Work from Anywhere: Lebih Boros?
Work from home memang mulai dikenal sejak pandemi. Sebagian menganggap work from home ini lebih efisien untuk kinerja masing-masing, sehingga sekarang—meski sudah pelonggaran—beberapa perusahaan tetap mempertahankan sistem kerja ini bagi karyawannya. Bahkan ada yang lebih jauh lagi, menerapkan work from anywhere, alias bekerja dari mana saja.
Work from home dan work from anywhere memang menawarkan fleksibilitas lebih sih. Kita bisa bekerja dengan disesuaikan mood. Mau berpindah suasana juga oke. Biasanya kerja di dalam kamar, terus pindah ke teras belakang rumah. Biasanya sih dengan begitu, ide-ide bisa mengalir dengan lancar. Buat yang work from anywhere juga sama, mau kerja dengan berpindah dari coworking space satu ke coworking space yang lain ya oke saja. Di samping itu, kita juga bebas dari pakaian kerja yang mengikat.
Namun, ternyata tak sedikit pula yang menganggap work from home atau work from anywhere ini cukup merepotkan. Ada beberapa alasan, misalnya seperti soal waktu kerja. Memang ada fleksibilitas yang ditawarkan, tetapi justru hal ini membuat waktu kerja menjadi tak terbatas, sehingga semakin sulit untuk bisa mencapai work life balance.
Hal yang lain yang juga sering dikeluhkan ketika work from home atau work from anywhere adalah boros!
Mengapa Work from Anywhere Jadi Lebih Boros?
Nah, ini perlu dicermati lebih jauh sih. Mengapa bisa work from anywhere atau work from home itu lebih boros? Umumnya sih karena alasan berikut ini.
Mengandalkan paket data
Kerja tidak dalam lokasi yang sama, padahal pasti butuh koordinasi. Belum lagi tetek bengek, misalnya berbagai prosedur yang harus dijalankan, minta tanda tangan atasan, minta konfirmasi keuangan, dan sebagainya. Semua harus dilakukan secara online. Mau enggak mau, paket data harus aktif terus. Yang tadinya bisa langsung berinteraksi, sekarang meeting juga online.
Kalau dihitung-hitung lumayan juga selisihnya kalau dibandingkan dengan work from office. Ya iyalah, saat work from office kan nyambungnya ke WiFi kantor kan ya?
So, kalau seperti ini memang langganan WiFi unlimited akan lebih efisien. Apalagi kalau memang satu rumah atau satu kosan butuh internet semua.
Lebih banyak pesan makanan online
Nah, coba siapa ini ya? Memang sih, pesan makanan online itu lebih praktis dan cepat. Cocok buat yang sudah repot dengan pekerjaan.
Tapi keseringan pesan makanan online memang mengancam kesejahteraan dompet. Pasalnya, sekarang harga-harga makanan online selisihnya sudah lumayan ketimbang kita beli langsung di warungnya. Belum lagi ada biaya platform atau biaya aplikasi yang sekarang juga diterapkan. Ditambah ongkos kirim, kadang selisih makanan online malah jadi berkali lipat.
Lembur terus
Beberapa orang bahkan sudah mengeluhkan soal waktu kerja yang lebih panjang ketika work from anywhere. Kalau kebetulan work from home, listrik bisa jadi juga akan lebih boros, karena kita sepanjang waktu berada di rumah. Tokennya cepat habis.
Belum lagi karena merasa lembur terus, akhirnya menganggap bahwa self reward juga harus sepadan. Belanja online deh, sampai puas.
Waduh.
Atur Keuangan Work from Anywhere
So, itu dia “sisi lain” dari work from anywhere yang bisa terjadi, yang bikin dompet kalang kabut. Jangan sampai deh, hal-hal tersebut kamu alami, padahal sebenarnya kamu enjoy banget untuk bisa work from anywhere.
Lalu, gimana caranya agar bisa work from anywhere dengan enjoy tapi juga enggak boros?
Buat anggaran
Pengeluaran yang lebih banyak saat work from anywhere sebenarnya sepadan dengan pengeluaran yang mungkin bisa kamu pangkas. Misalnya saja, untuk work from anywhere—termasuk dengan work from home—kamu bisa menghemat uang transportasi. Kamu juga menghemat waktu untuk perjalanan ke kantor.
