Mengatur Keuangan Fresh Graduate dalam 7 Langkah
Akhirnya lulus kuliah juga, dan mulai bekerja! Setelah memberikan selamat pada diri sendiri–bahwa sekarang sudah bisa mandiri–kamu pun harus mulai bersiap untuk mengatur keuanganmu. Mengatur keuangan fresh graduate seperti ini memang agak tricky sih, kelihatannya. Lantaran sebelumnya mungkin kamu sepenuhnya disupport oleh orang tua, dan sekarang kamu harus mulai bisa memenuhi kebutuhanmu sendiri.
Tapi, yaqinlah, pasti bisa! Dengan kekuatan bulan, dan baca artikel ini sampai selesai.
7 Langkah Mengatur Keuangan Fresh Graduate
1. Tentukan tujuan keuangan
Sebagai pendatang baru di dunia kerja, mungkin akan ada fasenya kamu harus menraktir semua orang dengan gaji pertamamu. Ya, enggak apa, bolehlah. Kamu dapat pahala juga karena bikin orang lain senang, plus kamu akan dapat doa juga dari mereka supaya pekerjaan dan kariermu akan lancar.
Tapi, jangan berlarut-larut hura-hura unfaedah-nya ya. Kelar acara traktiran, kamu harus segera merencanakan beberapa hal demi mengatur keuangan. Sebagai fresh graduate, PR kamu banyak sekali.
Nggak usah bingung, mulailah dari menentukan #TujuanLoApa. Selalu mulai dari tujuan keuangan. Kamu pengin apa? Kamu pengin hidup seperti apa? Apa saja yang pengin kamu raih, cita-citakan, impikan? Jadikan hal-hal tersebut sebagai tujuan keuangan, dan kemudian tentukan target waktunya.
Setelah ada tujuan dan target waktu, maka kamu pun bisa merencanakan langkah demi langkah untuk mewujudkannya.
2. Punyai gaya hidup yang wajar
Beberapa kesalahan yang sering dilakukan saat kita berusaha mengatur keuangan fresh graduate adalah gaya hidup yang kurang wajar. Seperti apa misalnya?
Coba lihat di artikel 7 Jebakan Gaya Hidup Kekinian yang Bisa Bikin Jebol Dompet ini. Itu hanya 7 di antaranya saja. Masih ada banyak “dosa” keuangan lain yang sering banget kita lakukan sebagai seorang fresh graduate.
Biasanya sih penyebabnya karena kita merasa masih muda, masih merasa punya waktu yang cukup untuk hura-hura hore-hore–yang ternyata malah berbuntut huru-hara.
Jadi, ayo disadari sejak awal, bahwa penting untuk punya gaya hidup yang sewajarnya. Dengan demikian, berapa pun gaji kamu, akan bisa dikelola dengan baik.
3. Punyai kebiasaan menabung
Menabung ini enggak secara otomatis menjadi kebiasaan setiap orang. Perlu perjuangan banget lo, untuk bisa mulai punya kebiasaan menabung.
So, kalau kamu mau gape mengatur keuangan fresh graduate, punyai kebiasaan ini sekarang juga.
Rasio tabungan yang ideal adalah 10% dari penghasilan. Ini persentase minimal. Kalau memang kamu belum banyak tanggungan, pun bisa memiliki gaya hidup yang wajar–dengan gaji UMR pun–kamu bisa menabung lebih dari itu.
4. Biasa mencatat
Kebiasaan mencatat pengeluaran ini juga merupakan kebiasaan yang kelihatannya sepele tapi malah sering pada malas melakukannya.
Padahal dengan mencatat pengeluaran–plus membuat anggaran berdasarkan catatan pengeluaran untuk bulan berikutnya–bisa membuat keuanganmu menjadi lebih terkendali lo.
