Saya sering dipanggil pihak HRD (Human Resources Division) di berbagai organisasi. Biasanya mereka tertarik untuk membuat program pelatihan keuangan untuk karyawan perusahaan. Pelatihan ini bisa berupa seminar (biasanya ini jadi ajang saya latihan stand up comedy-lah hahaha) atau training khusus dengan metoda experiential learning yang serba interaktif.
Sebelum kembali dengan program pelatihan yang sesuai, saya dan tim QM Financial butuh berdiskusi dahulu dengan pihak HRD organisasi tersebut. Biasanya ada beberapa keluhan karyawan yang perlu segera ditangani.
1. Utang
Ada yang bilang, mendingan ngutang aja daripada gak punya apa-apa. Sehingga kita cenderung jadi orang yang sangat ‘ramah’ kalau ditawari utang. Lihat saja bagaimana gencarnya penawaran kartu kredit dan kredit tanpa kolateral. Perkembangan fintech pun dipenuhi berbagai layanan digital untuk aplikasi utang!
Kalau pemberi kredit semakin agresif menawarkan kredit, perlu ada cara untuk ‘memeluk’ calon peminjam agar berhati-hati! Sebagai orang yang meminjam, kita yang akan bertanggung jawab mengembalikan pinjaman tersebut. Dengan penghasilan yang ada batasnya, harus ada batas juga pada pinjaman. Edukasi tentang resnposible lending ini perlu dimulai dari perusahaan-perusahaan. Salah satu syarat aplikasi utang adalah memberikan alamat kantor. Ini ternyata dapat digunakan pihak pemberi kredit untuk menagih utang yang sedang macet! Males gak sih kalau ada debt collector nongkrong di lobi kantor nungguin temanmu?
2. Gaji tidak cukup
Tanya deh pada teman-teman di sekitar, siapa di antara mereka yang gak mau naik gaji tahun ini? Tentu semua akan bilang mau! Keluhan paling standar adalah merasa gaji gak cukup. Lalu sebetulnya berapa sih angka cukup tersebut. Kenyataannya waktu gaji 2 juta, nabung 500ribu. Gaji naik jadi 5 juta, nabungnya tetap 500ribu. Saya pernah lho bertemu direktur dengan gaji 150 juta, nabungnya sama, 500ribu!
Ok. Ternyata mengatur pengeluaran butuh skill tersendiri! Semua pemboros di luar sana, waktu kecil diajari menabung, tapi lupa gak diajari gimana cara ngabisin uang yang bijak. Ya kan?
Belajar tentang mengatur pengeluaran ini gak perlu dengan seminar kaku yang duduk 2 jam mendengarkan orang lain ngomong. Ini bisa dibuat gamifikasinya seperti role play dan shopping games.
3. Tidak siap pensiun
Terakhir tapi gak kalah penting adalah persiapan pensiun. Beberapa perusahaan cukup rajin membuat program persiapan pensiun. Yang menarik program ini sering kali baru dilaksanakan 1 tahun sebelum karyawannya pensiun.
Kebayang gak? Di usia 54 tahun, diajak ikut pelatihan dan mengubah mindset-nya yang sudah terbentuk 30 tahun terakhir, untuk siap pensiun tahun depan! Lebih gawat lagi, para calon pensiunan ini diajak terjun ke dunia wirausaha dengan persiapan yang serba kilat. Bukan gak bisa lho, tapi tahu kan bikin bisnis itu tingkat gagalnya tinggi. Mental harus kuat. Energi harus banyak. Saya kuatir program yang tidak mempertimbangkan faktor risiko bisnis bisa membuat para pensiunan di usia 60 tahun stress karena harus berhadapan dengan bisnis yang penuh masalah.
Menyusun program pensiun pun tidak melulu tentang wirausaha. Yang punya bisnis kan juga perlu pensiun! Banyak pensiunan bisa menikmati masa tua dari hasil investasinya di properti dan surat berharga. Jadi, jangan sampai program pensiun yang tersedia melupakan kedua jenis aset aktif tersebut.
Memang sih belum semua perusahaan punya anggaran khusus untuk pelatihan keuangan. Tetapi dengan 3 keluhan ini saja, kita sudah bisa melihat betapa besarnya efek dari masalah keuangan pribadi karyawan yang harus dihadapi rekan-rekan HRD.
Karyawan boleh mengeluh, HRD mendengarkan.
Ada kok solusinya. Tapi gak bisa instan dari harus mau terus belajar.
Semoga bermanfaat!
#QMTraining adalah program pelatihan interaktif untuk karyawan di perusahaan. Anda dapat menyusun program bersama konsultan dan pembicara dari QM Financial agar sesuai dengan kebutuhan literasi finansial Anda.
Hubungi kami melalui email: [email protected] atau isi formulir pada laman KONTAK