari. Salah satunya adalah menggulung pakaian alih-alih melipat. Kalau membawa sepatu, ruang di dalam sepatu juga bisa difungsikan. Di media sosial, sering banget orang sharing bagaimana cara packing hemat ruang. Kamu bisa menemukannya dengan mudah.
3. Kesehatan dan Keselamatan
Kesehatan, kenyamanan, dan keselamatan adalah yang paling utama harus diprioritaskan jika kita melakukan perjalanan, termasuk perjalanan mudik lebaran.
So, pastikan kesehatan dalam kondisi prima ketika hendak berangkat nanti. Kalau perlu, lakukan check-up kesehatan. Kalau punya kondisi khusus, konsultasikan dengan dokter.
Lalu, siapkan beberapa barang demi keamanan, kesehatan, dan kenyamanan ini:
- Kit P3K: Selalu bawa kit P3K dasar yang berisi antiseptik, plester, obat luka, dan barang-barang esensial lainnya.
- Hand Sanitizer dan Masker: Mengingat situasi saat ini, membawa hand sanitizer dan masker masih disarankan, demi menjaga higiene dan mencegah penyebaran kuman.
- Senter atau Lampu Kepala: Barang ini bisa sangat berguna dalam situasi darurat, terutama jika berada di area yang kurang penerangan.
Mempersiapkan barang bawaan dengan cerdas dan mengutamakan kesehatan serta keselamatan tidak hanya akan membuat perjalanan lebih nyaman tetapi juga dapat menghemat biaya dan menghindarkan dari banyak kesulitan selama perjalanan.
Mudik Lebaran dengan bujet hemat dan tetap selamat memungkinkan berkumpul bersama keluarga tanpa kekh
awatiran finansial. Persiapan yang matang dan strategi yang tepat menjadi kunci sukses perjalanan yang berkesan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Bayar Premi Asuransi Pakai Kartu Kredit? Yay or Nay?
Beberapa waktu yang lalu ada kasus yang cukup ramai dibahas di media sosial. Tentang seseorang yang tak bisa mengklaim asuransinya karena lapse. Ternyata, selama ini premi asuransi tersebut dibayar dengan kartu kredit, dan kemudian kartu kreditnya tidak aktif selama beberapa lama.
Mungkin kemudian ada yang bertanya-tanya, kok bayar premi asuransi pakai kartu kredit sih? Emang boleh?
Table of Contents
Membayar Premi Asuransi Pakai Kartu Kredit, Emang Boleh?
Kenapa enggak boleh? Faktanya, memilih metode pembayaran untuk premi asuransi menjadi pertimbangan penting dalam pengelolaan keuangan.
Ada beberapa hal yang bisa menguntungkan jika kita membayar premi asuransi dengan kartu kredit. Namun, juga penting untuk memahami berbagai aspek yang terlibat dalam penggunaan metode pembayaran ini, terutama ketika berkaitan dengan transaksi finansial besar seperti pembayaran premi asuransi.
Dengan mempertimbangkan pro dan kontra, pembayaran premi asuransi melalui kartu kredit dapat menjadi pilihan yang bijaksana atau sebaliknya, tergantung pada situasi keuangan masing-masing.
Membayar Premi Asuransi dengan Kartu Kredit: Pro
Menurut penjelasan dari trainer QM Financial, Mba Emiralda, ada kemungkinan pembayaran premi dengan kartu kredit bisa menguntungkan, karena orang jadi bisa membayar secara tahunan—yang umumnya nominalnya besar. Banyak perusahaan asuransi yang menawarkan beberapa keringanan jika pemegang polis membayar premi tahunan, misalnya ada gratis premi satu bulan, atau keuntungan yang lain.
Jika dilihat-lihat, memang ada beberapa keuntungan yang bisa didapatkan dari pembayaran dengan kartu kredit ini.
1. Kemudahan dan Kenyamanan
Pembayaran premi asuransi menggunakan kartu kredit itu lebih mudah. Dengan hanya beberapa klik atau ketukan pada layar, transaksi dapat diselesaikan dari mana saja, tanpa perlu mengunjungi kantor asuransi atau melakukan transfer bank manual. Ini menghemat waktu dan mengurangi usaha fisik yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pembayaran.
Fitur auto-debit juga menjadi keuntungan tambahan, memastikan premi dibayar tepat waktu setiap bulan atau setiap tahun, enggak perlu susah-susah mengingat. Dengan mengaktifkan fitur ini, risiko keterlambatan pembayaran dan potensi denda dapat diminimalkan.
2. Bisa Dapat Poin dan Rewards
Menggunakan kartu kredit sebagai alat pembayaran bisa membuat kita mendapatkan banyak manfaat tambahan berupa poin, cashback, atau rewards. Poin-poin ini nantinya dapat ditukarkan dengan berbagai hadiah atau keuntungan, seperti voucher belanja, tiket pesawat, atau bahkan pengurangan pada tagihan kartu kredit berikutnya.
Manfaat ini, meskipun tampak kecil per transaksi, tapi kalau terakumulasi ya jadinya banyak juga. Apalagi kalau kamu punya premi asuransi besar atau membayar untuk beberapa polis.
Membayar Premi Asuransi dengan Kartu Kredit: Kontra
Di sisi lain, terdapat beberapa hal yang patut menjadi perhatian jika pembayaran premi asuransi dilakukan dengan kartu kredit.
1. Total Biaya Asuransi Jadi Lebih Besar
Penggunaan kartu kredit untuk membayar premi asuransi memang membawa kemudahan, tetapi juga risiko keuangan berupa bunga kartu kredit yang bisa meningkatkan total biaya asuransi.
Jika saldo yang terutang dari pembayaran premi tidak dilunasi sebelum periode bebas bunga berakhir, bunga kartu kredit akan mulai dikenakan. Akibatnya, hal ini akan memberatkan beban keuangan.
2. Memengaruhi Riwayat Kredit
Penggunaan kartu kredit yang tinggi, terutama ketika mendekati atau melebihi batas kredit, dapat berdampak negatif terhadap skor kredit. Skor kredit dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya kelancaran pembayaran.
Jika sampai pembayaran dengan kartu kredit ini memberatkanmu, sehingga membuatmu tersendat melunasinya, maka hal ini ke depannya bisa memengaruhi skor kredit. Jika skor kredit kurang baik, hal ini bisa membawa dampak pada hal keuangan lain. Misalnya, kamu kesulitan mengajukan KPR, atau bahkan dalam beberapa kasus, menghambat karier juga loh.
Jadi, pastikan bahwa kamu selalu bijak dalam mengelola utang kartu kredit untuk membayar premi ini ya. Berikut beberapa ceklis yang perlu selalu kamu ingat terkait hal ini:
- Secara rutin memeriksa saldo kartu kredit dan memastikan penggunaannya tetap dalam batas yang aman.
