Now that anak-anak pada masih di rumah, sebenarnya ini adalah saat yang paling tepat untuk sekalian mengajarkan hal-hal yang tak pernah diajarkan di sekolah. Salah satunya, ini peluang untuk mengajarkan uang pada anak.
Kesalahan terbesar yang sering kita lakukan dari generasi ke generasi adalah tidak memberikan pendidikan mengenai konsep uang ini sejak dini pada anak-anak kita. Paling banter hanya memperkenalkan, ini duit seribuan, ini duit lima puluh ribuan, kita mesti menabung, tetapi jarang mengajarkan uang pada anak secara mendetail.
Mindsetnya, anak-anak belum nyampe-lah diajarin bikin anggaran, mikirin investasi, dan seterusnya. Padahal enggak juga. Anak-anak–apalagi anak zaman sekarang, para generasi alfa ini–sangat cerdas lo! Tinggal bagaimana kita saja yang mau enggak terlibat lebih banyak dalam hal ini, karena konsep uang seperti ini tidak akan diajarkan di sekolah.
So, mari kita rangkum, apa saja yang bisa kita lakukan untuk mengajarkan uang pada anak per tahapannya–mulai dari usia SD, SMP, hingga SMA. Karena seperti halnya sekolah, pengetahuan tentang konsep uang ini tetap harus diberikan berjenjang. Nggak bisa juga kalau sekaligus.
9 Tahapan Mengajarkan Uang pada Anak
Mengajarkan Uang pada Anak Usia SD
Di usia sekian, tentu saja cara mengajarkan uang pada anak harus basic dulu. Itu pun harus dirancang sedemikian rupa agar terasa fun dan tidak terkesan rumit. Kalau perlu, “samarkan” dengan permainan-permainan.
Kita bisa coba dengan:
Ajak membuat daftar belanja
Yes, ini salah satu to do list di masa-masa #dirumahaja sejak beberapa bulan lalu kan? Belanja jadi kebiasaan rutin yang “prosedur”-nya harus disesuaikan dengan kondisi yang baru terjadi. Ajak si kecil langsung terlibat dalam penyusunan daftar belanja, sekaligus membuat bujetnya.
Jelaskan, bahwa kita butuh daftar belanja agar bisa membeli barang-barang yang benar-benar dibutuhkan dan agar lebih efisien dalam belanja.
Ajarkan konsep BBM (Belanja, Berbagi, dan Menabung).
Mulai dengan menghitung uang yang ada di dalam dompet, lalu dibagi dalam 3 kelompok besar: belanja untuk memenuhi kebutuhan hidup, berbagi dengan sesama, dan menabung sebagian yang lain.
Dengan demikian, kita sudah mengajarkan tentang pembagian pos pengeluaran.
Beri anak tugas domestik, dan beri “gaji”.
Lalu, kita bisa ajarkan konsep pajak, misalnya nih, PPh kan 15%, nah kalau anak-anak ditarik saja 1 – 3% sudah cukup.
“Pajak” dari mereka ini menjadi uang belanja keluarga, dengan demikian mereka pun memberikan sebagian kecil “gaji” mereka untuk menambah menu makan keluarga. Hal ini mirip dengan konsep pajak penghasilan yang harus disetorkan oleh orang tuanya juga kepada negara.
Mengajarkan Uang pada Anak Usia SMP
Anak-anak di usia ini sudah sangat berkembang skill menghitung dan problem solving-nya. Jadi, cara mengajarkan uang pada anak di usia SMP ini juga bisa lebih sedikit rumit. Tapi, usahakan tetap fun ya.
Kita bisa mulai dengan:
Ajak bikin birthday budget
Yah, pesta ulang tahun di masa-masa begini sepertinya akan berbeda, ya kan? Karena itu, jika mereka akan segera berulang tahun, coba ajak mereka membuat bujetnya.
Kita enggak akan mengundang teman-temannya untuk datang ke rumah menghadiri pesta sih, tetapi bisa diganti dengan Zoom party. Sebagai ganti, kita bisa membuat hampers berisi snack atau semacamnya, untuk dikirimkan ke beberapa teman dekatnya dengan kurir. Buatlah bujet untuk pengadaan hampers ini.
Ajak garage sale
Remaja usia SMP biasanya sudah punya banyak barang “aneh”. Kadang ya mereka hanya sebentar aja hebohnya, habis itu bosan. Mereka trend-follower banget kan?
Karena itu, ajak si remaja menyusun rencana untuk garage sale. Mulai dari memilih barang-barang yang sudah enggak dipakainya lagi, lalu menentukan harga, dan kemudian mulai menjualnya. Online saja, bisa via Instagram atau marketplace. Lalu hitung hasilnya.
Mulai kenalkan konsep investasi
Investasi yang paling murah adalah reksa dana. Hanya dengan Rp100.000, kita sudah bisa mulai, dan waktunya pun fleksibel. Perkenalkan konsep ini pada si remaja.
Ajak mereka menabung dulu dari hasil “gaji” mereka di rumah dengan membantu pekerjaan rumah tangga, dan ketika sudah mencapai Rp100.000, mereka bisa menyetorkannya pada reksa dana.
Mengajarkan Uang pada Anak Usia SMA
Nah, ini bisa sedikit challenging, karena pemahaman mereka sudah sangat baik. Challenging karena mungkin mereka sudah punya pola pikir sendiri, so sebagai orang tua, kita akan lebih berperan sebagai teman diskusi, ketimbang “pendidik”.
Kita bisa mulai dengan:
Ajak bikin bujet hobi
Misalnya, kalau suka motor, ya coba bujetkan untuk semua keperluannya; mulai dari bensin, perawatan, printilan, termasuk pajaknya. That’s ok, jika kita yang masih menanggung hampir sebagian besar bujet, tapi setidaknya mereka lantas jadi aware, bahwa hobi itu juga butuh biaya yang enggak sedikit.
Ajak bikin bujet untuk kuliah
Terutama jika mereka ingin kuliah di kota lain. Batasi saja pada anggaran yang akan mereka perlukan sehari-hari, dan bulanannya. Misalnya, bujet untuk makan, transportasi, buku-buku, sampai uang kos.
Mulai perkenalkan side hustles
Ini juga bakalan berguna banget nanti saat mereka sudah mandiri; mendiversifikasikan pemasukan, selain mendiversifikasikan investasi.
Tapi, mesti diingat, di sini kita hanya memperkenalkan ya. Jangan sampai terus jadi dibilang “mengeksploitasi anak”. Bisa panjang urusannya. Sesuaikan dengan jadwal kegiatan si remaja dewasa, pun dengan minatnya.
Nah, gimana nih? Iya, ternyata mulai mengajarkan uang pada anak itu seharusnya memang dari hal-hal kecil sehari-hari saja kan?
Ada ide lain nggak nih? Kalau ada, bisa ditulis di kolom komen ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu. Ada juga kelas untuk keluarga loh! Stay tuned untuk jadwal-jadwal yang lain ya!
QM Financial
Related Posts
1 Comment
Leave a Reply Cancel reply
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
[…] Setuju kan, Mak, bahwa anak-anak perlu belajar untuk menerapkan perilaku tidak konsumtif sejak dini? Karena ini merupakan dasar kemampuan anak untuk mengelola keuangan. […]