Ada data yang cukup membuat miris. Menurut Sitel–sebuah perusahaan penyedia jasa outsourcing terkemuka di Amerika–ternyata 1 dari 3 orang pekerja takut meminta pihak perusahaan tempat mereka bekerja untuk mengadakan training karyawan atau pelatihan, karena mereka takut dianggap inkompeten. Padahal, satu dari 2 pekerja ini mengaku, pernah menerima penalti ataupun punishment akibat kurangnya kompetensi ini.
Begitulah hasil survei Sitel terhadap lebih dari 1000 orang responden yang berstatus pekerja dalam binaan mereka. Data lainnya menyebutkan–masih dari Sitel–bahwa satu dari 4 pekerja mengaku, belum pernah sekali pun mengikuti training karyawan, lantaran perusahaan tempat mereka bekerja tidak menjadikan hal ini sebagai prioritas utama dalam usaha mengembangkan bisnis.
Padahal 1 dari 3 orang pekerja tersebut percaya, bahwa dengan training karyawan yang diberikan oleh perusahaan, maka kompetensi mereka akan meningkat, dan mereka akan dapat memberikan hasil kerja yang lebih baik lagi dari sekarang. Dan, dengan porsi perbandingan yang sama–satu dari 3 orang–para pekerja memilih untuk hengkang dari perusahaan jika memang mereka tak diberi kesempatan untuk bisa mengembangkan diri mereka.
Wah, data yang cukup lengkap ya? Dan, seperti lingkaran setan berefek domino.
Agar lebih mudah dipahami, mari kita simpulkan. Dari hasil survei Sitel tersebut kita dapat menemukan beberapa fakta sebagai berikut:
- Pihak perusahaan terkadang masih menempatkan training karyawan sebagai prioritas kesekian dalam usaha pengembangan bisnis.
- Karyawan takut mengusulkan diadakan training, lantaran adanya kekhawatiran dianggap tidak kompeten.
- Sebagian mengaku, pernah menerima punishment karena kurangnya kompetensi ini.
- Padahal, para pekerja percaya, training karyawan dapat membantu mereka untuk memberikan kinerja yang lebih baik.
- Sebagian besar karyawan memilih resign kalau kesempatan untuk mengembangkan diri tertutup.
Wah wah wah.
Padahal, tidak pernah ada larangan bagi karyawan untuk mengusulkan pada pihak perusahaan–dalam hal ini, melalui HR–untuk mengadakan training atau pelatihan sesuai kebutuhan mereka lo. Bahkan, kalau usulan training ini datang dari pihak karyawan, bukankah ini lebih baik? Karena pihak perusahaan lantas tahu, apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh para karyawan agar mereka bisa mengembangkan diri dan bisa lebih produktif lagi.
Mari kita lihat, beberapa trik untuk mengusulkan diadakannya training karyawan pada pihak perusahaan ini
1. Ketahui apa yang dibutuhkan
Untuk bisa mengusulkan training karyawan pada pihak perusahaan, dari pihak karyawannya sendiri harus sudah tahu dulu, kompetensi apa yang ingin ditingkatkan. Dengan demikian, pihak perusahaan dapat mencarikan jenis training karyawan yang paling tepat. Mungkinkah training manajerial, training teknis, atau juga training keuangan?
Ada beberapa jenis training karyawan yang umum diadakan di perusahaan-perusahaan. Tapi, tentunya hal ini disesuaikan dengan kebutuhan. Jika ada jenis training lain yang diperlukan, ya mengapa tidak diadakan secara khusus?
2. Pastikan training tidak mengganggu jam kerja
Selanjutnya, setelah mengenali kebutuhan, adalah menentukan waktu yang tepat. Pastinya training karyawan ini tidak hanya akan memakan waktu satu dua jam saja, apalagi jika materinya cukup rumit. Mungkin bahkan membutuhkan beberapa hari.
Karena itu, coba pastikan training diadakan di kala workload tidak terlalu tinggi. Dengan demikian, target kerja tetap bisa tercapai, sembari meng-upgrade diri sendiri.
3. Pastikan pihak perusahaan paham apa keuntungannya bagi mereka
Dalam ilustrasi data di atas, kita sudah melihat, bahwa banyak perusahaan masih belum paham mengenai arti pentingnya training karyawan. Untuk alasan pastinya, hanya perusahaan sendiri yang tahu tentunya ya?
Nah, di sinilah karyawan harus bisa meyakinkan pihak perusahaan bahwa mereka membutuhkan training yang sesuai untuk dapat meningkatkan kompetensi. So, coba berikan argumen dengan berdasarkan data, bahwa perkembangan bisnis perusahaan akan baik jika karyawan diperbaiki kompetensinya. Ungkapkan apa saja keuntungan yang bisa dirasakan oleh perusahaan nantinya jika training karyawan ini berhasil.
Misalnya saja, training keuangan. Jika karyawan diberikan pelatihan literasi keuangan yang baik, maka karyawan akan bebas stres yang diakibatkan oleh masalah keuangan, karyawan bisa bebas utang, bisa mengalokasikan gaji untuk dana darurat, tabungan, dan investasi sehingga tak lagi mengeluhkan gaji yang kurang.
Sekali lagi, karyawan merupakan aset perusahaan. Makanya, perlu banget untuk dikelola dengan baik, bahkan harus dikembangkan supaya lebih baik lagi. Salah satu caranya adalah dengan memberikan training karyawan sesuai dengan kebutuhan mereka.
Tertarik untuk mengundang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan di perusahaan Anda? Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Follow Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.