Jangan Takut Resesi 2023, Ini Bukti Kita Selalu Survive!
Resesi 2023 diramalkan datang! TBL! TBL! TBL!
Tenang, tenang. Memang ya, yang namanya berita buruk itu gampang banget buat viral. Langsung deh diributkan di mana-mana. Termasuk soal resesi 2023 yang bakal mengglobal dan sudah mulai terlihat tanda-tandanya menyerang sejumlah negara maju.
Resesi ekonomi adalah terjadinya penurunan pertumbuhan ekonomi selama 2 kuartal berturut-turut dalam sebuah negara. Hal ini lantas berdampak pada aktivitas ekonomi keseluruhan, meliputi aktivitas industri dan perdagangan dalam negara tersebut. Resesi bisa dikatakan tak akan bisa dihindari karena merupakan bagian dalam sebuah siklus, dan hal ini sangat lumrah terjadi di negara mana pun.
Sejarah mengatakan, kita sudah berkali-kali mengalami resesi, tak hanya resesi 2023 yang “baru” diramalkan datang. Tapi, herannya, kenapa semua orang tampak panik betul menghadapi pemberitaan ini? Bahkan, kalau kamu membaca artikel ini, itu artinya kamu sudah pernah survive di salah satu resesi lo!
Sebagai bukti kita selalu survive, coba kita lihat beberapa sejarah mundurnya perekonomian yang pernah terjadi di dunia sebelum resesi 2023 diprediksikan datang.
Resesi Ekonomi yang Pernah Terjadi dan Terbesar
Krisis 1772
Tahun 1772, dunia pernah dilanda Krisis Kredit, atau The Credit Crisis, yang bermula di London. Saat itu, Kerajaan Inggris mengumpulkan aset dengan mengambil kepemilikan wilayah kolonialnya, yang kemudian disambut dengan antusiasme yang berlebihan dari bank-bank di Inggris. Hal ini lantas memicu mereka melakukan ekspansi kredit besar-besaran.
Kepanikan terjadi ketika ada pihak yang mendadak kabur ke luar negeri untuk menghindari pembayaran utang yang jumlahnya sangat besar. Para kreditur mulai menarik uang tunai secara masif dari bank. Hal ini juga menyebar ke Skotlandia, Belanda, dan seluruh koloni Inggris Amerika. Krisis ini menjadi pemicu terjadinya Revolusi Amerika.
Depresi Besar 1930-an
The Great Depression, yang terjadi antara 1929 hingga 1939, dikatakan sebagai bencana ekonomi terburuk abad 20, yang diawali dengan kehancuran Wall Street. Di puncak krisis tahun 1933, Amerika Serikat memecahkan rekor untuk tingkat pengangguran yang melonjak hampir 25%.
Krisis Minyak 1973
Dipicu oleh gerakan protes terhadap Amerika Serikat yang dianggap berpihak secara politik terhadap Israel, negara-negara anggota OPEC dari wilayah Arab menghentikan ekspor minyak ke AS dan negara sekutunya. Hal ini lantas memicu terjadinya lonjakan harga sumber energi, inflasi tinggi, dan stagnasi ekonomi.
Sepertinya, kasus ini mirip ya, dengan kasus yang sekarang terjadi ketika banyak negara di Benua Eropa dan Amerika tak bisa mendapatkan pasokan minyak dan gas dari Rusia.
Krisis Asia 1997
Diawali dari Thailand, dan menyebar dengan cepat ke negara lain di Asia, yang disebabkan oleh berlebihannya aliran modal spekulatif dari negara maju ke Asia Timur. Utang membengkak, dan pemerintah Thailand mengubah nilai tukar mata uangnya terhadap US Dollar.
Investor asing pun bereaksi cukup keras, sehingga menarik sebagian besar dana investasinya. IMF harus bekerja tanpa henti bertahun-tahun untuk memulihkan kondisi ini.
Mungkin sebagian dari kamu sempat mengalami dan menjadi saksi terjadinya resesi ini.
Krisis 2007-2008
Dipicu oleh pecahnya housing bubble di Amerika Serikat sehingga membuat bangkrut Lehman Brothers—salah satu bank investasi terbesar di dunia—yang kemudian berimbas runtuhnya juga lembaga keuangan dan bisnis terutama yang berkaitan langsung dengan properti.
Meski demikian, secara mengejutkan, ekonomi Indonesia justru bertumbuh 6% saat resesi ekonomi 2008 ini terjadi.
Tetap Tenang jika Resesi 2023 Benar Terjadi
Semua orang pastinya pengin hidup itu baik-baik saja. Tetapi faktanya, ekonomi tetap akan naik turun sesuai siklusnya.
Baru saja kemarin kita semua bisa survive dari resesi ekonomi akibat pandemi COVID-19 yang menyebabkan kita mengalami kelumpuhan selama 1 tahun penuh, dan 2 tahun berikutnya juga belum pulih benar. Tapi, setidaknya, kita bisa melewatinya hingga saat ini kan?
Ke depannya, memang masih banyak tantangan ekonomi yang akan datang secara beruntun. Perang Rusia dan Ukraina yang disinyalir menjadi salah satu pemicu krisis yang terjadi sekarang, ditambah lagi dengan ancaman perubahan iklim, menjadi beberapa hal yang diprediksi menyebabkan peluang terjadinya resesi 2023.
Namun ingat, bahwa ekonomi dan kondisi keuangan dunia memang menjadi penggerak utama, tetapi hal itu bisa terjadi jika semua orang ikut ambil bagian menjadi pendorongnya. Jika resesi diramalkan terjadi, maka bisa jadi memang benar-benar akan terjadi kalau kita “mengizinkannya”. Jika kita semua bekerja sama untuk mengarahkan ekonomi ke arah yang lebih baik, bisa jadi resesi 2023 hanya tinggal wacana.
Jadi, ayo, bareng-bareng kita berusaha supaya resesi 2023 tak perlu terjadi. Setidaknya, kita minimalkan efeknya pada keuangan kita masing-masing. Beberapa hal berikut sudah sering disarankan untuk dilakukan, ada baiknya kita ingat kembali:
- Jaga cash flow agar tetap lancar dan positif, bisa dengan penghematan dan menambah penghasilan sampingan.
- Kurangi utang baru, fokus pada utang yang sedang berjalan. Lebih baik tunda dulu utang konsumtif.
- Amankan dana darurat dan asuransi sebagai jaring pengaman keuangan
- Tetap belanja, karena belanja rumah tangga adalah tulang punggung perekonomian negara. Kalau berhenti belanja, justru kita akan benar-benar masuk ke jurang resesi 2023. Belilah kebutuhan di warung-warung tetangga atau pasar tradisional. Mari saling menghidupkan.
- Tetap berinvestasi sesuai rencana dan kemampuan. Analisis dengan bijak instrumen yang dipergunakan, dan review secara berkala.