- Membayar lebih dari pembayaran minimum bulanan dapat mengurangi saldo lebih cepat dan menurunkan rasio utang terhadap kredit. Jika memungkinkan, bayar saja langsung lunas.
- Gunakan sumber pembayaran lain untuk premi asuransi selama periode keuangan yang ketat untuk menghindari peningkatan utang kartu kredit.
- Membuat anggaran dan rencana keuangan jangka panjang dapat membantu menghindari ketergantungan berlebihan pada kartu kredit.
Dengan mempraktikkan pengelolaan kartu kredit yang bijak, risiko terhadap skor kredit dapat diminimalkan. Kesehatan finansial dapat tetap terjaga sambil memanfaatkan kemudahan dan manfaat yang ditawarkan oleh kartu kredit.
Tip Pembayaran Premi Asuransi yang Aman
Menurut trainer QM Financial, Mba Emiralda, memiliki asuransi sejatinya adalah untuk memperingan hidup kita. Jadi, jangan sampai pembayaran premi asuransi justru memberatkan. Kalau dengan punya asuransi, hidup menjadi lebih berat, berarti ada sesuatu yang salah.
Untuk pembayaran premi, masih menurut Mba Emiralda, sebaiknya lebih baik menabung dulu untuk dibayarkan tahunan, jika memang pembayaran tahunan. Dengan demikian, tidak ada risiko utang yang justru menambah beban perlindungan.
Pasalnya, dengan membayar baru mencicil, itu artinya kita mengambil hak masa depan untuk kebutuhan saat ini. Pertanyaannya, apakah kita seyakin itu kalau cash flow di masa depan aman?
Pastikan pembayaran premi menjadi salah satu prioritas, dengan cara memasukkannya ke dalam anggaran rutin kamu, dan alokasikan dari penghasilan. Dengan demikian, enggak akan terjadi dana terpakai untuk keperluan lain yang kurang penting.
Premi asuransi yang dibayar dengan kartu kredit menawarkan kemudahan dan potensi manfaat tambahan, tetapi juga memerlukan pertimbangan matang terhadap risiko finansial. Keputusan ini harus didasarkan pada pemahaman menyeluruh terhadap situasi keuangan pribadi dan kebijakan penyedia layanan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Peran Penting Kelas Keuangan dalam Merencanakan Masa Depan
Hadirnya beragam kelas keuangan pastinya dapat membantu banyak orang untuk mendapatkan keterampilan keuangan yang sesuai dengan kebutuhan. Tak hanya untuk memenuhi kebutuhan saat ini, tetapi bahkan hingga masa depan.
Apakah ada di antara kamu yang masih ragu ikutan kelas keuangan? Apa yang membuat kamu ragu?
Table of Contents
Manfaat Kelas Keuangan dalam Perencanaan Jangka Pendek
Yes, kelas keuangan itu bisa bantu kamu mengembangkan keterampilan pengelolaan keuangan pribadi. Salah satunya untuk berbagai tujuan jangka pendek.
Dua aspek penting dari perencanaan jangka pendek yang bisa kamu pelajari dalam kelas ini adalah peningkatan kemampuan dalam membuat anggaran—alias budgeting—dan mengelola cash flow sehari-hari.
1. Pemahaman tentang Anggaran
Di kelas keuangan, kamu bisa belajar cara membuat anggaran yang realistis, dan sesuai dengan pendapatan serta kebutuhan sehari-hari. Tercakup juga di dalamnya adalah pemahaman tentang perbedaan antara kebutuhan dan keinginan, serta cara alokasi dana untuk masing-masing kategori pengeluaran secara efektif.
2. Pelacakan Pengeluaran
Kamu juga bisa belajar teknik untuk melacak pengeluaran, yang merupakan langkah penting dalam mengelola cash flow. Dengan begitu, kamu dapat mengidentifikasi area di mana kamu mungkin menghabiskan lebih dari yang direncanakan dan menyesuaikan kebiasaan belanja kamu.
3. Mengelola Cash Flow
Selanjutnya, kamu bisa belajar strategi untuk memastikan bahwa pengeluaran tidak melebihi pendapatan, bagaimana cara menjaga cash flow agar tetap positif. Hal ini penting banget karena bisa membuatmu terhindari dari utang yang tak perlu, dan akhirnya bisa membantumu mencapai stabilitas finansial.
4. Menetapkan Tujuan secara Cerdas
Kamu bisa belajar pentingnya menetapkan tujuan keuangan yang spesifik, terukur, realistis, dan tertarget. Dengan begitu, berbagai tujuan finansial jangka pendek—seperti membangun dana darurat atau merencanakan liburan—bisa diwujudkan tanpa beban yang berarti.
5. Berpikir Jangka Panjang
Meskipun belajar membuat rencana keuangan jangka pendek, tetapi dengan ikut kelas keuangan, kamu bisa sekaligus berpikir jangka panjang. Gampangannya, kamu bisa memenuhi kebutuhan jangka pendek, tanpa mengorbankan masa depan.
Kelas keuangan enggak hanya akan memberikan pengetahuan untuk mengelola keuangan sehari-hari dengan lebih baik, tetapi juga memberikan alat dan kepercayaan diri sehingga kamu bisa membuat keputusan keuangan yang cerdas.
Dengan mengikuti kelas keuangan, kamu dapat meningkatkan kesejahteraan finansial dan membangun fondasi yang kuat untuk masa depan finansial yang stabil.
Peranan Kelas Keuangan dalam Perencanaan Jangka Panjang
Tak hanya jangka pendek, kelas keuangan juga dapat memberikan pengetahuan dan alat yang diperlukan untuk merencanakan masa depan finansialmu dengan lebih baik. Dalam kelas ini, kamu akan diajak untuk fokus pada investasi, rencana pensiun, hingga asuransi.
1. Belajar Investasi
Kamu bisa belajar beragam jenis produk keuangan, utamanya investasi, yang tersedia, termasuk saham, obligasi, reksa dana, properti, dan lainnya.
Dengan memahami karakteristik dan risiko masing-masing jenis investasi, kamu dapat membuat keputusan yang lebih tepat sesuai dengan tujuan dan toleransi risiko yang kamu miliki.
2. Membuat Rencana Pensiun yang Realistis dan Efektif
Di kelas keuangan, kamu bisa belajar cara menghitung dana yang dibutuhkan untuk pensiun, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti inflasi, perkiraan biaya hidup, dan jangka waktu pensiun. Kamu bisa menentukan, berapa banyak seharusnya kamu menyisihkan pendapatan untuk diinvestasikan setiap bulan atau setiap tahun, untuk mencapai target pensiunmu ini.
Termasuk juga di dalamnya, kamu bisa berkenalan dengan beragam instrumen yang bisa membantumu membangun dana pensiun dengan memadai. Kamu bisa berkenalan dengan BPJS Ketenagakerjaan, Dana Pensiun Lembaga Keuangan, juga belajar cara membangun dana pensiun secara mandiri. Kamu akan belajar cara mengintegrasikan sumber-sumber tersebut dalam rencana pensiunmu.
