Bekerja Sambil Keliling Dunia: Inilah 3 Millenial and Gen Z’s Dream Job
Sudah bukan rahasia lagi, bahwa orang-orang yang hidup di zaman serba media sosial sekarang ini pada suka traveling. Terutama para millenial dan gen Z. Barangkali sih, kalau boleh, nggak perlulah punya rumah asal boleh keliling dunia.
Ouch ouch. Itu sih keterlaluan ya. Bagaimanapun kan ada saat pergi, pasti ada saat pulang. Kalau enggak punya rumah di tanah air, terus pulang ke mana dong? Lagi pula, untuk bisa keliling dunia itu butuh modal banyak juga. Nggak bisa tanpa kerja dong berarti?
Eh tapi, ada lo profesi yang memungkinkan kita untuk keliling dunia. Keliling dunia dan dibayar. Aduh, dream job banget kan?
Apa aja ya? Yuk, kita lihat.
3 Dream job yang memungkinkanmu keliling dunia
1. Pengajar bahasa asing
Mempunyai kemampuan belajar bahasa ketiga, keempat, kelima, dan seterusnya–yang kesemuanya adalah bahasa asing–maka manfaatkanlah untuk menjadi pengajar bahasa asing. Jadi dosen atau pengajar di lembaga bahasa asing, misalnya.
Apalagi kalau kamu lulusan fakultas sastra Mandarin, Inggris, Jerman, dan lainnya. Peluang untuk bisa mengikuti ajang pertukaran budaya dengan negara terkait bisa sangat besar. Bahkan mungkin juga kamu bisa apply beasiswa untuk belajar bahasa asing di negara asalnya.
Yang menarik dari profesi ini–selain memungkinkanmu untuk keliling dunia–adalah kamu bisa banyak berkenalan dengan orang baru, dan bisa membantu mereka untuk mengeri bahasa asing yang kamu kuasai. Nggak monoton di kantor, jadi sering jalan-jalan ke negara-negara yang punya berbahasa nasional yang kamu kuasai. Misalnya, kalau kamu fasih berbahasa Mandarin, kamu akan sering jalan-jalan ke Hongkong, Tiongkok, ataupun Taiwan. Kalau kamu mengajar di universitas, kamu akan sering ada kunjungan dengan dekan atau rektor ke negara-negara terkait.
Untuk gaji, biasanya sih semakin banyak job semakin banyak pendapatan. Semua bisa kamu atur sendiri. Pengin pemasukan banyak, ya carilah job sebanyak-banyaknya. Bisa jadi guru privat atau dosen.
2. Aktivis NGO Internasional
Kamu tertarik untuk melakukan misi sosial untuk kemanusiaan sambil keliling dunia? Nggak ada salahnya untuk bergabung dengan Non Governmental Organization (NGO) internasional.
LSM asing yang dipegang langsung oleh lembaga internasional–dan biasanya sudah punya kantor cabang dan badan hukum di Indonesia–ini sering membuka peluang bagi siapa saja yang pengin berpartisipasi menjalankan program yang telah mereka buat untuk beberapa wilayah di Indonesia. Kamu juga akan berkesempatan untuk bertemu dan merencanakan kolaborasi misi dengan tim dari negara lain di tempat yang sudah ditentukan–yang pastinya berada di luar negeri.
Misi sosial yang dijalankan bisa bermacam-macam, tergantung concern LSM yang kamu masuki. Biasanya sih seputar pendidikan, anak-anak, lingkungan, kesehatan, dan lain sebagainya.
NGO yang sering mengadakan rekrutmen misalnya seperti WWF, Ecpat, Save the Children–atau bahkan lembaga-lembaga bantuan internasional, misalnya UNICEF, UNESCO, atau ILO.
Untuk standar gaji, biasanya sih based on dollars. Kamu hanya dituntut untuk punya kemampuan berbahasa Inggris aktif, di samping ada kualifikasi-kualifikasi lain yang berbeda untuk setiap NGO. Kalau diterima, well, selamat keliling dunia dan Indonesia deh!
3. Diplomat kedutaan besar
Nggak begitu suka kegiatan outdoor yang bakal sering dilakukan oleh aktivis NGO, tapi masih tetep pengin keliling dunia? Bisa saja.
Segera layangkan lamaranmu ke kedutaan besar negara asing tujuanmu. Kamu akan bekerja layaknya karyawan kantoran biasa. Posisi yang ditawarkan biasanya juga cukup beragam. Hanya saja, memang informasi lowongan enggak dipublikasikan secara umum. Yang bisa kita lakukan adalah mencari informasi langsung ke TKP.
Satu syarat mutlak untuk bisa bekerja di sini adalah mampu berkomunikasi dengan pemerintah negara terkait dengan baik. Jadi, misalnya kamu berminat untuk melamar ke Kedubes Korea Selatan, maka ya pastinya kamu harus menguasai betul bahasa Korea. Nggak cuma bisa bilang, “Annyeonghaseyo!” doang.
Makanya, perdalam mempelajari bahasa asing, tergantung kebutuhan.
Nah, yang menarik dari profesi ini adalah biasanya kamu akan diberi kesempatan untuk berkunjung ke negara yang bersangkutan seenggaknya setahun sekali. Dengan standar gaji dalam dolar, kamu bisa sekalian deh mampir ke negara-negara tetangganya dan keliling dunia.
Ugh, menarik banget kan? Dan, kabar baiknya lagi, kamu bisa mengawalinya dengan magang di sana.
Well, dengan punya pekerjaan yang memungkinkanmu keliling dunia seperti ini, kamu bisa menghemat satu tujuan finansial nih; dana liburan. How about, alihkan saja dana liburan itu menjadi dana rumah pertama? Ha, pastinya akan lebih berfaedah deh.
Cek jadwal kelas finansial online QM Financial, yang akan membahas dana rumah pertama ataupun tujuan-tujuan finansial lainnya ya. Supaya gajimu yang besar tak sia-sia, dan kamu bisa menikmati hidup sampai tua.
Jangan lupa follow juga akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan tip keuangan.
Selamat Ulang Tahun, QM Financial! 16 Tahun Berbagi Edukasi Finansial untuk Negeri
Yay! Selamat ulang tahun, QM Financial! Nggak terasa ya, 16 tahun sudah QM Financial berbagi edukasi finansial untuk Indonesia. Rasanya mustahil banget bisa sampai sejauh ini, jika bukan karena kamu semua yang setia mendukung setiap program literasi keuangan di QM Financial.
Mimpi kami mungkin terlalu muluk: kami ingin agar masyarakat Indonesia semakin cerdas finansial. Membangun keuangan sehat dan kuat, mulai dari diri sendiri, keluarga, masyarakat pada umumnya, hingga Indonesia seluruhnya.
Namun, ternyata mimpi itu bisa diwujudkan dengan dukunganmu semua, sejak QM Financial lahir hingga sekarang.
Inilah 5 hal tentang QM Financial di tahun ke-16 menjadi bagian dari edukasi literasi keuangan Indonesia
1. Berubah menjadi financial literacy provider
Sejak tahun 2012, QM Financial berubah positioning dari konsultan keuangan menjadi financial literacy provider.
Mengapa terjadi perubahan ini?
Karena kami sangat percaya bahwa setiap orang bisa menjadi financial planner untuk dirinya sendiri. Karena kecerdasan literasi keuangan berawal dari kemauan diri sendiri untuk belajar lebih banyak tentang pengelolaan uang.
Untuk itu, QM Financial punya banyak sekali kelas finansial online yang bisa dipilih sesuai kebutuhan, mulai dari membereskan cash flow, mengenal produk investasi, mengenal asuransi, mengenal saham, mengelola dana pendidikan, dana pensiun, dan masih banyak lagi–mulai dari pengetahuan basic hingga yang advanced.
2. Proses belajar finansial yang komprehensif
Bersama QM Financial, kamu bisa belajar finansial secara menyeluruh dan komprehensif, step by step dari mulai kenalan dulu hingga ngulik sesuatu yang lebih rumit.
- Awareness: dari tak kenal menjadi kenal, dari nggak paham menjadi sayang. Dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti, belajar finansial bareng QM Financial semakin fun dan menyenangkan.