2023 gelap? Bisa jadi, tapi mari kita anggap lagi mati listrik. Nyalakan lilin dulu, taruh gadget masing-masing, dan yuk, saling berinteraksi dan membantu. Kita tunggu sampai listrik menyala lagi, dan dunia pun jadi terang kembali.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Memulai Bisnis di Tahun 2021 dan Mengembangkannya di Masa Krisis
Apakah sekarang waktunya bagi para (calon) pebisnis untuk “hidup” kembali; memulai bisnis dan mengembangkannya sementara kondisi krisis masih sepenuhnya belum teratasi? Mengingat sebagian besar aktivitas kita sudah kembali seperti semula, meski harus tetap melakukan protokol kesehatan secara ketat.
Di Amerika sendiri tercatat, bahwa meskipun 43.9% dari pemilik bisnis kecil bersikap “wait and see” selama pandemi berlangsung—artinya, mereka menunda ekspansi bisnis, dan hanya mengelola dan mengerjakan apa yang sudah ada—tapi ada sejumlah 18.4%-nya justru mengalami pertumbuhan bisnis yang luar biasa selama pandemi, dan hanya 2.6% saja yang akhirnya menyerah dan menutup bisnisnya.
Lalu, bagaimana dengan Indonesia?
Tak bisa dimungkiri, bahwa UMKM merupakan nadi dari pergerakan ekonomi Indonesia. Sebesar 99.9% dari keseluruhan usaha yang ada di Indonesia merupakan UMKM. Data ini merupakan data yang dirilis oleh BPS di tahun 2020.
Pandemi COVID-19 tak pelak juga menghajar sektor UMKM, dan memberikan dampak signifikan. Dilaporkan oleh Kementerian Koperasi, ada 30% UMKM yang operasionalnya sangat terganggu. Namun, ternyata 50 – 70%-nya mampu menciptakan banyak inovasi dan pivot-pivot kreatif selama pandemi, sehingga mereka berhasil bertahan, bahkan beberapa di antaranya mampu mengekspansi bisnis dan akhirnya melejitkan penjualan dengan memanfaatkan kebutuhan baru masyarakat.
Ini adalah bukti bahwa wirausahawan atau para pemilik bisnis adalah “ras” yang mandiri dan bertekad, tak mau menyerah pada kondisi, dan punya daya survival yang tinggi.
Luar biasa, bukan?
Memulai Bisnis dan Mengembangkannya di Saat Krisis
Mungkin kamu pernah mendengar pepatah, “When life hands you lemon, make lemonade.” Atau seperti kata Matshona Dhliwayo—seorang entrepreneur sekaligus penulis buku best seller, “When life hands you dirt, plant seed.”
Intinya bahwa kita pasti bisa survive—apa pun kondisinya—asalkan kita cukup kreatif untuk menemukan solusi dengan memanfaatkan apa yang ada, dan tetap berusaha.
Saat pandemi melanda, pemilik bisnis yang cerdas akan segera belajar untuk mencari solusi agar bisnis tetap bertahan, sementara (calon) pemilik bisnis yang lain dapat memulai bisnis dengan berusaha “mencuri” peluang yang ditinggalkan oleh mereka yang menyerah.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh kamu, yang saat ini berniat untuk memulai bisnis meski masih krisis.
1. Mulailah dengan sumber daya yang ada
Start small. Ini akan menjadi langkah yang bijak jika kamu hendak memulai bisnis sekarang. Mimpi boleh saja besar, tujuan boleh saja jangka panjang, tetapi titik awal boleh kecil dulu.
Salah satunya, cek sumber daya yang sekarang sudah ada dan manfaatkanlah apa yang ada ini semaksimal mungkin. Kamu bisa mempertimbangkan untuk merekrut para freelancer dulu, alih-alih langsung merekrut staf tetap. Secara operasional, biaya menyewa freelancer akan lebih ringan karena mereka dibayar per project atau per job. Ketika job tak ada, mereka bisa istirahat dulu.
Begitu juga kalau kamu butuh peralatan kerja. Pertimbangkan untuk mencari yang bekas dulu tetapi dalam kondisi baik. Memang akan sedikit tricky, tetapi luangkan waktu agar bisa teliti sebelum membeli.
2. Perkuat keuangan
Mulai bisnis berarti harus mulai mengelola keuangan dengan benar sejak awal. Pisahkan keuangan bsinis dari keuangan pribadi, agar tak tercampur aduk sehingga akan menyulitkan untuk menelusur, mana yang merupakan laba bisnis dan mana yang jadi uang pribadi.
Jangan sampai malah semua tersabotase lantaran nggak jelas, mana yang seharusnya dipakai untuk perputaran bisnis dan mana yang bisa dipakai untuk keperluan pribadi.
Mulai belajar membuat laporan keuangan yang rapi dan detail ya.
3. Mulai dari rumah
Yes, memulai bisnis, mulai saja dulu dari rumah. Sulap salah satu atau beberapa sudut rumah menjadi tempat kerja yang nyaman.
Kalaupun kamu punya beberapa karyawan, mungkin nggak untuk dikerjakan di rumah masing-masing? Ya, paling sesekali bisa berkumpul untuk meeting—meskipun meeting pun bisa juga dilakukan secara daring. Yang penting, tekan dulu biaya operasional untuk sewa tempat jika masih memungkinkan.
4. Strategi pemasaran yang efisien dan efektif
Manfaatkan metode pemasaran gratis atau yang berbiaya rendah untuk mempromosikan bisnis. Media sosial, misalnya.
Lakukan market research, target pasar seperti apa yang akan disasar, dan target audience seperti apa yang hendak dirangkul, dan di mana mereka biasa “berkumpul”? Karena masing-masing platform media sosial punya massanya sendiri-sendiri. Agar kita bisa menjual produk atau jasa tempat yang tepat, ya silakan ditelusuri orang-orang seperti apa yang berkumpul di masing-masing platform.
5. Go digital
Zaman now—apalagi di masa pandemi, ketika setiap orang diminta untuk melakukan physical distancing—go digital menjadi syarat mutlak jika kamu hendak memulai bisnis.
Berinvestasilah pada teknologi digital secara lebih agresif. Manfaatkan semua tools yang bisa dipakai, dan buat alur kerja yang lebih efisien dan efektif dengan mempergunakan teknologi yang sudah ada.
Nah, bagaimana? Siap untuk memulai bisnis kamu? Agar lebih siap lagi, ikut kelas FCOS Business Class yuk! Cek jadwal kelas-kelas finansial online QM Financial, dan pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Merekrut Gen Z: 5 Hal yang Bisa Dilakukan Perusahaan untuk Mendorong Mereka Berkinerja Baik
Ini dia hal yang dapat membantu perusahaan mendorong Gen Z untuk lebih produktif dengan kinerja yang lebih baik.
Financial Dialogue 05: Jadi Pemilik Bisnis yang Berawal dari Berdagang
Bisa jadi, menjadi pemilik bisnis adalah cita-cita impian dari sebagian besar orang di zaman sekarang. Apalagi ketika pandemi mulai menyerang kita di awal tahun 2020. Ketika penghasilan menurun, menjadi tidak stabil, kebiasaan berubah, membuat kita pun jadi harus memikirkan satu dan lain cara untuk survive. Banyak akhirnya yang kemudian berusaha berdagang untuk menyambung hidup.
