Ini Dia 10 Pekerjaan Bergaji Besar dengan Tingkat Stres Paling Kecil
Mau punya pekerjaan bergaji besar tanpa stres? Nggak perlu jawab, “Emang kerja di perusahaan bokap lo?”, karena ternyata memang ada beberapa pekerjaan bergaji besar dengan tingkat stres yang kecil. Mupeng nggak tuh?
Sebulan yang lalu–di awal Maret 2019–situs Business Insider merilis artikel yang berisi daftar 33 jenis pekerjaan bergaji besar dengan tingkat stres yang minim.
Daftar ke-33 jenis pekerjaan ini didapatkan dari data Departemen Ketenagakerjaan Amerika Serikat yang dikumpulkan oleh ONet Online, biro ketenagakerjaan resmi yang berada di bawah Departemen Ketenagakerjaan langsung.
Dalam data tersebut dikemukakan, bahwa pekerjaan-pekerjaan yang masuk ke dalam daftar ini rata-rata menawarkan gaji sebesar USD75,000 per tahun. Ini artinya kalau dirupiahkan menjadi sekitar Rp787 M per tahun, yang berarti gaji tersebut diterimakan sekitar Rp65 juta/bulan.
Untuk tingkat stresnya sendiri, ONet mempunyai standar angka di rentang 0 (tingkat stres paling rendah) hingga 100 (tingkat stres paling tinggi). However, kalau dilihat-lihat di daftarnya sih nggak ada juga yang punya skor tingkat stres 0. Paling rendah adalah 53.
Yah, meski datanya merupakan gambaran data tenaga kerja di Amerika Serikat, tapi sepertinya ini menarik banget untuk dibahas. Karena ya, they’re such dream jobs–pekerjaan bergaji besar, tingkat stresnya kecil pula. Siapa sih yang nggak mau punya pekerjaan semacam ini? Iya nggak?
Tapi, kita nggak akan bahas ke-33 pekerjaan bergaji besar tersebut semuanya sih. Mari kita tengok yang berada di 10 besar saja. Shall we?
10 Pekerjaan Bergaji Besar dengan Tingkat Stres yang Paling Kecil
1. Materials scientists
Tingkat stres: 53
Gaji yang diterima per tahun: USD 101,910
Materials scientis mengerjakan berbagai penelitian terkait struktur dan sifat kimia berbagai bahan alami dan sintetis atau komposit.
2. Mathematicians
Tingkat stres: 57
Gaji yang diterima per tahun: USD 104,700
Mathematicians bertugas melakukan penelitian dalam matematika dasar atau dalam penerapan teknik matematika untuk sains, manajemen, dan bidang lainnya.
3. Ekonom (economists)
Tingkat stres: 59
Gaji yang diterima per tahun: USD 112,650
Ekonom melakukan penelitian, menyiapkan laporan, atau merumuskan rencana untuk mengatasi masalah ekonomi terkait dengan produksi dan distribusi barang dan jasa atau kebijakan moneter dan fiskal.
4. Statisticians
Tingkat stres: 59
Gaji yang diterima per tahun: USD 88,980
Tugasnya mengembangkan atau menerapkan teori dan metode matematika atau statistik untuk mengumpulkan, mengatur, menafsirkan, dan merangkum data numerik untuk memberikan informasi yang dapat digunakan oleh pihak lain yang membutuhkan.
5. Geografer
Tingkat stres: 59
Gaji yang diterima per tahun: USD 76,750
Geografer bertugas mempelajari sifat dan penggunaan area permukaan bumi, yang menghubungkan dan menafsirkan berbagai interaksi fenomena fisik dan budaya yang terjadi.
6. Fisikawan
Tingkat stres: 61
Gaji yang diterima per tahun: USD 123,080
Fisikawan melakukan penelitian terhadap fenomena fisik, mengembangkan teori berdasarkan pengamatan dan eksperimen, serta menyusun metode untuk menerapkan hukum dan teori fisik.
7. Chemical engineers (teknisi kimia)
Tingkat stres: 61
Gaji yang diterima per tahun: USD 112,430
Teknisi kimia bertugas mendesain peralatan-peralatan yang akan digunakan di pabrik kimia, serta merancang desain proses produksti untuk membuat bahan dalam industri kimia dan produk.
8. Political scientists
Tingkat stres: 61
Gaji yang diterima per tahun: USD 112,030
Para ilmuwan di bidang politik ini akan mempelajari asal, pengembangan, dan pengoperasian sistem politik untuk digunakan oleh para praktisi politik di negara tertentu.
9. Software Application Developers (Pengembang Aplikasi Software)
Tingkat stres: 61
Gaji yang diterima per tahun: USD 106,710
Pengembang aplikasi software akan mengembangkan, membuat, dan memodifikasi perangkat lunak aplikasi komputer umum atau program utilitas khusus.
10. Materials engineers
Tingkat stres: 61
Gaji yang diterima per tahun: USD 98,610
Materials engineers mengevaluasi bahan serta mengembangkan mesin dan proses untuk memproduksi bahan untuk digunakan dalam produk dengan harus memenuhi spesifikasi desain dan kinerja khusus.
Setelah materials engineers, masih ada analisis operasi penelitian (research operation analysts), para dosen pascasarjana, para ilmuwan astronomi, hidrolog, dokter gigi, teknisi hardware komputer, para ilmuwan biologi dan kimia, hingga art directors.
Hmmm, kalau dilihat-lihat, banyak pekerjaan bergaji besar ini yang area kerjanya di seputar ilmu-ilmu murni, penelitian, akademisi, dan angka-angka ya? Mungkinkah karena tidak terlalu banyak berhubungan langsung dengan manusia sebagai objek langsung? Ya, bisa jadi juga, karena angka-angka itu nggak pernah bohong dan nggak akan mungkin komplen kan?
Untuk Indonesia sendiri, pekerjaan yang termasuk dalam pekerjaan bergaji besar di antaranya adalah ahli teknik perminyakan, dokter spesialis, ahli konstruksi, ahli teknik informatika dan informasi, pengacara, hingga marketing. Data ini pernah dirilis oleh Kelly Services, sebuah perusahaan jasa lowongan kerja paling populer di Indonesia. Tapi tidak disebutkan apakah pekerjaan bergaji besar tersebut mempunyai tingkat stres yang kecil, seperti halnya data dari ONet di atas.
Jadi, bagaimana denganmu? Apakah pekerjaanmu saat ini termasuk dalam daftar di atas? Senangnya kalau punya pekerjaan bergaji besar! Tinggal masalahnya adalah bisakah kita mengelola gaji besar kita itu dengan benar, sehingga tujuan keuangan kita tercapai?
Yuk, undang QM Financial untuk memberikan edukasi keuangan di perusahaan tempat kamu bekerja. Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru yang sesuai kebutuhan.
3 Fakta dan Keuntungan Jam Kerja yang Lebih Pendek di Bulan Puasa
Selamat menunaikan ibadah puasa! Semoga puasa kita berkah ya! Amin! Ah, senangnya bisa menjalani ibadah di bulan puasa lagi. Pastinya secara pribadi, Anda semua sudah mempersiapkan diri lahir dan batin. Lalu, bagaimana dengan pekerjaan Anda? Apakah perusahaan tempat Anda bekerja juga mendukung ibadah, dan menyesuaikan jam kerja?
Kebetulan beberapa hari menjelang puasa kemarin, ada surat edaran dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI untuk mengatur jam kerja Aparatur Sipil Negara.
Dari surat edaran di atas, kita bisa melihat bahwa jam kerja ASN dipangkas, dari kurang lebih 40 jam per minggu di hari biasa menjadi sekitar 32,5 jam saja di bulan puasa per minggunya.