- Knowledge: dari kenal menjadi paham, karena kemudian bisa menceritakan kembali apa hasil dari belajarnya. Bahkan, bisa menularkan pengetahuan pada yang lain.
- Action: apa artinya belajar kalau enggak dipraktikkan? Rasakan perbaikan-perbaikan keuangan yang sudah kamu pelajari dan lakukan sendiri dari hari ke hari.
3. Selalu percaya, bahwa setiap orang bisa menjadi financial planner untuk diri sendiri
Keuangan kita merupakan tanggung jawab kita sendiri. Meskipun kita membeli jasa konsultan perencana, tapi keputusan sepenuhnya di tangan kita. Jadi, mengapa enggak belajar menjadi financial planner bagi diri sendiri sekalian?
Karena pada dasarnya, teori pengelolaan keuangan itu cukup mudah dipelajari. Siapa pun bisa kok mempelajarinya, mulai dari para lajang, pasangan suami istri, keluarga, profesional, hingga para karyawan perusahaan sekalipun.
Rasakan betapa nikmatnya hidup saat kita sudah bisa benar-benar mandiri secara finansial, dan merasakan financial freedom. Kepingin apa aja, ayo!
4. Percaya, bahwa sebuah perusahaan akan kuat ketika sumber daya manusianya juga kuat
Ya, QM Financial juga percaya, bahwa di perusahaan yang kuat ada sumber daya manusia yang terampil mengelola keuangan pribadinya secara sehat.
Karena itu, QM Financial mengembangkan sistem, kurikulum dan metode #QMTraining yang interaktif, komprehensif dan menyeluruh, sekaligus fun, bagi para karyawan perusahaan baik besar maupun kecil.
Begitu affordable-nya, sehingga tak hanya perusahaan besar, perusahaan berbasis UKM pun bisa bekerja sama dengan QM Financial untuk bisa memberikan edukasi literasi keuangan pada karyawan, demi mencipta sumber daya manusia yang kuat secara finansial.
Begitu customized-nya, sehingga setiap kurikulum dan materi #QMTraining bisa diolah sedemikian rupa sehingga memenuhi kebutuhan karyawan di perusahaan yang berbeda.
5. Bisnis yang berkembang adalah bisnis dengan laporan keuangan yang sehat
Tak hanya membantu menyehatkan sisi finansial karyawan, QM Financial juga punya program untuk membantu para pemilik bisnis kecil dan UKM untuk menyehatkan bisnisnya, terutama dimulai dari laporan keuangan.
Karena perusahaan yang sehat selalu berawal dari laporan keuangan yang sehat pula. Laporan keuangan yang sehat bisa menjadi dasar bagi pemilik bisnis untuk bisa menyusun strategi pengembangan bisnisnya.
Pastinya, semua pemilik bisnis ingin agar bisnisnya sukses kan?
Banyak memang PR yang harus dikerjakan. Namun, bersama kamu semua, kami yakin bahwa kami akan bisa melalui 16 tahun lagi ke depan, dan seterusnya, memberikan edukasi finansial untuk negeri.
Siapkah kamu menemani QM Financial untuk melangkah lagi lebih jauh ke depan?
Selamat ulang tahun, QM Financial!
5 Masalah Keuangan yang Teratasi dalam Satu Voucher Diskon 16%
Di QM Financial, kami terbiasa mendengar (dan membaca) curhat orang-orang seputar masalah keuangan mereka. Latar belakangnya juga begitu beragam, mulai dari para karyawan, profesional, hingga para bos dan manajer; dari para lajang, ibu rumah tangga, hingga yang mulai memikirkan dana pensiun; dari yang pengin liburan hingga yang pengin punya rumah sendiri.
Masalah keuangan kita memang kompleks ya, bahkan bisa dibilang enggak ada yang sama betul. Inilah justru yang membuat QM Financial selalu semangat membantu; mulai dari mengedukasi melalui konten-konten di website hingga media sosial, dan pastinya, melalui kelas-kelas finansial online yang kami selenggarakan di setiap bulannya.
Nyadar enggak sih, bahwa setiap bulan kami selalu punya jadwal kelas finansial online yang berbeda? Itu adalah sebagai usaha kami agar dapat menyentuh semua orang yang membutuhkan pengetahuan literasi finansial untuk mengatasi masalah keuangan mereka masing-masing.
Nah, di bulan Oktober depan, setidaknya ada 5 masalah keuangan yang akan kita coba bahas dalam kelas finansial online. Apakah salah satunya adalah permasalahanmu? Kalau iya, kayaknya sekarang nih waktunya untuk segera mendaftarkan diri deh. Kenapa? Karena ada yang spesial banget di akhir bulan September ini! Makanya, simak sampai akhir artikel ya!
5 Masalah keuangan yang akan kita ulik di bulan Oktober
1. Masalah keuangan klasik: cash flow, bingung tujuan finansial, dan ngeblank soal investasi
Diawali dengan masalah keuangan klasik, yang bisa saja dialami oleh siapa pun. Lucunya, kadang enggak cukup bermasalah sekali, tapi berkali-kali sampai bener-bener baru sadar kalau butuh belajar literasi keuangan.
Semua masalah keuangan selalu berawal dari cash flow kok. Jadi, untuk mengatasi masalah keuangan apa pun, ya berawal dulu dari membereskan cash flow. Saat cash flow lancar dan sehat, kepingin apa pun ayo aja.
Masalah keuangan klasik kedua adalah bingung tujuan finansial. Karena mau ngapain aja, selalu berawal dari #TujuanLoApa. Kalau tujuan enggak jelas, kita juga nggak bisa pergi ke mana-mana kan? Begitu juga dengan keuangan.
Sudah punya tujuan, maka kita bisa merencanakan jalan atau caranya mencapai tujuan. Sudah punya tujuan finansial, selanjutnya kita bisa melakukan apa? Salah satunya menabung dan investasi. Tapi, sebelum benar-benar nyemplung ke kolam investasi, ada baiknya mengenal kolamnya dulu.
2. Mau investasi saham, mulai dari mana?
Sudah yakin dengan tujuan finansial, terus kepikiran, nabung aja enggak cukup. Misalnya buat DP rumah, dana pendidikan, bahkan sesepele dana liburan.
Investasi saham bisa jadi salah satu alternatif bagi kita untuk mencapai tujuan finansial. Tapi, investasi saham itu menakutkan! Karena saham identik dengan rugi.
Well, mindset itu biasanya muncul kalau kita belum belajar soal seluk beluk saham. Coba deh, mulai kenalan dulu, baru belajar analisis fundamental dan analisis teknikalnya. Kalau belajar dari ahlinya, pasti akan lebih baik. Apalagi kalau ditambah dengan simulasi saham, bisa main-main dulu sebelum beneran nyebur ke kolam investasi.
3. Mewujudkan mimpi
Setiap orang punya cita-cita yang pastilah maunya diwujudkan. Sudah biasa tuh, maunya banyak, tapi duitnya enggak. Namanya juga manusia. Kalau dibilang pemasukan enggak pernah cukup untuk mewujudkan cita-cita, ya pasti enggak akan pernah cukup.
Makanya, harus ada perencanaan. Apa cita-cita terbesarmu? Punya rumah pertama? Anak-anak bisa sekolah setinggi-tingginya–tanpa berharap dapat beasiswa? Bisa pensiun sejahtera?
Aduh, bener-bener banyak! Terus, mana yang harus diprioritaskan? Ini juga menjadi masalah keuangan yang bisa terjadi pada siapa saja. Punya cita-cita itu harus, bagaimana mewujudkannya, nah, itu bisa direncanakan bareng QM Financial.
4. Keuangan para lajang
Hal apa yang biasanya menjadi masalah para lajang–selain mencari pasangan? Yes, masalah keuangan, pastinya. Jadi lajang itu memang enak, bebas, apalagi kalau sudah mandiri–artinya sudah bisa mencukup kebutuhan sendiri.
Tapi, apakah benar-benar cukup? Gaji, apa kabar? Kalau masih ngalamin yang namanya tanggal tua dan tanggal muda, berarti masih ada yang harus diperbaiki dari pengelolaan gajimu. Apalagi soal utang. Belum ada tanggungan, kok utang konsumtif sudah banyak? Masih sendiri, kok nggak bisa nabung?
