Menghindari Jeratan Utang Kartu Kredit, Ini 7 Tipnya!
Kartu kredit–di balik setiap mudharatnya–ada juga manfaatnya. Utang kartu kredit bukannya dilarang, tetapi lebih pada bagaimana mengelola keinginan kita sendiri saat menggunakannya.
Nggak boleh nafsu!
Di saat-saat tertentu, kondisi tertentu, utang kartu kredit bisa membantu banget. Misalnya, untuk transaksi online secara internasional akan lebih cepat dan praktis jika menggunakan kartu kredit. Begitu juga kalau kita sering bepergian ke luar negeri, kadang akan lebih praktis kalau ditemani kartu kredit.
Kartu kredit juga bisa menjadi jaminan untuk keperluan ini dan itu. Misalnya, buat para pekerja lepas yang bekerja secara remote dan gajinya harus ditransfer antarbank antarnegara, mereka akan butuh kartu kredit sebagai jaminan untuk membuka akun layanan finansial tertentu.
See? Semua memang balik lagi ke kita, sebagai pemilik kartu kredit. Jadi, pada intinya, terjerat utang kartu kredit ini sebenarnya bisa dihindari. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam penggunaan kartu kredit agar kemudian kita bisa bijak mengelolanya? Yuk, kita lihat.
7 Tip Menghindari Jeratan Utang Kartu Kredit
1. Pahami syarat dan ketentuan
Ini nih penyakit sebagian besar dari kita, enggak usah dimungkiri deh. Apa itu? Malas baca manual, syarat dan ketentuan, aturan-aturan, dan sebangsanya.
Ini juga berlaku pada penggunaan kartu kredit. Sepertinya banyak di antara kita yang enggak tahu dengan senyata-nyatanya, bunga utang kartu kredit itu berapa.
Jadi, pelajari syarat dan ketentuan kartu kreditmu; bunganya berapa persen, jatuh tempo setiap tanggal berapa, berapa dendanya jika terlambat membayar, dan seterusnya. Baru setelah benar-benar paham dengan segala macam syarat dan ketentuan ini, kamu bisa menggunakan kartu kredit tersebut sesuai kebutuhan.
Ingat ya, sesuai kebutuhan. Bukan sesuai keinginan.
2. Bijak memutuskan
Ini nih, barangkali semua orang juga sudah hafal. Tentang aturan nomor satu dalam mengeluarkan uang–termasuk kalau mau utang kartu kredit, yaitu utamakan kebutuhan. Bukan keinginan.
Enggak setiap belanja kita harus pakai kartu kredit. Apalagi groceries, sepertinya bisa dianggarkan setiap bulannya kan? Akan lebih baik kalau pakai uang tunai saja, supaya lebih mudah dikendalikan.
Enggak setiap nongkrong di kafe kita juga bayar pakai kartu kredit. Begitu pula enggak setiap bulan, kita harus ganti smartphone dengan yang terbaru dan dibayar dengan utang kartu kredit.
Jadi, kapan kita menggunakan kartu kredit? Ya, kapan saja bisa, tapi pertimbangkanlah dengan baik.
3. Batasi jumlah kartu kredit yang dimiliki
Berapa banyak kartu kredit yang kamu miliki? Lima, enam? Buat apa saja?
Kadang memang banyak yang suka mengoleksi kartu kredit. Kalau ditanya, buat apa, ya enggak tahu juga sih jawabannya apa. Coba deh, kamu yang sedang membaca artikel ini, mungkin bisa menjawab. Sila ditulis di kolom komen ya!
Terlalu banyak memiliki kartu kredit itu sebenarnya kurang efektif. Biaya tahunannya kan lumayan juga, apalagi tagihannya nanti kalau dipakai semua. Peluang mengendalikan diri juga makin tipis.
Jadi, berapa idealnya kita punya kartu kredit, seharusnya? Ya, sesuai kebutuhan saja. Kalau butuhnya hanya satu biji, ya satu sajalah cukup. Satu kartu kredit kalau bisa kita manfaatkan dengan optimal, juga sudah banyak membantu kok.
4. Minta limit terbatas
Bank atau penerbit kartu kredit mana pun biasanya akan menentukan limit utang kartu kredit dari gaji yang kita terima–yang mereka sudah dapatkan datanya ketika kita apply dulu, atau dari rapor kredit kita selama ini.
Kalau memang prospektif bagi mereka, maka limit kartu kredit bisa tinggi atau dinaikkan.
Di sini kita lagi yang harus pegang kontrol. Kalau memang limitnya terlalu tinggi, demi pengendalian diri, ada baiknya kita negosiasi agar limitnya diturunkan saja.
Masing-masing bank punya aturan sendiri-sendiri sih, jadi silakan menghubungi customer service kartu kreditnya untuk menegosiasi hal ini.
5. Bayar tagihan tepat waktu, sebisa mungkin secara penuh
Salah satu hal yang harus diwaspadai soal utang kartu kredit adalah jatuh tempo tagihan.
Kalau kita menggunakan kartu kredit, dan bisa membayar penuh sebelum jatuh tempo, maka tidak ada bunga yang harus ikut dibayarkan.
Ini sudah pasti. Jadi, jika memang sanggup, bayarkan lunas sebelum jatuh tempo, berapa pun utang kita. Jangan menunggu tagihan datang. Apalagi sampai telat bayar. Kalau sampai telat bayar, selain bunga, ada juga denda yang ikut dibebankan. Jadi berkali lipat deh tagihannya.
6. Hindari tarik tunai
Demikian juga dengan tarik tunai. Sebaiknya dihindari saja deh.
Selain beban bunga kartu kredit standar (kisaran 2,25% per bulan, atau 27% per tahun), ada juga biaya tarik tunai yang besarnya antara 4 – 6% dari tagihan.
7. Amankan!
Zaman sekarang, kejahatan siber semakin marak. Orang-orang semakin “kreatif” modusnya untuk berbuat jahat hingga merugikan orang lain.
Kartu kredit biasanya juga merupakan salah satu sasaran empuk kejahatan. Jadi, amankan selalu kartu kreditmu.
- Jangan difoto dan diperlihatkan nomornya ke publik (media sosial atau chat sekalipun)
- Selalu waspada jika hendak berbelanja online, terutama jika kamu mengakses Wifi umum.
- Perhatikan di mana kamu menyimpannya, jangan sampai diambil orang secara diam-diam.
- Amankan juga dari saudara, keluarga. Sering lo, ada kasus, kartu kredit orang tua dipakai oleh anak untuk keperluan belanja, ngegame, dan sebagainya. Tahu-tahu orang tua dapat tagihan yang bikin shock.
Nah, semoga dengan berbagai tip agar terhindar dari jeratan utang kartu kredit di atas, kamu bisa lebih bijak mengelola keuanganmu lagi ya. Yuk, wujudkan tahun 2020 punya kondisi keuangan yang sehat!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Kesalahan dalam Membayar Utang
Gimana? Sudah dalam tahap membayar utang kembali, demi 2020 bebas utang dan kondisi keuangan yang lebih sehat? Bagus!
Membayar utang adalah kewajiban setiap umat yang berutang. Karena, berani utang ya berani bayar. Kewajiban membayar harus sudah menjadi bahan pertimbangan utama bahkan sebelum utang. Ya, kalau enggak, terus enggak dibayar kembali, gitu? Jangan utang deh, kalau memang enggak berniat membayar kembali.
Tapi, kadang kejadian juga, sudah berniat baik untuk membayar utang kembali, tapi justru kita semakin terjerat dalam perutangan. Ouch! Tentunya kamu enggak mau dong, hal ini terjadi kan? Karena itu, jangan sampai melakukan beberapa kesalahan berikut ini saat membayar utang.
