Kemarin, tim QM Financial berkesempatan untuk nonton bareng film Dua Garis Biru. Sejak awal sudah diwanti-wanti untuk membawa tisu yang banyak, dan ternyata benar. Tisu habis separuh.
Dara dan Bima menyuguhkan konflik yang rumit dan sangat relatable untuk zaman now, berkelindan dengan akting kedua pemerannya yang jempolan. Well, secara keseluruhan sih sebenarnya casting dan akting para pemeran sangat pas–nggak berlebihan, tapi emosi bisa bikin kita yang nonton ikut berkaca-kaca ataupun terkikik-kikik. Termasuk akting dr. Fiza. Ehem.
Film Dua Garis Biru adalah film paket lengkap, menyoroti bagaimana tren anak-anak remaja kekinian, hubungan mereka dengan orang tua, hubungan antara orang tua, dan yang paling penting, tentang norma masyarakat yang berlaku di Indonesia.
Ada beberapa hal yang bisa dijadikan pelajaran dari film Dua Garis Biru. Salah satu di antaranya–yang selalu disebutkan di sepanjang film–adalah soal “menjadi orang tua itu pekerjaan seumur hidup”.
“Melahirkan itu pekerjaan sekali. Tapi jadi orang tua itu pekerjaan seumur hidup.” – Dara
Siapa yang sahih dengan kalimat Dara di atas? Yang sudah jadi orang tua pasti mengangguk setuju. Ibu Dara pun mengakui, bahwa beliau masih belum mengerti apa-apa tentang menjadi orang tua meski Dara sudah hampir lulus SMA, bahkan beliau mengaku gagal mendidik. Bahwa meski orang tua punya hubungan “sedekat itu” dengan anak, masih saja bisa “kecolongan”.
Belajar dari film Dua Garis Biru ini, ada 3 hal besar yang bisa kita pelajari tentang menjadi orang tua. Apa saja? Mari kita lihat.
3 Hal tentang menjadi orang tua, belajar dari film Dua Garis Biru
1. Kesiapan mental
Anak enggak datang dengan manual book. Nggak kayak mesin cuci, dipelajari sebentar sudah bisa dioperasikan. Butuh proses yang panjang untuk bisa mendidik dan merawat anak, itu saja tak pernah ada jaminan bahwa didikan dan perawatan orang tua yang penuh kasih sayang akan berhasil.
Yes, mental serta keterampilan untuk menjadi orang tua itu tak serta merta muncul begitu saja. Sekali lagi, prosesnya sangat panjang, dimulai ketika janin baru bertumbuh hingga si anak dewasa–sampai orang tua tutup usia pun, mereka masih berproses.
Statement ibunda Dara dalam film Dua Garis Biru menguatkan mengenai hal ini. “Bahkan saya pun gagal jadi orang tua!” Begitu sergahnya dalam sebuah adegan. Padahal kita pastinya sudah bisa menghitung, seberapa lama ibunda Dara jadi orang tua, paling tidak sudah selama 17 tahun. Itu saja ia masih merasa gagal.
Apa kabar yang baru setahun dua tahun jadi orang tua? Rasanya mungkin baru nol koma sekian persen perjalanan terlampaui, ya kan?
2. Kesiapan fisik
Dalam salah satu adegan, dr. Fiza menjelaskan mengenai kondisi tubuh Dara yang belum matang untuk menerima “anugerah” menjadi orang tua. Ada risiko tinggi yang harus dihadapi ke depan. Dan memang, risiko itu harus diterima Dara di akhir film Dua Garis Biru.
Kehamilan di usia dini tak hanya soal menyalahi norma yang berlaku di masyarakat Indonesia, tapi ada sisi kesehatan yang justru harus menjadi fokus. Meski tubuh seorang perempuan sudah bisa menghasilkan sel telur untuk dibuahi saat masih usia belia, tetapi organ-organ secara keseluruhan belumlah siap. Tubuh seorang perempuan perlu waktu untuk bertumbuh dulu, sebelum benar-benar siap untuk menjadi ibu.
Hal ini justru sepertinya kadang masih luput dari perhatian kita, bukan? Selama ini, kehamilan di usia dini selalu dinilai berdasarkan agama. Bukannya nilai agama itu tak penting, namun buktinya, dalam film Dua Garis Biru ini, Dara dan Bima saja mengaku bahwa mereka tak tahu apa-apa mengenai kehamilan di usia dini, padahal mereka sudah diajarin mengenai sistem reproduksi di sekolah. Seharusnya pengetahuan mengenai kesiapan fisik ini juga diberikan dengan porsi yang sama dengan pengetahuan secara agama.
3. Kesiapan finansial
Nah, ini memang bisa jadi hal terakhir, namun tak kalah pentingnya dari kesiapan-kesiapan yang lain untuk menjadi orang tua. Dan ini jelas banget disampaikan dalam film Dua Garis Biru.
Kesiapan finansial untuk menjadi orang tua tak hanya sebatas sampai menyiapkan dana melahirkan saja lo! Setelah anak dilahirkan, akan banyak banget hal lain yang harus juga disiapkan. Mulai dari dana pendidikan, dana kesehatan, serta keperluan lainnya, yang kalau dihitung … duh, Dek Bima, dengan kamu bekerja di restoran ayahnya Dara doang itu sama sekali enggak akan cukup.
Belum lagi soal rumah, kan sebaiknya juga punya rumah sendiri nanti. Sudah siap merencanakan KPR belum? Sebaiknya investasi juga lo, Dek. Buat dana pensiun kelak. Jangan sampai anak kalian nanti harus menanggung hidup kalian di masa depan. Kasihan dia kan, jadi generasi sandwich.
Nah, kalau soal kesiapan menjadi orang tua yang terakhir ini bisa diatasi dengan ikutan kelas-kelas finansial online QM Financial sih. Ada banyak kelas yang bisa dipilih sesuai kebutuhan. Pakai aplikasi zoom, jadi mau ikut dari mana saja bisa. Dari luar negeri? Bisa banget.
Duh, jadi spoiler deh.
Yuk, segera dikepoin ya, kelas-kelasnya. Follow juga akun Instagram QM Financial, supaya nggak ketinggalan info kalau ada update kelas terbaru ataupun mantengin tip-tip keuangan yang praktis.
Nah, Dek Bima dan Dek Dara, gimana? Mau coba ikutan kelasnya? Bisa hubungi nomor WA QM Financial di 0811 1500 688 (NITA) ya!
QM Financial
1 Comment
Leave a Reply Cancel reply
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
[…] ingat salah satu adegan di film Dua Garis Biru. Saat Bima membelikan rok seragam untuk Dara, yang kegedean. Dia juga beli 2 karena dapat gratis […]