Nah, masalah keuangan para lajang ini memang kadang dianggap remeh. Ah, masih sendiri ini. Padahal justru dari sinilah awal perencanaan keuangan yang sehat untukmu. Seharusnya di saat masih lajanglah kamu mulai investasi dan punyai proteksi. Jangan nunggu nanti-nanti.
5. Keuangan keluarga
Lajang punya masalah keuangan sendiri, yang sudah berpasangan–apalagi sudah punya anak–punya masalah keuangan yang kompleks juga. Soal pembagian peran dalam urusan keuangan saja biasanya sudah rumit. Apalagi kalau keduanya enggak pernah ngobrol soal keuangan sebelumnya.
Well, kalau biasanya susah untuk mulai ajak ngobrol pasangan seputar masalah keuangan, QM Financial menyediakan tempat khusus di bulan Oktober ini di salah satu seri kelas finansial online-nya. Ajak saja pasangan untuk ikutan kelasnya, terus bisa dilanjut deh ngobrol berdua. Enggak bingung mulai lagi kan?
Siapa nih yang masih punya salah satu atau bahkan beberapa masalah keuangan di atas? Bulan Oktober nanti bisa jadi adalah waktunya kamu membereskan semuanya.
Mumpung ada diskon 16% nih untuk Kelas Financial Clinic Onlise Series dari QM Financial, dalam rangka ulang tahun QM Financial yang ke-16! Duh, kapan lagi kan, bisa membereskan masalah keuangan dengan ikut kelas finansial online dan dapat diskon? Cukup gunakan kode voucher: QM16TH dan nikmati diskonnya! Kode voucher berlaku dari 26-30 September 2019, ya!
Segera cek jadwal kelas finansial online di bulan Oktober di web ini, dan pilih sesuai kebutuhanmu!
Bekerja di Perusahaan Kecil, Ini Dia 5 Keasyikannya
Hampir setiap orang biasanya selalu kepingin bekerja di perusahaan bonafid, besar, dan terkenal. Harapannya sih pastinya bisa berkembang dengan baik, banyak pengalaman, gaji besar, tunjangan lengkap, jenjang karier panjang, dan seribu alasan lain. Tapi, sebenarnya, bekerja di perusahaan kecil pun bisa sebaik itu lo.
Mau tahu beberapa keasyikan bekerja di perusahaan kecil?
5 Asyiknya bekerja di perusahaan kecil
1. Kesempatan berkembang besar
Menjadi bagian dalam tim kecil, ada kemungkinan setiap karyawan akan memiliki skill yang berbeda, bahkan multitalenta.
Misalnya saja, kita adalah desainer grafis yang bekerja di perusahaan kecil berbasis advertising agency, bisa jadi hanya kita sendirilah yang akan memegang posisi tersebut.
Dan, seiring waktu, kita juga dituntut untuk mempelajari keterampilan lain pula–yang bisa jadi malah membuat kita semakin ahli di bidang yang kita geluti. Misalnya lagi, untuk desainer grafis, mungkin mau enggak mau kita pun jadi harus belajar copywriting.
Hal seperti ini enggak mungkin jadi kerugian kan? Bahkan keuntungan, karena semisal kita harus mencari pekerjaan lain karena suatu sebab, CV kita bisa bertambah panjang dengan sendirinya. Pasti banyak deh yang mau menerima seorang desainer grafis yang gape juga copywriting.
2. Mengasah semangat entrepreneur
Bekerja di perusahaan kecil membuka kesempatan karyawan untuk lebih banyak berinteraksi langsung dengan pemilik perusahaan. Sehingga kita pun menjadi punya banyak waktu untuk belajar langsung darinya mengenai entrepreneurship. Mulai dari membangun bisnis hingga pola pikir yang ia punyai.
Sebuah pelajaran yang mungkin enggak akan bisa kita temukan di sembarang tempat, secara cuma-cuma dan dengan mudah saat bekerja di korporasi besar.
Siapa tahu kan, kita akhirnya punya nyali untuk membangun perusahaan sendiri?
Tapi, untuk tipe-tipe orang yang lebih suka pekerjaan dengan ritme yang teratur, tak terlalu nyaman dengan perubahan-perubahan baru, bekerja di perusahaan kecil mungkin akan terasa menyiksa. Tsah. Ya, tipe yang begini memang lebih cocok untuk bekerja di korporasi besar.
Karena, bekerja di perusahaan kecil menuntut kita untuk lebih adaptif, baik soal skill, job description, hingga peraturan perusahaan. Belum lagi soal rekan kerja yang kadang juga lebih “eksentrik” ketimbang mereka yang bekerja di korporasi besar.
3. Bisa jadi ikan besar lebih cepat
Mungkin akan butuh waktu bertahun-tahun bagi seorang manajemen trainee untuk menjadi seorang manajer beneran di perusahaan besar. Akan butuh waktu lama kalau kita memulai dengan menjadi desain grafis untuk menjadi creative director jika kita bekerja di perusahaan advertising besar.
Namun, kita bisa mencapai posisi tersebut lebih cepat ketika kita bekerja di perusahaan kecil, dengan cara menunjukkan kinerja yang baik–bahkan jika bisa sampai melampaui target–dan menjalin hubungan baik dengan pemilik perusahaan dan rekan kerja yang lain.
Kita akan lebih mudah menonjolkan diri di antara rekan yang lain ketimbang saat kita bekerja di korporasi besar.
4. Kepuasan kerja lebih terpenuhi
Masalah besaran gaji itu relatif. Gaji berapa pun bisa kita rasakan besar, jika kita bisa mengelolanya dengan baik, termasuk saat kita bekerja di perusahaan kecil.
Bekerja di perusahaan kecil, setiap kinerja yang baik maupun pencapaian prestasi akan lebih mudah terlihat, sehingga kepuasan kerja bisa jauh lebih tinggi. Berlaku juga sebaliknya sih. Ketika kita menunjukkan kinerja yang kurang bagus, maka tim juga akan sangat mudah mendeteksinya.
5. Lebih bebas berekspresi
Aturan yang ditetapkan oleh perusahaan kecil biasanya juga enggak (belum) seketat korporasi besar. Soal baju kerja, misalnya. Karyawan akan lebih dibebaskan dalam hal berpakaian dan mengenakan makeup, sesuai gaya masing-masing.
Selain itu, kita juga punya banyak kesempatan untuk dilibatkan dalam proyek-proyek baru yang membuat skill bertambah.
So, memang tinggal gimana kita aja sih, mau besar di kolam kecil ataukah jadi ikan kecil di kolam besar. Yang pasti, kalau mau punya gaji besar, atau jaminan jenjang karier, itu enggak hanya dengan bekerja di korporasi besar kok. Dengan bekerja di perusahaan kecil pun bisa.
Bekali diri juga secara lengkap terutama soal mengatur gaji. Karena, sekali lagi, gaji besar atau gaji kecil itu semua tergantung pada mindset kita. Kita juga bisa mengusulkan pada pemilik perusahaan untuk mengadakan training keuangan demi meningkatkan keterampilan mengelola keuangan karyawan.
#QMTraining dari QM Financial juga sangat affordable untuk perusahaan-perusahaan kecil, karena materinya bisa disesuaikan dengan kebutuhan karyawan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Sekalian saja, ikutan #CelebrateYou dalam rangka ulang tahun QM Financial yang ke-16! Ceritakan pencapaian finansialmu yang paling berarti bagi kamu!
Rayakan pencapaianmu yang paling berarti dengan QM Financial. Karena siapa tahu cerita kamu bisa jadi salah satu dari 16 cerita terpilih. Bagi 16 cerita terpilih, kalian berhak mendapatkan special gift dari QM Financial senilai 1,6 juta untuk setiap cerita terpilih!
Share ceritamu di , atau di kolom komentar post Instagram QM Financial di atas, ya! Atau, bisa juga DM langsung ke QM Financial. It’s time to #CelebrateYou!
Mengatasi Beban Kerja Tinggi, Lakukan 5 Tip Berikut
Sebagai karyawan, kadang kita memang diberi beban kerja yang cukup tinggi. Apalagi jika kita dianggap sebagai karyawan berkompeten dan bisa dipercaya. Biasanya sih memang, beban kerja akan semakin tinggi, seiring kepercayaan atasan dan rekan kerja yang juga semakin besar pada kita.