So, untuk mengatur keuangan fresh graduate–yang mungkin sekarang gajinya juga belum seberapa–ada baiknya kamu mulai dengan mencatat pengeluaranmu dalam satu bulan. Lalu gunakan catatan ini sebagai patokan untuk membuat anggaran di bulan berikutnya.
5. Bijak berutang
Mungkin kamu akan ditawari untuk apply kartu kredit pertamamu. Mungkin juga kamu akan mulai pengin liburan ke luar negeri, dengan menggunakan PayLater. Mungkin juga kamu akan pengin ganti smartphone baru, menggantikan smartphone lawas yang dibelikan oleh orang tua.
Yes, godaan untuk berutang akan semakin besar begitu kamu memiliki pendapatan sendiri. Jadi, bijaklah.
Berutang boleh, tapi kamu harus bijak mempertimbangkan–apakah utangnya produktif? Atau konsumtif semata? Bisa enggak misalnya keinginan kamu itu dibeli dari uang hasil tabungan? Jadi, memang kamu harus menabung dulu.
Ingat, kamu “hanya” punya porsi cicilan berutang maksimal 30% dari penghasilan ya. Jadi, be wise!
6. Belajar produk investasi
Jangan menunda investasi. Bahkan, berinvestasi seharusnya sudah kamu lakukan sejak kamu menerima gaji pertama. Tujuannya, sudah pasti untuk mewujudkan semua tujuan keuanganmu, seperti poin satu di atas.
Zaman sekarang, menabung untuk tujuan keuangan saja enggak cukup. Apalagi jika tujuan keuanganmu itu butuh jumlah uang yang besar. Pengin punya rumah pertama, misalnya. Kalau hanya mengandalkan menabung, keburu harga properti naik berkali-kali lipat.
So, langkah selanjutnya dalam mengatur keuangan fresh graduate adalah dengan mempelajari produk-produk investasi yang sesuai dengan profil risikomu.
Harus selalu ingat ya, no pain no gain, high risk high return.
7. Tambah pengetahuan literasi keuangan
Nah, sembari mewujudkan rencana-rencana yang sudah kamu susun, ayo, tambah lagi pengetahuan literasi keuanganmu.
Kamu bisa mendapatkannya dari banyak cara sih; baca buku, baca artikel online–seperti artikel-artikel di web QM Financial ini–dan sumber-sumber lain, juga bisa follow akun-akun media sosial yang sering bagi-bagi ilmu gratis seputar dunia keuangan. Kamu bisa follow akun Instagram QM Financial juga lo! Atau, kamu juga bisa ikut kelas finansial online.
Nah, sederhana saja kan ternyata, mengatur keuangan fresh graduate itu? Tapi, meski sederhana, kalau enggak segera kamu lakukan, maka ya akan memengaruhi masa depanmu juga lo.
Jadi, ayo segera mulai lakukan langkah-langkah mengatur keuangan fresh graduate di atas sekarang.
Semangat ya!
Resolusi Tahun Baru 2020 untuk Kondisi Keuangan yang Lebih Sehat
Selamat tahun baru 2020! Semoga tahun ini menjadi tahun yang lebih baik dibandingkan tahun 2019 kemarin! Sudahkah kamu mereview bagaimana kondisi keuanganmu di 2019? Adakah yang ingin kamu perbaiki di tahun 2020 ini? Bisa jadi resolusi tahun baru yang oke tuh, kalau kamu punya rencana keuangan yang baik untuk dijalankan tahun ini.
Kalau kondisi keuangan kamu di tahun 2019 kemarin masih belum sehat, maka sekaranglah waktu yang tepat untuk menyusun resolusi tahun baru, agar kondisinya menjadi lebih baik. Enggak perlu muluk-muluk atau terlalu jauh kok.
Coba kamu simak saja 7 resolusi tahun baru, yang sudah dirumuskan oleh QM Financial berikut ini. Mungkin bisa memberimu ide, atau bisa saja langsung dimasukkan sebagai salah satu daftar resolusi tahun baru kamu.