Untuk mempermudah kamu semakin berhemat, kamu bisa menggunakan formula 1-2-3-4 untuk membuat anggaran work from anywhere.
Terdiri atas:
- 10% penghasilan untuk biaya lifestyle, di sinilah pos anggaran jika kamu butuh self reward. Kalau habis, ya tunggu sampai bisa ditopup lagi setelah gajian.
- 20% penghasilan masuk ke investasi, jangan sampai investasi malah turun prioritas gara-gara biaya work from anywhere yang membengkak—yang sebenarnya kita sendiri yang boros.
- 30% penghasilan untuk cicilan utang, jika ada.
- 40% penghasilan dianggarkan untuk kebutuhan rutin, termasuk di dalamnya adalah segala kebutuhan work from anywhere. Namun, perlu hati-hati dalam memilah ya, mana kebutuhan dan mana yang sebenarnya keinginan belaka. Bekerja di kafe setiap hari termasuk kebutuhan atau keinginan?
Berhematlah di bagian-bagian yang memungkinkan
Alih-alih pesan makanan online terus, mungkin bisa memasak sendiri saja. Bahan-bahan sekarang juag sudah mudah didapatkan, karena tidak ada lagi pembatasan mobilitas kan? Bumbu-bumbu instan banyak, dan harganya lebih terjangkau. Masak sendiri bakalan bisa jadi langkah berhemat pertama.
Langganan WiFi patungan dengan teman-teman sekos, atau yang serumah kontrakan, atau dengan anggota keluarga yang lain. Dengan begitu, biaya paket data bisa lebih diefektifkan.
Coba cari lagi pos-pos yang bisa lebih dihemat. Bedakan dengan memilah mana kebutuhan dan mana keinginan.
Tetap siapkan biaya tak terduga
Work from office akan membuatmu lebih banyak bersosialisasi dengan teman-teman. Misalnya butuh dana buat beli kado kalau ada yang ulang tahun, juga butuh dana buat nraktir kalau ulang tahun, kadang ada arisan, atau misalnya perlu berdonasi untuk membantu yang sedang kesulitan.
Jangan salah, saat work from anywhere bisa jadi kamu juga akan tetap membutuhkan dana-dana ini, meskipun kamu tidak secara langsung berinteraksi dengan mereka. So, tetap siap dengan berbagai biaya tak terduga.
Nah, jadi gimana? Bisa kan lebih berhemat dengan work from anywhere? Bisa dong!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
5 Langkah Mengelola Gaji yang Belum Pulih di Masa New Normal
Sebagian dari kamu mungkin saat ini sudah mulai menerapkan work from office, alias sudah kembali ke kantor untuk bekerja, dengan tetap menjalankan protokol kesehatan sesuai dengan anjuran pemerintah. Yep, rutinitas sudah balik, tapi sayangnya, gaji belum kembali seperti sebelum pandemi. So, sepertinya butuh cara tepat untuk mengelola gaji agar bisa survive nih.
Mengapa begitu?
Ya, karena sebagian dari perusahaan masih belum bisa membiarkanmu untuk lembur, atau melakukan perjalanan dinas, dan lain sebagainya, yang biasanya “membuahkan” tambahan gaji, insentif, bonus, dan lain-lain pada slip gajimu. Dengan demikian, sebagian dari karyawan sekarang masih harus puas dengan menerima gaji pokok dan beberapa tunjangan wajib saja, seperti tunjangan makan dan transportasi.
Padahal, rutinitas sudah kembali, yang berarti kebutuhan hidup juga jalan terus seperti sebelumnya, meski harus diadakan penyesuaian di sana-sini.
Jadi, gimana dong?
5 Hal untuk Mengelola Gaji yang Belum Pulih di Masa New Normal
1. Dahulukan kebutuhan dasar
Kebutuhan dasar adalah kebutuhan yang secara rutin kamu pakai, yang kamu gunakan untuk hidup, yang tidak bisa disubstitusi oleh barang lain. Mulai dari makanan, kebutuhan rumah tangga, transportasi, pulsa, listrik, air, dan sebagainya.