Sampai di sini, seharusnya kita sudah mulai bersyukur. Di balik musibah global ini, ternyata tersembunyi peluang baik juga, ya kan? Akhirnya, yang tadinya maju mundur cantik untuk mulai bisnis, jadi bisa berbisnis beneran, dengan dimulai dari berdagang.
Karena itu, diskusi finansial dalam Financial Dialogue volume 5 ini kami selenggarakan; untuk memberikan insight kepada teman-teman yang sekarang berdagang untuk dapat naik kelas menjadi pemilik bisnis.
Menghadirkan Mo Sidik dan Kania A. Anggiani–para pemilik bisnis (wanna be) yang berbagi cerita bagaimana mereka menyikapi keadaan yang berubah, juga ada William Budiman yang memberikan ulasan menjadi pebisnis dari perspektif psikologis, serta pastinya juga bersama Ligwina Hananto, lead trainer QM Financial, yang punya materi bernas seputar berdagang dan berbisnis.
Mari kita rangkum diskusi kita yang diadakan Sabtu, 28 November lalu, melalui webinar Zoom ini.
Financial Dialogue 05: Yuk, Naik Kelas Jadi Pebisnis
Dalam paparan pembukanya, Ligwina Hananto mengungkapkan bahwa tidak ada yang salah sama sekali dengan berdagang. In fact, setiap pebisnis sukses akan selalu mengawali perjalanannya dengan berdagang lebih dulu.
Dagang menjadi salah satu solusi terbaik di tengah masa sulit, ketika kita mengalami kesulitan uang. Dagang lebih baik daripada utang. Karena itu, ayo, dagang, dan kemudian naikkan kelasnya menjadi bisnis.
Untuk berbisnis, kita akan perlu laporan keuangan, karena memang inilah hal utama yang membedakan antara berbisnis dan berdagang.
Ada 5 prinsip pengelolaan keuangan bisnis, yaitu:
- Pemisahan keuangan bisnis dari keuangan keluarga atau pribadi
- Punya anggaran tetap
- Punya catatan pengeluaran
- Periksa penjualan, pastikan margin tetap positif
- Hitung profit
Ligwina juga mengungkapkan bahwa ada 3 tugas pemilik bisnis yang utama, yang harus mulai diperankan oleh pedagang mana kala ia pengin naik kelas, yaitu:
- Operasional: memastikan bisnis berjalan dengan baik
- Manajerial: mengelola tim agar selalu solid dan produktif
- Strategis: membuat rencana dan strategi bisnis
Panelis 1: Mo Sidik
Mo Sidik terimbas oleh pandemi secara fatal. Bisnis stand up komedinya harus ditutup. Demikian juga bisnis sang istri, juga mengalami kendala. Mau tak mau, harus cari cara untuk bisa survive.
Kebiasaannya scrolling Tiktok ternyata membuahkan ide berdagang yang sederhana; menjadi dropshipper. Untungnya tipis, tetapi ternyata dengan cepat, usahanya membuahkan hasil. Bahkan Kang Mo bisa berjualan sampai 500+ produk dalam sehari.
Menurut Kang Mo, ada 3 hal yang sangat berpengaruh pada kesuksesan seseorang dalam berdagang, selain kerja keras, yaitu keberuntungan, timing, dan keturunan. Wait? Keturunan? Iya, betul. Keturunan. Maksudnya, adalah support system dari lingkungan terdekat, yaitu keluarga.
Sampai dengan saat ini, omzet dagangan Kang Mo sudah banyak sekali. Tak lagi menjadi dropshipper, sekarang Kang Mo sudah jad stockist, dan bersemangat untuk menjadikan usaha dagangnya menjadi bisnis yang sukses.
Panelis 2: Kania A. Anggiani (Keke Kania)
Keke Kania dikenal sebagai pemilik bisnis @chicanddarling, sebuah brand lifestyle yang tak luput dari imbas pandemi COVID-19. Omzet yang menurun memaksa Keke untuk mencari jalan lain agar tetap survive.
Berawal dari niat suami yang ingin berkontribusi secara nyata dalam penanganan pandemi, bisnis Dapur Ruben pun tercipta. Kini, Dapur Ruben sudah melayani ratusan pesanan setiap harinya.
Menurut Keke Kania, meski terasa bittersweet, tetapi nyatanya ada blessing in disguise dalam masa pandemi ini. Dan, itulah yang patut disyukuri. Nyatanya, selalu ada peluang di setiap situasi, dari hal yang paling kecil sekalipun. Dagang apa pun enggak masalah, seiring waktu kita bisa mengelolanya dengan memperhitungkan cost dan pemasukan, sehingga menjadi profit yang terus bertumbuh.
Mulai dari jadi pedagang dulu, baru kemudian menjadi pemilik bisnis yang sesungguhnya.
Panelis 3: William Budiman
Panelis ketiga, William Budiman, memaparkan bahwa untuk berbisnis, kita memang butuh 3 jenis modal, yaitu modal uang, modal human capital, dan modal social capital. Nah, di sini kita sering lupa, bahwa kita juga butuh modal psikologis, yang akhirnya berpengaruh pada mental kita sebagai seorang pebisnis.
William tidak menampik, bahwa berbisnis itu nggak mudah. Di tengah perjalanan, akan banyak waktu dan godaan bagi kita untuk angkat tangan dan kibar bendera putih. Karena itu, mental memang harus disiapkan sebaik-baiknya, jika kita ingin menjadi pemilik bisnis yang sepenuhnya.
Wah, benar-benar diskusi yang sangat “daging”, dan kamu yang kemarin sempat ikut webinar pasti bisa mendapatkan insight yang luar biasa dari para panelis ini.
Terima kasih pada panelis yang luar biasa, nyonya rumah yang ramah, moderator yang cerdas, dan tentunya kamu, Teman Dialog yang sudah bergabung di Financial Dialogue Vol. 05.
Selamat menjalankan peranmu sebagai pemilik bisnis ya! Semoga sukses!
Sampai ketemu di Financial Dialogue selanjutnya dengan tema yang berbeda! Follow akun Instagram QM Financial agar kamu tak ketinggalan update-nya ya!
Resesi Ekonomi 2020 Datang, Apa yang Harus Kita Siapkan dan Lakukan?
Menkeu Indonesia, Ibu Sri Mulyani, sudah menyatakan bahwa Indonesia sudah berada di ambang resesi ekonomi.
Akibat pandemi, pertumbuhan ekonomi negara kita memang melambat antara minus 2.9% hingga minus 1% pada kuartal III 2020. Sedangkan dalam keseluruhan tahun, kita sudah mengalami perlambatan pertumbuhan hingga minus 1,7% sampai minus 0,6%. World Bank, atau Bank Dunia, juga sudah memproyeksikan kondisi ini bahkan beberapa bulan yang lalu, dengan prediksi minus 2% hingga 1.6%. Ekonomi Indonesia diprediksi baru pulih di tahun 2021.