7 Resolusi Tahun Baru untuk Kondisi Keuangan yang Lebih Sehat di Tahun 2020
1. Mencatat
Buat yang di tahun-tahun sebelumnya–enggak cuma di tahun 2019–malas mencatat kondisi keuangan, yuk, sekarang mulai ubah kebiasaannya.
Mulailah dari mencatat pengeluaranmu setiap hari, baik yang dengan uang cash maupun cashless. Punyai satu buku agenda khusus untuk mencatat, atau kamu juga bisa memanfaatkan aplikasi di smartphone kamu. Mana saja yang nyaman, boleh.
2. Punyai tujuan keuangan yang riil
Kalau kamu belum punya tujuan keuangan di tahun 2019, maka di tahun 2020 ini kamu seharusnya sudah mulai punya.
Apa sih yang pengin kamu capai? Tetapkan tujuan jangka pendek (< 5 tahun), menengah (5 – 10 tahun), hingga jangka panjang (> 10 tahun) versi kamu. Wujudkan mimpi-mimpimu, dan perhitungkan apakah kamu perlu biaya untuk mewujudkan semua keinginanmu itu.
Jadikan ini sebagai tujuan keuanganmu yang riil. Setelah kamu mempunyai tujuan, tentunya akan mudah untukmu membuat rencana untuk benar-benar mewujudkannya kan?
3. Punyai gaya hidup yang lebih baik
Barangkali kamu punya kebiasaan atau gaya hidup yang kurang sehat di tahun 2019?
Nah, ini waktu yang baik juga untuk mengubahnya. Termasuk jika kamu punya kebiasaan kurang sehat dalam hal keuangan.
Mungkin kamu mulai rajin lagi ke gym, supaya iuran membership-mu enggak sia-sia? Atau, misalnya saja, iya kamu sudah bisa menabung atau berinvestasi Rp500.000 per bulan di tahun 2019. Tapi kamu juga menghabiskan uang rata-rata Rp1.300.000 buat ngopi dan nongkrong setiap bulan.
Well, gimana kalau untuk tahun 2020 ini, kamu ubah kondisinya? Kamu menabung Rp1.300.000 setiap bulan, dan buat nongkrong, cukuplah dengan Rp500.000 saja?
Tentunya kamu bisa menyesuaikannya dengan kondisimu secara riilnya ya. Yang pasti, buat dirimu sendiri lebih sehat tahun ini. Dengan begini, kamu juga akan lebih cepat mencapai tujuan keuanganmu yang sudah kamu tetapkan seperti di poin kedua di atas.
4. Bebas utang konsumtif
Lalu bagaimana dengan kondisi utang di tahun 2019? Apakah masih banyak utang konsumtif yang enggak perlu?
Yuk, perbaiki sebagai resolusi tahun baru di tahun 2020! Coba buka lagi review keuanganmu untuk 2019 yang lalu. Apa saja sih yang kamu beli dengan cara utang atau mencicil? Apakah barang tersebut memang kamu butuhkan, sedangkan harganya cukup mahal sehingga kamu perlu untuk berutang?
Atau kamu hanya pengin saja belanja? Karena ada promo cashback? Bisa belanja bonus planner?
Ubah kebiasaan belanja impulsif–apalagi dengan berutang–di tahun 2020 yuk!
5. Mulai/tambah aset investasi
Buat yang sudah mulai investasi di tahun 2019 kemarin, bravo! So, tahun ini, kamu harus bisa melanjutkan rencana investasimu. Bahkan, sebagai resolusi tahun baru, kamu bisa menambah aset investasi lagi.
Kalau kemarin sudah mulai dengan reksa dana, bagaimana jika tahun ini kamu mulai investasi saham?
Kalau seumpama, tahun kemarin kamu belum mulai investasi karena berbagai alasan, maka tahun ini juga tahun yang baik untuk mulai lo!