Lalu bagaimana dengan perusahaan swasta? Mari kita lihat beberapa fakta yang sering terjadi di lapangan, mengenai pemangkasan jam kerja di bulan puasa ini.
3 Fakta yang Harus Diketahui Terkait Pengaturan Jam Kerja di Bulan Puasa
1. Tidak wajib mengikuti peraturan dari pemerintah
Jika ASN sudah diatur pemangkasan jam kerjanya melalui surat edaran dari menteri, maka bagaimana dengan para karyawan perusahaan swasta? Apakah perusahaan swasta juga harus mengikuti jam kerja yang ditentukan oleh pemerintah?
Jawabannya, tidak harus. Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003 hanya mengatur jam kerja di hari biasa, yaitu selama 7 jam seminggu (untuk yang menjalani 6 hari kerja) dan 8 jam seminggu (bagi yang punya 5 hari kerja). Pengurangan jam kerja demi kegiatan ibadah, seperti halnya selama bulan puasa, biasanya memang hanya diatur melalui surat edaran menteri, yang terutama berlaku bagi ASN.
Sedangkan untuk perusahaan swasta, biasanya akan diatur dalam surat keputusan direksi perusahaan yang bersangkutan.
2. Kewajiban perusahaan adalah memberikan kebebasan untuk beribadah
Meski tidak pernah diatur dalam undang-undang secara resmi, namun pihak pemilik dan manajemen perusahaan swasta diimbau oleh pemerintah untuk memberikan kebebasan dan kesempatan yang cukup bagi karyawan untuk melakukan kegiatan ibadah masing-masing.
Kesempatan yang cukup ini berarti adalah menyediakan tempat dan waktu bagi para karyawan untuk melaksanakan ibadah dengan baik, sesuai dengan kemampuan perusahaan.
Nah, untuk memberikan kesempatan beribadah di bulan puasa ini, ada perusahaan yang memang memajukan jam pulang karyawan, tetapi juga memajukan jam masuknya. Jadi misalnya, hari-hari biasa jam kerjanya adalah pukul 09.00 sampai pukul 18.00. Maka selama bulan puasa, menjadi pukul 08.00, dan pulang pukul 16.00, dengan istirahat siang 30 menit.
Di perusahaan lain, kebijakan ini akan berbeda juga, tergantung kondisi masing-masing perusahaan.
3. Diputuskan sesuai kondisi
Jam kerja di perusahaan swasta biasanya disesuaikan dengan kondisi dan target kerja masing-masing. Ada perusahaan swasta yang memang menuntut karyawannya harus bekerja secara bergiliran selama 24 jam, misalnya pabrik-pabrik, atau yang berkaitan dengan security. Hal ini harus diatur secara jelas oleh perusahaan, bagaimana pembagian antar shift-nya.
Sedangkan hal-hal lain yang terkait dengan pengaturan jam kerja ini tetap diatur sesuai kebijakan masing-masing.
Keuntungan Jam Kerja yang Lebih Pendek
Lalu jika waktu kerja dipangkas, dari 40 jam per minggu menjadi 32,5 jam saja, apakah itu berarti bisa mengurangi tingkat kuantitas dan kualitas hasil kerja para karyawan?
Enggak juga lo. Seperti yang dilansir oleh situs Entrepreneur, kadang waktu kerja yang lebih pendek ini justru akan memberikan hasil kinerja lebih optimal. Di antaranya:
- Tingkat konsentrasi karyawan lebih terjaga, karena mereka “dipaksa” untuk menyelesaikan pekerjaan lebih cepat dari biasanya, sehingga mau tak mau mereka pun harus berusaha lebih fokus.
- Kalau dilogika, seharusnya jam kerja yang dipangkas bisa membawa pengaruh pada tenggat kerja. Tapi kenyataan di lapangan tidak demikian lo. Waktu kerja yang lebih pendek “memaksa” karyawan untuk bisa mengelola waktu dengan lebih efisien, sehingga target pekerjaan tetap terselesaikan dengan sebaik mungkin.
- Tingkat stres menjadi lebih ringan, karena jam kerja pendek di bulan puasa memberi kesempatan para karyawan untuk menyeimbangkan kembali kehidupan pribadi dan kehidupan profesionalnya. Karyawan menjadi lebih happy, dan hal ini sangat baik untuk memacu produktivitas kerja.
- Keinginan untuk bisa cepat pulang dan berbuka puasa di rumah bersama keluarga membuat para karyawan juga lebih termotivasi dan lebih berenergi.
Nah, bagaimana dengan perusahaan Anda? Bagaimanakah kebijakannya menyikapi jam kerja di bulan puasa ini? Apakah mengikuti aturan seperti yang ditulis dalam surat edaran dari menteri di atas? Ataukah ada kebijakan lain?
Boleh share di kolom komen yuk!
Karyawan Mengajukan Naik Gaji, Pihak Perusahaan Sebaiknya Pertimbangkan 5 Hal Ini
Sesuai dengan Undang-Undang no. 13 tahun 2003, perusahaan wajib memberikan gaji pada karyawan sesuai dengan UMR setempat, jabatan, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing. Kebijakannya tentu berbeda, namun mempunyai dasar hukum yang sama. Salah satu hal terkait mengenai gaji dan upah karyawan ini yang harus dipertimbangkan oleh perusahaan adalah kapan saatnya karyawan naik gaji.
Memang tak mudah untuk memutuskannya. Hal ini terkait banyak sekali faktor, di antaranya laba bisnis perusahaan, dan juga peluangnya di masa depan.
Bagaimanapun, adalah hak karyawan untuk meminta naik gaji. Tapi, tentunya, tidak serta merta diluluskan, bukan? Berikut ada beberapa hal yang penting untuk dipertimbangkan, jika dalam sebuah perusahaan, ada karyawan yang mengajukan proposal untuk naik gaji.
5 Hal Penting yang Menjadi Bahan Pertimbangan Jika Sekarang Sudah Waktunya Karyawan Naik Gaji
1. Kompetensi
Kompetensi karyawan biasanya menjadi bahan pertimbangan pertama jika ingin naik gaji. Tentunya, jika kompetensi dinilai kurang, kenaikan gaji dapat ditunda. Tapi jika memang kompetensi karyawan baik, didukung pula dengan etos kerja yang prima, maka tak ada alasan untuk tidak memberikan kenaikan gaji.
Kompetensi ini bisa diukur dengan target kerja yang bisa dicapai oleh karyawan yang bersangkutan selama kurun waktu tertentu, yang dievaluasi secara menyeluruh dengan sistem assessment. Perusahaan juga bisa mewawancarai rekan-rekan kerja, atasan, maupun bawahan mengenai track record masing-masing, untuk menjadi bahan pertimbangan. Tanyakan hal-hal seperti bagaimana sikap seorang karyawan, cara kerja, dan hasil kerja yang memengaruhi bagian yang lain, apakah memuaskan atau tidak, dan lain sebagainya.
Karyawan yang mempunyai kompetensi yang baik tentu berhak untuk naik gaji dibandingkan mereka yang biasa-biasa saja.
2. Standar gaji atau UMR
Sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan Pasal 90 ayat 1, UMR–atau Upah Minimum Regional–ditetapkan berdasarkan tingkat kelayakan hidup orang di suatu daerah, juga memperhitungkan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.
Maka jika ingin memberikan kenaikan gaji, perusahaan selayaknya juga memperhatikan tingkat kenaikan UMR, agar kenaikannya jangan sampai lebih rendah daripada kenaikan UMR. Jadi, misalnya, tahun ini UMR daerah tertentu naik 20%, maka kenaikan gaji karyawan juga tak boleh kurang dari 20%.