Lalu, apa pengaruhnya pada kita?
Yang pasti tetap tenang. Indonesia bukan satu-satunya negara yang telah mendeklarasikan diri menghadapi resesi. Sebelumnya ada Australia, Singapura, sampai Amerika Serikat telah lebih dulu mengumumkan diri mengalami resesi ekonomi.
Tidak panik, diperlukan. Sebenarnya masalah resesi ekonomi adalah masalah negara. Seharusnya kalau fondasi keuangan kita sudah mantap, kita tak perlu terlalu khawatir akan terkena dampak.
Tetapi kita harus tetap siap akan beberapa hal buruk yang bisa terjadi, atau malah sudah terjadi. Salah satu tanda terjadinya resesi ekonomi yang terbesar adalah adanya gelombang PHK yang besar yang kemudian mengakibatkan tingkat pengangguran meningkat, yang sebenarnya sudah terjadi sejak awal tahun 2020 lantaran pandemi COVID-19.
Ke depannya, tidak menutup kemungkinan akan adanya gelombang PHK yang lain, dan karenanya setiap orang (terutama yang berstatus karyawan) mau tidak mau harus bersiap.
Beberapa Hal untuk Menyiapkan Diri Menghadapi Resesi Ekonomi
1. Mengelola pengeluaran dengan lebih bijak
Banyak orang salah kaprah dengan memutuskan untuk setop belanja di kala resesi ekonomi terjadi. Well, nggak gitu cara mainnya.
Kita justru harus tetap belanja, agar ekonomi tetap berjalan. Bukan berarti harus berhenti membelanjakan uang, tetapi lebih bijak dalam mengeluarkan uang. Belanjalah seperlunya, sesuai dengan kebutuhan. Yang enggak penting, bisa ditunda dulu. Kalau bisa diganti dengan barang substitusi yang lebih murah, ya kenapa enggak, asalkan manfaatnya sama.
Belanjalah ke toko-toko kecil, warung di kanan-kiri lingkungan kita. Justru dari usaha-usaha kecil inilah, nanti ekonomi akan bertolak untuk bangkit lagi. Jadi, mari kita support keberadaan warung kecil dan pasar tradisional.
Mulai saja dari situ.
2. Hemat tagihan dan cek posisi utang
Hal lain yang bisa kamu lakukan adalah memangkas tagihan-tagihan. Misalnya tagihan air dan listrik. Sekalian kan, berhemat energi. Mulailah dari mematikan lampu yang nggak dipakai, juga jangan lupa untuk selalu mematikan keran setelah digunakan. Hal-hal seperti ini kamu pasti sudah hafal deh.
Begitu juga dengan langganan atau subscribing streaming dobel, misalnya. Sudah ada aplikasi streaming di handphone, TV kabel bisalah dikurangi channelnya. Langganan untuk wifi-nya saja. Pastikan hanya yang benar-benar kamu pakai saja yang dipertahankan, sehingga pengeluaranmu menjadi lebih efisien.
3. Amankan dana darurat
Ini sudah aturan basic banget when it comes to financial crisis, kapan pun dan apa pun bentuknya. So, jangan lagi anggap remeh keberadaan dana darurat.
Bahkan faktanya, so far yang bisa survive menghadapi masa-masa pandemi tanpa kesulitan yang berarti adalah mereka yang masih bisa mempertahankan pekerjaan dan mereka yang punya dana darurat yang kuat.
Sama halnya resesi ekonomi yang akan datang. Jika kamu belum memiliki dana darurat, tak pernah terlambat untuk mulai dari sekarang. Tak harus segera memenuhi nominal ideal, tetapi setidaknya mulai sisihkan uang di rekening khusus dana darurat.
4. Investasi? Lihat kemampuan!
Yang pasti, imbal pada umumnya instrumen investasi belum akan kembali seperti di akhir tahun 2019 yang cerah dengan segera. Memang pahit, tetapi inilah kenyataannya, dan kamu harus selalu siap dengan segala risiko ini.
Lalu bagaimana dengan investasi yang sudah kita lakukan? Yang sudah berinvestasi di saham, misalnya. Masih minus saja sejak awal tahun.
Nah, semua kembali lagi ke #TujuanLoApa. Kalau tujuan investasimu masih panjang–katakanlah 5 – 10 tahun lagi–kamu tak perlu khawatir berlebihan. Kalau amunisi masih, kamu bisa lanjut investasi. Ini justru kesempatan untuk bisa mendapatkan saham-saham berkualitas dengan harga diskon. Kapan lagi bisa beli saham semurah ini?
Tetapi, jika amunisi lebih dibutuhkan untuk menyambung hidup sehari-hari, kamu bisa hold. Mau mencairkan investasimu? Nggak masalah juga, sejauh memang itu sesuai dengan kebutuhanmu.
Pertimbangkan dengan saksama, jangan terburu-buru.
5. Paling penting: investasi pada diri sendiri
Jangan biarkan kondisi ini jadi penghalang untukmu terus maju mewujudkan mimpi-mimpi dan rencanamu.
Bekali diri dengan jaring pengaman yang cukup. Tak hanya dari sisi keuangan, tetapi juga dari sisi kualitas pribadi yagng juga harus terus diupgrade.
Tambah ilmu, tambah wawasan, kalau perlu seger update CV kamu, sesuaikan dengan kondisi yang ada.
Kamu harus dapat menjadikan dirimu sendiri sebagai aset paling tak ternilai, baik untuk kantor di mana kamu bekerja saat ini juga bagi diri kamu sendiri.
Pertahankan network, pastikan kamu tetap menjalin hubungan baik dengan siapa pun, karena network akan sangat berguna di saat-saat seperti ini.
Nah, salah satu hal yang bisa kamu lakukan untuk siap menghadapi resesi ekonomi adalah upgrade ilmu mengelola keuanganmu. Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Bagaimana Cara Karyawan Mengatur Keuangan di Masa Sulit?
Pandemi telah beberapa bulan kita lalui. Banyak hal harus diubah, disesuaikan, bahkan harus diganti dengan prioritas yang lain. Hal yang cukup berat dialami oleh sebagian karyawan. Beberapa perusahaan mengalami kesulitan finansial, sehingga ada penyesuaian yang juga harus dilakukan. Akibatnya, usaha para karyawan mengatur keuangan harus ekstra keras, agar di masa sulit tetap bisa survive.
Bonus dan insentif-insentif mungkin akan berbeda dengan saat sebelum pandemi COVID-19 terjadi. Uang dinas luar mungkin juga tidak akan diberikan, karena perusahaan membatasi mobilitas karyawan untuk keluar kota dengan berbagai keperluan. Begitu pun bentuk-bentuk tunjangan lain selain tunjangan tetap, mungkin akan berubah, baik jumlahnya, waktu pemberiannya, maupun cara diberikannya. Beberapa perusahaan kemarin bahkan memberikan THR dengan cara dicicil pada karyawan, demi bisa mengatasi kesulitan keuangan ini.