Sebuah prestasi, atau malah menjadi kutukan? Well, tergantung dari sudut mana kita melihatnya sih. Tapi kalau memang bisa dilihat dari banyak sisi, mengapa kita enggak melihatnya dari sisi positif, ya kan? Good vibes akan memberikan kita suntikan semangat untuk bekerja dan mengalahkan beban kerja seberapa pun besarnya.
Ingat-ingat, ada KPR yang harus diselesaikan. Dana pendidikan anak yang harus dikumpulkan. Dana pensiun yang mesti dirancang.
Jadi, ayo semangat, dan lakukan 5 hal berikut untuk bisa berdamai dengan beban kerja yang tinggi.
1. Tentukan prioritas
Yang pertama harus dilakukan adalah menentukan skala prioritas. Pekerjaan seabrek enggak akan selesai kalau kita enggak bisa memilah mana yang penting untuk diselesaikan terlebih dahulu. Pastinya semua tugas penting sih, makanya harus disesuaikan prioritasnya. Mungkin berdasarkan urutan waktu, atau bisa juga urutan urgensinya.
Buatlah to do list setiap kali mau mulai bekerja. Buat daftar tugas untuk hari ini agar kemudian bisa dilihat, pekerjaan mana yang harus didahulukan. To do list juga akan membuat kita bisa fokus menyelesaikan satu tugas dulu baru kemudian beralih ke tugas lain. Sebaiknya, minimalkan multitasking, karena–percayalah–meski kelihatannya keren, tapi multitasking lebih banyak bikin kita nggak fokus dan membuat hasilnya jadi nggak maksimal.
2. Fokus pada profesionalitas
Kalau selama ini kita menganggap diri kita hanya sebatas “kroco” atau sekadar “kuli”, maka ubahlah mindset ini. Kita adalah karyawan sebuah perusahaan–aset perusahaan yang berharga. Tanpa ada kita, perusahaan tidak akan berjalan dengan baik.
Inilah sikap profesional yang seharusnya kita punyai sebagai seseorang yang produktif. Ingat, bahwa semakin banyak kontribusi kita, maka secara tim, pasti akan bisa mencapai tujuan baik bersama.
3. Delegasikan dan jangan sungkan minta bantuan
Beban kerja ini bisa saja merupakan beban kerja tim dan beban kerja individu. Untuk beban kerja tim, tentu saja, kita harus membaginya dengan tim.
Pilahlah tugas-tugas yang ada, lalu delegasikan pada rekan kerja atau bawahan–jika ada–untuk dikerjakan hingga tuntas. Fokuslah pada tugas individu yang harus dikerjakan, dan selalu ingat, bahwa hasil kerja kita akan dinanti oleh orang lain yang tugasnya tergantung pada output yang kita berikan.
Jika memang kita mengalami over workload, jangan sungkan meminta bantuan. Mengatakan bahwa kita tidak sanggup menyelesaikan tugas bukan berarti kita lemah kok. Apalagi jika memang beban kerja kita sudah melebihi kapasitas kita sendiri sebagai karyawan. Ada baiknya untuk segera minta bantuan.
4. Ikhlas
Bekerja tanpa keikhlasan sudah pasti akan berbuah ketidakpuasan. Ada saja yang akan menyebabkan kita tak pernah puas saat bekerja, mulai dari merasa bahwa punya atasan dan rekan kerja toxic, atasan pilih kasih, sampai dengan merasa dimanfaatkan atau diperlakukan secara tidak adil oleh kantor.
Kalau sudah ada “racun” seperti ini di pikiran, sudah pasti gampang diduga: kita enggak akan betah bekerja berlama-lama, apalagi untuk bisa menunjukkan kinerja yang optimal. Bawaan pasti sudah males aja mau ngapa-ngapain.
Ikhlas memang sulit. Tapi bisa kok dipupuk setiap hari. Salah satu caranya adalah dengan tidak semata-mata bekerja karena berorientasi pada nominal gaji. Coba deh, direnungkan lagi, adakah hal-hal lain yang kita terima dan rasakan–yang melebihi nilai uang–saat bekerja. Misalnya, kepuasan saat berhasil mengatasi kesulitan dan tantangan, punya kesempatan belajar lebih banyak, dan berbagai benefit nonfinansial lain yang kita terima.
5. Singkirkan pengganggu fokus kerja
Kadang, kalau kita kepikiran sesuatu–apalagi yang sampai menimbulkan stres–akan berpengaruh juga pada kinerja kita di kantor. Akibatnya, akan membuat kita kesulitan untuk menyelesaikan beban kerja, yang mungkin masih belum seberapa.
Kalau memang mengalami hal seperti ini, ada baiknya selesaikan dulu masalah kita itu. Seperti masalah keuangan pribadi misalnya.
Jangan salah, 4 dari 5 perusahan melaporkan bahwa 76% karyawan mengaku stres di kantor, 60%-nya mengaku enggak bisa fokus, lantaran mengalami masalah keuangan pribadi. Persentase yang enggak kecil kan ya?
So, merasa kesulitan mengatasi beban kerja dari kantor? Coba cek, apakah kita punya masalah lain yang akhirnya membuat kita stres sehingga produktivitas menurun? Masalah keuangan? Terlilit utang? Cash flow yang selalu minus? Anak sebentar lagi harus sekolah, tapi belum punya dana?
Beresin dulu yuk, masalah keuangannya! Baru deh bisa fokus kerja.
Yuk, daftarkan diri untuk mengikuti kelas-kelas finansial online dari QM Financial, yang bisa diikuti dari mana saja. Follow juga Instagram QM Financial untuk berbagai tip keuangan yang praktis dan aplikatif.
7 Soft Skill Karyawan yang Harus Selalu Ditingkatkan di Zaman Teknologi
Dunia karier sudah berubah, dan akan semakin berubah. Yang dulu berlaku, sekarang enggak lagi. Demikian juga kebutuhan akan kompetensi karyawan; berkembang sesuai zaman. Tetapi ada beberapa soft skill karyawan yang tetap dibutuhkan dan harus terus ditingkatkan sejak dulu hingga sekarang.
Apa saja?
7 Soft skill karyawan yang harus selalu ditingkatkan dari waktu ke waktu
1. Kemampuan beradaptasi
Hanya mereka yang adaptif terhadap perubahan yang akan mampu bertahan. Ini sudah hukum seleksi alam. Demikian juga di dunia kerja.
Sekali lagi, zaman sudah berubah. Teknologi sudah berkembang luar biasa. Yang dulu manual, sekarang terotomatisasi. Bahkan, ada beberapa jenis pekerjaan yang bisa dipastikan punah lantaran sudah tergantikan oleh teknologi: robot dan Artificial Intelligence.
Kalau kita–sebagai karyawan–enggak bisa (mau) mengikuti dan berusaha beradaptasi, ya siap-siap bhay saja. Makanya, jangan mau kalah sama zaman. Upgrade keterampilan diri terus. Jangan bangga sama kegaptekan diri sendiri. Tambah pengetahuan terutama yang melibatkan teknologi.
2. Keterampilan berkomunikasi
Di era komunikasi digital, meeting semakin mudah dan murah, serta praktis! Sekarang, untuk bisa meeting atau melakukan koordinasi enggak perlu lagi harus bertemu secara fisik. Contohnya, para pekerja remote yang bisa saja punya atasan di belahan dunia lain.
Dan, di sinilah peran keterampilan berkomunikasi yang baik akan sangat penting. Iyalah ya, meeting bertemu muka saja sering terjadi kesalahpahaman, ini meeting jarak jauh. Pasti butuh usaha ekstra.
Salah satu hal penting untuk mendukung perkembangan keterampilan berkomunikasi ini adalah penguasaan beberapa cara komunikasi. Mereka yang menguasai teknik komunikasi efektif bakalan “menguasai” mereka yang lebih lemah dalam berkomunikasi.
Ini juga sudah dalil.
So, adalah penting bagi karyawan untuk selalu mengasah keterampilan satu ini. Setidaknya, kita mesti bisa mengutarakan pendapat dengan baik, pun bisa mendengarkan opini dan masukan dari orang lain dengan baik pula. Bukankah komunikasi berarti adalah dialog dua arah?
