Kita harus mengakui, bahwa beberapa kasus investasi bodong dan juga kasus pinjol yang masih terus terjadi belakangan tak lepas dari masih rendahnya literasi keuangan masyarakat kita.
Namanya juga usaha, para oknum penyelenggara investasi bodong pastilah menawarkan berbagai iming-iming agar kita tertarik dan kemudian ikut bergabung dalam skemanya. Ada yang berjanji memberikan imbal hasil yang lebih tinggi daripada instrumen lain, ada juga yang menjanjikan keuntungan pasti dan teratur layaknya gaji, sampai ada juga yang mengklaim, bahwa investasinya akan memberi return yang sangat cepat.
Mendengar klaim-klaim ‘lebih tinggi’, ‘lebih pasti’, dan ‘lebih cepat’ membuat banyak orang jadi tergiur untuk menyetorkan dana. Padahal, ketiga hal tersebutlah yang tak akan pernah ada dalam sebuah skema investasi yang benar.
Pada akhirnya, para korban baru sadar ketika tak ada satu pun janji yang terealisasi. So, siapa yang harus disalahkan? Yah, enggak usah menyalahkan pihak lain. Lebih baik, fokus pada diri sendiri: sudahkah kita memiliki tingkat literasi keuangan yang baik, sehingga bisa memfilter hal-hal tak wajar itu?
Seharusnya sih bisa.
Apa Sih Literasi Keuangan Itu?
Pemerintah sendiri sih sudah memiliki berbagai aturan dan hukum yang sah untuk melindungi masyarakat dari upaya-upaya penipuan seperti ini. Tapi ya, sepertinya semua hukum tersebut akan percuma saja, kalau kita sendiri tak berusaha juga meningkatkan literasi keuangan kita.
Pasalnya, oknum yang bermaksud jahat itu biasanya juga kreatif. Mereka akan selalu bisa menemukan cara agar tujuannya tercapai. Dan, kitalah yang menjadi sasarannya. Bisa apa kita kalau literasi keuangan kita rendah?
Sebenarnya apa sih literasi keuangan itu?
Otoritas Jasa Keuangan, atau OJK, sendiri memberi definisi, bahwa literasi keuangan adalah pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan yang memengaruhi kualitas pengambilan dan pengelolaan keuangang demi meningkatkan kesejahteraan kita dalam hidup.
Ada juga definisi dari Organization for Economic Co-operation and Development, atau OECD, yang menjelaskan bahwa literasi keuangan adalah pengetahuan dan pemahaman mengenai konsep risiko keuangan, sekaligus juga keterampilan untuk menerapkannya demi membuat keputusan finansial yang efektif dalam meningkatkan financial wellbeing.
Tingkat Literasi Keuangan yang Rendah Membuat Orang Lebih Mudah Terlibat Masalah
Sampai dengan tahun 2019, OJK mencatat bahwa tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia masih sangat rendah, yaitu sebesar 38% saja, dengan inklusi 76%. Ini artinya, dari 100 orang Indonesia, baru sebanyak 38 orang saja yang sudah memiliki pemahaman yang cukup baik soal finansial.
Meski terbilang rendah, tetapi sebenarnya rasio ini justru meningkat, karena di tahun 2016, tingkat literasi kita hanyalah sebesar 29.7%, dengan indeks inklusi keuangan sebesar 67.8%
Rendahnya rasio literasi ini menghasilkan begitu mudahnya orang tergiur iming-iming investasi yang tak masuk akal, berutang ke pinjol ilegal sampai tak terkendali, over-belanja, dan sebagainya, yang akhirnya menyebabkan mereka menjadi tak punya tabungan, tak punya rencana masa depan, sampai terlihat kesulitan keuangan yang besar sampai-sampai membahayakan kesehatannya.
Apakah hal tersebut yang kita inginkan? Pastinya sih enggak.
Segala macam iming-iming investasi bodong dan pinjol bisa kita tolak, jika kita punya bekal pengetahuan keuangan yang cukup.
3 Level Literasi Keuangan
Lead trainer QM Financial, Ligwina Hananto, menjelaskan bahwa ada 3 level literasi keuangan yang harus dilalui ketika orang mulai belajar mengelola finansialnya.
Awareness
Level ini merupakan level paling dasar, dan terjadi ketika orang mulai sadar akan kondisinya yang kurang baik secara finansial dan butuh untuk belajar lebih banyak. Niat untuk menjadi lebih baik secara finansial mulai timbul pada level ini; dari mulai enggak peduli kemudian berubah menjadi lebih care terhadap masa depan sendiri.
Biasanya orang akan mulai mencari-cari tahu apa saja yang bisa dipelajari untuk membuat kondisi keuangan lebih baik. Ia akan mulai mencari informasi mengenai berbagai sumber belajar. So, di sini ia akan mulai follow akun-akun yang suka berbagi tip keuangan dasar, biasanya sih dimulai dari yang gratis-gratis dulu.
Knowledge
Pada level ini, seseorang sudah mulai mengerti dan paham, bahwa ada banyak hal yang harus dipelajari untuk bisa meningkatkan literasi keuangannya.
Ia mulai paham beberapa produk keuangan, dan bisa mulai memilih mana yang paling sesuai untuk dimanfaatkan. Ia juga mulai bisa bercerita pada temannya, bahwa ia tahu produk A, B, C, dan D, dan apa fungsinya masing-masing, tetapi sebenarnya ia sendiri belum mencobanya. Seenggaknya belum semua atau secara lengkap.
Action
Setelah minat dan sudah cukup paham, maka level literasi keuangan selanjutnya adalah action. Di sini seseorang mulai mempraktikkan apa yang ia ketahui. Ia akan tahu dari mana ia bisa mulai, dan ia mulai dengan cermat sembari belajar lebih banyak lagi.
Pada level ketiga ini, seseorang sudah bisa dikatakan memiliki tingkat literasi keuangan yang baik.
Nah, bagaimana dengan kamu sendiri? Apakah kamu merasa masih sering tergoda oleh berbagai iming-iming yang bisa bikin tabungan jebol? Mulai dari iming-iming investasi return cepat, belanja impulsif, utang tak terkendali, dan sebagainya?
Jika memang demikian, ayo, segera ajak dirimu sendiri untuk segera sadar, bahwa pengetahuan finansial itu sangat penting untuk kita miliki demi masa depan dan hidup yang lebih baik.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
QM Financial
Related Posts
3 Comments
Leave a Reply Cancel reply
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
[…] bahasa Inggris, financial literacy, atau literasi keuangan, diartikan sebagai upaya untuk melek keuangan. Dalam pedoman Strategi Nasional Literasi Keuangan […]
[…] kamu seberapa penting peran literasi keuangan dalam kehidupan sehari-hari? Memahami literasi keuangan sama pentingnya dengan menerapkan perencanaan keuangan. Contoh literasi keuangan yang paling mudah […]
[…] Baca juga: 3 Level Literasi Keuangan yang Harus Kamu Tahu […]