Pasti kamu sudah nggak asing lagi dengan istilah sandwich generation. Istilah ini sering sekali mondar-mandir di media sosial. Jadi kamu sudah tahu dong apa yang dimaksud dengan sandwich generation.
Sandwich generation atau generasi sandwich merupakan generasi yang terimpit karena harus menanggung hidup dua generasi, yaitu anak-anaknya dan orang tua mereka. Jadi kalau diibaratkan dengan sandwich, mereka adalah isi dari roti tersebut, sedangkan orang tua dan anak-anak mereka adalah kedua sisi roti.
Kok bisa sih tercipta sandwich generation?
Well, tanpa bermaksud menyalahkan generasi mana pun, tetapi kita mesti paham bahwa terciptanya sandwich generation ini akibat dari kurangnya kesiapan dalam menghadapi masa pensiun, sehingga bekal untuk pensiun pasti kurang, bahkan nggak ada sama sekali.
Itu juga akan terjadi pada kita, eventually, jika kita abai akan dana pensiun. Tanpa bekal dana pensiun yang cukup, bisa jadi kita harus bekerja seumur hidup. Padahal, kamu tahu sendiri kan, yang namanya kondisi fisik pasti sudah nggak sebagus pada saat usia produktif. Selain akhirnya harus bekerja lagi, bisa jadi juga kita akan membebani anak-anak kita, karena mereka akan merasa diwajibkan untuk memberikan uang untuk menghidupi kita.
Kita akan menjadikan anak-anak kita sandwich generation berikutnya.
Apakah ini berarti menjadi sandwich generation itu buruk? Ya, enggak gitu juga sih. Ada kok orang yang dengan sukarela memang ingin membantu keuangan keluarga. Alasannya beragam, tapi yang perlu digarisbawahi adalah it’s ok to be a sandwich generation, tetapi cukuplah berhenti di kita.
Faktanya, ada kok hal positif yang dapat diambil dari menjadi generasi sandwich. Berikut ini hal-hal yang bisa kamu dapatkan meskipun menjadi sandwich generation.
Hal-hal yang kamu dapatkan sebagai sandwich generation
1. Bertanggung jawab
Sebagai sandwich generation, sudah biasa banget bagi kita untuk ikut menanggung beban keuangan keluarga, baik keluarga kita sendiri dan juga keluarga besar.
Itu adalah tanggung jawab yang besar banget lo!
Hal tersebut akhirnya menjadikan kita orang yang bertanggung jawab dan peduli dengan orang lain, terutama dengan keluarga kita. In fact, rata-rata sandwich generation adalah orang yang dapat diandalkan, baik itu di tempat kerja atau kelompok mana pun.
2. Family comes first
Ikut ambil bagian dalam mengurus keuangan keluarga besar dan keluarga kita sendiri akhirnya membuat kita memiliki hubungan yang erat dengan mereka. Menjadi sandwich generation membuat kita nggak egois, karena keluarga selalu menjadi prioritas utama, baik keluarga kecil kita maupun keluarga besar.
Nggak bisa memungkiri kan, bahwa hubungan keluarga akan memengaruhi kesehatan mental? Jika hubungan kita dengan keluarga erat, maka kesehatan mental kita juga akan terjaga dengan baik. Kita akan selalu memiliki support system yang kuat, jika sedang dalam kesulitan atau sedang ada masalah.
3. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing
Sandwich generation merupakan orang yang memiliki hubungan erat dengan keluarga dan mampu bersosialisasi dengan baik. Kita akan terbiasa berbagi beban dengan orang lain dalam menjalani kehidupan, sehingga jika ada masalah maka lebih ringan untuk diatasi. Dengan adanya keluarga kamu bisa saling mendukung dan membantu serta saling berbagi beban.