Hal ini mau nggak mau pasti juga memengaruhi rencana keuangan karyawan yang mungkin sebelumnya sudah dibuat dengan sedemikian rupa. Secara tidak langsung lagi, hal ini bisa menjadi hal yang mengganggu pikiran juga bagi karyawan, sehingga bisa memengaruhi kinerja dan produktivitasnya dalam bekerja.
Di sinilah pentingnya pihak perusahaan kembali memberikan dukungan berupa penyelenggaraan training keuangan bagi karyawan.
Memang ada baiknya, training keuangan tidak hanya sekali diberikan bagi karyawan. Tetapi harus secara simultan, disesuaikan dengan kondisi. Hal ini terjadi karena masalah keuangan memang sangat sensitif akan perubahan. Perubahan kecil di luar sana bisa memengaruhi arus kas, budgeting, dan rencana keuangan secara keseluruhan.
Kondisi seperti pandemi ini, salah satu contohnya.
Lalu, apa yang bisa dilakukan agar memungkinkan karyawan mengatur keuangan dengan lebih baik di masa sulit seperti ini?
1.Cek kondisi keuangan sekarang
Kondisi keuangan sekarang penting untuk diketahui, agar karyawan kemudian dapat mencari solusi untuk masalah keuangan yang bisa muncul akibat berubahnya skema penghasilan.
Kebiasaan sehari-hari juga berubah. Karyawan enggak harus masuk kantor yang berarti ada pengurangan pos transportasi. Untuk makan sehari-hari, pasti akan lebih sehat untuk memasak sendiri. Tetapi, mungkin ada pengeluaran untuk komunikasi (pulsa, kuota) yang akan lebih banyak daripada sebelumnya, karena banyaknya meeting dan koordinasi yang dilakukan secara daring.
So, yang pertama harus dilakukan adalah daily tracking terhadap pengeluaran sehari-hari. Catat setiap uang yang keluar dan keperluannya untuk apa. Daily tracking ini berisi penghasilan yang diterima, kewajiban yang harus dipenuhi, sampai dengan belanja dan jajan setiap harinya.
Dari catatan ini, kemudian karyawan bisa melihat pola pengeluaran uangnya sampai ke detail. Jika ada atau diprediksi bakal muncul masalah, dari catatan inilah mereka bisa melihatnya.
Selanjutnya, bisa dilanjutkan dengan membuat bujet bulanan.
2.Sesuaikan pos yang less priority
Dari catatan daily tracking dan budgeting, kemudian bisa dipilah, mana pos kebutuhan yang harus tetap dipenuhi dan pos mana yang bisa dikurangi, ditunda, atau disesuaikan.
Coba cek di pos lifestyle atau kebutuhan “senang-senang”-nya. Bukannya melarang untuk senang-senang sih, tapi bisa enggak disesuaikan dengan kondisi? Mungkin mencari cara lain yang lebih terjangkau biayanya, tetapi efek hepinya tetap sama?
Beberapa kebutuhan yang enggak boleh dikurangi bujetnya adalah yang berhubungan dengan kewajiban, seperti membayar utang, membayar tagihan-tagihan, dan lain sebagainya, juga yang berhubungan dengan kebutuhan pokok sehari-hari.
Investasi bisa saja dikurangi secara proporsional, disesuaikan dengan kemampuan, kalau memang benar-benar kesulitan.
3.Pastikan dana darurat aman
Dana darurat haruslah dipakai di kondisi darurat. Apakah sekarang karyawan berada di situasi darurat? Bisa jadi, karena skema penghasilan mereka berubah. Masalahnya, apakah setiap karyawan memang sudah punya dana darurat sebelumnya?
Jika belum, inilah saatnya memberikan kesadaran pentingnya dana darurat bagi mereka.
Tapi, kan penghasilan sedang nggak normal. Memangnya bisa membuat dana darurat selagi kondisi darurat? Bisa kok, asal sudah tahu prinsip pengelolaannya yang tepat dan disesuaikan dengan kemampuan.
Because, personal finance is very personal. Tidak ada yang bisa diselesaikan dengan single solution untuk setiap permasalahan keuangan, butuh pendekatan personal, yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing.
Begitu juga dengan mendukung karyawan mengatur keuangan di masa sulit seperti ini. Dengan metode financial training yang tepat, karyawan akan diajak praktik langsung sesuai kondisi masing-masing secara komprehensif.
Kesemua hal tersebut bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Apakah kantor atau komunitasmu mengalami masalah keuangan yang sama? Ataukah, punya kebutuhan training finansial yang lain? Sila kontak kami ya untuk mendiskusikan kebutuhan training finansialmu. Semua modul dibuat simpel, praktis, dan tentu saja, fun!
Because finance should be practical.
Idul Adha 2020 Datang, Sudah Siapkah Kamu Berkurban?
Banyak hal akhirnya harus kita jalani secara digital atau virtual di tahun 2020. Setelah Idulfitri harus dirayakan secara virtual, Idul Adha 2020 sepertinya juga harus dijalani dengan protokol kesehatan yang ketat atau secara virtual saja.
Yah, semua juga demi kesehatan kita sendiri sih. Jadi, mari kita patuhi anjuran pemerintah.
Bagaimana denganmu? Apakah kamu sudah siap berkurban Idul Adha 2020 besok? Meski harus dirayakan secara berbeda, tetapi maknanya tetap sama; kita berkurban untuk menunaikan kewajiban sebagai muslim karena kita juga mampu melakukannya.
Berikut beberapa hal terkait persiapan untuk berkurban Idul Adha 2020 ini yang bisa kamu lakukan.
Persiapan Menyambut Idul Adha 2020
1. Cek kemampuan finansial
Kemampuan finansial akan menjadi hal pertama yang harus kamu cek untuk dapat ikut berkurban Idul Adha 2020 sekarang ini. Coba cek harga hewan kurban tahun ini, seberapa besar kenaikannya dibandingkan tahun lalu.
Karena pandemi COVID-19, banyak penjual hewan kurban sepi pembeli. Demikian beritanya beberapa hari belakangan. Hal ini bisa saja memengaruhi harga hewan kurban yang mereka jual, sehingga ada baiknya kamu memang melakukan survei dan cek dulu langsung ke penjual.
Kalau dari hasil riset secara cepat dan digital baru saja, harga kambing tahun 2020 ini kisarannya ada di angka Rp2 juta hingga Rp4 juta, tergantung ukurannya. Sedangkan sapi, kisarannya masih di belasan sampai puluhan juta, tetapi boleh patungan 7 orang.
Dengan mempertimbangkan kemampuan finansialmu, tentukan hewan kurbanmu.
2. Niatkan beribadah
Niat untuk berkurban dalam Idul Adha 2020 ini adalah beribadah. Masih tetap begitu, dan akan selalu begitu. Betul? Bukan hal-hal lain, so, jadikan ini sebagai yang utama dan pertama.
Sering terdengar kasus, pembagian hasil penyembelihan hewan kurban yang kisruh di sana-sini, karena ada kepentingan-kepentingan tersembunyi. Semoga tahun ini bisa berkurang, dan kamu bisa memulainya dari diri kamu sendiri.