Selain UMR, perusahaan juga harus memperhatikan gaji rata-rata yang diberikan oleh perusahaan lain dalam posisi yang kurang lebih sama. Jika di beberapa perusahaan lain, gaji rata-ratanya ternyata lebih tinggi ketimbang yang diberikan saat ini, maka ada baiknya mengabulkan permohonan naik gaji karyawan.
3. Inflasi
Setiap tahun, terjadi inflasi di Indonesia rata-rata sebesar 6%. Selain itu, juga ada angka pertumbuhan ekonomi yang rata-rata terjadi pada angka 5%. Sehingga bisa disimpulkan bahwa seharusnya para karyawan bisa naik gaji setidaknya sebesar 11% setiap tahunnya, mengikuti inflasi dan pertumbuhan ekonomi tersebut.
Nah, yang perlu diingat, bahwa besarnya kenaikan gaji akibat inflasi dan pertumbuhan ekonomi ini seharusnya berlaku di semua level posisi di perusahaan mana pun.
4. Masa kerja
Masa kerja juga menjadi bahan pertimbangan dalam perhitungan kenaikan gaji karyawan. Pastinya, mereka yang belum lama bekerja (apalagi jika masih dalam masa percobaan) akan naik gaji tapi tidak sebesar mereka yang sudah loyal dan lama bekerja di perusahaan tersebut.
Bisa juga terjadi, seorang karyawan naik gaji setelah ia ditawari untuk bekerja di perusahaan lain, padahal ia masih menduduki posisi karyawan tertentu di perusahaan yang lama. Jika ini yang terjadi, maka proses menaikkan gaji ini disebut sebagai proses retensi. Dalam hal ini, perusahaan tak hanya bisa menawarkan untuk naik gaji, tetapi juga bisa promosi jabatan. Keputusannya pastinya tergantung kebijakan perusahaan ya.
5. Pertimbangkan alternatif bonus
Ada kemungkinan, setelah dipertimbangkan masak-masak ternyata seorang karyawan tidak memenuhi persyaratan untuk bisa naik gaji. Lalu bagaimana? Berarti gagal dong, naik gaji?
Kalau kasusnya begini, perusahaan bisa memberikan alternatif berupa bonus. Ada beberapa pertimbangan yang harus dipikirkan untuk bisa menentukan besaran bonus yang diberikan, yang juga sudah dibahas di sini.
Nah, demikian beberapa hal yang penting untuk menjadi bahan pertimbangan untuk perhitungan naik gaji bagi karyawan. Memang cukup kompleks ya? Tapi tentunya hal ini untuk kebaikan perusahaan, dan juga karyawan-karyawannya. Karena karyawan yang sejahtera menandakan perusahaan yang sehat.
Setelah kenaikan gaji diterimakan, maka tugas selanjutnya adalah mengajak para karyawan untuk mengelola keuangannya dengan benar, agar tak terjebak pada mindset “gaji naik, lifestyle naik”.
Yuk, berikan program edukasi keuangan bagi karyawan di perusahaan Anda. Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru yang sesuai kebutuhan.
Minta Kenaikan Gaji, Pertimbangkan 5 Hal Berikut
Selamat Hari Buruh 2019! Apa kabar para buruh Indonesia? Buruh di sini nggak cuma mereka yang bekerja di pabrik dan diupah harian lo. Kita-kita, para karyawan, staf, bahkan sekelas manajer pun bisa dianggap sebagai buruh. Dan, apa yang biasanya dituntut oleh para buruh saat momen Hari Buruh seperti ini? Yes, kenaikan upah atau kenaikan gaji.
Bagaimana denganmu? Apakah kamu sudah menganggap gaji yang kamu terima ideal? Atau, kamu masih selalu bilang kalau gajimu selalu nggak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari?
Kalau kondisinya adalah yang terakhir, coba deh ditanyakan pada diri sendiri. Apakah sudah cukup pengelolaannya dalam keseharian? Sudah melakuka financial checkup? Cash flow sudah oke? Rasio utang sehat?
Jika semua sudah sehat, dan ternyata gaji masih saja terlalu kecil, lantas terlintaskah dalam benak untuk minta kenaikan gaji? Eits, sebelum kamu benar-benar melakukannya, coba deh, lakukan 5 persiapan berikut.
Mengapa mesti melakukan persiapan? Well, kenaikan gaji bukan permintaan yang dengan mudah akan dikabulkan oleh pihak perusahaan, right? Begitu kamu mengajukan kenaikan gaji, maka akan ada 2 kemungkinan yang terjadi; diterima atau ditolak.
Supaya peluang untuk ditolak menipis, maka lakukanlah beberapa persiapan berikut, supaya argumenmu untuk minta kenaikan gaji lebih kuat.
5 Persiapan yang Harus Dilakukan Sebelum Meminta Kenaikan Gaji
1. Lakukan riset dan observasi
Sebelumnya kita harus yakin dulu, apakah gaji yang diterima selama ini memang di bawah standar atau di bawah rata-rata gaji yang diterima oleh karyawan lain dengan posisi yang sama di perusahaan yang berbeda.
Bagaimana caranya tahu standar gaji untuk posisi yang sama ini? Ada beberapa hal yang bisa dilakukan, seperti yang sudah dijelaskan dalam artikel Apa Pentingnya Tahu Standar Gaji Karyawan dan 5 Cara untuk Mencari Informasinya ini.
Riset dan observasi ini penting untuk dilakukan terlebih dahulu untuk membekali diri sendiri dengan data, dan juga meyakinkan diri, bahwa memang gaji yang kita terima berada di bawah rata-rata dan bukannya kita yang merasa gaji kita kecil padahal itu disebabkan oleh kurang mampunya kita mengelola keuangan sehari-hari.
2. Kumpulkan argumen dan bukti
Dari hasil riset yang dilakukan, kumpulkanlah data dan bukti yang ditemukan, sehingga bisa menjadi data pendukung saat nanti kita berargumen bahwa kenaikan gaji yang kita minta adalah wajar.
Kan pastinya pihak perusahaan dan HR juga harus diyakinkan dengan argumen yang kuat, bukan?
3. Pastikan ada kontribusi lebih
Selanjutnya, untuk meyakinkan pihak perusahaan, pastikan bahwa kita akan memberikan kontribusi lebih daripada sebelumnya. Atau, setidaknya sepadan dengan gaji standar atau rata-rata pada posisi yang sama di perusahaan lain, berdasarkan riset yang sudah kita lakukan sebelumnya.
Mengapa hal ini penting untuk dikemukakan kepada pihak HR dan perusahaan saat kita meminta kenaikan gaji? Karena wewenang, tugas, dan tanggung jawab berbanding lurus dengan besaran gaji juga kompensasi yang kita terima.
Masa sih, minta kenaikan gaji tapi kemudian berakhir gabut, alias gaji buta? Enggak banget kan? Jangan sampai deh.
4. Kenali prosedur
Kira-kira, pada siapa nanti kita harus mengajukan proposal kenaikan gaji? Pada atasan yang berada langsung di atas kita? Atau, pada staf HR?
Setiap perusahaan tentu punya kebijakan masing-masing, dan setiap karyawan punya wewenangnya sendiri. Kita harus mengenali prosedur pengajuan proposal kenaikan gaji ini, sehingga kita tak salah tempat.
5. Kelola dengan baik
Nah, jika pengajuan proposal kenaikan gaji kita sudah diserahkan pada pihak yang berwewenang, selanjutnya kita tinggal berdoa deh. Semoga pengajuannya dikabulkan. Amin.
