Resesi 2023 diramalkan datang! TBL! TBL! TBL!
Tenang, tenang. Memang ya, yang namanya berita buruk itu gampang banget buat viral. Langsung deh diributkan di mana-mana. Termasuk soal resesi 2023 yang bakal mengglobal dan sudah mulai terlihat tanda-tandanya menyerang sejumlah negara maju.
Resesi ekonomi adalah terjadinya penurunan pertumbuhan ekonomi selama 2 kuartal berturut-turut dalam sebuah negara. Hal ini lantas berdampak pada aktivitas ekonomi keseluruhan, meliputi aktivitas industri dan perdagangan dalam negara tersebut. Resesi bisa dikatakan tak akan bisa dihindari karena merupakan bagian dalam sebuah siklus, dan hal ini sangat lumrah terjadi di negara mana pun.
Sejarah mengatakan, kita sudah berkali-kali mengalami resesi, tak hanya resesi 2023 yang “baru” diramalkan datang. Tapi, herannya, kenapa semua orang tampak panik betul menghadapi pemberitaan ini? Bahkan, kalau kamu membaca artikel ini, itu artinya kamu sudah pernah survive di salah satu resesi lo!
Sebagai bukti kita selalu survive, coba kita lihat beberapa sejarah mundurnya perekonomian yang pernah terjadi di dunia sebelum resesi 2023 diprediksikan datang.
Resesi Ekonomi yang Pernah Terjadi dan Terbesar
Krisis 1772
Tahun 1772, dunia pernah dilanda Krisis Kredit, atau The Credit Crisis, yang bermula di London. Saat itu, Kerajaan Inggris mengumpulkan aset dengan mengambil kepemilikan wilayah kolonialnya, yang kemudian disambut dengan antusiasme yang berlebihan dari bank-bank di Inggris. Hal ini lantas memicu mereka melakukan ekspansi kredit besar-besaran.
Kepanikan terjadi ketika ada pihak yang mendadak kabur ke luar negeri untuk menghindari pembayaran utang yang jumlahnya sangat besar. Para kreditur mulai menarik uang tunai secara masif dari bank. Hal ini juga menyebar ke Skotlandia, Belanda, dan seluruh koloni Inggris Amerika. Krisis ini menjadi pemicu terjadinya Revolusi Amerika.
Depresi Besar 1930-an
The Great Depression, yang terjadi antara 1929 hingga 1939, dikatakan sebagai bencana ekonomi terburuk abad 20, yang diawali dengan kehancuran Wall Street. Di puncak krisis tahun 1933, Amerika Serikat memecahkan rekor untuk tingkat pengangguran yang melonjak hampir 25%.
Krisis Minyak 1973
Dipicu oleh gerakan protes terhadap Amerika Serikat yang dianggap berpihak secara politik terhadap Israel, negara-negara anggota OPEC dari wilayah Arab menghentikan ekspor minyak ke AS dan negara sekutunya. Hal ini lantas memicu terjadinya lonjakan harga sumber energi, inflasi tinggi, dan stagnasi ekonomi.
Sepertinya, kasus ini mirip ya, dengan kasus yang sekarang terjadi ketika banyak negara di Benua Eropa dan Amerika tak bisa mendapatkan pasokan minyak dan gas dari Rusia.
Krisis Asia 1997
Diawali dari Thailand, dan menyebar dengan cepat ke negara lain di Asia, yang disebabkan oleh berlebihannya aliran modal spekulatif dari negara maju ke Asia Timur. Utang membengkak, dan pemerintah Thailand mengubah nilai tukar mata uangnya terhadap US Dollar.
Investor asing pun bereaksi cukup keras, sehingga menarik sebagian besar dana investasinya. IMF harus bekerja tanpa henti bertahun-tahun untuk memulihkan kondisi ini.
Mungkin sebagian dari kamu sempat mengalami dan menjadi saksi terjadinya resesi ini.
Krisis 2007-2008
Dipicu oleh pecahnya housing bubble di Amerika Serikat sehingga membuat bangkrut Lehman Brothers—salah satu bank investasi terbesar di dunia—yang kemudian berimbas runtuhnya juga lembaga keuangan dan bisnis terutama yang berkaitan langsung dengan properti.
Meski demikian, secara mengejutkan, ekonomi Indonesia justru bertumbuh 6% saat resesi ekonomi 2008 ini terjadi.
Tetap Tenang jika Resesi 2023 Benar Terjadi
Semua orang pastinya pengin hidup itu baik-baik saja. Tetapi faktanya, ekonomi tetap akan naik turun sesuai siklusnya.
Baru saja kemarin kita semua bisa survive dari resesi ekonomi akibat pandemi COVID-19 yang menyebabkan kita mengalami kelumpuhan selama 1 tahun penuh, dan 2 tahun berikutnya juga belum pulih benar. Tapi, setidaknya, kita bisa melewatinya hingga saat ini kan?
Ke depannya, memang masih banyak tantangan ekonomi yang akan datang secara beruntun. Perang Rusia dan Ukraina yang disinyalir menjadi salah satu pemicu krisis yang terjadi sekarang, ditambah lagi dengan ancaman perubahan iklim, menjadi beberapa hal yang diprediksi menyebabkan peluang terjadinya resesi 2023.
Namun ingat, bahwa ekonomi dan kondisi keuangan dunia memang menjadi penggerak utama, tetapi hal itu bisa terjadi jika semua orang ikut ambil bagian menjadi pendorongnya. Jika resesi diramalkan terjadi, maka bisa jadi memang benar-benar akan terjadi kalau kita “mengizinkannya”. Jika kita semua bekerja sama untuk mengarahkan ekonomi ke arah yang lebih baik, bisa jadi resesi 2023 hanya tinggal wacana.
Jadi, ayo, bareng-bareng kita berusaha supaya resesi 2023 tak perlu terjadi. Setidaknya, kita minimalkan efeknya pada keuangan kita masing-masing. Beberapa hal berikut sudah sering disarankan untuk dilakukan, ada baiknya kita ingat kembali:
- Jaga cash flow agar tetap lancar dan positif, bisa dengan penghematan dan menambah penghasilan sampingan.
- Kurangi utang baru, fokus pada utang yang sedang berjalan. Lebih baik tunda dulu utang konsumtif.
- Amankan dana darurat dan asuransi sebagai jaring pengaman keuangan
- Tetap belanja, karena belanja rumah tangga adalah tulang punggung perekonomian negara. Kalau berhenti belanja, justru kita akan benar-benar masuk ke jurang resesi 2023. Belilah kebutuhan di warung-warung tetangga atau pasar tradisional. Mari saling menghidupkan.
- Tetap berinvestasi sesuai rencana dan kemampuan. Analisis dengan bijak instrumen yang dipergunakan, dan review secara berkala.
2023 gelap? Bisa jadi, tapi mari kita anggap lagi mati listrik. Nyalakan lilin dulu, taruh gadget masing-masing, dan yuk, saling berinteraksi dan membantu. Kita tunggu sampai listrik menyala lagi, dan dunia pun jadi terang kembali.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!