Niatkan beribadah. Sudah, itu saja, sehingga kamu bisa melakukan kewajiban ini dengan ikhlas.
3. Miliki tabungan khusus
Berkurban bisa dikategorikan sebagai pengeluaran rutin tahunan, seperti halnya membayar Pajak Bumi dan Bangunan, pajak kendaraan bermotor, dan yang lainnya. Bukan pengeluaran dadakan, yang membuatmu jadi kelimpungan mempersiapkan dananya.
Dengan demikian, seharusnya, berkurban saat Idul Adha 2020 ini juga bisa kamu jalani dengan lancar karena kamu telah mempersiapkan sejak awal. Milikilah tabungan (atau investasi) khusus untuk bujet Idul Adha setiap tahunnya. Kamu bisa menyimpannya dalam instrumen investasi berisiko rendah, seperti di Reksa Dana Pasar Uang, dan konsistenlah topup setiap bulan selama setahun.
Jika saat Idul Adha 2020 ini kamu masih belum merasa mampu secara finansial, kamu bisa segera mulai menyisihkan bulan ini juga untuk berkurban tahun depan.
4. Dukung dengan pendapatan tahunan
Selain memiliki tabungan khusus, kamu juga bisa mendukung niatmu untuk berkurban dengan mengalokasikan sebagian pendapatan tahunanmu ke pos yang sama.
Misalnya seperti THR yang diterima setiap kali menjelang Idulfitri. Jangan semuanya dipakai untuk merayakan Lebaran saja, tetapi sebagian kecil masukkan juga ke pos anggaran untuk Iduladha. Begitu juga dengan bonus-bonus tahunan, juga bisa dialokasikan sebagian ke pos anggaran ini.
Untuk nonkaryawan juga bisa kok melakukannya. Asal ada rezeki lebih, alokasikan dulu sebagian kecil ke pos anggaran kurban, baru deh yang lain dipakai sesuai kebutuhan.
5. Alternatif kurban digital
Momen Idul Adha 2020 di tengah pandemi ini juga memunculkan ide lain untuk berkurban, yakni secara digital. Sebenarnya sih, hal ini sudah mulai ada beberapa tahun belakangan, hanya saja sekarang menjadi salah satu alternatif yang patut untuk dipertimbangkan.
Banyak platform fintech ataupun bank yang menawarkan cara-cara untuk berkurban digital akhir-akhir ini. So, kamu barangkali juga bisa mempertimbangkan untuk berkurban dengan cara ini.
Melalui program kurban digital ini, daging kurban akan langsung didistribusikan pada mereka yang berhak menerimanya. Caranya juga cukup mudah dan praktis untukmu.
Yuk, cari info lebih lanjut di sekitarmu ya.
Nah, seharusnya ikut berkurban sudah tidak menjadi masalah untukmu dalam Idul Adha 2020 ini, begitu juga tahun-tahun mendatang. Semoga amal ibadahmu diterima ya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Cara Menambah Penghasilan sebagai Persiapan Menghadapi Resesi
Sudah pernah mendengar mengenai “cash is king” kan? Frasa ini biasanya terlontar ketika kita sedang membahas keuangan di masa krisis atau darurat, seperti ketika pandemi COVID-19 baru saja terjadi beberapa bulan yang lalu. Adalah penting bagi kita untuk bisa bertahan, dan biasanya uang menjadi salah satu hal yang dapat membantu. Lalu, pertanyaan penting lainnya muncul: Gimana caranya menambah penghasilan agar cash kita bertambah?
Because, yup, pandemi COVID-19 masih belum juga terselesaikan, padahal sudah berbulan-bulan berlalu. Bahkan sudah mulai ada prediksi akan datangnya resesi ekonomi. Pernyataan “cash is king” kembali mengemuka, bahwa siapkan dana darurat yang lebih ideal demi bisa bertahan melalui krisis.
Jadi, apa yang bisa kita lakukan untuk menambah penghasilan sehingga menambah pula pundi-pundi dana darurat kita? QM Financial punya beberapa tip berikut ini.
Cara Menambah Penghasilan untuk Mempersiapkan Diri Jika Resesi Benar-benar Datang
1. Pahami prioritasmu
Sebelum memikirkan cara menambah penghasilan dari luar, coba stabilkan dulu pengeluaran rutin kamu dengan memilah kebutuhan apa saja yang menjadi prioritas utama, dan mana yang bisa ditunda, atau bahkan dihilangkan dari anggaran.
Ingat lagi akan prinsip kebutuhan versus keinginan. Jadi, pilahlah dengan bijak ya.
2. Mencari pekerjaan sampingan
Ini berlaku buat kamu para karyawan korporasi, supaya enggak mengandalkan gaji dari satu sumber saja, tetapi juga menambah penghasilan dari pintu yang lain. Tentu saja, kamu harus menyesuaikan dengan kondisi pekerjaan, jangan sampai pekerjaan sampingan mengganggu pekerjaan utamamu. Tanggung jawab tetap nomor satu.
Kamu bisa mulai dari minat atau hobi, atau bisa juga dari mencari tahu kebutuhan apa yang sekarang sedang dicari oleh orang-orang di sekitarmu–tetangga atau teman-temanmu di kantor. Berdasarkan hal ini, kamu bisa mengupayakan untuk “membantu” mereka dengan bisnis kecil-kecilan.
3. Mengurangi pengeluaran tak penting
Nah, cara mendapatkan cash dengan menambah penghasilan yang ketiga ini adalah “buntut” dari poin pertama di atas.
Cek, mana saja pos pengeluaran yang tidak penting dan bukan rutin. Cobalah untuk menguranginya, supaya kamu bisa menabung lebih banyak untuk dana darurat cash kamu.
Terutama sih jika uangnya dibelikan atau dihabiskan untuk sesuatu yang enggak sehat, baik fisik maupun mental. Lebih baik kurangi deh. Sayangi dirimu sendiri, sayangi tabunganmu juga.
4. Cobain The Power Saving
Kayak gimana tuh? Nabung receh atau uang kecil setiap hari.
Salah satu caranya, menabung uang Rp5.000 – Rp20.000-an setiap pagi sebelum kamu berangkat ke kantor ataupun beraktivitas lain. Letakkan mason jar atau apa pun yang bisa menjadi wadah untuk celenganmu di dekat pintu keluar dan masuk. Kalau mau keluar, “bayar” tol dulu dengan memasukkan uang receh ke dalamnya, setiap hari. Kamu tentukan sendiri besarnya berapa.
Di akhir bulan, kamu akan surprise dengan jumlah tabungan ini. Yakin deh!
Atau, kamu juga bisa menabung semua uang kembalian dari belanja–entah belanja di warteg langganan atau belanja di Kang Sayur keliling. Sereceh apa pun, langsung masukkan ke celengan.
Ketika sudah terkumpul lumayan, setorkan ke instrumen yang paling mudah dijangkau. Reksa Dana Pasar Uang misalnya. Kan “hanya” Rp100.000 saja minimal?