Tapi, jangan berhenti di sini saja. Selanjutnya, PR kita bersama adalah belajar untuk mengelola gaji dengan baik. Kenaikan gaji memang bisa kita negosiasikan, namun kalau pada akhirnya kita salah dalam pengelolaan, jadinya ya sama saja, bukan? Gaji akan terasa kurang terus, kebutuhan juga sepertinya semakin banyak.
So, yuk, belajar finansial lebih giat lagi. Belajar mengelola, mulai dari mencatat pengeluaran, membuat anggaran, sisihkan sebagian untuk tabungan dan investasi, dan jangan lupa, beri jatah untuk menghibur diri.
Yuk, daftar kelas-kelas online yang sesuai dengan kebutuhanmu dalam Financial Clinic Online Series. Silakan cek jadwalnya ya. Jangan lupa follow juga akun Instagram QM Financial.
Tertarik untuk mengundang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan dan HR di perusahaan Anda? Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA).
5 Komponen Gaji Karyawan yang Wajib Dicermati dan Diketahui
Setiap karyawan berhak menerima gaji. Gaji karyawan ini bisa saja berbeda satu dengan yang lainnya, tergantung di mana ia bekerja, di bagian apa ia bekerja, lamanya bekerja, dan lain sebagainya. Banyak hal memang yang memengaruhi dasar perhitungan gaji karyawan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003,
Namun, yang pasti ada 5 komponen gaji karyawan yang biasanya tercakup setiap bulannya, yang wajib dicermati baik oleh perusahaan maupun oleh karyawan itu sendiri. Apa saja? Kita lihat yuk.
5 Komponen Gaji Karyawan yang Wajib Dicermati
1. Gaji pokok
Gaji pokok merupakan upah dasar yang diterima oleh karyawan, yang besarannya tidak boleh kurang dari 75% dari total gaji karyawan yang diterimakan. Hal ini juga diatur dalam undang-undang lo.
Gaji pokok ini biasanya ditentukan dengan mengacu pada UMR–atau upah minimum regional–dan disesuaikan pula dengan jabatan, wewenang, tanggung jawab serta jabatan karyawan tersebut. Selain itu, juga ada pertimbangan terkait kompetensi karyawan, yang bisa memengaruhi besaran gaji yang akan diterimanya.
2. Tunjangan Tetap
Tunjangan adalah tunjangan atau benefit yang diberikan pada karyawan bersama gaji yang besarannya tidak berubah, dan diberikan secara terus menerus selama karyawan tersebut bekerja di perusahaan yang sama.
Salah satu bentuk tunjangan tetap ini adalah tunjangan jabatan, yaitu tunjangan yang diberikan pada karyawan yang memangku jabatan tertentu dalam perusahaan. Besaran tunjangan jabatan akan tidak berubah, selama karyawan tersebut duduk di posisi yang sama. Jika ia dipromosikan ataupun harus mengalami demosi, maka tunjangan jabatan bisa bertambah, berkurang, atau bahkan hilang.
Selain itu, ada juga beberapa tunjangan yang sebenarnya tidak tetap, tapi menjadi tunjangan tetap jika diberikan secara kontinyu, tanpa memperhatikan–misalnya–kehadiran karyawan. Tunjangan transportasi misalnya. Jika tunjangan transportasi diberikan berdasarkan kehadiran karyawan, maka tunjangan tersebut adalah tunjangan tidak tetap. Tetapi jika diberikan dalam jumlah yang sama setiap bulan, tanpa memperhatikan jumlah kehadiran karyawan, maka tunjangan ini masuk ke dalam tunjangan tetap.
3. Tunjangan Tidak Tetap
Berkebalikan dengan tunjangan tetap, tunjangan tidak tetap yang juga menjadi salah satu komponen gaji karyawan ini adalah tunjangan yang diberikan pada karyawan dengan memperhitungkan elemen-elemen tertentu sehingga besarannya bisa berubah setiap bulannya. Misalnya tergantung pada kehadiran karyawan, banyaknya laba yang bisa didapatkan oleh perusahaan, dan lain sebagainya.
Yang termasuk dalam tunjangan tidak tetap misalnya tunjangan transportasi dan tunjangan makan, yang dihitung berdasarkan presensi atau kehadiran karyawan di tempat kerja.
4. Uang Lembur
Selain adanya tambahan tunjangan tetap dan tidak tetap, ada uang lembur yang juga merupakan faktor penambah pada gaji karyawan.
Uang lembur adalah upah tambahan yang diberikan sebagai imbalan kerja yang dilakukan di luar jam kerja resmi. Uang lembur ini bisa diberikan setiap kali usai lembur, atau bisa juga ditambahkan ke dalam gaji karyawan yang diterima setiap bulan. Jumlah uang lembur yang diterima juga bisa berbeda-beda, tergantung jam lembur dan besaran yang disepakati.
5. Potongan
Selain beberapa faktor penambah, yang terdiri atas tunjangan-tunjangan dan uang lembur seperti yang dijelaskan di atas, ada pula faktor pengurang pada gaji karyawan.
Faktor pengurang ini biasanya adalah potongan pajak penghasilan atau PPh, iuran BPJS–baik BPJS Kesehatan maupun BPJS Jaminan Hari Tua atau Jaminan Pensiun–, juga jika karyawan mempunyai cicilan utang pada perusahaan, misalnya cicilan KPR, utang kepemilikan kendaraan, hingga kasbon.
Selain yang sudah disebutkan di atas, kadang ada pula potongan gaji karyawan yang menjadi sanksi disiplin, lantaran karyawan yang bersangkutan melanggar peraturan perusahaan. Tentu besarannya tergantung pada kebijakan masing-masing perusahaan, dan juga ditentukan oleh besar kecilnya pelanggaran yang dilakukan.
Selain kelima komponen di atas, ada pula bonus yang bisa menjadi faktor penambah gaji karyawan yang diterimakan. Misalnya seperti Tunjangan Hari Raya–atau THR, bonus insentif, bonus tahunan, hingga share profit. Kesemuanya besarannya berbeda-beda, tergantung kondisi dan kebijakan perusahaan masing-masing.
Nah, bagaimana? Sudah dicek slip gaji masing-masing? Apakah kelima (plus satu) komponen gaji karyawan di atas sudah termasuk di dalamnya?
Tertarik untuk mengundang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan dan HR di perusahaan Anda? Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.
5 Cara Efektifkan Waktu Kerja di Bulan Puasa Biar Nggak Usah Lembur
Bulan puasa sebentar lagi tiba. Sudah melakukan persiapan apa? Yang pasti, dari sisi rohani pasti sudah harus mulai disiapkan ya? Lalu, bagaimana dengan pekerjaan di kantor? Apakah sudah ada persiapan juga? Karena, biasanya waktu kerja kita akan lebih pendek dari biasanya. So, sadar ataupun enggak, pasti memengaruhi kinerja dan produktivitas kita. Padahal, mungkin, target kerja sama saja.
Kalau waktu kerja memendek, sedangkan target kerja sama (atau mungkin malah bertambah, karena beberapa pekerjaan harus dibereskan sebelum liburan Lebaran yang panjang), berarti kita lembur dong ya?
Yah, apa asyiknya bulan puasa kok lembur?
Nah, mari kita coba efektifkan waktu kerja kita di bulan puasa, supaya nggak usah lembur tapi target kerja tetap tercapai. Bagaimana caranya?
5 Cara Efektifkan Waktu Kerja di Bulan Puasa
1. Bekerja dengan rencana
Ingat, bahwa setiap menit yang dihabiskan untuk perencanaan, berarti akan menghemat 10 menit waktu pelaksanaan. So, jika kita siap dan tahu persis apa yang harus dilakukan, maka dengan mudahnya kita akan tahu apa yang pertama kali harus dilakukan. Bahkan, tidak butuh waktu lama untuk tahu bagaimana cara menangani situasi yang tak terduga sekalipun.