3. Belajar Pentingnya Asuransi
Di kelas keuangan, kamu tak hanya belajar bagaimana menghasilkan dan mengeluarkan uang saja, tetapi juga bagaimana caranya melindungi uang dan asetmu.
Asuransi diajarkan sebagai alat penting untuk melindungi aset dan pendapatan dari risiko tidak terduga. Ada berbagai jenis asuransi, termasuk asuransi jiwa dan kesehatan yang penting untuk dipahami dulu. Bahkan kamu bisa juga belajar bagaimana memilih polis yang tepat sesuai dengan kebutuhan.
Nah, gimana? Sudah yakin belum, bahwa kelas keuangan itu penting karena dapat membantumu mempersiapkan diri untuk menghadapi masa depan dengan perencanaan finansial yang matang dan terstruktur.
Melalui edukasi tentang budgeting, cash flow, investasi, rencana pensiun, hingga asuransi, kamu pun dapat membangun fondasi yang kuat untuk beragam tujuan jangka pendek sekaligus memastikan keamanan finansial jangka panjang kamu.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Punya Gaji 2 Digit Juga Kudu Punya Keterampilan Mengelola Keuangan yang Baik – Mengapa?
Punya gaji 2 digit? Duh, kebayang deh, bebasnya mau ngapain aja bisa.
Eits, tapi jangan salah loh. Mau punya gaji 2 digit, gaji 3 digit, gaji 1000 digit, kalau enggak tahu cara mengelola keuangan dengan baik, pada akhirnya ya bakalan boncos juga. Mubazir, kasihan deh uangnya enggak ada gunanya.
Punya gaji besar bukan berarti tinggal ongkang-ongkang saja menikmati gaji. Kudu dikelola dengan baik juga, supaya ada manfaatnya. Kalau enggak untuk diri sendiri, ya untuk sesama. Bener nggak sih?
Sudah banyak bukti tuh, ada yang kerja dan mendapat gaji besar, punya banyak barang mewah, tetapi ternyata enggak punya tabungan. Bukan mendoakan, tetapi kadang di hidup itu juga ada badai. Misalnya, ndilalah badainya terlalu besar, dan kita enggak siap, gimana? Punya gaji segede apa pun, enggak ada artinya kan?
Table of Contents
Mengapa Pengelolaan Keuangan Itu Penting, Juga untuk yang Punya Gaji 2 Digit?
Pada prinsipnya, pengelolaan keuangan adalah proses merencanakan, mengatur, mengarahkan, dan mengontrol aset finansial dalam kehidupan kita. Termasuk di dalamnya ada kegiatan seperti budgeting, mengatur prioritas, investasi, menabung, hingga aktivitas sosial, seperti membayar zakat misalnya.
Tujuan pengelolaan keuangan ini sama saja—baik untuk yang punya gaji besar ataupun yang UMR—untuk memastikan bahwa kita dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, sambil juga menabung untuk tujuan jangka panjang dan menghadapi keadaan darurat tanpa stres finansial yang enggak perlu.
Nah, konsep dasar ini harus dipahami dengan baik dulu, karena pengelolaan keuangan yang baik itu dapat memengaruhi hampir setiap aspek kehidupan kita. Dari membeli kebutuhan sehari-hari, membayar tagihan, menyisihkan dana untuk pendidikan atau pensiun, hingga berinvestasi untuk masa depan. Semua ini memerlukan perencanaan dan pengelolaan yang cermat agar dapat tercapai tanpa mengorbankan kestabilan finansial.
Kesalahan Pengelolaan Keuangan Mereka yang Punya Gaji 2 Digit
Betul, sering banget lihat sambat finansial di media-media sosial, seperti di akun fess atau perseorangan. Katanya, gaji besar, tapi kok susah nabung ya?
Nah, di kalangan orang berpendapatan tinggi, ada beberapa kesalahan pengelolaan keuangan yang umum dilakukan sehingga membuat mereka jadi enggak bisa stabil secara finansial (meskipun gajinya besar). Di antaranya:
- Terjadi inflasi gaya hidup. Yes, istilah ini merujuk pada meningkatnya gaya hidup atau lifestyle ketika gaji naik. Akibatnya, muncul pengeluaran tambahan yang mengikis pendapatan, tanpa meningkatkan tabungan atau investasi.
- Kurang diversifikasi. Berinvestasi dalam satu aset atau sektor saja, yang meningkatkan risiko finansial jika pasar aset atau sektor tersebut turun.
- Enggak punya asuransi atau dana darurat, karena merasa cukup nyaman dengan pendapatan rutin yang tinggi. Akhirnya begitu ada yang di luar rencana dan biayanya besar, jadi bingung kan?
- Pengelolaan utang yang buruk. Ada banyak kasus, ketika orang bergaji tinggi ternyata punya utang konsumtif yang tinggi juga. Mirisnya, mereka justru enggak punya rencana keuangan yang solid untuk mengembalikan pinjamannya.
So, pengelolaan keuangan yang baik adalah kunci untuk mencapai dan memelihara kestabilan finansial. Bukan soal nominal banyak dan sedikit yang didapatkan, tetapi justru pada pengeluarannya.
Keterampilan Pengelolaan Keuangan yang Wajib Dimiliki
Mengelola keuangan pribadi bagi yang punya gaji 2 digit akan membutuhkan keterampilan dan pengetahuan yang cukup untuk membuat keputusan yang bijaksana. Berikut adalah beberapa keterampilan utama yang perlu dimiliki oleh kamu yang bergaji besar, agar bisa mengelola keuangan dengan baik.
1. Budgeting: Cara Membuat Anggaran yang Realistis
Mulailah dengan mendokumentasikan semua sumber pendapatan dan mencatat semua pengeluaran untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang situasi keuangan kamu.
Bedakan antara kebutuhan dan keinginan. Alokasikan dana terlebih dahulu untuk kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan kesehatan. Tetapkan tujuan jangka pendek dan jangka panjang, dan buat anggaran yang membantu kamu mencapai tujuan tersebut.
Sesuaikan anggaran secara berkala agar dapat beradaptasi dengan cepat jika terjadi perubahan dalam pendapatan atau pengeluaran.
2. Investasi: Memilih Investasi yang Sesuai Tujuan
Untuk bisa memulai investasi, kamu perlu membuat rencana keuangan dulu. Tentukan judul, jangka waktu, dan targetnya. Meskipun gajimu besar, tiga hal ini—judul, jangka waktu, dan target investasi—tetap perlu kamu miliki ya.
Dengan adanya judul, jangka waktu, dan target, kamu akan bisa melakukan investasi dengan lebih terarah. Hingga nanti akhirnya, kamu enggak gampang menyabotase keuanganmu sendiri demi hal-hal lain yang kurang penting.