5 Kesalahan yang Sering Dilakukan Saat Membayar Utang Kembali
1. Menambah utang lagi
Gali lubang tutup lubang, tanpa sadar lubangnya justru semakin besar dan dalam. Duh, mimpi buruk banget deh ini, bagi semua orang yang punya utang.
Mungkin kamu berpikir, nggak apalah pinjam pada keluarga, misalnya, demi membayar utang bank. Baiklah, itu keputusanmu. Namun, kamu juga memperhitungkan “harga” atau value hubungan keluarga, jika kamu memutuskan untuk gali lubang untuk menutup lubang yang lain seperti ini.
Atau bisa jadi, kamu memperhitungkan bahwa bulan depan gajimu akan naik. Maka, kamu anggap nggak apa deh buat menambah utang lagi, padahal utang yang lain masih panjang pelunasannya. Hati-hati, sebaiknya jangan pernah menggunakan uang yang belum di tangan, dan tetap pertahankan pada batas maksimal 30% dari penghasilan. Kalau uang belum di tangan, itu berarti kamu belum punya uang untuk membayar utang lo! Kalau ada kondisi tertentu hingga kenaikan gajimu tertunda, bagaimana?
Juga, kalau sudah lebih dari 30%, sebaiknya setop utang dulu. Jangan menambah utang lagi.
2. Tanpa rencana atau strategi
Besarnya utang mungkin tak seberapa, tetapi untuk membayarnya kembali kamu tetap butuh rencana dan strategi.
Mengapa? Karena tanpa rencana dan strategi, utang tak akan terkelola dengan baik hingga bisa saja berakibat kita jadi kewalahan membayarnya kembali.
Rencana dan strategi untuk membayar utang kembali ini seharusnya sudah dipertimbangkan masak-masak saat kita masih berencana untuk berutang. Kalau sudah berpasangan, bagaimana pembagian peran dalam mengelola keuangan–termasuk harus membahas siapa yang bertugas membayar cicilan, jika memang utangnya harus dibayar kembali dengan cara dicicil. Dan, seterusnya.
Jangan sampai berutang, tanpa rencana dan strategi pembayaran kembali.
3. Bayar telat
Bayar telat, ingat denda. Hampir di setiap jenis kredit atau utang, selalu ada denda yang berlaku jika ada keterlambatan pembayaran. Bahkan utang sekecil di PayLater pun juga ada dendanya lo. Memang tak seberapa sih, sekitar Rp2.000 per hari saja.
Nah, dengan limit utang yang kecil juga, lalu terjadi keterlambatan pelunasan, masih ditambah dengan bunga dan biaya administrasi, jadi akumulasi denda ini akhirnya kerasa juga. Apalagi kalau sampai telat sebulan. Yah, berarti berapa persen sendiri tuh?
Begitu juga dengan utang kartu kredit. Bayar telat, akan ada denda plus bunga. Lama-lama cuma bisa bayar minimum, yang akhirnya bikin bunga berbunga dan makin membengkak.
4. Bayar minimum
Kadang para kreditur ini memang menganggap enteng sih, dengan jumlah pembayaran utang minimum ini. Banyak yang salah paham, bahwa bunga kartu kredit dihitung berdasarkan sisa tagihan, padahal sebenarnya dari nilai total transaksi utang.
Dengan membayar jumlah minimum ini, total tagihan yang perlu dibayarkan semakin meningkat. Parahnya, hal ini justru banyak yang tak disadari oleh para pengguna kartu kredit pembayar minimum ini.
So, sebaiknya, jangan tunda lagi membayar utang–terutama utang kartu kredit. Kalau punya uang lebih, segera saja lunasi. Agar tak kena efek bunga berbunga.
5. Pakai uang pos lain, tapi lupa ganti
Saat kita membayar utang, mungkin kita harus mencairkan tabungan ataupun dana darurat. Semua demi utang yang lebih cepat terlunasi. Ini adalah langkah yang baik.
Namun, hal ini bisa jadi bumerang, kalau uang yang kita pakai untuk melunasi utang itu tidak segera diganti. Misalnya, kita ambil dana darurat. Utang lunas, maka PR selanjutnya adalah segera mengganti dana darurat yang sudah dipakai. Kalau enggak, nanti kalau butuh dana lagi gimana? Masa iya, mau utang lagi?
Jadi, jangan sampai lupa mengganti uang yang dipakai untuk membayar utang ya.
So, gimana nih? Semoga kamu tidak melakukan satu pun dari kesalahan membayar utang di atas ya. Semoga utangmu juga segera beres.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Pertimbangan Sebelum Berutang
Utang memang boleh, tapi harus memenuhi 3 syarat utang sehat. Ya memang, lebih enak sih kalau enggak punya utang. Beban hidup ringan! Karenanya, ada beberapa pertimbangan penting yang harus dipikirkan sebelum berutang.
Sebagai manusia, sudah wajar kalau kita ini punya banyak keinginan. Kita sering kali butuh sesuatu yang harganya enggak terjangkau, sedangkan barang tersebut bisa jadi aset berharga di masa depan kita nanti. Rumah, misalnya. Beli rumah dengan uang cash? Ya, kalau bisa sih bagus banget! Tapi, buat sebagian (besar) orang, hal ini enggak mungkin dilakukan. Jadilah berutang.
Nggak masalah kok. Jadi, mari kita lihat beberapa pertimbangan sebelum berutang yang harus dipikirkan dengan saksama.
5 Pertimbangan Sebelum Berutang
1. Uangnya buat apa?
Sebelum berutang pastinya kamu harus tahu dulu, utangnya buat apa?
Ya masa sih, utang asal utang, tanpa tahu mau buat apa? Buat apa aja kek, buat beli barang-barang yang oke.
Barang apa?
Ingat, #TujuanLoApa? Segala hal keuangan selalu diawali dengan pertanyaan, tujuannya apa? Mau investasi, tujuannya apa? Mau utang, tujuannya apa?
Dengan adanya tujuan, kamu akan tahu seberapa kamu harus berutang. Dengan adanya tujuan, kamu juga bisa memanfaatkan uang hasil berutang dengan lebih baik dan pastinya lebih bermanfaat buatmu.
Setelah menentukan tujuan utang, pastikan kamu juga tahu, barang yang akan dibeli dengan uang hasil utang itu nantinya untuk apa.
Beda lo antara “beli laptop buat kerja, karena laptop yang lama udah lemot, ngehang melulu, akibatnya jadi telat terus setor kerjaan” dengan “beli laptop terbaru biar kalau dibawa ke kantor, orang-orang pada kagum dan gue pun jadi populer karena punya laptop canggih”.
2. Dari mana nanti uang untuk membayar kembali?
Setelah tahu tujuan apa, maka pertimbangkan hal ini juga sebelum berutang: dari mana nanti uangnya yang mau dipakai untuk mencicil atau membayar kembali pinjamannya?
Ini penting banget ya! Jangan sampai kamu berutang, tapi “liat nanti” buat bayarnya.
Ingat, berani utang, berani bayar.
Bisa saja kok misalnya nih, kamu berutang untuk liburan, karena uang bonus tahunanmu baru keluar bulan depan. Nah, pastikan uang bonusmu benar-benar cair di waktu yang ditentukan, dan pastikan juga uang bonusmu dipakai untuk membayar utang ya.
3. Berapa tingkat bunganya?
Pertimbangan ketiga sebelum berutang yang harus benar-benar diperhitungkan adalah tingkat suku bunga, jika kita memutuskan untuk mengembalikan pinjaman dengan cara mencicil.
