Punya karyawan kutu loncat? Ada yang bilang, karakter ini lekat dengan angkatan kerja generasi millenial. Bener enggak sih? Coba, para millenials, silakan memberikan pendapatnya di kolom komen ya?
Selalu ada memang, tipe-tipe orang yang nggak pernah lama tinggal dan bekerja di satu perusahaan. Alasan paling umum adalah keinginan untuk berkembang, atau mencari lebih banyak pengalaman. Atau, mencari gaji yang lebih besar.
Hmmm, alasan terakhir itu memang terdengar nganu sekali, tapi itu realistis.
However, kalau mendengarkan curhat para HR staff, sepertinya ini memang semakin banyak terjadi akhir-akhir ini, yang berarti ini terjadi pada generasi millenial yang kini pada memasuki usia produktif. Nah, padahal kalau karyawan keluar masuk secara terus-menerus, pastilah akan menyulitkan perusahaan untuk bisa berkembang. Lalu, apa yang harus dilakukan?
7 Hal yang bisa dilakukan oleh perusahaan untuk membangun loyalitas angkatan kerja generasi millenial
1. Berikan program mentorship
Dewasa ini memang sering terjadi pergesekan di dunia kerja lantaran timbulnya generation gap. Angkatan-angkatan sebelumnya–baby boomers dan generasi X–versus angkatan kerja generasi millenial.
Satu pihak masih tergagap-gagap akan penggunaan teknologi yang berkembang sangat cepat, sedangkan yang lain sudah terbiasa menggunakan dan dipengaruhi keberadaan teknologi maju. Satu pihak sudah berada di zona nyaman–sudah rutin begitu, susah kalau diajak mengubah kebiasaan–lain pihak ingin ada perubahan karena kondisi sekarang begitu membosankan.
Tapi, untungnya angkatan baby boomers dan generasi X itu paling suka kalau disuruh ngajarin orang lain. Sedangkan generasi millenial sendiri sebenarnya adalah generasi yang suka ditantang hal baru. Jadi, kombinasi ini sebenarnya bagus, asalkan pihak perusahaan bisa membuat program mentoring yang tepat.
Langsung saja berikan mentor dari generasi X yang sudah ahli di bidangnya untuk mentoring para millenials, yang kemudian dikombinasikan dengan kesukaan mereka akan teknologi. Dengan komunikasi yang baik, bisa jadi akan membawa perubahan sistem yang baik bagi perusahaan.
2. Berikan feedback tidak hanya saat review tahunan
Kecenderungan yang terjadi adalah banyak karyawan yang lebih suka untuk mendapatkan feedback dan masukan yang membangun langsung saat itu juga–saat mereka mungkin sedang melakukan kesalahan–ketimbang harus menunggu review tahunan. Apalagi kalau tiba-tiba saja mendapat kabar bahwa review tahunannya kurang baik.
Rasanya memang lebih bikin down sih. Misalnya, si karyawan yang generasi millenial ini melakukan kesalahan di bulan Juni, tapi baru nongol atau ditegur di bulan Desember, saat review tahunan tiba.
Karena itu–apalagi jika kebetulan sedang dalam proses mentoring–langsung saja berikan feedback pada karyawan angkatan kerja generasi millenial ini saat itu juga, di tempat. Mereka akan lebih bisa mengerti dan paham, apa kesalahan mereka, dan apa yang harus diperbaiki.
3. Ajak fokus pada visi dan misi bisnis secara luas
Beri para karyawan generasi millenial ini company knowledge secara lengkap. Apa visi dan misi perusahaan dalam jangka panjang, dan langkah-langkah serta rencana bisnis apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan bersama tersebut.
Dengan demikian, mereka akan paham apa saja yang harus dilakukan oleh tim dalam organisasi perusahaan, dan mereka harus ambil bagian di sebelah mana.
4. Fasilitasi keinginan untuk bekerja secara fleksibel
Teknologi semakin maju, membuat para pekerja kini tak lagi harus berada di ruangan yang sama dengan bos di kantor. Mereka bisa di mana saja, kapan saja mengerjakan tugasnya, asalkan tetap terhubung secara online.
Hal ini juga menjadi keinginan angkatan kerja generasi millenial pada umumnya. Sebagian memilih bekerja secara remote, sebagian yang lain masih mau diminta untuk ngantor, namun mereka masih mengharapkan jam kerja yang lebih fleksibel lagi.
Fleksibilitasi waktu dan tempat sekarang menjadi kebutuhan agar bisa bekerja. So, jika memungkinkan, perusahaan bisa memfasilitasi keinginan ini.
5. Orientasi pada target
Fleksibilitas waktu dan tempat bisa membuat kualitas kendali terhadap para karyawan agak berkurang. Untuk mengatasi hal ini, ajaklah para karyawan generasi millenial ini untuk berorientasi pada target.
Misalnya saja, mereka harus bisa menyelesaikan pekerjaan A, B, C, D, dan harus diselesaikan pada tanggal sekian bulan ini. Ini akan lebih efektif bagi mereka, alih-alih mewajibkan mereka untuk bekerja, misalnya, 9 to 5.
6. Sesuaikan gaji dengan kinerja
Gaji memang relatif, dan terdiri atas banyak komponen. Namun, bagaimanapun, besaran gaji bisa mengindikasikan seberapa besar pengakuan pihak perusahaan terhadap kemampuan para karyawan generasi millenial dalam menuntaskan pekerjaannya.
Karena itu, mereka akan mempertanyakan, saat effort maksimal sudah mereka keluarkan, tetapi gaji yang diterima kurang sebanding. Berikan pula beberapa kompensasi sesuai hak mereka, yang pastinya sesuai dengan peraturan pemerintah.
7. Beri kesempatan untuk mengembangkan diri
Dan, gaji kadang memang bukan menjadi satu-satu seorang karyawan–terutama yang termasuk dalam generasi millenial–untuk mau bertahan bekerja di perusahaan yang sama bertahun-tahun, tetapi mereka juga menginginkan kesempatan untuk berkembang.
Jenjang karier yang jelas pastinya akan membuat mereka berpikir-pikir jika harus resign. Pun dengan memberikan mereka pelatihan-pelatihan karyawan yang bisa meningkatkan kompetensi diri. Salah satunya, perusahaan bisa memberikan pelatihan literasi keuangan pada para karyawan generasi millenial ini, agar mereka semakin terampil mengelola keuangan pribadi.
Karena, karyawan yang bisa mengelola keuangan pribadinya dengan baik adalah karyawan yang berpotensi memberikan kontribusi besar bagi perusahaan.
Yuk, undang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan dan HR di perusahaan Anda. Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.