Setelah menentukan judul, jangka waktu, dan target, selanjutnya kamu bisa memilih instrumennya. Sesuaikan karakter instrumen dengan rencana investasi yang sudah kamu buat. Dengan demikian, diharapkan, investasimu dapat berkembang secara optimal.
3. Hemat dan Efisien: Mengurangi Pengeluaran
Periksa pengeluaran bulanan dan identifikasi area di mana kamu bisa berhemat. Meskipun gaji besar, tak ada salahnya jika kamu menerapkan frugal living. Justru, dengan konsep ini, bisa dipastikan, tabungan dan investasimu akan berkembang dengan lebih baik.
4. Perencanaan Pajak: Jadi Warga Negara yang Baik
Bayar semua pajak yang diwajibkan ya. Simpan dokumen dan bukti terkait pajak dengan rapi untuk memudahkan pelaporan dan audit. Update segala peraturan yang berlaku, agar memudahkanmu dalam proses pembayarannya.
5. Persiapan untuk Masa Depan: Asuransi dan Dana Pensiun
Asuransi itu penting dimiliki oleh siapa saja, baik yang bergaji UMR maupun yang punya gaji 2 digit. Apalagi kalau kamu merupakan tulang punggung keluarga. Pastikan semua orang yang hidupnya kamu tanggung memiliki asuransi kesehatan. Paling basic adalah BPJS Kesehatan. Kalau perlu, boleh dilengkapi dengan asuransi kesehatan swasta.
Jangan lupa untuk melindungi dirimu sendiri dengan asuransi jiwa. Agar jika terjadi apa-apa, orang-orang terkasih yang hidupnya bergantung padamu bisa tetap bertahan hidup.
Rencanakan juga dana pensiun kamu. Jangan sampai lupa untuk menyisihkan kontribusi ke dana atau program pensiun, baik yang diberikan oleh kantor ataupun yang kamu bangun secara mandiri. Pastikan masa pensiunmu nanti juga senyaman sekarang, saat kamu masih punya gaji 2 digit.
Nah, jadi meskipun punya gaji 2 digit, ternyata PR-nya juga banyak kan?
Menguasai keterampilan ini membutuhkan waktu, kesabaran, dan praktik. Namun, dengan komitmen untuk belajar dan menerapkan prinsip-prinsip dasar pengelolaan keuangan, kamu pasti dapat membangun dasar yang kuat untuk kesejahteraan finansialmu sendiri dan keluarga, bahkan bisa menjamin masa pensiunmu tetap bisa dijalani seperti sekarang saat masih bergaji besar.
Nah, gimana? Kalau mau, kamu bisa mengundang QM Financial team untuk mengadakan financial training di kantormu, untuk memastikan semua orang punya skill pengelolaan keuangan yang baik, dari yang gajinya sudah besar maupun yang masih entry level. Kamu bisa langsung menghubungi ini ya!
Mengelola Keuangan untuk Generasi TikTok: Dari FOMO ke JOMO (Joy of Missing Out)
Di era digital saat ini, media sosial telah menjadi bagian yang enggak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Apalagi sekarang, saat muncul generasi TikTok.
Siapa nih yang sempat kecanduan buat belanja TikTok live? Sudah pernah menghitung belum, habis berapa sampai dengan fitur ini menghilang? Apakah barang yang dibeli (atau diborong) kemarin, sekarang masih digunakan? Masih bermanfaat penuh? Atau sudah dianggurin?
Ya, memang. TikTok, sebagai salah satu platform media sosial yang paling cepat berkembang, telah mengubah cara kita berkomunikasi, berbagi informasi, dan bahkan memengaruhi perilaku konsumsi kita.
Dengan kontennya yang menarik dan mudah diakses, TikTok menjadi sarana hiburan yang tak hanya menghibur tapi juga sering kali memicu perbandingan sosial di antara generasi TikTok itu sendiri.
Table of Contents
Apa Itu FOMO dan JOMO pada Generasi TikTok?
FOMO, itu dia. Hal yang kemudian menjadi masalah generasi zaman sekarang, termasuk generasi TikTok.
FOMO, atau Fear of Missing Out, merujuk pada perasaan cemas atau takut ketinggalan tren. Baik itu experience, acara, aktivitas, atau tren apa pun deh yang (terlihat) seru dinikmati oleh orang lain.
Dalam konteks keuangan, FOMO terutama dapat memicu keputusan pembelian impulsif yang akhirnya harus dialami oleh generasi TikTok. Artinya, kita melakukannya hanya agar bisa merasa “termasuk” atau update, alias enggak ketinggalan tren terkini.
Ya, akibatnya daripada manfaat dan keuntungannya, justru lebih banyak buntungnya. Banyak generasi TikTok mengalami tekanan keuangan karena berusaha memenuhi standar gaya hidup yang ditetapkan oleh lingkaran sosial atau influencer di media sosial—tanpa sadar sama kondisi diri sendiri.
Nah, terlalu banyak yang FOMO, muncul JOMO. Sebagai reaksi terhadap FOMO, Joy of Missing Out atau JOMO ini bisa digambarkan sebagai perasaan puas atau bahagia karena sudah memutuskan untuk enggak mengikuti tren.
Dengan semangat JOMO, kita akhirnya jadi bisa lebih fokus pada apa yang benar-benar memberi kepuasan dan kebahagiaan. Nah, dalam konteks keuangan, JOMO bisa jadi “alat” yang membuat generasi TikTok menjadi lebih bijaksana dan berpikir panjang. Terutama sih terhadap pengeluaran.
Efek terdekatnya, keputusan pembelian bisa dilakukan atas dasar value yang sebenarnya. Bukan cuma biar kelihatan edgy doang. Pastinya, hal ini akan lebih bagus efeknya untuk jangka panjang, karena membantu generasi TikTok membangun kebiasaan keuangan yang sehat.
Mengadopsi JOMO dalam mengelola keuangan bukan berarti menghindari pengeluaran sepenuhnya, melainkan membuat pilihan yang lebih “sadar”. Kita bisa membuat prioritas pada pengeluaran yang memang penting sesuai kebutuhan dan tujuan jangka panjang.
So, intinya memang pada menemukan keseimbangan antara menikmati kehidupan saat ini sambil juga menyiapkan diri untuk masa depan.
Dengan begitu, kita perlu tahu nih, bagaimana generasi TikTok dapat mengatasi tekanan FOMO dan merangkul JOMO sebagai cara untuk mengelola keuangan secara lebih efektif dan memperoleh kepuasan hidup yang lebih dalam.
Strategi Anti-FOMO, Menuju JOMO
Jadi, apa yang kudu dilakukan pertama, biar generasi TikTok ini bisa switching dari FOMO ke JOMO?
Ya pastinya kita harus mengatasi dulu rasa takut untuk ketinggalan tren. Kalau sudah enggak takut ketinggalan tren, rasanya FOMO bisa segera disingkirkan. Iya nggak sih?
