Ngomongin investasi saham, pasti nggak jauh-jauh dari yang namanya portofolio saham. Buat yang masih baru di dunia pasar modal, istilah ini mungkin terdengar ribet. Padahal, konsepnya cukup sederhana dan bisa dimulai siapa saja, bahkan dengan modal terbatas sekalipun.
Memahami portofolio saham itu penting sebelum mulai belanja saham ke sana-sini. Karena kalau asal beli tanpa strategi, hasilnya bisa bikin pusing sendiri. Jadi, sebelum terjun lebih dalam, ada baiknya kenalan dulu dengan konsep dasarnya dan kenapa hal ini perlu dipikirkan sejak awal.
Table of Contents
Apa Itu Portofolio Saham?

Portofolio saham adalah kumpulan saham yang dimiliki oleh seseorang atau lembaga sebagai bagian dari strategi investasinya. Jadi bukan cuma satu jenis saham saja, tapi gabungan dari beberapa saham berbeda. Tujuannya supaya investasi lebih seimbang dan nggak terlalu berisiko.
Supaya lebih gampang dibayangkan, anggap saja portofolio saham itu kayak keranjang belanja di pasar. Tapi isinya bukan sayur atau buah, melainkan saham dari berbagai perusahaan. Misalnya, di dalam satu keranjang bisa ada saham dari perusahaan makanan, teknologi, perbankan, sampai energi. Semua saham itu disatukan dalam satu kumpulan. Nah, kumpulan itulah yang disebut portofolio.
Setiap orang bisa menyusun portofolio sesuai dengan tujuan investasinya. Ada yang fokus ke saham-saham yang rutin bagi dividen. Ada juga yang lebih suka saham yang harganya bisa naik cepat dalam jangka panjang. Ada pula yang gabung dua-duanya. Semua tergantung strategi dan toleransi risiko masing-masing.
Punya portofolio saham juga bikin lebih mudah mengevaluasi investasi. Dari situ, bisa kelihatan saham mana yang untung, mana yang rugi. Bisa juga jadi bahan pertimbangan buat jual, beli, atau nambah saham tertentu. Intinya, portofolio saham membantu investor tetap terarah dan nggak asal ambil keputusan.
Baca juga: Cara Bermain Saham dengan Aman di Tengah Fluktuasi Pasar
Contoh Portofolio Saham (Bukan Rekomendasi)

Setelah mengenal apa itu portofolio saham, mungkin masih muncul pertanyaan: bentuk nyatanya seperti apa, sih?
Wajar kalau masih bingung saat baru mulai. Melihat contoh portofolio saham bisa membantu membayangkan bagaimana cara menyusun alokasi investasi sesuai tujuan dan profil risiko.
Berikut contoh portofolio saham yang cocok untuk pemula dengan modal sekitar Rp3 juta, disusun berdasarkan sektor-sektor yang sedang populer dan memiliki prospek baik di tahun 2025.
1. BBCA (Bank Central Asia) – Sektor Perbankan
BBCA adalah salah satu bank swasta terbesar di Indonesia yang dikenal stabil dan rutin membagikan dividen. Dengan harga saham sekitar Rp9.000 per lembar, membeli 1 lot (100 lembar) memerlukan dana sekitar Rp900.000. Saham ini cocok untuk investor yang mencari kestabilan dan pendapatan pasif dari dividen.
2. ICBP (Indofood CBP Sukses Makmur) – Sektor Konsumer
ICBP merupakan produsen makanan dan minuman terkemuka di Indonesia, seperti Indomie dan Pop Mie. Saham ini cenderung stabil dan memiliki prospek pertumbuhan yang baik, terutama karena permintaan produk konsumen yang tinggi. Dengan harga saham sekitar Rp11.500 per lembar, membeli 1 lot memerlukan dana sekitar Rp1.150.000.
3. ADRO (Adaro Energy Indonesia) – Sektor Energi
ADRO adalah perusahaan energi yang terintegrasi secara vertikal di Indonesia, dengan bisnis di sektor batubara, energi, utilitas, dan infrastruktur pendukung. Saham ini menarik bagi investor yang ingin diversifikasi ke sektor energi. Dengan harga saham sekitar Rp2.600 per lembar, membeli 1 lot memerlukan dana sekitar Rp260.000.
4. AMRT (Sumber Alfaria Trijaya) – Sektor Ritel
AMRT adalah perusahaan yang mengelola jaringan minimarket Alfamart. Saham ini dikenal stabil dan memiliki pasar yang luas di Indonesia. Dengan harga saham sekitar Rp1.500 per lembar, membeli 1 lot memerlukan dana sekitar Rp150.000.
Dengan total investasi sekitar Rp2.460.000, dari Rp3 juta itu, kamu masih ada sisa dana yang bisa digunakan untuk biaya transaksi. Bahkan, bisa saja ditambahkan ke salah satu saham di atas sesuai dengan preferensi dan strategi investasi kamu.
Portofolio ini mencakup sektor perbankan, konsumer, energi, dan ritel, yang memberikan diversifikasi dan potensi pertumbuhan yang baik. Namun, selalu penting untuk melakukan riset lebih lanjut dan mempertimbangkan toleransi risiko pribadi sebelum berinvestasi.
Disclaimer ya:
Contoh portofolio saham di atas disusun hanya sebagai ilustrasi edukatif dan bukan merupakan ajakan atau rekomendasi untuk membeli saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan pertimbangkan profil risiko pribadi sebelum mengambil keputusan investasi.
Cara Membangun Portofolio Saham yang Seimbang untuk Pemula