Nambah deh dana daruratnya.
5. Jual barang yang sudah enggak terpakai
Sudah tahu prinsip hidup minimalis kan? Ketika ada barang satu yang masuk ke dalam rumah, maka satu barang juga keluar dari rumah.
Coba lihat sekitarmu, adakah barang-barang yang sudah enggak terpakai setidaknya dalam setahun belakangan? Kalau ada (dan banyak), coba bikin garage sale. Kamu bisa mengadakannya secara online, supaya lebih praktis. Jangan lupa memperhitungkan proses pengirimannya ya.
Kalau kamu mau jual meja makan kan ya, berarti mesti mencari ekspedisi yang bisa melayani pengiriman barang besar?
Lumayan banget nih, untuk menambah uang cash dan dimasukkan ke tabungan atau buat topup dana darurat.
Ada banyak lagi cara menambah penghasilan demi mendapatkan cash tambahan untuk menyelamatkan tabungan dan dana darurat di masa sulit, menjelang resesi seperti sekarang. Kamu punya ide lain? Boleh lo, ditulis di kolom komen sebagai tambahan ya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Cara Meminta Keringanan Cicilan Selama Masih Terimbas Pandemi COVID-19
Pemerintah benar-benar sudah bersiap untuk memasuki era tatanan baru, meski pandemi belum dinyatakan berakhir. Sementara, sebagian dari kita masih struggling untuk terbebas dari masalah keuangan. Apakah kamu termasuk dari mereka yang sedang berupaya meminta keringanan cicilan utang lantaran terimbas pandemi ini?
Memang di awal pandemi kemarin, pemerintah memberikan stimulus ekonomi berupa keringanan cicilan kredit atau utang bagi kita yang terimbas. Jadi, enggak ada salahnya hal ini dimanfaatkan, kalau kamu mengalami kesulitan keuangan.
Ada beberapa hal terkait pengajuan stimulus keringanan cicilan ini yang mesti kamu ketahui terlebih dahulu. Yuk, kita lihat.
Cara Mengajukan Keringanan Cicilan Kredit untuk Masyarakat Terimbas COVID-19
Cermati syarat dan ketentuan dengan baik
Pemerintah melalui OJK telah membuat peraturan dalam POJK No. 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional sebagai Kebijakan Countercyclical, sebagai dasar hukum stimulus keringanan cicilan kredit ini.
Ada beberapa hal yang harus dipenuhi oleh para peminjam dana untuk bisa mendapatkan keringanan cicilan kredit mereka, di antaranya:
- Pihak peminjam dana harus mengajukan permohonan keringanan kredit, dengan mengikuti semua ketentuan dan melengkapi syarat yang diminta oleh pihak leasing ataupun lembaga perbankan, tempat mereka meminjam sejumlah dana.
- Hanya mereka yang terdampak oleh COVID-19 yang bisa mendapatkan keringanan cicilan kredit, dengan nilai nominal di bawah Rp10 miliar.
- Hanya mereka yang berprofesi sebagai pekerja informal, berpenghasilan harian, pengusaha kecil dan mikro yang dapat mengajukan keringanan cicilan kredit ini.
- Keringanan kredit yang diberikan oleh bank ataupun leasing bisa berupa penyesuaian pembayaran bunga ataupun cicilan pokok, perpanjangan tenor, ataupun hal lain sesuai kebijakan pihak pemberi pinjaman. Jadi, bukan lantas bebas tidak perlu membayar cicilan sama sekali ya.
- Stimulus keringanan kredit ini tidak secara otomatis berlaku pada semua peminjam dana. Kita harus mengajukan permohonan. Jadi, sila menghubungi pihak bank atau leasing tempat kita meminjam dana, dan dapatkan detail pengajuan keringanannya.
- Keringanan kredit ini diberikan maksimal untuk periode 1 tahun ke depan. Yes, selama itu semoga kita semua sudah berpenghasilan normal kembali ya?
- Keringanan cicilan ini bisa dilakukan secara kolektif, misalnya via perusahaan. Dengan demikian, pihak direksi atau manajemen perlu melakukan validasi terhadap data yang diberikan kepada bank ataupun leasing.
Sedikit catatan, jika sebelum COVID-19 kamu sudah memiliki kredit macet, dan tidak mengajukan permohonan keringanan cicilan, maka penarikan barang tetap berlaku sesuai aturan yang ada.
Sudah disebutkan dalam peraturan di atas, bahwa stimulus ini ada sebagai fasilitas bagi pekerja informal, pekerja harian, sampai pengusaha kecil dan mikro. Lalu, bagaimana dengan kamu yang tidak termasuk dalam golongan ini, tetapi terdampak juga oleh COVID-19?
Kalau begitu, sila untuk langsung menghubungi pihak bank ataupun leasing tempat kamu meminjam dana. Pada dasarnya, setiap lembaga punya kebijakan masing-masing, dan yang perlu kita lakukan adalah berkomunikasi baik-baik dengan mereka. Ceritakan saja dengan jujur mengenai kondisi kita, agar kemudian pihak pemberi pinjaman mengerti situasinya dan bisa memberikan kebijakan untuk kita.
Waspada Akan Oknum yang Memanfaatkan Kesempatan dalam Kesempitan
Dalam kondisi yang serba-tak-pasti ini, bakalan ada segelintir orang yang ingin memanfaatkan keadaan. Tak ketinggalan dalam urusan stimulus keringanan cicilan kredit ini. Sudah beberapa kali menemukan berita, adanya orang yang menyalahgunakan momen ini demi bisa meraup keuntungan pribadi dengan memanfaatkan kepanikan orang lain.
So, tetap waspada ya. Berkomunikasilah hanya dengan pihak pemberi pinjaman yang benar-benar terpercaya. Kalau butuh informasi, carilah dari saluran resmi lembaga keuangan tempat kamu meminjam dana.
Jika ada pihak-pihak yang melanggar aturan dan membuat resah, langsung saja laporkan OJK, nomor telepon 157 atau WhatsApp ke nomor 081 157 157 157, bisa juga email ke [email protected]. Sebutkan nama, perusahaan bank ataupun leasing, dan masalah yang dihadapi dengan lengkap.
Atur Arus Kas, dan Bayar Cicilan
Yang terakhir, tentu kita harus segera menata keuangan agar pengeluaran tetap terkendali dan tetap dapat mengelola utang dengan baik, meskipun kita (masih) terdampak oleh pandemi COVID-19 sampai sekarang.
Apa yang bisa dilakukan?
- Lakukan financial check up: cek pemasukan dan pengeluaran secara riil, dan cek bagaimana posisi utang kamu sekarang–berapa jumlahnya, kurang berapa, masih berapa lama, dan sebagainya.
- Jangan membuat utang baru, setidaknya sampai keuangan kamu sudah stabil lagi.
- Cek aset lancar yang kamu miliki. Apakah ada yang bisa digunakan untuk membayar cicilan, agar lunas lebih cepat?
