Pandemi telah mengubah semua aspek hidup kita–siapa pun kita, apa pun pekerjaan kita, memaksa kita untuk segera melakukan adaptasi utamanya di sisi finansial. Banyak orang harus rela berkurang penghasilannya, karena efisiensi di perusahaan tempat mereka bekerja. Lalu apa kabar para freelancer di masa pandemi seperti ini? Ini dia yang menjadi inti dari diskusi dalam Financial Dialogue 4: Adaptasi Finansial di Masa Pandemi.
Menghadirkan para pelaku bisnis dan freelancer yang terdampak langsung oleh pandemi, namun pada dasarnya obrolan bisa sangat related untuk setiap jenis profesi yang dijalankan oleh semua orang.
Kita simak yuk, apa saja poin penting yang didiskusikan oleh Nyonya Rumah, Moderator, dan tentunya para Panelis yang luar biasa.
Financial Dialogue vol. 04: Setiap Orang Harus Siap Beradaptasi di Masa Pandemi
Dibuka oleh Ligwina Hananto, lead trainer QM Financial selaku Nyonya Rumah dalam Financial Dialogue vol. 03, ini yang menggarisbawahi fenomena bahwa selama pandemi, ternyata banyak orang terbukti belum dapat melindungi pemasukan masing-masing. Tip dan trik untuk bisa survive di masa pandemi memang seputar membangun dana darurat dan menyesuaikan budgeting–yang memang sama sekali tidak salah, tetapi ternyata enggak hanya itu saja. Terkadang kita lupa untuk menjaga penghasilan kita lantaran terlalu sibuk menyiapkan berbagai dana untuk tujuan keuangan kita.
Karena itu, buat yang sekarang masih bisa, segera amankan pintu penghasilan. Ada banyak cara untuk melakukannya, salah satunya dengan side hustling. Meski demikian, kita juga harus bijak, jangan sampai side hustling ikut memengaruhi produktivitas kinerja kita pada mata pencaharian utama.
Panelis 1: Hanifa Ambadar
Sebagai salah satu pelaku bisnis di beauty product industry, Hanifa merasakan bahwa dampak yang dirasakan akibat pandemi sangat bervariasi. Ada yang memang terdampak secara dahsyat, tetapi ternyata ada yang merasakan dampak ini hanya kecil saja. Hal ini disebabkan oleh sangat bervariasinya produk dan jasa yang ada dalam beauty industry itu sendiri.
Untuk Female Daily Network sendiri, Hanifa melakukan beberapa pivoting agar tetap survive melalui pandemi ini. Salah satunya adalah konversi event-event ke ranah online.
Hanifa juga menemukan fakta, bahwa ternyata selama pandemi berlangsung dan orang-orang bekerja dari rumah (WFH) ternyata masalah kulit tetap saja ada, hanya berganti bentuk. Misalnya, karena hanya di rumah, orang jadi lebih malas untuk skincare-an. Akibatnya muncul deh masalah kulit. Hal ini bisa jadi sebuah permintaan pasar baru terbentuk kembali, dan bisa dimanfaatkan oleh para pelaku bisnis beauty products.
Menurut Hanifa, kunci bisnis menghadapi pandemi yang terpenting adalah having a value and being transparent. Di saat memiliki value dalam berbisnis, kamu akan tahu bagaimana caranya pivoting dengan tetap membawa value bisnis. Being transparent penting agar karyawan memiliki sense of urgency dan mengelola ekspektasi masing-masing.
Panelis 2: Jenny Jusuf
Sejak memutuskan untuk menjadi seorang freelancer, sebenarnya Jenny Jusuf sudah siap akan kondisi ups and downs-nya. Memang demikianlah kondisi seorang pekerja lepas dengan penghasilan yang tidak tetap. Kadang sebulan ada, kadang sebulan nggak ada. Kadang banyak pemasukan bisa didapat, kadang juga “cuma” recehan.
So, menurut Jenny, pandemi kali ini hanya seperti ujian besar dari situasi-situasi yang sudah sering dihadapi oleh freelancer sebelumnya. Tentu saja tetap harus ada penyesuaian agar tetap punya daya survive panjang.
Jenny sendiri sekarang memanfaatkan waktu untuk memperbanyak ilmu self development, karena menurutnya adalah penting bagi kita untuk menjaga kesehatan mental dan fisik selama pandemi berlangsung. Ia sendiri mempergunakan kemampuannya untuk menulis dan storytelling, sementara industri film sedang lumpuh, untuk membuat konten-konten media sosial.
Panelis 3: Moh. Arif Rahman
Arif mengelola bisnis travelingnya, Whatravel Indonesia, dengan omzet miliaran rupiah sebelum pandemi. Begitu COVID-19 menyebar, Arif harus pivoting agar bisnis tetap survive dan berjalan, meski harus menyesuaikan segala sesuatunya.
Arif memiliki ide bisnis yang sangat unik sementara ia tidak bisa lagi membuka open trip ke luar negeri, yaitu menyelenggarakan webinar-webinar dan virtual-virtual tour yang ternyata diminati oleh banyak orang.
Menurut Arif, business is about trial and error. Kita sudah tahu apa kebutuhan konsumen, tetapi kadang terlalu takut untuk mencoba. Jangan takut untuk berinovasi dan beradaptasi karena pasti ada jalan untuk yang mau berusaha.
Siap, Mas Arif!
Luar biasa banget insight yang bisa didapatkan dalam Financial Dialogue vol. 04 ini.
Salah satunya, ternyata kita enggak sendirian saja loh yang terimbas oleh kondisi pandemi ini. Ternyata ada loh yang kena imbas begitu besar, tetapi karena ia mau berusaha dan mau mengenali kebutuhan orang lain, malah menjadi ide bisnis segar yang belum banyak dirambah oleh pesaing.
Bikin semangat kembali menyala, dan mendorong diri sendiri untuk bisa kreatif juga kan?
Terima kasih pada panelis yang luar biasa, nyonya rumah yang ramah, moderator yang cerdas, dan tentunya kamu, Teman Dialog yang sudah bergabung di Financial Dialogue Vol. 04.
Sampai ketemu di Financial Dialogue Vol. 05, 28 November 2020 dengan tema yang berbeda! Follow akun Instagram QM Financial agar kamu tak ketinggalan update-nya ya!