3. Kemauan untuk belajar
Perkembangan bakalan terjadi, dan tak bisa diprediksi. Kita harus siap dengan segala perubahan itu dan siap menghadapinya. Yes, kemampuan beradaptasi kita dituntut untuk juga berkembang.
Tapi, enggak cuma bisa beradaptasi saja, kita pun harus siap belajar banyak hal baru. Soft skill satu ini memang kelihatannya mudah; hanya berupa kemauan untuk belajar. Tapi nyatanya, tak semua orang mau melakukannya.
Padahal ini penting, karena sebagai karyawan yang harus “bersaing” dan berteman dengan teknologi ke depannya, kita enggak hanya bisa mengandalkan evidence base practice–melakukan sesuatu berdasarkan apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Tetapi juga harus memprediksi, kebutuhan keterampilan apa saja yang dibutuhkan di masa depan.
Ini berarti, kita justru harus belajar dari masa depan–alih-alih belajar dari masa lalu. Kita enggak boleh menunggu sesuatu terjadi dulu, tetapi kita harus sudah mulai belajar dari sekarang demi kebutuhan di masa depan.
4. Etika
Etika kerja sekarang semakin longgar. Ke kantor sudah enggak perlu pakai baju yang terlalu resmi. Jam kerja lebih fleksibel. Meeting bisa dilakukan sembari hangout di coffee shop, dan sebagainya.
Tapi, bagaimanapun, dalam sebuah organisasi yang melibatkan banyak orang, dari generasi muda kini maupun generasi yang lebih senior, ada etika sopan santun yang tetap penting untuk diperhatikan.
Bukan lantaran senioritas, tetapi ini lebih ke sesama karyawan yang harus bisa menghargai satu sama lain. Karena kalau enggak, kerja sama dan hubungan antarkaryawan ya terganggu. Bahkan bisa saja terjadi politik kantor.
5. Kepemimpinan
Barangkali saja kita memang bagian dari tim sekarang; punya atasan, punya rekan kerja. Tapi bukan tak mungkin, ke depan nanti kita harus bisa memimpin orang lain. Enggak hanya seorang manajer saja lo yang harus punya soft skill berupa kepemimpinan yang baik.
Soft skill ini memang cukup kompleks ya, bisa meliputi kemampuan untuk mengoordinasi dengan baik, men-deliver pesan dengan baik, manajemen tim, problem solving, dan sebagainya. Sebuah bentuk soft skill yang lengkap memang. Dan, enggak bisa dipelajari dalam satu hari, melainkan bisa berkembang seiring waktu.
Belajar kepemimpinan sepertinya menjadi waktu belajar yang panjang.
6. Manajemen waktu
Sudah umum terjadi, bahwa target pekerjaan banyak sedangkan waktu untuk mengerjakannya hanya sedikit. Hal ini biasa sih terjadi di mana-mana, di perusahaan mana pun.
Maka, soft skill untuk bisa mengelola waktu dengan baik akan sangat berguna. Tanpa soft skill ini, sudah pasti deh, karyawan mana pun enggak akan bisa produktif. Apalagi kalau kita enggak bisa memilah mana yang harus diprioritaskan dengan baik. Wah, apa kabar kerjaan beres deh.
7. Keterampilan pengelolaan keuangan
Satu lagi soft skill penting yang harus selalu dikembangkan, yaitu kemampuan mengelola keuangan. Ternyata ini berkaitan banget dengan kinerja kita sebagai karyawan di kantor lo!
Ada penelitian yang mengungkapkan fakta, bahwa karena terlilit masalah keuangan pribadi, sebanyak 76% karyawan menjadi stres selama menyelesaikan tugasnya di kantor, 60%-nya mengaku enggak fokus, dan lebih dari 30% mengaku jadi sering nggak masuk kantor.
Ouch! Pastinya hal ini enggak akan baik untuk perusahaan itu sendiri bukan?
Makanya, yuk, kembangkan diri terus sesuai perubahan yang terjadi. Enggak mau kan, kalau pekerjaan kita nanti “diambil alih” oleh teknologi? Karena itu, penting bagi karyawan untuk bisa meningkatkan soft skill seperti ini–yang tidak bisa tergantikan oleh mesin.
Khusus untuk meningkatkan keterampilan mengelola keuangan pribadi, yuk, ikuti kelas-kelas finansial online dari QM Financial yang jadwalnya bisa disimak di web ini. Mulai dari keterampilan dasar, seperti mengatur cash flow dan menentukan tujuan finansial bisa dipelajari secara lengkap, sampai bagaimana berinvestasi segape Warren Buffett!
Follow juga Instagram QM Financial untuk berbagai tip keuangan yang praktis dan aplikatif.
Pengin Sekreatif Disney-Pixar, Begini 5 Cara Menjaga Kreativitas Tim dalam Perusahaan
Disney-Pixar dikenal sebagai perusahaan yang mempunyai tim yang solid, kompak, dan sangat kreatif.
Ya, gimana enggak harus kreatif? Mereka kan dituntut untuk bisa menghasilkan film-film bermutu. Enggak terhitung sudah film-film box office berhasil diedarkan dan ditonton oleh jutaan orang sedunia. Dari mulai Up, Coco, Finding Nemo, Inside Out, Ratatouille, hingga Toy Story 4, semuanya selalu menambang pujian, penghargaan, dan laris banget di bioskop.
Penasaran enggak sih, bagaimana proses berkreatif tim sehebat Disney-Pixar hingga mereka hampir selalu berhasil mengantarkan film-film produksinya menjadi box office?
Pas banget kemarin sempat menemukan artikel saat Ed Catmull–founder Pixar yang kemudian menjadi presiden Walt Disney Animation Studios setelah keduanya merger–menjawab beberapa pertanyaan seputar bagaimana ia menjaga kekompakan dan kesolidan sebuah tim yang dituntut untuk selalu kreatif setiap hari. Memang artikel yang tayang di tahun 2018 akhir sih, tapi sepertinya masih relevan banget untuk kondisi sekarang.
Well, yes, dalam sebuah perusahaan, tentunya ada beberapa tim yang diharapkan bisa bekerja secara komprehensif dan integratif, demi mencapai tujuan bersama. Kerja sama dan kinerja tim akan menentukan bagaimana target masing-masing bisa tercapai, untuk kemudian bersama dimanfaatkan untuk target besar bersama.
Well, membentuk tim dalam perusahaan itu susah-susah gampang. Apalagi untuk bisa meningkatkan kinerja tim, karena bagaimanapun ada beberapa orang dengan karakter berbeda di dalam sebuah kelompok. Apalagi ini kelompok kerja. Kalau ada satu saja rekan kerja yang toxic, bisa bubar jalan semuanya. Kalau ada satu saja yang kurang kompeten, kinerja tim bisa terhambat secara keseluruhan.
Karena itu, menjaga agar kinerja dan komunikasi selalu kompak adalah tantangannya. Apalagi kalau bekerja di industri yang menuntut kreativitas individu yang tinggi. Ya, seperti Disney-Pixar itu tadi.
Cara menjaga kinerja tim di perusahaan agar selalu kompak dan sekreatif tim Disney-Pixar
1. Brainstorming teratur
Jika pengin punya tim sekreatif Disney-Pixar, maka brainstorming ide menjadi salah satu agenda wajib yang harus dilakukan secara teratur.
Misalnya, di luar meeting-meeting rutin dan situasional lainnya, jadwalkan pula meeting khusus hanya untuk brainstorming ide. Ide apa saja, tergantung pada target tim dan perusahaan saat itu, dan tergantung juga pada proyek yang sedang dikerjakan.
Dalam meeting brainstorming itu, semua anggota tim diharapkan hadir dan masing-masing harus memberi feedback dan ide.
Enggak hanya perlu meeting saat membutuhkan ide-ide segar, jadwalkan juga pertemuan untuk mengevaluasi kinerja yang sudah-sudah. Di sini ada analisis, apa yang menjadi kelemahan dan kekurangan tim agar bisa diperbaiki, juga apa kekuatannya sehingga harus dipertahankan.
2. Ingatkan untuk bisa saling mendengarkan
Ed Catmull sendiri mengakui, bahwa meeting di Disney-Pixar jauh dari kata membosankan. Yah, sepertinya bisa dibayangkan sih.