Bandingkan tingkat suku bunga cicilan dengan standar tingkat suku bunga deposito dari BI. Masuk akal enggak?
Terus yang kedua–yang harus dipertimbangkan terkait tingkat suku bunga–adalah bunganya fixed atau floating? Flat atau efektif?
Mintalah simulasi angsuran pada si pemberi pinjaman, dan pelajari dengan saksama.
4. Utang di mana?
Hal keempat yang harus dipertimbangkan sebelum berutang adalah mau utang di mana, atau pada siapa?
Pada saudara atau teman, keluarga? Ke bank? Pinjol?
Pertimbangkan dengan hati-hati semua plus minusnya. Kalau mau ke bank, luangkan waktu untuk survei dan riset sebanyak-banyaknya. Bandingkan produk kredit satu sama lain.
Mau ke pinjol, well, harus lebih ekstra hati-hati lagi. Lebih baik, hindari pinjol ilegal. Cari tahu di website OJK, fintech mana saja yang sudah masuk ke dalam daftar mereka dan diawasi. Pastinya yang legal akan lebih aman. Jangan sampai menambah sejarah kelam pinjaman online.
Mau ke saudara, teman, atau keluarga? Pertimbangkan hubungan baik yang selama ini sudah terjaga ya. Jangan sampai rusak hanya karena utang.
5. Risiko
Nah, ini juga erat kaitannya dengan pertimbangan keempat tadi sih. Segala macam risiko harus dipertimbangkan dengan baik sebelum berutang.
Ada 2 risiko utama dalam berutang yang harus dipikirkan. Yang pertama, saat si peminjam meninggal. Pernah dengar, ada anak yang ditinggal orang tua dengan mewarisi utang-utangnya? Jangan sampai ini terjadi ya. Pikirkan alternatif solusi agar utang tidak diwariskan pada mereka yang tidak berkewajiban untuk membayar. Dengan membeli asuransi jiwa murni, misalnya.
Risiko kedua, adanya penurunan nilai dari barang yang kita beli dari hasil berutang. Misalnya, harga rumah saat dibeli ada di posisi Rp1 miliar. Karena adanya krisis dan kondisi tertentu, harga properti pun ambruk. Sehingga saat dijual kembali, harga rumah hanya di Rp500 juta, padahal masih ada sisa cicilan lagi. Apa yang harus dilakukan?
Nah, risiko-risiko seperti ini harus diperhitungkan dengan saksama sebelum berutang.
So, gimana nih? Sudahkah pertimbanganmu matang sebelum berutang? Kalau sudah, selamat menjalankan rencanamu untuk masa depan yang lebih baik!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
7 Cara Efektif Melunasi Utang
Yang namanya manusia itu memang seharusnya punya banyak mau dan mimpi. Tapi sayangnya, kekuatan kita terbatas. Termasuk urusan keuangan. Karena keterbatasan itulah, kadang kita perlu untuk mengambil utang. Tapi, sayangnya, banyak orang yang berutang tanpa punya rencana untuk melunasi utang hingga tuntas.
Inilah yang kemudian menjadi masalah besar. Padahal jelas, berani berutang, ya harus berani bayar–mengembalikan pinjaman uangnya. Namanya juga pinjam, ya harus dikembalikan. Lepas dari apa pun tujuan kita berutang.
Kadang, baru kerasa kalau utang bertumpuk, hingga membuahkan bunga berbunga. Makin lama, makin menjerat, seakan kita enggak pernah terlepas seumur hidup.
Well, turut berduka cita deh. Tapi, sebenarnya, dengan (sedikit) usaha yang serius, siapa pun bisa kok melunasi utang hingga akhirnya terbebas sama sekali. Hidup tanpa utang itu ringan banget rasanya, gaes!
7 Langkah Melunasi Utang Secara Efektif
1. Susun daftar utang dan tentukan prioritas pembayaran
Lakukan financial check up, prioritaskan pada membuat daftar utang yang sekarang harus ditanggung. Tulis semuanya ya, agar kita tahu posisinya seperti apa sebenar-benarnya. Tulis juga berapa bunga yang harus dibayarkan, sekaligus tanggal jatuh temponya.
Dari daftar ini, kita lantas bisa menentukan prioritas untuk melunasi utang. Kamu bisa mulai membereskan mulai dari utang dengan bunga yang paling besar, atau bisa juga mulai dari membereskan utang dari nominal yang paling kecil.
Atau, mungkin kamu punya pertimbangan lain? Enggak masalah, tentukan prioritasmu dan jadikan ini sebagai deadline.
2. Cek tabungan
Kamu punya dana darurat dalam bentuk apa? Tabungan? Reksa dana pasar uang? Atau aset lainnya?
Apakah kamu punya saldo di beberapa e-wallet? Atau mungkin, kamu sudah booking tiket untuk liburan ke luar negeri untuk bulan depan, atau 3 bulan lagi?
Kumpulkan semua uang yang masih kamu punya. Mungkin enggak kalau semua dicairkan dulu, untuk melunasi utang? Tabungan dan reksa dana pastinya enggak masalah untuk dicairkan. Uang di e-wallet juga boleh dipakai dulu.
Untuk booking tiket, kamu bisa lo membatalkannya dan meminta refund. Meski kamu akan rugi beberapa rupiah, tapi uangnya juga bisa kamu pakai untuk melunasi utang. Liburan bisa di-reschedule kan?
3. Jual aset
Selain tabungan dan “tabungan” seperti di atas, coba cek juga, kamu punya aset apa?
Punya kamar kosong di rumah? Coba deh disewakan. Ada mobil dan kebanyakan nganggur? Coba juga disewakan.
Atau, kamu punya beberapa perhiasan emas? Bisa digadai, atau dijual, untuk bisa mendapatkan fresh cash. Bahkan kamu, para penimbun buku, kamu juga bisa jual koleksi bukumu yang enggak dibaca lagi, demi mendapatkan uang tambahan.
Pertimbangkan peluang ini terhadap segala sesuatu yang kita punya saat ini. Enggak apa nggak punya barang-barang dulu, yang penting utang lunas. Barang bisa didapatkan lagi, nanti setelah keuanganmu sehat.
4. Cari penghasilan tambahan
Selain pekerjaan utamamu sekarang, apakah kamu punya keahlian lain atau mungkin punya minat ataupun hobi yang mungkin bisa di-“karya”-kan?
Misalnya saja, jadi guru les privat anak-anak sekolah, atau guru les musik jika kamu punya hobi memainkan alat musik tertentu. Kamu juga bisa menjual craft-craft hasil karyamu sendiri melalui marketplace atau media sosial.
Pokoknya, cari sesuatu yang bisa kamu kerjakan dan menghasilkan uang tambahan demi melunasi utang lebih cepat.
5. Negosiasi dengan pihak peminjam
Jika utangmu adalah utang kartu kredit, kamu bisa lo mengajukan permohonan kepada pihak bank penerbit kartu kreditmu untuk menghentikan perhitungan pertambahan bunga. Tentunya, kamu harus punya argumen yang tepat ya.
Kamu juga bisa, misalnya, memindahkan kredit ke pihak lain yang menawarkan bunga lebih rendah.
Intinya, bernegosiasilah dengan pihak peminjam untuk melunasi utang. Pastikan kamu mempersiapkan argumen yang kuat.
6. Sesuaikan gaya hidup, ubah mindset
Ini terutama harus kamu lakukan jika utangmu adalah utang konsumtif–utang untuk mendapatkan barang-barang yang tak akan memberimu nilai tambah, barang-barang yang akan mengalami penurunan nilai nominal. Seperti misalnya, gadget atau laptop, jam tangan bermerek, dan sebagainya.