Dengan demikian, kita sudah dapat dikatakan bekerja secara lebih efisien dengan waktu kerja yang lebih efektif.
Tuliskan segala sesuatu yang perlu dilakukan, prioritaskan kepentingan yang mungkin ada, dan putuskan apa yang harus dilakukan. Sebaiknya, kita mulai menyusun rencana sejak sehari sebelumnya. Catat di agenda apa yang harus dan hendak kita lakukan kemudian buat catatan apakah pekerjaan itu selesai atau perlu dilanjutkan lagi lain waktu.
2. Fokus
Perencanaan yang sudah dibuat akan percuma saja jika kita tidak bekerja dengan fokus. Di ruang kerja, ada kemungkinan kita akan mengalami gangguan-gangguan yang menyebabkan kita harus menghentikan pekerjaan. Entah teman kantor yang mengajak ngobrol atau mungkin kesibukan lainnya yang sebenarnya tak perlu dilakukan.
Well, sebaiknya kita jangan terlalu banyak terdistraksi. Bekerjalah saat waktu kerja berlangsung. Manfaatkan waktu terbaik kita dan fokus untuk menyelesaikan tugas utama. Tujuannya, tentu saja, agar tak ada waktu yang terbuang percuma, hingga pekerjaan pun bisa selesai cepat. Lembur pun bisa dihindari.
3. Selesaikan segera
Banyaknya tugas yang harus diselesaikan membuat kita menjadi terburu-buru ingin segera mengerjakan tugas berikutnya.
Well, sebaiknya sih selesaikan tugas yang sudah kita mulai, barulah kerjakan tugas berikutnya. Mengerjakan tugas setengah-setengah malah membuat tumpukan tugas kita tidak terselesaikan dengan baik.
Jadi, bukalah rencana yang tadi sudah dibuat sebelum bekerja, dan kerjakan sesuai prioritas. Hal ini akan membuat waktu dan pikiran kita lebih ringan dalam mengerjakan langkah per langkah dalam waktu kerja yang normal. Lembur? Bhay.
4. Take a break!
Fokus dalam bekerja itu memang harus. Tapi jangan sampai karena terlalu fokus, kita justru jadi kelelahan dan suntuk.
So, meski lagi puasa dan penginnya mengefektifkan waktu kerja supaya nggak usah pakai lembur, teteup ya, selipkan waktu istirahat untuk menyegarkan pikiran. Tahu nggak sih, istirahat merupakan cara terbaik untuk menghemat waktu lo! Setelah istirahat, tubuh menjadi lebih segar dan kita bisa kembali bekerja dengan lebih fokus setelahnya.
Sesekali berjalan-jalanlah di sekitar ruangan kantor. Tapi jangan biarkan relaksasi yang kita lakukan ini jadi mengambil terlalu banyak waktu kerja juga. Ingat, tugas menanti untuk diselesaikan!
5. No multitasking
Kadang kita berpikir, bahwa kalau kita kerjakan beberapa hal sekaligus, tentulah jadi lebih cepat beres.
Padahal pikiran ini keliru. Kembali lagi ke poin 2 di atas, fokus pada satu per satu pekerjaan akan lebih baik, ketimbang kita berusaha mengerjakan beberapa hal sekaligus, yang bisa saja berakhir malah nggak ada yang beres sama sekali.
Kenapa bisa nggak beres kalau dikerjakan sekaligus? Karena, saat kita multitasking selama waktu kerja kita di kantor, maka otak akan dipaksa untuk bekerja lebih keras. Kelelahan otak akan memicu stres, dan kita akan lelah lebih cepat. Selain itu, bekerja secara multitasking bisa berisiko menurunkan short term memory otak. Ada lo penelitian yang mengungkapkan bahwa kinerja otak akan menurun 10 x ketimbang kalau kita ajak kerja dalam kondisi normal.
Demikian beberapa cara mengefektifkan waktu kerja di bulan puasa, agar meski jam kerja lebih pendek, tapi produktivitas dan target kerja tetap tercapai.
Tetap semangat ya! Coba deh, ingat-ingat akan THR yang sebentar lagi turun. Semoga ini bisa jadi motivasi untuk bekerja lebih giat.
Jadi Karyawan dan Terlilit Utang? Cek, Apakah Punya 3 Kesalahan Berikut?
Salah satu permasalahan keuangan yang sering terjadi di antara para karyawan–selain gaji yang dirasa tak pernah cukup–adalah terlilit utang.
Tapi yah, kadang dalam hidup, utang memang perlu sih. Apalagi jika utangnya memang dilakukan demi mendapatkan barang bernilai tinggi yang di depannya akan menolong hidup kita. Ingat, kan ada 2 jenis utang, yaitu utang produktif dan utang konsumtif. Nah, yang perlu diwaspadai adalah uang konsumtif ini, yang biasanya berisiko membuat para karyawan terlilit utang yang tak berkesudahan.
Utang memang enggak dilarang, tapi ingat kan, akan 3 syarat utang sehat? Yaitu:
- Jelas utangnya buat apa
- Periode pembayaran utang yang cocok
- Kondisi keuangan kita sehat
Utang tak sehat bakalan jadi monster yang akan diam-diam menghancurkan hidup kita, sampai-sampai juga menghancurkan karier kita lo. Ada tuh penelitian yang mengungkapkan, bahwa ada kecenderungan sebanyak 66% orang-orang kelas pekerja terlilit utang, hingga menimbulkan stres dan produktivitas kerja jadi menurun. Hal in kemudian merugikan pihak perusahaan di mana mereka bekerja, sampai USD 450 per harinya. Wah, berarti bisa jadi hal ini juga terjadi di Indonesia.
Sebenarnya apa saja sih, yang membuat para karyawan atau orang-orang kelas pekerja ini rentan terlilit utang?
3 Hal atau Kebiasaan yang Bisa Membuat Para Karyawan Rentan Terlilit Utang
1. Bisnis yang gagal
Namanya orang, wajar kalau pengin usaha. Apalagi untuk tujuan yang bagus. Hanya saja, untuk merintis usaha atau bisnis, memang diperlukan rencana yang matang terutama soal modal. Ada sih bisnis yang bermodal kecil, tapi seiring waktu rasanya wajar juga kalau kita pengin mengembangkannya supaya lebih besar dengan menyuntikkan lebih banyak modal.
Bagi karyawan, bisnis sampingan bisa jadi bekal saat pensiun kelak, di samping pekerjaan utama. Harapannya, tentu saja, saat kelak sudah pensiun, bisnis sudah jalan sehingga bisa menikmati masa pensiun sejahtera.
Tapi, bisnis bisa sukses, bisa pula gagal. Bisnis gagal tak jarang menyisakan utang karena dipakai buat modal. Akhirnya karyawan harus membayar utang bisnis sampingan yang gagal itu dengan gaji dari pekerjaan utama.
2. Lifestyle melebihi anggaran
Ini yang biasa terjadi pada para first jobber. Merasa bangga lantaran bisa mendapatkan gaji sendiri, lantas membuat lupa diri. Bisa beli ini itu, yang dulu–saat masih mahasiswa–bagai tak terjangkau. Gadget tercanggih, liburan, ngopi tiap pekan, belanja ini itu, sampai kalau dihitung-hitung yang tersisa buat hidup sehari-hari tinggal sedikit. Boro-boro nabung deh.