Namun, di samping berbagai hal baik yang bisa terjadi di atas, tidak dimungkiri juga bahwa hidup sebagai generasi sandwich suatu saat akan berada di posisi terlalu, yaitu terlalu lelah, terlalu banyak beban, terlalu banyak pengeluaran, dan terlalu banyak pikiran.
Bagaimana cara mengatasinya?
Modal Untuk Mengatasi Masalah bagi Sandwich Generation
1. Komunikasi
Hidup bersama keluarga besar berarti kita hidup dengan beberapa orang, sehingga komunikasi sangat penting. Komunikasi yang lancar harus terjalin dengan para anggota keluarga lainnya. Bisa jadi ketika kita hidup dengan orang tua atau mertua, untuk satu hal dan lainnya yang kamu anggap baik ternyata tak sepemikiran oleh mereka. So, cobalah mencapai beberapa kesepakatan supaya tidak terjadi kesalahpahaman.
Kesepakatan yang dapat dicapai misalnya tentang peran masing-masing anggota keluarga. Siapa yang belanja kebutuhan dapur, siapa yang membayar tagihan-tagihan utilitas dan pengeluaran rutin (misalnya seperti PBB), siapa yang bertanggung jawab terhadap uang kemasyarakatan, dan seterusnya.
Adanya kesepakatan akan membuat masing-masing pihak merasa berperan, sehingga tak ada yang mengecilkan ataupun merasa dikecilkan. Komunikasi selanjutnya akan lebih mudah, karena semua orang tahu tempatnya masing-masing.
2. Kontribusi
Hidup bersama berarti harus memberikan kontribusi dalam penyelenggaraan rumah tangga. Kamu harus menentukan sampai sejauh mana kamu harus berkontribusi. Yang menumpang harus tahu diri sehingga mau memberikan kontribusi namun yang ditumpangi juga tidak boleh semena-mena.
3. Komitmen dan Tenggang Rasa
Jika kesepakatan dan kontribusi telah ditentukan maka setiap anggota keluarga harus berkomitmen untuk melakukan kesepakatan tersebut. Akan tetapi dalam praktiknya tentu pasti akan terjadi beberapa kesalahan yang mungkin tidak disengaja. Oleh sebab itu kita perlu berbesar hati jika terjadi beberapa kesalahan.
Fenomena sandwich generation tidak boleh diabaikan. Cukuplah terjadi di generasi kita saja, jangan terjadi di generasi berikutnya. Sebisa mungkin kurangi beban anak-anak kita dengan lebih menyiapkan diri ketika akan pensiun.
Financial Dialogue vol. 07 dipersembahkan khusus untuk sandwich generation!
Ngobrolin soal sandwich generation ini bareng-bareng di Financial Dialogue vol. 07 yuk! Mengangkat topik “Life & Money – Memutus Rantai Sandwich Generation, Mulai dari Kamu!”, kita bisa ngobrol bareng dengan Nyonya Rumah Ligwina Hananto dari perspekitf finansial yang akan membahas hal-hal finansial yang perlu disiapkan untuk memutus rantai sandwich generation; juga ada panelis Rahne Putri dari perspektif keluarga yang akan akan berbagi pengalaman menghadapi tantangan sandwich generation; serta panelis Bapak Alex P. Chandra dari perspektif investor tentang berbagai pilihan aset aktif untuk menjadi alternatif pengganti penghasilan di masa pensiun.
Akan diselenggarakan di hari Sabtu 27 Maret 2021, pukul 13.00 melalui aplikasi webinar Zoom. , and see you there!
QM Financial
2 Comments
Leave a Reply Cancel reply
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
[…] untuk diri sendiri saja kekurangan, membantu orang tua sendiri jadi berat, kan sedih. Topik “sandwich generation” ini jadi bahasan seru di acara Financial Dialogue Volume 07 di bulan Maret […]
[…] Nah, alasan kelima sulitnya milenial untuk membeli rumah ini sudah sempat disinggung sebelumnya, yaitu terkait dengan statusnya sebagai sandwich generation. […]