Sesuaikan gaya hidupmu, agar tak melebihi batas wajar. Ingat, pengeluaranmu untuk lifestyle “hanya” 20% dari penghasilan. Jangan sampai lebih, apalagi pakai utang.
Ubah mindset, bahwa mendapatkan pinjaman uang tidak sama dengan mendapatkan pemasukan. Pinjaman uang harus dikembalikan, entah kamu sanggup melunasi utang atau enggak.
7. Hindari gali lubang tutup lubang
Apa pun iming-imingnya, jangan langsung tergoda untuk berutang–apalagi jika utangnya konsumtif. Juga jangan sampai terpikirkan untuk menggali lubang demi menutup lubang yang lain.
Percayalah, sekali menggali lubang untuk menutup lubang, lubang yang kita buat justru semakin besar.
Nah, semoga dengan 7 langkah melunasi utang di atas bisa membantumu untuk terbebas dari jeratan utang ya.
Semangat, kamu pasti bisa!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Mengatur Keuangan Fresh Graduate dalam 7 Langkah
Akhirnya lulus kuliah juga, dan mulai bekerja! Setelah memberikan selamat pada diri sendiri–bahwa sekarang sudah bisa mandiri–kamu pun harus mulai bersiap untuk mengatur keuanganmu. Mengatur keuangan fresh graduate seperti ini memang agak tricky sih, kelihatannya. Lantaran sebelumnya mungkin kamu sepenuhnya disupport oleh orang tua, dan sekarang kamu harus mulai bisa memenuhi kebutuhanmu sendiri.
Tapi, yaqinlah, pasti bisa! Dengan kekuatan bulan, dan baca artikel ini sampai selesai.
7 Langkah Mengatur Keuangan Fresh Graduate
1. Tentukan tujuan keuangan
Sebagai pendatang baru di dunia kerja, mungkin akan ada fasenya kamu harus menraktir semua orang dengan gaji pertamamu. Ya, enggak apa, bolehlah. Kamu dapat pahala juga karena bikin orang lain senang, plus kamu akan dapat doa juga dari mereka supaya pekerjaan dan kariermu akan lancar.
Tapi, jangan berlarut-larut hura-hura unfaedah-nya ya. Kelar acara traktiran, kamu harus segera merencanakan beberapa hal demi mengatur keuangan. Sebagai fresh graduate, PR kamu banyak sekali.
Nggak usah bingung, mulailah dari menentukan #TujuanLoApa. Selalu mulai dari tujuan keuangan. Kamu pengin apa? Kamu pengin hidup seperti apa? Apa saja yang pengin kamu raih, cita-citakan, impikan? Jadikan hal-hal tersebut sebagai tujuan keuangan, dan kemudian tentukan target waktunya.
Setelah ada tujuan dan target waktu, maka kamu pun bisa merencanakan langkah demi langkah untuk mewujudkannya.
2. Punyai gaya hidup yang wajar
Beberapa kesalahan yang sering dilakukan saat kita berusaha mengatur keuangan fresh graduate adalah gaya hidup yang kurang wajar. Seperti apa misalnya?
Coba lihat di artikel 7 Jebakan Gaya Hidup Kekinian yang Bisa Bikin Jebol Dompet ini. Itu hanya 7 di antaranya saja. Masih ada banyak “dosa” keuangan lain yang sering banget kita lakukan sebagai seorang fresh graduate.
Biasanya sih penyebabnya karena kita merasa masih muda, masih merasa punya waktu yang cukup untuk hura-hura hore-hore–yang ternyata malah berbuntut huru-hara.
Jadi, ayo disadari sejak awal, bahwa penting untuk punya gaya hidup yang sewajarnya. Dengan demikian, berapa pun gaji kamu, akan bisa dikelola dengan baik.
3. Punyai kebiasaan menabung
Menabung ini enggak secara otomatis menjadi kebiasaan setiap orang. Perlu perjuangan banget lo, untuk bisa mulai punya kebiasaan menabung.
So, kalau kamu mau gape mengatur keuangan fresh graduate, punyai kebiasaan ini sekarang juga.
Rasio tabungan yang ideal adalah 10% dari penghasilan. Ini persentase minimal. Kalau memang kamu belum banyak tanggungan, pun bisa memiliki gaya hidup yang wajar–dengan gaji UMR pun–kamu bisa menabung lebih dari itu.
4. Biasa mencatat
Kebiasaan mencatat pengeluaran ini juga merupakan kebiasaan yang kelihatannya sepele tapi malah sering pada malas melakukannya.
Padahal dengan mencatat pengeluaran–plus membuat anggaran berdasarkan catatan pengeluaran untuk bulan berikutnya–bisa membuat keuanganmu menjadi lebih terkendali lo.
So, untuk mengatur keuangan fresh graduate–yang mungkin sekarang gajinya juga belum seberapa–ada baiknya kamu mulai dengan mencatat pengeluaranmu dalam satu bulan. Lalu gunakan catatan ini sebagai patokan untuk membuat anggaran di bulan berikutnya.
5. Bijak berutang
Mungkin kamu akan ditawari untuk apply kartu kredit pertamamu. Mungkin juga kamu akan mulai pengin liburan ke luar negeri, dengan menggunakan PayLater. Mungkin juga kamu akan pengin ganti smartphone baru, menggantikan smartphone lawas yang dibelikan oleh orang tua.
Yes, godaan untuk berutang akan semakin besar begitu kamu memiliki pendapatan sendiri. Jadi, bijaklah.
Berutang boleh, tapi kamu harus bijak mempertimbangkan–apakah utangnya produktif? Atau konsumtif semata? Bisa enggak misalnya keinginan kamu itu dibeli dari uang hasil tabungan? Jadi, memang kamu harus menabung dulu.
Ingat, kamu “hanya” punya porsi cicilan berutang maksimal 30% dari penghasilan ya. Jadi, be wise!
6. Belajar produk investasi
Jangan menunda investasi. Bahkan, berinvestasi seharusnya sudah kamu lakukan sejak kamu menerima gaji pertama. Tujuannya, sudah pasti untuk mewujudkan semua tujuan keuanganmu, seperti poin satu di atas.
Zaman sekarang, menabung untuk tujuan keuangan saja enggak cukup. Apalagi jika tujuan keuanganmu itu butuh jumlah uang yang besar. Pengin punya rumah pertama, misalnya. Kalau hanya mengandalkan menabung, keburu harga properti naik berkali-kali lipat.
So, langkah selanjutnya dalam mengatur keuangan fresh graduate adalah dengan mempelajari produk-produk investasi yang sesuai dengan profil risikomu.
Harus selalu ingat ya, no pain no gain, high risk high return.
7. Tambah pengetahuan literasi keuangan
Nah, sembari mewujudkan rencana-rencana yang sudah kamu susun, ayo, tambah lagi pengetahuan literasi keuanganmu.
Kamu bisa mendapatkannya dari banyak cara sih; baca buku, baca artikel online–seperti artikel-artikel di web QM Financial ini–dan sumber-sumber lain, juga bisa follow akun-akun media sosial yang sering bagi-bagi ilmu gratis seputar dunia keuangan. Kamu bisa follow akun Instagram QM Financial juga lo! Atau, kamu juga bisa ikut kelas finansial online.
Nah, sederhana saja kan ternyata, mengatur keuangan fresh graduate itu? Tapi, meski sederhana, kalau enggak segera kamu lakukan, maka ya akan memengaruhi masa depanmu juga lo.
Jadi, ayo segera mulai lakukan langkah-langkah mengatur keuangan fresh graduate di atas sekarang.
Semangat ya!
Mengatur Gaji UMR 2020 Supaya Cukup Sebulan? Bisa!