Apalagi kalau kartu kredit di tangan. Wah, rasanya semua-mua mau dibeli. Lalu nggak terasa, limit kartu kredit pun terlintasi. Ouch.
Ini juga tak hanya terjadi di kalangan first jobber. Pernah ada yang viral juga tuh di media sosial, seorang karyawan gaji 10 juta habis untuk ngopi doang. Ckckck.
Well, terlilit utang karena lifestyle itu bukan cara hidup yang cerdas. Ingat, bahwa ada 2 jenis utang? Nah, lifestyle ini nih yang termasuk dalam utang konsumtif. Utang yang tidak akan memberi nilai balik pada kita.
3. Tidak punya dana darurat dan proteksi
Siapa yang bisa menjamin hidup akan lancar terus? Sepertinya nggak ada ya? Hidup memang nano-nano sih. Sekarang happy, besok tak ada yang tahu. Roda bisa cepat sekali berputar. Hari ini sukses, bisa saja besok tertimpa musibah hingga akhirnya terlilit utang.
Banyak karyawan belum sadar akan pentingnya dana darurat, yaitu dana yang–seperti namanya–akan bisa dimanfaatkan saat kondisi darurat. Misalnya saja tiba-tiba jatuh sakit, kecelakaan, atau terancam PHK.
Tak hanya belum sadar akan pentingnya dana darurat, tapi juga masih banyak yang menunda untuk punya proteksi. Sehingga saat jatuh sakit atau kecelakaan, tak ada dana yang bisa dipakai pun tak ada asuransi yang bisa melindungi. Akibatnya bisa ditebak, meminjam uang menjadi solusi tercepat lantaran situasi darurat, lalu tahu-tahu saja terlilit utang.
Padahal, saat sudah pulih dari sakit atau terkena kecelakaan, kita juga belum tentu bisa langsung kembali bekerja kan? Apalagi kalau kondisi sempat parah. Perlu waktu panjang untuk pemulihan. Masa iya, akan hidup dari utang? Ouch!
See? Utang memang momok bagi siapa pun. Bagi seorang karyawan, terlilit utang tak hanya bisa memengaruhi diri sendiri, tapi bisa saja kantor dan rekan-rekan kerja juga kena imbasnya. Bayangkan, kalau tiba-tiba saja kantor didatangi oleh debt collector. Duh, sudah malu, pasti juga tak enak karena jadi penyebab kekacauan.
Karena itu, edukasi literasi keuangan karyawan itu penting. Tertarik untuk mengundang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan di perusahaan Anda? Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.
Ini 5 Alasan Resign Karyawan yang Tak Dapat Ditawar Lagi
Hari gini, mencari kerja itu bisa dibilang sulit bukan main. Maka ketika pekerjaan sudah di tangan, sebisa mungkin harus kita pertahankan. Jangan biarkan masalah-masalah sepele menghambat jenjang karier yang sudah direncanakan, dan menetap di suatu tempat. Setiap kali muncul keinginan yang bisa menjadi alasan resign, maka kita perlu mempertimbangkannya masak-masak agar tak menyesal kemudian.
Kecuali, jika kita menemukan 5 masalah berikut ini, yang bisa menjadi alasan resign yang tak dapat ditawar lagi. Karena resign menjadi pilihan yang paling masuk akal.
5 Alasan resign dari tempat kerja yang tak dapat ditawar lagi
1. Dilecehkan
Apa pun bentuknya, pelecehan adalah tindakan yang tidak bisa ditoleransi sama sekali. Tindakan pelecehan membuat orang yang dilecehkan merasa tidak berarti.
Kalau kita harus menghadapi pelecehan, hal pertama yang harus kita lakukan adalah melawan. Namun, jika kita tidak mampu untuk melawannya, menjauh adalah jalan yang terbaik. Ini adalah alasan resign yang tidak akan bisa ditawar sampai kapan pun.
Karier bisa dibangun di mana saja. Tapi membiarkan diri kita dilecehkan, sama saja dengan membiarkan orang lain melakukan pembunuhan karakter.
2. Jenjang karier mentok
Lingkungan kerja menyenangkan, atasan juga bisa diajak bekerja sama dengan baik. Rekan kerja? They’re a bunch of fun!
Tapi, setelah bertahun-tahun bekerja di perusahaan tersebut, jabatan tak juga naik. Gaji naik sih, tapi karena perhitungan inflasi. Juga sepertinya tak ada kesempatan lain untuk bisa unjuk gigi.
Bukan karena kita yang kurang kompeten, tetapi hierarki perusahaan yang sempit jadi menyulitkan para karyawan untuk naik jabatan atau mendapatkan promosi, termasuk kita.
Well, kalau ambisi kita cukup untuk menaiki jenjang karier yang panjang, juga untuk sukses dan berkembang, maka hal ini bisa menjadi alasan resign yang cukup kuat. Mulailah pikirkan untuk mencari peluang lain, sebelum usia tidak lagi produktif untuk berganti pekerjaan.
3. Stres berlebih
Dalam jangka panjang, pekerjaan menyebabkan stres berat hingga memengaruhi kesehatan fisik dan mental. Hubungan kita dengan keluarga dan teman juga jadi berantakan.
Kalau sudah begini, kita memang harus segera melakukan sesuatu agar stres tak semakin parah. Salah satu cara untuk mengurangi stres adalah dengan menjauhkan diri dari sumber stres. Kalau sudah berbagai cara sudah ditempuh untuk mengurangi stres dan kita tidak mampu lagi untuk menghadapi tekanan pekerjaan, maka ini bisa menjadi alasan resign yang tak bisa ditawar lagi.
Berhenti bekerja adalah cara untuk menyelamatkan diri yang paling masuk akal.
4. Tidak menyukai pekerjaan
Tidak peduli seberapa banyak kita digaji, atau seberapa tingginya jabatan di kantor, pertanyaan terbesar yang harus dijawab adalah apakah kita merasa bahagia saat mengerjakan semua tugas dan job description yang harus dikerjakan setiap hari itu?
Pekerjaan akan menguras seluruh waktu. Dalam sehari, kita barangkali bisa bekerja 8 – 12 jam, bahkan lebih. Itu berarti lebih dari separuh waktu kita dihabiskan untuk mengurusi pekerjaan di kantor. Bayangkan dalam waktu sebegitu lama harus menghadapi pekerjaan yang tidak kita sukai.
Rasanya hidup jadi terasa sia-sia, buang waktu percuma, karena kita tidak pernah menikmati waktu bekerja. Solusinya? Well, mungkin kita masih bisa membicarakan hal ini dengan pihak HR perusahaan. Bila mungkin, kita masih bisa meminta untuk dimutasi ke bagian lain, yang lebih cocok. Pihak HR sendiri biasanya juga mengerti, bahwa kecocokan antara tugas dan karakter karyawan itu memang penting, sehingga besar kemungkinan mereka akan mempertimbangkan permintaan kita untuk pindah divisi atau pindah bagian, jika memang sesuai.
Namun, jika memang sudah benar-benar tak bisa dihindari lagi, hal ini bisa menjadi alasan resign yang tak dapat ditawar lagi. Lebih baik, cari peluang lain di luar sana yang pasti masih terbuka lebar.
5. Kurang tertantang
Ini adalah salah satu alasan resign yang bagus; kita kurang tertantang dengan pekerjaan yang ada saat ini.
Dengan terus berada di sana, kita bisa merasa bahwa hidup kita berhenti tumbuh. Kita hanya menjalani pekerjaan sebagai rutinitas tanpa gereget yang berarti. Adrenalin tidak terpacu, semangat pun datar-datar saja setiap harinya.