1. Mengenali Value Diri Sendiri
Luangkan waktu untuk benar-benar memikirkan apa sih value kita sebenarnya? Apa yang membuat kita bahagia dan puas?
Dengan tahu apa value kita sebenarnya, kita bisa mendapatkan gambaran, apakah antara value dan kebutuhan dengan pengeluaran itu sudah selaras?
Gampangannya gini. Kalau dari meluangkan waktu di atas, ternyata kita sadar bahwa kita menganggap kesehatan mental dan fisik itu penting, misalnya. Maka, mungkin kita lebih butuh untuk membangun rutinitas olahraga, mengubah pola makan, atau belajar meditasi. Bukan belanja pakaian baru.
2. Membuat Anggaran
Nah, kalau sudah tahu sebenarnya maunya kita apa, maka selanjutnya, ya sudah pasti harus membuat anggarannya.
Misalnya, kalau mau pakai contoh yang sama dengan di atas, berarti mungkin kita lebih baik meluangkan waktu untuk mencari solusi tentang bagaimana supaya bisa rutin olahraga. Nah, di sini perlu hati-hati juga sih, teteup. Jangan sampai, kita merasa solusi terbaiknya adalah langganan gym, tapi ternyata ke depan membership itu dianggurin saja (lagi). Ya, itu sih namanya belum ketemu solusinya.
So, coba deh, diluangkan waktu, cari solusi yang bener-bener sesuai dengan masalahmu dan buat anggarannya. Kalau memang perlu membership gym ya enggak apa. Pastikan, beneran dipakai. Lalu, masukkan anggaran membership ini di anggaran rutin.
3. Penggunaan Media Sosial secara Sadar
Menggunakan media sosial dengan cara yang lebih sadar bisa membantu kita mengurangi perasaan harus selalu ikut serta dalam tren atau melakukan pembelian impulsif. Berikut adalah beberapa langkah konkret untuk menggunakannya dengan lebih bijak:
- Batasi Waktu Media Sosial: Tentukan batasan waktu harian untuk menggunakan media sosial. Misalnya, batasi diri hanya 30 menit atau 1 jam setiap hari.
- Evaluasi dan Kurangi Akun yang Diikuti: Lihat daftar akun yang diikuti. Tanyakan pada diri sendiri, apakah akun-akun ini membuat kita merasa positif? Apakah akun-akun itu mendorong kita untuk menghabiskan uang tanpa perlu? Jika iya, mungkin saatnya untuk berhenti mengikuti atau membatasi interaksi dengan akun-akun tersebut.
- Ikuti Akun Positif: Cari dan mulai mengikuti akun yang menyebarkan energi positif atau konten yang inspiratif. Ini bisa berupa akun yang fokus pada pengembangan diri, motivasi, tabungan dan investasi. Seperti akun QM Financial, misalnya?
- Waktu Detoks Media Sosial: Tentukan satu hari dalam seminggu sebagai hari detoks dari media sosial. Gunakan waktu ini untuk melakukan aktivitas yang tidak berkaitan dengan internet, seperti membaca buku, berolahraga, atau menghabiskan waktu dengan keluarga dan teman-teman.
Yang pasti sih, kudu sadarkan diri sendiri bahwa apa yang orang post di media sosial sering kali merupakan hal-hal yang bagus-bagus doang. Realitanya, bisa saja enggak sebagus itu. So, enggak perlu banget membandingkan hidup kita dengan snapshot momen terbaik orang lain.
Dengan mengambil langkah-langkah ini, generasi TikTok bisa mengurangi dampak negatif media sosial terhadap keuangan dan kesejahteraan mental. Pada akhirnya, kita pun bisa lebih menikmati kehidupan nyata dan membuat pilihan yang lebih sehat dan lebih bijaksana.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
5 Pertanyaan yang Wajib Dibahas bareng Pasangan sebelum Menikah
Sebelum menikah, ada beberapa pertanyaan penting yang perlu dibahas bersama pasangan untuk membangun dasar yang kuat bagi hubungan di masa depan.
Menentukan tempat tinggal, pembagian peran dalam keluarga, keinginan memiliki anak, rencana pensiun, dan cara berkomunikasi serta menyelesaikan konflik adalah topik-topik krusial yang sebaiknya jangan sampai dilewatkan untuk diobrolkan sebelum menikah.
Pembahasan ini bukan hanya tentang merencanakan kehidupan bersama loh, tapi juga memahami lebih dalam tentang harapan dan impian masing-masing.
Table of Contents
Pertanyaan Wajib Dijawab Sebelum Menikah
Ngobrol adalah langkah awal untuk bisa memastikan bahwa kedua belah pihak memiliki visi yang sama tentang kehidupan bersama setelah menikah.
Dengan membicarakan tempat tinggal impian, peran masing-masing dalam keluarga, jumlah anak yang diinginkan, cita-cita setelah pensiun, dan strategi komunikasi serta penyelesaian masalah, kamu dan pasanganmu dapat membangun fondasi yang kuat untuk hubungan yang harmonis dan langgeng.
Dialog terbuka ini membantu mengidentifikasi kesamaan dan perbedaan, memfasilitasi penyesuaian, dan memperkuat ikatan di antara kamu dan pasanganmu.
Berikut adalah beberapa hal yang sebaiknya sudah dibahas sebelum menikah antara pasangan.
1. Mau Tinggal di mana setelah Menikah?
Kayaknya sih ini pertanyaan yang simpel dan sepele. Kadang di-skip, karena saking sepelenya. Dianggap mudah dipecahkan, karena yah … di mana aja boleh asalkan berdua. Tsah. Padahal ini bisa jadi hal besar kalau dua belah pihak enggak sepakat.
Ada beberapa alternatif yang umumnya muncul menjadi opsi. Yang pertama, tinggal di rumah orang tua atau mertua. Pastinya, ini adalah opsi “hemat”, cocok buat pengantin baru yang masih harus banyak nabung, banyak kudu buat rencana ini itu. Seenggaknya, dengan tinggal di rumah orang tua dulu, perkara printilan rumah tuh bisa dilakukan bareng-bareng sama mertua atau orang tua. Ada yang bantuin. Tapi, kalau salah satu enggak nyaman, ya harus diobrolkan.
Alternatif kedua adalah kontrak rumah. Biasanya ini menjadi opsi ketika pasangan sudah niat ingin membangun keluarga yang lepas sama sekali dari “pengaruh” orang ketiga. Tentu saja, ini adalah opsi yang sangat bagus. Namun, harus punya rencana yang matang ya, terutama dari segi keuangan rutin karena nantinya harus bayar kontrakan.
Alternatif ketiga, langsung punya rumah sendiri. Ini memang privilege. Bisa beli sendiri, atau mungkin hibah, atau kado pernikahan.
So, sebelum menikah, pastikan kamu dan pasangan sudah membahas tentang masalah tempat tinggal ini, supaya enggak ruwet ke depannya.