Berdasarkan surat edaran Menteri Ketenagakerjaan bernomor B-M/308/HI.01.00/2019, di bulan November 2019 yang lalu, para gubernur di 34 Provinsi di Indonesia secara serentak mengumumkan kenaikan gaji UMR di wilayah masing-masing. Apa kabar gaji UMR Jakarta nih?
Kenaikan gaji UMR ini berdasarkan pada laju inflasi nasional yang mencapai 3,39% dan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,12%. Dengan demikian, diputuskan ada kenaikan gaji UMR 2020 bagi pekerja di Indonesia sebesar 8,51%.
Kalau menurut hitungan, berarti seharusnya sih di tahun 2020 ini, gaji UMR Jakarta itu sebesar Rp4.267.349.
Apakah ini kabar gembira untukmu?
Bisa jadi, tapi harus kamu ingat. Bahwa kenaikan gaji UMR secara nasional ini diputuskan atas dasar inflasi. Sehingga enggak cuma gaji kamu saja yang naik, barang-barang kebutuhan pokok juga akan naik. Belum lagi uang sekolah, harga rumah, dan lain sebagainya.
Sudah harus mengelap keringat di dahi sekarang? Well, no worries. Gaji besar ataupun kecil sebenarnya enggak masalah, yang penting bagaimana kita bisa mengaturnya dengan bijak. Termasuk jika sekarang kamu menerima gaji UMR Jakarta.
Punya gaji UMR terus merasa paling menderita, sengsara, nelangsa? No, no. Enggak. Bahkan dengan gaji UMR pun, kamu seharusnya masih bisa menabung dan investasi kok.
Bagaimana caranya?
5 Langkah Mengatur Gaji UMR
1. Pisahkan dalam 5 pos pengeluaran
Di QM Financial, kami memisahkan pos-pos pengeluaran dalam 5 jenis, yaitu:
- Cicilan dan utang, hanya boleh maksimal 30% dari penghasilanmu. Jadi–kalau mau pakai UMR Jakarta sebesar Rp4.267.349, maka maksimal kamu hanya mampu mempunyai cicilan sebesar Rp1.280.204,7. Jangan lebih ya, ini adalah besarnya maksimal cicilan semua utang: kartu kredit, cicilan gawai, panci, sampai KPR sekalipun.
- Tabungan dan investasi, sebesar 10 – 30% dari penghasilan bulanan. So, untuk gaji UMR Jakarta, seharusnya sih kamu bisa menyisihkan minimal Rp426.734,9. Bulatkan ke Rp500.000 deh. Bisa kan? Bisa dong. Pilihlah instrumen tabungan dan investasi yang sesuai dengan profil risikomu. Kalau masih pemula, kamu bisa simpan di deposito atau di Reksa Dana Pasar Uang, yang lebih minim risiko.
- Pengeluaran sosial, seperti zakat, donasi, dan sebagainya. Besarnya tergantung pada aturan masing-masing. Ada zakat yang 2,5%, ada persepuluhan untuk yang beragama Nasrani.
- Pengeluaran rutin, untuk berbagai keperluan sehari-hari seperti token listrik, pulsa, makan, transportasi, dan sebagainya. Sebagai karyawan, kamu perlu waspada terhadap pengeluaran transportasi. Coba baca artikel mengenai tip hemat pengeluaran transportasi di web ini ya. Siapa tahu kamu bisa mendapatkan pencerahan. Besarnya pengeluaran rutin ini maksimal banget adalah 40% dari penghasilanmu. Jadi, dengan gaji UMR Jakarta 2020, anggaran seharusnya sih enggak lebih dari Rp1.706.939,6. Yes, kamu harus benar-benar berhemat di pos ini ya. Hiduplah sewajarnya. Pasti bisa kok!
- Pengeluaran lifestyle, tempat segala dosa keuangan bisa ditemukan. Boleh kok kalau kamu pengin nongki-nongki di weekend bareng teman-temanmu. Kan, harus piknik ya, biar enggak stres? Tapi, bujetmu jangan sampai melebihi 20% dari penghasilanmu, yaitu sebesar Rp853.469,8 untuk gaji UMR Jakarta. Ini udah maksimal banget ya!
Jadi, sudah berapa banyak uangmu yang masuk ke pos-pos? Nggak bersisa ya? Enggak apa-apa, sembari jalan kamu bisa berhemat lagi di sana-sini. Sesuaikan saja dengan kondisi.
Semangat ya!
2. Investasi dan menabung di awal
Agar kamu tetap bisa menabung meski kamu hanya punya gaji UMR saja, maka menabunglah di depan. Jangan tunggu sisa uang, karena bakalan susah deh nyisain uang. Apalagi hidup di Jakarta. Bener nggak nih?
Jadi, enggak ada alasan, “Gajiku kecil, buat kebutuhan hidup aja kurang. Mana bisa investasi?” Bisa kok, bisa.
Kamu tahu enggak, beli reksa dana sekarang bisa dengan Rp100.000 saja. Bahkan ada juga kok yang lebih murah lagi. Hanya saja, kamu memang perlu lebih smart dalam memilih ya. Sekali lagi, sesuaikan dengan profil risikomu.
3. Buat dana darurat
Jangan lupa untuk membuat dana darurat. Nah, agar tabunganmu bisa konsisten, kamu memang perlu memberinya judul. Kalau kamu menabung tanpa “judul”, maka motivasimu mungkin akan kurang maksimal.
Jadi, ingat selalu #TujuanLoApa.
Untuk yang pertama, kamu perlu membuat dana darurat dulu dengan tabunganmu. Untuk kamu yang masih lajang, besarnya adalah 4 x pengeluaran bulanan. Nah, kamu bisa membaca trik mengumpulkan dana darurat di artikel ini.
4. Punya rekening tambahan
Untuk mempermudah dalam pengelolaan keuangan pribadi dengan gaji UMR ini, kamu harus punya metode. Ada beberapa cara yang bisa kamu pakai sih, tergantung kamu nyamannya yang mana.
Bisa pakai amplop-amplop, bisa juga kamu membuat rekening tambahan khusus selain rekening tempat kamu biasa menerima gaji. Rekening tambahan ini bisa kamu fungsikan sebagai rekening tabungan, atau malahan sebagai rekening khusus belanja.
Jadi, setiap kali hendak belanja, kamu transfer ke rekening tambahan. Begitu uang di situ sudah habis, maka setop belanja sampai tiba gajian berikutnya.
5. Seminggu sekali aja ke ATM
Nah, ini sih trik langsung dari Ligwina Hananto, lead trainer QM Financial. Kalau mau pengin lebih bisa mengendalikan keuanganmu, ke ATMlah seminggu sekali saja. Ambil uang sesuai bujet, lalu hiduplah dengan uang itu sampai tiba waktunya ke ATM lagi minggu depan.
Bisa? Bisalah. Asalkan kamu sudah membuat bujet bulanan juga ya, sebagai patokan.
Nah, ternyata simpel kan, mengatur gaji UMR ini? Apalagi gaji UMR Jakarta, bisa bangetlah diatur.
Selanjutnya, mungkin kamu bisa mempertimbangkan untuk menambah penghasilan.
Semangat ya, untuk tahun 2020!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Langkah Efektif Atur Arus Kas Pribadi
Penghasilan sebesar apa pun enggak akan ada artinya kalau kamu enggak tahu langkah efektif atur arus kas pribadi kamu. Yang ada gaji 1 koma 4, atau 25 koma 1. Gajian tanggal 1, udah koma di tanggal 4. Atau gajian di tanggal 25, tanggal 1 tinggal sisa-sisa recehan.