6. Belajar keuangan lebih banyak
Agar kondisi keuanganmu lebih baik di tahun 2020, maka ada baiknya juga kamu belajar lebih banyak lagi mengenai literasi keuangan.
Mungkin kamu bisa mengusulkan ke pihak HR di kantor tempat kamu bekerja untuk mengadakan pelatihan karyawan khusus untuk keuangan? Enggak cuma kamu sendiri kan yang bisa belajar. Belajar ramai-ramai itu seru banget lo!
QM Financial bisa banget menolong perusahaanmu untuk mengadakan training keuangan, agar karyawan semakin terampil mengelola keuangan pribadi masing-masing.
7. Tambah penghasilan
Nah, ini juga bisa menjadi salah satu resolusi tahun baru yang oke nih, demi kesehatan keuangan di tahun 2020.
So, kamu punya hobi apa? Kamu bisa mulai dari hobi kamu itu lo, untuk menambah penghasilan. Kelola waktu luangmu, biar enggak cuma nongkrong-nongkrong unfaedah doang. Siapa tahu, bisa buat nambah tabungan kan?
Nah, sudah ada 7 resolusi tahun baru untuk kondisi keuangan yang lebih sehat di tahun 2020. Kamu punya resolusi yang lain? Mau share dengan QM Financial? Boleh lo, langsung ditulis saja di kolom komen ya!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
6 Jenis Utang yang Biasa Melilit Para Karyawan
Dalam artikel yang sudah agak lama tayang di web ini, pernah disebutkan mengenai survei yang dilakukan oleh International Foundation of Employee Benefit Plans (IFEBP) di Brookfield Wisconsin. Dalam survei tersebut, terungkap fakta bahwa sebanyak 66% working class people harus menghadapi masalah yang sama: utang. Nah, jenis utang yang melilit saja nih yang beda-beda.
Kadang ya miris sih, bahkan sampai-sampai ada lo yang karena punya utang sana-sini, pada akhirnya si pekerja atau karyawan tersebut gaji yang dibawa pulang sama dengan 0, alias nihil. Alias habis, tak bersisa.
Terus, gimana masa pensiunnya nanti ya? Jangankan pensiun, kebutuhan hidup sekarang saja mungkin nggak tercukupi.
Berikut 6 jenis utang yang biasanya melilit orang-orang kelas pekerja
1. Kartu kredit
Ada lo yang punya kebiasaan belanja bulanan dengan menggunakan kartu kredit. Bahkan kartu kreditnya juga dipakai untuk membayar biaya membership ini itu (salah satunya gym, yang bahkan jarang didatangi), hingga membayar perawatan mobil. Padahal kondisi dana darurat nggak ada.
Alhasil, hanya bisa membayar cicilan dalam jumlah minimal. Akibatnya? Bunga kartu kredit yang 27% per tahun itu pun bergulung-gulung, mengempaskan keuangan ke kondisi bak terkena hantaman tsunami.
2. Utang koperasi
Jenis utang kedua yang biasanya dilakukan oleh para pekerja adalah utang koperasi. Pasti sudah umumlah ya, di perusahaan–terutama yang sudah besar–selalu ada koperasi karyawan. Biasanya koperasi karyawan ini didirikan untuk membantu karyawan juga sih; mereka menyediakan barang-barang kebutuhan dengan harga murah, pun menyediakan fasilitas simpan pinjam.
Tingkat bunga pinjaman koperasi sih bisa saja berbeda, tergantung kebijakan masing-masing. Tapi selalu lebih rendah ketimbang bunga utang pada umumnya, pastinya. Perhitungannya bisa memakai cara perhitungan bunga menurun (yang dipengaruhi oleh besarnya pinjaman pokok yang masih ada pada si peminjam) atau dengan cara perhitungan bunga menurun efektif.