2. Bagaimana Pembagian Peran dalam Keluarga Nantinya?
Sebelum menikah, hal ini juga termasuk yang harus diobrolkan. Mulai dari apakah nantinya nafkah datang dari dua pintu (suami dan istri) atau satu pintu saja (suami saja atau istri saja)? Jika dua pintu, maka seperti apa ketentuannya? Kalau satu pintu, seperti apa pengaturannya?
Di dalam obrolan ini, bisa dibahas juga mengenai sistem pengelolaan keuangan keluarga ke depannya. Misalnya, jika datang dari dua pintu, maka mau dikelola seperti apa? Apakah dua penghasilan dijadikan satu, kemudian dibagi ke alokasi pos pengeluaran keluarga?
Bisa juga dikelola dengan berbagi jatah, penghasilan siapa untuk membayar apa? Misalnya urusan dapur dan makanan menjadi tanggung jawab istri. Sementara suami kebagian membayar kontrakan dan investasi.
Jika nafkah satu pintu, maka juga harus ditentukan pengelolaannya. Apakah mau sistem “gajian”, per bulan dijatah dengan nominal tertentu? Atau mau harian?
Biasanya sih, dari sini, obrolan bisa diteruskan ke pembagian peran dalam keluarga yang sifatnya sehari-hari. Siapa yang memasak, siapa yang urus kebersihan rumah, dan sebagainya.
3. Punya Anak atau Enggak? Kalau Punya Anak, Mau Berapa?
Berhubung sudah banyak pasangan yang memilih menjalani gaya hidup childfree, maka hal ini juga harus diobrolkan bersama (calon) pasangan sebelum menikah.
Jika ingin punya anak, maka sudah pasti perlu dipikirkan biaya hidupnya. Kemudian, coba proyeksikan, kapan mulai membangun dana pendidikan anak. Apakah ketika mulai promil, atau ketika anak dilahirkan, atau kapan?
4. Apa Pension Dreams-nya?
Pengin menjalani hidup seperti apa nanti kalau sudah pensiun, anak-anak sudah dewasa dan mandiri, dan sudah kembali berdua saja lagi?
Mungkin pengin melipir ke daerah tertentu yang lebih tenang dan sejuk? Atau mau pulang kampung, buat yang merantau? Atau bisa jadi memilih untuk menghabiskan masa pensiun di elderly residence kekinian yang mewah itu? Atau mau keliling dunia berdua naik yacht?
Semua mungkin loh, dilakukan, asalkan sudah ada rencananya mulai dari sebelum menikah. Dengan mengetahui pension dreams seperti apa yang ingin dijalani, kamu dan pasangan akan lebih mudah membuat rencana keuangan pensiun karena targetnya juga sudah jelas.
5. Bagaimana Cara Berkomunikasi dan Penyelesaian Konflik Nantinya?
Ada beberapa pasangan yang bersepakat, untuk tidak memperpanjang masalah sampai keesokan harinya. Apa pun masalahnya, harus selesai hari itu juga sehingga esok hari mereka berdua bisa menjalani hari normal lagi seperti biasa.
Ada beberapa pasangan yang memilih untuk keluar dari rumah saat ingin menyelesaikan konflik. Mereka akan pergi ke taman, atau tempat wisata untuk “berdebat” di sana. Mungkin supaya tidak mengganggu dan terganggu oleh anggota keluarga yang lain di rumah.
Jadi, bagaimana kamu dan pasanganmu nanti akan menyelesaikan konflik jika muncul? Hal ini perlu diobrolkan, terutama untuk mendalami karakter masing-masing. Karena di setiap rumah tangga pastilah ada masalah ini dan itu. Dan, cara kamu dan pasangan berkomunikasi akan menentukan bagaimana penyelesaian terbaiknya.
Nah, itulah beberapa hal yang idealnya harus dibahas sebelum menikah. Dengan begitu, kamu dan pasangan dapat membangun masa depan bersama yang bahagia dan sehat.
Bukan cuma soal rencana, tapi juga tentang memperkuat hubungan dengan memahami dan menghargai pandangan serta harapan satu sama lain. Langkah awal ini akan dapat membuka pintu menuju perjalanan hidup bersama yang penuh dengan cinta, pengertian, dan kesiapan menghadapi tantangan bersama.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Waspada! Ini Ciri-Ciri Kamu Akan Jadi Sandwich Generation
Menjadi sandwich generation itu berat. Kamu yakin kuat?
Padahal ya seperti kata lead trainer QM Financial, Mba Ligwina Hananto, semua orang akan jadi sandwich generation pada waktunya.
Table of Contents
Apa Itu Sandwich Generation dan Apa Penyebabnya?
Sandwich generation, atau generasi sandwich alias roti isi, adalah istilah yang mengacu pada kelompok orang, biasanya berusia antara 30 hingga 50 tahun, yang berada dalam posisi unik. Mereka harus memberikan dukungan finansial, emosional, dan kadang-kadang fisik kepada orang tua mereka yang menua, sekaligus memenuhi kebutuhan dan kewajiban terhadap anak-anak mereka.
Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan seseorang menjadi sandwich generation. Di antaranya sebagai berikut.
1. Perubahan Demografis
Perubahan demografis dalam konteks ini adalah meningkatnya usia harapan hidup.
Loh, bukannya bagus kalau usia harapan hidup itu meningkat?
Iya, betul. Di satu sisi, meningkatnya usia harapan hidup itu berarti pertanda baik. Artinya, orang yang bersangkutan bahagia hidupnya, karena itu usianya panjang.
Namun, meningkatnya umur harapan hidup juga berarti banyak orang tua yang hidup lebih lama, yang umumnya juga disertai dengan kondisi kesehatan yang membutuhkan perawatan atau bantuan yang lebih banyak.
2. Keterlambatan dalam Kehamilan
Tren memiliki anak di usia yang lebih lanjut berarti orang tua akan masih memiliki tanggung jawab terhadap anak-anak mereka baik secara finansial maupun emosional pada saat yang sama ketika orang tua mereka sendiri mulai memerlukan dukungan.
Intinya, anak-anak belum bisa mandiri, ketika tiba waktunya orang tua kamu pensiun. Artinya, kamu enggak bisa menjadi penopang salah satu pihak saja dalam satu waktu. Kudu dua-duanya sekaligus.
3. Kondisi Ekonomi
Fluktuasi ekonomi, ketidakstabilan pekerjaan, dan meningkatnya biaya hidup, termasuk dana pendidikan dan perawatan kesehatan, memperberat tekanan finansial pada orang yang berada di posisi (calon) sandwich generation.
4. Perubahan Sosial
Dulu, punya keluarga besar artinya banyak bantuan. Sekarang, kayaknya hal ini sudah mulai terkikis.
Banyak orang merasa terisolasi, berjarak bahkan dengan anggota keluarga sendiri. Hal ini menambah berat tanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan keluarga.