See? Mau gaji berapa pun juga enggak akan cukup, kalau kamu salah dalam pengelolaan uang. So, mumpung masih awal tahun–apalagi kalau kamu pengin punya keuangan yang lebih sehat sebagai resolusi tahun baru nih–ayo, mulai atur arus kas pribadi kamu sekarang.
Caranya? Duh, kayak kaset rusak saja nih rasanya. Tapi, memang prinsip langkah efektif atur arus kas pribadi ya hanya ini saja.
5 Langkah Efektif Atur Arus Kas Pribadi
1. Catat
Catat uang keluar dan catat uang masuk, serta catat bujet keperluan setiap bulan. Tiga jenis catatan ini yang paling penting, jadi harus ada ya.
Dengan mencatat, kamu akan tahu dan bisa memonitor kondisi keuangan rutin dengan lebih baik. Kalau ada yang salah, kamu pun bisa mengambil langkah-langkah antisipasi, supaya enggak makin salah.
Dengan catatan ini, kamu juga bisa memperkirakan banyak hal sehubungan dengan masa depan kamu nantinya lo. Jadi, jangan malas mencatat ya.
2. Lunasi utang
Ingat, utang hanya boleh sampai maksimal 30% dari pengeluaran rutin kamu. Jadi, jika sudah mulai limit, kamu sebaiknya pertimbangkan ulang lagi kalau mau utang. Apalagi kalau utangnya utang konsumtif.
Sekali lagi selalu pertimbangkan kebutuhan versus keinginan, setiap kali mau belanja–apalagi pakai utang kartu kredit. Beneran butuh enggak sih? Atau, sebenarnya cuma karena pengin aja: pengin bisa dipamerin? Pengin bisa kayak tetangga sebelah? Pengin supaya tampak keren?
Bijaklah memilah, mana yang penting dan tidak. Terutama kalau mau berutang.
3. Pastikan menabung
Jangan tunggu sisa, menabunglah di awal bulan minimal 10% dari penghasilanmu.
Kamu bisa memilih dari berbagai produk tabungan–yang merupakan produk perbankan, yang pasti dijamin aman–atau kamu bisa memilih produk investasi yang sesuai dengan profil risiko yang kamu punya.
Nah, jika kamu memilih untuk berinvestasi, pastikan kamu punya pengetahuan yang cukup sebelum memulainya. Karena yang namanya investasi itu tak pernah lepas dari risiko, baik besar maupun kecil. Kalau ada kelas-kelas finansial yang membahas tentang investasi, coba deh bergabung. Anggap saja ini sebagai investasi awal kamu biar gape atur arus kas keuangan pribadi kamu sendiri.
4. Pisahkan rekening
Untuk membantumu lebih mudah atur arus kas pribadi, kamu bisa memisahkan rekening belanja, rekening tabungan, dan rekening untuk tujuan-tujuan keuangan yang sudah kamu rencanakan.
Dengan begini, kamu akan lebih mudah mengelolanya. Saat gaji diterima, kamu langsung transfer sana-sini, sesuai pos masing-masing.
Jika kamu takut repot mengurus terlalu banyak rekening, kamu bisa menggunakan amplop-amplop yang sesuai pos pengeluaran rutin bulanan. Cara yang sangat old school, tapi terbukti efektif untuk atur arus kas pribadi.
Cobain deh.
Oh iya, ada satu lagi tip dari Ligwina Hananto, lead trainer QM Financial, soal atur arus kas pribadi yang lebih efektif ini ini. Yaitu, ambil ATM sekali seminggu aja.
Dengan begini, mau enggak mau kita harus bisa survive dengan sejumlah uang saja yang kita ambil dari ATM seminggu sekali. Enggak boleh nambah-nambah walaupun sedikit di tengah minggu ya! Kalau habis ya, mesti pikir sendiri deh gimana mesti survive sampai waktu mengambil uang lagi berikutnya.
Tantangan! Tapi, kalau bisa, berarti kamu baru saja lulus tingkat dasar atur arus kas pribadi yang efektif. Layak dicoba!
5. Teratur financial checkup
Lakukan evaluasi terhadap usaha-usaha yang sudah kamu lakukan untuk atur arus kas pribadi secara teratur. Kamu perlu melakukannya sebulan sekali, 3 – 4 bulan sekali, dan kemudian review juga keuangan kamu di akhir tahun.
Dengan berbekal catatan dan teratur financial checkup ini, kamu akan tahu jika ada beberapa hal yang harus diperbaiki dan apa saja yang bisa kamu teruskan karena sudah memberikan hasil yang baik.
Nah, demikian beberapa langkah efektif untuk atur arus kas pribadi. Mudah kan? Mudahlah pasti, simpel banget malah! Yang susah itu konsistennya. Itu memang PR banget, dan tergantung pada diri kamu sendiri.
Tapi, dengan niat yang gede, pasti deh bisa. Masa enggak mau sih punya tabungan banyak di masa depan?
Stay tuned juga di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Keuangan Keluarga Juga Harus Lebih Baik di Tahun 2020 Ini
Yes, keuangan keluarga juga harus lebih baik di tahun ini, kalau tahun sebelumnya masih saja ada yang kurang atau belum dilakukan. Tahun 2020 ini harus lebih baik lagi daripada sebelumnya.
Tantangan utama dalam pengaturan keuangan keluarga itu biasanya adalah ada saja keperluan darurat yang muncul mendadak, tanpa memberi kita kesempatan buat siap-siap. Kadang ya cuma kecil-kecil, tapi ya lumayan juga sih memengaruhi kondisi dompet dan tabungan. Misalnya saja, tiba-tiba ada yang rusak di bagian rumah. Atau ada keperluan mendadak untuk anak-anak terkait sekolahnya, dan seterusnya.
Tantangan kedua, biasanya keluarga juga punya tanggungan utang yang jumlahnya besar. KPR, misalnya.
Nah, kalau sudah punya catatan keuangan keluarga di tahun lalu, ada baiknya kita buka lagi untuk melihat-lihat di sebelah mana anggaran bocor halus dan bocor ambyar, untuk kemudian kita perbaiki tahun ini. Dan, kemudian lakukan beberapa langkah berikut.
5 Langkah untuk Keuangan Keluarga yang Lebih Baik Tahun Ini
1. Tetap catat dengan cermat
Tetaplah mencatat semua pengeluaran dan anggaran. Hanya dengan cara ini, kita bisa memonitor kondisi keuangan dengan baik. Kita bisa tahu jika ada yang salah sejak awal, dan enggak akan terlambat untuk mengambil langkah antisipasi.
Keuangan keluarga memang lebih kompleks, karena menyangkut hajat hidup 2, 3, 4, … beberapa orang terpenting dalam hidup kita. So, dengan berbekal catatan, kita akan bisa memastikan bahwa setiap orang dalam keluarga bisa terjamin kehidupannya.
Kalau memang belum rapi, kita bisa mulai rapikan sejak awal tahun ini. Buat buku khusus, atau catat melalui aplikasi smartphone yang banyak tersedia–gratis diunduh. Pakai apa pun boleh, yang penting mudah diakses.
2. Prioritaskan utang
Berapa persen porsi utang saat ini? Semoga sih tak lebih dari 30% dari penghasilan total sebulan, sehingga bebannya tidak terlalu besar.
Prioritaskan utang di setiap bulan. Jika ada penghasilan ekstra, ada baiknya juga dialokasikan untuk pembayaran utang ini, agar lebih cepat lunas. Tentu saja disesuaikan dengan syarat dan ketentuan utang yang kita punya ya. Karena ada utang yang justru memberi penalti jika dibayar lunas lebih cepat.