Meeting yang dilaksanakan untuk berkoordinasi–kalau tidak dilakukan dengan benar–justru akan zonk. Inspirasi enggak ada, ide nggak datang, malah jadinya debat nggak penting, atau malah jadi ngobrol dan ghibah yang tak berfaedah.
Dalam tim, sudah pasti ada banyak kepala yang berpikir. Karakter pun berbeda satu sama lain, bukan tak mungkin pula bertolak belakang.
Meeting seharusnya difungsikan sebagai sarana untuk saling mengingatkan untuk fokus pada masalah yangs sedang dibahas dan saling mendengarkan pendapat orang lain, alih-alih mempertahankan pendapat sendiri.
Ini penting, karena meeting seperti apa pun untuk tujuan apa pun akan percuma, kalau orang-orang yang terlibat di dalamnya tidak bisa menghargai pendapat atau pemikiran orang lain.
3. Penuhi kebutuhan karyawan untuk berproses kreatif
Disney-Pixar juga merupakan salah satu perusahaan yang sangat memperhatikan kondisi karyawannya, dan selalu berusaha melengkapi segala fasilitas yang dibutuhkan oleh karyawan. Terbukti, mereka punya Renderman–sebuah teknologi rendering animasi yang telah dikembangkan selama 25 tahun, agar bisa seiring sejalan dengan tuntutan hasil yang sempurna.
Adalah tugas perusahaan–melalui divisi HR–untuk bisa menyediakan fasilitas yang perlu, agar kerja masing-masing tim dalam perusahaan tersebut bisa terselesaikan dengan baik. Karena bekerja tanpa fasilitas yang mencukupi juga akan bisa menghambat kualitas hasilnya.
Karena itu, perusahaan sebaiknya juga mendengarkan dan menampung aspirasi karyawan agar mereka bisa bekerja dengan baik. Enggak hanya mendengarkan dan menampung, tetapi juga berusaha untuk memenuhinya.
4. Upgrade skill karyawan secara teratur
Tuntutan akan semakin besar. Ini sudah pasti. Target akan semakin banyak, seiring perkembangan bisnis perusahaan. Ini pertanda bagus.
Maka, sudah pasti harus diiringi juga dengan pengembangan sumber daya manusianya. Kapan terakhir kali mengadakantraining karyawan? Berbulan-bulan yang lalu? Bertahun-tahun yang lalu? Hmmm, kalau sudah terlalu lama, ada baiknya segera dijadwalkan untuk mengadakan training karyawan lagi.
Upgrade skill karyawan secara teratur dalam hal apa saja, berkaitan dengan kompetensinya dalam bekerja. Mulai dari training manajerial, training personalia, hingga training keuangan. Sesuaikan dengan kebutuhan karyawan.
Ingat, karyawan yang berkompeten akan lebih produktif dan lebih mudah diajak kerja sama. Karyawan yang bebas masalah, akan lebih terbuka menerima masukan, pendapat, dan informasi apa pun. Karyawan yang enjoy dengan pekerjaannya akan berpeluang lebih sedikit untuk burnout, apalagi stres.
5. Asah kepedulian dan kepekaan satu sama lain
Dan yang terakhir, semua hal di atas akan percuma saja sih, kalau masing-masing anggota tim enggak punya kepedulian, kepekaan, empati, dan kepercayaan satu sama lain.
Tanpa kepedulian, kepekaan, dan empati, akan mustahil masing-masing anggota tim untuk punya keinginan untuk saling membantu teman dalam satu tim yang sedang dalam kesulitan. Padahal, ini penting ya, untuk bisa saling melengkapi dan mengisi.
Nah, begitulah cara membangun kreativitas tim bak tim kreatif Disney-Pixar. Sepertinya sih sederhana ya. Tapi memang butuh komitmen dari berbagai pihak untuk ikut berpartisipasi.
Khusus untuk upgrade skill karyawan dengan training keuangan, Anda bisa menghubungi tim QM Financial untuk mengadakan #QMTraining, sebuah program pelatihan interaktif untuk karyawan yang disusun bersama konsultan dan pembicara dari QM Financial, sesuai dengan kebutuhan literasi finansial perusahaan.
Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Pengin Kerja dengan Gaji Tinggi Nggak Harus di Startup Unicorn – Siapa Aja Bisa!
Pengin kerja dengan gaji tinggi? Siapa sih yang enggak mau? Apalagi kalau sudah gaji tinggi, kita juga hepi melakukannya. Misalnya, kerja di startup unicorn. Duh, dream job banget kan ya?
Tapi, hati-hati. Keinginan ini bisa membuat kita jadi enggak mensyukuri pekerjaan kita yang sekarang. Terutama kalau kita sudah mulai terobsesi. Lihat saja, tidak dalam waktu yang terlalu lama, kita akan segera merasakan ketidakpuasan bekerja di perusahaan yang sekarang.
Apalagi di zaman media sosial gini. Lihat akun sebelah yang posting foto-foto liburan ke luar negeri saja bisa bikin kita jadi sakit mental mendadak. Tiba-tiba saja kita merasa misqueen, kurang beruntung, dan segala perasaan negatif lainnya terhadap pekerjaan yang kita punya–yang kita rasakan cuma bisa ngasih gaji rendah. Bertanya-tanya, eh, dia kerja apa sih, kayaknya punya gaji tinggi ya?
Lalu, mendadak, gaji yang tadinya cukup dan oke, jadi kurang.
Duh, duh. Hati-hati lo! Kalau sudah begini, gejala kesehatan mental terganggu bisa datang lebih cepat, karena sudah pasti nih, ke depannya kita akan semakin sering membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Rumput tetangga akan selalu tampak lebih hijau. Rumput sendiri tampak selalu kering dan nggak indah. Padahal, ya kita juga enggak tahu, di balik rumput hijau tetangga itu ada apa, iya kan? Bisa saja di bawahnya dihuni cacing, ular berbisa, dan hal-hal lain yang toxic.
Hmmm, jadi gimana dong? Enggak boleh berharap bisa kerja dengan gaji tinggi?
Ya, boleh. Siapa bilang enggak boleh?
Tapi, kita enggak harus kerja di startup unicorn kok untuk bisa dapat gaji tinggi. Malah faktanya, “gaji tinggi” ini sangat relatif, bahkan berkaitan dengan mindset.
Mau kerja dengan gaji tinggi? Semua orang juga bisa!
1. Mindset!
Perlu untuk selalu diingat, nominal gaji adalah relatif. Bahkan, bisa jadi it’s all about mindset. Mindset gaji tinggi itu berarti ada angka Rp10 juta, Rp25 juta, Rp100 juta di slip gaji.
Tapi ini sama saja bohong, kalau gajinya cuma lewat di rekening.
Gaji tinggi adalah relatif, dan ini terletak di mindset.
Kalau bilang enggak cukup, ya kapan sih gaji bisa cukup? Bukan gajinya yang enggak cukup, mungkin lifestyle kita yang ketinggian. Nah, mindset lagi kan? Karena banyak yang mengalami juga, gaji naik berarti lifestyle naik. Padahal enggak harus gitu.
2. Pikirkan benefit lain selain gaji
Komponen gaji itu ada banyak, yang terdiri atas beberapa kompensasi finansial. Nah, jangan sampai lupa, bahwa di samping kompensasi finansial tersebut ada yang namanya kompensasi nonfinansial.
Coba hitung, berapa banyak kompensasi nonfinansial yang sudah kita terima dari perusahaan? Seperti suasana kerja yang menyenangkan, kesempatan berkembang yang luas, ide-ide kita selalu didengarkan, masukan kita diperhitungkan, juga rekan-rekan kerja nontoxic yang selalu bikin kerja jadi lebih seru, atasan yang kooperatif ….
Semua itu, sangat tak sebanding kalau mau dibandingkan dengan uang kan?
3. Setiap orang punya perjuangan masing-masing
Catat, bahwa setiap orang punya perjuangan masing-masing. Dengan perjuangan masing-masing itu, maka enggak heran jika “jatah”-nya juga sudah punya sendiri-sendiri.
Kita enggak pernah tahu kan, kayak apa perjuangan orang lain?