Barangkali kita menginginkan tanggung jawab yang lebih besar dan mencari kesempatan yang tidak akan didapatkan dalam perusahaan sekarang. If so, ini bisa menjadi alasan resign yang tak dapat ditawar lagi.
Nah, bagaimana? Adakah yang sedang merasakan kegalauan lantaran punya beberapa alasan resign tapi masih ragu? Well, lebih baik memang pertimbangkan lagi masak-masak, jangan biarkan emosi sesaat yang menjadi pengambil keputusan.
Namun, jika ada salah satu dari alasan resign di atas, maka sepertinya ini sudah waktunya mencari peluang baru, yang lebih baik.
Tertarik mengundang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan dan HR di perusahaan Anda? Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.
Hiring & Recruiting: 5 Tip Merekrut Calon Karyawan Terbaik yang Pas dengan Kebutuhan
Salah satu agenda terpenting dalam kinerja HR di sebuah perusahaan adalah proses dan tahap seleksi saat merekrut calon karyawan. Seakan-akan nasib perusahaan sedang dipertaruhkan ketika proses ini sedang berlangsung. Kebanyakan, bukanlah karyawan dengan kriteria terbaik yang dicari, tetapi yang pas dengan kebutuhan perusahaan.
Nah, ini nggak bisa dibilang mudah sih. Kalau boleh dibandingkan, mungkin rasanya kayak lagi cari jodoh. Apalagi kecenderungan angkatan kerja sekarang yang suka banget menjadi kutu loncat.
Tapi, the show must go on. Perusahaan tetap butuh untuk merekrut calon karyawan baru demi mengisi posisi-posisi yang kosong.
Bagaimana ya caranya agar bisa merekrut calon karyawan terbaik yang pas dengan kebutuhan perusahaan? Ada 2 proses yang bisa terjadi di sini, recruiting atau hiring. Apa beda antara keduanya?
Recruiting terjadi ketika perusahaan sedang “merayu” kandidat terbaik–yang di saat yang sama sedang bekerja untuk perusahaan lain. Sedangkan hiring adalah proses merekrut calon karyawan (pencari kerja) yang belum terikat dengan perusahaan mana pun.
Keduanya sebenarnya membutuhkan handling yang berbeda, namun dalam artikel kali ini, kita akan bahas tip merekrut calon karyawan yang lebih universal.
5 Tip Merekrut Calon Karyawan Terbaik yang Pas dengan Kebutuhan Perusahaan
1. Tentukan employer branding
Branding pada umumnya akan berkaitan dengan sales dan marketing. Tapi dalam hal merekrut calon karyawan, ada juga lo yang namanya employer branding.
Employer branding adalah bagaimana cara kita memperkenalkan perusahaan kepada para kandidat dan pencari kerja yang berkualitas, agar kemudian mereka tertarik untuk bergabung.
Nah, agar “rayuan” kita bisa berhasil menarik para kandidat dan calon karyawan yang berkualitas, maka perlu adanya employer branding. Meliputi apa saja?
- Gaji yang kompetitif
- Bonus dan benefit yang bakalan diterima oleh karyawan, dan kapan saja mereka bisa menerimanya
- Peluang perkembangan karier
- Suasana kerja yang mendukung
- Budaya kerja yang baik
Pastikan untuk mencantumkan beberapa poin employer branding tersebut dalam iklan lowongan kerja Anda. Karena beberapa hal inilah yang akan menjadi pertimbangan para calon karyawan dan kandidat terbaik itu untuk memutuskan, apakah mereka akan apply lamaran in the first place, atau tidak.
2. Sebutkan kebutuhan dengan jelas
Saat mulai merekrut calon karyawan, pastikan deskripsi pekerjaan tertulis dengan jelas dan menarik, sehingga para kandidat dan pencari pekerja dengan kriteria yang pas dengan yang dibutuhkan bisa melihat prospek yang bagus jika mereka mau bergabung.
Selain itu, uraian pekerjaan yang inklusif akan menarik kandidat-kandidat yang cukup beragam. Ada penelitian yang mengungkapkan, bahwa perusahaan yang memperkerjakan karyawan-karyawan dengan latar belakang, pendidikan dan karakter yang beragam terbukti bisa meningkatkan kinerja secara keseluruhan sebesar 35% ketimbang perusahaan dengan karyawan homogen.
Fakta ini juga didukung oleh fakta lain yang mengungkapkan bahwa 67% karyawan yang bekerja di perusahaan-perusahaan besar dewasa ini merasa bisa berkembang dengan baik, jika lingkungan kerja mereka juga terdiri atas orang-orang dengan latar belakang dan karakteristik yang beragam.
So, cantumkan dengan jelas semua keterampilan dan persyaratan posisi yang diperlukan dari para calon karyawan dan kandidat ya.
3. Posting di berbagai media
Untuk dapat merekrut calon karyawan dengan karakteristik beragam dan sesuai dengan kebutuhan, postinglah iklan lowongan di beberapa platform sekaligus. Ada beberapa platform yang bisa dimanfaatkan, bahkan tanpa harus membayar mahal.
- Posting di situs-situs lowongan kerja, misalnya jobstreet, karir.com, loker.id, dan lain-lain. Cermati syarat dan ketentuan yang ada di masing-masing situs, agar kita bisa menyesuaikan iklan lowongannya.
- Pasang pengumuman lowongan kerja di beberapa kampus, dengan target mereka yang sudah berada di tahun terakhir kuliah tapi belum wisuda.
- Posting di akun-akun media sosial perusahaan, terutama di LinkedIn.
- Minta rekomendasi dari orang dalam, alias karyawan yang sudah bekerja di perusahaan Anda. Barangkali mereka punya kenalan, teman, atau kolega yang sesuai kriteria.
4. Persiapkan tahap seleksi
Tahap berikutnya yang harus segera disiapkan saat merekrut calon karyawan adalah mempersiapkan seleksi, terutama tentang standar apa saja yang harus dipenuhi oleh para kandidat untuk masuk ke dalam shortlist.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan:
- Apakah perlu tes tertulis?
- Apakah perlu psikotes?
- Perlukah tes praktik?
- Siapa yang akan in charge di masing-masing tahapan seleksi?
- Siapa saja yang akan melakukan interview langsung dengan kandidat?
Dalam tahap interview, jangan sia-siakan kesempatan untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya mengenai calon karyawan, yang tak bisa diungkap dalam tes-tes lainnya, terkhusus soal bagaimana mereka menjalani hidup setiap harinya.
Terutama, Anda bisa menanyakan apakah mereka punya tujuan keuangan yang cukup terencana, karena hal ini bisa menjadi salah satu indikasi apakah mereka cukup termotivasi untuk bekerja keras atau tidak.
5. Evaluation and shortlisting
Tahap berikutnya dalam proses merekrut calon karyawan adalah tahap evaluasi dan shortlisting. Cocokkan antara kebutuhan perusahaan dengan karakteristik serta kriteria calon karyawan yang sudah melalui tahap seleksi.
Di sinilah akan terjadi seleksi yang sesungguhnya. Keluarkan mereka yang kurang memenuhi kriteria, dan pertahankan yang sekiranya sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Barangkali Anda akan butuh beberapa kali penyaringan, so take your time.
Setelah selesai penyaringan, dan nama-nama kandidat telah diperoleh, Anda pun bisa mulai mempersiapkan tahap orientasi bagi yang lolos. Ada beberapa training karyawan yang bisa Anda rancang, termasuk di dalamnya adalah training keuangan.
Karena, karyawan yang bisa mengelola keuangan pribadinya dengan baik adalah karyawan yang berpotensi memberikan kontribusi besar bagi perusahaan.
Yuk, undang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan dan HR di perusahaan Anda. Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.