3. Kelola dana darurat dengan baik
Untuk keuangan keluarga, pastikan dana darurat selalu mencukup. Untuk yang belum punya anak, besarnya dana darurat paling ideal adalah 6 kali pengeluaran bulanan rutin. Sudah punya anak satu, besar idealnya 9 kali pengeluaran rutin, sedangkan sudah punya anak dua seharusnya sih 12 kali pengeluaran rutin.
Besaran ideal dana darurat ini enggak harus dipenuhi sekaligus kok, bisa dibangun sedikit demi sedikit dengan menabung di instrumen investasi atau tabungan yang tepat. Di Reksa Dana Pasar Uang, misalnya. Setiap kali dana darurat terpakai, segera rencanakan untuk topup lagi. Jadi enggak sampai kosong melompong, karena kebanyakan diambil.
Pastikan juga bahwa akses ke dana darurat terbuka, paling enggak untuk pasangan. Sehingga jika terjadi apa-apa, bisa dengan cepat melakukan sesuatu.
4. Hemat mulai dari hal-hal kecil
Nah, tahun ini, mari kita hemat hal-hal kecil–yang meski tampak enggak berhubungan dengan keuangan secara langsung–tapi percaya deh, pasti ada efeknya juga.
Seperti misalnya:
- Lebih hemat listrik. Matikan lampu dan peralatan elektronik lain yang enggak dipakai. Cabut charger smartphone kalau enggak dipakai, jangan biarkan menancap terus di stopkontak.
- Lebih hemat pemakaian air. Ingat, bumi kita semakin naik suhunya lo, dan ini berpengaruh pada stok persediaan air tanah yang menipis. Kalau kita bisa hemat air, tagihan PDAM juga terkendali kan?
- Lebih hemat belanja, tepatnya sih lebih bijak dan efektif ya. Misalnya, ketimbang belanja bolak-balik, mendingan sediakan waktu belanja untuk seminggu. Pakai catatan belanja, biar nggak lapar mata. Tahan dari segala macam diskon.
- Beralih dari belanja di supermarket ke belanja di pasar tradisional. Memang kurang nyaman karena enggak ber-AC, tapi selisih harganya itu lo … Lumayan bangat!
- Masak sendiri, ketimbang pesan makanan secara online melulu. Bawa bekal ke kantor atau ke sekolah juga akan lebih hemat dan pastinya sehat.
Dari hal-hal kecil bakalan berefek ke hal besar. Percaya deh.
5. Lebih terbuka
Sekarang sudah enggak zamannya lagi berahasia sama pasangan, atau merasa tabu untuk ngobrolin masalah keuangan keluarga sama pasangan. Kalau di tahun kemarin masih mentok aja, coba di tahun ini, lebih terbuka.
Keuangan keluarga enggak akan bisa terkelola dengan baik tanpa keterbukaan pasangan suami istri satu sama lain. Bahkan, jika memungkinkan, anak-anak juga perlu dilibatkan. Biar mereka lebih melek literasi keuangan lebih dini, kan? Akan baik juga buat mereka nantinya.
Nah, bagaimana? Siap untuk membuat keuangan keluarga lebih baik di tahun 2020?
Semangat!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Masih Lajang, Ini Dia 5 Resolusi Keuangan yang Pas Buat Kamu
Masih lajang, belum ada tanggungan. Hidup seharusnya lebih ringan, dan masih bisa melakukan banyak hal dan bersiap untuk masa depan lebih baik.
Itu seharusnya.
Tapi kalau dalam review keuangan akhir tahunmu kemarin, ternyata enggak begitu adanya, berarti ada yang salah nih. Terutama pada pengelolaan keuanganmu.
Mumpung masih awal tahun, biasanya ini jadi waktu buat kita untuk menyusun rencana agar tahun ini berjalan lebih baik. Pastinya kamu yang masih lajang juga mau dong, tahun ini keuanganmu lebih sehat.
Nah, makanya, yuk, simak artikel ini sampai selesai ya!
5 Resolusi Keuangan untuk Kamu yang Masih Lajang
1. Jangan terjebak lifestyle
Yes, awas jebakan lifestyle kekinian! Apa aja sih contohnya? Ya, misalnya saja, ngopi cantik dan ganteng di kafe kekinian setiap hari. Atau, jajan boba ketika tumbler sebenarnya sudah berisi minuman sehat dari rumah. Atau, pesan makan siang online setiap hari, padahal kantin juga ada–padahal makanannya sehat, enak, lagi pula murah.
Demi bisa difoto cakep buat diunggah di Instagram, atau biar keliatan keren aja gitu.
Tahun ini, boleh saja kalau mau nongkrong cantik/ganteng sembari ngopi, atau jajan boba. Tapi pastikan tabunganmu bertambah dulu, atau lunasi utang konsumtifmu dulu. Maksimalkan anggaran lifestyle 20% saja dari penghasilanmu, agar anggaran yang lain bisa lebih longgar. Hiduplah sewajarnya.
2. Jangan malas
Malas mencatat pengeluaran dan membuat anggaran adalah hal yang biasa terjadi. Tapi, untuk tahun ini, coba atasi kemalasanmu yuk!
Buatlah catatan rutin pengeluaran dan anggaran, supaya keuanganmu lebih terkendali. Dengan demikian, kamu bisa tahu, apakah anggaran lifestyle-mu lebih besar daripada anggaran rutin? Jangan-jangan utangmu juga sudah melebihi batas 30% dari penghasilan?
Dengan mengetahui kondisi kesehatan keuanganmu sendiri, pastinya kamu akan lebih bisa membuat rencana untuk memperbaikinya. Betul?
3. Jangan gampang utang
Hari gini makin gampang saja berutang. Dari utang dengan jumlah banyak–tanpa harus ada jaminan dan cair dalam beberapa menit–sampai utang kecil-kecil berplafon ratusan ribu berjangka waktu kurang dari satu tahun, bisa dilakukan oleh siapa saja.
Modalnya, hanya smartphone saja dan kuota internet. Siapa yang enggak tergoda? Betul?
Inilah godaan terbaru sebagai manusia-manusia kekinian, yang mau serba cepat, serba praktis, dan serba enak. Ya, ada bagusnya juga sih, tapi kita sebagai manusia harus tetap bijak dalam menggunakan teknologi. Terutama dalam hal keuangan.
Sekali terjerat, bisa jadi masalah untuk seumur hidup lo! Jadi, pertimbangkanlah baik-baik jika ada godaan untuk berutang–seperti apa pun iming-imingnya ya. Terutama buat kamu yang masih lajang.
4. Tambah pengetahuan produk keuangan
Sementara kamu masih lajang, waktumu ke depan akan masih sangat panjang. Ada banyak hal yang bisa kamu raih, dan kamu rencanakan agar hidupmu lebih baik.
So, imbangilah keinginan dan cita-citamu dengan berbagai pengetahuan literasi keuangan. Kamu bisa belajar dari mana saja; dari buku, artikel di media online, media sosial, dari mereka-mereka yang sudah lebih ahli, dan banyak lagi.
Terkhusus, kamu bisa ikut kelas-kelas keuangan–baik yang online dan offline.
Tambah pengetahuan mengenai produk-produk keuangan yang bisa kamu manfaatkan sebagai bekal untuk merencanakan masa depanmu. Mulai dari mengatur cash flow, menyusun tujuan keuangan, siapkan dana darurat, siapkan dana pensiun, hingga kamu juga bisa mulai memikirkan dana pendidikan anak lo–jika kamu memang punya rencana untuk segera menikah dan punya anak.
Tidak pernah ada kata terlambat dan terlalu cepat untuk belajar sesuatu, termasuk soal pengelolaan keuangan.