Wah, gila. CEO startup anu gajinya ratusan juta. Well, kita enggak pernah tahu, bagaimana ia–selaku cofounder, mungkin–harus bekerja keras membangun bisnis rintisan tersebut dari bawah bersama partner-partner bisnisnya.
Wah, marketing strategistnya startup inu gajinya puluhan juta. Oh tapi, kita enggak pernah tahu bagaimana ia harus memenuhi target penjualan setiap harinya kan? Kalau ia lengah sedikit saja dalam menjalankan tugas, bukan enggak mungkin ia mempertaruhkan dapur sekian banyak karyawan yang bekerja di perusahaan yang sama lo.
Semua memang selalu ada konsekuensinya.
4. Belajar atur cash flow
Rezeki memang sudah ada yang mengatur. Kita kebagian berapa, dan orang lain seberapa. Tapi, sama saja bohong juga kalau kita enggak mengatur rezeki yang sudah dijatah itu. Bener nggak?
So, apa kabar cash flow?
Kalau cash flow kita sehat, sampai bebas utang sama sekali, misalnya–bisa jadi lo, kita sebenarnya punya gaji tinggi yang lebih besar ketimbang mereka dengan gaji Rp100 juta, tapi utangnya sampai miliaran dan baru akan lunas sekian puluh tahun kemudian.
5. Belajar investasi
Bayangkan, gaji ada dan teratur meski enggak punya gaji tinggi, tapi selain itu kita punya side job–yang bisa kita kerjakan sambil hepi-hepi dan dapat penghasilan sampingan–plus punya investasi yang setiap bulan bisa menambah cash flow.
Jadi, berasa punya gaji tinggi kan? Jangan kaget kalau entar tahu-tahu kaya kayak Taylor Swift.
Makanya, yuk, ikuti kelas-kelas finansial online dari QM Financial yang jadwalnya bisa kamu simak di web ini. Mulai dari keterampilan dasar, seperti mengatur cash flow dan menentukan tujuan finansial bisa dipelajari secara lengkap, sampai bagaimana berinvestasi segape Warren Buffett! Follow juga Instagram QM Financial untuk berbagai tip keuangan yang praktis dan aplikatif.
Seru kan?
So, mau belajar finansial apa hari ini, biar enggak envy sama yang punya gaji tinggi?
Workaholic Atau Gila Kerja: 3 Yay dan 3 Nay untuk Kesehatan Mental dan Dompet
Atas nama dedikasi pada perusahaan, profesionalitas, perfeksionisme, dan komitmen, seseorang bisa menjadi begitu gila kerja. Workaholic, istilah kerennya.
Bagus dong? Iya, bagus banget. Perusahaan mana yang enggak suka punya karyawan yang selalu bisa memenuhi semua target KPI–karyawan terbaik dan teladan, yang mendedikasikan seluruh waktunya untuk bekerja demi kepentingan perusahaan.
Kalau perusahaan maju, kan si karyawan gila kerja ini juga yang akan mendapatkan benefit; naik gaji, jenjang karier cemerlang, apresiasi berupa bonus dan tunjangan, dan lain sebagainya. Sudah pasti, jaminan hidup terpenuhi; cash flow lancar, syukur-syukur bisa hedon sedikit.
Eh tapi, bukan enggak mungkin juga lo, dengan menjadi gila kerja, kita malah enggak sempat ngapa-ngapain. Jangankan hangout dan hedon di mal, cuma mau tidur aja loh, susah! Makan aja lupa. Kepikiran terus, “Aduuuh, kerjaan yang anu belum selesai. Tugas ini pegimana? Duh, deadline yang onoh sudah semakin dekat!”
Nah lo. Jadi, memangnya kita–sebagai karyawan–mesti jadi seorang gila kerja alias workaholic demi mencapai semua target karier itu? Yakin nih, dengan menjadi gila kerja, kita tetap bisa waras?
Mari kita lihat yay or nay dari menjadi seorang karyawan gila kerja. Apa sih yang menguntungkan, dan apa yang patut diwaspadai?
Gila Kerja: Yay!
Apa sih yang dicari oleh para karyawan gila kerja ini? Mungkin salah satu dari hal-hal berikut (atau malah semuanya?).
1. Demi tujuan finansial
Setiap orang memang sebaiknya punya tujuan finansial yang jelas, realistis, dan terencana dengan baik. Tujuan finansial bisa diibaratkan sebagai motivasi kita untuk siap bekerja keras dan berusaha.
Setuju kan, sampai di sini?
So, sebagian orang pun memang rela melakukan apa saja demi tercapainya tujuan finansial atau mimpi-mimpi hidup mereka ini. Bahkan kalau bisa, lebih cepat tercapai, lebih baik! Karena itu, banyak karyawan yang merelakan diri bekerja lebih giat daripada yang lainnya, karena motivasi mereka begitu kuat. Entah demi menyekolahkan anak-anaknya di sekolah terbaik, atau melunasi KPR lebih cepat, nabung modal untuk bisnis, dan lain sebagainya.
Dengan gila kerja, harapannya tentu saja, target tercapai. Target tercapai lalu berharap akan ada bonus yang lebih besar lagi menanti. Belum lagi, bayangan naik gaji yang juga terlukis di benak.
2. Kepuasan
Sebagian yang lain mengaku, mereka gila kerja karena mereka bekerja sesuai passion. Karena itu, ada kepuasan tersendiri ketika mereka berhasil menyelesaikan tugas-tugasnya, bahkan nggak segan untuk bekerja lebih keras demi melampaui target.
Kenapa sampai dibela-belain gila kerja? Ya, karena kepuasannya itu lo, katanya sih melebihi nominal uang.
Jangan salah. Banyak lo, karyawan atau pekerja yang bekerja tanpa memikirkan bonus dan benefit-benefit, selama dia diperkenankan mengerjakan tugasnya yang sangat menyenangkan itu.
3. Memacu perkembangan diri lebih cepat
Gila kerja berarti siap menerima berbagai tantangan. Dan, biasanya sih bagi para karakter type-A, tantangan dianggap sebagai pemacu adrenalin bagi diri sendiri untuk berkembang lebih baik dan lebih cepat.
Semakin ditantang, mereka akan semakin cepat bergerak. Semakin dikasih banyak kerjaan, semakin gila kerja.
Yes, ada memang orang yang seperti ini. Beruntunglah perusahaan yang bisa memiliki karyawan seperti ini. Pepet terus, jangan kasih kendur!
Gila Kerja: Nay!
Tapi, selalu ada 2 sisi untuk setiap hal, termasuk soal gila kerja. Beberapa hal berikut di antaranya.
1. Superman syndrome
Seseorang yang gila kerja biasanya memiliki kecenderungan untuk perfeksionis, dan punya standar tinggi terhadap sesuatu. Bahkan sampai-sampai ia tak percaya pada standar orang lain.
Seseorang yang gila kerja bisa saja merasa bahwa enggak ada orang lain yang bisa sebaik dirinya dalam menyelesaikan pekerjaan.
Di sinilah muncul gejala Superman Syndrome. Seolah-olah perusahaan akan ambruk jika ia tidak ada, dunia runtuh kalau ia tidak bekerja. Padahal, coba deh cuti seminggu. Perusahaan tetap ada, pekerjaan tetap berjalan seperti apa adanya.
2. Anggaran kesehatan melonjak
Seorang yang gila kerja kadang lupa bahwa setiap manusia punya kapasitas yang terbatas. Enggak ada orang yang bisa melakukan segala sesuatu sendirian. Alhasil, karena selalu berusaha menyelesaikan semua sendiri, kesehatan fisik, jiwa, dan mental pun terancam terganggu.
Akibatnya, anggaran demi menjaga kesehatan fisik, jiwa, dan mental jadi melonjak. Jadi sering jajan boba atau kopi kekinian demi menaikkan mood saat bekerja. Makan malam di luar sekalian saat pulang kantor, biar begitu sampai di rumah atau apartemen bisa langsung tidur aja karena kecapekan. Ikut jadi member gym, padahal ya rajinnya cuma 2 bulan pertama doang. Selebihnya, kecapekan. Pulang kantor terus tidur.
Belum lagi kalau beneran sakit. Kelelahan fisik kan sudah pasti akan mengganggu daya tahan tubuh. Jadi lebih mudah terinfeksi virus ini itu, jadi sering flu ini itu. Padahal, merasa pantang untuk cuti. Jadilah sakitnya enggak sembuh-sembuh.