Punya portofolio saham yang seimbang bisa jadi langkah awal yang penting buat siapa pun yang baru terjun ke dunia investasi. Bukan sekadar mengumpulkan saham sebanyak-banyaknya, tapi gimana caranya membangun kombinasi yang tepat sesuai tujuan dan kondisi keuangan.
Portofolio saham yang dirancang dengan bijak bisa bantu mengurangi risiko dan bikin investasi lebih tenang dijalani. Berikut beberapa cara sederhana yang bisa dilakukan pemula untuk mulai menyusun portofolio yang sehat dan realistis.
1. Tentukan Tujuan Investasimu Sejak Awal
Mulai dari sini dulu. Mau investasi buat jangka pendek atau jangka panjang? Buat dana pensiun, biaya pendidikan, atau cuma mencoba belajar saham?
Tujuan ini penting karena akan menentukan jenis saham yang sebaiknya dipilih. Misalnya, buat jangka panjang, lebih baik fokus ke saham-saham besar yang stabil. Tapi kalau jangka pendek, bisa pilih yang pergerakannya lebih agresif — asal siap mental.
2. Jangan Cuma Beli Satu Jenis Saham
Biar aman, jangan taruh semua modal di satu saham. Sebaiknya beli dari beberapa sektor berbeda, misalnya perbankan, konsumer, teknologi, energi, atau infrastruktur. Tujuannya buat menyebar risiko. Kalau satu sektor turun, sektor lain bisa jadi penyeimbang.
3. Kombinasikan Saham Defensif dan Saham Pertumbuhan
Saham defensif biasanya stabil, rutin kasih dividen, dan nggak terlalu terpengaruh kondisi ekonomi — contohnya saham dari sektor kebutuhan pokok atau perbankan besar. Saham pertumbuhan punya potensi naik tinggi, tapi risikonya juga lebih besar. Campurkan keduanya biar portofolio seimbang: ada yang aman, ada yang berani.
4. Sesuaikan dengan Modal dan Kemampuan
Nggak perlu langsung beli banyak. Mulai saja dari modal yang ada. Misalnya punya uang Rp3 juta, itu cukup kok untuk beli 3–4 saham yang berbeda. Fokus ke saham yang fundamentalnya bagus, bukan cuma ikut-ikutan tren. Gunakan dana sesuai kemampuan, jangan sampai maksa atau utang demi investasi.
5. Evaluasi secara Rutin
Portofolio itu bukan beli lalu ditinggal. Perlu dicek secara berkala, misalnya sebulan sekali. Lihat mana saham yang performanya baik, mana yang malah rugi terus. Dari situ bisa diputuskan: tahan, tambah, atau jual. Evaluasi rutin juga bantu tahu apakah portofolio masih sesuai dengan tujuan awal.
6. Jangan Buru-Buru Jual karena Panik
Harga saham memang naik-turun setiap hari. Tapi kalau saham yang dipilih fundamentalnya bagus dan kamu investasi untuk jangka panjang, sebaiknya tahan dulu. Panik jual saat harga turun justru bikin rugi. Investasi saham itu main sabar, bukan spekulasi cepat-cepat kaya.
Baca juga: Tanya Jawab tentang Pasar Modal #2: Ketika Krisis Pasar Datang
Portofolio saham yang seimbang artinya kamu punya campuran saham dari berbagai jenis, sektor, dan tujuan. Tujuannya bukan buat cuma cari untung besar dalam waktu singkat, tapi buat jaga kestabilan investasi jangka panjang.
Yuk, belajar investasi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!