5. Susun rencana jauh ke depan
Nah, ini sih menjadi resolusi yang memang harus mulai kamu lakukan, jika belum sempat terlaksana di tahun 2019 yang lalu.
Sebaiknya, kamu sudah punya rencana matang untuk 1 tahun ke depan–kamu pengin apa sih? Pengin meraih apa, dan bagaimana caranya? Lalu susun pula rencana untuk 5 hingga 10 tahun, bahkan lebih dari 10 tahun mendatang. Hidup seperti apa yang kamu ingin jalani nanti?
Kamu boleh bermimpi setinggi mungkin, dan sekarang susun rencana untuk mewujudkan mimpimu itu.
See? Banyak hal yang bisa kamu lakukan tahun ini, meski kamu masih lajang–yang katanya ini waktunya untuk bersenang-senang. Well, seperti kata Ligwina Hananto–lead trainer QM Financial–hura-hura sih boleh, tapi jangan sampai bikin huru-hara gara-gara kamu senang-senang tanpa rencana matang jauh ke depan untuk hidupmu sendiri.
Justru, di saat masih lajang inilah, kamu bisa merencanakan semuanya dengan lebih baik.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Sebelum Usia 30 Tahun, Sebaiknya Kamu Sudah Membuat 5 Tujuan Finansial Ini
Berapa usiamu saat ini? Belum lagi 30 tahun? Banyak orang yang merasa menyesal, mengapa tidak melakukan hal-hal tertentu sebelum usia 30 tahun, termasuk hal keuangan.
Termasuk saya. Saya adalah salah satu dari mereka yang menyesal, mengapa enggak membuat dana pensiun saya sejak pertama kali saya memasuki dunia kerja dulu, sebelum usia 30 tahun. Ya, sebagian sih karena literasi keuangan di zaman saya jadi first jobber memang belum seperti sekarang sih. Misal mau investasi, ya mesti datang ke bank, lalu minta informasi ke petugas langsung. Dan, saya paling males, karena kemudian pasti ditawari yang lain-lain yang malah bikin saya distracted.
Duh, ketahuan deh kalau angkatan lawas.
Nah, supaya kamu enggak mengalami penyesalan yang sama, maka sebaiknya kamu tahu dan mulai membuat tujuan finansialmu sendiri sebelum usia 30 tahun.
Karena penyesalan itu selalu datang belakangan. Kalau di depan namanya down payment, soalnya.
5 Tujuan Finansial yang Harus Kamu Mulai Buat Sebelum Usia 30 Tahun
1. Punyai proteksi
Sebelum usia 30 tahun hingga nanti kamu memasuki usia pensiun, bisa dibilang kamu berada di masa yang sangat produktif. Jika *knocks on wood* kamu tertimpa musibah, lalu bagaimana nasib orang-orang yang hidupnya tergantung padamu?
Musibah bisa terjadi setiap waktu, dan bisa membuatmu serta orang-orang yang kamu cintai menderita kerugian secara ekonomi. Di sinilah, arti pentingnya proteksi dan asuransi untuk kamu punyai.
So, begitu kamu memasuki usia kerja, segeralah lindungi dirimu dan orang-orang di sekitarmu dengan asuransi. Jenis asuransi ada bermacam-macam. Ada asuransi jiwa, asuransi kesehatan, hingga asuransi umum. Kamu enggak perlu kok melengkapi semuanya sekaligus. Prioritaskan dulu asuransi yang kamu anggap paling penting. Boleh saja kok, jika kamu lengkapi secara bertahap, asalkan terencana dengan baik.
2. Dana darurat
Dana darurat juga penting untuk kamu buat sebelum usia 30 tahun. Dana darurat ini juga salah satu tujuan finansial pertama yang wajib kamu punya begitu kamu mulai kerja.
Kenapa? Because bad things happen!
Setelah mempunyai proteksi, dana darurat juga akan bisa “mengamankan” keuangan, ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan atau di luar rencana.
Saat kamu sakit, butuh uang mendadak, mau membantu saudara atau keluarga, sampai misalnya kamu harus mengganti laptop rusak padahal dipakai untuk kerja sehari-hari, dana darurat will come handy.
3. Dana pensiun
Dana pensiun adalah tujuan finansial berikutnya yang harus mulai kamu buat sebelum usia 30 tahun.
Yah, baru mulai kerja, kok sudah harus mikirin pensiun?
Justru karena baru mulai itulah, kamu harus segera memikirkannya. Karena dengan jangka waktu yang lebih panjang, maka semakin mudah untukmu menabung (atau berinvestasi). Kamu bisa mulai berinvestasi dengan hanya Rp100.000 saja lo! Kalau kamu baru mulai menabung untuk pensiun di usia 40-an, bisa jadi kamu harus menabung berkali-kali lipatnya.
Kan sudah punya fasilitas Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua dari BPJS Ketenagakerjaan yang diberikan oleh kantor?
Well, tahu enggak sih, berapa kebutuhan dana untuk bisa menghabiskan pensiun sejahtera? Bisa sampai miliaran rupiah. Sedangkan, berapa persenkah dari gaji yang bisa kita terima dari BPJS Ketenagakerjaan saat kita mulai pensiun nanti? Hanya 30 – 40% saja.
Cukup? Sepertinya enggak.
4. Dana rumah pertama
Sebelum usia 30 tahun, seharusnya sih kamu sudah mandiri. Sudah punya penghasilan sendiri, dan pastinya sudah bisa memenuhi kebutuhan hidup sendiri. Jika kamu masih tinggal dengan orang tua, maka seharusnya kamu tetap bisa mandiri, bukannya tetap bergantung pada mereka. Setujukah sampai di sini?
Rumah milik sendiri bagi masyarakat kita adalah simbol kemandirian. So, seharusnya sih memiliki rumah pertama menjadi salah satu tujuan finansialmu juga untuk mulai dibuat sebelum usia 30 tahun.
Isunya, generasi milenial enggak punya nyali untuk membeli rumah. Mengapa? Karena memang butuh modal yang banyak sekali! Begitu lihat nominalnya, pasti deh shock.
Ya, begitulah. Memang ini adalah hal yang enggak bisa dimungkiri. Rumah memang mahal, dan semakin mahal dari tahun ke tahun. Apakah kita mau membeli rumah yang “Senin harga naik” ini, kalau enggak beli sekarang?
Bisa kok, kita punya rumah di usia muda. Kamu hanya perlu tahu caranya.
5. Bijak berutang
Nggak boleh utang? Boleh kok, boleh! Karena ada kalanya kita memang harus berutang, terutama untuk membeli barang berharga tinggi tapi penting. Rumah, misalnya. Tapi harus bijak!
Sebelum berutang, pertimbangkan dulu baik-baik; tujuan berutang untuk apa? Apakah barang yang akan kita beli itu akan menjadi aset? Ataukah hanya sekadar barang-barang yang bersifat konsumtif?
Dengan cara apa kita berutang? Apakah utang multiguna, utang kartu kredit, atau mungkin utang tanpa agunan? KPR? Atau yang lain? Apa risiko masing-masing? Seperti apa cara pembayarannya?
Ada baiknya, kamu membatasi utang-utang yang bersifat konsumtif sebelum usia 30 tahun, apalagi jika diambil dengan utang yang berbunga “menjerat”.
Pelajari karakter, syarat, dan ketentuan setiap jenis utang yang membuatmu tertarik. Dan, kalau memang bisa dihindari, hindarilah. Mungkin ada cara lain untuk memenuhi keinginan kebutuhanmu tanpa berutang.
Bagaimana? Tujuan finansial mana yang sudah kamu lakukan, dan yang belum kamu mulai sebelum usia 30 tahun?
Semangat ya!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.