Mbulet, rauwis-uwis.
3. Awas, ekspektasi berlebihan
Ini kenyataan pahit sih, terkadang. Kita perlu ingat, bahwa tak selamanya apresiasi yang kita dapatkan sesuai dengan harapan. Termasuk dalam menyelesaikan pekerjaan.
Taruhlah, kita berhasil menyelesaikan tugas 150%. Tapi atasan hanya berharap sampai 90% saja sudah cukup. Ini berarti kan, kita sudah over kerja untuk sesuatu yang enggak diapresiasi? Baguslah, kalau memang atasan dan perusahaan tanggap terhadap kinerja kita yang overqualified. Siapa tahu bisa dipertimbangkan ada bonus lebih. Kalau enggak?
Kalau sudah begini, berarti kegilaan kerja kita sudah overdosis. Mungkin enggak akan kerasa di awal, tapi lama-lama masalah akan bermunculan juga.
Kenapa? Karena dengan segala kesibukan itu, kita bisa jadi lupa menjaga kualitas hidup kita, termasuk perkara kesehatan.
So, penting untuk diingat. Mau gila kerja? Boleh saja, tapi kita juga harus punya kualitas hidup dengan standar tinggi juga. No utang, punyai proteksi kesehatan yang lebih, punyai asuransi jiwa, bikin dana liburan, dan sebagainya, demi menjamin kesehatan kita terutama kesehatan mental.
Yuk, ikut kelas-kelas finansial online dari QM Financial yang bisa dipilih sesuai kebutuhan! Cek jadwalnya di web Event QM Financial atau follow akun Instagram QM Financial biar update terus ya.
Saat Rekan Kerja Tak Berkompeten, Lakukan 5 Hal Ini Agar Kita Sendiri Enggak Stres di Tempat Kerja
Dalam sebuah organisasi perusahaan, para karyawan secara individu akan dituntut untuk mampu bekerja dalam tim, untuk mencapai target bersama. Tentunya, ini bukan usaha yang sederhana sih, karena bagaimanapun karakter karyawan pastilah punya keunikan masing-masing. Namun, perbedaan itu kadang bikin asyik. Bener nggak? Eh tapi, bagaimana kalau rekan kerja kita ternyata tidak sekompeten itu untuk diajak kerja sama?
Aduh! Pastinya ini jadi hal ter-nightmare dalam kerja tim. Bisa-bisa kejadian deh, pembagian beban kerja enggak merata. Kita doang yang akhirnya harus kerja keras sendiri, sementara ada yang nganggur. Parah lagi, kalau yang nganggur ini keenakan, dan merasa dapat privilege untuk enggak kerja tapi ikutan dapat bonus. Hahay. Macam bener aja.
Gimana perasaanya? Dongkol, pasti. Hati-hati lo, dongkol menahun ntar jadi stres dan depresi. Akhirnya, kerjaan kita juga jadi enggak bener. Produktivitas menurun, karena jadi males-malesan menyelesaikan tugas. Akibatnya, kalau semakin parah, kita juga jadi kebagian dapat surat peringatan akhirnya. Siapa yang rugi? Padahal masalah sebenarnya enggak di kita kan?
Terus gimana dong?
Tenang. Inhale, exhale. Dinginkan kepala, dinginkan emosi.
Lalu, coba lakukan beberapa hal berikut agar tugas kita tetap terlaksana dengan baik, meski rekan kerja tak berkompeten
1. Pahami kondisinya
Meski sudah sangat lelah dan emosi, tapi sebaiknya tetap sabar. Bagaimanapun, kepentingan organisasi/perusahaan harus didahulukan. Jadi, mari bersikap profesional.
Kita juga harus menyadari, bahwa kondisi orang berbeda-beda; baik kondisi karakternya, kondisi fisik, kondisi mental, kondisi jiwa, hingga kondisi lingkungan–semua itu akan berpengaruh pada produktivitas dan keseharian seseorang.
Rekan kerja yang kita anggap tak berkompeten mungkin saja punya alasan kuat dan khusus sehingga ia terus menunjukkan kinerja yang kurang begitu baik. So, agar tugas-tugas kita lancar, maka ada baiknya kita melakukan kompromi. Tetapi sebelum berkompromi, cobalah untuk memahami kondisi si rekan kerja tersebut. Sikap empati akan membuat jalan kompromi akan lebih mudah, percaya deh.
2. Kompromi, di bawah koordinasi atasan
Setelah bisa memahami kondisi si rekan kerja, maka selanjutnya berkompromilah. Akan lebih baik jika kita melibatkan atasan dalam kompromi ini, pastinya. Karena bagaimanapun kinerja kita berada di bawah koordinasi atasan, bukan? Kalau perlu, ajak meeting full team.
Cobalah untuk bertukar tugas, menambah, mengurangi, diulik, dan seterusnya, sesuai dengan kompetensi masing-masing. Bicarakan dan diskusikan hingga dicapai kesepakatan semua pihak, dan disetujui oleh atasan dan semua yang hadir di forum.
Berikan contoh dengan berjanji untuk berkomitmen terhadap tugas yang sudah diterima, dan minta anggota tim yang lain juga berjanji untuk melakukan hal yang sama, demi tujuan baik bersama.
3. Ingatkan
In order to menjaga kewarasan kita sendiri, jangan bosan untuk mengingatkan si rekan kerja mengenai tugasnya sendiri. Jaga supaya kita jangan sampai mengerjakan tugas yang seharusnya menjadi tanggung jawab si rekan kerja yang dinilai kurang berkompeten ini.
Justru, support dia agar dia sukses menyelesaikan tugasnya dengan baik. Kan, sudah didiskusikan dan dibagi berdasarkan kompetensi masing-masing?
Akan menjadi keuntungan kita sih, jika meskipun si rekan kerja ini kurang berkompeten tetapi dia cukup terbuka untuk masukan. Maka, kita jangan lelah mengarahkan.
Keep in mind: tujuan bersama harus didahulukan.
4. Fokus pada apa yang harus dan bisa kita kerjakan
Ketimbang menghabiskan waktu untuk fokus pada orang lain, mending lebih fokus pada diri sendiri.
Bagaimana dengan pekerjaan kita sendiri? Apakah sudah beres? Pekerjaan orang lain barangkali tergantung pada output yang kita hasilkan. Kalau kita tidak bisa menghasilkan apa pun, atau produktivitas menurun, pastinya hal ini akan berpengaruh pada orang lain.
Ingatkan juga pada rekan kerja yang dinilai kurang berkompeten akan hal yang sama. Bahwa banyak orang yang tergantung pada hasil kerjanya, so beri kesan bahwa ia dibutuhkan oleh tim. Biasanya sih, dengan begini, si rekan kerja tersebut akan lebih semangat menyelesaikan pekerjaan dengan lebih baik.
5. Usulkan training
Jangan sungkan untuk mengusulkan training kepada perusahaan, sesuai dengan kebutuhan kita sebagai karyawan. Jika kita lihat rekan kerja ada yang kurang berkompeten di bidang tertentu, atau kita sendiri membutuhkan pelatihan dan tambahan wawasan, segeralah berdiskusi dengan HR mengenai kemungkinan diadakan training.
Ada penelitian yang membuktikan bahwa 1 dari 3 karyawan sungkan atau tak berani mengusulkan training yang mereka butuhkan pada perusahaan. Semoga kita bukanlah dari 1 orang itu ya, karena meningkatkan skill ini penting banget lo! Apalagi jika kemudian terbukti training yang dilakukan bisa meningkatkan produktivitas dan kinerja kita di kantor, sehingga target bersama pun bisa dicapai dengan lebih baik.
Everyone is happy, right!
Training keuangan adalah salah satu training wajib yang harus diberikan pada karyawan agar bisa meningkatkan keterampilan mereka dalam mengelola keuangan pribadi. Ingat, karyawan yang terampil mengelola keuangan pribadi adalah karyawan yang produktif dengan performa kerja yang baik lo!
Jadi, ayo usulkan pada perusahaan tempat kita bekerja untuk mengadakan training keuangan untuk karyawan. Sila WA ke 0811 1500 688. Follow Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial terbaru.