Tujuannya sangat baik, tapi kalau dimanfaatkan tidak dengan bijak, ya akan sama saja. Namanya pinjaman, pasti ada bunga. Meski hitungannya bisa menurun sesuai kondisi pinjaman pokok, tapi tetap saja harus dikembalikan dan ada sejumlah bunga tambahan, bukan? Kalau jumlahnya besar, tentu bunga juga akan mengikuti.
3. Kasbon
Selain ada koperasi karyawan, kadang dari pihak perusahaan sendiri juga menyediakan fasilitas pinjaman lunak pada karyawannya untuk berbagai keperluan, bisa jangka panjang maupun jangka pendek.
Aturan pengambilan pinjaman atau kasbon ini biasanya juga tergantung pada kebijakan masing-masing, tapi umumnya tidak boleh melebihi sepertiga gaji yang diterima oleh karyawan. Bunganya sudah pasti rendah. Tapi seperti halnya koperasi, meskipun rendah, tapi tetap ada dan harus dibayarkan bersama pengembalian pinjaman. Jika pinjamannya berjumlah besar, maka beban bunga dan pengembalian pun akan semakin besar.
4. Kredit barang konsumtif
Jenis utang yang sering dilakukan oleh para pekerja yang berikutnya adalah kredit, yang langsung dilakukan oleh perseorangan.
Misalnya, sering terlihat di perkantoran ada orang-orang yang berkeliling menawarkan kredit panci, kredit blender, atau apa pun, yang kemudian akan ditagih setiap bulan. Seperti panci presto, misalnya. Harganya Rp500.000. Para karyawan tersebut boleh mengambilnya dengan mencicil Rp50.000 per bulan selama 12 bulan.
Nah, berarti bunganya berapa tuh?
5. Pay later
Nah, ini nih jenis utang yang paling kekinian karena bisa dilakukan secara online, dan diadopsi oleh banyak aplikasi online yang laris digunakan oleh kita-kita, termasuk para pekerja.
Dengan fitur kredit online ini, semua orang bisa melakukan apa pun–mulai dari beli barang, memanfaatkan jasa, hingga pesan tiket dan hotel buat liburan–dan membayarnya bulan depan.
Apakah ada bunganya?
Oh, tentu saja. Namanya juga kredit, selalu ada bunga dong. Bunga fitur kredit online ini bervariasi sih pada masing-masing aplikasi. Kalau dilihat di kondisi sekarang, rata-rata berada di kisaran 2,14% – 4,8%, dengan tenor 1 – 12 bulan.
Wah, mau ngopi-ngopi kekinian makin mudah, ya kan? Nggak cuma bisa eksis, tapi bayarnya bisa ditunda lo! Sungguh menggoda. Tapi, kalau kebanyakan pay later sana-sini, duh, bisa tekor juga tuh gaji kan? Bunganya juga lumayan.
6. Utang teman
Sudah utang kartu kredit, tagihannya dibayar pakai utang koperasi atau kasbon. Hari ini, mau ngopi ah. Pakai pay later-nya. Bisa dibayar pake gaji bulan depan kan? Tapi, masih utang panci Rp500.000, yang dicicil Rp50.000 per bulan setahun ke depan. Sudah beberapa bulan nunggak nih. Utang teman ah! Nanti kalau ditagih, kan tinggal pasang muka yang lebih galak ketimbang yang diutangin.
Lengkap sudah nih, jenis utang yang dipunya.
Yuk, atur cash flow kita! Sudah 74 tahun Indonesia merdeka, masa kita belum juga merdeka dari utang sih? Mulai diberesin pelan-pelan yuk!
Dengan biaya terjangkau, dan bisa dilakukan sambil apa saja, ada kelas-kelas finansial online yang bisa dipilih sesuai kebutuhan lo. Mulai dari dasar Blueprint of Your Money, mengatur cash flow, asuransi, hingga investasi.
Yuk, gabung di kelas-kelas finansial online QM Financial. Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk berbagai info dan tip keuangan yang praktis.