Rancang Jenjang Karier dan Tujuan Keuangan dalam 5 Tahapan Ini, Raih Sukses di Usia Muda
Siapa sih yang nggak pengin menggapai sukses di usia muda? Memang nggak mudah sih, tapi bukan nggak mungkin. Yang pertama harus kamu lakukan adalah mempunyai visi jauh ke depan. Caranya bagaimana? Rancang jenjang karier kamu sendiri, sejak kamu menjadi seorang first jobber.
Jangan pernah punya prinsip “gimana nanti”, melainkan tanamkanlah prinsip “nanti gimana”. Dengan demikian, kamu akan punya gambaran di setiap tahapan hidup, mengenai apa yang harus kamu capai serta bagaimana cara mencapainya.
Di dunia bisnis kita mengenal Farah Gray yang memulai bisnis retail saat masih berusia 14 tahun, dan menjadi miliarder beberapa tahun setelahnya. Juga ada Bill Gates, bos Microsoft, yang memberi kontribusi luar biasa di bidang teknologi. Bill Gates sukses di usia 22 tahun.
Pada umumnya, kita akan mengawali jenjang karier pertama di usia 23-25 tahun begitu lulus dari kuliah. Dan seterusnya, pendakian menuju puncak tangga jenjang karier itu bukanlah hal yang mudah. Sebagian orang mungkin bisa menembus jalan berliku itu untuk tiba pada tujuan hidupnya, meski dengan kemungkinan tidak dicapai di usia muda.
Sebagian yang lain bisa saja stuck in the middle of nowhere.
Ouch. Nggak mau kan, terjebak di golongan yang terakhir di atas? Jangan sampai deh ya!
Jadi, sebenarnya, jenjang karier seperti apa sih yang seharusnya kita tempuh demi kesuksesan, dan pada fase usia berapa saja career path itu kita lalui? Di sinilah peran rancangan jenjang karier kamu akan menentukan. Untuk lebih memastikannya lagi, sertai dengan target tujuan keuangan di setiap tahapannya. Sehingga target karier jelas, pun hidupmu akan lebih terarah dan terjamin dengan rencana-rencana keuangan yang matang.
Jangan sampai kamu mengulangi kesalahan generasi sebelumnya, hingga membuahkan sandwich generation yang diakibatkan oleh kurangnya perencanaan keuangan pribadi. Nggak mau kan, waktu terbuang percuma? Makanya, tujuan harus jelas di awal, agar kamu bisa melihat jalan menuju ke sana dengan lebih terang.
Mau memetakan jenjang karier sekaligus target tujuan keuanganmu? Coba cara dari QM Financial ini.
5 Tahap Perencanaan Jenjang Karier dan Tujuan Keuangan Sesuai Tahapannya
Usia 22-25 tahun: entry level – staf, pelaksana, management trainee
Tahap ini adalah pintu gerbang pertama yang harus dilalui oleh semua orang yang mau merajut sebuah jenjang karier yang panjang.
Dalam rentang usia ini, seseorang yang baru saja mendapatkan gelar sarjana S1-nya bisa masuk menjadi karyawan untuk posisi entry level, misalnya sebagai staf, officer atau masuk dalam program management trainee atau management development program—yaitu program yang menyiapkan kader pimpinan dan biasanya mempunyai pola career fast track.
Target keuangan yang harus dipunyai pada jenjang karier awal ini adalah mulai berinvestasi pada produk yang paling mudah. Untuk memulainya, jangan lupa prinsip Tujuan Lo Apa, baru kemudian memetakan berapa kebutuhan untuk menyisihkan uang dari gaji bulanan. Misalnya saja kamu hendak berinvestasi untuk mengumpulkan dana down payment rumah pertamamu atau untuk menyiapkan dana pensiun. Dengan tujuan yang jelas ini, kamu bisa memutuskan produk investasi apa yang paling sesuai, reksa dana misalnya.
Tujuan keuangan lain yang juga harus dimulai pada tahapan awal ini adalah punyai proteksi diri. Jika kamu di masa depan akan menjadi pencari nafkah utama, maka kamu harus sudah punya rencana untuk mempunyai asuransi jiwa. Proyeksikan juga, apakah kamu perlu menambah asuransi kesehatan, di samping BPJS Kesehatan yang sudah diberikan oleh kantormu.
Usia 26-29 tahun: first line leader—supervisor/asisten manajer
Setelah 2 atau 3 tahun menjadi staf, mestinya kita sudah bisa bergerak untuk menjadi asisten manajer di usia 26 tahunan.
Di sini kita sudah mulai diuji kecakapan leadership-nya. Ini sebuah fase ketika kita bisa mendapat bekal yang berharga untuk mendaki menuju jenjang karier yang lebih tinggi.
Nah, tak hanya jenjang karier yang meningkat, target tujuan keuangan kamu pun harus meningkat juga. Pada tahap ini, usahakanlah untuk memiliki dana darurat yang cukup.
Berapa jumlah dana darurat yang cukup itu? Ada di artikel Sekali Lagi tentang Dana Darurat ini. Kembangkan terus dana darurat, sesuai dengan kondisi kamu ya.
Usia 29-35 tahun: middle management—manajer
Dalam rentang usia ini, semestinya kita sudah harus menapak jenjang karier sebagai manajer (marketing/brand manager, HR manager, finance atau IT manager).
Kalau dalam rentang usia ini kita masih belum juga menjadi manajer, itu berarti saatnya kita harus melakukan self exploration, dan kemudian merajut action plan yang harus segera dijalankan.
Pada tahapan ini, kita seharusnya juga sudah lunas DP untuk rumah pertama, dan mulai mencicil Kredit Pemilikan Rumah.
Usia 36-42 tahun: senior management—general manager/VP/senior manager
Dalam rentang usia ini, kita seharusnya telah bergerak menduduki posisi sebagai senior manager (general manager atau vice president).
Inilah fase usia menuju puncak kematangan; dan tentu saja limpahan fasilitas benefit dan gaji yang besar dari perusahaan.
Pada tahap ini, dengan jenjang karier yang sudah cukup panjang, maka sudah saatnya juga untuk kita mulai memproyeksikan masa pensiun. Mau ngapain saat pensiun nanti? Sudahkah punya aset aktif yang cukup? Sudahkah mulai merintis bisnis mandiri? Bagaimana dengan saldo Jaminan Pensiun atau Jaminan Hari Tua yang sudah disiapkan oleh kantor tempat kamu bekerja? Sudah cukupkah semua untuk bekal di masa pensiun nanti?
Usia 42 tahun dan seterusnya: top management—direktur/managing director/C-level
Dalam usia 40 tahun, mestinya kita sudah bisa menjadi direktur. Ya, kalau kita baru menjadi direktur pada usia 47 atau 50 tahun, wah, sepertinya sudah terlalu tua deh.
Sudah menjadi pimpinan, maka target keuangan di jenjang karier ini seharusnya sudah tak seketat seperti saat kita masih di entry level. Setidaknya, semua utang sudah lunas! Dan kita tinggal melanjutkan apa yang sudah dimulai; tambah investasi, topup yang perlu, dan bila mungkin, siapkan bisnis mandiri yang bisa kita jalankan saat masa pensiun tiba nanti.
Setelah mengetahui peta jenjang karier seperti di atas, kita dapat memotivasi diri kita, pada usia berapa kita harus meningkatkannya.
Dengan demikian, perjuangan kita akan semakin besar untuk menuju karier impian. Perlu diingat ya, bahwa prestasi saja enggak cukup, tetapi juga peran Yang Mahakuasa yang mengatur rencana kehidupan kita.
Selamat meniti jenjang karier kamu yang cerah!