Dengan berkurangnya dukungan ini, tekanan untuk menyediakan bantuan finansial, emosional, dan perawatan menjadi lebih besar. Situasi ini memaksa orang untuk mencari solusi lain dalam menghadapi tantangan sehari-hari tanpa dukungan yang dulu dianggap biasa.
Ciri-Ciri Potensial Sandwich Generation
Dengan berbagai sebab dan alasan, peluang untuk menjadi sandwich generation semakin terbuka lebar. Kalau kamu sudah merasakan beberapa hal berikut, kamu wajib waspada, karena inilah ciri-ciri potensial kamu akan menjadi sandwich generation dengan segera.
1. Penghasilanmu (Hampir) Seluruhnya Dipakai untuk Kebutuhan Sekeluarga
Jika kamu menemukan bahwa sebagian besar atau seluruh penghasilanmu digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluargamu, termasuk orang tua dan anak-anak, ini adalah tanda klasik menjadi bagian dari generasi sandwich.
Hal ini mencerminkan tekanan finansial yang dihadapi. Kamu harus mengalokasikan sumber dayamu untuk memenuhi kebutuhan dua generasi yang berbeda.
Hal ini akhirnya berdampak cukup besar bagi kamu. Salah satunya, kamu hanya punya sedikit (atau malah tak ada sama sekali) ruang untuk bisa menabung atau berinvestasi.
2. Kamu Melihat Orang Tuamu Tak Bisa Survive, Tanpa Campur Tanganmu
Menjadi sadar bahwa orang tuamu semakin tua dan tidak lagi bisa mandiri sepenuhnya—baik dari segi finansial, kesehatan, atau dalam melakukan aktivitas sehari-hari—dan membutuhkan bantuanmu untuk bertahan hidup adalah ciri lain dari generasi sandwich.
Tanggung jawab ini umumnya datang bersamaan dengan tugas merawat anak-anak yang masih bergantung padamu, jika kamu sudah berkeluarga. Akhirnya, ada tekanan tambahan pada waktu, energi, dan sumber daya finansialmu.
3. Kamu Merasa Sendirian
Merasa sendirian dalam menghadapi semua tantangan ini, tanpa dukungan yang memadai dari saudara, pasangan, atau orang lain, adalah ciri umum sandwich generation lainnya.
Isolasi ini bisa datang dari kurangnya pemahaman tentang situasimu oleh orang lain, kurangnya sumber daya keluarga, atau sekadar karena orang-orang di sekitarmu memiliki tanggung jawab mereka sendiri dan tidak dapat menawarkan dukungan yang kamu butuhkan.
4. Sering Kelelahan dan Stres
Kelelahan kronis dan stres yang berkepanjangan adalah tanda yang sangat umum bagi yang berada di generasi sandwich.
Menyeimbangkan pekerjaan, kebutuhan keluarga, dan perawatan orang tua, sambil mencoba memenuhi ekspektasi sosial dan profesional, dapat menyebabkan kelelahan fisik dan emosional. Stres ini juga diperburuk oleh kekhawatiran finansial dan kekurangan waktu untuk merawat diri sendiri.
5. Enggak Berani Punya Rencana untuk Masa Depan
Ketidakberanian atau ketidakmampuan untuk membuat rencana untuk masa depan—baik itu terkait dengan karir, pendidikan, atau keuangan pribadi—adalah ciri penting lainnya.
Ketika kamu sudah terjebak dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa bisa melihat ke depan, ini menunjukkan tekanan khas dari generasi sandwich. Ketidakpastian tentang masa depan dan ketakutan akan tidak cukupnya sumber daya untuk mendukung orang tua yang menua serta memenuhi kebutuhan anak-anak bisa menghambat perencanaan jangka panjang.
Mengenali ciri-ciri ini pada diri sendiri seperti ini penting, demi bisa menjadi langkah pertama dalam mengakui kebutuhan untuk mencari dukungan dan strategi untuk mengelola situasi dengan lebih baik.
Artikel ini tidak untuk menakuti kamu ya. Alih-alih, menumbuhkan awareness alias kewaspadaan, agar ketika kamu sudah mulai berhadapan dengan beberapa situasi di atas, kamu bisa segera mencari solusi yang terbaik—sesuai dengan kondisi kamu. Langkah pertama, kamu bisa mencoba mengatur keuangan yang sesuai dengan situasi ini.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Desain Pelatihan Keuangan Sesuai Tahapan Karier: Dari Karyawan Baru hingga Senior
Pelatihan keuangan menjadi salah satu kunci penting dalam pengembangan karier setiap orang. Mulai dari karyawan baru hingga posisi senior yang menjelang pensiun pun, memahami dan mengelola keuangan dengan bijak membuka jalan menuju kesuksesan dan keamanan finansial jangka panjang.
Cuma, ya kadang bingung juga apa saja yang mesti dibahas. Apalagi kalau pengin mengundang trainers untuk bikin kelas pelatihan keuangan untuk sekantor, seperti QM team. Sudah tahu sih masalahnya apa, sudah juga diskusi dengan pihak pemateri, tetapi tetap bingung mau tema apa.
Nah, di artikel berikut ada beberapa ide desain pelatihan keuangan yang bisa disesuaikan dnegan tahapan karier nih. Boleh banget jadi inspirasi atau ide dasar untuk mengadakan pelatihan—yang kemudian didiskusikan lebih lanjut dengan QM team.
Yuk, coba kita lihat satu per satu.
Table of Contents
Bagian 1: Pelatihan Keuangan untuk Karyawan Baru
Bagian ini bertujuan untuk memberikan fondasi keuangan yang kuat bagi karyawan baru, membantu mereka membangun kebiasaan keuangan yang sehat, dan menyiapkan mereka untuk pertumbuhan keuangan di masa depan.
Melalui pelatihan keuangan yang komprehensif di awal karier, karyawan yang bersangkutan akan lebih siap menghadapi tantangan keuangan dan dapat membuat keputusan yang lebih bijak terkait karier dan keuangan pribadi masing-masing.
Berikut beberapa desain yang bisa dipertimbangkan:
- Pengenalan Keuangan Pribadi: Dasar-dasar pengelolaan uang, pembuatan anggaran, dan pentingnya menabung.
- Mengapa Pengelolaan Uang itu Penting: Memahami nilai uang dan pentingnya mengelola keuangan dengan bijak sebagai fondasi keuangan yang sehat.
- Pembuatan Anggaran: Langkah-langkah dalam membuat anggaran yang efektif, termasuk pendapatan, pengeluaran tetap, pengeluaran variabel, dan cara menyesuaikan anggaran sesuai kebutuhan.
- Pentingnya Menabung: Manfaat menabung untuk keadaan darurat, tujuan jangka pendek, dan investasi masa depan. Tip untuk menjadikan menabung sebagai kebiasaan, termasuk strategi “bayar diri sendiri terlebih dahulu”.