- Amankan asuransi kesehatan dan asuransi jiwa kamu. Percuma sudah membuat rencana keuangan sedemikian rupa, kalau kemudian kamu sakit atau tidak bisa mencari uang karena satu dan lain sebab.
- Cari ide agar dapat menambah penghasilan, sehingga kreditmu bisa lebih tertolong.
Nah, demikianlah cara mengajukan permohonan keringanan kredit akibat dampak COVID-19. Bagaimana? Kamu memutuskan untuk memanfaatkannya? Good luck, then.
Jangan lupa untuk terus belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Pentingnya Asuransi di Tengah Pandemi COVID-19 dan Masa New Normal
Hai, apakah kamu sekarang sudah menjalani aktivitas new normal sesuai arahan pemerintah? Sudah kembali bekerja, dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan yang sudah ditentukan? Tak hanya memenuhi protokol kesehatan, sekarang mestinya kamu juga sudah sadar pentingnya asuransi untuk bisa tetap beraktivitas.
Iya, sebagian dari kita memang sudah diperbolehkan untuk beraktivitas lagi demi memulihkan produktivitas. Pemerintah sudah memperkenalkan berbagai protokol kesehatan terkait aktivitas warga negaranya agar perekonomian tidak bablas terpuruk.
Akhirnya ya beginilah. Kita jadi berkegiatan, tetapi di bawah bayang-bayang ancaman tertular virus corona. Sungguh kondisi yang kurang nyaman. Jadi kangen masa-masa bisa jalan-jalan ke mana saja tanpa merasakan kekhawatiran; main di car free day, ikut event fun bike, cari barang murah dan lucu di pasar kaget sunday morning, … duh.
But, life must go on. Mau enggak mau, kita harus bisa beradaptasi dengan tatanan hidup baru ini. Patuhi protokol kesehatan, dan pastinya kamu sekarang semakin sadar akan pentingnya asuransi, sehingga segeralah miliki asuransi!
Pentingnya Asuransi di Tengah Pandemi
Untuk melihat apa pentingnya asuransi ini, mari kita lihat lebih dulu keluarga kita masing-masing saat ini. Menurut WHO, ada sekelompok orang yang sangat rentan terhadap paparan virus baru ini. Mereka adalah:
- Lansia, dengan usia 60 tahun ke atas
- Orang dengan riwayat penyakit tertentu, seperti diabetes, asma, infeksi pernapasan akut, hipertensi, penyakit jantung, kanker, dan penyakit lain yang menurunkan daya tahan tubuh.
- Anak-anak, yang memang belum ada bukti secara nyata implikasinya, tetapi WHO menyarankan agar kita menjauhkan anak-anak di bawah usia 12 tahun dari risiko akibat daya tahan tubuh mereka yang belum terlalu kuat.
Nah, apakah ada dari keluarga kita yang termasuk dalam kelompok rentan ini?
Seharusnya, ini saja sudah cukup menjadi alasan pentingnya asuransi, utamanya asuransi kesehatan.
Masih ditambah lagi, bahwa orang-orang usia muda dan produktif juga dapat terpapar virus ini dengan mudah, apalagi jika ia berada di lingkungan yang memang kurang aman. Baik ia akan menjadi pasien, ataupun menjadi orang tanpa gejala alias OTG.
Untuk pengobatan COVID-19, pemerintah memang akan menanggungnya. Tapi, nanti, ketika virus ini tak lagi dinyatakan sebagai wabah, maka bisa jadi pemerintah tidak akan meng-cover pengobatannya lagi, sehingga di sinilah pentingnya asuransi kita miliki, baik asuransi kesehatan dan dilengkapi juga dengan asuransi jiwa.
Karena pada dasarnya, kita hidup memang berdampingan dengan segala hal, yang baik atau yang buruk. Termasuk mesti “berteman” dengan banyak penyakit. Ancaman virus corona ke depannya akan selalu ada. Di masa depan nanti, virus corona mungkin akan menjadi virus “biasa”, seperti halnya virus flu, cacar air, chikungunya, demam berdarah, rubella, sampai HIV/AIDS. Akan selalu ada, dan hanya kita sendiri yang bisa mencegahnya datang dengan melakukan berbagai tindakan yang sesuai dengan protokol kesehatan.
Masih ada atau sudah tidak ada COVID-19, pentingnya asuransi kesehatan ini seharusnya semakin disadari. Demikian pula dengan asuransi jiwa.
Lalu, Apa Tip Terbaik Memilih Asuransi–Terutama Asuransi Kesehatan–yang Sesuai dengan Kondisi Sekarang?
Tatanan hidup baru menuntut kita untuk mengubah beberapa kebiasaan, karena kebutuhan yang juga berubah. Memilih asuransi juga jadi harus sedikit disesuaikan dengan kondisi saat ini.
So, inilah beberapa tip terbaik memilih asuransi di tengah pandemi:
Pertimbangkan untuk tambahan cover penyakit
Ada beberapa asuransi yang kini juga menawarkan perlindungan terhadap risiko paparan virus corona. Biasanya penyakit jenis seperti ini akan tercover sebagai manfaat tambahan dari asuransi pokoknya, yaitu asuransi kesehatan.
Jadi, ada baiknya, kamu pelajari polis asuransinya dengan dengan saksama. Coba cek artikel ulasan mengenai asuransi penyakit kritis ini ya.
Pastikan ada cover biaya untuk tes laboratorium
Untuk penanganan jenis penyakit yang disebabkan oleh virus seperti ini, akan dibutuhkan beberapa tes laboratoriun sebelumnya.
Nah, biaya tes laboratorium ini lumayan juga ongkosnya. Apalagi kalau harus dilakukan beberapa kali. Untuk biaya untuk tes swab mandiri sendiri saja, kamu harus menyiapkan dana setidaknya Rp1.600.000 sekali tes. Belum ditambah biaya-biaya lainnya yang mungkin ada. Duh, itu kan sudah hampir separuh gaji UMR Jakarta saat ini, ya kan?
So, pastikan ada manfaat biaya tes laboratorium juga dalam asuransimu nanti ya.
Pilih jenis asuransi yang paling sesuai
Ada beberapa jenis asuransi kesehatan dan asuransi jiwa murni yang bsia kamu pilih. Nggak usah bingung ya.
Pertama, kamu pastikan dulu kebutuhanmu seperti apa. Baru kemudian kamu bisa memutuskan, kamu butuh asuransi rawat inap atau cukup rawat jalan, cashless atau reimbursement, tanggungan total atau tanggungan tertinggi?
Masih bingung? Kalau gitu, ikutan kelas asuransi saja yang diadakan oleh QM Financial. Ada kelas asuransi kesehatan dan asuransi jiwa yang bisa kamu ikuti, sehingga kamu nantinya bisa mendapatkan gambaran (plus bisa merencanakan keuangannya), asuransi jenis apa yang paling pas untukmu.
Cek jadwal kelas-kelas finansial online QM Financial di sini, dan pilih sesuai kebutuhanmu.
Nah, demikianlah ulasan mengenai pentingnya asuransi di masa pandemi dan new normal. Semoga sekarang kamu sudah lebih siap ya!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.