Enggak, langganan streaming film dan musik nggak termasuk kebutuhan dasar, karena tanpa langganan pun sebenarnya hidupmu baik-baik saja. Enggak, jajan kopi dan boba sebenarnya juga nggak termasuk kebutuhan dasar. Tetapi, beli air minum dalam galon bisa jadi kebutuhan dasar. Makanan termasuk kebutuhan dasar, tetapi pesan makanan online setiap hari yang masih ditambah ongkos kirim, itu bukan termasuk kebutuhan dasar. Beras, dan stok bahan makanan yang bisa kamu masak sendiri dan dijadikan lauk adalah kebutuhan dasar.
Nah, sudah terasa bedanya ya.
It’s ok sih kalau misalnya kamu mau tetap langganan streaming, jajan, pesan makanan online. Tapi kalau memang gaji kamu tidak mencukup, hal-hal ini bisa diatur lagi. Turunkan standar, dan coba cari cara agar pengeluaran bisa dikurangi.
Itu saja inti dari mengelola gaji yang belum pulih di masa new normal.
2. Prioritaskan utang
Untuk bisa mengelola gaji dengan lebih baik lagi di masa new normal, coba cek yuk, sampai dengan hari ini, posisi utangmu ada di mana? Masih kurang berapa banyak dan berapa lama?
Selain kebutuhan dasar, cicilan utang harus menjadi top priority dalam usaha kamu mengelola gaji yang belum normal di masa yang sudah “dinormalkan” ini.
Kalau memang perlu, kamu bisa meminta keringanan cicilan pada pihak pemberi pinjaman. Coba cek artikel yang sudah ditautkan ya. Memang sih, aturan stimulus pemerintah ini ditujukan bagi pekerja informal dan harian. Tetapi enggak ada salahnya kamu ajukan, meski kamu adalah karyawan suatu perusahaan, karena pada dasarnya setiap institusi keuangan memiliki kebijakan masing-masing.
Coba dulu boleh, siapa tahu lolos dan bisa membantu keuanganmu kan?
3. Cek dana darurat
Dana darurat akan menjadi jaring pengaman pertamamu untuk bisa survive di masa new normal, sementara gaji belum normal seperti sebelumnya.
Coba cek lagi ya, sebelum kamu benar-benar menggunakan tabungan untuk hidup ataupun mencairkan instrumen yang memang kamu gunakan sebagai dana darurat, seperti reksa dana pasar uang ataupun emas. Kamu harus tetap memperhitungkan setiap detailnya agar penggunaan dana darurat dapat seefektif mungkin.
Jangan lupa untuk mengembalikan dana darurat, begitu krisis ini berlalu.
4. Asuransi kesehatan harus tetap jalan
Yes, seharusnya sih iuran asuransi kesehatan–terutama BPJS Kesehatan dengan subsidi dari kantor–tetap jalan. Coba kamu cek ke bagian HR di kantormu ya. Pastikan iuran tetap dibayarkan, karena asuransi kesehatan seperti halnya kebutuhan dasar, sangat penting untuk tetap diprioritaskan dalam kondisi krisis sekalipun.
Jika kamu terpaksa harus dirumahkan atau terkena PHK, maka segera urus BPJS Kesehatan mandiri, agar iuranmu bisa tetap diteruskan.
5. Investasi jika mampu
Kalau di masa normal sebelumnya, investasi dan/atau menabung bisa kamu lakukan di awal setelah kamu menerima gaji. Tetapi, dalam kondisi krisis–meski kamu tidak disarankan untuk berhenti menabung dan/atau investasi–tetapi kamu bisa menurunkan prioritasnya setelah kebutuhan dasar dan cicilan utang aman.
Investasi di masa sulit mungkin memang akan sulit dilakukan oleh sebagian orang–termasuk mereka yang berstatus karyawan. Ya, kalau memang belum bisa memulai investasi, ya enggak apa. Yang penting, kamu bisa mengelola gaji yang belum pulih ini dengan baik, agar bisa survive sampai semua normal kembali.
Bagaimana? Apakah langkah-langkah mengelola gaji di atas dirasa sulit untukmu? Semoga enggak ya.
Kalau memang kamu merasa kesulitan mengelola gaji di masa new normal, coba usulkan diadakan training keuangan di perusahaan tempat kamu bekerja.
Kesemua hal tersebut bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.