- Mengenal Produk Keuangan: Pengenalan produk keuangan dasar seperti rekening tabungan, asuransi, dan reksa dana.
- Mengulik Tabungan: Fungsi dan manfaat memiliki rekening tabungan, termasuk keamanan dana, kemudahan akses, dan bunga yang diperoleh. Perbandingan antara rekening tabungan konvensional dan rekening tabungan berjangka atau pasar uang.
- Mengenal Asuransi dan Kebutuhannya: Pengenalan kepada asuransi sebagai alat proteksi finansial, termasuk asuransi jiwa, asuransi kesehatan, dan asuransi lainnya yang diperlukan. Pentingnya memilih polis asuransi yang sesuai dengan kebutuhan pribadi dan keluarga.
- Reksa dana: Dasar-dasar investasi melalui reksa dana, termasuk jenis-jenis reksa, risiko dan return yang diharapkan, serta cara memilih manajer investasi.
Bagian 2: Pelatihan Keuangan untuk Karyawan Level Menengah
Bagian ini dirancang untuk memperkuat pengetahuan keuangan karyawan level menengah, membantu mereka dalam mengambil keputusan investasi yang lebih matang. Selain itu, juga bisa mengelola utang secara efektif, dan merencanakan keuangan jangka panjang dengan bijak.
Dengan pelatihan keuangan ini, karyawan diharapkan dapat membangun fondasi keuangan yang stabil untuk masa depan, dan juga untuk keluarga.
Beberapa desain pelatihan yang bisa dipertimbangkan:
- Peningkatan Pengetahuan Investasi: Memperdalam pengetahuan tentang saham, obligasi, dan investasi lainnya.
- Mengenal Saham: Memahami dasar-dasar investasi saham, termasuk analisis fundamental dan teknikal, membaca laporan keuangan perusahaan, dan strategi diversifikasi portofolio. Pentingnya kesabaran dan visi jangka panjang dalam investasi saham.
- Mengulik Obligasi: Pengenalan kepada obligasi sebagai instrumen investasi, termasuk obligasi pemerintah dan korporat, rating obligasi, dan bagaimana bunga obligasi bekerja. Manfaat obligasi dalam stabilisasi portofolio investasi.
- Mengeksplorasi Investasi Lainnya: Eksplorasi instrumen investasi alternatif, seperti reksa dana indeks, ETF (Exchange Traded Funds), properti, peer to peer lending, dan sebagainya. Bagaimana masing-masing instrumen bisa berperan dalam strategi investasi keseluruhan.
- Pengelolaan Utang dan Kredit: Strategi mengelola utang dan memanfaatkan kredit secara bijak. Termasuk juga membuat rencana pelunasan utang yang realistis, dan menetapkan anggaran untuk pembayaran utang.
- Rencana Pensiun: Penekanan pada pentingnya memulai perencanaan pensiun sedini mungkin. Cara menghitung kebutuhan dana pensiun dan memilih instrumen pensiun yang tepat, seperti BPJS Ketenagakerjaan, DPLK, DPPK, dan opsi lainnya yang ada.
- Pendidikan Anak: Strategi menabung untuk pendidikan anak. Pentingnya memulai dini dan mempertimbangkan inflasi biaya pendidikan.
- Pembelian Properti: Langkah-langkah dalam perencanaan pembelian properti, termasuk menabung untuk uang muka, memahami berbagai jenis kredit pemilikan rumah, dan lain sebagainya.
Bagian 3: Pelatihan Keuangan untuk Karyawan yang Sebentar Lagi Pensiun
Pelatihan keuangan bagi karyawan yang mendekati masa pensiun dirancang untuk membekali mereka dengan pemahaman yang lebih dalam tentang pengelolaan keuangan pribadi menjelang pensiun. Fokusnya adalah pada strategi optimasi investasi, pengelolaan aset aktif, pengelolaan utang yang efisien, dan perencanaan keuangan yang memadai untuk masa depan.
Melalui pelatihan ini, diharapkan karyawan dapat mempersiapkan diri dengan strategi keuangan yang solid, memastikan bahwa mereka dan keluarga mereka dapat menikmati masa pensiun dengan tenang dan nyaman. Tujuannya adalah untuk memungkinkan transisi ke masa pensiun yang lebih terencana, dengan keuangan yang terjaga dan masa depan yang cerah.
Beberapa desain pelatihan yang bisa dipertimbangkan:
- Pemahaman tentang Pensiun: Apa itu pensiun dan mengapa perencanaan pensiun penting.
- Penentuan Tujuan Pensiun: Cara menentukan tujuan pensiun berdasarkan gaya hidup yang diinginkan dan kebutuhan finansial.
- Kalkulasi Kebutuhan Dana Pensiun: Langkah-langkah menghitung dana yang dibutuhkan untuk pensiun, mempertimbangkan faktor seperti inflasi dan harapan hidup.
- Penyesuaian Portofolio Investasi: Strategi menyesuaikan investasi menjelang pensiun untuk mengurangi risiko dan menjaga pertumbuhan aset.
- Manajemen Aset dan Utang: Pentingnya melunasi utang dan mengatur aset untuk meminimalkan beban keuangan saat pensiun.
- Sumber Pendapatan Pensiun: Memahami dan merencanakan berbagai sumber pendapatan pensiun, termasuk tabungan, investasi, dana pensiun, dan lainnya.
- Biaya Kesehatan dan Perencanaannya: Mengantisipasi dan merencanakan biaya kesehatan di masa pensiun, termasuk asuransi dan potensi biaya tak terduga.
- Asuransi Jiwa dan Perawatan Jangka Panjang: Keputusan mengenai asuransi jiwa dan asuransi perawatan jangka panjang sesuai dengan kebutuhan individu.
- Perencanaan Waris: Dasar-dasar membuat wasiat dan trust, serta pentingnya perencanaan warisan untuk keluarga.
- Mengelola Kehidupan Setelah Pensiun: Mulai dari tip menyesuaikan dengan perubahan rutinitas dan memanfaatkan waktu luang. Juga tentang peluang untuk berkarya, hobi, kegiatan sosial, atau pekerjaan paruh waktu setelah pensiun.
Pelatihan keuangan, atau training financial, terbukti penting dalam mendukung pertumbuhan karier dari berbagai tingkatan. Mulai dari pemahaman dasar tentang pengelolaan uang hingga strategi investasi lanjutan, pelatihan ini menyediakan landasan untuk keberhasilan finansial karyawan.
Dengan memanfaatkan pelatihan keuangan yang disesuaikan, setiap orang dapat meraih tujuan finansialnya masing-masing. Hal ini nantinya enggak hanya akan memberi nilai tambah bagi diri sendiri, tetapi juga untuk keluarga dan perusahaan tempat mereka berkontribusi.
Jika ingin mengundang QM Team untuk memberikan pelatihan keuangan, bisa menghubungi ini ya, dan mari berdiskusi mengenai kebutuhan training keuangan karyawan.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!